Trinity's Blog, page 2
July 16, 2024
Jadilah traveler yang ramah iklim!
Merasa nggak sih akhir-akhir ini cuaca semakin aneh? Sekarang bulan Juli yang seharusnya musim kemarau tapi masih sering hujan deras, bahkan banjir di sebagian tempat! Kalau ditarik lagi jauh ke belakang, ketika saya bersekolah SD-SMA di Jakarta, ruang kelas tidak ada AC ya santai aja karena saya setua itu zaman dulu cuacanya tidak sepanas sekarang. Bayangkan, berapa derajat Celcius kenaikan suhu bumi!
Penyebab perubahan iklim ini adalah emisi karbon yang merujuk pada pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke atmosfer. Penyumbang terbesarnya adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak, batu bara, dan gas, yang berkontribusi 87% melonjaknya kuantitas CO2 di udara.
Sementara itu, industri pariwisata menyumbang 8% emisi karbon dunia. Sebagai traveler yang menggantungkan hidup dari pariwisata, saya mengaku sangat sulit untuk tidak berkontribusi terhadap perubahan iklim. Tapi Anda tidak usahlah jadi SJW (social “julid” warrior) yang mengecam saya, kecuali jika Anda seorang vegan, tidak traveling sama sekali, dan tidak beranak. Hehe!
Saya yakin kita semua sudah berusaha ramah lingkungan dengan selalu bawa botol minum, tas belanja sendiri, tidak pakai sedotan, dan lain-lain. Tapi ternyata masih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi emisi karbon. Saya belajar saat ikut trip Bumi Journey pada 12-14 Juli 2024 ke Bintan, Kepulauan Riau, bareng rombongan pejuang lingkungan dari Singapura.
Trip inilah yang menginspirasi saya untuk berbagi tip untuk para traveler agar dapat mengurangi emisi karbon, sebagai berikut:

49% dari emisi karbon berasal dari transportasi. Pesawat dan mobil adalah penyumbang emisi terbesar.
– Jalan kaki dan naik sepeda menghasilkan 0 emisi karbon, tapi jika jaraknya jauh dan harus naik kendaraan, pilihlah transportasi umum, seperti bus, kereta, feri.
– Jika menggunakan pesawat terbang, pilihlah kursi kelas ekonomi karena emisi penumpang pesawat ditentukan oleh jumlah ruang yang digunakan di pesawat. Rata-rata, kursi kelas bisnis dua kali lebih besar daripada kelas ekonomi sehingga jejak karbonnya dua kali lipat lebih besar. Jadi kalau ada yang mencela ‘kok nggak naik kelas bisnis sih?’ jawab saja ‘mengurangi emisi karbon!’ meski sebenarnya kita yang nggak sanggup bayar. Hehe!
– Gunakan Google Flights untuk mengecek jumlah emisi karbon yang dihasilkan pada berbagai pilihan pesawat sehingga kita bisa lebih bijak memilih.
Akomodasi
AC dan heater adalah penyumbang terbesar emisi karbon. Semakin besar dan lengkap fasilitas hotel, maka semakin besar menghasilkan emisi karbon karena kolam renang, spa, gym boros energi.
– Menginap di hostel (7,8 kg CO2/orang/malam) lebih rendah emisinya daripada hotel (31 kg CO2/orang/malam).
– Lebih baik menginap di homestay, Airbnb, atau bahkan di rumah teman/saudara karena emisi karbonnya jauh lebih kecil.
– Menginap di hotel bintang lima tidak salah juga (apalagi saya doyan banget!), tapi kita bisa memilih hotel yang ramah lingkungan atau yang punya program konservasi.
– Hematlah listrik dengan mematikan lampu, AC, TV, charger, saat tidak dibutuhkan.
– Mengganti handuk, seprai, dan sarung bantal hotel hanya kalau benar-benar dibutuhkan.
Makanan
Produksi makanan menyumbang seperempat emisi gas rumah kaca dunia. Menanam, memproses, mengangkut, mengemas, mendinginkan, dan memasak semuanya membutuhkan energi.
– Pilih makanan yang berasal dari lokal, bukan impor. Ingat, semakin jauh bahan makanan berasal maka semakin besar emisi karbonnya karena harus melalui transportasi.
– Jangan membuang makanan! Paling sering terlihat: sarapan prasmanan di hotel ambilnya nggak kira-kira banyaknya, tapi nggak dihabiskan! Ketika makanan terbuang, semua emisi yang dihasilkan dari produksinya menjadi sia-sia. Malah, makanan yang terurai di tempat pembuangan akhir akan menghasilkan metana yang 21 kali lebih kuat daripada karbon dioksida.
Aktivitas
– Ikut tur yang 0 emisi karbon, seperti free walking tour. Ini ada di banyak kota di seluruh dunia, kok!
– Pilih aktivitas yang mendukung konservasi alam, warisan budaya, atau terlibat dalam pengalaman konservasi langsung. Contohnya, saat saya ikut tur Bumi Journey di Bintan yang aktivitasnya mengunjungi budidaya teripang, menanam bakau di Pulau Dompak, dan tur budaya Melayu di Pulau Penyengat.
– Belanja suvenir yang bermakna yang dibuat oleh pengrajin lokal daripada barang produksi massal yang diimpor dari luar negeri.
Menyerap Emisi Karbon
Kita bisa mengembalikan emisi karbon yang dihasilkan ke bumi dengan mendukung proyek yang menangkap emisi karbon. Caranya dengan menghitung jumlah emisi karbon dari perjalanan yang kita lakukan di sini. Setelah mendapatkan angka Blue Carbon Package (BCP), kita bisa offset emisi yang sudah dikeluarkan dengan membeli tanaman bakau (mangrove) di sini. Mengapa bakau? Karena hutan bakau dapat menyerap 10 kali lebih banyak karbon daripada hutan darat.
Duile, mau jalan-jalan aja ribet banget sih? Duit-duit gue, kok elo yang rese? Ngerugiin hidup elo juga nggak! Ya, nggak salah sih! Kita memang bukan kayak rombongan Singapura itu yang ekonominya sudah mapan sehingga bisa memikirkan keberlangsungan dunia setelah urusan perut terpenuhi. Tapi kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi? Saya yakin pembaca blog ini berpendidikan dan berekonomi menengah ke atas (amin!) jadi kita punya kemampuan untuk menjadi agen perubahan. Meskipun pada akhirnya, pariwisata dan perjalanan akan tetap menghasilkan emisi karbon, tapi sebisa mungkin kita berusaha menjadi traveler yang ramah iklim.
Saya tidak dibayar ataupun menerima komisi dalam menulis artikel ini. Bila Anda menyukai tulisan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini supaya saya semakin semangat berbagi kisah dan inspirasi di blog yang berusia 19 tahun ini. Terima kasih!
June 15, 2024
Akhirnya ke Salar de Uyuni!
Salar de Uyuni adalah padang garam terluas di dunia yang terletak di negara Bolivia, benua Amerika Selatan. Ini salah satu bucket list saya dari dulu! Kalau sudah baca buku The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip, pada 2013 saya sudah pernah segitu dekatnya dengan Bolivia, eh sampai di perbatasan Peru-Bolivia saya ditendang!
Akhirnya pada akhir 2018 saya berkesempatan ke Bolivia. Cerita tentang drama masuk Bolivia, bisa dibaca di sini. Karena tidak punya banyak waktu, saya terbang dari Santa Cruz ke Uyuni naik pesawat baling-baling yang tiba malam hari. Perlu diketahui, Uyuni berada pada ketinggian 3.700 mdpl atau setinggi puncak Gunung Semeru!
Keluar dari bandara, udara dingin langsung menggigit. Bernapas aja sampe mengeluarkan asap! Untuk menuju ke pusat kota harus naik taksi, tapi taksi yang tersedia cuma dua buah sehingga harus mengantre panjang menunggu taksi itu balik lagi ke bandara. Melihat ada pasangan bule cuman berdua, saya langsung berinisiatif ikutan taksinya dengan dalih bisa patungan jadi lebih murah.
Hotel saya di Uyuni terletak di lantai 4 tanpa lift! Dengan menggendong ransel, saya pelan-pelan naik tangga. Duh, dada saya rasanya seperti dipukul gada bertubi-tubi! Ah, ini dia ciri khas berada di ketinggian yang oksigennya tipis sehingga napas jadi megeh-megeh. Saya hanya menaruh ransel, lalu segera pergi.
Saya cuma punya waktu 4 hari, jadi malam itu juga saya harus cari travel agent yang akan membawa saya tur keliling Salar de Uyuni karena itu hanya satu-satunya cara untuk masuk. Namun sebelumnya saya harus makan dulu. Yang buka tinggal warung kecil di pasar dengan spanduk besar bertuliskan “Fast Foot” (bukan fast food)! Kalau dalam keadaan normal, saya pasti nggak pengen masuk ke restoran yang namanya salah eja, tapi ini keadaan darurat jadi saya hanya tertawa saja. Lumayan lah bisa makan nasi dan ayam panggang murah!
Karena sudah kemalaman, sialnya travel agent sudah pada tutup! Seorang ibu yang sedang menutup rolling door kantor menghampiri saya menawarkan paket tur 3 hari/2 malam menggunakan satu mobil 4WD. Pilihannya guide berbahasa Inggris atau berbahasa Spanyol yang bedanya sekitar 70 USD. Buset! Tentu saya pilih guide berbahasa Spanyol, selain jauh lebih hemat, saya cukup pede dengan Bahasa Spanyol saya.
Besok paginya saya dijemput si ibu, lalu ke kantor travel agent-nya sambil menunggu mobil. Ndelalah segrup tur isinya cewek semua! Selain saya, ada 2 cewek Prancis, 2 cewek Jerman, 1 cewek New Zealand. Supir sekaligus guide kami cowok Bolivia yang berusia 22 tahun. Mobilnya Land Rover merah, dan saya langsung duduk aja di depan kayak Madam. Setelah berkenalan satu sama lain, saya didaulat menjadi penyambung lidah antara grup dan guide karena bahasa Spanyol saya dianggap paling baik! Hehe!
Stop pertama kami ke train cemetary alias bangkai kereta api yang pada awal akhir abad ke-19 dipakai sebagai alat transportasi oleh para penambang, tapi pada 1940-an bangkrut sehingga terbengkalai. Stop kedua ke desa Colchani, untuk melihat museum garam sekalian makan siang. Tak jauh dari sana terdapat monumen Dakar Uyuni, pitstop rally mobil ekstrim di padang garam. “Habis ini tidak ada sinyal ponsel sampai 3 hari ke depan, ya!” kata guide mengingatkan. Saya jadi deg-degan!
Setelah itu barulah kami berkendara di padang garam Uyuni yang luasnya 10.000 km² atau seluas negara Lebanon! Aaaa… mata saya sampai basah karena bucket list akhirnya tercapai! Selama berjam-jam pemandangan yang terlihat hanyalah hamparan garam putih dan langit biru! Benar-benar spektakuler, seperti di planet lain! Kami sempat turun untuk foto-foto jumpalitan, dan membuat foto persepektif di mana objek yang lebih dekat ke kamera tampak lebih besar daripada objek yang lebih jauh. Saya meraup garamnya, ternyata butirannya besar-besar seperti kristal.

Dari situ ke Incahuasi, sebuah bukit yang ditumbuhi banyak kaktus raksasa sambil menikmati pemandangan dataran garam dari ketinggian. Malam harinya kami menginap di sebuah hotel garam. Iya, gedung hotel itu terbuat dari garam yang dikompresi! Lantainya aja ya tumpukan garam gitu, sampai saya nggak bisa nyeker karena garamnya menempel pada kaki.

Pagi-pagi setelah sarapan, kami mengunjungi Sora Canyon untuk melihat llama di habitatnya berupa rerumputan yang dialiri air sungai. Pemandangan berganti menjadi gurun, tidak ada lagi tanaman yang tumbuh karena berada di ketinggian lebih dari 4.000 mdpl. Kami melewati sejumlah gunung berapi yang sudah tidak aktif, formasi bebatuan besar berwarna merah, serta danau-danau cantik berisi ribuan burung flamingo yang dikelilingi pegunungan dengan puncak bersalju. Guide memasak makanan di bak mobil, dan kami pun piknik makan siang sambil ternganga-nganga melihat indahnya dunia!
Kepala saya mulai pusing ketika mobil lanjut naik sampai ketinggian 5.030 mdpl. Guide membagikan daun coca untuk dikunyah supaya nggak kena altitude sickness. Tibalah kami di Laguna Colorada. Inilah danau paling bagus yang pernah saya lihat: airnya didominasi warna merah, dengan berkas warna biru, hijau, putih dan dipenuhi burung flamingo! Sore harinya kami tiba di geyser Sol de Mañana untuk melihat kolam lumpur yang menggelegak dan semburan uap. Terakhir kami ke desa Polques untuk menginap. Desa ini suhunya 2°C , tidak ada listrik dan air. Bagaimana mandinya? Guide menunjuk ke bawah tebing: kolam pemandian air panas.

Biasanya orang berendam di sore hari, tapi grup kami berencana untuk berendam sehabis makan malam sambil berpesta. Grup bikin panitia; ada yang cari camilan, beli alkohol, dan pinjam speaker. Karena sudah malam, eh, pintu sudah ditutup! Saya mencari penjaganya yang ternyata seorang cowok ganteng yang lagi berendam di dalam kolam! Aih, langsung saya nyebur dan tempel! Lalu, kami semua berendam di kolam air panas sambil memandang jutaan bintang, ngobrol, minum wine, sambil dengar musik. Akhirnya saya berhasil meyakinkan menyogok si penjaga untuk menyediakan cimeng! Horeeee! Kami semua pun “terbang” sambil tertawa-tawa nggak karuan! Hahaha!
Saya bangun dengan kepala “berkonde” akibat hangover. Jam 6.30 pagi kami melanjutkan perjalanan melalui gurun Dali untuk melihat Laguna Verde, danau berair hijau yang terletak di kaki Gunung Licancabur. Tiba di perbatasan negara Chile, setengah dari grup kami berpisah karena mereka lanjut ke San Pedro de Atacama, sementara saya dan yang lain kembali ke Uyuni. Malam itu saya pun tertidur di bus selama 9 jam dari Uyuni ke La Paz.
Bila Anda menyukai tulisan perjalanan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini supaya saya semakin semangat menulis di blog yang berusia 19 tahun ini. Terima kasih!
April 12, 2024
The best luxury hotels in Sanur, Bali!
Jauh sebelum Seminyak dan Canggu jadi hotspot di Bali, bahkan sebelum Nusa Dua berdiri kompleks resor mewah, Sanur merupakan tempat lahirnya pariwisata di Bali pada 1920-an. Hanya setengah jam berkendara dari Bandara Ngurah Rai, Pantai Sanur membentang sepanjang 5 km dan menghadap matahari terbit. Lautnya yang tenang dan masih berkesan desa karena bersandarnya kapal-kapal nelayan tradisional, sangat menarik bagi turis yang mendambakan ketenangan.
Saat liburan di Bali pada awal April 2024, saya pun memilih untuk menginap di Sanur. Berikut rekomendasi dua resor bintang lima terbaik yang terletak di tepi Pantai Sanur:
Hyatt Regency Bali
Ini adalah hotel legend di Bali karena merupakan hotel international chain pertama di Bali sejak 1973 dengan nama Bali Hyatt. Setelah direnovasi, pada 2019 berubah nama menjadi Hyatt Regency Bali.
Meski hotelnya sudah berusia 50 tahun, namun tidak tampak jadul sama sekali. Justru desain klasik tradisional Bali masih dipertahankan, jadi berasa nostalgia. Lobinya yang megah masih memakai atap rumbia, tamannya masih rimbun dan estetik di lahan seluas 9 hektar. Pantaslah masih terdengar suara burung, tonggeret, dan jangkrik. Ditambah lagi bebek yang masih berkeliaran dan ikan koi di semua kolam ikannya.
Saya menginap di kamar 2 Twin Beds Club Access, Premium di lantai dasar. Kamar seluas 39 m² ini interiornya serba kayu, lantai marmer, sofa dari tenun ikat, dan teras menghadap taman asri. Yang menyenangkan adalah kamar mandi dan toiletnya terpisah! Karena mengusung gerakan sustainable, air minum disediakan di botol beling yang sudah di-seal jadi tidak buang-buang botol plastik seperti umumnya di hotel. Amenities pun bukan di dalam botol kecil sekali buang. Kopi tubruknya merek Tanamera yang nikmat dan sudah disediakan French press.

Pentingnya punya Club Access karena kita akan dapat akses ekslusif untuk sarapan prasmanan, minuman dan kudapan gratis sepanjang hari, serta alkohol gratis setiap jam 17.00-19.00 di Regency Club Lounge. Namun saya tidak melewatkan makan malam barbeku ala prasmanan sambil menonton tari Bali di Restoran Omang-Omang. Wih, aneka grilled seafood dan daging berlimpah, apalagi dessert-nya yang kreatif seperti Kue Es Teler dan Cendol Panna cotta—enak semua! Ada juga restoran Italia otentik bernama Pizzaria yang terkenal bagi pengunjung umum karena letaknya persis di tepi pantai.
Biar kalori agak seimbang, setiap jam 6 pagi saya ikut yoga gratis di tepi pantai sambil melihat matahari terbit. Sorenya saya berenang di tiga kolam renangnya yang besar dan adem, tapi saya paling suka berenang di Shankha Spa karena kolamnya adult only. Hehe! Ada juga gym dengan peralatan lengkap yang buka 24 jam, termasuk sauna, steam, dan jacuzzi.

Informasi dan reservasi Hyatt Regency Bali di sini.
Andaz Bali
Persis di sebelah Hyatt Regency Bali, terdapat hotel Andaz Bali yang baru buka pada 2021. Andaz adalah salah satu brand hotel grup Hyatt yang merupakan hotel lifestyle bintang lima yang berakar pada seni dan budaya lokal. Andaz Bali merupakan hotel Andaz pertama di Indonesia dan langsung hits karena sering diliput media.
Konsep Andaz Bali adalah desa modern Bali, perpaduan tradisional dan kontemporer, di lahan seluas 5,9 hektar. Ada alun-alun yang disebut Village Square, bale bengong, dan kolam ikan yang dikelilingi pepohonan rindang. Yang jelas, vibe-nya asyik banget karena vibrant dan energetic!
Saya menginap di kamar 2 Twin Beds Ocean View seluas 60 m². Baru masuk kamar aja saya terharu: saya dapat kartu ucapan selamat datang dari Village Manager yang ditulis tangan! Interior kamar cakep dengan unsur kayu, anyaman, dan batik. Kamar mandinya yang didominasi warna menghadap jendela besar. Toiletnya terpisah, ada walk-in closet, dan balkon nyaman buat leyeh-leyeh.

Sama seperti Hyatt Regency Bali, air minum juga disediakan di botol beling. Mini bar berisi camilan dan softdrink semua gratis, kecuali alkohol. Ada mesin kopi dan ceret listrik, plus teko dan cangkir keramik yang cantik. Fasilitas yang paling saya suka adalah TV-nya yang berukuran 65 inci dan ada Chromecast, jadi bisa nonton streaming film di TV besar dari aplikasi pribadi!
Yang paling juara di Andaz Bali adalah sarapannya! Umumnya hotel menyediakan sarapan prasmanan, tapi di sini sarapannya a la carte alias pilih sendiri dari menu sebanyak kita mau. Bagus sih sistem begini, supaya tidak banyak food waste. Variasi menunya banyak dan dalam porsi kecil, tapi rasanya enak banget! Menu favorit saya: Prawn Omelette, French Toast, dan Soto Madura.
Di samping alun-alun terdapat empat restoran berkonsep shop house, yaitu Wok Wok (masakan Indonesia), Blue Oven (masakan yang dipanggang di oven), Fire Fox (aneka steak), dan Dely & Bakery (roti, kue, es krim). Persis di tepi pantai, terdapat restoran Fisherman’s Club yang jadi favorit turis Sanur. Sesuai dengan namanya, restoran ini menyediakan hidangan aneka seafood segar yang bisa dipilih langsung atau pilih dari menu. Karena saya kurang oke memilih ikan, saya pilih saja Seafood Platter yang terdiri dari cumi, udang, kerang, dan dua ikan yang dipanggang dan dikasih aneka sambal dan saus. Ternyata pilihan saya tepat karena enak!

Urusan perut terjamin, giliran saya memanjakan diri di Shankha Spa yang merupakan spa terbesar se-Sanur karena memiliki sepuluh villa spa. Ini fasilitas yang sharing antara Hyatt Regency dan Andaz. Saya ambil paket Balinese massage selama 60 menit di kamar spa yang sangat luas. Mbaknya yang sudah berpengalaman 20 tahun sungguh mahir memijat!
Aktivitas lainnya bisa pilih: berenang di tiga kolam renangnya, melihat penyu di konservasinya, bersepeda, membatik, membuat topi dari daun kelapa, menulis di daun lontar—semuanya gratis. Di sinilah kita bisa berkenalan dengan tamu-tamu lain. Ada cerita lucu ketika saya ikut kelas membatik. Saya bersama dua wanita Jerman diberikan kain polos untuk digambar dan diberi malam. Si Jerman terkejut melihat pensil yang kami gunakan, “Pensil ini merek Staedtler buatan Jerman, lho!”
Saya menyaut, “Iya, merek itu memang nomor satu di Indonesia!”
“Oh ya? Saya kenal sama pemilik Staedtler. Dia tetangga saya di Munich!” katanya.
Wow! Kebayang kan tipe tamu yang menginap di Andaz? Saya jadi bangga sama-sama menginap di Andaz sama tetangga pemilik Staedtler. Hehehe!
Informasi dan reservasi Andaz Bali di sini.
Tonton video kedua hotel tersebut:
March 29, 2024
Tokyo Skytree, Menara Tertinggi di Dunia!
Tokyo Skytree merupakan menara tertinggi di dunia dengan ketinggian 634 meter dan juga merupakan struktur bangunan tertinggi di Jepang. Diresmikan pada 2012, menara ini digunakan utamanya untuk siaran digital terestrial TV dan radio, juga sebagai tempat observasi.
Sebagai penggemar panorama kota dari ketinggian, tentu saya mengunjungi Tokyo Skytree saat traveling ke Tokyo, Jepang, pada awal Maret 2024. Saya sampai ke sana dua kali, pada malam hari dan pada siang hari. Saya sengaja membeli tiket Combo agar puas mengunjungi dua observation deck, yaitu Tembo Deck di lantai 350 meter dan Tembo Galleria di lantai 450 meter.
Konter tiket berada di lantai 4. Dari situ kita naik lift yang agak bikin kuping budek karena kecepatannya 600 meter/menit! Wow, sampai di Tembo Deck pada ketinggian 350 meter hanya dalam 50 detik! Kita bisa melihat layar TV pada dinding lift yang mengindikasi ketinggiannya. Untungnya dekorasi liftnya cantik sehingga bikin tenang.
Di Tembo Deck, kita dapat memandang kota Tokyo 360° dengan berjalan mengelilinginya. Panel kaca setinggi lebih dari 5 meter membuat pandangan luas sehingga dapat melihat sampai sejauh 70 km saat cuaca cerah, seperti Tokyo Disney Resort, Bandara Haneda dan Narita, bahkan Gunung Fuji! Kota Tokyo pun tampak rapi dan cantik, dengan bangunan kotak-kotak kecil yang dilewati Sungai Sumida yang bersih. Mau melihat lebih dekat dan jelas, tersedia teleskop digital yang high definition. Di lantai yang sama, saya menyempatkan diri untuk nongkrong di Skytree Cafe sambil minum Sakura Lemonade yang segar.

Turun ke lantai 340 meter, kita bisa berjalan di atas kaca tembus pandang. Widih, saat melihat ratusan meter ke bawah bikin dengkul lemas! Demi dapat foto cakep, saya sewa fotografer profesional di sebelahnya yang jadi hanya semenit.
Lanjut ke Tembo Galleria di ketinggian 445-450 meter, saya naik lift dari Tembo Deck yang bikin dengkul lemas juga karena pintu liftnya terbuat dari kaca! Di sini kita berjalan berkeliling sekitar 110 meter sampai ke titik tertinggi yaitu Sorakara Point pada ketinggian 451,2 meter. Sepanjang sisinya pun terbuat dari kaca, jadi kota Tokyo semakin terlihat spektakuler.

Perbedaannya, pada malam hari Tokyo tampak romantis dengan lampu-lampu kotanya. Sedangkan pada siang hari, seluruh kota terlihat jelas. Mungkin selanjutnya saya mau datang lagi saat matahari terbenam. Pasti cakep juga!
Tak lupa saya mampir ke Skytree Shop (ada di lantai 5 atau observation deck lantai 345) karena merchandise Tokyo Skytree lucu-lucu, apalagi ada karakter maskotnya si Sorakora-chan yang berupa gadis kecil berambut bintang! Yang bikin salut, Tokyo Skytree menyediakan mushola untuk pengunjung Muslim! Adanya di lantai 1 dengan ruangan terpisah antara pria dan wanita, dan sudah disediakan beberapa sajadah.
Tokyo Skytree bukanlah sekadar menara, karena di kakinya terdapat sebuah mal besar dengan 300+ toko dan restoran yang bernama Tokyo Solamachi. Saya sampai menghabiskan waktu berjam-jam di mal karena ada toko-toko favorit saya, antara lain ABC Mart (toko sepatu murah), Disney Store, dan Marvel Store by Small Planet. Ada juga toko-toko unik, seperti Strawberry Mania (aneka kudapan buah stroberi), Nanaco Plus+ (aksesoris yang terbuat dari permen), dan Shokuhin Sample Ya (aneka barang yang terbuat dari lilin seperti aslinya, mulai dari magnet sushi sampai pajangan sepiring spageti).
Rekomendasi restoran untuk makan siang di mal adalah The Platinum di lantai 6. Ini adalah restoran buffet alias makan sepuasnya dengan harga Rp 200 ribuan/orang. Menunya sangat beragam, mulai dari aneka salad, sup seafood, sampai aneka pasta dan piza. Dessert-nya ada crêpe, es krim, dan aneka kue. Minumannya termasuk es teh, jus, dan kopi. Worth it banget deh! Sedangkan untuk makan malam, ke restoran Ginza Grill Cardinal di lantai 7. Ini spesialisnya hamburger, tapi hamburger Jepang artinya dagingnya saja yang dimakan bersama nasi telur dadar (omurice) dan dikasih saus spesial. Harganya seporsi kurang dari Rp 200 ribu.
Di mal Tokyo Solamachi juga ada Sumida Aquarium. Berbeda dengan akuarium pada umumnya, di Sumida konsepnya kayak berada di taman; kita bisa jalan-jalan atau duduk di kafe sambil dikelilingi tangki-tangki akuarium berisi aneka ragam makhluk laut, mulai dari ubur-ubur, ikan buntal, sampai ikan hiu, anjing laut, dan penguin!

Jalan-jalan di sekitar Tokyo Skytree sangat menyenangkan karena pedestriannya lebar, bersih, dan bisa foto menara secara utuh dari luar yang bagus—apalagi saat malam hari di mana menaranya beriluminasi. Nah, bagi penikmat fotografi, wajib foto dari tempat-tempat ini:
Tobu Bridge terletak persis di seberang Tokyo Skytree karena pas ada pohon Sakura yang mekar yang bisa dijadikan foreground.Tokyo Mizumachi adalah sederetan toko dan restoran lucu yang terletak di sepanjang Sungai Kitajukken. Di sampingnya ada Sumida Park yang banyak pohon sakura.Sumida River Walk ini adalah jalan pedestrian yang nyaman terletak antara Asakusa dan Tokyo Skytree menyebrangi jembatan di atas Sungai Sumida.Azumashi Bridge ini keren banget pada malam hari karena lampu jembatan dan gedung yang berwarna-warni.
Kesimpulannya: Tokyo Skytree memang keren karena ada segalanya!
Panduan ke Tokyo Skytree
Informasi lengkap tentang Tokyo Skytree di sini.Jam operasional: 10.00-21.00 (tiket terakhir dijual jam 20.00).Harga tiket Combo (Tembo Deck & Tembo Galleria) untuk 1 orang dewasa sebesar ¥3.100 (weekday) dan ¥3.400 (weekend). Kalau beli online sehari sebelumnya dapat diskon ¥400 di situs ini. Cara ke sana dengan menggunakan kereta Hanzoman Line (ungu) turun di stasiun Oshiage, atau berjalan kaki saja dari daerah Asakusa.Aktivitas asyik di Tokyo Skytree dan Asakusa, baca di sini.February 9, 2024
Are you in Bali? No, I am in Balige!
Begitulah kalimat yang terpampang pada plang swafoto di sebuah restoran di Kota Balige yang membuat saya tertawa sekaligus miris. Balige adalah ibu kota Kabupaten Toba di provinsi Sumatra Utara yang terletak persis di tepi Danau Toba, danau terbesar di Indonesia dan danau vulkanik terbesar di dunia. Kok bisa bikin plang dengan nada nggak pede gitu, sih?
Saya memang bias, apalagi Balige merupakan kampung marga mendiang bapak saya yang sudah lumayan sering saya kunjungi sejak kecil. Balige tidak bisa dibandingkan dengan Bali karena merupakan dua “spesies” yang berbeda. Makanya kunjungan saya ke Balige lagi pada pertengahan Desember 2023 membuat saya bersemangat melihat perkembangannya.
Sejak pemerintah Indonesia menetapkan Danau Toba menjadi salah satu 10 Destinasi Prioritas, dampaknya sangat terasa. Bandara Silangit (DTB) yang hanya berjarak setengah jam berkendara sungguh memudahkan turis maupun warlok (warga lokal) karena tidak usah lagi berkendara dari Medan selama 6 jam. Begitu mendarat di Silangit, saya sampai terharu! Bandara yang sekarang dilayani oleh empat maskapai penerbangan ini lumayan bagus lho!
Kota Balige sendiri tidak banyak berubah, hanya lebih ramai aja. Pasar Balige tetap ikonik dengan rumah tradisional Batak yang berjejer. Mi Gomak dan Susu Horbo (susu kerbau) masih dijual di kedai yang sama dan masih nikmat rasanya. Kedai Kopi Partungkoan di seberangnya semakin ramai sejak Pak Jokowi ngopi di sana—fotonya tentu dipajang! Setiap malam, sepanjang jalan utama dibuka tenda dan gerobak makanan. Untunglah saya datang saat musim durian, harganya mulai dari Rp 10 ribu aja!

Yang bikin saya surprise adalah banyaknya kafe dan restoran baru, bahkan sudah ada KFC! Restorannya pun kekinian dengan eksterior dan interior menarik, serta menyediakan makanan halal. Sebagian di antaranya terletak persis di tepi Danau Toba dengan pemandangan danau yang indah—salah satunya yang bikin plang miris itu. Hebatnya, ada restoran fusion yang menggabungkan Andaliman (rempah yang hanya ada di masakan Batak) dengan pizza dan kopi.
Saat ini hotel di Balige pun banyak pilihannya. Bahkan ada hotel berbintang empat bernama Labersa (singkatan dari “Lapan Bersaudara”, baca dengan logat Batak) yang gedungnya tertinggi se-Balige! Mungkin karena hotel baru, banyak banget peraturan hotel yang ditempel di dinding, mulai dari cara menggunakan kartu kunci untuk naik lift, larangan memasak di kamar, sampai larangan melintas ke kamar sebelah melalui balkon! Hehe! Fasilitas hotel termasuk Water Park keren dengan aneka perosotan. Harga tiket untuk umum Rp 60 ribu, tapi pengunjungnya berenang pakai kaos dan celana training! Hehehe!
Sejak jadi Destinasi Prioritas, tempat wisata Balige tentu bertambah. Yang paling gokil sih tempat memandang (viewpoints) Danau Toba dari atas, seperti Huta Ginjang, Sipinsur, dan Bukit Tarabunga. Pemandangannya luar biasa spektakuler! Keponakan aja sampai berkomentar, “Wow! Kayak di Swiss!”
Saya sempat naik kapal dari Balige ke Onan Runggu di Pulau Samosir. Astaga, pemandangannya benar-benar spektakuler! Danau luas berair biru tenang dikelilingi perbukitan hijau dan ada air terjun memang kayak di Swiss! Danau Toba dari sisi Balige masih seindah dan seasri dulu seperti yang saya lihat saat saya kecil, bahkan bersih tanpa sampah! Konon karena tanah adat masih dijaga sehingga tidak ada pembangunan gila-gilaan. Berbeda dengan Danau Toba dari sisi Parapat yang memang dikhususkan sebagai pusat pariwisata.

Sayangnya Museum Batak di TB Silalahi Center yang saya banggakan itu sekarang kurang terawat. Cat temboknya sudah mengelupas sehingga bangunannya tampak menghitam. Untungnya di bagian belakang ada rumah-rumah tradisional Batak tempat pengunjung belajar menari Tortor ditemani Si Gale Gale (patung kayu yang bisa menari). Juga ada joglo besar tempat almarhum TB Silalahi dimakamkan.
Kemajuan Balige yang signifikan adalah sekolah-sekolah unggulan nasional berasrama yang didirikan oleh tokoh masyarakat Toba, seperti SMA Negeri 2 milik TB Silalahi dan SMA Unggul Del milik Luhut Binsar Pandjaitan. Kalau Hotman Paris Hutapea sih nggak punya sekolah, tapi dia punya hotel di Balige lho!
Dari segi standar pelayanan, Balige belum oke sih. Mungkin karena perbedaan budaya, orang Batak kan doyan menyalak duluan. Hehe! Contohnya ketika sebuah restoran yang sudah saya booking untuk rombongan dan sudah bayar DP, tapi pas sampai sana, eh meja belum diatur sama sekali, malah berantakan. Saya pun bertanya kepada supervisor, “Kak, kenapa mejanya belum diatur? Ini kan sudah jam 7?”
“Tidak bisa! Kami tidak bisa bikin meja bulat-bulat!” jawabnya keras.
“Hah? Siapa yang minta meja bulat-bulat? Tinggal gabungkan tiga meja ini kok!”
Rupanya dia pikir kami akan meeting yang duduknya melingkar (bulat menurut dia) kayak di ruang meeting. Hahaha!
Balige belum ada mal, tapi ada Indomaret dan Alfamart yang selalu ramai dikunjungi warlok namun antrean di depan kasir bikin emosi. Karena tidak banyak yang bayar pakai kartu debit/kartu kredit, mesin EDC baru dicolok kabel internet kalau ada permintaan. Tau sendiri kan harus menunggu berapa lama? Pernah kartu debit saya nggak bisa transaksi, jadi mbaknya minta bayar tunai. Pas saya cek di aplikasi, eh duit udah di-charge! Tentu saya komplen, itupun penanganannya sangat lama karena ternyata mesin EDC tidak ada kertas dan supervisornya pun lupa password! Hadeuh!
Bagaimana dengan kampung bapak saya? Saya tidak mengenali lagi jalan masuknya karena sudah ramai dengan perumahan. Tinggal rumah opung (ibu bapak saya) yang masih tradisional berbentuk rumah panggung terbuat dari kayu–sekarang ditempati oleh sepupu saya, yang lainnya sudah rumah tembok. Sawah milik keluarga sudah tertutup perumahan, namun di baliknya masih terbentang luas. Katanya, panen beras semakin berkurang karena program pemerintah mewajibkan tanam padi terus tanpa jeda tanaman kacang seperti kebiasaan dahulu kala. Sementara makam keluarga kami masih seperti dulu; terletak di atas bukit memandang Danau Toba yang indah.

Sambil makan Naniura (sashimi Batak) lezat yang ikannya diambil dari empang sebelah rumah opung, mata saya berkaca-kaca. Entah sampai kapan Balige akan bertahan indah, seperti ingatan saya sejak kecil.
Bila Anda menyukai tulisan perjalanan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini supaya saya semakin semangat menulis di blog yang berusia 19 tahun ini. Terima kasih!
January 23, 2024
Cantiknya Musim Gugur dan Mudahnya Makanan Halal di Tohoku, Jepang!
Musim Gugur (autumn) adalah musim favorit saya di Jepang karena dedaunannya berwarna merah-coklat-kuning dengan arsitektur unik, jadi cantik banget! Pada awal November 2023 saya mengunjungi tempat-tempat cantik di wilayah Tohoku yang terletak di timur Pulau Honshu. Enaknya, Tohoku masih tidak begitu ramai oleh turis, sehingga nggak berebutan untuk syuting foto/video. Karena jalan bareng teman-teman Muslim, saya pun jadi tahu restoran-restoran yang halal friendly!

Berikut panduan wisata halal berdasarkan perfekturnya, dan sudah saya urutkan agar Anda lebih mudah membuat itinerary:
Iwate
Morioka yang merupakan ibu kota perfektur Iwate, termasuk ke dalam 52 Places to Visit in 2023 versi New York Times. Berjalan kaki di sana menyenangkan karena kotanya kecil, asri, dan tampak retro. Rutenya Bank of Iwate (gedung bata merah berusia 112 tahun), Gozakyu (rumah saudagar yang berdiri sejak 1816), Konya-cho Banya (gedung biru bekas damkar berusia 132 tahun), Nakatsu-gawa River (sungai jernih tempat salmon berenang ke hulu), Morioka Castle Ruin (reruntuhan kastil), Kuil Sakurayama, dan Natural Monument Rock Splitting Cherry Tree (pohon Sakura yang tumbuh dari dalam batu besar).
Situs pariwisata paling populer di Tohoku adalah Geibikei Gorge di Ichinoseki. Sambil naik perahu, kita bisa melihat pepohonan musim gugur yang spektakuler di tebing batu kapur setinggi 50 meter yang mengapit sungai jernih berisi ikan mas gede-gede. Boat trip sekitar 90 menit ini didayung oleh seorang bapak berpakaian tradisional yang menjelaskan tempat-tempatnya, bahkan bernyanyi gembira. Saat perahu berbalik arah, kita bisa berjalan kaki di hutan sekitarnya. Pemandangannya benar-benar spektakuler!

Rekomendasi restoran halal friendly:
Usagi Botanica, Morioka – restoran makanan vegan, pilihlah tempura sayuran dan nasi wijen.Azumaya Honten, Morioka – wajib coba makanan khas Iwate yang disebut wanko soba, mi dingin yang dicocol saus spesial (tidak pakai mirin jadi halal) dan disajikan di mangkuk kecil. Saya habis 31 mangkuk!
Miyagi
Gambaran sempurna musim gugur di pegunungan yang paling terkenal se-Jepang ada di Naruko-kyo Gorge di Kurikoma Quasi National Park. Ngarai sedalam 100 meter ini dilewati jembatan Ofukasawa di atas aliran Sungai Oya. Sekelilingnya adalah hutan lebat dengan warna-warni daun khas musim gugur yang cerah dan sesekali dilewati kereta api. Wih, cantik banget!
Pepohonan khas musim gugur yang terefleksi pada danau jernih bisa dilihat di taman sekitar Entsuin Temple di Kota Matsushima. Ke sana siangnya aja cakep, apalagi pas malamnya! Setiap akhir Oktober sampai pertengahan November pada jam 17.30-21.00 tamannya di-light up (dinyalakan lampu sorot khusus) sehingga warna-warni daunnya semakin dramatis!
Pengalaman khas Jepang yang wajib dicoba adalah ikut upacara minum teh hijau (matcha) di Kanrantei, Matsushima. Kita diajari etika minum teh ala bangsawan Sendai di rumah peristirahatannya yang menghadap laut dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Tak jauh dari sana, kunjungilah Godaido Temple. Kuil yang dibangun kembali pada 1608 ini terletak di sebuah pulau yang terhubung dengan sebuah jembatan merah. Setelah puas foto-foto, wajib mencoba camilan khas Matsushima di tokonya yang berada di seberang jalan, yaitu Sasakamayaki (semacam otak-otak dari ikan Kod yang dipanggang).
Sendai adalah ibu kota perfektur Miyagi. Biar mudah berkeliling kotanya, langsung aja ke Sendai Station untuk naik bus retro Loople Sendai (semacam hop-on hop-off bus). Dengan harga tiket cuma 630 Yen yang berlaku satu hari, kita bisa bebas turun-naik di semua situs penting pariwisata Sendai.
Saya pun langsung ke Zuihoden Mausoleum yang merupakan kompleks makam Date Masamune, pendiri Sendai, dan tiga keluarganya. Dibangun kembali pada 1979, arsitektur bangunannya khas periode Momoyama pada abad ke-16 dengan ornamen yang menggambarkan burung, pohon, bunga, serta berwarna-warni cerah. Uniknya, saya dipandu oleh guide yang berpakaian khas masa itu dan berperan seakan-akan ialah Date.

Guide lalu mengantar saya ke “rumahnya” di Site of Sendai Castle yang dibangun pada 1601. Sebagian besar bangunannya hancur akibat kebakaran dan perang sehingga yang tersisa hanya pondasi dan dinding batu aula yang masih dipertahankan tampilannya pada masa itu. Untungnya, karena terletak di ketinggian 130 meter, kita bisa melihat pemandangan Kota Sendai dan Samudra Pasifik yang indah.
Bagi yang suka ke pasar, pagi-pagi wajib ke Sendai Asaichi (morning market) yang berjarak hanya 5 menit jalan kaki dari Sendai Station. Sepanjang jalan terdapat 60 toko yang menjual produk lokal dan lauk pauk dari perkektur Miyagi dan kota Sendai, jadi kita bisa merasakan keseharian warlok Sendai. Sambil jalan-jalan, jangan lupa makan kroket hangat!
Landmark Sendai yang wajib dikunjungi adalah patung Sendai Daikannon setinggi 100 meter sehingga memegang rekor sebagai patung tertinggi se-Jepang. Patungnya berwarna putih dengan jubah pink. Kita bisa masuk ke dalam dan naik lift sampai ke lantai 12 untuk melihat pemandangan Kota Sendai dari jendelanya dan koleksi patung Buddha.
Terakhir di Sendai, saya mampir ke Osaki Hachimangu Shrine, sebuah harta kekayaan nasional yang dibangun Date Masamune pada 1607. Arsitekturnya yang cantik ini menarik banyak pengunjung sampai saat ini.
Rekomendasi restoran halal friendly:
Shintomitei, Matsushima – ini ryokan tempat saya menginap di mana restorannya menyajikan menu kaiseki ryori berupa ikan panggang dan sukiyaki sayuran.Yakiniku Tomoji, Sendai – makan daging wagyu halal yang dipanggang, dengan saus yakiniku yang juga bersertifikat halal.Serenity, Hotel Metropolitan Sendai – restoran Prancis yang menyajikan steak sapi bersertifikat halal.Itagaki Honten, Sendai – Andalannya adalah fruit parfait, tapi saya juga makan spaghetti vegetarian.Fukushima
Ouchi-juku adalah sebuah desa di Shimogo yang terdapat rumah-rumah tradisional beratap jerami berusia lebih dari 300 tahun. Terletak di pegunungan dengan hutan berwarna khas musim gugur, desa ini cantik banget untuk jalan-jalan dan foto-foto. Teman-teman saya sampai menyewa baju kimono untuk berpose!

Untuk mengetahui budaya lebih dalam, saya mengunjungi Aizu Bukeyashiki, rumah Samurai (bangsawan militer) di Aizu yang dijadikan museum. Rasanya seperti kembali ke masa lampau saat berkeliling di rumahnya yang luas, termasuk kamar tidur, gudang, dapur, dan ruang upacara minum teh. Apalagi pekarangannya penuh dengan momoji (daun maple Jepang yang berwarna merah) jadi terasa damai banget!
Simbol Kota Aizuwakamatsu adalah Tsurugajo Castle, replika istana abad ke-14 yang terlihat jelas dari kejauhan karena bangunannya putih dan tinggi. Kompleks seluas 228.000 m² ini memiliki taman yang rimbun oleh pepohonan berwarna musim gugur.
Kembali ke masa modern, kunjungilah Aquamarine Fukushima di Kota Iwaki. Gedung futuristik ini berisi akuarium aneka makhluk laut dengan tujuan edukasi. Kolam sentuhnya seluas 4.500 m² terbesar di dunia lho! Bangganya, ada spesies ikan purba asal Indonesia yang hampir punah, yaitu Indonesia Coelacanth!
Sebelum kembali ke Tokyo, jangan lupa beli oleh-oleh di Iwaki La La Mew, sebuah food theme park khusus seafood, produk lokal, dan informasi pariwisata Iwaki yang terletak di dekat Aquamarine. Produk khasnya adalah aneka olahan buah peach dan kerupuk gurita yang enak!
Rekomendasi restoran: Iwaki Halal Restaurant yang bersertifikat halal dari MUI-nya Jepang. Saya makan ramen ayam dan karaage (ayam goreng tepung).

Panduan ke Tohoku :
Visa ke Jepang gratis bila memiliki e-paspor dan bisa tinggal maksimal 15 hari per kunjungan, berlaku 3 tahun atau sampai paspor habis masa berlakunya. Caranya cuma registrasi di sini dan menunjukkan tampilan layar visanya di imigrasi.Paling mudah ke Tohoku dengan naik pesawat yang mendarat di bandara Tokyo Haneda atau Tokyo Narita. Dari bandara naik kereta ke Tokyo Station, lalu naik kereta lagi ke Morioka.Keliling Tohoku paling hemat dengan membeli tiket kereta terusan JR East Pass . Informasi lengkap pariwisata Tohoku di sini.January 2, 2024
Cantiknya Musim Gugur dan Mudahnya Makanan Halal di Tohoku, Jepang!
Musim Gugur (autumn) adalah musim favorit saya di Jepang karena dedaunannya berwarna merah-coklat-kuning dengan arsitektur unik, jadi cantik banget! Pada awal November 2023 saya mengunjungi tempat-tempat cantik di wilayah Tohoku yang terletak di timur Pulau Honshu. Enaknya, Tohoku masih tidak begitu ramai oleh turis, sehingga nggak berebutan untuk syuting foto/video. Karena jalan bareng teman-teman Muslim, saya pun jadi tahu restoran-restoran yang halal friendly!

Berikut panduan wisata halal berdasarkan perfekturnya, dan sudah saya urutkan agar Anda lebih mudah membuat itinerary:
Iwate
Morioka yang merupakan ibu kota perfektur Iwate, termasuk ke dalam 52 Places to Visit in 2023 versi New York Times. Berjalan kaki di sana menyenangkan karena kotanya kecil, asri, dan tampak retro. Rutenya Bank of Iwate (gedung bata merah berusia 112 tahun), Gozakyu (rumah saudagar yang berdiri sejak 1816), Konya-cho Banya (gedung biru bekas damkar berusia 132 tahun), Nakatsu-gawa River (sungai jernih tempat salmon berenang ke hulu), Morioka Castle Ruin (reruntuhan kastil), Kuil Sakurayama, dan Natural Monument Rock Splitting Cherry Tree (pohon Sakura yang tumbuh dari dalam batu besar).
Situs pariwisata paling populer di Tohoku adalah Geibikei Gorge di Ichinoseki. Sambil naik perahu, kita bisa melihat pepohonan musim gugur yang spektakuler di tebing batu kapur setinggi 50 meter yang mengapit sungai jernih berisi ikan mas gede-gede. Boat trip sekitar 90 menit ini didayung oleh seorang bapak berpakaian tradisional yang menjelaskan tempat-tempatnya, bahkan bernyanyi gembira. Saat perahu berbalik arah, kita bisa berjalan kaki di hutan sekitarnya. Pemandangannya benar-benar spektakuler!

Rekomendasi restoran halal friendly:
Usagi Botanica, Morioka – restoran makanan vegan, pilihlah tempura sayuran dan nasi wijen.Azumaya Honten, Morioka – wajib coba makanan khas Iwate yang disebut wanko soba, mi dingin yang dicocol kecap asin dan disajikan di mangkuk kecil. Saya habis 31 mangkuk! ?Bellino Hotel, Ichinoseki – set menu aneka seafood sashimi dan sukiyaki sayuran.Miyagi
Gambaran sempurna musim gugur di pegunungan yang paling terkenal se-Jepang ada di Naruko-kyo Gorge di Kurikoma Quasi National Park. Ngarai sedalam 100 meter ini dilewati jembatan Ofukasawa di atas aliran Sungai Oya. Sekelilingnya adalah hutan lebat dengan warna-warni daun khas musim gugur yang cerah dan sesekali dilewati kereta api. Wih, cantik banget!
Pepohonan khas musim gugur yang terefleksi pada danau jernih bisa dilihat di taman sekitar Entsuin Temple di Kota Matsushima. Ke sana siangnya aja cakep, apalagi pas malamnya! Setiap akhir Oktober sampai pertengahan November pada jam 17.30-21.00 tamannya di-light up (dinyalakan lampu sorot khusus) sehingga warna-warni daunnya semakin dramatis!
Pengalaman khas Jepang yang wajib dicoba adalah ikut upacara minum teh hijau (matcha) di Kanrantei, Matsushima. Kita diajari etika minum teh ala bangsawan Sendai di rumah peristirahatannya yang menghadap laut dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Tak jauh dari sana, kunjungilah Godaido Temple. Kuil yang dibangun kembali pada 1608 ini terletak di sebuah pulau yang terhubung dengan sebuah jembatan merah. Setelah puas foto-foto, wajib mencoba camilan khas Matsushima di tokonya yang berada di seberang jalan, yaitu Sasakamayaki (semacam otak-otak dari ikan Kod yang dipanggang).
Sendai adalah ibu kota perfektur Miyagi. Biar mudah berkeliling kotanya, langsung aja ke Sendai Station untuk naik bus retro Loople Sendai (semacam hop-on hop-off bus). Dengan harga tiket cuma 630 Yen yang berlaku satu hari, kita bisa bebas turun-naik di semua situs penting pariwisata Sendai.
Saya pun langsung ke Zuihoden Mausoleum yang merupakan kompleks makam Date Masamune, pendiri Sendai, dan tiga keluarganya. Dibangun kembali pada 1979, arsitektur bangunannya khas periode Momoyama pada abad ke-16 dengan ornamen yang menggambarkan burung, pohon, bunga, serta berwarna-warni cerah. Uniknya, saya dipandu oleh guide yang berpakaian khas masa itu dan berperan seakan-akan ialah Date.

Guide lalu mengantar saya ke “rumahnya” di Site of Sendai Castle yang dibangun pada 1601. Sebagian besar bangunannya hancur akibat kebakaran dan perang sehingga yang tersisa hanya pondasi dan dinding batu aula yang masih dipertahankan tampilannya pada masa itu. Untungnya, karena terletak di ketinggian 130 meter, kita bisa melihat pemandangan Kota Sendai dan Samudra Pasifik yang indah.
Bagi yang suka ke pasar, pagi-pagi wajib ke Sendai Asaichi (morning market) yang berjarak hanya 5 menit jalan kaki dari Sendai Station. Sepanjang jalan terdapat 60 toko yang menjual produk lokal dan lauk pauk dari perkektur Miyagi dan kota Sendai, jadi kita bisa merasakan keseharian warlok Sendai. Sambil jalan-jalan, jangan lupa makan kroket hangat!
Landmark Sendai yang wajib dikunjungi adalah patung Sendai Daikannon setinggi 100 meter sehingga memegang rekor sebagai patung tertinggi se-Jepang. Patungnya berwarna putih dengan jubah pink. Kita bisa masuk ke dalam dan naik lift sampai ke lantai 12 untuk melihat pemandangan Kota Sendai dari jendelanya dan koleksi patung Buddha.
Terakhir di Sendai, saya mampir ke Osaki Hachimangu Shrine, sebuah harta kekayaan nasional yang dibangun Date Masamune pada 1607. Arsitekturnya yang cantik ini menarik banyak pengunjung sampai saat ini.
Rekomendasi restoran halal friendly:
Shintomitei, Matsushima – ini ryokan tempat saya menginap di mana restorannya menyajikan menu kaiseki ryori berupa ikan panggang dan sukiyaki sayuran.Yakiniku Tomoji, Sendai – makan daging wagyu halal yang dipanggang, dengan saus yakiniku yang juga bersertifikat halal.Serenity, Hotel Metropolitan Sendai – restoran Prancis yang menyajikan steak sapi bersertifikat halal.Itagaki Honten, Sendai – Andalannya adalah fruit parfait, tapi saya juga makan spaghetti vegetarian.Fukushima
Ouchi-juku adalah sebuah desa di Shimogo yang terdapat rumah-rumah tradisional beratap jerami berusia lebih dari 300 tahun. Terletak di pegunungan dengan hutan berwarna khas musim gugur, desa ini cantik banget untuk jalan-jalan dan foto-foto. Teman-teman saya sampai menyewa baju kimono untuk berpose!

Untuk mengetahui budaya lebih dalam, saya mengunjungi Aizu Bukeyashiki, rumah Samurai (bangsawan militer) di Aizu yang dijadikan museum. Rasanya seperti kembali ke masa lampau saat berkeliling di rumahnya yang luas, termasuk kamar tidur, gudang, dapur, dan ruang upacara minum teh. Apalagi pekarangannya penuh dengan momoji (daun maple Jepang yang berwarna merah) jadi terasa damai banget!
Simbol Kota Aizuwakamatsu adalah Tsurugajo Castle, replika istana abad ke-14 yang terlihat jelas dari kejauhan karena bangunannya putih dan tinggi. Kompleks seluas 228.000 m² ini memiliki taman yang rimbun oleh pepohonan berwarna musim gugur.
Kembali ke masa modern, kunjungilah Aquamarine Fukushima di Kota Iwaki. Gedung futuristik ini berisi akuarium aneka makhluk laut dengan tujuan edukasi. Kolam sentuhnya seluas 4.500 m² terbesar di dunia lho! Bangganya, ada spesies ikan purba asal Indonesia yang hampir punah, yaitu Indonesia Coelacanth!
Sebelum kembali ke Tokyo, jangan lupa beli oleh-oleh di Iwaki La La Mew, sebuah food theme park khusus seafood, produk lokal, dan informasi pariwisata Iwaki yang terletak di dekat Aquamarine. Produk khasnya adalah aneka olahan buah peach dan kerupuk gurita yang enak!
Rekomendasi restoran: Iwaki Halal Restaurant yang bersertifikat halal dari MUI-nya Jepang. Saya makan ramen ayam dan karaage (ayam goreng tepung).

Panduan ke Tohoku :
Visa ke Jepang gratis bila memiliki e-paspor dan bisa tinggal maksimal 15 hari per kunjungan, berlaku 3 tahun atau sampai paspor habis masa berlakunya. Caranya cuma registrasi di sini dan menunjukkan tampilan layar visanya di imigrasi.Paling mudah ke Tohoku dengan naik pesawat yang mendarat di bandara Tokyo Haneda atau Tokyo Narita. Dari bandara naik kereta ke Tokyo Station, lalu naik kereta lagi ke Morioka.Keliling Tohoku paling hemat dengan membeli tiket kereta terusan JR East Pass . Informasi lengkap pariwisata Tohoku di sini.December 16, 2023
Lucunya Perbatasan Meksiko dan Amerika Serikat
Perjalanan keliling Amerika Tengah (#TNTamteng) diakhiri dengan terbang kembali ke Amerika Serikat melalui Meksiko demi dapat tiket pesawat murah. Artinya, saya dan Yasmin harus menginap dulu di Cancun (dibaca: Kankun) sebelum terbang ke Los Angeles. Perjuangan melewati perbatasannya patut diceritakan.
Meksiko
Bagi pemegang paspor Indonesia, visa Meksiko gratis asal punya visa Amerika Serikat yang masih berlaku dan sudah dipakai di Amerika Serikat.
Kami masuk perbatasan Meksiko dari Belize naik chicken bus (bus jadul yang biasanya mengangkut ayam). Setelah drama di imigrasi Belize, supir bus membawa kami ke perbatasan Meksiko di Chetumal. Pertama, seluruh penumpang bus dan barang-barang diturunkan di sebuah gedung untuk pemeriksaan bagasi melewati X-Ray. Lalu naik bus lagi ke gedung imigrasi. Kami mengisi formulir keimigrasian dan menyerahkannya ke loket. Saya ditanya-tanya standar, lalu berpesan, “Indonesia? Kamu harus minta cap imigrasi saat keluar Meksiko ya!” Siaaap!
Kami naik bus lagi ke Kota Chetumal. Saya bilang ke supir untuk diturunkan di terminal bus, tapi bus Belize dilarang masuk terminal Meksiko, jadilah kami turun di pinggir jalan. Atas saran supir bus, kami naik taksi yang sudah disepakati oleh supir taksi di harga 2 USD karena jaraknya dekat. Eh, supir taksi mulai berulah! Dia bilang kalau bus ke Cancun adanya hanya sore hari, naik bus harus dari terminal satunya yang jauh, bahkan menawarkan untuk mengantar langsung ke Cancun. Dia nggak tau saya bawa modem wifi Javamifi jadi bisa googling jadwal bus dan terminalnya. Udah jelas dia mau nipu, jadi saya tolak.
Sampai di terminal bus, supir ngehe ini bilang bayarnya harus 5 USD karena pakai mata uang dolar Amerika. Saya langsung marah dalam bahasa Spanyol! Kalau alasannya begitu, berarti 2 USD sama dengan 35 MXN. Fine! Saya ambil duit dulu dari ATM. Begitu saya kasih duitnya, eh dia ngotot minta 85 MXN! Tentu saya marah lagi! Terjadilah adu argumen sampai dikerubuti orang-orang. Lalu saya mendatangi supervisor perusahaan taksi yang loketnya ada di situ untuk mengadu, barulah ditengahi. Huuu, dasar penipu! Nggak lucu sih Meksiko jadi begini, padahal sepuluh tahun yang lalu aman dan damai aja.
Kami pun meneruskan perjalanan ke Cancun naik bus ADO (bus Meksiko yang paling oke sedunia, ceritanya ada di buku #TNTrtw part 2) selama tujuh jam. Setelah hampir dua bulan di Amerika Tengah, masuk ke negara maju memang terasa bedanya. Busnya sangat nyaman, ada TV dan toilet, jalannya pun lebar dan bagus!

Pulangnya kami terbang dari Cancun ke Los Angeles dengan transit di Fort Lauderdale. Saat check in, petugas maskapai penerbangan mengingatkan, “Jangan lupa minta cap keluar di imigrasi!” Setelah melewati security check, ternyata nggak ada konter pemeriksaan imigrasi! Nah lho! Di bandara Cancun sebesar ini isinya hanya restoran, toko, dan gate penerbangan. Kami muter-muter sebandara nggak nemu imigrasi. Loket informasi pun nggak ada. Bertanya sana-sini malah dapat tatapan aneh, “Imigrasi? Nggak perlu kok, kan tinggal terbang aja!” Lha? Paspor Indonesia nggak berlaku!
Akhirnya saya bertanya ke seseorang yang berseragam. Dia bilang kantor imigrasi ada di sebelah toilet. Hah? Tadi kami ke toilet aja nggak liat. “There! Theeere!” katanya sambil menunjuk-nunjuk. Kami pun balik lagi ke toilet. Ternyata di persis di sebelah pintunya ada loket kecil berlogo INM. Di bawahnya ada tulisan kecil: Secretaria de Gobernacion Instituto Nacional de Migracion. Yailah, pantas nggak liat! Sialnya, di loket itu nggak ada orang! Saya pun memencet bel berkali-kali. Ting! Ting! Ting! Masih nggak ada orang. Kami deg-degan karena pesawat sebentar lagi berangkat. Sepuluh menit kemudian barulah seorang petugas dengan santainya datang. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia langsung mencap paspor kami. Fuih!
Amerika Serikat
Dua jam terbang, pesawat mendarat di Fort Lauderdale, Florida. Pramugari mengumkan bahwa semua penumpang harus ambil bagasi dulu sebelum melanjutkan penerbangan sambungan. Yailah, transit 1,5 jam mana cukup untuk penumpang sebanyak ini? Benar aja, bagasi lama sekali keluar. Setelah koper diambil, dimasukin lagi di konter. Lalu ke security check yang lama juga karena panjangnya antrean. Terakhir, mengantre lagi di imigrasi Amerika Serikat yang terkenal banyak tanya. Padahal seharusnya saat itu pesawat sudah terbang! Saya pasrah aja ketinggalan pesawat. Mau gimana lagi?
Saya ditanya petugas, “Mau ngapain di AS? Berapa lama? Mana tiket pulangnya? Tinggal di mana?” Pas saya kasih alamat rumah saudara di Los Angeles, dia bertanya, “Who is this person?”
“My brother-in-law,” jawab saya.
“Is your husband traveling with you?” tanyanya lagi. Nggak salah sih. Ipar itu kan saudaranya suami.
“No. I don’t have a husband. Brother-in-law means the brother of my brother’s wife. Is that called brother-in-law too?”
“Uhm… Yeah, you can call it brother-in-law! Enjoy your holiday!”
Hahaha! Saya pun dipersilakan lewat dan langsung berlari kesetanan untuk naik pesawat ke Los Angeles… yang ternyata delay! Horee!
Sebulan kemudian, saya terbang ke Indonesia dari bandara Los Angeles. Keluar Amerika Serikat tidak pernah ada imigrasi, jadi paspor tidak dicap. Namun jangan salah, siapapun yang keluar-masuk Amerika Serikat tetap tercatat tanggalnya saking canggihnya sistem mereka.
Perjalanan keliling Amerika Tengah ini atas biaya sendiri. Tulisan ini pun dibagikan gratis di blog. Bila Anda menyukai tulisan perjalanan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini supaya saya semakin semangat menulis. Terima kasih!
November 23, 2023
Kurang Suka Kosta Rika
Mendengar nama Kosta Rika sepertinya negara itu sangat indah. Dalam Bahasa Spanyol, Costa Rica artinya “pesisir yang kaya”. Rica juga berarti “enak” dalam konteks makanan. Tayangan TV dan film Hollywood menggambarkan negara yang alamnya indah. Film Jurassic Park aja syutingnya di sana. Teman-teman bule yang sudah pernah ke sana mengatakan bagus dan murah! Apalagi slogan Kosta Rika adalah pura fida, yang artinya pure life (hidup yang murni). Wow banget kan? Maka tidak salah saya punya ekspektasi tinggi ketika berkunjung ke sana!
Pada Januari 2023, saya dan Yasmin masuk Kosta Rika dengan naik bus umum. Alamnya memang serba hijau sih, tapi mirip kayak di Jawa minus warung pinggir jalan. Mendekati kota Quepos, tau-tau kami diturunkan di pinggir jalan raya, padahal katanya akan diturunkan di terminal bus! Supir bus mengeluarkan koper, lalu menyuruh kami naik taksi yang sudah parkir di situ. Supir taksi (yang sudah bekerja sama dengan supir bus) menawarkan untuk mengantar dengan harga 25 USD. Hah? Saya langsung liat Google Maps; pusat kotanya hanya berjarak sekitar 6 km. Sial, getok harga dia! Di aplikasi Uber, harga hanya setengahnya, saya pun pesan. Tunggu punya tunggu, Uber malah santai muter jauh dan akhirnya dia batalkan.
Siang bolong panas gini jalanan sepi! Mau naik apa ini? Kata orang-orang yang lewat, ya harus tunggu taksi. Perlu diketahui, taksi di sini bisa mobil apa aja tanpa merek dan harus tawar-menawar. Akhirnya ada seorang bapak dengan mobil sedan butut berhenti. Setelah harga disepakati, kami diantar ke Airbnb. Pas bayar, si bapak minta tambah bayar dengan alasan, “Jalannya masuk gang!” Lha, apa-apaan ini? Kesan pertama di Kosta Rika langsung drop!
Baru juga pantat mendarat di kursi, host Airbnb langsung menagih uang sewa (di situsnya tidak bisa bayar kartu kredit secara online). Karena belum punya uang tunai dalam mata uang CRC, kami pasrah aja ketika dia menggetok kurs USD. Keluar cari makan, saya syok dengan harga-harganya! Sekali makan di restoran biasa per orang habis minimal 12,5 USD. Harga bahan makanan pun mahal, bahkan lebih mahal dari Panama yang GDP-nya lebih tinggi.
Tujuan kami ke Quepos karena ingin ke Parque Nacional Manuel Antonio yang katanya ada hutan dan pantai cakep, serta monyet capuchin. Saya pun membeli tiket online di situs resminya… yang ternyata hang! Berbekal bukti screenshot itu, besoknya kami langsung ke loket untuk membeli tiket. Namun petugas tidak terima alasan kami, “No ticket, no go!” lalu menyuruh kami membeli tiket di calo yang sudah berdiri di sebelah loket dengan harga dua kali lipat! Astaga, ini negara masih korupsi! Terang-terangan pula!
Di luar ternyata banyak calo menawarkan tiket, harganya pun gila-gilaan. Praktik yang sudah biasa rupanya. Kami memutuskan untuk tidak jadi ke Taman Nasional ini saking kesalnya. Untuk meredakan emosi, kami ngopi di sebuah kafe kecil yang nyempil di ujung jalan. Kami pesan es kopi susu yang tertulis di menu seharga 2.500 CRC (sekitar Rp 75 ribu). Eh, begitu bonnya datang, ditulis 3.000 CRC + tax + service charge! Tentu saya protes! Jawab masnya sambil terkekeh, “2.500 itu harga kopi biasa. Punyamu kopi luar biasa!” Huh, dasar tukang tipu!

Di ibu kotanya, San Jose, pengalamannya pun tidak menyenangkan. Meski hotel kami terletak di pusat kota dan pusat perbelanjaan, namun suasananya ngeri banget! Semua toko tutup jam 7 malam, langsung sepi dan gelap gulita. Waduh, ini pertanda lingkungannya tidak aman! Benar aja, di luar banyak homeless dan pengguna narkoba. Hiy! Kami sampai nggak berani keluar malam saking seramnya.
Ciri negara kacrut adalah ketika Google Maps tidak keluar saran transportasi umumnya. Bus sih ada banyak, tapi nggak jelas rutenya. Pernah suatu malam kami jalan bareng teman-teman Indonesia yang kuliah di sana; mereka pun setengah mati memecahkan masalah naik bus ke Escazu! Pertama, tanya-tanya orang lewat di mana bus berhenti, lalu jalan kaki di kegelapan pusat kota. Lalu bertanya rutenya lewat mana ke setiap supir yang busnya parkir. Setelah naik, busnya reyot dan ngebut gila! Akhirnya setiap hari kami jalan-jalan di San Jose ke tempat yang bisa jalan kaki atau kalau jauh, terpaksa naik Uber.
Mungkin ibu kota memang kurang bersahabat, maka kami pun browsing mau pindah ke La Fortuna atau Monteverde. Ternyata cari bus umum tetap sulit karena tidak ada informasi! Semua situs menyarankan untuk naik shuttle bus seharga 65 USD/orang! Belum di sananya harus bayar tur sekitar 80 USD/orang karena tidak ada transportasi umum. Tiket masuk ke air terjun aja 18 USD! Bhay! Melihat gambar tempatnya gitu doang; gunung, danau, hutan, air terjun… yang persis kayak di Indonesia, rasanya nggak worth it lah dengan harga segitu dibela-belain!
Setelah berdiskusi panjang, akhirnya kami memutuskan untuk cabut aja dari Kosta Rika. Lagi-lagi karena tidak ada informasi, seharian kami terpaksa pergi ke tiga terminal bus antarkota untuk mencari tiket ke Peñas Blancas! Rupanya bus itu tergantung perusahaannya, jadi terminalnya bukannya terpusat tapi suka-suka dia di mana. Ini bagaikan pergi ke terminal Blok M, terus ke Rambutan, dan ternyata ada di Ciledug! Hadeuh, lelah hayati! Ternyata Kosta Rika tidak semaju yang saya kira.

Anyway, ini hanya sebagian pengalaman pribadi yang bikin saya kurang suka Kosta Rika. Atau memang ekspektasi saya yang ketinggian. Mungkin ini yang disebut terjadinya gentrifikasi. Karena banyaknya orang Amerika Serikat pindah ke Kosta Rika sehingga biaya hidup semakin mahal, sementara warga aslinya semakin terpinggirkan. Sedihnya, budaya aslinya menghilang, bahasanya tergantikan dari bahasa Spanyol ke bahasa Inggris, termasuk mata uangnya yang lebih sering menggunakan dolar Amerika daripada Colón.
Perjalanan keliling Amerika Tengah (#TNTamteng) ini atas biaya sendiri, tanpa sponsor sama sekali. Bila Anda menyukai tulisan perjalanan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini biar saya tambah semangat menulis. Terima kasih!
October 22, 2023
Ribetnya visa dan perbatasan Amerika Tengah (2)
Sambungan dari tulisan sebelumnya di sini.
Honduras
Katanya, WNI bisa masuk Honduras gratis asal ada visa AS, Kanada, atau Schengen. Kenyataannya, WNI tetap harus apply visa, dan Honduras adalah negara yang paling bangke sulit visanya!
Kami harus melampirkan SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) dari Mabes POLRI, surat sehat dari dokter, vaksin Covid, vaksin yellow fever, surat keterangan pekerjaan, rekening bank, itinerary, reservasi hotel–semuanya harus diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol! Belum termasuk visa AS dan foto, serta bayar 30 USD untuk single entry. Apply-nya ke mana? Ke Kedutaan Honduras terdekat, yaitu di Taiwan! Alamak! Namun karena kami memulai perjalanan dari Panama, jadi kami akan mencoba apply di Kedutaan Honduras di Panama City.
Sebulan sebelum berangkat, kami reservasi online untuk slot tanggal dan jam wawancara. Saya dapat slot pada 2 Januari 2023 jam 9 pagi di Kedutaan. Beberapa hari kemudian, lagi enak-enaknya tidur, tiba-tiba saya dapat telepon pada jam 3 pagi dari orang yang nyerocos bahasa Spanyol! Rupanya dia petugas visa yang mengatakan bahwa dia akan cuti, jadi baru bisa wawancara pada 5 Januari! Ealah, bisa gitu! Ngapain tanggal dibuka di sistem?
Singkat cerita, kami datang dengan setumpuk dokumen ke Kedutaan Honduras di Panama City. Petugas bertanya dalam bahasa Spanyol, “Mau ngapain? Berapa lama? Masuk-keluar lewat perbatasan mana? Kerjanya apa? Gaji kamu berapa?” Ebuset! Kepo amat! Dua hari kemudian visa keluar berupa cap besar sehalaman paspor (iya, gitu doang!).
Balik lagi ke cerita perbatasan Nikaragua di Guasaule, kami lalu masuk Honduras naik shuttle bus. Abang supir bus menawarkan jasanya untuk mempercepat proses imigrasi dengan membayar ekstra. Meski kami sudah punya visa Honduras seharga 30 USD, tapi ternyata di sana harus bayar lagi tourist card 10 USD, plus membayar jasa ke supir sebesar beberapa dolar. Daripada memperlambat perjalanan karena paspor Indonesia, kami langsung setuju! Maka masuklah kami ke kantor imigrasi yang kotor dan berdebu, dengan antrean superpanjang. Abang Supir dengan santainya memotong antrean karena kenal semua petugas. Kami pun berbaris satu per satu.
Giliran saya menyerahkan paspor di loket, petugasnya langsung panik berteriak, “Indonesiaa! Cuarantena! Cuarantena!” Hah? Cuarantena dalam bahasa Spanyol artinya karantina. Tapi apanya yang dikarantina? Kan saya nggak Covid? Abang Supir menerangkan karena saya berpaspor Indonesia, maka saya harus diperiksa di kantor karantina. Apaa? Emangnya saya hewan?!
Saya, Yasmin, dan seorang cowok berpaspor Belgia pun digiring ke sebuah kantor di pojok. Duh, orang Belgia aja ditahan, apa kabar orang Indonesia? Apa salah kami? Cukup lama kami menunggu karena Pak Bos karantina belum datang sepagi itu. Kesal karena menghambat perjalanan penumpang sebus, Abang Supir berteriak-teriak menyuruh semua petugas mencari Pak Bos!

Begitu Pak Bos datang, kami masuk ke kantor dan diduduki. Dengan bahasa Spanyol campur bahasa Inggris patah-patah, dia menjelaskan bahwa prosedur ini hanya berlaku untuk warga negara tertentu. Orang Indonesia masuk Honduras itu harus dikarantina karena Indonesia adalah salah satu penghasil pisang terbesar di dunia. HAH? Maksudnya? Kemudian Pak Bos menjelaskan ke cowok Belgia bahwa dia harus dikarantina karena Belgia adalah salah satu pengekspor daging babi terbesar di dunia. Jadi hubungannya apa?
“Karena Honduras penghasil pisang dan daging babi juga, jadi kami perlu tahu apakah kalian ke sini membawa pisang dan babi dari negara kalian? Soalnya itu akan membahayakan perkebunan dan peternakan kami!” tegas Pak Bos.
“NOOOO!” kami serempak menjawab. Lha, ngapain juga bawa pisang dari Indonesia? Naik pesawatnya aja tiga hari! Udah keburu busuk, Pak! Setelah meyakinkan Pak Bos, dia menyuruh kami untuk menandatangani surat pernyataan bahwa kami tidak membawa pisang Indonesia ke Honduras. HAHAHA! Baru kali ini saya ditahan karena pisang! Sungguh absurd!
Kelar urusan di kantor karantina, Abang Supir langsung menarik kami berlari ke loket imigrasi dengan memotong antrean, lalu menyerahkan paspor. Pas giliran saya, kok ya bisa-bisanya tinta printer mereka habis! Terpaksa menunggu lagi beberapa saat. Kembali ke bus, semua penumpang memelototi kami karena lama! Hadeuh!
Keluar Honduras pun ada cerita yang cukup absurd. Kali itu kami naik pesawat dari Roatan di Honduras ke Belize City. Pesawatnya berkapasitas 12 orang saja, macam angkot terbang. Saat antre mau masuk pesawat yang baling-balingnya sudah berputar siap take off, tiba-tiba saya dipanggil petugas bandara! Ada apa lagi ini? Kenapa cuma saya?
Saya digiring oleh tiga orang petugas, dipakaikan rompi keselamatan, keluar terminal, lalu masuk ke sebuah ruangan sempit. Koper saya sudah tergeletak di situ. Saya disuruh membuka gembok. Lalu seorang petugas membuka dan menggeledah isi koper saya, sampai mengobok-obok celana dalam segala! Buset dah! Suwek bener saya yang sering di-profiling sebagai penyelundup narkoba! Setelah dinyatakan clear, saya pun masuk pesawat sambil dipelototi semua penumpang!
El Salvador
Kata Wikipedia, Amerika Tengah punya peraturan baru tentang visa yang disebut CA-4 (Central America-4 Border Control Agreement). Artinya, kalau punya salah satu visa yang dikeluarkan oleh Guatemala, El Salvador, Honduras, atau Nikaragua, maka berlaku juga untuk masuk ke keempat negara tersebut selama masih masuk durasi visanya. Menarik, bukan?
Setelah punya visa Honduras yang didapat dengan susah payah, pengen dong sekalian ke El Salvador! Dengan mempertimbangkan jarak dan rute, kami berencana masuk El Salvador dari Nikaragua, baru ke Honduras. Tapi karena pesimis dengan paspor Indonesia, saya email ke Kedutaan El Salvador di Honduras untuk minta konfirmasi. Jawabannya? WNI tetap perlu apply visa, dan harus datang sendiri ke Kedutaan di kota Tegucigalpa! Astaga! Kami ogah ke Tegucigalpa karena bahaya. Lagipula, visa Honduras kami single entry yang kalau dipakai duluan di El Salvador bakal riskan. Aduh, ribetnya! Akhirnya kami memutuskan untuk merelakan El Salvador sebagai satu-satunya negara di Amerika Tengah yang tidak kami kunjungi. Hiks.
Belize
Untuk WNI, visa Belize gratis asal punya visa AS atau Kanada.
Dari Honduras ke Belize kami terpaksa naik pesawat, karena kalau naik bus harus melewati Guatemala di mana kami tidak punya visanya. Satu-satunya maskapai yang melayani rute ini adalah Tropic Air, maskapai milik Belize. Saat membeli tiket dari situs resminya, kami diharuskan untuk mengisi alamat untuk verifikasi kartu kredit. Tapi… tombol scroll down-nya tidak ada pilihan negara Indonesia! Kurang ajar banget, kan? Sementara negara terdekat hanya ada Singapura dan Filipina. Mau tahu apa yang kami lakukan? Memilih negara Filipina, lalu mengisi alamat dan nomor telepon kampus saya di Manila! Eh, berhasil! Hahaha! Eh tapi, kalau Indonesia aja nggak diakui Belize, gimana pas di imigrasi nanti?
Mendarat di Belize City, sudah diduga, proses imigrasinya lama! Belize adalah satu-satunya negara di Amerika Tengah yang berbahasa Inggris karena dulunya dijajah Inggris, jadi petugasnya tambah doyan nanya-nanya karena komunikasi lancar. Itupun kami harus menunggu lama karena paspor dicek dulu oleh atasannya, baru dicap. Koper kami sampai tergeletak di depan loket Lost & Found saking lamanya! Dari situ, koper kami dibuka dan diobok-obok saat diperiksa custom. Duh, capeek deh!
Keluar Belize, masih aja drama! Dari Belize City kami naik chicken bus ke kota Chetumal di Meksiko yang berangkat jam 6 pagi. Tiga jam kemudian kami sampai di perbatasan. Kami diturunkan di kantor imigrasi dengan pesan bus akan menunggu di luar pagar nun jauh di sana.
Lagi-lagi sebagai turis asing, kami dipungut exit tax sebesar 40 dolar Belize, atau sekitar 20 USD! Sama aja bohong: masuk gratis, keluar bayar!

Saat menyerahkan paspor, petugas bertanya, “Indonesia?” Ya ampun, kata itu lagi! Seketika dia berdiri, dan pergi membawa paspor saya ke kantor atasannya. Kami disuruh menunggu lagi! Pak Supir berlari mendatangi kami dan bilang bahwa kami harus cepat karena penumpang bus bakal terlambat masuk kerja. Aduh, maafkan saya! Sekitar 20 menit kemudian, Pak Atasan keluar dan menyerahkan paspor kami yang sudah dicap. Pak Supir langsung menyuruh kami berlari ke bus untuk meneruskan perjalanan ke Meksiko. Kami pun masuk sambil lagi-lagi dipelototi penumpang sebus!
Huhuhuu… puluhan tahun traveling, masih aja paspor Indonesia tak berdaya! Menurut Anda, kenapa bisa gitu ya? Ayo jawab di komen!
Perjalanan keliling Amerika Tengah ini atas biaya sendiri, tanpa sponsor sama sekali. Tulisan ini pun dibagikan gratis di blog. Bila Anda menyukai tulisan perjalanan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini. Terima kasih!
Trinity's Blog
- Trinity's profile
- 234 followers
