Trinity's Blog, page 2
October 12, 2024
5 Destinasi Wisata Otentik Bali
Meskipun saya sudah sering ke Bali, tapi Bali nggak pernah ngebosenin karena vibe-nya asyik dan selalu ada hal baru untuk dijelajahi. Selain itu, Bali memiliki banyak destinasi wisata yang otentik, yang hanya ada di Bali doang. Istilahnya, nggak buka cabang di Jakarta atau di manapun!
Ini saya rekomendasikan 5 destinasi wisata otentik Bali–semua titiknya bisa kamu capai dengan layanan GoCar dari Gojek di Bandara Ngurah Rai;
Nasi Ayam Bu Oki“Belum ke Bali kalau belum makan nasi ayam Bu Oki” adalah istilah yang sering didengar. Tak heran warung Nasi Ayam Bu Oki banyak diminati para turis domestik, termasuk saya. Biasanya, begitu saya mendarat, langsung menuju warung Bu Oki di Jl. Raya Tuban, sebelum check-in ke hotel.
Seporsi nasi ayam khas Bali ini terdiri dari nasi putih, ayam betutu, ayam suwir, sate lilit, telur, kacang tanah goreng, lawar kacang panjang, urap, dan sambal matah. Kita bisa pilih yang biasa atau pedas. Wah, rasanya enak dan nggak pernah berubah dari dulu! Gurih, pedas, manis yang seimbang dengan bumbu yang meresap ke dalam ayamnya. Porsinya juga pas mengenyangkan dengan harga Rp 25 ribu/porsi.
Nasi ayam khas Bali. Warung Nasi Ayam Bu Oki hadir di Bali sejak 2002. Pemiliknya, Ibu Sri Maryawati, mulai berbisnis kuliner sejak terkena dampak dari Bom Bali 1 yang membuat perekonomian keluarganya memburuk. Awalnya buka warung di emperan, saat ini sudah ada enam cabang, yaitu di Jimbaran, Nusa Dua, Ungasan, Tuban, Kuta, dan Sanur. Catat ya, jam bukanya dari jam 8 pagi sampai 9 malam. Yuk lah, dicobain!
2. Pasar Ikan Kedonganan
Makan seafood di Pantai Jimbaran Bali sepertinya sudah menjadi agenda wajib turis domestik, namun lama-lama saya nggak kuat dengan antrean panjang dan harga yang mahal. Beberapa tahun belakangan, atas saran warlok Bali, saya pun berpindah makan seafood di Pasar Kedonganan dengan harga yang jauh lebih murah tapi rasanya tak kalah nikmat!
Pasar Ikan Segar Desa Adat Kedonganan berada di Jl. Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta–hanya bergeser 10 menit berkendara ke arah utara dari Jimbaran. Perlu dicatat, pasar ini bukanya jam 7 pagi sampai 7 malam. Di pasar ini kita membeli aneka seafood seperti ikan, kerang, udang, cumi-cumi, lobster, dan kepiting. Harganya bervariasi tergantung ketersediaan, sekitar Rp 25 ribu/kg sampai Rp 100 ribu/kg, kecuali lobster dan kepiting bisa mulai dari Rp 125 ribu/kg.
Udang aja beraneka jenis!Banyaknya seafood yang kita beli di pasar perlu disesuaikan dengan daya tampung perut, karena setelah itu, kita bawa ke salah satu warung di kawasan pasar untuk dimasak. Biayanya sekitar Rp 20 ribu/kg, sudah termasuk sambal yang pedasnya nendang. Pesan aja nasi, sayur, dan minum di warung. Tinggal tunggu dibakar, lalu siap disantap! Seafood yang segar, rasanya manis dan nggak ada amisnya, apalagi bumbunya gurih jadi bikin nambah nasi! Kalau view bukan prioritas, makan di sini enak dan hemat!
3. Kecak Uluwatu
Pertunjukan tari tradisional Indonesia yang paling keren menurut saya adalah Kecak Uluwatu di Bali! Selain karena tariannya unik, latar belakangnya ada pura dan panorama matahari terbenam (sunset) yang spektakuler! Lokasinya tidak jauh, di Pura Luhur Uluwatu, sekitar 40 menit naik mobil dari Bandara Ngurah Rai.
Rama & Sita dikelilingi penari Kecak. Kecak asal Bali ini merupakan tarian yang dilakukan oleh 50-an pria yang duduk melingkar, mengeluarkan suara, “Cak, cak, cak!” dengan irama tertentu sambil menaikkan kedua lengan ke atas. Sejatinya mereka mengiringi musik melalui suara sendratari legenda Ramayana yang berkisah tentang cinta sejati Rama dan Sita. Lagu tari Kecak sendiri diambil dari ritual tarian Sanghyang yang diciptakan oleh Wayan Limbak pada 1930-an.
Menonton sendratari live ini terasa sangat magis! Apalagi perlahan langit yang tadinya biru berubah menjadi kuning, lembayung, lalu gelap, dan diakhiri dengan tari api. Pertunjukan dimulai jam 18.00 WITA tapi sebaiknya datang setengah jam sebelumnya biar dapat posisi enak. Tiketnya seharga Rp 150 ribu/orang bisa dibeli online.
4. Tulamben
Kalau kamu suka snorkeling, free diving, atau scuba diving, wajib banget ke Tulamben! Jaraknya hanya sekitar 2 jam naik mobil dari Denpasar ke arah timur wilayah Karangasem, dan kita bisa langsung nyebur di pantai untuk melihat bangkai kapal karam (shipwreck)!
Kapal karam tersebut bernama USAT Liberty yang merupakan kapal kargo Angkatan Darat Amerika Serikat yang dibuat pada 1918. Saat Perang Dunia II tahun 1942, kapal tersebut ditorpedo Jepang sampai tenggelam. Letusan Gunung Agung pada 1963 pun menyeretnya sampai ke pantai. Sejak ditemukan pada 1980, Tulamben menjadi sangat populer bagi para penyelam dunia!
Menyelam di kapal karam, photo & guided dive trip by @siabejalanmulu.Panjang kapalnya 125 meter yang tenggelam dengan posisi miring di kedalaman 5-30 meter. Hanya berenang sepanjang 40 meter dari garis pantai, kita dapat langsung melihat bangkai kapalnya dengan mata telanjang! Badan kapal tersebut sudah dipenuhi aneka terumbu karang warna-warni dan dihuni banyak spesies ikan sehingga terasa seperti bermain di taman laut! Ditambah air lautnya yang jernih tak berombak membuat spot ini jadi sangat Instagrammable!
5. Varuna
Belum banyak yang tahu tentang pertunjukan terbaru di Bali, yaitu Varuna. Baru dibuka Februari 2024, Varuna (artinya Dewa Laut dalam mitologi Hindu) merupakan pertunjukan teatrikal bawah air pertama di Indonesia sambil menikmati hidangan lezat. Teaternya berada di dalam Taman Safari Bali, Kabupaten Gianyar, sekitar setengah jam berkendara dari Denpasar.
Kisahnya tentang seorang anak laki-laki yang terlahir dari dua dunia berbeda: darat dan laut. Dalam petualangannya, ia ditemani oleh makhluk laut yang membantunya mengatasi rintangan. Pertunjukan ini menggabungkan elemen seni pertunjukan, musik, dan teknologi, dengan sound system mutakhir dan pencahayaan yang menakjubkan sampai bikin merinding! Saya sungguh salut menyaksikan para mermaid menari di dalam air dan penari aerial yang bergelantungan!
Varuna underwater theatre Tenang aja, kita tidak menonton teater sambil makan, kok! Urutannya begini: pintu dibuka mulai jam 13.30, makan siang enak (waktu itu saya pilih chicken teriyaki dan chocolate lava cake) sambil diiringi band akustik, lalu menonton pertunjukan Varuna. Tiket jenis Premium dan Deluxe sudah termasuk 3-course lunch, kecuali tiket Reguler tanpa lunch bisa beli a la carte. Ingat, kapasitas teater hanya 150 kursi, jadi booking lah beberapa hari sebelumnya. Setelah nonton, kita bisa jalan-jalan melihat satwa lucu-lucu di Taman Safari.
August 27, 2024
The Best Beach Resorts in Bintan!
Mau cerita tentang liburan saya sama Yasmin lagi, ah! Kali ini kami ke Bintan, sebuah pulau di provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Karena jaraknya hanya sejam naik kapal dari Singapura, Pulau Bintan jadi tempat liburan favorit warga dan ekspatriat Singapura. Namun entah mengapa kurang populer bagi warga Jakarta, padahal cuma terbang kurang dari 1,5 jam ke Tanjungpinang. Padahal saya sudah berkali-kali ke Bintan dan selalu suka! Alamnya asri, masih sepi, dan tidak ada macet. Baru mendarat saja langsung disambut langit biru tak berpolusi. Wisatanya juga lengkap, mulai dari kuliner, alam, budaya, sampai religi.
Sebagai penggemar pantai, saya seringnya menginap di daerah Lagoi di utara Pulau Bintan karena pantainya pasir putih, lautnya biru, dan bersih. Minggu lalu, saya dan Yasmin menginap di Kawasan Laguna Bintan yang terdapat tiga hotel resor (Banyan Tree, Angsana, Cassia) dan satu lapangan golf 18-hole (Laguna Golf). Keempat properti tersebut dimiliki oleh Banyan Group, perusahaan global yang memiliki 70 hotel dan 63 spa di 23 negara.
Kolam renang dan pantai di Cassia Bintan.Berikut ulasan ketiga hotel yang terletak bersebelahan dan saling terkoneksi;
Banyan Tree Bintan
Banyan Tree Bintan merupakan resor mewah yang terdiri dari 70 vila eksklusif terbentang di lereng bukit dikelilingi pepohonan rimbun. Desain vilanya bergaya tradisional yang serba kayu dan beratap rumbia. Ini satu-satunya hotel di Bintan yang semua vilanya memiliki kolam pribadi dan menghadap Laut Cina Selatan. Pantainya sungguh cantik dengan bebatuan besar dan jembatan kayu. Dua kolam renang infinity menghadap pantai juga cantik!
Kami menginap di vila tipe Rainforest Oceanview Villa yang luasnya sekitar 100 m², lengkap dengan teras dan plunge pool. Kamar dan produk mandinya wangi aromaterapi sehingga bikin relaks. Furniturnya serba kayu dengan lantai marmer. Kamar mandinya luas dengan jendela besar menghadap laut. Ranjangnya yang berkelambu sangat nyaman, sampai skor tidur di smart watch saya mencapai 90-an!
Rainforest Seaview Villa at Banyan Tree Bintan.Setiap pagi kami sarapan di restoran Treetops yang menunya ekstensif. Ciri sarapan prasmanan hotel mewah: pasti ada smoked salmon, aneka susu, dan aneka keju yang semuanya kesukaan saya! Wajib coba makan di restoran Saffron yang spesialis masakan Thailand dan sering memenangkan penghargaan. Chef-nya didatangkan langsung dari Thailand sehingga rasanya otentik; Pad Thai dan Mango Sticky Rice-nya juara! Kalau pengin gastronomi mediterranean, bisa makan di restoran The Cove. Paling enak makan Hokaido Scallop dan Norwegian Salmon. Kalau malas keluar kamar, bisa order paket Blue Moon BBQ. Teras vila kami berubah romantis menjadi ‘restoran’ penuh lilin dan bunga! Chef memanggang ikan sea bass, udang, ayam, steik Angus Beef di depan kami,lalu butler menyajikannya. termasuk aneka appetizer dan dessert. Wow banget rasa dan pelayanannya!
Menginap di Banyan Tree tidak lengkap tanpa merasakan relaksasi di Banyan Tree Spa yang sering memenangkan penghargaan dunia. Serangkaian produk perawatan kulit dan aromaterapi buatan Banyan sendiri, terapis yang berstandar internasional, dan kamar spa yang asri membuat pengalaman spa-nya luar biasa, sampai bikin Yasmin ketiduran!
Angsana Bintan
Angsana Bintan adalah hotel resor bintang lima yang memiliki 109 kamar berlantai empat di tepi pantai eksklusif. Fasilitasnya yang lengkap, seperti kolam renang, Rangers Kids Club, taman bermain, gym, dan Marine Centre (bisa sewa kayaking, snorkelling, standup paddle board, jetski, ATV, beach volleyball, dll) membuatnya disukai untuk liburan keluarga.
Kami menginap di kamar tipe Island Suite seluas 76 m² yang terdiri dari dua ruangan, yaitu bedroom dan living room termasuk dapur dan meja makan, dengan balkon yang menghadap laut. Interiornya paduan antara furnitur kayu modern berwarna krim dan cat tembok oranye warna khas Angsana. Warna kimono batik, sendal kamar batik, sendal jepit, dan handuk pantai pun oranye. Ranjang dan sofanya empuk–Yasmin sampai semalaman tidur di sofa saking nyamannya!
Island Suite at Angsana Bintan.Sarapan prasmanan tersedia di Lotus Cafe dengan menu yang variatif, termasuk booth khusus Instant Noodle yang ternyata disukai banyak turis asing! Setiap hari menunya ganti, paduan kuliner Indonesia, western, Thailand, China, dan India, jadi tidak pernah bosan. Untuk nongkrong cantik melihat sunset atau makan malam, paling oke ke Xana Beach Club. Saat weekend wajib coba paket International BBQ berupa seafood dan steak AYCE (All You Can Eat), termasuk kepiting dan steik ribeye enak!
Enaknya lagi, relaksasi di Angsana Spa. Kalau suka pijatan keras sampai ke deep tissue kayak saya, pilih paket 60-minute Javanese Massage. Kamarnya luas dan resik menghadap taman, mbak terapisnya jago banget dan pijatannya keras, setelah itu dikasih teh jahe dan semangkuk buah dan yogurt.
Cassia Bintan
Cassia Bintan yang baru berdiri pada 2017 ini memiliki 176 apartemen yang terdiri dari 1-bedroom dan 2-bedroom lengkap dengan dapur. Desainnya berjiwa muda dengan warna-warni cat tembok dan furniturnya, serta berbagai mural yang vibrant. Kolam renangnya panjang bermodel infinity di tepi pantai yang kadang dipakai untuk foam party.
Sesuai dengan motonya Live, Laugh, Love Your Way, Cassia berkonsep self-service. Selain bisa masak sendiri di kamar karena ada dapur lengkap, Cassia tidak ada room service, tidak ada daily make up room (kamar dibersihkan hanya setiap dua hari sekali), tidak ada bellboy yang mengangkat koper ke kamar (tapi disediakan troli di lobi)—jadi sangat ramah lingkungan yang minim jumlah staf dan limbah.
Kami menginap di 1-Bedroom Apartment Ocean View yang luasnya sekitar 50 m². Layout-nya efisien dengan WC dan shower terpisah. Dapurnya ada kompor listrik, microwave, toaster, mesin kopi kapsul, teko listrik, berserta peralatan masak dan makan yang lengkap. Handuk pantai, payung, sendal jepit, tas pantai berwarna kuning khas Cassia pun sudah tersedia di lemari.
The living room in 1-bedroom apartment ocean view at Cassia Bintan.Masak sendiri? Tenang saja, berbagai bahan makanan untuk masak tersedia di toko Market 23 yang buka 24 jam. Kalau malas masak (kayak saya), bisa makan di restoran Vista. Rekomendasi menu favorit saya: Salmon Teriyaki yang salmonnya gede dipanggang dan Mookata Combo berupa shabu-shabu daging sapi dan seafood. Bagaimana dengan sarapan? Ke Lotus Cafe di Hotel Angsana yang cuma jalan kaki 2 menit.
Aktivitas
Selama seminggu kami menginap, sama sekali tidak bosan karena aktivitasnya banyak! Perhatikan saja daftar aktivitas di setiap lobi hotel, lalu lakukan reservasi. Buktinya, setiap pagi saya berolahraga dengan berenang, ikut kelas yoga atau Zumba, ikut trip Nature Bike (naik sepeda mountain bike), Nature Walk (jalan-jalan santai), Ranger’s Trail (trekking di hutan dan bukit)—semua dipandu dengan instruktur berpengalaman. Sorenya kami ikut Cooking Class (masak Nasi Kecombrang dan Thai Papaya Salad dipandu chef), Body Scrub Workshop (dari bahan alami yang langsung dipakai dan bikin kulit kinclong), dan Sound Healing (terapi suara dari mangkuk logam yang dipandu instruktur India).
Sebagian aktivitas seru!Selain makan di dalam restoran ketiga hotel tersebut, kami makan di outdoor dengan setting spektakuler melalui paket Destination Dining. Contohnya, Dinner of the Legend di mana kami makan masakan Indonesia di tepi pantai yang diselubungi kain transparan dan temaram lilin sambil diceritakan legenda lokal. Menu favorit kami: Tongseng Kambing dan Bubur Candil. Atau Kelong Escapade di mana kami dibawa naik kapal ke tengah laut untuk makan seafood di sebuah rumah apung. Menu favorit kami: Kepiting Lada Hitam dan Es Pisang Ijo. Saya sungguh salut mereka bisa mengangkat masakan tradisional Indonesia ke level gastronomi internasional yang bukan hanya cantik dilihat, tapi juga nikmat dirasa.
Dinner of the Legend.Salutnya lagi, ketiga hotel ini mengutamakan sustainability supaya lebih ramah iklim seperti yang saya tulis di sini. Contohnya, semua air minum yang telah difilter, disediakan di dalam botol beling. Kantong laundry menggunakan kantong kain. Kalau mau bungkus makanan, diberikan kotak karton. Kita juga bisa melihat langsung konservasi penyu, belajar konservasi di Conservation Workshop, atau melihat para chef memetik sayuran di organic farm.
Jadi, liburan selanjutnya di Bintan, kalian pilih menginap di hotel yang mana? Banyan Tree yang tranquil, Angsana yang family fun, atau Cassia yang vibrant? Yang jelas, semuanya the best!
July 16, 2024
Jadilah traveler yang ramah iklim!
Merasa nggak sih akhir-akhir ini cuaca semakin aneh? Sekarang bulan Juli yang seharusnya musim kemarau tapi masih sering hujan deras, bahkan banjir di sebagian tempat! Kalau ditarik lagi jauh ke belakang, ketika saya bersekolah SD-SMA di Jakarta, ruang kelas tidak ada AC ya santai aja karena saya setua itu zaman dulu cuacanya tidak sepanas sekarang. Bayangkan, berapa derajat Celcius kenaikan suhu bumi!
Penyebab perubahan iklim ini adalah emisi karbon yang merujuk pada pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke atmosfer. Penyumbang terbesarnya adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak, batu bara, dan gas, yang berkontribusi 87% melonjaknya kuantitas CO2 di udara.
Sementara itu, industri pariwisata menyumbang 8% emisi karbon dunia. Sebagai traveler yang menggantungkan hidup dari pariwisata, saya mengaku sangat sulit untuk tidak berkontribusi terhadap perubahan iklim. Tapi Anda tidak usahlah jadi SJW (social “julid” warrior) yang mengecam saya, kecuali jika Anda seorang vegan, tidak traveling sama sekali, dan tidak beranak. Hehe!
Saya yakin kita semua sudah berusaha ramah lingkungan dengan selalu bawa botol minum, tas belanja sendiri, tidak pakai sedotan, dan lain-lain. Tapi ternyata masih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi emisi karbon. Saya belajar saat ikut trip Bumi Journey pada 12-14 Juli 2024 ke Bintan, Kepulauan Riau, bareng rombongan pejuang lingkungan dari Singapura.
Trip inilah yang menginspirasi saya untuk berbagi tip untuk para traveler agar dapat mengurangi emisi karbon, sebagai berikut:
Tipe kendaraan dan emisi karbon yang dihasilkan (sumber: BumiJourney.com). 1.000 gram/CO2 = 1 Kg/CO2. Emissions/100 km/person.Transportasi49% dari emisi karbon berasal dari transportasi. Pesawat dan mobil adalah penyumbang emisi terbesar.
– Jalan kaki dan naik sepeda menghasilkan 0 emisi karbon, tapi jika jaraknya jauh dan harus naik kendaraan, pilihlah transportasi umum, seperti bus, kereta, feri.
– Jika menggunakan pesawat terbang, pilihlah kursi kelas ekonomi karena emisi penumpang pesawat ditentukan oleh jumlah ruang yang digunakan di pesawat. Rata-rata, kursi kelas bisnis dua kali lebih besar daripada kelas ekonomi sehingga jejak karbonnya dua kali lipat lebih besar. Jadi kalau ada yang mencela ‘kok nggak naik kelas bisnis sih?’ jawab saja ‘mengurangi emisi karbon!’ meski sebenarnya kita yang nggak sanggup bayar. Hehe!
– Gunakan Google Flights untuk mengecek jumlah emisi karbon yang dihasilkan pada berbagai pilihan pesawat sehingga kita bisa lebih bijak memilih.
Akomodasi
AC dan heater adalah penyumbang terbesar emisi karbon. Semakin besar dan lengkap fasilitas hotel, maka semakin besar menghasilkan emisi karbon karena kolam renang, spa, gym boros energi.
– Menginap di hostel (7,8 kg CO2/orang/malam) lebih rendah emisinya daripada hotel (31 kg CO2/orang/malam).
– Lebih baik menginap di homestay, Airbnb, atau bahkan di rumah teman/saudara karena emisi karbonnya jauh lebih kecil.
– Menginap di hotel bintang lima tidak salah juga (apalagi saya doyan banget!), tapi kita bisa memilih hotel yang ramah lingkungan atau yang punya program konservasi.
– Hematlah listrik dengan mematikan lampu, AC, TV, charger, saat tidak dibutuhkan.
– Mengganti handuk, seprai, dan sarung bantal hotel hanya kalau benar-benar dibutuhkan.
Makanan
Produksi makanan menyumbang seperempat emisi gas rumah kaca dunia. Menanam, memproses, mengangkut, mengemas, mendinginkan, dan memasak semuanya membutuhkan energi.
– Pilih makanan yang berasal dari lokal, bukan impor. Ingat, semakin jauh bahan makanan berasal maka semakin besar emisi karbonnya karena harus melalui transportasi.
– Jangan membuang makanan! Paling sering terlihat: sarapan prasmanan di hotel ambilnya nggak kira-kira banyaknya, tapi nggak dihabiskan! Ketika makanan terbuang, semua emisi yang dihasilkan dari produksinya menjadi sia-sia. Malah, makanan yang terurai di tempat pembuangan akhir akan menghasilkan metana yang 21 kali lebih kuat daripada karbon dioksida.
Aktivitas
– Ikut tur yang 0 emisi karbon, seperti free walking tour. Ini ada di banyak kota di seluruh dunia, kok!
– Pilih aktivitas yang mendukung konservasi alam, warisan budaya, atau terlibat dalam pengalaman konservasi langsung. Contohnya, saat saya ikut tur Bumi Journey di Bintan yang aktivitasnya mengunjungi budidaya teripang, menanam bakau di Pulau Dompak, dan tur budaya Melayu di Pulau Penyengat.
– Belanja suvenir yang bermakna yang dibuat oleh pengrajin lokal daripada barang produksi massal yang diimpor dari luar negeri.
Menyerap Emisi Karbon
Kita bisa mengembalikan emisi karbon yang dihasilkan ke bumi dengan mendukung proyek yang menangkap emisi karbon. Caranya dengan menghitung jumlah emisi karbon dari perjalanan yang kita lakukan di sini. Setelah mendapatkan angka Blue Carbon Package (BCP), kita bisa offset emisi yang sudah dikeluarkan dengan membeli tanaman bakau (mangrove) di sini. Mengapa bakau? Karena hutan bakau dapat menyerap 10 kali lebih banyak karbon daripada hutan darat.
Duile, mau jalan-jalan aja ribet banget sih? Duit-duit gue, kok elo yang rese? Ngerugiin hidup elo juga nggak! Ya, nggak salah sih! Kita memang bukan kayak rombongan Singapura itu yang ekonominya sudah mapan sehingga bisa memikirkan keberlangsungan dunia setelah urusan perut terpenuhi. Tapi kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi? Saya yakin pembaca blog ini berpendidikan dan berekonomi menengah ke atas (amin!) jadi kita punya kemampuan untuk menjadi agen perubahan. Meskipun pada akhirnya, pariwisata dan perjalanan akan tetap menghasilkan emisi karbon, tapi sebisa mungkin kita berusaha menjadi traveler yang ramah iklim.
Saya tidak dibayar ataupun menerima komisi dalam menulis artikel ini. Bila Anda menyukai tulisan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini supaya saya semakin semangat berbagi kisah dan inspirasi di blog yang berusia 19 tahun ini. Terima kasih!
June 15, 2024
Akhirnya ke Salar de Uyuni!
Salar de Uyuni adalah padang garam terluas di dunia yang terletak di negara Bolivia, benua Amerika Selatan. Ini salah satu bucket list saya dari dulu! Kalau sudah baca buku The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip, pada 2013 saya sudah pernah segitu dekatnya dengan Bolivia, eh sampai di perbatasan Peru-Bolivia saya ditendang!
Akhirnya pada akhir 2018 saya berkesempatan ke Bolivia. Cerita tentang drama masuk Bolivia, bisa dibaca di sini. Karena tidak punya banyak waktu, saya terbang dari Santa Cruz ke Uyuni naik pesawat baling-baling yang tiba malam hari. Perlu diketahui, Uyuni berada pada ketinggian 3.700 mdpl atau setinggi puncak Gunung Semeru!
Keluar dari bandara, udara dingin langsung menggigit. Bernapas aja sampe mengeluarkan asap! Untuk menuju ke pusat kota harus naik taksi, tapi taksi yang tersedia cuma dua buah sehingga harus mengantre panjang menunggu taksi itu balik lagi ke bandara. Melihat ada pasangan bule cuman berdua, saya langsung berinisiatif ikutan taksinya dengan dalih bisa patungan jadi lebih murah.
Hotel saya di Uyuni terletak di lantai 4 tanpa lift! Dengan menggendong ransel, saya pelan-pelan naik tangga. Duh, dada saya rasanya seperti dipukul gada bertubi-tubi! Ah, ini dia ciri khas berada di ketinggian yang oksigennya tipis sehingga napas jadi megeh-megeh. Saya hanya menaruh ransel, lalu segera pergi.
Saya cuma punya waktu 4 hari, jadi malam itu juga saya harus cari travel agent yang akan membawa saya tur keliling Salar de Uyuni karena itu hanya satu-satunya cara untuk masuk. Namun sebelumnya saya harus makan dulu. Yang buka tinggal warung kecil di pasar dengan spanduk besar bertuliskan “Fast Foot” (bukan fast food)! Kalau dalam keadaan normal, saya pasti nggak pengen masuk ke restoran yang namanya salah eja, tapi ini keadaan darurat jadi saya hanya tertawa saja. Lumayan lah bisa makan nasi dan ayam panggang murah!
Karena sudah kemalaman, sialnya travel agent sudah pada tutup! Seorang ibu yang sedang menutup rolling door kantor menghampiri saya menawarkan paket tur 3 hari/2 malam menggunakan satu mobil 4WD. Pilihannya guide berbahasa Inggris atau berbahasa Spanyol yang bedanya sekitar 70 USD. Buset! Tentu saya pilih guide berbahasa Spanyol, selain jauh lebih hemat, saya cukup pede dengan Bahasa Spanyol saya.
Besok paginya saya dijemput si ibu, lalu ke kantor travel agent-nya sambil menunggu mobil. Ndelalah segrup tur isinya cewek semua! Selain saya, ada 2 cewek Prancis, 2 cewek Jerman, 1 cewek New Zealand. Supir sekaligus guide kami cowok Bolivia yang berusia 22 tahun. Mobilnya Land Rover merah, dan saya langsung duduk aja di depan kayak Madam. Setelah berkenalan satu sama lain, saya didaulat menjadi penyambung lidah antara grup dan guide karena bahasa Spanyol saya dianggap paling baik! Hehe!
Stop pertama kami ke train cemetary alias bangkai kereta api yang pada awal akhir abad ke-19 dipakai sebagai alat transportasi oleh para penambang, tapi pada 1940-an bangkrut sehingga terbengkalai. Stop kedua ke desa Colchani, untuk melihat museum garam sekalian makan siang. Tak jauh dari sana terdapat monumen Dakar Uyuni, pitstop rally mobil ekstrim di padang garam. “Habis ini tidak ada sinyal ponsel sampai 3 hari ke depan, ya!” kata guide mengingatkan. Saya jadi deg-degan!
Setelah itu barulah kami berkendara di padang garam Uyuni yang luasnya 10.000 km² atau seluas negara Lebanon! Aaaa… mata saya sampai basah karena bucket list akhirnya tercapai! Selama berjam-jam pemandangan yang terlihat hanyalah hamparan garam putih dan langit biru! Benar-benar spektakuler, seperti di planet lain! Kami sempat turun untuk foto-foto jumpalitan, dan membuat foto persepektif di mana objek yang lebih dekat ke kamera tampak lebih besar daripada objek yang lebih jauh. Saya meraup garamnya, ternyata butirannya besar-besar seperti kristal.
Segitu cintanya sama paspor Indonesia! :pDari situ ke Incahuasi, sebuah bukit yang ditumbuhi banyak kaktus raksasa sambil menikmati pemandangan dataran garam dari ketinggian. Malam harinya kami menginap di sebuah hotel garam. Iya, gedung hotel itu terbuat dari garam yang dikompresi! Lantainya aja ya tumpukan garam gitu, sampai saya nggak bisa nyeker karena garamnya menempel pada kaki.
Hamparan kaktus di Incahuasi.Pagi-pagi setelah sarapan, kami mengunjungi Sora Canyon untuk melihat llama di habitatnya berupa rerumputan yang dialiri air sungai. Pemandangan berganti menjadi gurun, tidak ada lagi tanaman yang tumbuh karena berada di ketinggian lebih dari 4.000 mdpl. Kami melewati sejumlah gunung berapi yang sudah tidak aktif, formasi bebatuan besar berwarna merah, serta danau-danau cantik berisi ribuan burung flamingo yang dikelilingi pegunungan dengan puncak bersalju. Guide memasak makanan di bak mobil, dan kami pun piknik makan siang sambil ternganga-nganga melihat indahnya dunia!
Kepala saya mulai pusing ketika mobil lanjut naik sampai ketinggian 5.030 mdpl. Guide membagikan daun coca untuk dikunyah supaya nggak kena altitude sickness. Tibalah kami di Laguna Colorada. Inilah danau paling bagus yang pernah saya lihat: airnya didominasi warna merah, dengan berkas warna biru, hijau, putih dan dipenuhi burung flamingo! Sore harinya kami tiba di geyser Sol de Mañana untuk melihat kolam lumpur yang menggelegak dan semburan uap. Terakhir kami ke desa Polques untuk menginap. Desa ini suhunya 2°C , tidak ada listrik dan air. Bagaimana mandinya? Guide menunjuk ke bawah tebing: kolam pemandian air panas.
Laguna Colorada. Titik-titik pink itu burung flamingo.Biasanya orang berendam di sore hari, tapi grup kami berencana untuk berendam sehabis makan malam sambil berpesta. Grup bikin panitia; ada yang cari camilan, beli alkohol, dan pinjam speaker. Karena sudah malam, eh, pintu sudah ditutup! Saya mencari penjaganya yang ternyata seorang cowok ganteng yang lagi berendam di dalam kolam! Aih, langsung saya nyebur dan tempel! Lalu, kami semua berendam di kolam air panas sambil memandang jutaan bintang, ngobrol, minum wine, sambil dengar musik. Akhirnya saya berhasil meyakinkan menyogok si penjaga untuk menyediakan cimeng! Horeeee! Kami semua pun “terbang” sambil tertawa-tawa nggak karuan! Hahaha!
Saya bangun dengan kepala “berkonde” akibat hangover. Jam 6.30 pagi kami melanjutkan perjalanan melalui gurun Dali untuk melihat Laguna Verde, danau berair hijau yang terletak di kaki Gunung Licancabur. Tiba di perbatasan negara Chile, setengah dari grup kami berpisah karena mereka lanjut ke San Pedro de Atacama, sementara saya dan yang lain kembali ke Uyuni. Malam itu saya pun tertidur di bus selama 9 jam dari Uyuni ke La Paz.
Bila Anda menyukai tulisan perjalanan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini supaya saya semakin semangat menulis di blog yang berusia 19 tahun ini. Terima kasih!
April 12, 2024
The best luxury hotels in Sanur, Bali!
Jauh sebelum Seminyak dan Canggu jadi hotspot di Bali, bahkan sebelum Nusa Dua berdiri kompleks resor mewah, Sanur merupakan tempat lahirnya pariwisata di Bali pada 1920-an. Hanya setengah jam berkendara dari Bandara Ngurah Rai, Pantai Sanur membentang sepanjang 5 km dan menghadap matahari terbit. Lautnya yang tenang dan masih berkesan desa karena bersandarnya kapal-kapal nelayan tradisional, sangat menarik bagi turis yang mendambakan ketenangan.
Saat liburan di Bali pada awal April 2024, saya pun memilih untuk menginap di Sanur. Berikut rekomendasi dua resor bintang lima terbaik yang terletak di tepi Pantai Sanur:
Hyatt Regency Bali
Ini adalah hotel legend di Bali karena merupakan hotel international chain pertama di Bali sejak 1973 dengan nama Bali Hyatt. Setelah direnovasi, pada 2019 berubah nama menjadi Hyatt Regency Bali.
Meski hotelnya sudah berusia 50 tahun, namun tidak tampak jadul sama sekali. Justru desain klasik tradisional Bali masih dipertahankan, jadi berasa nostalgia. Lobinya yang megah masih memakai atap rumbia, tamannya masih rimbun dan estetik di lahan seluas 9 hektar. Pantaslah masih terdengar suara burung, tonggeret, dan jangkrik. Ditambah lagi bebek yang masih berkeliaran dan ikan koi di semua kolam ikannya.
Saya menginap di kamar 2 Twin Beds Club Access, Premium di lantai dasar. Kamar seluas 39 m² ini interiornya serba kayu, lantai marmer, sofa dari tenun ikat, dan teras menghadap taman asri. Yang menyenangkan adalah kamar mandi dan toiletnya terpisah! Karena mengusung gerakan sustainable, air minum disediakan di botol beling yang sudah di-seal jadi tidak buang-buang botol plastik seperti umumnya di hotel. Amenities pun bukan di dalam botol kecil sekali buang. Kopi tubruknya merek Tanamera yang nikmat dan sudah disediakan French press.
Kamar Twin Bed Premium di Hyatt Regency BaliPentingnya punya Club Access karena kita akan dapat akses ekslusif untuk sarapan prasmanan, minuman dan kudapan gratis sepanjang hari, serta alkohol gratis setiap jam 17.00-19.00 di Regency Club Lounge. Namun saya tidak melewatkan makan malam barbeku ala prasmanan sambil menonton tari Bali di Restoran Omang-Omang. Wih, aneka grilled seafood dan daging berlimpah, apalagi dessert-nya yang kreatif seperti Kue Es Teler dan Cendol Panna cotta—enak semua! Ada juga restoran Italia otentik bernama Pizzaria yang terkenal bagi pengunjung umum karena letaknya persis di tepi pantai.
Biar kalori agak seimbang, setiap jam 6 pagi saya ikut yoga gratis di tepi pantai sambil melihat matahari terbit. Sorenya saya berenang di tiga kolam renangnya yang besar dan adem, tapi saya paling suka berenang di Shankha Spa karena kolamnya adult only. Hehe! Ada juga gym dengan peralatan lengkap yang buka 24 jam, termasuk sauna, steam, dan jacuzzi.
Sunrise stretching at Hyatt Regency Bali beach.Informasi dan reservasi Hyatt Regency Bali di sini.
Andaz Bali
Persis di sebelah Hyatt Regency Bali, terdapat hotel Andaz Bali yang baru buka pada 2021. Andaz adalah salah satu brand hotel grup Hyatt yang merupakan hotel lifestyle bintang lima yang berakar pada seni dan budaya lokal. Andaz Bali merupakan hotel Andaz pertama di Indonesia dan langsung hits karena sering diliput media.
Konsep Andaz Bali adalah desa modern Bali, perpaduan tradisional dan kontemporer, di lahan seluas 5,9 hektar. Ada alun-alun yang disebut Village Square, bale bengong, dan kolam ikan yang dikelilingi pepohonan rindang. Yang jelas, vibe-nya asyik banget karena vibrant dan energetic!
Saya menginap di kamar 2 Twin Beds Ocean View seluas 60 m². Baru masuk kamar aja saya terharu: saya dapat kartu ucapan selamat datang dari Village Manager yang ditulis tangan! Interior kamar cakep dengan unsur kayu, anyaman, dan batik. Kamar mandinya yang didominasi warna menghadap jendela besar. Toiletnya terpisah, ada walk-in closet, dan balkon nyaman buat leyeh-leyeh.
Kamar twin bed ocean view Andaz BaliSama seperti Hyatt Regency Bali, air minum juga disediakan di botol beling. Mini bar berisi camilan dan softdrink semua gratis, kecuali alkohol. Ada mesin kopi dan ceret listrik, plus teko dan cangkir keramik yang cantik. Fasilitas yang paling saya suka adalah TV-nya yang berukuran 65 inci dan ada Chromecast, jadi bisa nonton streaming film di TV besar dari aplikasi pribadi!
Yang paling juara di Andaz Bali adalah sarapannya! Umumnya hotel menyediakan sarapan prasmanan, tapi di sini sarapannya a la carte alias pilih sendiri dari menu sebanyak kita mau. Bagus sih sistem begini, supaya tidak banyak food waste. Variasi menunya banyak dan dalam porsi kecil, tapi rasanya enak banget! Menu favorit saya: Prawn Omelette, French Toast, dan Soto Madura.
Di samping alun-alun terdapat empat restoran berkonsep shop house, yaitu Wok Wok (masakan Indonesia), Blue Oven (masakan yang dipanggang di oven), Fire Fox (aneka steak), dan Dely & Bakery (roti, kue, es krim). Persis di tepi pantai, terdapat restoran Fisherman’s Club yang jadi favorit turis Sanur. Sesuai dengan namanya, restoran ini menyediakan hidangan aneka seafood segar yang bisa dipilih langsung atau pilih dari menu. Karena saya kurang oke memilih ikan, saya pilih saja Seafood Platter yang terdiri dari cumi, udang, kerang, dan dua ikan yang dipanggang dan dikasih aneka sambal dan saus. Ternyata pilihan saya tepat karena enak!
Bale bengong di Andaz BaliUrusan perut terjamin, giliran saya memanjakan diri di Shankha Spa yang merupakan spa terbesar se-Sanur karena memiliki sepuluh villa spa. Ini fasilitas yang sharing antara Hyatt Regency dan Andaz. Saya ambil paket Balinese massage selama 60 menit di kamar spa yang sangat luas. Mbaknya yang sudah berpengalaman 20 tahun sungguh mahir memijat!
Aktivitas lainnya bisa pilih: berenang di tiga kolam renangnya, melihat penyu di konservasinya, bersepeda, membatik, membuat topi dari daun kelapa, menulis di daun lontar—semuanya gratis. Di sinilah kita bisa berkenalan dengan tamu-tamu lain. Ada cerita lucu ketika saya ikut kelas membatik. Saya bersama dua wanita Jerman diberikan kain polos untuk digambar dan diberi malam. Si Jerman terkejut melihat pensil yang kami gunakan, “Pensil ini merek Staedtler buatan Jerman, lho!”
Saya menyaut, “Iya, merek itu memang nomor satu di Indonesia!”
“Oh ya? Saya kenal sama pemilik Staedtler. Dia tetangga saya di Munich!” katanya.
Wow! Kebayang kan tipe tamu yang menginap di Andaz? Saya jadi bangga sama-sama menginap di Andaz sama tetangga pemilik Staedtler. Hehehe!
Informasi dan reservasi Andaz Bali di sini.
Tonton video kedua hotel tersebut:
March 29, 2024
Tokyo Skytree, Menara Tertinggi di Dunia!
Tokyo Skytree merupakan menara tertinggi di dunia dengan ketinggian 634 meter dan juga merupakan struktur bangunan tertinggi di Jepang. Diresmikan pada 2012, menara ini digunakan utamanya untuk siaran digital terestrial TV dan radio, juga sebagai tempat observasi.
Sebagai penggemar panorama kota dari ketinggian, tentu saya mengunjungi Tokyo Skytree saat traveling ke Tokyo, Jepang, pada awal Maret 2024. Saya sampai ke sana dua kali, pada malam hari dan pada siang hari. Saya sengaja membeli tiket Combo agar puas mengunjungi dua observation deck, yaitu Tembo Deck di lantai 350 meter dan Tembo Galleria di lantai 450 meter.
Konter tiket berada di lantai 4. Dari situ kita naik lift yang agak bikin kuping budek karena kecepatannya 600 meter/menit! Wow, sampai di Tembo Deck pada ketinggian 350 meter hanya dalam 50 detik! Kita bisa melihat layar TV pada dinding lift yang mengindikasi ketinggiannya. Untungnya dekorasi liftnya cantik sehingga bikin tenang.
Di Tembo Deck, kita dapat memandang kota Tokyo 360° dengan berjalan mengelilinginya. Panel kaca setinggi lebih dari 5 meter membuat pandangan luas sehingga dapat melihat sampai sejauh 70 km saat cuaca cerah, seperti Tokyo Disney Resort, Bandara Haneda dan Narita, bahkan Gunung Fuji! Kota Tokyo pun tampak rapi dan cantik, dengan bangunan kotak-kotak kecil yang dilewati Sungai Sumida yang bersih. Mau melihat lebih dekat dan jelas, tersedia teleskop digital yang high definition. Di lantai yang sama, saya menyempatkan diri untuk nongkrong di Skytree Cafe sambil minum Sakura Lemonade yang segar.
Asakusa terlihat dari lantai 350m.Turun ke lantai 340 meter, kita bisa berjalan di atas kaca tembus pandang. Widih, saat melihat ratusan meter ke bawah bikin dengkul lemas! Demi dapat foto cakep, saya sewa fotografer profesional di sebelahnya yang jadi hanya semenit.
Lanjut ke Tembo Galleria di ketinggian 445-450 meter, saya naik lift dari Tembo Deck yang bikin dengkul lemas juga karena pintu liftnya terbuat dari kaca! Di sini kita berjalan berkeliling sekitar 110 meter sampai ke titik tertinggi yaitu Sorakara Point pada ketinggian 451,2 meter. Sepanjang sisinya pun terbuat dari kaca, jadi kota Tokyo semakin terlihat spektakuler.
Berjalan di Tembo Galleria observation deck.Perbedaannya, pada malam hari Tokyo tampak romantis dengan lampu-lampu kotanya. Sedangkan pada siang hari, seluruh kota terlihat jelas. Mungkin selanjutnya saya mau datang lagi saat matahari terbenam. Pasti cakep juga!
Tak lupa saya mampir ke Skytree Shop (ada di lantai 5 atau observation deck lantai 345) karena merchandise Tokyo Skytree lucu-lucu, apalagi ada karakter maskotnya si Sorakora-chan yang berupa gadis kecil berambut bintang! Yang bikin salut, Tokyo Skytree menyediakan mushola untuk pengunjung Muslim! Adanya di lantai 1 dengan ruangan terpisah antara pria dan wanita, dan sudah disediakan beberapa sajadah.
Tokyo Skytree bukanlah sekadar menara, karena di kakinya terdapat sebuah mal besar dengan 300+ toko dan restoran yang bernama Tokyo Solamachi. Saya sampai menghabiskan waktu berjam-jam di mal karena ada toko-toko favorit saya, antara lain ABC Mart (toko sepatu murah), Disney Store, dan Marvel Store by Small Planet. Ada juga toko-toko unik, seperti Strawberry Mania (aneka kudapan buah stroberi), Nanaco Plus+ (aksesoris yang terbuat dari permen), dan Shokuhin Sample Ya (aneka barang yang terbuat dari lilin seperti aslinya, mulai dari magnet sushi sampai pajangan sepiring spageti).
Rekomendasi restoran untuk makan siang di mal adalah The Platinum di lantai 6. Ini adalah restoran buffet alias makan sepuasnya dengan harga Rp 200 ribuan/orang. Menunya sangat beragam, mulai dari aneka salad, sup seafood, sampai aneka pasta dan piza. Dessert-nya ada crêpe, es krim, dan aneka kue. Minumannya termasuk es teh, jus, dan kopi. Worth it banget deh! Sedangkan untuk makan malam, ke restoran Ginza Grill Cardinal di lantai 7. Ini spesialisnya hamburger, tapi hamburger Jepang artinya dagingnya saja yang dimakan bersama nasi telur dadar (omurice) dan dikasih saus spesial. Harganya seporsi kurang dari Rp 200 ribu.
Di mal Tokyo Solamachi juga ada Sumida Aquarium. Berbeda dengan akuarium pada umumnya, di Sumida konsepnya kayak berada di taman; kita bisa jalan-jalan atau duduk di kafe sambil dikelilingi tangki-tangki akuarium berisi aneka ragam makhluk laut, mulai dari ubur-ubur, ikan buntal, sampai ikan hiu, anjing laut, dan penguin!
Hiu di Sumida AquariumJalan-jalan di sekitar Tokyo Skytree sangat menyenangkan karena pedestriannya lebar, bersih, dan bisa foto menara secara utuh dari luar yang bagus—apalagi saat malam hari di mana menaranya beriluminasi. Nah, bagi penikmat fotografi, wajib foto dari tempat-tempat ini:
Tobu Bridge terletak persis di seberang Tokyo Skytree karena pas ada pohon Sakura yang mekar yang bisa dijadikan foreground.Tokyo Mizumachi adalah sederetan toko dan restoran lucu yang terletak di sepanjang Sungai Kitajukken. Di sampingnya ada Sumida Park yang banyak pohon sakura.Sumida River Walk ini adalah jalan pedestrian yang nyaman terletak antara Asakusa dan Tokyo Skytree menyebrangi jembatan di atas Sungai Sumida.Azumashi Bridge ini keren banget pada malam hari karena lampu jembatan dan gedung yang berwarna-warni.
Tokyo Skytree dari Azumashi BridgeKesimpulannya: Tokyo Skytree memang keren karena ada segalanya!
Panduan ke Tokyo Skytree
Informasi lengkap tentang Tokyo Skytree di sini.Jam operasional: 10.00-21.00 (tiket terakhir dijual jam 20.00).Harga tiket Combo (Tembo Deck & Tembo Galleria) untuk 1 orang dewasa sebesar ¥3.100 (weekday) dan ¥3.400 (weekend). Kalau beli online sehari sebelumnya dapat diskon ¥400 di situs ini. Cara ke sana dengan menggunakan kereta Hanzoman Line (ungu) turun di stasiun Oshiage, atau berjalan kaki saja dari daerah Asakusa.Aktivitas asyik di Tokyo Skytree dan Asakusa, baca di sini.February 9, 2024
Are you in Bali? No, I am in Balige!
Begitulah kalimat yang terpampang pada plang swafoto di sebuah restoran di Kota Balige yang membuat saya tertawa sekaligus miris. Balige adalah ibu kota Kabupaten Toba di provinsi Sumatra Utara yang terletak persis di tepi Danau Toba, danau terbesar di Indonesia dan danau vulkanik terbesar di dunia. Kok bisa bikin plang dengan nada nggak pede gitu, sih?
Saya memang bias, apalagi Balige merupakan kampung marga mendiang bapak saya yang sudah lumayan sering saya kunjungi sejak kecil. Balige tidak bisa dibandingkan dengan Bali karena merupakan dua “spesies” yang berbeda. Makanya kunjungan saya ke Balige lagi pada pertengahan Desember 2023 membuat saya bersemangat melihat perkembangannya.
Sejak pemerintah Indonesia menetapkan Danau Toba menjadi salah satu 10 Destinasi Prioritas, dampaknya sangat terasa. Bandara Silangit (DTB) yang hanya berjarak setengah jam berkendara sungguh memudahkan turis maupun warlok (warga lokal) karena tidak usah lagi berkendara dari Medan selama 6 jam. Begitu mendarat di Silangit, saya sampai terharu! Bandara yang sekarang dilayani oleh empat maskapai penerbangan ini lumayan bagus lho!
Kota Balige sendiri tidak banyak berubah, hanya lebih ramai aja. Pasar Balige tetap ikonik dengan rumah tradisional Batak yang berjejer. Mi Gomak dan Susu Horbo (susu kerbau) masih dijual di kedai yang sama dan masih nikmat rasanya. Kedai Kopi Partungkoan di seberangnya semakin ramai sejak Pak Jokowi ngopi di sana—fotonya tentu dipajang! Setiap malam, sepanjang jalan utama dibuka tenda dan gerobak makanan. Untunglah saya datang saat musim durian, harganya mulai dari Rp 10 ribu aja!
Mi Gomak di Pasar BaligeYang bikin saya surprise adalah banyaknya kafe dan restoran baru, bahkan sudah ada KFC! Restorannya pun kekinian dengan eksterior dan interior menarik, serta menyediakan makanan halal. Sebagian di antaranya terletak persis di tepi Danau Toba dengan pemandangan danau yang indah—salah satunya yang bikin plang miris itu. Hebatnya, ada restoran fusion yang menggabungkan Andaliman (rempah yang hanya ada di masakan Batak) dengan pizza dan kopi.
Saat ini hotel di Balige pun banyak pilihannya. Bahkan ada hotel berbintang empat bernama Labersa (singkatan dari “Lapan Bersaudara”, baca dengan logat Batak) yang gedungnya tertinggi se-Balige! Mungkin karena hotel baru, banyak banget peraturan hotel yang ditempel di dinding, mulai dari cara menggunakan kartu kunci untuk naik lift, larangan memasak di kamar, sampai larangan melintas ke kamar sebelah melalui balkon! Hehe! Fasilitas hotel termasuk Water Park keren dengan aneka perosotan. Harga tiket untuk umum Rp 60 ribu, tapi pengunjungnya berenang pakai kaos dan celana training! Hehehe!
Sejak jadi Destinasi Prioritas, tempat wisata Balige tentu bertambah. Yang paling gokil sih tempat memandang (viewpoints) Danau Toba dari atas, seperti Huta Ginjang, Sipinsur, dan Bukit Tarabunga. Pemandangannya luar biasa spektakuler! Keponakan aja sampai berkomentar, “Wow! Kayak di Swiss!”
Saya sempat naik kapal dari Balige ke Onan Runggu di Pulau Samosir. Astaga, pemandangannya benar-benar spektakuler! Danau luas berair biru tenang dikelilingi perbukitan hijau dan ada air terjun memang kayak di Swiss! Danau Toba dari sisi Balige masih seindah dan seasri dulu seperti yang saya lihat saat saya kecil, bahkan bersih tanpa sampah! Konon karena tanah adat masih dijaga sehingga tidak ada pembangunan gila-gilaan. Berbeda dengan Danau Toba dari sisi Parapat yang memang dikhususkan sebagai pusat pariwisata.
Kota Balige di tepi Danau TobaSayangnya Museum Batak di TB Silalahi Center yang saya banggakan itu sekarang kurang terawat. Cat temboknya sudah mengelupas sehingga bangunannya tampak menghitam. Untungnya di bagian belakang ada rumah-rumah tradisional Batak tempat pengunjung belajar menari Tortor ditemani Si Gale Gale (patung kayu yang bisa menari). Juga ada joglo besar tempat almarhum TB Silalahi dimakamkan.
Kemajuan Balige yang signifikan adalah sekolah-sekolah unggulan nasional berasrama yang didirikan oleh tokoh masyarakat Toba, seperti SMA Negeri 2 milik TB Silalahi dan SMA Unggul Del milik Luhut Binsar Pandjaitan. Kalau Hotman Paris Hutapea sih nggak punya sekolah, tapi dia punya hotel di Balige lho!
Dari segi standar pelayanan, Balige belum oke sih. Mungkin karena perbedaan budaya, orang Batak kan doyan menyalak duluan. Hehe! Contohnya ketika sebuah restoran yang sudah saya booking untuk rombongan dan sudah bayar DP, tapi pas sampai sana, eh meja belum diatur sama sekali, malah berantakan. Saya pun bertanya kepada supervisor, “Kak, kenapa mejanya belum diatur? Ini kan sudah jam 7?”
“Tidak bisa! Kami tidak bisa bikin meja bulat-bulat!” jawabnya keras.
“Hah? Siapa yang minta meja bulat-bulat? Tinggal gabungkan tiga meja ini kok!”
Rupanya dia pikir kami akan meeting yang duduknya melingkar (bulat menurut dia) kayak di ruang meeting. Hahaha!
Balige belum ada mal, tapi ada Indomaret dan Alfamart yang selalu ramai dikunjungi warlok namun antrean di depan kasir bikin emosi. Karena tidak banyak yang bayar pakai kartu debit/kartu kredit, mesin EDC baru dicolok kabel internet kalau ada permintaan. Tau sendiri kan harus menunggu berapa lama? Pernah kartu debit saya nggak bisa transaksi, jadi mbaknya minta bayar tunai. Pas saya cek di aplikasi, eh duit udah di-charge! Tentu saya komplen, itupun penanganannya sangat lama karena ternyata mesin EDC tidak ada kertas dan supervisornya pun lupa password! Hadeuh!
Bagaimana dengan kampung bapak saya? Saya tidak mengenali lagi jalan masuknya karena sudah ramai dengan perumahan. Tinggal rumah opung (ibu bapak saya) yang masih tradisional berbentuk rumah panggung terbuat dari kayu–sekarang ditempati oleh sepupu saya, yang lainnya sudah rumah tembok. Sawah milik keluarga sudah tertutup perumahan, namun di baliknya masih terbentang luas. Katanya, panen beras semakin berkurang karena program pemerintah mewajibkan tanam padi terus tanpa jeda tanaman kacang seperti kebiasaan dahulu kala. Sementara makam keluarga kami masih seperti dulu; terletak di atas bukit memandang Danau Toba yang indah.
Rumah OpungSambil makan Naniura (sashimi Batak) lezat yang ikannya diambil dari empang sebelah rumah opung, mata saya berkaca-kaca. Entah sampai kapan Balige akan bertahan indah, seperti ingatan saya sejak kecil.
Bila Anda menyukai tulisan perjalanan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini supaya saya semakin semangat menulis di blog yang berusia 19 tahun ini. Terima kasih!
January 23, 2024
Cantiknya Musim Gugur dan Mudahnya Makanan Halal di Tohoku, Jepang!
Musim Gugur (autumn) adalah musim favorit saya di Jepang karena dedaunannya berwarna merah-coklat-kuning dengan arsitektur unik, jadi cantik banget! Pada awal November 2023 saya mengunjungi tempat-tempat cantik di wilayah Tohoku yang terletak di timur Pulau Honshu. Enaknya, Tohoku masih tidak begitu ramai oleh turis, sehingga nggak berebutan untuk syuting foto/video. Karena jalan bareng teman-teman Muslim, saya pun jadi tahu restoran-restoran yang halal friendly!
Peta TohokuBerikut panduan wisata halal berdasarkan perfekturnya, dan sudah saya urutkan agar Anda lebih mudah membuat itinerary:
Iwate
Morioka yang merupakan ibu kota perfektur Iwate, termasuk ke dalam 52 Places to Visit in 2023 versi New York Times. Berjalan kaki di sana menyenangkan karena kotanya kecil, asri, dan tampak retro. Rutenya Bank of Iwate (gedung bata merah berusia 112 tahun), Gozakyu (rumah saudagar yang berdiri sejak 1816), Konya-cho Banya (gedung biru bekas damkar berusia 132 tahun), Nakatsu-gawa River (sungai jernih tempat salmon berenang ke hulu), Morioka Castle Ruin (reruntuhan kastil), Kuil Sakurayama, dan Natural Monument Rock Splitting Cherry Tree (pohon Sakura yang tumbuh dari dalam batu besar).
Situs pariwisata paling populer di Tohoku adalah Geibikei Gorge di Ichinoseki. Sambil naik perahu, kita bisa melihat pepohonan musim gugur yang spektakuler di tebing batu kapur setinggi 50 meter yang mengapit sungai jernih berisi ikan mas gede-gede. Boat trip sekitar 90 menit ini didayung oleh seorang bapak berpakaian tradisional yang menjelaskan tempat-tempatnya, bahkan bernyanyi gembira. Saat perahu berbalik arah, kita bisa berjalan kaki di hutan sekitarnya. Pemandangannya benar-benar spektakuler!
Geibikei GorgeRekomendasi restoran halal friendly:
Usagi Botanica, Morioka – restoran makanan vegan, pilihlah tempura sayuran dan nasi wijen.Azumaya Honten, Morioka – wajib coba makanan khas Iwate yang disebut wanko soba, mi dingin yang dicocol saus spesial (tidak pakai mirin jadi halal) dan disajikan di mangkuk kecil. Saya habis 31 mangkuk!
Bellino Hotel, Ichinoseki – set menu aneka seafood sashimi dan sukiyaki sayuran.Miyagi
Gambaran sempurna musim gugur di pegunungan yang paling terkenal se-Jepang ada di Naruko-kyo Gorge di Kurikoma Quasi National Park. Ngarai sedalam 100 meter ini dilewati jembatan Ofukasawa di atas aliran Sungai Oya. Sekelilingnya adalah hutan lebat dengan warna-warni daun khas musim gugur yang cerah dan sesekali dilewati kereta api. Wih, cantik banget!
Pepohonan khas musim gugur yang terefleksi pada danau jernih bisa dilihat di taman sekitar Entsuin Temple di Kota Matsushima. Ke sana siangnya aja cakep, apalagi pas malamnya! Setiap akhir Oktober sampai pertengahan November pada jam 17.30-21.00 tamannya di-light up (dinyalakan lampu sorot khusus) sehingga warna-warni daunnya semakin dramatis!
Pengalaman khas Jepang yang wajib dicoba adalah ikut upacara minum teh hijau (matcha) di Kanrantei, Matsushima. Kita diajari etika minum teh ala bangsawan Sendai di rumah peristirahatannya yang menghadap laut dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Tak jauh dari sana, kunjungilah Godaido Temple. Kuil yang dibangun kembali pada 1608 ini terletak di sebuah pulau yang terhubung dengan sebuah jembatan merah. Setelah puas foto-foto, wajib mencoba camilan khas Matsushima di tokonya yang berada di seberang jalan, yaitu Sasakamayaki (semacam otak-otak dari ikan Kod yang dipanggang).
Sendai adalah ibu kota perfektur Miyagi. Biar mudah berkeliling kotanya, langsung aja ke Sendai Station untuk naik bus retro Loople Sendai (semacam hop-on hop-off bus). Dengan harga tiket cuma 630 Yen yang berlaku satu hari, kita bisa bebas turun-naik di semua situs penting pariwisata Sendai.
Saya pun langsung ke Zuihoden Mausoleum yang merupakan kompleks makam Date Masamune, pendiri Sendai, dan tiga keluarganya. Dibangun kembali pada 1979, arsitektur bangunannya khas periode Momoyama pada abad ke-16 dengan ornamen yang menggambarkan burung, pohon, bunga, serta berwarna-warni cerah. Uniknya, saya dipandu oleh guide yang berpakaian khas masa itu dan berperan seakan-akan ialah Date.
Date Masamune “hidup” kembali!Guide lalu mengantar saya ke “rumahnya” di Site of Sendai Castle yang dibangun pada 1601. Sebagian besar bangunannya hancur akibat kebakaran dan perang sehingga yang tersisa hanya pondasi dan dinding batu aula yang masih dipertahankan tampilannya pada masa itu. Untungnya, karena terletak di ketinggian 130 meter, kita bisa melihat pemandangan Kota Sendai dan Samudra Pasifik yang indah.
Bagi yang suka ke pasar, pagi-pagi wajib ke Sendai Asaichi (morning market) yang berjarak hanya 5 menit jalan kaki dari Sendai Station. Sepanjang jalan terdapat 60 toko yang menjual produk lokal dan lauk pauk dari perkektur Miyagi dan kota Sendai, jadi kita bisa merasakan keseharian warlok Sendai. Sambil jalan-jalan, jangan lupa makan kroket hangat!
Landmark Sendai yang wajib dikunjungi adalah patung Sendai Daikannon setinggi 100 meter sehingga memegang rekor sebagai patung tertinggi se-Jepang. Patungnya berwarna putih dengan jubah pink. Kita bisa masuk ke dalam dan naik lift sampai ke lantai 12 untuk melihat pemandangan Kota Sendai dari jendelanya dan koleksi patung Buddha.
Terakhir di Sendai, saya mampir ke Osaki Hachimangu Shrine, sebuah harta kekayaan nasional yang dibangun Date Masamune pada 1607. Arsitekturnya yang cantik ini menarik banyak pengunjung sampai saat ini.
Rekomendasi restoran halal friendly:
Shintomitei, Matsushima – ini ryokan tempat saya menginap di mana restorannya menyajikan menu kaiseki ryori berupa ikan panggang dan sukiyaki sayuran.Yakiniku Tomoji, Sendai – makan daging wagyu halal yang dipanggang, dengan saus yakiniku yang juga bersertifikat halal.Serenity, Hotel Metropolitan Sendai – restoran Prancis yang menyajikan steak sapi bersertifikat halal.Itagaki Honten, Sendai – Andalannya adalah fruit parfait, tapi saya juga makan spaghetti vegetarian.Fukushima
Ouchi-juku adalah sebuah desa di Shimogo yang terdapat rumah-rumah tradisional beratap jerami berusia lebih dari 300 tahun. Terletak di pegunungan dengan hutan berwarna khas musim gugur, desa ini cantik banget untuk jalan-jalan dan foto-foto. Teman-teman saya sampai menyewa baju kimono untuk berpose!
Sore hari di desa Oichi-JukuUntuk mengetahui budaya lebih dalam, saya mengunjungi Aizu Bukeyashiki, rumah Samurai (bangsawan militer) di Aizu yang dijadikan museum. Rasanya seperti kembali ke masa lampau saat berkeliling di rumahnya yang luas, termasuk kamar tidur, gudang, dapur, dan ruang upacara minum teh. Apalagi pekarangannya penuh dengan momoji (daun maple Jepang yang berwarna merah) jadi terasa damai banget!
Simbol Kota Aizuwakamatsu adalah Tsurugajo Castle, replika istana abad ke-14 yang terlihat jelas dari kejauhan karena bangunannya putih dan tinggi. Kompleks seluas 228.000 m² ini memiliki taman yang rimbun oleh pepohonan berwarna musim gugur.
Kembali ke masa modern, kunjungilah Aquamarine Fukushima di Kota Iwaki. Gedung futuristik ini berisi akuarium aneka makhluk laut dengan tujuan edukasi. Kolam sentuhnya seluas 4.500 m² terbesar di dunia lho! Bangganya, ada spesies ikan purba asal Indonesia yang hampir punah, yaitu Indonesia Coelacanth!
Sebelum kembali ke Tokyo, jangan lupa beli oleh-oleh di Iwaki La La Mew, sebuah food theme park khusus seafood, produk lokal, dan informasi pariwisata Iwaki yang terletak di dekat Aquamarine. Produk khasnya adalah aneka olahan buah peach dan kerupuk gurita yang enak!
Rekomendasi restoran: Iwaki Halal Restaurant yang bersertifikat halal dari MUI-nya Jepang. Saya makan ramen ayam dan karaage (ayam goreng tepung).
Restoran Halal IwakiPanduan ke Tohoku :
Visa ke Jepang gratis bila memiliki e-paspor dan bisa tinggal maksimal 15 hari per kunjungan, berlaku 3 tahun atau sampai paspor habis masa berlakunya. Caranya cuma registrasi di sini dan menunjukkan tampilan layar visanya di imigrasi.Paling mudah ke Tohoku dengan naik pesawat yang mendarat di bandara Tokyo Haneda atau Tokyo Narita. Dari bandara naik kereta ke Tokyo Station, lalu naik kereta lagi ke Morioka.Keliling Tohoku paling hemat dengan membeli tiket kereta terusan JR East Pass . Informasi lengkap pariwisata Tohoku di sini.January 2, 2024
Cantiknya Musim Gugur dan Mudahnya Makanan Halal di Tohoku, Jepang!
Musim Gugur (autumn) adalah musim favorit saya di Jepang karena dedaunannya berwarna merah-coklat-kuning dengan arsitektur unik, jadi cantik banget! Pada awal November 2023 saya mengunjungi tempat-tempat cantik di wilayah Tohoku yang terletak di timur Pulau Honshu. Enaknya, Tohoku masih tidak begitu ramai oleh turis, sehingga nggak berebutan untuk syuting foto/video. Karena jalan bareng teman-teman Muslim, saya pun jadi tahu restoran-restoran yang halal friendly!
Peta TohokuBerikut panduan wisata halal berdasarkan perfekturnya, dan sudah saya urutkan agar Anda lebih mudah membuat itinerary:
Iwate
Morioka yang merupakan ibu kota perfektur Iwate, termasuk ke dalam 52 Places to Visit in 2023 versi New York Times. Berjalan kaki di sana menyenangkan karena kotanya kecil, asri, dan tampak retro. Rutenya Bank of Iwate (gedung bata merah berusia 112 tahun), Gozakyu (rumah saudagar yang berdiri sejak 1816), Konya-cho Banya (gedung biru bekas damkar berusia 132 tahun), Nakatsu-gawa River (sungai jernih tempat salmon berenang ke hulu), Morioka Castle Ruin (reruntuhan kastil), Kuil Sakurayama, dan Natural Monument Rock Splitting Cherry Tree (pohon Sakura yang tumbuh dari dalam batu besar).
Situs pariwisata paling populer di Tohoku adalah Geibikei Gorge di Ichinoseki. Sambil naik perahu, kita bisa melihat pepohonan musim gugur yang spektakuler di tebing batu kapur setinggi 50 meter yang mengapit sungai jernih berisi ikan mas gede-gede. Boat trip sekitar 90 menit ini didayung oleh seorang bapak berpakaian tradisional yang menjelaskan tempat-tempatnya, bahkan bernyanyi gembira. Saat perahu berbalik arah, kita bisa berjalan kaki di hutan sekitarnya. Pemandangannya benar-benar spektakuler!
Geibikei GorgeRekomendasi restoran halal friendly:
Usagi Botanica, Morioka – restoran makanan vegan, pilihlah tempura sayuran dan nasi wijen.Azumaya Honten, Morioka – wajib coba makanan khas Iwate yang disebut wanko soba, mi dingin yang dicocol kecap asin dan disajikan di mangkuk kecil. Saya habis 31 mangkuk! ?Bellino Hotel, Ichinoseki – set menu aneka seafood sashimi dan sukiyaki sayuran.Miyagi
Gambaran sempurna musim gugur di pegunungan yang paling terkenal se-Jepang ada di Naruko-kyo Gorge di Kurikoma Quasi National Park. Ngarai sedalam 100 meter ini dilewati jembatan Ofukasawa di atas aliran Sungai Oya. Sekelilingnya adalah hutan lebat dengan warna-warni daun khas musim gugur yang cerah dan sesekali dilewati kereta api. Wih, cantik banget!
Pepohonan khas musim gugur yang terefleksi pada danau jernih bisa dilihat di taman sekitar Entsuin Temple di Kota Matsushima. Ke sana siangnya aja cakep, apalagi pas malamnya! Setiap akhir Oktober sampai pertengahan November pada jam 17.30-21.00 tamannya di-light up (dinyalakan lampu sorot khusus) sehingga warna-warni daunnya semakin dramatis!
Pengalaman khas Jepang yang wajib dicoba adalah ikut upacara minum teh hijau (matcha) di Kanrantei, Matsushima. Kita diajari etika minum teh ala bangsawan Sendai di rumah peristirahatannya yang menghadap laut dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Tak jauh dari sana, kunjungilah Godaido Temple. Kuil yang dibangun kembali pada 1608 ini terletak di sebuah pulau yang terhubung dengan sebuah jembatan merah. Setelah puas foto-foto, wajib mencoba camilan khas Matsushima di tokonya yang berada di seberang jalan, yaitu Sasakamayaki (semacam otak-otak dari ikan Kod yang dipanggang).
Sendai adalah ibu kota perfektur Miyagi. Biar mudah berkeliling kotanya, langsung aja ke Sendai Station untuk naik bus retro Loople Sendai (semacam hop-on hop-off bus). Dengan harga tiket cuma 630 Yen yang berlaku satu hari, kita bisa bebas turun-naik di semua situs penting pariwisata Sendai.
Saya pun langsung ke Zuihoden Mausoleum yang merupakan kompleks makam Date Masamune, pendiri Sendai, dan tiga keluarganya. Dibangun kembali pada 1979, arsitektur bangunannya khas periode Momoyama pada abad ke-16 dengan ornamen yang menggambarkan burung, pohon, bunga, serta berwarna-warni cerah. Uniknya, saya dipandu oleh guide yang berpakaian khas masa itu dan berperan seakan-akan ialah Date.
Date Masamune “hidup” kembali!Guide lalu mengantar saya ke “rumahnya” di Site of Sendai Castle yang dibangun pada 1601. Sebagian besar bangunannya hancur akibat kebakaran dan perang sehingga yang tersisa hanya pondasi dan dinding batu aula yang masih dipertahankan tampilannya pada masa itu. Untungnya, karena terletak di ketinggian 130 meter, kita bisa melihat pemandangan Kota Sendai dan Samudra Pasifik yang indah.
Bagi yang suka ke pasar, pagi-pagi wajib ke Sendai Asaichi (morning market) yang berjarak hanya 5 menit jalan kaki dari Sendai Station. Sepanjang jalan terdapat 60 toko yang menjual produk lokal dan lauk pauk dari perkektur Miyagi dan kota Sendai, jadi kita bisa merasakan keseharian warlok Sendai. Sambil jalan-jalan, jangan lupa makan kroket hangat!
Landmark Sendai yang wajib dikunjungi adalah patung Sendai Daikannon setinggi 100 meter sehingga memegang rekor sebagai patung tertinggi se-Jepang. Patungnya berwarna putih dengan jubah pink. Kita bisa masuk ke dalam dan naik lift sampai ke lantai 12 untuk melihat pemandangan Kota Sendai dari jendelanya dan koleksi patung Buddha.
Terakhir di Sendai, saya mampir ke Osaki Hachimangu Shrine, sebuah harta kekayaan nasional yang dibangun Date Masamune pada 1607. Arsitekturnya yang cantik ini menarik banyak pengunjung sampai saat ini.
Rekomendasi restoran halal friendly:
Shintomitei, Matsushima – ini ryokan tempat saya menginap di mana restorannya menyajikan menu kaiseki ryori berupa ikan panggang dan sukiyaki sayuran.Yakiniku Tomoji, Sendai – makan daging wagyu halal yang dipanggang, dengan saus yakiniku yang juga bersertifikat halal.Serenity, Hotel Metropolitan Sendai – restoran Prancis yang menyajikan steak sapi bersertifikat halal.Itagaki Honten, Sendai – Andalannya adalah fruit parfait, tapi saya juga makan spaghetti vegetarian.Fukushima
Ouchi-juku adalah sebuah desa di Shimogo yang terdapat rumah-rumah tradisional beratap jerami berusia lebih dari 300 tahun. Terletak di pegunungan dengan hutan berwarna khas musim gugur, desa ini cantik banget untuk jalan-jalan dan foto-foto. Teman-teman saya sampai menyewa baju kimono untuk berpose!
Sore hari di desa Oichi-JukuUntuk mengetahui budaya lebih dalam, saya mengunjungi Aizu Bukeyashiki, rumah Samurai (bangsawan militer) di Aizu yang dijadikan museum. Rasanya seperti kembali ke masa lampau saat berkeliling di rumahnya yang luas, termasuk kamar tidur, gudang, dapur, dan ruang upacara minum teh. Apalagi pekarangannya penuh dengan momoji (daun maple Jepang yang berwarna merah) jadi terasa damai banget!
Simbol Kota Aizuwakamatsu adalah Tsurugajo Castle, replika istana abad ke-14 yang terlihat jelas dari kejauhan karena bangunannya putih dan tinggi. Kompleks seluas 228.000 m² ini memiliki taman yang rimbun oleh pepohonan berwarna musim gugur.
Kembali ke masa modern, kunjungilah Aquamarine Fukushima di Kota Iwaki. Gedung futuristik ini berisi akuarium aneka makhluk laut dengan tujuan edukasi. Kolam sentuhnya seluas 4.500 m² terbesar di dunia lho! Bangganya, ada spesies ikan purba asal Indonesia yang hampir punah, yaitu Indonesia Coelacanth!
Sebelum kembali ke Tokyo, jangan lupa beli oleh-oleh di Iwaki La La Mew, sebuah food theme park khusus seafood, produk lokal, dan informasi pariwisata Iwaki yang terletak di dekat Aquamarine. Produk khasnya adalah aneka olahan buah peach dan kerupuk gurita yang enak!
Rekomendasi restoran: Iwaki Halal Restaurant yang bersertifikat halal dari MUI-nya Jepang. Saya makan ramen ayam dan karaage (ayam goreng tepung).
Restoran Halal IwakiPanduan ke Tohoku :
Visa ke Jepang gratis bila memiliki e-paspor dan bisa tinggal maksimal 15 hari per kunjungan, berlaku 3 tahun atau sampai paspor habis masa berlakunya. Caranya cuma registrasi di sini dan menunjukkan tampilan layar visanya di imigrasi.Paling mudah ke Tohoku dengan naik pesawat yang mendarat di bandara Tokyo Haneda atau Tokyo Narita. Dari bandara naik kereta ke Tokyo Station, lalu naik kereta lagi ke Morioka.Keliling Tohoku paling hemat dengan membeli tiket kereta terusan JR East Pass . Informasi lengkap pariwisata Tohoku di sini.December 16, 2023
Lucunya Perbatasan Meksiko dan Amerika Serikat
Perjalanan keliling Amerika Tengah (#TNTamteng) diakhiri dengan terbang kembali ke Amerika Serikat melalui Meksiko demi dapat tiket pesawat murah. Artinya, saya dan Yasmin harus menginap dulu di Cancun (dibaca: Kankun) sebelum terbang ke Los Angeles. Perjuangan melewati perbatasannya patut diceritakan.
Meksiko
Bagi pemegang paspor Indonesia, visa Meksiko gratis asal punya visa Amerika Serikat yang masih berlaku dan sudah dipakai di Amerika Serikat.
Kami masuk perbatasan Meksiko dari Belize naik chicken bus (bus jadul yang biasanya mengangkut ayam). Setelah drama di imigrasi Belize, supir bus membawa kami ke perbatasan Meksiko di Chetumal. Pertama, seluruh penumpang bus dan barang-barang diturunkan di sebuah gedung untuk pemeriksaan bagasi melewati X-Ray. Lalu naik bus lagi ke gedung imigrasi. Kami mengisi formulir keimigrasian dan menyerahkannya ke loket. Saya ditanya-tanya standar, lalu berpesan, “Indonesia? Kamu harus minta cap imigrasi saat keluar Meksiko ya!” Siaaap!
Kami naik bus lagi ke Kota Chetumal. Saya bilang ke supir untuk diturunkan di terminal bus, tapi bus Belize dilarang masuk terminal Meksiko, jadilah kami turun di pinggir jalan. Atas saran supir bus, kami naik taksi yang sudah disepakati oleh supir taksi di harga 2 USD karena jaraknya dekat. Eh, supir taksi mulai berulah! Dia bilang kalau bus ke Cancun adanya hanya sore hari, naik bus harus dari terminal satunya yang jauh, bahkan menawarkan untuk mengantar langsung ke Cancun. Dia nggak tau saya bawa modem wifi Javamifi jadi bisa googling jadwal bus dan terminalnya. Udah jelas dia mau nipu, jadi saya tolak.
Sampai di terminal bus, supir ngehe ini bilang bayarnya harus 5 USD karena pakai mata uang dolar Amerika. Saya langsung marah dalam bahasa Spanyol! Kalau alasannya begitu, berarti 2 USD sama dengan 35 MXN. Fine! Saya ambil duit dulu dari ATM. Begitu saya kasih duitnya, eh dia ngotot minta 85 MXN! Tentu saya marah lagi! Terjadilah adu argumen sampai dikerubuti orang-orang. Lalu saya mendatangi supervisor perusahaan taksi yang loketnya ada di situ untuk mengadu, barulah ditengahi. Huuu, dasar penipu! Nggak lucu sih Meksiko jadi begini, padahal sepuluh tahun yang lalu aman dan damai aja.
Kami pun meneruskan perjalanan ke Cancun naik bus ADO (bus Meksiko yang paling oke sedunia, ceritanya ada di buku #TNTrtw part 2) selama tujuh jam. Setelah hampir dua bulan di Amerika Tengah, masuk ke negara maju memang terasa bedanya. Busnya sangat nyaman, ada TV dan toilet, jalannya pun lebar dan bagus!
Bus ADO MeksikoPulangnya kami terbang dari Cancun ke Los Angeles dengan transit di Fort Lauderdale. Saat check in, petugas maskapai penerbangan mengingatkan, “Jangan lupa minta cap keluar di imigrasi!” Setelah melewati security check, ternyata nggak ada konter pemeriksaan imigrasi! Nah lho! Di bandara Cancun sebesar ini isinya hanya restoran, toko, dan gate penerbangan. Kami muter-muter sebandara nggak nemu imigrasi. Loket informasi pun nggak ada. Bertanya sana-sini malah dapat tatapan aneh, “Imigrasi? Nggak perlu kok, kan tinggal terbang aja!” Lha? Paspor Indonesia nggak berlaku!
Akhirnya saya bertanya ke seseorang yang berseragam. Dia bilang kantor imigrasi ada di sebelah toilet. Hah? Tadi kami ke toilet aja nggak liat. “There! Theeere!” katanya sambil menunjuk-nunjuk. Kami pun balik lagi ke toilet. Ternyata di persis di sebelah pintunya ada loket kecil berlogo INM. Di bawahnya ada tulisan kecil: Secretaria de Gobernacion Instituto Nacional de Migracion. Yailah, pantas nggak liat! Sialnya, di loket itu nggak ada orang! Saya pun memencet bel berkali-kali. Ting! Ting! Ting! Masih nggak ada orang. Kami deg-degan karena pesawat sebentar lagi berangkat. Sepuluh menit kemudian barulah seorang petugas dengan santainya datang. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia langsung mencap paspor kami. Fuih!
Amerika Serikat
Dua jam terbang, pesawat mendarat di Fort Lauderdale, Florida. Pramugari mengumkan bahwa semua penumpang harus ambil bagasi dulu sebelum melanjutkan penerbangan sambungan. Yailah, transit 1,5 jam mana cukup untuk penumpang sebanyak ini? Benar aja, bagasi lama sekali keluar. Setelah koper diambil, dimasukin lagi di konter. Lalu ke security check yang lama juga karena panjangnya antrean. Terakhir, mengantre lagi di imigrasi Amerika Serikat yang terkenal banyak tanya. Padahal seharusnya saat itu pesawat sudah terbang! Saya pasrah aja ketinggalan pesawat. Mau gimana lagi?
Saya ditanya petugas, “Mau ngapain di AS? Berapa lama? Mana tiket pulangnya? Tinggal di mana?” Pas saya kasih alamat rumah saudara di Los Angeles, dia bertanya, “Who is this person?”
“My brother-in-law,” jawab saya.
“Is your husband traveling with you?” tanyanya lagi. Nggak salah sih. Ipar itu kan saudaranya suami.
“No. I don’t have a husband. Brother-in-law means the brother of my brother’s wife. Is that called brother-in-law too?”
“Uhm… Yeah, you can call it brother-in-law! Enjoy your holiday!”
Hahaha! Saya pun dipersilakan lewat dan langsung berlari kesetanan untuk naik pesawat ke Los Angeles… yang ternyata delay! Horee!
Sebulan kemudian, saya terbang ke Indonesia dari bandara Los Angeles. Keluar Amerika Serikat tidak pernah ada imigrasi, jadi paspor tidak dicap. Namun jangan salah, siapapun yang keluar-masuk Amerika Serikat tetap tercatat tanggalnya saking canggihnya sistem mereka.
Perjalanan keliling Amerika Tengah ini atas biaya sendiri. Tulisan ini pun dibagikan gratis di blog. Bila Anda menyukai tulisan perjalanan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini supaya saya semakin semangat menulis. Terima kasih!
Trinity's Blog
- Trinity's profile
- 235 followers

