Trinity's Blog, page 3

October 15, 2023

Ribetnya visa dan perbatasan Amerika Tengah

Wilayah Amerika Tengah terdiri dari negara Panama, Kosta Rika, Nikaragua, Honduras, Guatemala, El Salvador, dan Belize. Perjalanan saya dan Yasmin keliling Amerika Tengah (#TNTamteng) ternyata sangat menantang! Bukan hanya rawan, tapi karena ribetnya visa untuk pemegang paspor Indonesia, apalagi saat melewati perbatasan antarnegara.

Rasanya masih trauma apply visa Guatemala saat perjalanan #TNTrtw sepuluh tahun yang lalu, namun kali ini jauh lebih ribet! Karena baru kelar pandemi, semua situs tidak ada yang update. Blog orang yang ke sana pun tidak ada yang baru. Informasi yang minim ini membuat Yasmin sampai ngekos sebulan di rumah saya supaya bisa bareng riset dan mengurus segalanya. Yang penting, visa AS (Amerika Serikat) sudah di tangan.

Perjalanan #TNTamteng kami mulai pada akhir Desember 2022 sampai awal Maret 2023. Cuman sebentar sih, tapi bikin stres! Begini pengalamannya mulai dari Panama sampai Belize;

Panama

Visa Panama gratis untuk WNI asal punya visa AS, Inggris, Kanada, Schengen, Australia, Jepang, atau Korea Selatan yang multiple entry dan masih berlaku. Mudah bukan? Tapi, kenyataannya tidak semudah itu!

Tiba di bandara Panama City (setelah delay lebih dari 24 jam), wawancara petugas imigrasinya lama dan dalam bahasa Spanyol pula! Penumpang satu pesawat sudah tidak terlihat, petugas masih aja memelototi dan membolak-balik paspor saya. Tahu-tahu atasannya datang dan bilang, “Indonesia? Go to office!” Jiaah, kenapa lagi nih?

Lalu, seorang tentara bersenjata laras panjang menggiring saya, Yasmin, dan seorang pria berpaspor Venezuela menuju kantornya di gedung lain. Kami disuruh berdiri menunggu di luar sambil diliatin si tentara kayak kita bawa narkoba. 15 menit kemudian, seorang bapak keluar kantor dan menyerahkan paspor kami yang baru dicap. Lha, jadi tadi kenapa ya?

Keluar Panama, kami naik naik bus umum lintas negara dari David di Panama ke Quepos di Kosta Rika selama sembilan jam. Di perbatasan Panama, kami disuruh turun dari bus untuk mengantre di loket imigrasi. Mungkin karena banyaknya arus penumpang, saya tidak ditanya apa-apa dan paspor langsung dicap. Beres!

Antrean imigrasi Panama

Kosta Rika

Untuk WNI, visa Kosta Rika gratis asal punya visa AS, Inggris, Kanada, atau Schengen.

Keluar dari perbatasan Panama, kami naik bus sebentar dan diturunkan di imigrasi Kosta Rika. Kami pun mengantre di depan loket. Pas giliran saya, petugas bertanya, “Indonesia?” Nah, lho! Ketika nama negara sendiri disebut oleh petugas imigrasi dengan intonasi curiga, saya jadi deg-degan!

“Where is US visa?” tanyanya lagi. Oalah, dia nggak liat visa AS saya di paspor lama yang ditempel di belakangnya. Setelah saya tunjukkan, dia langsung cap. Padahal di paspor yang sama ada visa Schengen. Rupanya visa AS derajatnya lebih tinggi daripada Eropa. Cap saya pun ada tulisan tangannya: visa USA.

Setelah itu, kami disuruh ambil koper masing-masing dari bagasi bus untuk dibawa ke ruangan semacam garasi yang di depannya terdapat beberapa meja. Ada spanduk besar bertuliskan, “DISEASES ARE ALSO INTERNATIONAL TRAVELERS!” Saya tahu itu terjemahan yang buruk dari bahasa Spanyol, tapi apakah maksudnya kita penyakitan gitu? Kami mengantre sekitar 15 menit sampai datang satu petugas mbak-mbak yang memeriksa koper kami satu-satu. Tanpa berbicara, dia membongkar isi koper saya. Brak-bruk-brak-bruk, saya pun lolos! Duile, nyari penyakit apa sih, mbak?

Keluar Kosta Rika ternyata lebih ribet. Tidak ada bus lintas negara, jadi harus naik bus antarkota dari San Jose ke Peñas Blancas selama tujuh jam tanpa AC! Turun di perbatasan, kami antre di imigrasi bareng abang-abang supir truk. Seorang cewek Jerman teman sebus bilang bahwa kita harus ke loket lain dulu untuk bayar pajak, baru kertas buktinya dibawa ke imigrasi. Hah? Pajak?

Kami pun keluar antrean dan berjalan ke seberang, ke perumahan warga kampung. Saya mulai curiga, masa kantornya busuk banget? Tapi semua turis memang antre di situ. Pada kaca loketnya tertulis: EXIT TAX FOR FOREIGNERS = USD 10. Ajegile! Masuk negaranya gratis, tapi keluarnya bayar! Saya baru tahu ada pajak keluar dari satu negara untuk turis asing. Apa boleh buat, bukti pajak itu saya bawa balik, antre lagi, baru deh dicap keluar.

Kantor Imigrasi atau Kantor Pajak Kosta Rika?

Nikaragua

Katanya, WNI bisa masuk Nikaragua menggunakan visa on arrival dan bayar tourist card sebesar 10 USD.

Kenyataannya? Harus apply visa online minimal 12 hari sebelum tanggal masuk. Gilanya, pertanyaan pada formulir sangat spesifik, seperti tanggal masuk-keluar negaranya, jam berapa, lewat perbatasan mana, nama perusahaan dan nomor plat busnya—semua dalam bahasa Spanyol! Kami sampai setengah mati liat Google Maps untuk memperkirakan tanggal berapa dan akan berada di perbatasan apa, serta mencari rute bus umum yang lewat perbatasan! Hadeuh!

Setelah itu, formulir dan semua dokumen dikirim via email. Kami sudah mengirim ke satu email yang tertera, tidak ada respons. Kirim ke email lain pun tidak ada respons. Akhirnya saya tanya ke KBRI Panama yang merangkap Nikaragua, eh ternyata emailnya lain lagi! Selain formulir, kami harus menyertakan salinan paspor, visa AS, itinerary setiap hari, reservasi hotel, dan vaksin yellow fever. Beberapa lama kemudian, email dibalas yang intinya, “Bawa email ini, semua dokumen, beserta vaksin Covid ke perbatasan.” Duh, ribet amat, ya?

Keluar dari imigrasi Kosta Rika, kami harus berjalan kaki sambil geret koper sekitar 1 km menuju imigrasi Nikaragua. Setelah tujuh jam di bus kacrut, plus bolak-balik antre, badan udah lodoh banget! Tapi perjuangan belum selesai, di loket imigrasi masih antre lagi. Turis-turis bule sih lewat-lewat aja, tapi kami tentu yang paling lama.

Meski sudah bawa email dan semua dokumen, paspor kami tidak bisa langsung diproses petugas di loket. Seperti biasa dia nanya, “Indonesia?” Itu pertanda urusannya lama. Benar saja, berkas kami dibawa ke kantor dulu, dan kami disuruh menunggu. Apa gunanya apply online coba?

Sejam kemudian kami dipanggil dan diwawancara dalam bahasa Spanyol, “Mau ngapain? Berapa lama? Menginap di hotel apa?” Kami disuruh tunggu lagi, baru setengah jam kemudian paspor kami dicap. Ternyata bayarnya pun bukan 10 USD, tapi 14 USD karena ada tambahan biaya untuk penanggulangan Covid. Setelah itu, koper dicek X-Ray karena dilarang bawa drone.

Keluar Nikaragua ada dramanya juga. Kami naik shuttle bus dari Leon di Nikaragua ke San Pedro Sula di Honduras selama 10 jam, dan berangkat jam 3.30 pagi! Untung pemilik hostel berbaik hati membungkuskan sarapan. Kami tiba di perbatasan Guasaule jam 6 pagi. Apa yang terjadi? Kantor imigrasi belum buka! Jiaaah! Kami pun menunggu sambil sarapan. Setelah kantor dibuka, koper dicek di X-Ray, baru antre imigrasi untuk dicap keluar.

Bersambung…

Perjalanan keliling Amerika Tengah ini atas biaya sendiri, tanpa sponsor sama sekali. Tulisan ini pun dibagikan gratis di blog ini. Bila Anda menyukai tulisan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini biar saya semangat menulis sambungannya. Terima kasih!

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 15, 2023 09:55

August 28, 2023

Thrifting di TNT Toko!

Sejak tahun lalu, saya buka toko thrifting di Tokopedia, namanya TNT Toko. Jualannya barang-barang preloved (barang bekas yang masih layak pakai), seperti baju, kacamata hitam, jam tangan, sepatu, tas, kamera, buku, dan lain-lain. Sekalian saya jualan Travel Language Wristband and seperti di postingan ini.

Sebagian barang TNT Toko

Setiap traveling, saya sih suka ke toko thrifting. Di Jepang memang paling oke, karena barangnya unik-unik. Sementara di Amerika Serikat sekarang lagi happening banget! Tokonya besar dan jualannya beragam rupa. Di Indonesia sudah ada juga, cuman sekarang lebih banyak dijual online.

Mengapa harus thrifting?

Alasan utamanya adalah mengurangi limbah, dengan demikian kita turut menyelamatkan bumi. Bayangkan, dunia menghasilkan 92 juta ton limbah tekstil setiap tahun atau setara dengan truk sampah penuh pakaian berakhir di tempat pembuangan sampah setiap detiknya.

Kedua, tentu karena barang thrifting itu harganya miring! Kita bisa pakai barang branded original tanpa menguras dompet. Kadang ada juga barang yang vintage yang susah dicari lagi.

Saya sendiri buka toko thrifting biar barang-barang punya “nyawa” baru. Lagipula supaya lemari saya rapi (ngikutin beres-beres ala Marie Kondo). Duitnya pun lumayan buat jajan. Biasanya barang saya jual karena pas beli salah ukuran, atau sudah nggak muat akibat badan membesar, atau sudah punya barang yang sejenis. Koleksinya masih belum banyak sih karena belum full time mengkurasinya.

Mengapa thrifting di TNT Toko?

Meski kebanyakan barang di TNT Toko pernah saya pakai (bahkan sampai keliling dunia) tapi telah dikurasi dengan baik. Kondisi pasti masih bagus. Kalaupun ada cacat, pasti saya kasih info dengan jujur. Harganya pun murah-murah kok, mulai dari Rp 25.000,- saja.

Cus lah beli! 🙂

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on August 28, 2023 02:23

August 7, 2023

Nonton konser Johnny Depp di Polandia!

Johnny Depp ternyata bukan hanya seorang aktor terkenal tapi juga seorang gitaris dan penyanyi band! Saya jauh-jauh menonton konsernya di sebuah desa terpencil di Polandia. Kok bisa?

Pada Juli 2023 kedua kalinya saya ke Polandia dan menghabiskan seminggu musim panas yang menyenangkan. Berbeda dengan sebelas tahun yang lalu di mana saya kedinginan dan mewek di Polandia – ingat tulisan saya di buku The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip Part #1?

Sebelum sampai ke cerita tentang Bang Johnny, saya jalan-jalan dulu ke sini;

Warsawa

Penerbangan internasional ke Polandia biasanya mendarat di ibu kotanya Warsawa, tepatnya di Chopin Airport. Nama itu dipakai untuk menghormati Frédéric Chopin, komponis dan pianis virtuoso asal Polandia (bukan dari Prancis!). Terdapat monumen, museum, gereja, bekas rumahnya, bahkan zebra cross untuk mengenang Chopin di Warsawa.

Warsawa berpusat di Old Town yang merupakan UNESCO World Heritage Site. Sebenarnya kota yang ada sejak abad ke-13 ini 85%-nya hancur akibat Perang Dunia II, namun berhasil direkonstruksi sehingga tidak terasa bahwa bangunannya relatif baru. Sebagian tembok benteng, Katedral St. John, dan Royal Castle masih eksis. Hotel Verte tempat saya menginap pun dibangun lagi dari istana abad ke-18.

Mau foto-foto kece, pergilah ke Wilanów Palace yang dibangun pada abad ke-17 sebagai istana Raja John III Sobieski. Setelah banyak berpindah tangan, sekarang dijadikan museum dengan koleksi orisinal. Istana megah bercat kuning cerah dan taman luas nan asri ini dijuluki “Versaille-nya Polandia”. Dari situ sore-sore enak nongkrong di Bulwary nad Wisla – bisa jalan-jalan di pedestrian sepanjang Sungai Vistula atau boat cruise menyusuri sungainya.

Wilanow Palace dan tamannya yang asri.

Gdansk

Kota Gdansk yang terletak di tepi Laut Baltik menjadi terkenal di Indonesia karena pesepakbola Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman pernah bermain di klub Lechia Gdansk. Beruntungnya mereka tinggal di situ karena kotanya sangat cantik! Jumlah turis asing terbanyak ke Polandia ya ke Gdansk ini saking cantiknya.

Dari pintu Hotel Radisson Blu tempat saya menginap, langsung keluar di Old Town yang bangunannya berwarna-warni pastel dengan Sungai Motlawa yang membelah kotanya. Gdansk juga merupakan pusat batu Amber (bukan Amber Heard lho ya?) dunia jadi banyak toko yang menjual perhiasan. Sejarah penting Polandia pun dimulai di Gdansk, yaitu gerakan solidaritas menumpas komunis pada 1980-an yang dipimpin oleh Lech Walesa sehingga dia dianugrahi Nobel Perdamaian.

Old Town Gdansk.

Dari Gdansk, saya day trip ke beberapa tempat;

Malbork Castle – kastel terbesar di dunia dan bangunan yang terbuat dari batu bata terbesar di Eropa. Dibangun pada abad ke-13 dan merupakan UNESCO World Heritage Site.Sopot – ada pantai berpasir putih dan jembatan kayu terpanjang di Eropa. Dari Gdansk bisa naik mobil atau berlayar dengan catamaran.Sierra Golf Resort – main golf di lapangan 18 hole dan driving range kelas dunia. Makanan di sini enak banget!Slowinski National Park – ada hamparan sand dunes cantik setinggi 30 meter yang dikelilingi hutan pinus.Malbork Castle terluas di dunia.

Dolina Charlotty

Dua malam terakhir saya leyeh-leyeh di Dolina Charlotty. Terletak di desa terpencil dekat Slupsk, Dolina Charlotty adalah sebuah resor seluas 120 hektar. Dikelilingi hutan dan danau yang indah, hotelnya memiliki 91 kamar dengan fasilitas lengkap, termasuk kolam renang, sauna, dan kebun binatang. Aktivitas favorit saya adalah pijat di Bali Hai Spa. Eh, Bali kita? Iya! Pantasan interior spa bertema Bali, ternyata ada enam orang spa therapist yang dikirim langsung dari Bali! Kami sama-sama senang bisa ngobrol dalam bahasa Indonesia! Hehe!

Hotel Dolina Charlotty.

Pemilik resornya, Mr. Miroslaw Wawrowski, memang cinta banget sama Indonesia! Bahkan dia sedang membangun Taman Mini Indonesia di lahan resor, lengkap dengan gapura Bali dan miniatur Borobudur yang dibuat oleh para pematung yang dikirim dari Indonesia.

Mr. Miroslaw juga penggemar berat musik rock. Di lahan resor terdapat amfiteater berkapasitas 10.000 orang untuk konser rock berkala seperti Rock Legends Festival. Carlos Santana, Bob Dylan, Robert Plant, Whitesnake, Korn, dll, pernah konser di situ! Nah, tahun ini festival dimeriahkan oleh Hollywood Vampires yang salah satu anggota band-nya adalah Johnny Depp!

Mr. Miroslaw Wawrowski di amfiteater.

Hollywood Vampires ini dibentuk oleh Alice Cooper, Johnny Depp, and Joe Perry (gitaris Aerosmith) pada 2012. Di Euro Tour 2023 ini, Tommy Henriksen (basis Alice Cooper) bergabung – jadilah kwartet aki-aki gothic! Terus terang saya nggak pernah dengar lagu mereka sebelumnya, tapi karena konsernya pas saya di Dolina Charlotty langsung lah saya kejar.

Konser dibuka jam 7 malam dengan band pembuka asal Inggris dan Polandia. Pada musim panas matahari baru terbenam jam 21:30 jadi masih terang benderang. Namun makin malam duduk di amfiteater terbuka malah makin dingin – mencapai 16°C, jadilah saya pindah ke festival biar bisa jejingkrakan menghangatkan badan dan makin dekat ke Bang Johnny. Penonton yang datang dari segala penjuru Eropa usianya rata-rata di atas 40-an pada duduk tertib. Hanya di festival yang isinya agak muda, itupun tinggi-tinggi banget jadi saya agak ketutupan.

Hape jadul motoin Bang Johnny!

Band rock Hollywood Vampires mainnya rapi sih. Ternyata mereka menyanyikan lagu-lagu orang lain juga, seperti lagu David Bowie, The Doors, dan Pink Flyod, jadi masih agak paham lah! Alice Cooper yang udah 75 tahun sih masih bagus suaranya. Joe Perry suaranya agak meletot tapi diamaafkan karena bukan vokalis utama. Bagaimana dengan Johnny Depp? Bolehlah main gitarnya, tapi dia main aman karena memilih bernyanyi dengan lagu bernada rendah! Hehe! Sepanjang konser saya memang ngeliatin Bang Johnny doang. Masih nggak percaya, saya hanya berjarak 5 meter saja dari senyumnya yang bikin klepek-klepek! Huaaaa!

P.S. Informasi mengenai pariwisata Polandia di sini, sedangkan informasi mengenai bisnis dengan Polandia di sini.

Agar blog yang berusia 18 tahun ini bertahan secara independen dan supaya saya semangat menulisnya, silakan menyumbang “uang jajan” untuk saya di sini. Terima kasih!

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on August 07, 2023 09:21

July 13, 2023

Mengapa berobat ke Penang?

Presiden Joko Widodo mengatakan, sebanyak 2 juta warga Indonesia saat ini masih berobat ke luar negeri. Potensi devisa sebesar Rp 165 triliun pun hilang ke berbagai negara akibat kondisi tersebut. (Kompas.com – 06/03/2023, 09:37 WIB)

Pada artikel itu juga disebutkan bahwa WNI paling banyak berobat ke Malaysia, yaitu sebanyak satu juta orang. Sebagai WNI yang sering bolak-balik berobat ke Penang, pernyataan Pak Jokowi itu tidak mengherankan saya.

Bermula karena ibu saya sakit bertahun-tahun sampai beberapa kali dirawat di RS swasta di Jakarta tapi tidak pernah sembuh, akhirnya saya mengantar beliau berobat di RS Adventist Penang pada 2013. Hanya bertemu dokter spesialis satu kali saja plus cek darah, langsung ketahuan bahwa ibu saya mengidap kanker stadium empat! Meski setahun kemudian ibu saya meninggal, namun saya sangat puas dengan pelayanan RS di Penang.

Ternyata cerita seperti ibu saya banyak kemiripan dengan WNI yang saya temui di Penang. Mereka mengaku ke sana karena salah diagnosa di Indonesia! Saya bingung bisa begitu. Padahal tesnya (cek darah/rontgen/MRI) sama, tapi mengapa mengartikannya bisa berbeda? Berarti ini masalah SDM, bukan? Padahal lagi, banyak mahasiswa Malaysia yang justru kuliah kedokteran di Indonesia. Apa yang salah dong?

Sejak itulah saya memutuskan untuk medical check-up di Penang secara reguler setiap dua tahun sekali. Selain karena harganya lebih murah, hasilnya lebih cepat dan akurat. Sebagai wanita berstatus lajang, pemeriksaan kewanitaan tidak judgemental seperti di Indonesia – you know what I mean! Singkat cerita, dari hasil cek terakhir, saya terdeteksi suatu penyakit. Maka bulan Mei lalu, saya dioperasi besar di Penang.

Saya di kamar Penang Adventist Hospital

Sebelumnya saya sudah dua kali dioperasi di Jakarta, saya jadi tahu perbedaannya. Pertama, dokter di Penang tahu persis biaya operasi dan melesetnya hanya 2%. Di Jakarta, dokter pasti menyuruh untuk bertanya biayanya ke bagian admission RS. Kenyataannya malah jauh lebih besar, sekitar 25% dari perkiraan biaya awal! Lalu, harga dokter dan obat di RS Indonesia tergantung kelas kamarnya. Sementara di Penang biayanya sama saja untuk semua kelas kamar, jadi harga kamar adalah tambahan biaya.

Kedua, operasi di Jakarta tidak pernah on time. Di Penang, dibilang operasi jam 8 pagi, sejak jam 7 saya sudah di ruang persiapan lalu berbaring di meja operasi untuk dibius. Begitu jam 8 teng, dokter mulai membedah saya! FYI, saat di ruang persiapan ada 8 orang lain yang sama-sama mau dioperasi. Berarti ada 9 operasi pada saat yang sama! RS mana di Indonesia yang bisa mengalahkan fasilitas seperti itu?

Sementara persamaannya saat diopname di Penang: sama-sama berbagi kamar dengan pasien orang Indonesia! Hehe! Konon pasien RS di Penang itu 70%-nya WNI. Sebagian besar berasal dari Medan yang terbang cuma 45 menit ke Penang.

Kesimpulan berdasarkan pengalaman pribadi saya mengenai perbedaan pelayanan kesehatan antara Penang dan Jakarta, sebagai berikut:

Biaya berobat di Penang lebih murah sekitar 30%, bahkan operasi jantung katanya bisa sampai 50% lebih murah. Penyebabnya karena di Malaysia pajak alat kesehatannya 0%! Pajak impor obat-obatan di Malaysia juga rendah. Saya aja setiap ke Penang pasti beli banyak titipan obat-obatan.Pasien di Penang tidak pernah lama menunggu antrean. Jumlah pasiennya tidak sebanyak di Indonesia sehingga lebih cepat ditangani oleh dokter. Sistem antrean, janji temu, administrasi, dan teknologi informasi pun lebih canggih. Beberapa kenalan saya mengatakan bahwa mereka ketemu dokter pagi, sorenya bisa langsung operasi kecil, besoknya boleh pulang.Dokter spesialis di Penang hanya praktik di satu RS dari pagi sampai sore. Tidak seperti di Indonesia dokternya bisa praktik di beberapa RS dalam satu hari, belum termasuk waktu tempuh dan macet – apalagi di Jabodetabek!Dokter di Penang sangat terbuka dan bersedia ditanya-tanya pasien. Setengah jam diskusi sama dokter mah biasa! Mereka sangat straight forward mengenai kondisi pasien, risiko dan efek buruknya pun dibeberkan.Pelayanan RS di Penang lebih cepat dan efektif. Contohnya, hasil medical check-up lengkap (termasuk tes darah, urin, tinja, USG, rontgen, EKG, mammogram, dll) bisa jadi hanya dalam beberapa jam. Itupun berpusat di satu ruangan saja, tidak harus mengantre ke setiap dokter spesialis seperti di Jakarta. Kalau diopname di RS pun tidak dibiarkan berlama-lama menginap.

Kelebihan RS di Jakarta dibandingkan di Penang bagi saya cuma satu, yaitu para perawatnya lebih ramah! Di Penang perawatnya banyak yang jutek, terutama yang nenek-nenek. Perbedaan budaya sih ini. Soal bahasa, semua tenaga kesehatan (berusaha) berbahasa Indonesia, tapi kadang membuat saya jengah. Contohnya, “Buka celana dalam dan beha ibu!” atau “Ibu sudah berak?” Hahahaha!

Biar bagaimanapun, saya masih percaya kok dengan kehebatan dokter Indonesia. Buktinya saya punya asuransi kesehatan dan BPJS untuk pengobatan di Indonesia, jadi masihlah ke dokter/RS di Jakarta (semoga nggak sering-sering!). Namun bila Anda atau keluarga pengen medical check-up, merasa sakit tapi belum sembuh, atau butuh second opinion, boleh dicoba ke berobat ke Penang. Bonusnya bisa jalan-jalan dan makan-makan murah dan enak!

Lalu, bagaimana caranya berobat di Penang? Baca “Panduan Berobat ke Penang” di buku The Naked Traveler 7 yang bisa dibeli di sini.

Silakan tulis pendapat atau pengalaman Anda di kolom komen ya!

Catatan: Agar blog yang berusia 18 tahun ini bertahan secara independen, silakan menyumbang “uang jajan” untuk saya di sini. Lumayan untuk menutup biaya operasi saya di Penang yang tidak ditanggung asuransi. Terima kasih banyak!

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 13, 2023 11:37

June 26, 2023

Mecahin tiga tumpuk piring di Peloponnese, Yunani!

Kok bisa memecahkan piring? Emang kenapa? Peloponnese itu di mana?

Sebelumnya, baca dulu tulisan saya di sini. Karena kesuksesan di Asia itulah saya diundang lagi jadi pembicara di TBEX Europe 2023 yang diadakan di Kalamata. Ia adalah kota terbesar kedua di region Peloponnese di semenanjung selatan Yunani, sekitar tiga jam berkendara dari Athens. Peloponnese terkenal karena dua hal, yaitu lokasi Olimpiade pertama yang diadakan pada 776 SM dan kota Sparta (jadi ingat film “300”-nya Gerard Butler!).

Konferensi yang mempertemukan ratusan travel blogger/content creator, pelaku industri pariwisata, dan brand ini diadakan di Hotel Grecotel Filoxenia Kalamata. Sesi saya berjudul “From Travel Blog, to Book, to Movie” dihadiri peserta yang sangat antusias. Bangga juga saya dikirim jauh-jauh dari Indonesia karena saya satu-satunya travel blogger di dunia yang punya pengalaman begitu. Eaa!

Muka hepi! 🙂

Yang saya paling suka dari TBEX adalah sebelum dan sesudah konferensi, pasti ada fam trip ke berbagai destinasi pariwisata yang kita pilih. Ini rangkumannya:

Kalamata

Pernah dengar Kalamata Olives? Varian buah zaitun yang besar, berdaging, dan berwarna gelap yang terkenal sedunia itu berasal dari perkebunan di Kalamata lho! Kotanya sendiri terletak di sepanjang pantai yang dikelilingi pegunungan, pusat keramiannya ada di King George II Square. Karena kesibukan konferensi, saya hanya sempat jalan-jalan di kota tuanya dan mengunjungi museum Victoria G. Karelias yang berisi koleksi pakaian tradisional Yunani sejak ratusan tahun yang lalu.

Museum Victoria G. Karelias yang dimiliki ibu tajir.

Aktivitas yang paling berkesan adalah berenang sama kuda di Ippikos Omilos. Biasanya kan menunggang kuda di tepi pantai, di sini saya duduk di atas kuda tanpa pelana, kudanya jalan, lalu seiring dengan air laut yang makin dalam, kaki kudanya otomatis menekuk, jadi saya ikut berenang sambil memegang rambut kudanya! Seru banget!

Kami menginap di Hotel Grecotel Filoxenia, hotel bintang empat yang terletak di tepi pantai sekitar sepuluh menit berkendara dari pusat kota. Restoran yang makanannya enak di Ego dan Stou Kosta. Restoran yang pemandangannya spektakuler ada di Kastraki Metoro yang terletak di kastel puncak bukit. Kalau mau nongkrong cantik, bisa ke Hotel W Costa Navarino, hanya sejam berkendara dari Kalamata.

Nafplio

Nafplio merupakan bekas ibu kota Kerajaan Yunani pada 1828-1834 sebelum pindah ke Athens. Anehnya, raja pertama Yunani adalah orang Jerman, sedangkan raja kedua dan ketiganya orang Denmark! Ceritanya panjang, tapi intinya mereka dipilih oleh rakyat Yunani sendiri.

Ada tiga kastel yang mengelilingi Nafplio, yaitu Bourtzi yang berada di pulau tengah laut, serta Palamidi dan Acronafplia di atas bukit. Kotanya sendiri memang cantik dengan jalan-jalan kecil berbatu, bangunan bercat warna-warni dengan genteng coklat, dan di tepi laut biru dengan pelabuhannya yang dipenuhi yacht. Vibe-nya enak buat nongkrong, salah satunya di restoran 3Sixty tempat kami makan siang sambil minum wine lokal.

Warna-warni kota tua Nafplio

Porto Heli

Porto Heli merupakan kota resor musim panas yang berada di tepi pantai berlaut biru khas perairan Yunani. Kami menginap di AKS Hinista Bay Hotel yang terletak di teluk tersembunyi sekitar 10 menit berkendara dari pusat kota. Pemandangan dari balkon kamar cakep banget karena menghadap pantai dan pulau-pulau kecil. Sore harinya saya puas berenang di kolam dan berjemur di pantai.

Laut di Porto Heli bisa untuk scuba diving, saya ikut tripnya Ergo Dive Loumis. Meski musim semi cuacanya cukup hangat mencapai suhu 23°C, namun airnya sedingin 15°C, jadilah saya pakai wetsuit dobel dan hoodie! Sesuai ekspektasi diving di Laut Mediterania, terumbu karang dan ikannya minim namun visibility-nya sangat baik. Saya sempat melihat ikan seabream, lionfish, jellyfish dengan bentuk aneh-aneh, dan guci antik yang dibiarkan tergeletak di dasar laut. Setelah itu, kami naik boat keliling teluk berair biruuuu!

Jernihnya laut di Porto Heli!

Sekitar sejam berkendara ke utara, kami ke Franchthi Cave, sebuah situs arkeologi yang menghadap Teluk Kiladha. Gua ini termasuk yang terlama dihuni manusia, bahkan sejak 38.000 SM! Guanya biasa aja sih, tapi menuju ke sini harus hiking di tebing tepi laut yang keren pemandangannya!

Rekomendasi makan siang di Porto Heli adalah restoran To Ouzeri Toy Psara, pilih pasta udangnya deh. Sementara makan malam sambil mimi-mimi cantik yang menghadap pantai di restoran Veranda del Vino.

Ermioni

Ermioni, disebut juga Hermione (jadi inget temannya Harry Potter!), adalah kota kecil tepi pantai yang juga cantik. Di timurnya saya hiking di Bisti, semenanjung yang dipenuhi pohon pinus. Di sana terdapat peninggalan kuil Poseidon dan Athina dari abad ke-5 SM, gereja kecil Aghios Nikolaos, kincir angin putih yang menghadap ke pulau Dokos dan Hydra.

Bisti cakep banget!

Baru kali ini saya ikut Olive Oil Tasting, setelah biasanya ikut wine tasting. Ternyata selain sommelier (ahli mengenai wine), ada juga olive oil sommelier yang mengajar dari Systasis. Baru tau bagaimana buah zaitun dipanen, dibuat extra virgin olive oil, dan dibedakan berdasarkan tingkat kematangan, tingkat kepahitan, tingkat ketajaman rasa, dan lain-lain. Kelas pun diakhiri dengan makan siang di O Kavos dengan menu andalannya gurita bakar lezat dengan roti yang dicocol minyak zaitun.

Sejam berkendara dari Ermioni, di kaki Gunung Didymos ada dua kawah besar (sinkhole) yang terbentuk karena tanah longsor yang dinamakan Didyma Caves. Kedalamannya 80 meter dengan diameter 150 meter. Dari jauh kelihatan seperti lubang ketabrak UFO! Saya hiking di dalamnya dan mengunjungi gereja Agios Georgios yang dibangun pada abad ke-11 dengan prasasti huruf Latin pada dindingnya.

Malamnya ditutup dengan pesta di Makis Inn Resort. Kami makan lobster, udang, cumi, gurita, ikan seabream dihidangkan dengan cocolan minyak zaitun, minum jus buah delima dan wine hasil perkebunannya sendiri, diiringi live band, penyanyi, dan penari. Mau ga mau, kami segrup pun ikut menari khas Yunani yang saling berpegangan bahu dan muter-muter sambil mengangkat-angkat kaki. Tiba-tiba… PRANG! PRANG! Para penari memecahkan bertumpuk-tumpuk piring ke lantai! Rupanya itu adalah tradisi lokal untuk mengusir roh jahat. Saya pun ikut melampiaskan energi dengan memecahkan tiga tumpuk piring! “Opa!” semua berteriak dan bertepuk tangan gembira.

Kesimpulan

Sudah tiga kali ke Yunani, saya sih suka region Pelopponese! Destinasi pariwisatanya lengkap, mulai dari situs arkeologi, kastel, pantai, pegunungan, hutan, gua, perkebunan anggur dan zaitun, sampai kota-kota kecil nan lucu, serta seafood dan wine yang juara! Keuntungannya lagi, nggak perlu ribet naik pesawat atau naik kapal dari Athens. Region ini pun relatif masih sepi dan tidak begitu komersil. Bonus: lakinya ganteng-ganteng! Huehehe!Jika Anda travel blogger/content creator, boleh dicoba menginvestasikan diri dengan ikut TBEX untuk memperkaya ilmu dan memperluas networking ke seluruh dunia.

Setelah seminggu di Pelopponese, saya pun extend untuk liburan sendiri ke Pulau Naxos dan Santorini. Tulisannya kapan-kapan ya, tapi foto dan videonya bisa dilihat di sini.

Catatan: Agar blog yang berusia 18 tahun ini bertahan secara independen dan supaya saya semangat menulisnya, silakan menyumbang “uang jajan” untuk saya di sini. Terima kasih!

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 26, 2023 04:56

May 1, 2023

Hotel Hijau Ikon Singapura

Pernah nggak di Singapura lewat sebuah hotel yang gedungnya penuh dengan taman hijau? Itu adalah Hotel PARKROYAL COLLECTION Pickering lho! Saya sering lewat hotel itu sambil ternganga-nganga liat eksteriornya, akhirnya liburan Lebaran kemarin menginap di situ. Aih, senangnya!

Hotel yang merupakan grup Pan Pacific Hotels ini merupakan hotel pertama di distrik bisnis Singapura yang berada di dalam taman. Umumnya kan taman di dalam hotel, ini beneran hotel di dalam taman! Bayangkan, 200% area hotelnya tertutup tanaman lebih dari 50 jenis. Tak heran hotel PARKROYAL COLLECTION Pickering ini memenangkan World’s Leading Green City Hotel 2018-2021 dari World Travel Awards dan Sustainable Hotel Award 2020 dari Hotel Investment Conference Asia Pacific.

Zero energy sky garden. Photo by Sebastian Nagy

Bukan sekadar hijau karena banyak tanaman, tapi juga sustainable. Hotel ini mengumpulkan air hujan untuk irigasi tanaman, menggunakan solar panel untuk menghasilkan energi, mengeliminasi plastik sekali pakai pada semua peralatan makannya, menggunakan bahan biodegrabale, sistem pengelolaan sampah yang canggih, menyediakan charging untuk mobil listrik, dan lain-lain. Bahkan pembangunannya benar-benar dipikirin ramah lingkungan, antara lain tidak ada parkir basement untuk mencegah penggalian dan menggunakan teknologi beton yang sebagian terbuat dari plastik daur ulang. Hebat ya?

Arsitektur hotel ini mengusung unsur alam. Buktinya tidak ada garis lurus selain kusen jendela dan pintu. Penggunaan jendela berwarna hijau dan biru pun untuk meningkatkan kinerja matahari. Eksterior lobinya yang melengkung bertingkat-tingkat itu ternyata terinspirasi dari sawah terasering di Ubud lho! Ah, bangganya! Interiornya banyak terdapat taman vertikal dan kolam. Koridor menuju kamar pun serba terbuka untuk mengurangi penggunakan AC.

Saya menginap di kamar jenis Collection Club Twin yang termasuk Collection Club Access, artinya dapat semacam executive lounge khusus tamu Club di mana kita bisa sarapan, afternoon tea, dan evening cocktails gratis! Beragam makanan dan minuman nikmat terhidang unlimited di Club, jadi sebenarnya tidak perlu makan di luar lagi. Kamar Club ini juga termasuk gratis laundry 2 potong per hari.

COLLECTION Club Twin Room

Kamarnya sendiri berwarna alami dan serba kayu. Jendelanya besar dan langsung menghadap taman dan pepohonan sehingga tidak terasa sedang berada di tengah kota Singapura yang sibuk. Rasanya adem banget! Karena hotel ramah lingkungan, disediakan kran air minum khusus yang sudah difilter (jadi tidak ada botol plastik), tong sampah yang terpisah plastik, gelas, kertas, beling, serta penggunaan sampo dan sabun di dalam botol refill.

Fasilitas hotel bintang lima ini juga lengkap, ada ruang meeting berkapasitas 800 orang, restoran Lime, kolam renang, gym dan spa. Tentu saya nyobain berenang di kolam renang infinity-nya yang ada di lantai 5. Desain ikonik kolam ini adalah beberapa kandang burung raksasa berwarna-warni yang di dalamnya tempat kita duduk-duduk. Instagrammable banget deh! Kalau suka jalan kaki, di lantai yang sama ada garden walk sepanjang 300 meter yang ada air terjunnya. Oh iya, di rooftop-nya kita bisa mengunjungi Urban Farm yang berisi aneka tanaman yang dipakai para koki untuk memasak.

[image error]The pool. Photo by Patrick Bingham Hall.

Soal lokasi, sangat strategis deh! Terletak di antara Chinatown dan Singapore River, persis di seberang Hong Lim Park. Ke mana-mana dekat jadi tinggal jalan kaki ke Clarke Quay, Boat Quay, Merlion, dan lain-lain. Yang paling bikin hepi karena dekat Maxwell Hawker Center yang ada Tian Tian Chicken Rice terkenal itu dan Club Street yang penuh dengan tempat dugem. Hehehe!

Kalau Anda penggemar tanaman, arsitektur, atau eco person, coba deh menginap di Hotel PARKROYAL COLLECTION Pickering. Ditanggung banyak pelajaran yang bisa diambil untuk menyelamatkan bumi!

P.S. Tonton video reel saya di sini.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 01, 2023 01:43

April 9, 2023

Perjuangan ke Panama (bagian 2)

Baca bagian 1 di sini.

Boarding pass IAH-DFW menunjukkan keberangkatan jam 17:00, tapi sejam kemudian masih belum bergerak. Katanya masih menunggu pilot dan cabin crew pengganti. Sejam kemudian kami dipanggil dan disuruh berbaris di depan sebuah lift yang berkapasitas 10 orang. Buset, mau sampai kapan seratusan orang terangkut? Sebagian orang memilih untuk memutar turun tangga. Ternyata kami semua masih harus naik bus lagi. Namun meskipun bus sudah sampai di depan pesawat, kami masih harus menunggu sejam lagi di dalam bus! Arrgh!

Sungguh ironis, kami telah menunggu terdampar seharian di bandara gitu hanya untuk penerbangan Dallas ke Houston selama 50 menit saja! Begitu mendarat, saya langsung ke konter untuk minta kompensasi karena pesawat ke Panama selanjutnya baru ada keesokan harinya. Saya dikasih penginapan di hotel semalam termasuk sarapan, voucher taksi pp ke bandara, dan voucher makan di bandara. Saking banyaknya penumpang terdampar, saya dan Yasmin hotelnya terpisah: saya di Hotel Fairfield Inn Suites by Marriot, Yasmin di Holiday Inn. Kami buru-buru cari restoran di bandara untuk redeem voucher makan. Sialnya, karena sudah larut malam, hampir semua restoran tutup! Terpaksa kami beli take away burger aja. Setelah itu, kami berpisah.

Saya pun naik taksi menuju hotel dengan menyerahkan voucher yang berisi nama dan alamat hotel. Supir taksi yang orang India itu bukannya langsung cabut, dia malah mengangkut penumpang lain yang membawa voucher juga meski hotelnya berbeda. Meski praktik ini ilegal, saya sudah malas berdebat karena capeknya minta ampun. Mana hidung terus menerus meler karena saya flu berat!

Sampai di hotel, mbak resepsionis memandang saya kaget, “Oh, I’m so sorry. Anda diturunkan di hotel yang salah! Hotelmu ada di Humble, bukan di sini!” Hah? “Sepertinya kamu ditipu supir taksinya deh karena tadi ada orang juga yang diantar ke sini padahal harusnya di hotel satunya lagi yang sama dengan Anda. Padahal di voucher ini sudah jelas ditulis alamatnya lho! Supirnya cari yang dekat aja karena nama hotelnya sama-sama Fairfield,” tambahnya. Astaga, apa lagi ini?

“Jadi bagaimana saya bisa ke hotel itu? Jaraknya jauh nggak?” tanya saya.

“Kalau naik taksi sekitar 15 menit. Tapi malam begini udah jarang ada, apalagi pas Tahun Baru!”

Saya pun meminta bantuannya sambil curhat bahwa pesawat delay dan sudah puluhan jam belum rebahan, padahal saya lagi sakit flu berat, nggak bisa telepon taksi karena roaming, bla bla bla… Saya menarik napas dalam-dalam dan berdoa dalam hati, “God, I surrender. Biarlah kehendakMu yang jadi!”

Lalu seketika pintu lobi terbuka, masuklah seorang bapak besar berkulit hitam. “Tunggu sebentar ya. Ini ada teman saya datang. Mungkin dia bisa membantumu,” katanya sambil mendekati si bapak itu. Saya hanya memandang mereka yang sedang mengobrol dari jauh. Tak berapa kemudian, si mbak bilang, “Oke. Teman saya ini akan mengantar Anda ke hotel yang seharusnya. Tenang aja, gratis kok.”

Praise the Lord! Si mbak sampai saya peluk saking bahagianya saya ditolong! Bapak baik hati ini ternyata supir bus shuttle bandara. Meski dia telah selesai bertugas tapi saya tetap diantar naik busnya sendirian sampai di hotel yang benar. Terima kasih, Tuhan! Setelah 30 jam, akhirnya saya bisa mandi, ganti baju, dan tidur dengan punggung lurus di hotel bagus!

Hotel kompensasi

Besok paginya setelah sarapan prasmanan di hotel, saya meminta resepsionis untuk memesan taksi ke bandara IAH. Entah kenapa dia tidak mau memesankan taksi, tapi saya disuruh menunggu shuttle bus gratis ke bandara. Katanya 15 menit bus akan datang, ternyata baru datang sejam kemudian karena macet! Yasmin udah bolak-balik WhatsApp bertanya saya udah sampai mana. Aduh, duh! Benar saja, begitu memasuki bandara… muacet parah! “Biar lebih cepat, lebih baik Anda turun di Terminal B terus jalan kaki aja ke Terminal E!” usul supir bus. Baiklah. Boom! Saya pun berlari kesetanan ke gate!

Tiba di gate, eh pesawat delay lagi setengah jam! Karena ogah rugi, saya pun menyempatkan diri membeli makanan bungkus dari restoran pakai voucher kompensasi. Akhirnya Pesawat ke PTY (Panama City) berangkat jam 10:30. Saya tertidur kelelahan selama empat jam penerbangan sampai akhirnya mendarat di Panama! Fuih!!

Baru aja senang, eh di imigrasi Panama saya di-interview mbak petugas dalam bahasa Spanyol luama banget! Paspor saya dibolak-balik berkali-kali, dibaca-baca, sambil nanya-nanya lagi. Ada apaan sih? Bukannya WNI bisa masuk Panama bebas visa asal punya visa AS yang masih berlaku? Saya melihat Yasmin di konter sebelah juga belum kelar. Tau-tau datanglah seorang bapak galak, sepertinya dia atasan si mbak. Dia mengatakan bahwa saya harus pergi ke kantor imigrasi bandara! Astaga, drama belum berakhir! Huhuhuuu…!

Seorang tentara bersenjata laras panjang menggiring saya, Yasmin, dan seorang pria yang berpaspor Venezuela. Kami berjalan menuju kantor imigrasi macam adegan pengedar narkoba yang ditangkap di film seri dokumenter Border Security. Ya ampun, drama kok nggak kelar-kelar gini? Sampai di depan pintu, si tentara menyuruh kami menunggu di luar sementara dia masuk membawa paspor. Kami kayak disetrap, berdiri sambil ditungguin tentara! 15 menit kemudian, seorang bapak keluar kantor dan menyerahkan paspor kami sambil berkata, “Bienvenido a Panama!” Lha, terus? Tentara itu menggiring kami kembali. Sambil berjalan saya mengintip lembaran paspor. Ada cap bulat hitam bertuliskan: Republica de Panama. Akhirnya saya sah tiba di negara ke-97!

Duh, baru juga mulai perjalanan #TNTamteng, udah penuh perjuangan gini! Gimana selanjutnya di negara-negara yang lebih kacrut ya?

P.S. Agar blog yang berusia 18 tahun ini bertahan secara independen dan supaya saya semangat menulisnya, silakan menyumbang “uang jajan” untuk saya di sini. Terima kasih!

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 09, 2023 21:00

April 3, 2023

Perjuangan ke Panama

Apa perasaan saya memulai perjalanan #TNTamteng? Stres! Serba tidak pasti itu memang bikin cemas bukan kepalang. Sampai-sampai semalam sebelum berangkat, badan saya greges-greges gitu! Waduh!

Sumber stresnya apalagi kalau bukan karena visa yang nggak jelas. Perjalanan yang cuma beberapa bulan akan kacau kalau ada negara di Amerika Tengah yang menolak paspor Indonesia. Informasi tentang wilayah yang minim turis itu pun sangat minim dan belum ada update peraturan setelah pandemi. Belum lagi keterbatasan bujet dan kondisi keuangan yang masih mandeg. Gilanya lagi, kurs 1 USD saat itu yang nyaris Rp 16 ribu! Duh, benar-benar bikin stres mikirinnya! Kata Yasmin, “Ditambah lagi kita wes tuwek, cuy!”

Mana udah lama banget saya nggak terbang ke Amerika, yang artinya bakal duduk di kursi pesawat kelas ekonomi selama 23 jam empet-empetan! Memang benar bahwa money can’t buy happiness, but you’d be happy if you could buy a business class seat!

Singkat cerita, penerbangan Jakarta ke Los Angeles via Tokyo berjalan dengan lancar meski saya tetap susah tidur. Ternyata beneran di pesawat hidung saya jadi mampet, kuping budeg, dan kepala nyut-nyutan. Hatchi! Saya bertahan memakai masker demi keamanan.

Pagi itu mendarat di bandara LAX, antrean imigrasi mengular. Pertanyaan petugas imigrasi standar aja, paspor saya pun tidak dicap. Hal yang baru adalah begitu keluar bandara, langsung tercium bau ganja! Tak menyangka legalisasi ganja di AS ini langsung terasa bedanya. Selebihnya bandara LAX sama saja seperti sepuluh tahun yang lalu pas trip #TNTrtw.

Kami naik bus ke Union Station, lalu lanjut naik bus ke rumah Koh Jeff, abang ipar saya. Baru setengah jam, kami diturunin di jalan dan disuruh ganti bus, padahal nomor busnya sama. Lha, udah kayak di Ciledug! Kelaparan, kami makan siang murah dulu di Panda Express. Paket nasi dengan dua lauk harganya sekitar USD 10. Damn, jadinya hampir Rp 160 ribu! Selamat datang di Amerika!

Beberapa hari di LA, kami banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Selain karena cuaca drop dan hujan terus-menerus, sekalian beradaptasi dengan waktu baru yang berbeda 15 jam dengan WIB. Tak lupa makan makanan wajib di AS: In-N-Out Burger dan Popeyes.

In-N-Out Burger

Demi dapat tiket murah, kami beli tiket pesawat United ke Panama pas malam tahun baru dengan multi transit. Rutenya BUR (Los Angeles)-SFO (San Francisco)-IAH (Houston)-PTY (Panama City). Biarin lah muter-muter nggak karuan, toh kami nggak buru-buru. Hujan turun dengan deras, untungnya kami diantar Ci Aymei naik mobil. Berbeda dengan LAX, bandara BUR jauh lebih kecil jadi lebih nyaman.

Penerbangan pertama BUR-SFO turbulence parah. Dari jendela terlihat cuman gumpalan awan hitam pekat. Di SFO, seharusnya kami transit tiga jam untuk berangkat jam 23:55, namun kami dapat pemberitahuan bahwa pesawat mengalami delay karena cuaca buruk. Maksudnya mau melewati detik-detik tahun baru di udara, akhirnya pindah di ruang tunggu bandara. Tepat jam 00:00 saya dan Yasmin berteriak-teriak, “Happy New Year!” tapi orang-orang di bandara diam-diam saja. Oops… awkward!

Kami baru masuk pesawat sekitar jam 2:30 pagi. Baru saja duduk, tiba-tiba oxygen mask kuning itu mencelat keluar di atas deretan kursi tengah! Lagi-lagi pesawat terpaksa delay karena harus panggil teknisi untuk memperbaiki. Sungguh malam tahun baru yang istimewa bukan?

Saya tewas tertidur di penerbangan selama empat jam. Terbangun ketika mendengar pengumuman bahwa pesawat tidak bisa mendarat di Houston (IAH) karena visibility rendah sampai landasan tidak terlihat, sehingga pesawat di-divert ke Dallas (DFW)! Hah? Apa lagi ini?

Kami disuruh tinggal di dalam pesawat menunggu perubahan cuaca, tapi tunggu punya tunggu… total sudah tiga jam! Bayi-bayi udah nangis nggak karuan, penumpang udah berdiri dan jalan-jalan karena pegal. Akhirnya kami dijemput naik bus untuk turun ke bandara DFW dan disuruh tunggu di sana. Di bandara saya buru-buru melipir ke toilet untuk BAB. Begitu keluar… Lha, orang-orang pada ke mana? Tidak ada informasi harus ke gate nomor berapa, Yasmin entah di mana, dan bandara itu luas banget. Setelah tanya sana-sini, turun-naik escalator, naik kereta, barulah ketemu di gate E4.

Suasana ruang tunggu bandara udah kayak kapal pecah! Orang berjejal-jejal di konter, di kursi, di lantai. Saya pasrah ketinggalan connecting flight dan hotel di Panama City pun hangus. Kami disuruh menghubungi petugas di konter untuk ganti boarding pass, itu pun antre panjang saking banyaknya yang komplen. Maskapai menyediakan air putih kemasan dan camilan, itupun tandas. Laparrrr!

(ceritanya panjang banget, jadi bersambung ya!)

————-
P.S. Agar blog yang berusia 18 tahun ini bertahan secara independen dan supaya saya semangat menulisnya, silakan menyumbang “uang jajan” untuk saya di sini. Muchas gracias!

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 03, 2023 07:25

December 26, 2022

Perjalanan dari #TNTrtw ke #TNTamteng

Nggak terasa perjalanan 1 Year Round-the-World (atau disebut #TNTrtw) sudah lewat sepuluh tahun yang lalu! Pada 2012-2013, saya keliling dunia selama setahun nggak pulang-pulang dengan mengunjungi total 22 negara: mulai dari Rusia, Estonia, Lithuania, sampai Brasil, Peru, bahkan ke Jamaika dan Kuba. Saking serunya perjalanan tersebut, saya sampai menuliskannya di dua buku, yaitu The Naked Traveler, 1 Year Round-the-World Trip Part #1 dan Part #2.

Waktu itu saya jalan tidak sendiri, tapi bareng sahabat saya si Yasmin. Nah, sejak itu kami bertekad melakukan perjalanan jauh dan lama setiap sepuluh tahun sekali. Ya begitulah, kami sama-sama spouseless, parentless, dan childless, jadi duit mau diapain kalau nggak buat senang-senang sendiri kan? Eaaa! Eh, udah ngayal rencana macam-macam, apa daya pandemi melanda dunia! Tiga tahun yang bikin keuangan kacrut dan ketidakjelasan kapan dunia kembali normal, membuat kami mengubah rencana. But the show must go on!

Dengan pertimbangan keuangan, waktu, dan visa, akhirnya kami memutuskan untuk trip bareng lagi ke negara-negara di Amerika Tengah (disingkat #TNTamteng)! Kenapa? Karena dulu meski sudah hampir khatam Amerika Selatan, kami hanya sempat mengunjungi satu negara di Amerika Tengah, yaitu Guatemala (baca deh di buku #TNTrtw: bikin visanya drama banget!). Tanggung banget kan? Lagipula, kami ingin melancarkan Bahasa Spanyol lagi yang dulu susah payah dipelajari sambil jalan.

Adapun durasinya hanya traveling beberapa bulan aja (bukan setahun!). Kami akan berangkat besok pada 28 Desember 2022, biar bulan depannya dipasin perayaan ulang tahun kami yang sama-sama di bulan Januari. Uhuy! Keliling Amerika Tengah pada saat ini pun dipilih karena musimnya pas hangat jadi nggak ribet bawa gembolan baju winter.

Sepuluh tahun ternyata mengubah banyak hal. Utamanya karena kami sudah semakin tua! “Faktor U” inilah yang membuat kami akan bawa koper, bukan ransel lagi. Perubahan teknologi juga menambah pressure pada perjalanan kami. Contohnya, dulu Instagram isinya foto suka-suka, sekarang ada Story dan Reel yang kudu update. Di sisi lain, sekarang buku panduan Lonely Planet sudah dalam bentuk PDF jadi nggak berat bawanya. Plus, Google Maps sudah mumpuni jadi semoga bikin berkurang nyasarnya.

Peraturan visa sekarang memang telah berubah: ada beberapa negara di Amerika Tengah yang bebas visa asal punya visa Amerika Serikat atau Schengen. Namun ternyata tidak semudah itu, Ferguso! Ada sebagian negara yang masih memasukkan Indonesia ke dalam “Kategori C” bareng Afghanistan, Irak, Eritrea, Korut, dan negara-negara nggak jelas lainnya. Huh! Artinya, kami tetap harus apply visa! Syaratnya aja nggak masuk akal; harus vaksin yellow fever, harus bikin SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian), surat sehat, surat undangan, surat kerja, dll, dsb, yang semuanya harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Spanyol! Hadeuuuh!! Alhasil, sampai hari ini aja kami belum dapat sebagian visa! Lha, gimana dong? Ya liat ntar aja gimana!

Intinya, kami mohon doa dari teman-teman semua agar perjalanan kami lancar dan aman. Amin! Kalau kalian tinggal di kawasan tersebut dan bersedia ditebengin nginep, kami mau kok. Hehe! Anyway, ikuti terus perjalanan kami di blog ini, Instagram, Twitter, Facebook, YouTube, TikTok dengan hashtag #TNTamteng ya!
Wish us luck!

P.S. Agar blog yang berusia 17 tahun ini bertahan secara independen dan supaya saya semangat menulisnya, silakan menyumbang “uang jajan” untuk saya di sini. Bisa juga buat jajan di #TNTamteng lho! Muchas gracias!

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 26, 2022 19:43

November 30, 2022

Jadi (Satu-Satunya Orang Indonesia) Pembicara di TBEX Asia 2022!

TBEX (Travel Blogger Exchange) awalnya didirikan oleh sekumpulan travel blogger di Amerika Serikat pada 2009. Lama-lama berkembang menjadi ajang pertemuan dunia antar travel content creator, pelaku industri pariwisata, dan brand. Tujuannya berjejaring, mempelajari tren dan strategi terbaru dari satu sama lain dan para ahli terkemuka di dunia.

TBEX diselenggarakan secara reguler setiap tahun dan dibagi berdasarkan kawasan, seperti TBEX North America, TBEX Europe, dan TBEX Asia. Setelah tiga tahun vakum, TBEX Asia diadakan di Thailand tahun ini yang di-host oleh Tourism Thailand. Saya diundang menjadi pembicara di TBEX Asia 2022 yang diadakan di Angsana Laguna, Phuket, pada 15-18 November 2022.

Ratusan peserta dari berbagai belahan dunia mengikuti konferensi yang dibagi berbagai sesi sesuai tema, antara lain partnership, business model, SEO (Search Engine Optimization), social media, dan online content. Lalu ada acara Speed Networking yang mempertemukan para creator dan perusahaan pariwisata/brand, serta Meet the Expert bagi peserta mau bertanya langsung ke ahlinya. Semuanya tentu termasuk makan siang dan coffee break.

Sesuai dengan keahlian, saya jadi pembicara di sesi online content dengan judul Essential Travel Writing Techniques for Storytelling. Agak grogi juga udah lama ga jadi pembicara pake bahasa Inggris di forum internasional offline, tapi ternyata feedback dari peserta oke banget! Mereka aktif mencatat dan bertanya. Apalagi mereka kagum ada travel blogger yang kisah hidupnya difilmkan! Hehe!

Travel Writing session. (Photo by Jason Rupp)

Saya juga menghadiri beberapa sesi untuk belajar hal baru dan dikasih meja khusus untuk sesi Meet the Expert. Entah harus sedih atau bangga, saya satu-satunya orang Indonesia di acara sebesar itu! Untungnya ada beberapa teman yang pernah trip bareng di berbagai negara sebelumnya dan berkenalan dengan banyak teman baru yang likeminded, jadi asyik aja main bareng. Tapi kadang saya butuh me time juga. Begitu ada break, saya “kabur” sebentar ke hotel tempat menginap para pembicara di Banyan Tree untuk boci (bobo ciang)! 🙂

Sesi terakhir saya adalah Closing Keynote berjudul Travel Content Creation After the Pandemic bersama creator Singapura dan Filipina. Mereka anak muda yang sangat bersemangat memberikan kiat mengembangkan bisnis. Sementara saya intinya bilang begini, “It is okay to grow your business, but it is okay too if you still want to take a nap like I do!” Langsung saya dapat standing applause dari peserta segedung! Hahaha!

Closing Keynote with Anton, Yosh, and Hendric. (Photo by Therine)

Asyiknya, setiap malam ada party yang di-host bergantian oleh Centara, Andamanda Water Park, Aquaria Phuket, dan Intercontinental Phuket. Makanannya enak dan berlimpah, hiburannya ga kaleng-kaleng (termasuk ladyboys’ sexy dance!), plus… alkohol unlimited! Lumayan untuk mencairkan suasana.

O ya, konferensi sebenarnya hanya dua hari penuh, tapi sebelum dan setelahnya diadakan fam trip (familiarization trip) ke berbagai destinasi di Thailand yang dapat dipilih peserta. Saya memilih destinasi serba pantai, yaitu ke Racha Island dan provinsi Phang Nga. Trip ini enak bener sih karena kami benar-benar dimanja dengan hotel mewah dan tempat indah! Liat aja di Instagram Reels @trinitytraveler. Pinter juga Tourism Thailand ini: bayangkan, ada ratusan orang yang mempromosikan pariwisata Thailand dengan senang hati. Salut deh sama pemerintahnya!

Fam trip in Similan Islands.

Hasil pengamatan saya dari TBEX Asia 2022 begini;

Meski travel blog di Indonesia sudah menurun karena tergantikan medsos, namun di Amerika dan Eropa masih hits. Majalah travel aja masih laku. Mungkin karena bangsanya masih suka membaca.Peserta travel blogger Amerika dan Eropa ini mayoritas berusia 50 tahun, mereka aktif ngeblog sejak awal 2000-an. Yang menarik, banyak yang baru mulai ngeblog setelah anak-anaknya yang berusia 18 tahun keluar rumah sehingga mereka punya banyak waktu untuk jalan-jalan dan ngeblog.Sebaliknya, travel blogger Asia masih muda-muda. Mereka mengembangkan semua kanal medsos, bahkan mengelola beberapa blog, karena benar-benar serius berbisnis. Sebagian malah bikin perusahaan agency digital dan punya pegawai sampai selusin orang.Tren konten travel selanjutnya adalah video sangat pendek, jadi harus bikin orang tertarik menonton pada 2 detik pertama!

Duh, gawat! Saya masih suka menulis blog padahal udah jarang dibaca, sementara medsos saya gitu-gitu aja. Jadi saya harus gimana dong ya?
*brb, boci dulu*

P.S. Agar blog yang berusia 17 tahun ini bertahan secara independen dan supaya saya semangat menulisnya, silakan menyumbang “uang jajan” untuk saya di sini. Terima kasih.

1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 30, 2022 08:26

Trinity's Blog

Trinity
Trinity isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Trinity's blog with rss.