Trinity's Blog, page 16

January 27, 2015

[Adv] Jadi saksi sejarah peluncuran pesawat A350 Qatar Airways

Saya jadi GR berat saat terima undangan dari Qatar Airways menjadi salah satu dari 150 orang media seluruh dunia untuk menyaksikan peluncuran pesawat terbaru jenis Airbus 350 XWB. Perasaan menjadi saksi sejarah dunia itu memang luar biasa! Yang lebih excited lagi, acaranya diadakan di Qatar – negara baru atau ke-65 yang saya kunjungi.


Sebagai undangan (penting), saya berkesempatan naik Qatar Airways rute Jakarta-Doha di business class. Ah, nggak usah diceritain lagi betapa enaknya duduk di kelas bisnis yang kursinya bisa jadi tempat tidur flat ini. Hebatnya lagi, kursinya juga berfungsi sebagai massage chair – bayangkan enaknya tidur sambil punggung dipijit! Lalu masing-masing penumpang dikasih satu set piyama berbahan superlembut yang langsung saya pake, juga penumpang lain, sehingga kami semua tidur berseragam! :)


Keluar pintu pesawat, eh udah ada staf Qatar Airways menjemput dengan papan bertuliskan nama saya. Saya takjub dengan bandara baru Doha yang telah selesai dibangun. Lalu kami semua menginap di Oryx Rotana, hotel bintang lima milik grup Qatar Airways.


Besok paginya kami dikasih option untuk ikutan City Tour atau Desert Safari Tour. Tentu saya milih yang kedua, dan juga para peserta yang memenuhi 12 mobil SUV 4×4 mengarungi gurun. Mobil membawa kami ngebut turun-naik di sand dunes yang curam sambil jerit-jerit! Kami sempat stop di perbatasan Arab Saudi dan ngopi di tepi laut.


Makan siang kami di restoran Spice Market, W Hotel. Di situ lah saya berkenalan dengan para udangan dari negara-negara lain. Rupanya per negara terdiri dari jurnalis dari media tradisional (koran, majalah), portal berita online, ada blogger, dan ada juga selebtwit dan artis Instagram. Hebat juga ya perkembangan social media sekarang! Makanya kudu diseriusin karena kesempatan masih terbuka lebar.


Lalu kami ke Legacy Pavilion untuk menonton presentasi tentang persiapan Qatar sebagai tuan rumah FIFA World Cup 2022. Presentasi yang diadakan di sebuah ruangan yang ¾ dindingnya berupa layar yang ditembak 34 proyektor ini adalah presentasi asli kepada tim bidding World Cup FIFA Technical Inspectors. Pantas saja Qatar menang bidding, presentasinya keren banget sampe bikin saya nganga! Meski Qatar negaranya sebesar Pulau Sumba, mereka akan membangun 12 stadion bola ber-AC dan berkapasitas rata-rata 45 ribu orang! Mereka juga akan membangun jaringan transportasi umum MRT, bus, dan kapal yang supercanggih.


Sorenya kami dikasih kesempatan belanja oleh-oleh di Souq Waqif. Malamnya acara ditutup dengan dinner di atas kapal Dhow Cruise sambil melihat gedung-gedung pencakar langit Doha dan lampu-lampunya.


Hari kedua adalah hari yang bersejarah itu! Kami menghadiri press conference di bandara Doha yang dipimpin oleh His Excellency Akbar Al Baker (Qatar Airways Group Chief Executive), Didier Evrard (Airbus Executive Vice President Head of Programmes, dan Eric Schulz (Rolls-Royce President of Civil Large Engines). Qatar Airways adalah maskapai penerbangan pertama di dunia yang menggunakan pesawat terbaru di dunia jenis Airbus 350 XWB. Keunggulan pesawat ini antara lain adalah memiliki mesin yang paling efisien di dunia dan tidak berisik. Penerbangan komersial pertama dilakukan 15 Januari 2015 dengan rute Doha-Frankfurt. Mereka telah memesan 80 pesawat A350, semoga aja nanti ada yang terbang ke Indonesia.


Setelah itu kami dibagi ke dalam grup untuk masuk ke dalam pesawat A350 Qatar Airways. Hebatnya, saya termasuk Grup A atau grup yang pertama kali masuk pesawat! Berjalan di atas karpet merah menuju tangga pesawat membuat saya nyengir lebar. Dalam pesawat ini memang luas. Konfirgurasi kursi di kelas ekonomi adalah 3-3-3 dengan lebar kursi 18 inci dan jarak ke depannya 32 inci. Layar TV-nya aja berukuran 10,6 inci! Yang bikin ngiler adalah kursi business class-nya dengan konfigurasi 1-2-1 yang bisa jadi tempat tidur horisontal dan layar TV berukuran 17 inci. Wow!


Untuk lebih jelasnya, silakan nonton video ini deh:



Makan siang lalu diadakan di Business Class Airport Lounge. Mr. Al Baker yang berkarisma sampe bikin ndredeg itu tiba-tiba lewat, saya pun langsung minta foto bareng. Teman-teman media luar sampe berkomentar, “Gila, nekad banget lo!”


With His Excellency Mr. Akbar Al Baker (Qatar Airways Group Chief Executive)

With His Excellency Mr. Akbar Al Baker (Qatar Airways Group Chief Executive)


Malamnya adalah acara reveal ceremony yang diadakan di landasan bandara Doha. Pesta ini dihadiri ratusan orang dengan set table dan bergantian makanan mewah diantar langsung di hadapan. Di depan kami ada panggung dan back drop terbesar dan terlebar yang pernah saya lihat seumur hidup. Selain pidato dan hiburan, di panggung ada presentasi tentang kecanggihan A350. Pada puncak acara ada laser show, dan akhirnya back drop terbuka… Jreng, ada pesawatnya!


Pagi harinya semua peserta terbang pulang. Saya sih santai bangun siang karena saya extend trip ini selama beberapa hari ke depan. Cerita jalan-jalan saya sendiri di Qatar bersambung kapan-kapan ya!



Note: Foto dan video buatan Qatar Airways, kecuali foto diri, karena… kamera saya tiba-tiba mati di Doha! Setelah dibawa ke service center di Jakarta, semua fotonya tidak bisa diselamatkan. Duh, padahal ada foto saya di cockpit dan jumpalitan di business class! :(


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 27, 2015 18:52

January 21, 2015

[Adv] Traveling ke Singapura nggak pake ribet

Ke Singapura nggak cukup sekali karena selalu aja ada atraksi dan program promosi yang baru. Meski udah beberapa kali ke sana, saya selalu nemuin cara baru, pergi ke tempat atraksi baru, makan dan menginap di tempat baru, dan sebagainya.


Kali ini saya mau sharing tips tentang menikmati Singapura dengan cara yang nggak pake ribet dan lebih hemat. Keluar dari bandara Changi setelah ambil bagasi dan melewati customs, di Terminal manapun, perhatikan deh konter Changi Recommends yang didominasi warna putih dan biru. Ia adalah anak perusahaan Changi Airport Group yang mengkhususkan diri pada layanan best deal setelah keluar dari bandara, seperti tiket atraksi, kartu MRT, SIM Card, WiFi router, booking hotel, asuransi, paket check up kesehatan, dan segala yang berhubungan dengan kenyamanan kita selama traveling di Singapura.


Lokasi konter Changi Recommends

Lokasi konter Changi Recommends


Saya sih sangat terbantu atas pelayanannya Changi Recommends, contohnya:


Sewa WiFi Router


Hari gini penting banget kita terkoneksi dengan internet, bahkan lebih penting daripada koneksi hape untuk layanan voice dan SMS. Bosan jadi “fakir WiFi”, biasanya ke luar negeri ya beli SIM Card lokal. Namun sekarang ada alternatif lain, yaitu sewa WiFi router. Kalau SIM Card dengan paket internet terbatas sekian Giga dibrandrol SGD 28, WiFi router ini biayanya SGD 10/hari dengan akses internet unlimited supercepat 4G – bisa dipake sampe 8 device pula, termasuk laptop. Kalau perginya barengan temen/keluarga, paket ini oke banget untuk patungan, sekalian sama-sama donlot film! :) Apalagi kalau pergi dalam rangka urusan bisnis bersama para kolega yang harus terus terhubung internet. Tenang aja, modem-nya kecil kok jadi enteng dibawa ke mana-mana, bahkan dimasukin ke saku.


Beli tiket atraksi lebih murah


Waktu itu saya beli tiket ke beberapa atraksi favorit saya di konter Changi Recommends, eh masing-masing dapat diskon SGD 3! Kelihatannya sedikit, tapi mayan loh SGD 3 itu bisa buat seporsi makanan enak di hawker food stall! Keuntungan lainnya kalau udah punya tiket duluan, kita nggak perlu antre panjang di depan loket atraksi sehingga hemat waktu dan tenaga.


Beberapa atraksi yang saya datangi adalah:



S.E.A. Aquarium –> Terletak di Resort World Sentosa, ia merupakan salah satu akuarium terbesar di dunia yang memiliki koleksi 100.000 hewan laut, termasuk koleksi Manta Ray terbanyak di dunia. Saya baru pertama kali ke sana dan senengnya minta ampun! Sebagai pencinta underwater, saya menganga-nganga melihat hewan laut yang unik dan aneh, bahkan yang hampir punah seperti Sea Dragon dan Guitarfish. Yang paling spektakuler adalah akuarium Shark Seas yang terdiri dari 200 ikan hiu berbagai spesies, termasuk hiu martil! Woww!
Gardens by the Bay –> Taman seluas 101 hektar ini sangat menyenangkan untuk dikunjungi. Flower Dome dan Cloud Forest yang bikin nambah pengetahuan, juga Supertree Grove yang keren banget untuk foto-foto. Tak lupa berjalan di OCBC Skyway – jembatan sepanjang 128 meter dan setinggi 22 meter yang oke banget pemandangannya dari situ. Datang lagi deh pada jam 19.45 dan 20.45 untuk nonton gratis Garden Rhapsody light and sound show yang spektakuler. Saat ini dekorasi bunga di Gardens by the Bay dibuat bertema Chinese New Year dengan kambing sebagai lambang tahunnya.

OCBC Skyway @ Gardens by the Bay

OCBC Skyway @ Gardens by the Bay



Sands SkyPark –> Hotel Marina Bay Sands yang terbesar di Singapura ini memiliki 3 tower, 2560 kamar, dan 55 lantai. Kita bisa ke lantai teratasnya pada ketinggian 200 meter yaitu di SkyPark Observation Deck yang bisa melihat pemandangan Singapura 360°. Foto lansekap maupun selfie dari sana dijamin keren parah! Sambil ngopi-ngopi cantik atau makan di salah satu restoran di sana juga bisa.

Booking hotel


Saya menginap di Hotel Marina Mandarin di Raffles Boulevard, hasil booking dari Changi Recommends. Hotel berbintang lima milik grup Meritus ini terletak sangat strategis, diapit 2 mal yaitu Marina Square (bahkan nyambung pintu malnya ke lobi) dan Suntec City. Hotel bertingkat 21 ini masing-masing memiliki balkon yang langsung menghadap kota (sebagian menghadap Marina Bay), kamarnya luas dan nyaman, sarapan ala prasmanannya nikmat. Yang paling oke adalah kolam renangnya, karena airnya adalah air mineral yang dipurifikasi pake standar NASA – jadi nggak ada tuh kaporit yang bikin sakit mata.


Premier Room @ Marina Mandarin Hotel

Premier Room @ Marina Mandarin Hotel


Airport City Express Bus


Dari bandara Changi ke tengah kota emang gampang naik MRT, tapi kalo bawa barang banyak males juga turun-naik geret-geret koper. Nah, Changi Recommends mulai Februari 2015 akan menyediakan layanan shuttle bus. Tiketnya cuma SGD 5, udah termasuk tiket OCBC Skyway di Gardens by the Bay (padahal harga tiket Skyway itu SGD 5 sendiri lho!). Kabar gembiranya lagi, bus ini memiliki beberapa halte pemberhentian, termasuk Hotel Marina Mandarin, Gardens by the Bay, Raffles Hotel, dan lain-lain yang tinggal ngesot ke berbagai pusat atraksi. Karena ini adalah bus kecil berkapasitas 23 penumpang, jadi bisa masuk sampai ke lobi hotel. Dan… tiket ini berlaku 24 jam! Jadi kita bisa turun-naik sesukanya, sambil keliling Singapura dengan lebih hemat dan nggak pake ribet.


ACE Bus Route


Layanan keluar Singapura


Keluar dari Singapura, di bandara Changi area Departure sebelum check in counter maskapai penerbangan, ada juga konter Changi Recommends. Layanannya juga penting banget, seperti jasa kurir DHL (say no to bagasi overweight yang mahal), jasa plastic wrapping untuk koper, sewa WiFi router untuk 14 negara di luar negeri (khusus WN Singapura dan Permanent Resident), bahkan beli tiket pesawat last minute.


Oke banget kan layanan Changi Recommends? Traveling ke Singapura, yuk!


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 21, 2015 04:38

January 4, 2015

Satu Dekade jadi Travel Blogger

Blog yang Anda baca ini usianya sudah 10 tahun pada 2015! Nggak nyangka udah lama juga saya jadi travel blogger. Dalam rangka ultah sedekade ini, saya ingin membuat kilas balik dan menjawab pertanyaan pembaca tentang travel blogging.


Fun Facts



Teman saya Togap yang pertama mengusulkan saya membuat blog pada 2005. Dia lah yang membuatkan template-nya, jadi saya tinggal isi tulisan aja. Waktu itu masih di blogspot.
Saya doyan traveling dan menulis sejak kecil, makanya pede bikin blog khusus tentang travel karena saya merasa kedua hal itu adalah kekuatan saya.
Saya sengaja pake nama “The Naked Traveler” supaya lebih eye-catching dan ear-catching. Nggak ada hubungannya dengan porno, itu cuma plesetan dari kata “nekad”. Secara filosofis artinya “tulisan tentang traveling yang apa adanya, tidak ada yang ditutup-tutupi”.
Saya memakai pen name Trinity supaya nggak ketahuan orang kantor menggunakan fasilitas kantor untuk ngeblog berhubung internet yang kenceng saat itu ya cuma di kantor.
Saya adalah seorang yang gaptek. Blog selalu dibikinin teman. Selama ini tampilan blog sudah ganti 3 kali, dibikinin Togap, Richoz, dan terakhir Ary.
Setelah suksesnya Raditya Dika yang membukukan blognya, saya pun ditawari beberapa penerbit buku. Akhirnya Bentang Pustaka menerbitkan buku pertama saya pada 2007 berdasarkan blog. Puji Tuhan sekarang sudah jadi 11 buku yang termasuk bestselling di Indonesia.

FAQ


Apa untungnya ngeblog?


Awalnya sih sebagai dokumentasi perjalanan pribadi supaya terekam dengan baik, tidak pernah terpikir akan jadi “besar” seperti sekarang. Lama-lama merasa mendapatkan banyak manfaat, misalnya sebagai ajang latihan dalam menulis, bisa menginspirasi orang banyak, bisa ketemu orang-orang hebat, bisa traveling gratis, sampai bisa menghasilkan duit dan jadi profesi. Meski sejak adanya social media, blog itu seperti “ditinggalkan”, namun sampai saat ini blog lah yang paling bertahan dan paling (gampang) dicari di internet. Lagipula, “I’m a blogger” itu lebih dihargai di dunia daripada “I’m a selebtwit/artis instagram” bukan?  Intinya, dengan punya blog yang konsisten, kita akan dianggap expert dalam suatu bidang tertentu sehingga membuka pintu-pintu lain.


Gimana mempromosikan blog sendiri?


Dulu karena internet terbatas, saya sampe bikin bumper sticker dan dibagi-bagikan. Sering blog walking dan meninggalkan jejak URL supaya diklik. Masukin link blog di signature email. Setelah ada social media, semuanya jadi lebih mudah, tinggal share aja.


Dapet duitnya dari mana?


Terus terang blog saya belum menghasilkan duit secara langsung. Saya tidak pasang banner atau iklan baris. Ini baru mau dipasang mulai 2015 karena ternyata cukup banyak perusahaan yang meminta. Jadi selama ini penghasilan utama saya datang dari royalti buku – makanya beli buku-buku saya ya? :) Penghasilan lain ya dari fee nulis di media massa, jadi pembicara, jadi host di radio/TV, jadi buzzer di socmed, bahkan buku saya dibeli rights-nya untuk diadaptasi jadi film layar lebar.


Enak bener sih traveling gratisan mulu?


Entah kenapa belakangan ini saya sering dituduh traveling selalu gratisan. Padahal 99% traveling saya bayar sendiri. Secara saya dasarnya emang tukang jalan-jalan, jadi tanpa dibayarin pun cabut. Lagipula, traveling bagi saya adalah investasi. Memang kadang saya diundang traveling atas biaya sponsor, itu pun saya milih-milih dan bikin syarat boleh extend atas biaya sendiri. Perlu diketahui, traveling yang dibiayai sponsor itu nggak ada duitnya, karena umumnya sistem barter. Bagi saya, sponsored trip adalah business trip dimana ada kewajiban tertentu sehingga tidak bebas. Yang jelas kalau ada sponsor, saya bikin disclaimer [Adv] sebagai penanda bahwa tulisan blog saya atas “pesanan”.


Berapa modal punya blog?


Sejak ganti jadi naked-traveler.com, per tahun saya bayar hosting dan domain sekitar Rp 1,2 juta.


Kapan saya bisa jadi full time blogger?


Keep your daily job sampai Anda benar-benar yakin akan punya penghasilan yang minimal sama dengan gaji kantoran sekarang. Caranya jangan hanya dibayang-bayangkan doang, tapi ditulis/dihitung dengan bikin business plan 5 tahun ke depan terhadap diri sendiri. Saya belajar bahwa ketika kita fokus mengerjakan sesuatu, maka hasilnya pun akan lebih maksimal. Terbukti, penghasilan saya lebih banyak daripada gaji kantoran dulu – bonus bisa bangun siang, bebas cuti, dan nggak disuruh-suruh bos.


Apa pengalaman terburuk yang berhubungan dengan blogging?


Tulisan dijiplak tanpa penyebutan sumber itu sering. Blog pernah di-hack 3 kali.


Gimana caranya bertahan jadi travel blogger selama 10 tahun?


Karena passion! Passion saya adalah travel writing, jadi nggak berasa kerja meski nggak dibayar sekalipun. Memang kadang saya mengalami kebosanan nulis (traveling-nya sih nggak pernah bosan), tapi ya itu biasa terjadi, separah-parahnya posting jadi sebulan sekali. Masalah lainnya, tidak semua trip itu bisa ditulis karena saya menjaga kualitas.


Kenapa sih pelit ngasih detil rute dan biaya?


Saya orangnya sangat messy dan impulsif, makanya tulisan saya bukan model travel guide melainkan travelogue. Lagipula, hari gini apa sih nggak bisa digugling? :)


Kalau saya pengen ngeblog, bagi tipsnya dong!


Kalau Anda baru mau ngeblog, silakan baca tips saya di sini. Kalau mau konsisten jadi travel blogger, kuncinya adalah banyakin traveling-nya sehingga punya banyak bahan tulisan.


Sebagai penutup, ingat quote dari Seth Godin ini: “If you love writing or making music or blogging or any sort of performing art, then do it. Do it with everything you’ve got. Just don’t plan on using it as a shortcut to making a living.”


Terima kasih, para pembaca blog saya! Tanpa kalian, saya bukan siapa-siapa.


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 04, 2015 12:27

December 14, 2014

Running like crazy

Your mom just left in peace.


Deg. Langit pun serasa runtuh menimpa kepala dan menghempas saya ke dalam jurang yang terbuka. Ibu saya baru saja meninggal dunia. Pesan itu disampaikan tante saya yang berada di sisi almarhumah sampai nafas terakhir.


Tante saya menelepon, “What do you want me to do?” Tanpa sempat meluapkan emosi, saya meminta dia untuk menelepon yayasan pengurus kedukaan, menelepon gereja, dan mengumumkan jam pemakaman yang jatuh pada keesokan harinya karena… saya masih berjarak ribuan kilometer dari rumah! Ya, pada saat ibu meregang nyawa, saya sedang berada di Pulau Mabul, sebuah pulau terpencil di Sabah, Malaysia!


Saya berlari ke kamar memberitakan hal ini kepada teman saya, Anis. Saya menangis di kamar hanya semenit, dan langsung fokus gimana caranya bisa cepat pulang. Saya memberikan paspor dan kartu kredit saya lalu meminta tolong Anis untuk membelikan tiket online. “Gue nggak peduli berapa harganya, yang penting cepat sampai!” pesan saya.


Dengan berlinangan air mata, saya berlari ke resepsion dan bilang ada keadaan emergency. Sialnya jadwal kapal hanya ada jam 6.00 pagi dan 11.00 pagi, sementara saat itu baru jam 8.00 pagi. Terpaksa saya menyewa kapal sendiri. Bodo deh harganya mahal. Begitu dikontak, eh kapalnya lagi dipake diving di Sipadan!


Saya buru-buru packing, berlari ke dermaga untuk mengambil wet suit yang masih dijemur, berlari ke kamar meneruskan packing. Saya berlari lagi ke resepsion untuk check out dan membayar billing. Kedua Dive Master saya mendatangi dan memeluk saya. Mewek lagi.


Anis telah membeli tiket Tawau-Kuala Lumpur-Jakarta, berangkat jam 13.00. Padahal dari Mabul, saya harus naik kapal ke Sampoerna, lalu naik taksi ke bandara Tawau. Jam 10.00 kapal datang menjemput. Saya berpelukan dengan teman-teman grup diving, lalu segera loncat ke dalam kapal.


Hape saya berkali-kali bunyi karena banyaknya telepon, SMS, dan Whatsapp yang masuk. Sebagian saya angkat dan mengatakan bahwa saya sedang di Sipadan dan saya akan tiba di rumah jam 21.00. Entah kenapa keluar dari mulut saya jam 21.00, pesawatnya saja akan mendarat di Soekarno-Hatta jam 20.00, belum delay, belum antri imigrasi, antri bagasi, antri taksi – di Terminal 3 Soekarno-Hatta yang terkenal lama, dan segala macam.


Mendekati Sampoerna, mesin kapal berhenti karena tersangkut sampah! Supir kapal pun membungkuk ke air mengurai sampah pada baling-baling mesin. Arrrgh! Why now?


Sampai di pelabuhan, eh taksi saya belum datang! “Tadi dia di sini, tapi sekarang entah ke mana,” kata pemilik warung. Lha?! Saya pun duduk di warung dengan muka bete. 15 menit kemudian taksi datang, rupanya mobil pribadi yang disewa. Eh di sebelah supir ada ibu-ibu duduk. Lho kok? Supir memperkenalkan sebagai istrinya, lalu ia minta izin untuk mengantarkan ke rumah mereka! Yailaaah, nggak tau orang lagi pengen buru-buru gini! Gokilnya, setengah jam kemudian supir berhenti lagi minta izin untuk mengembalikan ban ke bengkel! Hadoooh! Yang bikin saya naik darah, bengkel masih tutup jadi nungguin supir ngetok-ngetok rumahnya dulu! Rrrrrrr!


Tiba di bandara Tawau, saya check in. Saya bilang bahwa saya ada connecting flight dan transit di KL selama dua jaman, apakah bisa bagasi check through. Kata petugasnya, “Tidak bisa. Kamu harus keluar dulu, ambil bagasi dan check in lagi. Makanya kami menyarankan kalau transit harus minimal 3 jam.” O-em-ji! Gimana nasib gue?


Saat menunggu boarding, saya mencari restoran untuk mengisi perut dan colokan untuk men-charge hape saya yang sekarat. Eh persis di bawah colokan duduk lah dua orang cewek asal Spanyol yang tinggal sehotel dan sama-sama diving di Sipadan. Kaget dengan kedatangan saya dengan muka kusut, mereka bertanya, “Que paso?” Dan tumpahlah tangis saya menceritakan. Mereka memeluk saya, membelikan air minum, dan memberi penghiburan. Ah, inilah yang saya suka dari traveling; sesama traveler dapat menjadi keluarga secara instan. Kabar baiknya, kami bertiga akan naik pesawat yang sama ke KL.


Meski terbang domestik, di bandara Sabah peraturannya tetap harus mengantri imigrasi karena paspor akan dicap. Antrian mengular. Jam 13.00 harusnya sudah boarding, tapi pesawat belum datang! Ampun dah, saya tambah stres membayangkan berlari-lari lebih cepat lagi di bandara KLIA2 yang superluas itu.


Dem, pesawat delay setengah jam! Sampai pintu pesawat ditutup ternyata dua kursi di sebelah saya kosong. Saya pun tidur selonjor sampai hampir mendarat di KL tiga jam kemudian. Begitu pesawat berhenti, saya kayak orang kampung yang langsung berdiri dan ambil tas di kabin. Saya berusaha nyempil-nyempil di antara orang yang mengantri di gang pesawat agar saya bisa keluar secepat mungkin.


Saya pun berlari kesetanan menuju baggage claim. Sialnya, bandara KLIA2 yang baru ini luaaaaasss banget, berjalan kaki biasa aja sampai setengah jam. Tiba di baggage claim, bagasi malah belum keluar! Huaaa! Saya bertemu kembali dengan kedua cewek Spanyol. Mereka menghibur, “Don’t worry. You will make it!” Tunggu punya tunggu, bagasi kedua cewek itu duluan keluar. Ampun, kenapa bagasi saya yang lamaaa?!


Saya berlari lagi kesetanan menuju check in counter di lantai tiga. Saya mengantri di belakang dua cewek Spanyol itu. Mereka berkata, “Go ahead! You go first, we can wait! You are more important than us!” Saya menyalip dan check in. Begitu boarding pass di tangan, saya berlari lagi sambil berteriak kepada mereka, “Muchas gracias!” Mereka tersenyum dan melambaikan tangan. Ah, dalam keadaan begini saya diberi dua orang malaikat. Terima kasih, Tuhan. Lagi-lagi saya berlari kesetanan menuju ruang tunggu yang berada di 20 J. Jauhnya minta ampun!


Saya mendapat kursi di belakang, lagi-lagi dua kursi di sebelah saya kosong sehingga saya bisa tidur selonjor. Tuhan memang baik, dua kali naik pesawat saya dikasih istirahat dengan badan horisontal!


TING! Begitu signal pesawat berbunyi, saya berlari ke depan, turun tangga. Dan… masih harus naik bus lagi! Saya pun melompat ke bus, berdiri di pintu, dan berlari ke konter imigrasi. Pas antri, eh ada satu konter baru dibuka. Buru-buru saya lari sehingga saya dapat antrian pertama. Saat menunggu bagasi, eh bagasi saya keluar yang pertama. Antrian customs pun saya yang pertama. Saya terus berlari kesetanan menuju antrian taksi. Begitu saya memutuskan untuk naik taksi premium agar lebih sedikit antriannya, eh pas di depan antrian taksi putih ada satu taksi yang sedang parkir. Saya buru-buru mendaftar… ternyata saya antrian pertama! Langsung saya masuk. Supir taksi saya perintahkan untuk ngebut sengebut-ngebutnya naik tol baru. I have been running like crazy the whole day, baju saya basah kuyup oleh keringat. Tidak ada yang saya inginkan selain cepat sampai rumah.


Mendekati rumah, jalanan penuh dengan mobil…  dan taksi saya stuck! Saya buru-buru turun untuk meneruskan lari, eh pas ketemu supir tante saya yang berkata, “Lari aja, mbak! Biar saya yang bawain tasnya!” Di depan taksi, tukang ojek langganan pas menyalakan motornya, “Buruan naik mbak, biar saya ojekin!”


Ojek pun ngebut sampai ke depan garasi rumah. Saya loncat masuk ke rumah menemui jenazah ibu saya yang terbaring… I’m home, mama! Saya melihat jam tangan: tepat pukul 21.00… dan pecahlah tangis saya.


Meski saya telah merawat ibu selama hampir setahun, she lost her battle to cancer. Awalnya saya menyesal kenapa tidak berada di sisinya pada saat-saat terakhirnya, namun saya sadar bahwa itulah cara beliau mencintai saya dengan membiarkan saya traveling ke salah satu tempat terindah di dunia… 


Jakarta, 17 September 2014

In memory of my beloved mother


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 14, 2014 09:36

October 24, 2014

Cara bikin e-paspor

Akhirnya drama gagal ke luar negeri gara-gara paspor saya sisa 5 bulan 28 hari telah terselesaikan. Saya pun langsung ambil ancang-ancang bikin paspor baru. Sebenernya sih bukan bikin paspor baru tapi perpanjang paspor karena habis masa berlakunya. Setelah browsing sana-sini, saya baru tau kalau sekarang ada jenis paspor baru yang lebih canggih, yaitu e-paspor.


E-paspor atau paspor elektronik ini memiliki chip yang dapat dibaca auto gate sebagian bandara sehingga kita nggak usah antri lagi di loket imigrasi bandara dan tidak perlu dicap sama petugasnya. Perlu diketahui, paspor lama bisa juga pake auto gate, tapi harus mendaftar dulu. Untuk saya sih ini sangat membantu karena dengan frekuensi perjalanan ke luar negeri yang cukup tinggi, cap imigrasi bikin halaman paspor cepat habis. Sebagian besar negara di dunia, terutama negara maju, sudah pakai sistem e-paspor sejak lama dengan tujuan untuk keamanan dan anti pemalsuan. Kabar baiknya lagi, katanya mulai 2015 visa ke Jepang bisa gratis asal punya e-paspor ini. Siapa tahu negara-negara lain juga memberlakukannya. Menarik bukan?


Berikut cara bikin e-paspor sendiri:




Lihat syarat pembuatan paspor di sini. Ingat bahwa nama Anda di semua dokumen harus sama, alamat pada KTP dan Kartu Keluarga juga harus sama – kalau nggak, nggak bakal dilayani.
Daftar online di sini. Klik “Pra Permohonan Personal”. Isilah data dengan benar. Kalau perpanjang paspor karena masa  berlaku habis, pilih Jenis Permohonan: “Penggantian-Habis Berlaku”. Untuk e-paspor, pilih Jenis Paspor “EPassport 48h”. Setelah mengisi data dengan lengkap, klik “Lanjut” terus sampai Anda mendapat konfirmasi e-mail dari spri@imigrasi.go.id berjudul “Pendaftaran Paspor Online Atas Nama [Anda]” yang berisi “Bukti Pengantar ke Bank”. FYI, sekarang pendaftaran paspor online nggak perlu lagi pake unduh dokumen.
Print lampiran tersebut dan pergi lah ke Bank BNI manapun. Bayar di teller sebesar Rp 660.000,- sudah termasuk Rp 5.000,- untuk biaya transfer. FYI, biaya paspor biasa hanya Rp 305.000, jadi e-paspor memang lebih mahal. Lalu Anda akan mendapat slip “Tanda Bukti Pembayaran Imigrasi” sebanyak 3 lembar.
Buka e-mail yang tadi dan klik “LANJUT” yang terdapat pada kalimat isinya. Masukkan “Nomor Jurnal Bank” yang terdapat pada slip bank dan pilih tanggal kedatangan di Kantor Imigrasi. Lalu Anda akan mendapat e-mail lagi dari spri@imigrasi.go.id yang berisi lampiran “Tanda Terima Pemohon” dan “Formulir Surat Perjalanan Republik Indonesia” (total ada 3 lembar). Print lampiran tersebut lalu isi formulir dengan menggunakan huruf cetak dan tinta hitam.
Datanglah sesuai tanggal di Kantor Imigrasi yang telah Anda pilih antara jam 08.00-14.00. Pakai baju rapi dan tidak boleh berwarna putih. Bawalah KTP, Kartu Keluarga, Akta Lahir dan paspor lama – semua yang asli dan fotokopinya masing-masing selembar ukuran A4. Jangan lupa bawa juga “Tanda Terima Pemohon” dan slip “Tanda Bukti Pembayaran Imigrasi” dari bank. Karena menunggu antrian bakal lama (saya di Kanim Jakarta Selatan datang jam 8.00 nunggunya 2 jam), bawalah buku bacaan atau smartphone dengan batre penuh.
Begitu sampai di Kantor Imigrasi, ambil lah nomor antrian elektronik dan bilang bahwa Anda mendaftar Online. Tunggu sampai giliran nomor Anda yang dipanggil.
Sekarang pembuatan paspor sistemnya One Stop Service, jadi Anda hanya akan berhadapan dengan 1 petugas di 1 meja (dulu bolak-balik 3 hari dengan banyak meja). Urusannya cuma 5 menit karena cuma verifikasi dokumen, foto, dan pengambilan sidik jari digital. Perhatikan baik-baik data Anda pada layar komputer karena tidak bisa diubah lagi setelah itu. Kalau merasa muka foto Anda kurang oke, bisa kok minta diulang fotonya. Setelah itu, slip bank akan dicap untuk waktu pengambilan paspor beberapa hari kerja sesudahnya. Waktu itu saya sih 3 hari sesudahnya. Untuk memastikan status paspor Anda, cek di sini, pilih “Status Permohonan Personal” dan masukkan “No. Permohonan” (ada di e-mail atau slip bank).
Datang ke Kantor Imigrasi sesuai hari dan jam yang tertera pada cap dengan membawa slip bank. Ambil nomor antrian dan tunggu panggilan. Anda akan disuruh tanda tangan pada formulir dan menyerahkan fotokopi e-paspor yang baru. Fotokopi bisa di Koperasi kok. Kalau perpanjangan paspor, mintalah paspor lama Anda untuk kenang-kenangan. Perbedaan e-paspor dengan paspor biasa adalah ada chip di cover paspor (yang lebih tebal) pada bagian bawah kanan.

Gampang kan? Jadi nggak perlu tuh pake agen, apalagi calo. Saya sungguh salut dengan Ditjen Imigrasi yang telah meningkatkan layanan publiknya sehingga mudah! By the way, saya ingatkan lagi bahwa saya bukanlah petugas Ditjen Imigrasi, jadi kalau ada pertanyaan silakan menghubungi www.imigrasi.go.id langsung ya! :)


Let’s travel the world!


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 24, 2014 02:12

October 14, 2014

Gagal ke Myanmar

Ingat September 2014 lalu Bentang Pustaka ngadain undian Free Trip bareng saya sambil nobar timnas sepak bola U-19 yang bertanding Piala AFF ke Myanmar? Syaratnya cuman ngumpulin struk pembelian buku-buku The Naked Traveler apapun. Pada 25 September 2014 pengundian dilakukan oleh saya pada saat launching buku #TNTrtw di Togamas, Yogyakarta. Pemenangnya adalah @FathurIrham dan @sisca_lustia. #TriniTrip ini juga akan ditemani oleh pihak promosi Bentang Pustaka, Ditta. Tentu saya hepi berat, karena saya lagi butuh “pelarian” setelah ibu saya meninggal dunia bulan yang lalu. Apalagi saya belum pernah ke Myanmar!


Penerbangan kami ke Yangon naik Malaysia Airlines (MH) jam 4.40 pada 10 Oktober 2014. Kami berempat berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta jam 2.00 pagi. Saya sampe belum tidur karena takut bablas.


Saat check in di konter MH, tiba-tiba si mbak petugas mukanya berubah lalu berkata, “Mau ke Myanmar? Visanya mana?”


“Hah? Visa apaan, mbak? Kan WNI bebas visa ke sana!” jawab saya.


“Nggak. Harus pake visa. Memang tidak harus apply dulu ke Kedutaan Myanmar, tapi sekarang pake e-visa yang di-apply online, lalu diambil di bandara Yangon.”


“Hah? Sejak kapan? WNI bebas visa kok! Lha berita-beritanya aja udah ada.”


“Nggak bisa. Tetap pake e-visa! Ini contohnya…” kata si mbak ngotot sambil menyerahkan selembar fotokopi e-visa orang lain sambil menunjuk-nunjuk. “Nah, harus ada yang kayak begini. Yang ngeluarin ini, ada tandanya begini.”


“Lah, itu kan e-visa orang Finlandia, bukan Indonesia.”


“Ya, sama aja. Semua harus begitu sekarang.”


“Nggak, mbak. Saya yakin free visa kok!”


“Yang jelas saya nggak bisa check in-in kalian. Kalau mau protes, tunggu aja staf MH nanti datang 15 menit lagi.”


JEDER!


Dengkul saya langsung lemas. Kami pun melipir mundur, duduk di lantai pojokan bandara. Segera kami browsing lagi dengan kata kunci “visa Myanmar”. Eh iya lho, sejak 3 Oktober 2014 ada sistem Visa on Arrival yang harus apply e-visa dulu. Dan… waktu pengurusannya 7-14 hari! Ih, meneketehe! Secara udah yakin bebas visa kok untuk WNI. Astagaa, kasian banget pemenang yang udah ambil cuti. Aduh, bagaimana iniiii? Ditta menghubungi teman-temannya yang sudah berangkat ke Myanmar, tapi tidak ada balasan.. secara baru jam 3 pagi. Hadeuh!


15 menit kemudian kami ke konter lagi untuk ketemu staf MH.


“Kalian ke Myanmar ngapain?” tanya bapak MH.


“Mau mendukung Indonesia nonton bola U-19!” jawab kami serempak.


“Oh, pantes dari kemarin banyak wartawan yang berangkat juga. Eh iya… WNI bisa kok ke Myanmar tanpa visa, tapi cuma dapat 14 hari dan harus ada tiket pulang. Kemarin rombongan wartawan itu nggak punya tiket pulang, akhirnya mereka semua beli di sini dulu sebelum diperbolehkan terbang.”


Nah, kan! Rese emang tu mbak! “Ada kok tiket pulangnya! Kami Cuma 5 hari di Myanmar.”


“Eeeh… tapiii… atas nama Ibu XXXXXXXX (nama saya) tidak bisa ikut!” sahut bapak MH lagi.


WHAT?


“Lah? Kenapa?” tanya saya superkaget. Apa lageee iniii?!


“Syarat visa Myanmar paspornya harus berlaku minimal 6 bulan.”


“Lah, paspor saya kan expire April 2015”


“Tapi di sistem kami, paspor ibu 5 bulan 28 hari, atau kurang 2 hari dari 6 bulan!”


“2 hari doang?! Ya ampun, Pak. Saya sering kok paspor expire 2 bulan juga masih bisa dipake di Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina. Kan sesama ASEAN dan bebas visa ini. Lagian, perpanjang paspor sebelum 6 bulan juga belum bisa di kantor imigrasi,” rayu saya sambil ngeles.


“Nggak bisa, bu. Myanmar ini strict banget. Daripada kami yang didenda karena menerbangkan ibu.”


Dan seterusnya dan seterusnya saya usaha ngeles dan merayu, tetep NGGAK BISA! Ampuun!


“Trus solusinya gimana dong?”


“Ibu bikin aja paspor yang sehari jadi. Tiketnya saya mundurin sampe besok, jadi ibu bisa nyusul.”


HAK JLEB!


Dengan berat hati (dan dongkol setengah mati), saya harus merelakan nggak jadi barengan pergi Myanmar. Saya pun meminta maaf kepada para pemenang sehingga trip “jalan bareng Trinity” jadinya “jalan bareng Ditta”! Huhuhuuu…


Saya pun pulang dengan lunglai. Jam 4 pagi saya browsing gimana caranya bikin paspor sehari. Dari blog-blog orang semua mengatakan bahwa pengurusan paspor memang sehari, tapi diambilnya sehari kemudian. Dan sekarang hari Jumat pula! Aaaaaaaak! Saya ke situs Ditjen Imigrasi pun isinya kabar buruk. Perpanjangan paspor One Day Service sudah ditiadakan, jadinya diganti jadi One Stop Service yang harus submit online, lalu urus ke kantor imigrasi, dan diambil keesokan harinya. Lha, kok malah kemunduran gini! Saya masih usaha dengan submit aplikasi online, eh dapat jadwal ke kantornya aja seminggu kemudian… di semua kantor imigrasi! AAAAAAAAAK!


Tak hilang akal, saya pun menghubungi follower saya yang bekerja di imigrasi, kali pake orang dalam bisa lebih cepat. Tapi setelah di-DM, tidak ada balasan. Ya iyalah, masih subuh begini! Saya menghubungi teman saya si Nina yang punya sepupu di imigrasi. Tetap tidak ada balasan. Sampai jam 8.00 saya baru bisa menghubungi orang-orang. Perjuangan hari itu diakhiri dengan jawaban orang imigrasi, “Maaf, mbak. Saya sudah menghubungi teman-teman tapi dengan sistem sekarang ini memang paspor bisa diurus sehari, tapi baru bisa diambil hari Senin.”


JEDERRR!


Pupus sudah harapan! Saya sungguh mohon maaf kepada Bentang Pustaka dan para pemenang #TriniTrip. Setiap hari saya cuma bisa sirik lihat foto-foto mereka jalan-jalan dan nonton bola di Myanmar. Saya jadi mikir, mungkin saya “diberkahi” dengan jalan yang nggak mulus makanya jadi banyak cerita. Hikz. #kzl #zbl



Catatan:

Sampai sekarang pun saya belum bisa mengurus perpanjangan paspor. Semua dokumen penting keluarga ada di Safe Deposit Box ibu saya di bank, yang ternyata hanya bisa dibuka oleh ibu saya… yang sudah meninggal dunia! Gimana cara buka box-nya? Harus ada Akta Kematian ibu saya dan Surat Waris. Gimana cara urus Akta Kematian? Bawa Akta Kelahiran ibu, Akta Pernikahan, Akta Kematian bapak saya… yang semua ada di box itu! Sekarang, gimana caranya saya urus paspor saat Akta Kelahiran dan Ijazah asli saya ada di box itu juga? Ya ampun, duniaaaa… ribet banget sih!


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 14, 2014 06:54

October 6, 2014

10 kesan Turis Brasil tentang Indonesia

Kalau memperhatikan timeline Twitter @TrinityTraveler setengah tahun yang lalu, saya sempat mem-posting kisah singkat tentang seorang teman asal Brasil yang berkunjung ke Indonesia dengan menggunakan tagar #TurisBrasil. Ya, di adalah Daniel. Kami berkenalan pertama kali di sebuah hostel busuk di kota kecil bernama Puerto Varas di Chile saat saya #TNTrtw setahun. Dari situ lah kami akhirnya jalan bareng di kota-kota berikutnya di Chile.


Beberapa bulan setelah saya kembali dari #TNTrtw, kami chatting. Ternyata dia merasa terinspirasi dengan trip RTW saya setahun. Gokilnya, dia juga resign dari kantornya di bank nomor satu di Brasil (dia seorang IT Analyst) dan pergi jalan-jalan RTW selama delapan bulan!Singkat kata, atas undangan saya pada April 2014 sampailah dia pertama kali di Indonesia. Awalnya tinggal di Bali 10 hari, lalu jalan sama saya di Jakarta dan Bandung selama seminggu.


Setelah lebih dari dua minggu di Indonesia, saya tanya apa kesan-kesannya terhadap Indonesia.Memang tidak bisa digeneralisasikan – apalagi hanya di 3 kota besar, tapi saya somehow setuju dengan perkataannya. Begini lah katanya:


1. Alam Indonesia wonderful. Tidak usah dibahas lagi. Saya supersetuju. Sesuai ya dengan semboyan pariwisata kita ya?


2. Orang Indonesia ramah. Ini sih tidak pernah disangsikan oleh turis asing manapun.


3. Di Indonesia, dia merasa tiba-tiba jadi artis. Kenapa? Karena banyak sekali orang Indonesia yang ngajak foto bareng, termasuk di Bali. Semua teman bule saya pasti pernah merasakan hal ini. Entah kenapa dari dulu sampe sekarang, orang kita doyan banget foto sama bule. Puncaknya saat kami di Kawah Putih di Jawa Barat. Saya jadi merasa kayak makelar karena sering dimintai izin oleh… puluhan orang!


4. Orang Indonesia tidak bisa lepas dari ponsel. Dia sangat heran melihat orang Indonesia di manapun pasti terpaku di depan layar ponsel, termasuk di restoran saat orang-orang duduk semeja berhadap-hadapan – bahkan saat sedang berbicara one on one. Dia juga heran melihat orang kita pada punya power bank saking tingkat ketergantungannya yang tinggi. Saya aja yang termasuk jarang main ponsel – apalagi saat makan, dianggapnya masih keterlaluan. Jleb banget nggak sih?


5. Perilaku orang Indonesia berkendara sangat gila. Hampir semua mengendarai mobil dan motor tidak mentaati peraturan. Lampu merah dilanggar, ada orang menyebrang di zebra cross tapi kendaraan tidak ada yang berhenti, trotoar yang dipake untuk parkir dan berjualan, motor yang nyelip di tengah jalur mobil, motor dan truk yang overload, dan lain sebagainya. Lebih herannya lagi saat dia pernah lihat mobil patroli polisi berjalan santai melawan arah dalam keadaan tidak sedang mengejar penjahat. Nah lho!


6. Orang Indonesia jago berbahasa Inggris. Mengingat orang Brasil sangat jarang bisa berbahasa Inggris (bahkan se-Amerika Latin), maka orang Indonesia jadi tampak jago. Di Indonesia, tukang sapu pun bisa menunjukkan arah dalam bahasa Inggris. Pengucapan bahasa Inggris orang Indonesia yang paling dimengerti dibanding orang Asia lainnya. Bahkan orang kita bisa tiba-tiba switch ke bahasa Inggris di tengah kalimat berbahasa Indonesia. Hmm… is that good or bad ya? #ketularan


7. Bule dianggap lebih tinggi derajatnya dibanding orang Indonesia sendiri. Awalnya dia nggak merasa karena selalu kongkow sama sesama turis bule di Bali. Tapi begitu dia jalan sama saya, keliatan banget orang kita justru mengacuhkan saya. Kejadian paling parah saat kami dugem di Eastern Promise di daerah Kemang. Para waitress hanya ngajak ngomong dia, sedangkan saya dilirik pun tidak. Apapun yang saya order, pasti dicuekin. Sementara begitu dia yang order, muka waitress langsung jadi ramah. Jadi bener kan? Nggak usah jauh-jauh ke mana-mana, di negara kita sendiri justru kita yang terkena diskriminasi rasial oleh bangsa sendiri. Huh.


8. Masakan babi di Indonesia adalah yang paling enak dirasakan seumur hidupnya, padahal di negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia. Hehe! Waktu itu saya ngajak dia makan mie pake carsiu garing madu. Well, masakan Indonesia – apapun masakannya – emang paling enak sedunia bukan?


9. Pijatan Indonesia adalah yang paling enak di dunia, murah pula! Selain pijat ala Bali, dua kali saya mengajaknya pijat refleksi dan pijat tradisional. Dengan harga kurang dari USD 10 untuk 1,5 jam, katanya murah banget. Ya iyalah, makanya saya cinta banget Indonesia!


10. Senang dengan konsep karaoke di Indonesia. Secara dia adalah seorang pemusik dan doyan nyanyi, karaoke adalah salah satu aktivitas favoritnya. Tapi cuma karaoke di Indonesia yang bentuknya kamar privat dengan sound system yang baik dan pilihan lagu yang banyak, serta harga yang terjangkau. Yang dia kagum, lagu-lagu berbahasa Portugis pun ada, seperti Ai Se Eu Te Pego dan Barra Barra-nya Michel Teló yang juga sering dinyanyikan band-band bar Indonesia.


1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 06, 2014 07:28

September 24, 2014

Buku “The Naked Traveler” Republish

#TNTrepublish


Kalau Anda memperhatikan toko buku atau timeline akun sosial media saya,terlihat empat buku dengan cover warna kuning berjudul “The Naked Traveler” 1 sampai 4. Apakah itu buku baru? Atau cuman ganti cover doang? Republish artinya apa sih?


Mengapa Republish?


Republish artinya “diterbitkan kembali”. Ngapain pake republish segala? Pertama, pertumbuhan jumlah toko buku di Indonesia yang kecil tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah buku yang pesat. Bayangkan, ada ratusan buku baru terbit setiap bulannya… mau ditaro di mana di rak toko buku? Kedua, jaringan toko buku terbesar di Indonesia itu mendominasi –  bahkan memonopoli industri, sehingga mereka yang kewalahan men-display buku membuat suatu kebijakan bahwa bila sebuah judul buku tidak laku sekian buah dalam jangka waktu tertentu maka akan ditarik dari display. Kebijakan itu menyulitkan pembaca untuk membeli buku-buku lama.


Memang saat ini toko buku online semakin banyak dan sebagian buku dijual dalam bentuk e-book yang bisa diunduh melalui mobile apps, namun sebagian besar masyarakat kita masih senang membeli buku langsung dari toko buku karena bisa disentuh.


Ingat buku The Naked Traveler 1? Ia diterbitkan pada tahun 2007. Beruntung sebagian toko masih menjualnya, namun tetap buku yang sudah lama terbit akan semakin sulit tersedia meski demand-nya masih ada. Oleh karena itu strategi penerbit buku (dalam hal ini Bentang Pustaka) adalah menerbitkan buku edisi republish, agar buku-buku lama kembali tersedia di toko buku dan pembaca dapat dengan mudah membelinya.



Apa perbedaan buku TNT lama dan TNT republish?


Perbedaan utamanya adalah dari segi tampilan. Dulu cover TNT 1-4 lama berwarna-warni ngejreng (biru, hijau, oranye, magenta), sedangkan TNT republish semua berwarna kuning dengan konsep barang-barang traveling kesayangan saya (kaca mata hitam, t-shirt, celana pendek, kamera saku) yang digantung pada seutas tali jemuran.


Selain cover-nya diganti, tampilan isinya pun diganti. Dulu halaman buku TNT hanya satu warna, sekarang TNT ada dua warna. Ilustrasi diubah menjadi lebih besar, clean, dan modern. Tulisan telah di-edit ulang, informasi telah di-update.


Sebagian tulisan yang dianggap tidak sesuai dengan zaman sekarang dihilangkan. Ingat TNT1 dan TNT3 pernah ditarik dari peredaran? Di TNT republish, tulisan yang dulu pernah di-ban dimunculkan kembali dengan editan baru! Yihaa!


Perbedaan lainnya adalah dari segi harga. TNT republish harganya lebih mahal daripada TNT lama. Maklum, kan ada inflasi sehingga harga produksi semakin naik. Persentasi royalti saya sih nggak naik kok. #curcol


Mengapa perlu membeli TNT republish?


Kalau Anda merasa rugi sudah beli TNT lama tapi muncul TNT republish yang lebih kece, plis jangan merasa begitu. Seharusnya Anda bangga karena Anda lebih dahulu mengenal TNT dibanding yang lain, bahkan ada yang grew up with the books sampai Anda terinspirasi sudah traveling sendiri ke mana-mana. Lagipula, bukankah bangga punya buku TNT yang edisi vintage? Hehe!


TNT republish utamanya ditujukan bagi pembeli pemula yang belum pernah membaca TNT sebelumnya. Namun bagi yang sudah punya, tidak ada salahnya membeli lagi sebagai collector’s items. Karena TNT sudah lama terbitnya, seringkali bukunya sudah hilang entah ke mana. Kalau kangen, kan sekarang bisa beli lagi. Kalau Anda merasa buku TNT telah merubah hidup Anda, ada baiknya Anda membelikan buku TNT untuk teman/saudara agar mereka mengikuti jejak Anda. Beli yang mana? Ya TNT republish dong! #teteppromosi


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 24, 2014 09:12

September 5, 2014

[Buku Baru] The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip

#TNTrtw


Segera terbit buku terbaru saya berjudul The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip (hashtag: #TNTrtw).

Buku ini adalah kumpulan cerita dari perjalanan saya keliling dunia ke 22 negara selama satu tahun penuh pada Oktober 2012-Oktober 2013.

Karena ceritanya panjang, maka buku ini akan terbagi dua; Part 1 dan Part 2, yang akan terbit sekaligus pada waktu yang sama. Bisa dikatakan ini adalah seri kelima dari buku The Naked Traveler yang sudah kita tunggu bersama.

Diterbitkan oleh Bentang Pustaka, harganya masing-masing Rp 69.000,- dan merupakan Special Edition karena isinya full color!


Launching #TNTrtw





Hari/Tanggal: Selasa, 9 September 2014

Jam:                 19.00 – 20.00 WIB
Tempat:           Gramedia Grand Indonesia, East Mall Lantai 3A, Jakarta Pusat

Silakan datang langsung, acaranya gratis kok. Beli buku-bukunya di sana supaya bisa sekalian dapat tanda tangan saya dan foto bareng :) Ingat lho, persediaan terbatas!


Pada acara tersebut, akan launching juga buku seri “The Naked Traveler” 1-4 Edisi Republish dengan tampilan yang lebih menarik seperti ini:




TNT Republish




Tidak bisa hadir ke acara launching tersebut? Atau tidak sabar buku #TNTrtw sampai di kota Anda? Anda bisa melakukan PO (Pre Order) buku #TNTrtw pada 1-7 September 2014 melalui toko-toko buku online, seperti @mizanstore, @kutukutubuku, @inibuku, @bukabuku, @pengenbuku, @bukukita, @tokobaca, @temanbuku, @parcelbuku, @bucanban, @bukubukularis, @bookoopedia, dan akan mendapat diskon 15-20%.


555 set buku pertama akan mendapatkan langsung tanda tangan saya dan bonus postcard keren foto-foto perjalanan saya.

Jangan lupa kumpulkan struk pembeliannya untuk memenangkan hadiah GRATIS Nobar Timnas U-19 berlaga di AFF + jalan-jalan di Myanmar bareng saya pada Oktober 2014. Sertakan nama, alamat, nomor telepon, nomor KTP dan paspor ke promosi@bentangpustaka.com

Khusus Anda yang tinggal di daerah Jabodetabek, struk tersebut bisa memenangkan hadiah dinner bareng saya yang akan diadakan di Jakarta pada akhir September 2014. Tata caranya silakan klik ini.


Buku #TNTrtw mulai dijual di toko buku pada pertengahan September 2014 mulai dari Jabodetabek, Pulau Jawa, dan seterusnya di luar Pulau Jawa secara bertahap. Jadi mohon bersabar ya?


Sinopsis


#TNTrtw Part 1: 

Kalau umumnya orang Indonesia jalan-jalan maksimum dua minggu, Trinity jalan-jalan selama satu tahun penuh! Ia telah mencapai lebih dari 144.577 km dan berkunjung ke 22 negara di dunia.

Apa saja sih yang harus dipersiapkan kalau mau jalan-jalan selama lebih dari 365 hari? Wuihh, pasti nggak kebayang deh. Mulai dari hal dasar seperti baju, bahan makanan, akomodasi, mengurus transportasi, sampai urus visa ke sana kemari.

Berbekal perencanaan matang dan tekad “gimana di sana lah ntar”, Trinity mantap melangkahkan kakinya dan bertualang mengitari bumi.

Di buku The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip Part 1 ini, kita akan diajak jalan-jalan keliling Eropa, Brasil, Cile, Peru, dan Ekuador. Mulai dari mengunjungi negara baru bernama Republik Uzupis, menangis di kamp konsentrasi Nazi di Auschwitz, menginap di penjara tua di Ljulbljana, mendaki kota Inca yang hilang di Machu Picchu, memancing ikan piranha di Sungai Amazon, hingga berenang bersama ratusan singa laut di Galapagos!


#TNTrtw Part 2:

Cerita setahun jalan-jalan keliling dunia Trinity belum berakhir serunya! Masih ada Kolombia, Kuba, Jamaika, Meksiko, Guatemala, dan lain-lain yang menanti.

Apa saja sih yang seru di The Naked Traveler: 1 Year Round-The-World Trip Part 2 ini? Bersiaplah untuk berdebar-debar menyusup ke pusat kartel Kolombia, nyekar ke makam Che Guevara di Kuba, bertamu ke rumah Bob Marley di Jamaika, diving di gua suku Maya di Meksiko, hingga meluncur di air terjun di Guatemala.

Selain petualangan Trinity ke tempat-tempat yang eksotis itu, kita juga akan disuguhi berbagai cerita yang mengharu biru. Dalam satu tahun, menginap di berbagai hostel dan naik bus dengan bermacam kondisi, dipaksa cepat beradaptasi dengan bahasa yang asing di telinga, dan mengatur menu makan sehemat mungkin, tentu bukan perkara yang mudah. Namun, bukan Trinity namanya kalau tak berhasil mengubah situasi sulit jadi penuh gelak tawa.






 


 


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 05, 2014 07:50

August 29, 2014

Jamaika = rambut rasta + cimeng?

Apakah benar Jamaika itu isinya orang-orang berambut rasta dan tukang nyimeng semua? Itulah bayangan orang pada umumnya tentang Jamaika. Termasuk saya. Makanya saya seneng banget traveling, karena bisa membuktikan bahwa anggapan umum tentang sesuatu itu benar atau tidak. Indahnya traveling ya gitu, rasanya seperti ke sekolah tanpa ada guru yang meneror.


Berikut adalah beberapa mitos dan faktanya:


Semua orang berambut rasta


Sering orang menyebut rambut panjang gimbal itu sebagai “rambut rasta”. Padahal rasta itu adalah singkatan dari Rastafari dan itu adalah kepercayaan sebagian orang Jamaika. Dalam bahasa Inggris model rambut gimbal itu disebut dreadlock, bukan rasta.  Orang Jamaika menyebutnya dreadlock juga atau natty dread. Kenyataannya, di Jamaika yang berambut gimbal sedikit, bahkan kurang dari setengah dari penduduknya.


Yang berambut gimbal pun umumnya cowok. Rambut gimbal ini milik segala umur, namun tidak semua rambut bisa gimbal. Hanya yang pure dan memiliki rambut kasar dan ngembang yang bisa digimbal. Martin, satpam hostel di Negril, bilang waktu kecil rambutnya berdiri dan besar, makanya rajin dipilin sehingga membentuk dreadlock. Tanpa jenis rambut begitu, seseorang memerlukan wax untuk membentuknya dan setengah mati bikinnya. Kalau Martin sih didiemin aja rambutnya akan begitu terus, rambut yang tumbuh langsung otomatis ikut terpilin. Topi rajut yang besar itu kadang digunakan untuk menutup kepala beserta pilinan rambut yang kalo diuwel-uwel kayak ular. Lucunya, ada tetangga hostel seorang kakek-kakek yang rambutnya putih semua… tapi gimbal! Jadi, dreadlock uban itu eksis, saudara-saudara! Hahaha!


Kembali tentang Rastafari. Kepercayaan ini berasal dari Etiopia yang memiliki nabi yang dipercaya merupakan keturunan langsung dari Raja Salomo dan titisan tuhan, bernama Haile Selassie I, Emperor of Ethiopia yang bertahta tahun 1930–1974. Akar ajarannya diambil dari agama Yahudi dan Kristen, bahkan lebih strict karena mereka adalah vegetarian. Sebagian istilah yang sering kita dengar dalam lagu reggae berasal dari ajaran Rastafari, misalnya “Jah” yang berarti Allah, “Zion” yang berarti Tanah Perjanjian/surga di bumi yang merujuk ke Ethiopia – lawan katanya adalah “Babylon”, dan “Lion of Judah” yang merupakan simbol Rastas.


Bahasa Inggrisnya kacau


Sebenarnya kurang tepat juga. Jamaika memang bekas jajahan Inggris, dengan bahasa resmi pemerintahannya adalah Inggris. Namun bahasa sehari-hari mereka adalah Patois yang merupakan gabungan antara bahasa Afrika dan bahasa Inggris. Pada abad 17 budak-budak dari Afrika Barat dikirim ke Jamaika oleh bangsa Inggris, maka terjadilah percampuran bahasa.


Saya sendiri mengalami kesulitan mengerti pembicaraan mereka karena terdengar seperti nge-rap. Contohnya, “weh yuh live?” artinya “where do you live?” dan “mi luv yuh” artinya “I love you”. Lalu diperparah dengan bahasa slank, contohnya “wah gwaan” artinya “what’s up?” dan “Mi deh leff, lickle more!” artinya “I am leaving, see you later!” Setelah 2 minggu, saya cuma bisa lancar ngomong “Ya, man!” (“man” dibaca seperti “nyaman” dalam bahasa Indonesia) setiap bilang “yes!” dan kalau setuju banget jadinya “Yaaa, man! Yaaaa, man!” Hehehe.


Semua orang Jamaika jago lari, kayak Usain Bolt


Nggak juga. Tapi secara fisik orang Jamaika memang sudah diciptakan Tuhan memilki gen yang menunjang seseorang menjadi pelari. Badannya keras kayak kayu jati dipahat dengan kaki kuat. Tapi ingat, mereka hanya terkenal sebagai pelari sprint. Kalau pelari jarak jauh/marathon rajanya dari Ethiopia karena alamnya memang sulit sehingga endurance-nya lebih tinggi  tapi kurang jago sprint. Saya pernah tanya kepada pemilik warung bernama Montell, kenapa mereka jago sprint. “Di sini banyak penjambretan dan perampokan, jadi kita harus bisa lari cepat!” jawabnya sambil terkekeh.


Secara ilmiah, menurut penelitian Professor Errol Morrison, presiden University of Technology, orang Jamaika jago lari karena selain gen ras kulit hitam yang kuat, makanan pokoknya yam (semacam umbi-umbian) dan pisang hijau yang dipercaya memiliki zat mirip steroid dan sumber energi tinggi. Ditambah disiplin dan kerja keras, pantaslah pelari Jamaika berjaya di dunia.


Semua orang nyimeng


Cimeng, cannabis, marijuana, atau ganja adalah sejenis tumbuhan yang dapat memberikan efek relaks, menaikkan mood atau euforia, dan meningkatkan selera makan.  Sebagian besar negara di dunia memasukkan cimeng sebagai narkoba makanya ilegal. Meski bagi kaum Rastafaria nyimeng itu merupakan sebagian dari ritual, tapi cimeng di negara ini ilegal baik pemakai, penjual, pendistribusi, maupun penanaman.


Tapi memang cimeng itu ada di mana-mana dan cuek aja. Saya masih ingat begitu mendarat di Jamaika dan keluar bandaranya, bau yang tercium pertama kali adalah bau cimeng! Seterusnya di mana-mana, bahkan di udara terbuka yang tercium ya bau cimeng, padahal orang-orangnya tidak terlihat. Mungkin seperti di Indonesia dimana orang merokok kretek. Bau kretek yang khas itu yang tercium oleh orang asing, termasuk saya. Mendapatkan cimeng  mudah dan harganya pun murah. Waktu itu pernah ditawari tukang kebon hostel seplastik kecil dibandrol cuma sekitar Rp 20.000,– Rp 40.000,-, bandingkan di Jakarta dengan harga Rp 50.000,- cuma dapat 3 linting.




Ini adalah sebagian kecil tulisan di buku terbaru saya, “The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip” (#TNTrtw), yang akan terbit September 2014! Pre order (PO) dengan bonus tanda tangan dan kartu pos dapat langsung dipesan ke toko buku online, seperti @mizanstore, @inibuku, @bukabuku, @pengenbuku.


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on August 29, 2014 10:01

Trinity's Blog

Trinity
Trinity isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Trinity's blog with rss.