Skylashtar Maryam's Blog: Mimpi dan Ilusi, page 7

November 29, 2015

Supernova: Virus yang Menginfeksi Banyak Kepala



"Saya bukan Guru. Anda bukan Murid.Saya hanya pembeber fakta.Perunut jaring laba-laba...."

(Supernova: KPBJ, Dee Lestari)

Usianya 18 tahun ketika untuk pertama kalinya dia datang ke sebuah pameran buku tanpa bekal apa-apa. Uang di sakunya hanya tersisa seribu rupiah, hanya cukup untuk ongkos pulang sekolah. Ia tidak pernah membeli buku selain buku pelajaran sekolah, bukan karena tidak ingin, tapi karena memang tidak memiliki uang. Baginya, perpustakaan sekolah adalah kuil, tempat suci yang membuatnya duduk berjam-jam untuk membaca Majalah Horison. Kartu perpustakaannya penuh, bukan hanya berisi daftar buku pelajaran yang ia pinjam, tapi juga novel-novel yang kelak menjadikannya seperti sekarang. 

"Kuil suci" lainnya adalah Toko Buku Gramedia di Jalan Merdeka, Bandung. Karena sekolahnya berdekatan, seminggu sekali ia datang ke sana, bukan untuk membeli, tapi untuk membaca buku yang plastiknya sudah terbuka. Saat itu ia hanya memandang dan menyentuh buku-buku di rak, bertekad bahwa suatu saat akan membawa pulang beberapa. 

Di pameran itulah ia bertemu dengan buku yang akan mengubah isi kepalanya, mengubah cara pandangnya terhadap hidup. 

"Edisi fotokopi", begitu buku itu dilabeli. Dibandrol dengan harga semurah mungkin agar para mahasiswa dan pelajar masih bisa membeli. Tapi, baginya buku itu masih terlalu mahal, akan menggerus nyaris seluruh uang saku mingguannya. Maka ia hanya membaca blurb di sampul belakang, membaca beberapa lembar secara acak, lalu pulang ke rumah dengan hati yang patah.

Sepanjang akhir pekan ia sudah merengek kepada ibunya, meminta uang saku lebih agar ia bisa membeli buku, sayangnya rengekannya tidak bertemu kenyataan. Ia hanya diberi kalimat yang kelak akan terus ia ingat, "Untuk apa beli buku? Buku tidak bisa menghasilkan uang."

Namun gadis itu begitu keras kepala, di hari Senin, sepulang sekolah ia datang lagi ke pameran dan membeli buku yang ia inginkan meski ia tahu bahwa seminggu ke depan artinya ia harus siap berjalan kaki dari rumah ke sekolah. Sarijadi-Wastukencana, bukan jarak yang dekat. Buku itu ia bawa pulang, menjadikannya semacam "kitab suci", buku yang dibeli dengan penuh perjuangan. Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (KPBJ)

Buku itu ia baca berkali-kali, menuliskan penggalan-penggalan puisinya di buku harian, main kucing-kucingan dengan ibunya yang entah kenapa selalu berang ketika melihat ia membaca. 

Ketika hari tak begitu terik, ia akan duduk di loteng untuk membaca, berdesakan dengan jemuran dan omelan ibunya dari lantai bawah. Buku itu juga ia baca ketika jam istirahat sekolah sambil menyantap bekal yang ia bawa dari rumah. Tidak, ia tidak jajan, uangnya sudah habis di awal minggu.


*
Waktu lesat layaknya peluru, takdir membawa perempuan itu ke berbagai stasi. Kepada kehidupan sebagai perempuan dewasa. Ia menikah, memiliki anak, bekerja, bercerai, meniti karier sebagai penulis, jadi korban KDRT, dan banyak lagi peristiwa yang berjejalan di setapak kehidupannya. 

Ia lupa tentang buku yang pernah dibelinya dengan penuh perjuangan, buku yang berakhir entah di mana karena ia pinjamkan kepada teman yang tengah berada di penjara. Tapi ada satu tokoh yang diam-diam menginfeksi seperti serotonin yang mengendap dalam darahnya: Supernova atau Diva Anastasia.

Antara sadar dan tidak, ia menjadi Diva Anastasia. Berbicara seperti Diva, menulis seperti Diva, bersikap seperti Diva, dan berpikir seperti Diva. 

Sebelum ia membaca buku itu ia sering kali mengeluh tentang ejekan yang dilarungkan teman-temannya. Ejekan yang berkaitan dengan fisik. Ia sering kali dikatai hitam, jelek, berbibil tebal, dan ejekan-ejekan lain yang bisa membuat hati perempuan mana pun patah. Namun Diva menjadikan ia tak peduli lagi dengan ejekan-ejekan itu. Ia tumbuh menjadi perempuan dewasa yang menganggap tubuh sebagai kendaraan untuk menghadapi hidup. Baginya, perempuan cantik bukan perempuan yang sesuai dengan anggapan setiap orang. Perempuan cantik adalah perempuan yang percaya diri, yang tahu bahwa dirinya cantik, tak peduli raungan orang-orang di luar sana.

Ia juga berbicara seperti Diva, menjadikan kata-kata sebagai "senjata". Teman-teman dan pasangannya mengenal ia sebagai perempuan bermulut sadis dan bengis, tapi mereka juga tahu bahwa yang ia sampaikan adalah kebenaran, betapapun menyakitkan. Meskipun begitu, tidak sedikit yang menganggap ia sebagai teman yang menyenangkan untuk diajak berbincang tentang apa saja. Teman yang membuat orang lain rela datang ke sekretariat komunitas tempatnya dulu tinggal, yang membuat orang lain rela datang dari luar kota hanya untuk ngobrol dan ngopi. 

Ia bersikap seperti Diva. Bengis di satu sisi, tapi selalu berusaha menjadi manusia paling baik di sisi yang lain. Ia tidak punya penghasilan bertarif dollar, tapi tidak pernah menolak jika ada orang yang membutuhkan pertolongan, materi maupun non materi. 

Ia membaca seperti Diva, mereguk ilmu dari mana saja, membaca nyaris semua berita dan duduk diam sebagai pengamat. Arus informasi baginya adalah bifurkasi yang membawa dia kepada pemahaman demi pemahaman. Ia tidak hanyut, sebab ia menempatkan diri sebagai perunut. 

Ia berpikir seperti Diva. Berusaha menjadi manusia yang benar-benar hidup, bukan hanya manekin yang disetir pendulum bernama waktu. Ia tahu risiko apa pun dari setiap keputusan yang ia ambil. Menjadi tuan atas dirinya sendiri, bukan hanya gerigi dari sebuah sistem. 

Ia menulis seperti Diva, seperti Supernova. Tanpa ia sadari, kata-kata yang ia tuliskan menjadi mantra sekaligus bisa. Obat sekaligus racun yang menginfeksi para pembacanya. Mendetoksifikasi benak orang-orang. "Cyber Psychologists", banyak orang yang menjulukinya demikian ketika tulisan-tulisannya tentang KDRT dan dunia perempuan disuguhkan. Jika Supernova menjadi virus di mailing list, ia menjadi virus di Facebook dan blog. Jika Supernova hadir sebagai sosok yang anonim, ia dan peristiwa-perisitiwa dalam hidupnya justru berada di panggung, menginfeksi orang-orang secara langsung.

Tak jarang, inbox Facebooknya dipenuhi para perempuan yang sedang berusaha meminjam kekuatan. Tidak, ia tidak pernah memberikan saran atau solusi, yang ia berikan justru cermin. Meminta kepada mereka yang bertanya untuk berkaca, yang ia lakukan hanya memandu.

*
Hari ini, empat belas tahun sejak ia membaca Supernova: KPBJ, ia tak lagi harus menyisihkan uang saku untuk membeli buku. Ia bisa membeli buku apa pun yang ia inginkan. Gramedia di Jalan Merdeka masih menjadi kuil suci yang ia datangi sebulan sekali. Tidak, kali ini ia tidak hanya datang untuk membaca lalu pulang, ia datang untuk memilih buku dan membelinya. Kadang satu, kadang dua, lebih sering setengah honornya habis di sana. Tapi ia tidak menyesal, "Balas dendam terhadap kemiskinan," begitu ia menyebutnya. Ia juga tak harus mendengar racauan Ibu sebab ia sudah bisa membuktikan bahwa membaca jelas bisa mendatangkan uang. 

Hari ini, empat belas tahun sejak antara sadar dan tidak ada Diva yang menginfeksi isi kepalanya, tokoh novel itu sudah membentuk karakter perempuan ini. Ia menjadi perempuan yang tahu bagaimana cara menjalani hidup. Perempuan yang tahu bagaimana caranya menjadi manusia. Sebenar-benar manusia.

Hari ini, empat belas tahun sejak pertemuannya dengan sebuah buku, ia masih saja takjub tentang bagaimana seorang tokoh di dalam novel bisa mengubah hidup seseorang. 

Hari ini, gadis itu sudah menjadi seorang perempuan dewasa berusia 32 tahun, seorang penulis. Takdir membawanya ke Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2013, dan coba tebak siapa salah satu jurinya? Tak lain adalah penulis buku yang ia jadikan "kitab suci", pencipta Diva Anastasia: Dee Lestari.

Hari ini, perempuan itu sudah siap menginfeksi benak banyak orang dengan tulisan-tulisannya. 

Perempuan itu ... saya.

~eL

     



         
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 29, 2015 22:38

November 26, 2015

Tuhan di Perut Orang-Orang Lapar



"Punten, Neng. Bapak mau mengganggu sebentar." 
Seseorang menyapa dengan suara bergetar ketika saya sedang berada di warung makan, menyantap makan siang dengan menu yang nyaris sama setiap harinya: telur dadar dengan dua jenis sayuran. 
Saya menoleh, mendapati lelaki berusia sekitar 60 tahun dengan wajah keriput dan bibir pecah-pecah. Kemeja putih lusuh, celana katun biasa, dan sandal karet khas orang tua. 
"Iya, Pak?" saya menghentikan suapan.

"Bapak dari Tasik, mau ke Cipageran. Tapi kehabisan ongkos, ini juga jalan kaki dari Stasiun," jelasnya.

Ah, ini dia, pikir saya. Penipuan yang lain lagi. Tapi saya menahan diri, siap mendengarkan cerita pilu beragam versi. "Apa yang bisa saya bantu, Pak?"

"Bapak boleh minta makan?" ia kembali mengeluarkan suara. Terdengar lapar.

Bukan uang? Bukan ongkos yang diminta dengan paksaan? Modus seperti ini sudah sering saya temui di jalanan. Orang-orang, tua dan muda, dengan berbagai cerita yang dibuat semalang mungkin. Berpura-pura kehabisan ongkos hanya untuk meminta uang, lebih sering secara paksa. Orang-orang seperti ini, yang menjual kemalangan hanya untuk mendulang rasa kasihan, selalu membuat saya muak. Tapi lelaki di depan saya ini berbeda, dia tidak meminta uang, dia hanya meminta makan.   
"Neng ...," suaranya kembali terdengar. 
Saya tertegun sebentar kemudian kembali sadar, mungkin ia tidak sedang main-main atau mencari korban. "Oh boleh," saya berdiri. "Bapak mau makan di mana? Di sini aja atuh."

"Dibungkus aja, Neng. Maaf merepotkan," katanya sambil keluar warung dan duduk di pinggir jalan.

Gegas, saya meminta pemilik warung untuk membungkuskan nasi rames. Ayam goreng, dua jenis sayuran, dan kerupuk, lengkap dengan air minum. Saya menyerahkan bungkusan itu, dia berterima kasih dan menyalami tangan saya. Lalu saya kembali ke dalam dan melanjutkan makan.

Selama makan, kepala saya berisi banyak hal: kisah, persangkaan, dan pertanyaan. Saya bahkan menyangka bahwa lelaki tua itu adalah talent sebuah reality show sehingga dengan konyol saya menunggu serbuan kamera dan pembawa acara yang akan bertanya, "Kenapa Mbak menolong bapak tadi?". Lalu saya akan diberi hadiah berjuta-juta, masuk televisi, dan dikatai sebagai orang baik dan penolong. Syukurnya, hal itu tidak terjadi. 
Sebuah pertanyaan lain juga mengusik. "Bagaimana kalau ternyata lelaki itu tak lebih dari sekadar penipu?" Saya meletakkan sendok, berhenti makan sebentar untuk menghela napas panjang. Pertanyaan seperti ini kerap kali hinggap di benak orang-orang ketika menolong orang yang tidak dikenal, pertanyaan yang juga hinggap di kepala saya. 
Untuk menjawab pertanyaan yang mengusik itu, saya menatap makanan di atas meja. Makanan berat pertama yang saya temui setelah dua hari tidak menyantap nasi. Puasa? Diet? Bukan, itu karena memang baru hari itulah saya sanggup membeli nasi. Uang saya habis dua hari sebelumnya, dipakai untuk membeli popok, susu, dan persediaan MPASI Aksa. Hari itu saya bisa makan karena meminjam uang dari Ibu Kos. 
Jadi, saya mengajukan pertanyaan yang berbeda, "Chan, bagaimana rasanya lapar?". Saya tahu, pertanyaan itu tidak perlu dijawab, juga pertanyaan sebelumnya. Kemudian saya tahu bahwa sebuah kebaikan hanya urusan saya dengan Tuhan, bukan dengan orang yang saya tolong. Saya tak peduli lagi apakah lelaki tua itu hanya penipu atau memang betul-betul orang lapar yang sedang membutuhkan pertolongan. Kebaikan akan tetap dicatat sebagai kebaikan. 
Ketika makanan di piring saya tinggal sisa sepertiganya, saya teringat Jupiter dan Mercury yang datang ke Phrygian. Kedua dewa itu menyamar sebagai pengemis, berpura-pura meminta pertolongan dari penduduk Phrygian hanya untuk menguji kebaikan mereka. Bersenang-senang a la dewa. Dengan senyum konyol saya meneruskan makan, setidaknya saya sudah mencegah Cimahi disulap jadi danau oleh dewa yang kesal dan kurang kerjaan. 
*
Saat saya keluar dari warung makan, lelaki tua itu sudah tidak ada. Mungkin pergi ke tempat lain, mungkin sedang berjalan kaki ke Cipageran seperti yang dikatakannya. 
Di saku saya masih tersisa uang Rp57 ribu, maka saya mampir ke minimarket untuk membeli susu Aksa karena susu yang saya beli dua hari sebelumnya nyaris habis. Sekotak susu, 3 bungkus mi instan untuk persediaan, dan kopi. Uang 100 ribu yang saya pinjam dari Ibu Kos habis seketika, hanya tersisa 3 ribu rupiah. 
"Sialan, cepet banget duit abis," saya memasukkan dua lembar uang kembalian ke saku celana. 
Tidak, kalimat itu bukan gerutuan sebab saya mengatakannya sambil tersenyum, meski getir. Saya sudah sering berada di situasi seperti itu, satu atau dua hari tidak makan tidak akan membuat saya mati. 
Sesampainya di kamar kos, sudah banyak notifikasi di Facebook. Saya memang meninggalkan netbook dalam keadaan menyala, kebiasaan jelek yang tidak disarankan. Oh ya, mungkin yang baru mengenal saya bertanya-tanya, di mana Aksa? Aksa masih ada di rumah pengasuhnya. Setiap hari dari pukul 8 sampai 5 sore dia dititipkan agar saya bisa bekerja.
Coba tebak, notifikasi apa yang saya dapatkan? Satu, inbox dari seseorang yang menawarkan pekerjaan sebagai content writer. Kedua, tagging dari Mak Winda yang mengabarkan bahwa saya jadi juara II lomba SMESCO. Saya berseru gembira, tapi kemudian teringat sesuatu: lelaki yang saya beri makan beberapa saat sebelumnya.

Euforia kemenangan terhenti saat itu juga. Saya duduk di depan netbook dengan mata menerawang selama beberapa detik, mengingat kembali Baucius dan Philemon yang menjadi penunggu kuil Dewa Jupiter atas kebaikan mereka menjamu Jupiter dan Mercury ketika penduduk Phrygian yang lain justru tak peduli. Di detik berikutnya saya justru tertawa, terpingkal-pingkal sampai perut saya pegal. Bersyukur karena lelaki tua itu bukan Jupiter sehingga saya tak harus jadi penunggu kuil dalam bentuk pohon ek atau pohon linden.    
Pada saat yang sama, ada gema suara-suara di dalam kepala saya. Suara yang mengatakan bahwa kebaikan sebesar biji zarah pun akan dibalas dengan kebaikan berkali lipat. Suara yang mengatakan bahwa berbagi ketika kita lapang adalah hal besar, tetapi berbagi ketika kita berada di dalam kesempitan adalah hal yang jauh lebih besar. 
Kejadian hari itu sekaligus meneguhkan kembali hubungan saya dengan Tuhan, zat yang tidak pernah pergi meski saya sering kali berlari. Kejadian seperti itu memang bukan kali pertama, tapi rasanya masih saja menghangatkan. Seakan-akan ada yang mengatakan, "Ketika kau menitipkan diri dan anak-anakmu kepadaKu, kau tidak akan pernah kekurangan."
Hari itu, insiden yang dimulai dengan sebungkus nasi rames berakhir dengan saya yang menatap langit-langit kamar sambil bergumam, "Tuhan, aku tahu Engkau ada. Tuhan, terima kasih karena selalu menjaga. Tuhan ...."
Cimahi, 27 November 2015~eL

Tulisan ini diikutsertakan pada Monilando's Giveaway : Spread The Good Story

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 26, 2015 22:05

[TIP] 11 Mantra untuk Memenangkan Lomba Blog


Setiap penulis adalah penyihir, kata-kata adalah mantra yang digaungkan kepada semesta. 
~eL
Sering ada yang bertanya, mengapa saya semangat sekali ikut lomba blog. Beberapa hanya penasaran, beberapa ingin ikut merasakan kesuksesan (ehem), beberapa ada yang menganggap saya sebagai bounty hunter. Saya tahu, apa pun yang kita lakukan tidak akan selalu mendapatkan apresiasi positif, akan selalu ada orang-orang yang merasa keberatan. Tapi memang begitulah kehidupan bersosial, kita tidak akan bisa lepas dari anggapan orang-orang.
Pertanyaan itu kemudian berkembang kepada apa saja yang saya dapatkan dari lomba blog. Kepuasan, itu jawaban yang bisa saya berikan. Saya orang yang kompetitif, selalu mencari sparring partnerketika berkarya. Sebab menurut saya, kita tidak akan bisa mengukur kemajuan atau kualitas karya jika tidak memiliki perbandingan. Ikut lomba adalah salah satu cara saya untuk mengasah kemampuan.

Materi? Itu hanya kompensasi akhir. Tapi kalau Anda tetap ingin tahu, sejak ikut lomba blog saya sudah mendapatkan cukup banyak. Saya masih ingat, pernah mendapatkan hadiah uang tunai dari mulai Rp250 ribu sampai Rp5 juta. Produk? Voucher belanja, buku, sepatu, smartphone, dan yang terakhir kamera mirrorless.
Pertanyaan ketiga, ini yang paling sering diajukan, adalah bagaimana cara memenangkan lomba. Well, saya tidak selalu menang lomba, tapi bolehlah memberikan sedikit tip.

1. Tema
Ini yang sering saya katakan: pilihlah tema yang Anda kuasai dan atau minati. Misalnya, sekarang kan sedang ada lomba "Samsung Galaxy Gift Indonesia Experience Blog Competition". Temanya adalah “Samsung Galaxy Gift Indonesia”, ini tentang pengalaman Anda ketika menggunakan aplikasi tersebut.Sebelum ikut, pastikan bahwa tema tersebut Anda kuasai atau minati. Meski saya yakin bahwa para blogger sudah familiar dengan aplikasi dan merek gadget yang satu ini. Jika temanya sesuai, silakan ikut. Jika tidak saya sarankan jangan. Kenapa ini penting? Karena sebuah tulisan yang berbobot adalah yang diberi “nyawa” oleh penulisnya. Sebab pembaca dan juri yang peka akan bisa merasakan apakah si penulis menuliskan postingannya dengan senang hati atau dengan rasa depresi.Kita juga harus cermat menginterpretasikan tema sebuah lomba, menangkap maksud penyelenggara dengan benar. Saya pernah ikut lomba blog dengan tema A, tulisan saya banyak diapresasi, tapi tidak menang karena saya salah menafsirkan tema.  
2. Hadiah
Bukan masalah nominal, hanya masalah kesesuaian. Seimbangkan hadiah lomba dengan effort yang harus Anda keluarkan. Coba perhatikan S&K lomba, lalu tanyakan kepada diri Anda sendiri apakah usaha yang Anda lakukan akan “terbayar” dengan kompensasi yang diberikan.Saya tidak akan menyebutkan contoh lomba yang hadiahnya tidak sesuai, takut banyak yang tersinggung. Saya hanya akan memberikan contoh hadiah yang seimbang seperti lomba yang saya menangkan beberapa hari lalu. Nah, lomba yang saya sebutkan di poin pertama ini hadiahnya Samsung Galaxy A8, harganya Rp6.299 juta. Cukup berharga untuk diperjuangkan, bukan?
3. DeadlinePerhatikan deadlinebaik-baik dan posting naskah lomba jauh sebelum deadline. Jangan seperti saya yang mengirimkan naskah lomba setengah jam sebelumnya. Ini penting untuk menghindari hambatan-hambatan teknis seperti email panitia penuh, koneksi Internet, anak yang tiba-tiba rewel, atau hal lain. Lagi pula, jika Anda tidak memiliki kemampuan untuk menulis di bawah tekanan, sebaiknya naskah ditulis jauh-jauh hari. Mari saya jelaskan keuntungan menulis naskah jauh sebelum deadline:Anda memiliki waktu untuk melakukan riset.Anda memiliki waktu untuk blog walking, mengukur kekuatan lawan dan mencari sudut pandang tulisan yang lebih unik.Tulisan yang dibuat terburu-buru biasanya kualitasnya tidak maksimal.Anda memiliki waktu untuk mengedit.Anda memiliki waktu untuk melengkapi postingan dengan elemen-elemen pendukung seperti infografis, foto, dan lain-lain.
4. RisetUntuk menulis sebuah postingan lomba, paling sedikit saya membaca tiga website sebagai bahan referensi. Untuk tulisan yang lebih “berat”, saya membaca buku-buku rujukan. Selain riset referensi, juga riset kelengkapan lomba. Misalnya, aplikasi yang harus diunduh terlebih dahulu, foto-foto pendukung, dan lain sebagainya.    
Ada beberapa jenis riset yang sering saya lakukan sebelum menulis sebuah postingan untuk lomba:Riset pustaka. Untuk mencari bahan tulisan dan rujukan.Riset lapangan. Tidak semua tulisan memerlukan riset lapangan. Tapi jika dirasa riset pustaka yang saya lakukan belum cukup, saya akan melakukan riset lapangan, termasuk wawancara.Riset testimoni. Ada beberapa lomba dengan tema menceritakan pengalaman, tentu saya harus mencobanya. Misalnya, pengalaman menggunakan aplikasi, saya akan mengunduh aplikasi tersebut dan mengoperasikannya. Kalau tema yang diminta tidak memungkinkan saya untuk melakukan riset, saya biasanya pass. Misalnya, pengalaman berkunjung ke objek wisata tertentu yang berada di Kepulauan Karimun. Karena saya tidak pernah ke sana dan tidak mungkin untuk pergi ke sana dalam waktu dekat, lebih baik saya lewatkan. Melewatkan kesempatan? Bukan, ini namanya menyesuaikan kemampuan.  Blog walking. Saya mempelajari tulisan-tulisan yang pernah memenangkan lomba blog. Membuat poin-poin kelebihan postingan tersebut.Riset penyelenggara. Setiap penyelenggara lomba memiliki semacam kriteria khusus yang tidak disebutkan. Contoh, lomba blog yang diadakan oleh sebuah majalah islami. Saya tidak bisa membuat naskah berisi adegan merokok atau mabuk-mabukan atau pacaran. Atau lomba blog yang diadakan oleh sebuah merek gadget, saya juga tidak bisa pamer kalimat-kalimat tauhid. Sebab ini pembahasan tentang teknologi, bukan tentang religi.
5. Sudut Pandang PenulisanAnda tahu tulisan juara lomba Samsung Galaxy Note 5? Coba baca di sini.  
6. Teknik Penulisan & Kerapian Postingan
Hal ini sudah sering saya singgung. Ada ribuan blogger di Indonesia, siapa yang terus-menerus semangat untuk belajar dialah yang akan bertahan. Anda tidak bisa abai begitu saja terhadap teknik-teknik dasar EYD. Untuk menjadi blogger berkualitas memang dibutuhkan usaha keras. Dan tolong, rapikan tampilan postingan Anda. Pengunjung blog dan juri membacanya di layar, bantu mata mereka, jangan sajikan postingan yang pabalatak.  "Tapi kan ada pemenang lomba blog yang teknik penulisannya pabalatak, tanda baca berderet-deret, banyak salah eja, typo, bahkan tidak bisa membedakan cara penulisan kata depan dan imbuhan." Iya, memang ada yang seperti itu. Lalu? Ya nggak lalu-lalu, kalau Anda lebih suka menyajikan tulisan serampangan, ya silakan. Tidak usah repot-repot belajar teknik segala.   
7. Baca S&K dengan Saksama
Tulisan yang diikutkan lomba, sebagus apa pun itu, jika tidak memenuhi syarat dan ketentuan, tidak akan bisa memenangkan perlombaan. Tolong baca setiap poin syarat dan ketentuan lomba dengan saksama. Sebelum posting, periksa kembali apakah tulisan Anda sudah memenuhi S&K baik jumlah kata, keywoard, backlink, dan lain-lain. Setelah posting, juga baca kembali S&K, pastikan Anda melakukan apa yang diminta. Misalnya, membagikan link ke media sosial, mengisi formulir pendaftaran, mengirimkan naskah lomba dan link via email, dan lain-lain.
8. Lengkapi Naskah dengan Elemen Pendukung
Foto, ilustrasi, infografis, diagram, video, atau elemen lain yang bisa mendukung penilaian. Memang, penilaian utama tetap pada kualitas tulisan, but believe me, elemen-elemen pendukung itu akan menjalankan fungsinya di luar perkiraan Anda.Apakah Anda harus jago membuat infografis? Tidak juga. Apakah harus bisa fotografi? Tidak selalu. Saran saya, pergunakan kekuatan apa pun yang Anda miliki dan berpikirlah kreatif.
9. Editing
Periksa kembali tulisan Anda sebelum diposting, minimal 3 kali. Saya sendiri melakukannya lebih dari 7 kali untuk setiap postingan, lomba ataupun bukan. Ada panitia lomba yang masih memaafkan satu atau dua salah eja dan typo, ada juga yang tight sampai disebutkan dalam S&K. Jangan mengambil risiko, edit naskah Anda sebaik dan seteliti mungkin.
10. Latihan
Tidak ada yang namanya bakat dalam menulis, yang ada hanyalah kerja keras dan latihan. Saya tahu ini bukan tip yang ingin Anda baca, tapi Anda harus tahu bahwa di dalam setiap bidang, orang-orang yang disebut ahli adalah mereka yang terus berlatih, bukan para pemalas yang hanya berdiam diri.  Kerahkan usaha semaksimal mungkin. Gunakan seluruh sumber daya yang Anda miliki. Misalnya, saya bisa sedikit-sedikit desain, maka postingan saya selalu dilengkapi dengan infografis. Atau kalau Anda pandai menggambar, bolehlah dilengkapi dengan sketsa.  
11. Berdoa
Ini juga bukan tip yang ingin Anda baca, sepertinya. Tapi percaya atau tidak, doa adalah usaha pamungkas yang saya lakukan. Supaya menang? Bukan, saya berdoa agar tulisan-tulisan saya bertemu takdirnya yang paling baik. Yang penting, saya sudah melakukan usaha semaksimal mungkin. Menang atau tidak, itu bukan urusan saya.
*Saya kira cukup 11 mantra dari saya. Sekarang saya mau menantang Anda untuk mengaplikasikan tip-tip yang sudah Anda baca. Di sini siapa yang memakai gadget Samsung? Sudah tahu kan kalau ada lomba "Samsung Galaxy Gift Indonesia Experience Blog Competition"? 

Sebelum menerima tantangan saya, ada beberapa kelengkapan yang ingin saya informasikan terlebih dahulu:
Anda bisa mengunduh aplikasi Samsung Gift Indonesia di sini.Daftar perangkat Samsung yang kompatibel untuk aplikasinya bisa dilihat di sini.Info lomba lengkap ada di sini.
Good luck. ~eL

  
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 26, 2015 07:24

November 24, 2015

[TIP] 7 Cara Kece Diet Alexa Rank


Sebelum Anda melanjutkan membaca, saya ingin meminta Anda agar mengabaikan judul postingan ini. Bukan, bukan karena judul tidak relevan dengan yang akan saya bahas, tapi karena saya agak tidak terbiasa membuat judul yang tidak puitis. Judul tersebut terpaksa saya pakai untuk kepentingan Google search. Please, pahami. 

Well, ini juga bukan tip dari pakar SEO atau pakan, eh, pakar lainnya. Ini hanya pengalaman saya menurunkan ranking Alexa yang tadinya 17 juta-an, jumlah yang lebih dari cukup untuk DP rumah, ke 500 ribuan dalam waktu 3 minggu. 

Ini yang saya lakukan:


1. Ganti DomainJika Anda sedang mempertimbangkan untuk ganti domain ke Top Level Domain (TLD), saya sarankan ganti domain terlebih dahulu sebelum diet Alexa. Apakah ini berpengaruh? Oh jelas. Ketika Anda klaim blog di Alexa, ranking yang tertera adalah ranking blog sebelum Anda ganti domain. Jika Anda menggantinya, itu artinya Anda harus klaim ulang karena penghitungan tidak dilakukan secara otomatis. 

Jika Anda klaim ulang, ranking Alexa tidak akan muncul saat itu juga. Dibutuhkan waktu beberapa lama sampai blog Anda terdeteksi kembali. Pahitnya sih 3 bulan. Tapi, sesuai saran yang diberikan oleh Teh Shinta Ries, domain TLD saya bisa terindeks kembali dalam waktu beberapa hari. 

Sialnya, ranking setelah klaim ulang bukanlah ranking semula, melainkan ranking yang jauh lebih besar. Jadi, terbayang kan bagaimana sakitnya kalau setelah diet mati-matian sampai ratusan ribu lalu ranking Anda kembali terlempar ke angka jutaan saat Anda ganti domain? 


2. Ganti TemplateJika template blog Anda agak-agak mengenaskan dan berniat untuk menggantinya, sebaiknya ganti terlebih dahulu sebelum melakukan diet ketat. Konon, ganti template blog juga berpengaruh. Alexa melakukan penghitungan dengan indikasi yang rumit, lebih rumit daripada how to balikan ke mantan. 

Jadi begini, sebelum ganti domain dan ganti template, ranking blog saya sekitar 13 juta. Setelah ganti template, terlempar ke angka yang lebih nista: 17 juta. 


3. Satu Akun G+Siapa di sini yang punya Gmail lebih dari satu? Menggunakan akun Gmail untuk akun yang berbeda akan menyebabkan lahirnya (((lahirnya))) beberapa akun G+. Nah, adanya beberapa akun G+ akan membuat para penggemar Anda bingung. Jadi Anda harus menentukan pilihan, yang mana yang akan digunakan. Saya sendiri terpaksa mengorbankan akun G+ yang follower-nya sudah lumayan lalu memulai kembali dengan akun yang baru sebab akun baru inilah yang lebih sering saya gunakan. 

Tidak apa-apa, jangan bersedih. Toh hidup memang perkara memilih dan mengorbankan.  


4. Update Blog Secara BerkalaNah, setelah Anda ganti template dan domain, mulailah melakukan diet ketat dengan memerhatikan pola makan dan asupan gizi yang tepat serta rajin berolah raga. 

Saya tidak menyarankan Anda membuat program "One Day One Post" karena selain menguras tenaga, juga akan membuat pembaca bosan jika topik yang Anda bahas tidak begitu menarik. Menurut saran yang diberikan kepada saya, update blog cukup seminggu 3 kali dengan kuantitas postingan 1000 kata. Nah lho, 1000 kata. Udah ngalah-ngalahin cerpen ini mah. Yang sabar ya, jadi blogger kekinian memang dibutuhkan ketabahan, kok. *pukpukpuk

Saya sendiri membuat postingan nyaris setiap hari. Minimal dua hari sekali. Rajin? Bukan, sedang mengejar deadline lomba aja, sih.

5. Buat Konten BerkualitasSaya yakin poin yang ini selalu dikatakan oleh para trainer. Ya memang, ini harga mati. Saya sendiri kurang paham apa kriteria konten berkualitas sebab selain unsur-unsur intrinsik penulisan, bagus atau tidaknya sebuah tulisan lebih tergantung kepada selera. Tapi percayalah, konten yang baik akan bertemu dengan takdirnya yang paling baik.


6. Naikkan TrafficTraffic adalah salah satu faktor yang memengaruhi penghitungan Alexa. Saya juga yakin bahwa poin ini sudah pernah dibahas oleh para pakar di bidangnya, jadi pembahasan saya hanya akan berdasarkan pengalaman.    

Untuk menaikkan traffic ke blog Anda, saya melakukan tiga cara:

Pikat pembaca baru     
Kita tidak bisa menafikan bahwa keyword dan judul yang ramah SEO akan terindeks oleh Google. Sebelum membuat postingan, biasanya saya mencari keyword di Google AdWords lalu sealamiah mungkin memasukkan keyword itu ke dalam postingan.  
Judul juga berpengaruh meski saya tidak menyarankan untuk membuat judul-judul membosankan seperti postingan ini. Tapi, sekali lagi, judul yang ramah SEO lebih disarankan. Tapi lagi, tolong jangan (maaf) melacurkan diri Anda dengan cara membuat judul postingan yang bombastis sampai-sampai sukar membedakannya dengan koran lampu merah. Menaikkan traffic tidak harus dilakukan dengan cara seputus asa itu.  
Memikat pembaca lama
Maksudnya begini, setiap blogger saya kira memiliki basis massanya masing-masing. Para pembaca setia yang jika Anda posting apa saja mereka pasti membaca. Jika Anda sudah memiliki basis massa tersendiri, usahakan agar basis massa itu bertahan bahkan bertambah. Bagaimana caranya? Kembali lagi, buat konten yang berkualitas. 
Memertahankan engagement memang tidak mudah, blog saya sendiri masih di kisaran 9:08 dengan bounce rate 23.90%. Lebih besar angka bounch rate artinya pembaca lebih lama di blog Anda, membaca dari satu postingan ke postingan lain. Semakin banyak postingan yang diakses artinya akan semakin baik ranking Alexa Anda. Begitu kira-kira, CMWII. 
Sedikit koreksian tentang bounce rate. Setelah mendapatkan wangsit dari --lagi-lagi-- Mbak Haya, ternyata semakin kecil bounce rate itu semakin bagus. Yang paling bagus itu 20%, jadi jadi jadi bounce rate blog saya sudah keren, dong. Aih, tersanjung. *kecup pengunjung atu-atu

Bagaimana caranya untuk memikat dan menaikkan bounch rate? Saya kira memasang widget "Related Post" di bawah postingan dan "Popular Posts" di sidebar adalah cara paling baik. Kalau Anda mau, bisa juga menambahkan widget "Recent Posts" dan "Recent Comment". FYI, kalau pembaca Anda bukan fans brutal, mereka tidak akan mau repot-repot menggunakan fitur "Search", mereka hanya akan membaca postingan yang tampak di layar mereka.
Blog Walking
Banyak teman banyak rezeki, banyak blog walking banyak job #eh. Dulu, sebelum ikut Fun Blogging, saya adalah blogger yang senang berkontemplasi dalam kesunyian. Blogger yang menulis postingan untuk sekadar curhat atau agar blog saya tidak di-banned oleh Google karena disangka kuburan. Nyaris tidak pernah mampir ke blog orang lain, apalagi berkomentar. Anda juga bisa melihat postingan-postingan saya sebelum bulan September. Ada berapa banyak komentar? Satu dua, itu pun tidak pernah saya balas. Sekarang sudah agak ramai sampai-sampai saya kewalahan menangani serbuan fans (yang ini Anda boleh tidak percaya).
 Biasanya, kalau deadline lomba sedang luang atau pekerjaan layout sudah kelar, saya selalu menyempatkan diri untuk BW. Silaturahmi dan komen-komen asyik lah. Apalagi kalau tulisan di blog orang lain itu bermanfaat, selain menambah ilmu juga bisa menambah teman. Syukur-syukur kalau dapat jodoh.   
7. Share-able & Follow-ableCoba bayangkan jika pembaca Anda merasa bahwa postingan Anda bermanfaat, mereka ingin membagikan itu kepada teman-teman di media sosial mereka, tapi ternyata postingan atau blog Anda tidak memiliki tombol "share". Apa yang akan mereka lakukan? Copas link secara manual? I don't think so. Kalau jadi saya, niat untuk membagikan akan hilang begitu saja. 
Dalam rangka diet ranking Alexa, setiap postingan selalu saya bagikan ke media sosial, juga menyediakan tombol berbagi. Ini sangat membantu traffic karena basis massa saya bukan di blogger, tapi di Facebook. 
Untuk mengoptimasi media sosial, Anda tak harus membagikan link secara membabi buta karena akan dikira spam lalu di-deindex oleh Google. Anda juga tidak harus tagging 100 orang teman setiap kali membagikan postingan karena itu mengesalkan. Cukup bagikan postingan dengan elegan. 
Ini yang saya lakukan setiap kali membagikan postingan ke media sosial:
Teaser
Setiap kali Anda membagikan postingan ke media sosial, Anda selalu membuat kata-kata pengantar, bukan? Nah, itu namanya teaser. Saya juga baru tahu istilah ini dari Mbak Haya Aliya Zaki.  
Teaser ini ibarat kalimat iklan yang akan memikat calon pembaca Anda. Saya sendiri membuat 3 teaser yang berbeda untuk 1 postingan, disesuaikan dengan ke mana saya membagikan postingan itu. Kalau di timeline Facebook pribadi, biasanya lebih provokatif, cenderung sangar dan liar *halah. Kalau di grup, agak-agak sopan dan persuasif karena jaga imej. Di G+ biasanya hanya menggunakan hastag. Di Twitter, dengan keterbatasan karakter, biasanya hanya judul, link, dan thumbnail
Apakah teaser yang menarik akan mendongkrak traffic secara langsung? Bisa iya, bisa juga tidak. Begini, mengingat minat baca masyarakat Indonesia yang begitu mengenaskan, jangankan membaca blog post, membaca buku saja yang jelas-jelas bermanfaat sulit, kok. Nasib paling baik yang bisa Anda terima paling-paling link Anda di-like tanpa dibaca. Kalaupun dibaca, memakai metode skimming 3 detik lalu pergi.  
Tanpa bermaksud merendahkan peran para pengunjung, pembaca, dan komentator di blog ini, tapi memang sulit membuat satu blog post yang setiap kalimatnya dibaca. Hanya Lelaki dari Masa Lalu yang bisa melakukannya dengan baik, saya kira.   

Thumbnail
Foto atau image memiliki fungsi yang sama: memikat pembaca. Itu sebabnya kenapa setiap postingan saya selalu memiliki paling sedikit 1 image agar ketika dibagikan akan tampil sebagai thumbail. Coba lihat dua contoh di bawah, yang mana yang menurut Anda lebih menarik?
Dengan thumbnail
Tanpa thumbail

...
Saya melakukan 7 cara di atas selama 3 minggu. Hasilnya, 587,847 global rank dan 4,902 di Indonesia dari 17 juta. Mungkin bagi orang lain bukan prestasi gemilang, tapi bagi saya yang mulai serius ngeblog sejak awal September 2015, ini adalah sebuah kemajuan pesat.


Oh ya, 1 tip lagi, tolong jangan percaya mitos-mitos seputar Alexa rank. Percayalah saja kepada Tuhan. 
Salam,
~eL  




 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 24, 2015 23:25

November 21, 2015

BNI Debit Online, All Merchants on Your Fingertips


Apa yang akan Anda lakukan jika pada suatu akhir pekan butuh hotel yang ramah bujet dengan segera tapi ternyata Anda tidak bisa booking karena tidak punya kartu kredit? Cari hotel lain? Mahal, uang Anda tidak cukup. Bayar tunai? Tidak bisa. Bayar memakai kartu debit? Juga tidak bisa. Itu yang terjadi dengan saya dua bulan lalu. 

Teman saya datang dari luar kota untuk hunting foto di Kebun Binatang Bandung. Dia menghubungi saya dan meminta bantuan untuk booking hotel dengan bujet sekian. Saat itu akhir pekan, pukul 2 siang. Saya mem-booking hotel untuk dia via aplikasi, tapi ketika akan melakukan pembayaran, kartu debit saya ditolak, sedangkan teman saya itu juga tidak memiliki kartu kredit. Ketika menghubungi customer service aplikasi yang bersangkutan, saya diberi solusi agar menggunakan Virtual Card Number (VCN) sebagai metode pembayaran alternatif. 

Well, karena saat itu akhir pekan dan bank sudah tutup, solusi alternatif yang ditawarkan jelas tidak akan berguna banyak. Sebetulnya saya tergoda untuk membiarkan teman saya itu tidur di masjid terdekat atau mencarikannya penginapan murah yang bisa bayar tunai. Tapi kasihan, juga. Lagi pula waktu itu saya punya motif pribadi: ingin numpang wifi. Hahahah. Jadilah saya tetap booking hotel melalui aplikasi, tapi melalui teman saya Jia Effendi yang kebetulan punya aplikasi sama dan punya kartu kredit. Sayangnya, harga yang harus dibayar sama mahalnya karena saya juga harus mengganti kredit yang dimiliki Jia. Ya, fair-fairan aja sih, Jia juga kan butuh usaha keras untuk mengumpulkan credit voucher-nya.     

Nah, ketika tahu bahwa BNI memiliki fitur BNI Debit Online yang bisa digunakan untuk pembayaran transaksi di merchant mana pun yang memiliki logo Master Card, betapa bahagianya saya. Ya siapa sih yang tidak menginginkan kemudahan? Karena tidak punya kartu kredit, tak jarang saya menahan diri sambil nelangsa karena tidak bisa membeli software, vektor, buku, atau produk lain yang saya butuhkan di Internet. Sejak bisa memakai VCN, sepertinya tugas saya ke depan bukan lagi menahan diri, tapi menahan isi rekening.

Sebelum saya bercerita mengenai pengalaman saya menggunakan BNI Debit Online, barangkali Anda ingin tahu apa sih VCN dan bagaimana cara apply-nya? Untuk lebih lengkapnya, silakan langsung ke BNI Debit Online.

Anda yang sudah punya SMS Banking bisa langsung menggunakan BNI Debit Online. Anda yang belum, bisa registrasi dahulu ke cabang BNI terdekat. Saran saya, lebih baik langsung mendatangi bank daripada registrasi via ATM karena pendaftaran via ATM hanya berlaku untuk transaksi non finansial, sedangkan VCN ini termasuk transaksi finansial.


...
KEGUNAAN BNI DEBIT ONLINEBNI Debit Online ini memiliki dua fungsi: 
Sebagai pengganti kartu debitSebagai metode pembayaran alternatif kartu kredit
BNI Debit Online bisa digunakan untuk:
Transaksi pembayaran di setiap merchant/website dalam negeri yang memiliki kerja sama dengan BNI Debit Online.Transaksi pembayaran di setiap merchant/website dalam negeri yang menyediakan pembayaran melalui kartu debit. Transaksi pembayaran di setiap merchant/website dalam negeri berlogo Master Card. Ada beberapa merchant yang tidak menyediakan pembayaran melalui kartu debit, dengan VCN, Anda tetap bisa melakukan transaksi meskipun merchant tersebut tidak memiliki kerja sama dengan BNI.Transaksi pembayaran di merchant/website luar negeri berlogo Master Card. Misalnya, Anda ingin membeli vektor dari Shutterstock, membeli sepatu di AlieExpress, atau sekadar "membelikan kopi" untuk para fotografer di Pixabay. Pakai dollar? Iya. Bagaimana caranya? Nanti ya saya jelaskan di bagian lain. 
BNI Debit Online dan VCN TIDAK BISA digunakan untuk:
Transaksi pembayaran yang bersifat periodik. Misalnya, pembelian aplikasi atau software yang sistem pembayarannya per bulan atau per tahun. Saya sudah pernah mencoba meng-upgrade Evernote dan Hootsuite ke premium menggunakan VCN, tapi ternyata tidak bisa.Transaksi pembayaran dengan sistem angsuran sebagaimana kartu kredit. Karena dana VCN berasal dari kartu debit, jadi jumlah dana yang bisa dibayarkan tergantung dari jumlah saldo kita.Tidak bisa digunakan untuk transaksi offline. Saya tidak tahu mengapa harus menuliskan poin ini mengingat nama fiturnya sendiri adalah Debit Online, tapi siapa tahu ada di antara Anda yang nekad untuk mencoba atau sekadar bertanya. ...PLUS & MINUSSaya tahu, yang namanya metode alternatif jelas tidak bisa menggantikan fungsi metode utamanya, begitu juga dengan BNI Debit Online ini. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan menurut pengalaman saya.


Plus1. Aman
Berbelanja memakai kartu kredit atau debit dengan menyebutkan nomor kartu berisiko terkena cyber fraud atau pencurian data melalui Internet. VCN aman karena yang kita masukkan bukan nomor kartu asli, melainkan nomor virtual.Nomor VCN hanya berlaku selama 2 jam. Jika dalam waktu 2 jam tidak terjadi transaksi, maka saldo Anda tidak akan berkurang. Nomor VCN hanya berlaku untuk 1 kali transaksi. Ini meminimalisasi risiko jika nomor VCN Anda diketahui oleh orang lain.  
2. Terkendali
Ketika meminta VCN, Anda juga diminta untuk menyebutkan nominal yang akan dibelanjakan. Saldo yang akan terpotong bukan nominal yang kita minta melainkan sesuai dengan nominal belanja.

3. Berbagi
Nomor VCN juga bisa dihibahkan. Maksudnya, jika ada teman atau saudara yang sedang berbelanja online tapi kebetulan tidak memiliki saldo atau tidak memiliki rekening, nomor VCN Anda bisa digunakan. Tentu saja saldo yang akan terpotong adalah saldo di rekening Anda. Mengapa bisa begini? Karena ketika berbelanja online, nama dan alamat tagihan tidak harus sama dengan nama dan alamat pengiriman. Jadi meskipun misalnya teman Anda berbelanja dengan akun sendiri dan dikirim ke alamatnya, pembayaran masih bisa dengan VCN Anda. 

4. Hemat
Ada beberapa merchant yang tidak memiliki rekening BNI, itu artinya Anda akan dikenai biaya transfer antar bank jika melakukan metode pembayaran via transfer. Sepanjang merchant tersebut berlogo Master Card, Anda bisa menggunakan VCN dan bebas dari biaya transfer antar bank. Biaya tambahan yang harus dikeluarkan hanya SMS yang disesuaikan dengan tarif operator masing-masing. 

Bagaimana jika merchant tersebut tidak menerima pembayaran Master Card? Itu artinya Anda tetap harus mengambil risiko biaya transfer antar bank.

5. Sebagai Pengganti Kartu Kredit
VCN bisa digunakan di merchant/website dalam dan luar negeri sepanjang merchant tersebut berlogo Master Card. Saya tahu bagaimana kesalnya Anda ketika harus membeli sesuatu dari merchant/website luar negeri sementara Anda tidak memiliki akun Pay Pal dan kartu kredit. Dengan VCN kita bisa bertransaksi online di mana saja. Jadi, mulai hari ini, sebaiknya Anda berhati-hati dengan kartu debit BNI Anda sebab sulit mengisinya, tetapi mudah sekali mengosongkannya. :)

6. Mudah
Apakah Anda tipe orang yang sering lupa di mana menyimpan token seperti saya? Well, jika Anda adalah tipe nasabah seperti itu, Anda boleh bertenang hati karena transaksi dengan VCN tidak perlu menggunakan token. Anda hanya perlu smartphone yang saya yakin tidak pernah beranjak dari genggaman Anda.Apakah Anda tipe orang yang tidak bisa mengingat USSD code seperti saya? Juga jangan khawatir karena dengan adanya aplikasi BNI Experience, Anda bisa meminta VCN langsung dari aplikasi tanpa harus mengetikkan USSD code.7. Berbagai Mata UangKarena Master Card berlaku untuk berbagai mata uang, begitu juga dengan VCN. Anda bisa melakukan transaksi menggunakan mata uang mana saja meski ketika meminta VCN harus tetap dikonversi dulu ke dalam rupiah. 
8. Tidak Ada Minimal TransaksiAnda bisa melakukan transaksi berapa saja karena tidak ada limit minimal.
9. Banyak Promo
BNI Debit Online juga ada promonya. Misalnya, diskon 10% untuk semua hotel di Indonesia dan diskon 20% untuk hotel pilihan jika Anda booking via www.goindonesia.com

Minus1. Terbatas 
Meskipun VCN bisa digunakan di seluruh merchant dan website berlogo Master Card, sayangnya tidak bisa digunakan untuk transaksi yang bersifat periodik. Misalnya, pembayaran Evernote atau Hootsuite monthly/annual seperti yang saya sebutkan di atas. 

2. Penuh Teka teki 
Ketika meminta VCN melalui SMS Banking, kita akan diminta untuk menyebutkan nomor PIN secara acak, misalnya angka ke-1 dan ke-3. Untuk seseorang yang 3 kali setahun datang ke kantor cabang karena lupa PIN, ini jelas menyulitkan. Kenapa sih tidak minta 6 digit secara keseluruhan saja? 

3. Tidak Ada Poin
Menurut flyler Rezeki BNI Taplus, transaksi finansial melalui e-Banking seharusnya mendapatkan poin, tapi ketika saya cek ternyata poin saya tidak bertambah. Entah ini saya yang kurang paham mengenai S&K atau bagaimana, nanti ditanyakan lagi ke CS BNI. 

4. Harus Ada Pulsa
Sebetulnya bukan perkara nominal biaya SMS-nya, tapi biasanya pengguna smartphone akan mengalokasikan pulsa untuk membeli paket data. Saya sendiri jarang sekali menggunakan SMS dan telepon karena komunikasi sudah dipindahkan ke berbagai aplikasi chatting yang sekarang sudah lengkap dengan fitur "call". 

5. Tidak Ada Konversi Mata Uang
Meski bisa dipakai untuk transaksi dengan mata uang selain rupiah, tapi ketika meminta VCN tetap harus dalam rupiah. Jadi harus cek kurs terlebih dahulu. 


...

HOW TO REQUEST VCNAda tiga cara untuk meminta VCN: 


1. BNI SMS Banking by syntax



2. BNI SMS Banking by USSD Akses *141#
*141*1# = Telkomsel*141*2# = Indosat & XLTip:Request VCN via USSD harus dilakukan tanpa jeda karena bila terlalu lama akan muncul notifikasi "Unknown Application".Apabila notifikasi error muncul, ulangi lagi dari awal.
3. Aplikasi BNI Experience
Unduh aplikasi BNI Experience di siniSign up.
Plus minus aplikasi vs USSDAplikasi lebih mudah karena tidak perlu menghafal kode USSD.Langkah yang harus dilakukan dengan aplikasi lebih banyak, juga akan dikembalikan kepada USSD. Menurut saya sih agak kurang efektif.  ...

TRANSAKSI DI MERCHANT ONLINEBeberapa hari lalu saya membeli selimut di sebuah marketplace, sebut saja Lazada (tentu saja ini nama sebenarnya). Sebetulnya marketplace ini menyediakan metode pembayaran via transfer ke rekening BNI, tapi karena saya lupa di mana menyimpan token dan malas pergi ke ATM, saya menggunakan VCN.

Caranya mudah, Anda memilih barang belanjaan dan memasukkannya ke dalam keranjang seperti biasa. Yang agak berbeda adalah pada saat metode pembayaran. Anda bisa melakukan transaksi via aplikasi atau website, caranya sama saja. 

Oh ya, karena VCN ini hanya berlaku untuk satu kali transaksi dan valid hingga 2 jam, sebaiknya Anda meminta VCN setelah keranjang belanja Anda fix dan tahu total pembelanjaan. 




...

TRANSAKSI DI APLIKASISaya sudah bercerita tentang kesulitan ketika booking hotel via aplikasi, kan? Sekarang kita bisa booking hotel via aplikasi meskipun tidak memiliki kartu kredit. Cara-cara booking bisa Anda baca di sini, kali ini saya akan langsung ke metode pembayaran.  

Tip:

Aplikasi ini memakai metode pembayaran campuran: credit voucher + 3 metode pembayaran (Kartu kredit, PayPal, dan LINE Pay). Jika Anda memiliki credit voucher, jangan dulu meminta VCN sebelum mengetahui jumlah yang harus dibayarkan.  Aplikasi ini juga menerapkan minimum payment $15 USD yang harus dibayarkan via 3 metode pembayaran di atas, meskipun misalnya credit voucher Anda cukup untuk meng-cover harga hotel. Jadi pastikan saldo BNI Anda mencukupi. Meskipun ada metode pembayaran via debit, tapi tidak berlaku untuk Indonesia. Anda harus tetap menggunakan kartu kredit atau VCN.Aplikasi ini menggunakan pengisian nama standar internasional: nama depan, nama tengah, nama belakang. Jika nama asli Anda hanya terdiri dari satu kata, ulangi nama depan untuk nama belakang, nama tengah boleh dikosongkan. 





...

TRANSAKSI DENGAN MATA UANG DOLLAR
Anda juga bisa melakukan transaksi di merchant/website yang menggunakan mata uang dollar. Sebelum melakukan pembayaran, cek kurs terlebih dahulu untuk mengetahui nilai tukar rupiah pada saat itu. 

Tip:

Meskipun pembayaran menggunakan dollar, tetapi request VCN harus tetap menggunakan rupiah. Saran saya, setelah mengetahui kurs dan mengkonversinya ke dalam rupiah, sebaiknya lebihi 10 atau 20 ribu ketika request VCN untuk menghindari transaksi ditolak karena dana kurang. Jangan khawatir, saldo yang terpotong adalah saldo yang terpakai. Sisanya akan dikembalikan ke rekening Anda. Pengisian nama sama dengan ketika Anda menggunakan aplikasi pada subbab sebelumnya.Sebaiknya lakukan transaksi via desktop karena di smartphone tidak ada pilihan negara Indonesia, entah kenapa.
Saya akan memberikan contoh transaksi di Pixabay, semacam membelikan kopi untuk para fotografer yang fotonya sering saya pakai. Tidak banyak sih, hanya $1 USD. Untuk transaksi ini, saya meminta VCN sebanyak Rp20 ribu, yang terpakai hanya Rp14.128. Oh ya, untuk kesejahteraan bersama, tolong abaikan nama asli saya. 



...
Oh ya, BNI Debit Online juga bisa digunakan untuk booking tiket pesawat online. Sebab seingat saya tidak semua maskapai penerbangan atau agen perjalanan menyediakan metode pembayaran dengan kartu debit. 
Keberadaan BNI Debit Online dan VCN bukan hanya fitur baru yang memudahkan, tapi juga sebuah inovasi, seperti yang dikatakan BNI sendiri. Hari ini, para pemilik kartu debit yang belum mampu atau mau apply kartu kredit diberi fasilitas untuk melakukan transaksi di dalam maupun di luar negeri. Ini tentu saja memudahkan, terutama bagi saya yang sering gatal ingin membeli vektor di website-website luar. 
Sekian cerita pengalaman saya ketika menggunakan BNI Debit Online. Please feel free to share your own experience. Anda yang masih membutuhkan bantuan, bisa menghubungi kontak BNI di bawah ini: BNI Call: (021) 500046/68888 (khusus BNI Debit Online)Call Center: 1500046Facebook: BNITwitter: @BNI46  

Salam,
~eL     
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 21, 2015 23:35

November 19, 2015

Lelaki dari Masa Lalu


Saya tidak mengenalnya, dan saya yakin dia juga tidak mengenal saya. Hubungan kami hanya sebatas antara bloger dan follower-nya. Maksudnya, saya yang mem-follow blog dia, bukan sebaliknya. Tapi ada yang janggal dan membuat saya gelisah ketika pertama kali membaca postingannya. Sebelum sampai ke situ, saya ingin mengatakan bahwa saya menemukan blog dia tanpa sengaja. Itu karena ada teman yang membagikan link-nya, lalu tanpa berprasangka apa-apa saya membuka dan membaca.

"Sialan, anak filsafat," gumam saya lalu menutup tab

Beberapa menit kemudian saya kembali membuka blognya, membaca beberapa postingan, lalu kembali bergumam, "Sialan, anak filsafat."

Teman-teman yang tahu kisah cinta saya yang berdarah-darah pasti tahu kata "filsafat" mengandung beberapa arti jika itu keluar dari mulut saya: 80% jijik, 10% benci, 10% tanpa definisi. Sebisa mungkin saya menghindari lelaki dari spesies ini meski entah kenapa, semakin saya menghindar, mereka justru semakin mendekat. 

Nah, berkenaan dengan lelaki ini, kata "filsasat" justru sama sekali tidak bisa didefinisikan. Saya hanya ... limbung. Ada lintasan-lintasan peristiwa di kepala, peristiwa yang bahkan tidak ingat pernah saya alami. Seperti menonton pendar televisi yang gambar dan suaranya rusak. 

"Do I know you?" itu gumam kedua saya. 

Hal seperti ini bukan kali pertama saya alami. Saya pernah beberapa kali bertemu dengan orang lalu ketika kami berjabat tangan atau saling tatap, saya tahu bahwa orang yang saya temui akan terlibat dengan hidup saya entah dengan cara bagaimana. Sialnya, tidak semua dari mereka terlibat dengan cara baik. 

Lelaki ini justru berbeda. Bukan lintasan masa depan, melainkan masa lalu. Saya tidak percaya reinkarnasi, juga tidak lagi menanggapi intuisi. Lalu apa yang terjadi? Tadinya saya pikir mungkin karena saya kesepian. Mungkin karena saya baru saja patah hati. Mungin karena saya tidak jadi menikah dengan lelaki yang saya cintai. Mungkin karena ....

Saya memang patah hati, tapi tidak kesepian. Well, sedikit sih. Tapi itu bukan berarti saya membabi buta dan jatuh cinta kepada siapa saja. Saya tidak seputus asa itu. Entahlah, ketika menutup blognya, satu pertanyaan masih saja terngiang-ngiang di kepala saya, "Do I know you?"


*Sejak "pertemuan" pertama kami itu, saya tidak lagi mampir ke blognya. Bahkan berusaha lupa, berusaha tidak mencari jawaban, berusaha tidak lagi bertanya, berusaha tidak lagi peka. Namun, semesta kadang suka sekali bercanda. Kami bertemu kembali di toko buku beberapa hari yang lalu.

Ia, lebih tepatnya buku yang dia tulis, menyambut saya di deretan paling depan begitu kaki saya memasuki Gramedia Istana Plaza. Segan tapi penasaran saya mengambil buku itu, membaca namanya, memandang sampul bukunya yang bisa dibilang tidak begitu istimewa. "Halah, paling tulisan-tulisan biasa," gumam saya sambil membuka halaman pertama. 

"Keparat!" hanya satu kata itulah yang keluar dari mulut saya. Anda tahu mengapa? Karena itu bukan tulisan biasa, karena pendar layar di dalam kepala saya lagi-lagi terbuka, bahkan ketika saya baru membaca kalimat pertama. 

Tidak, saya tidak membeli bukunya. Mungkin nanti. Mungkin bulan depan. Mungkin tahun depan. Mungkin entah kapan. 

Setelah itu, setelah pertemuan kedua kami, lagi-lagi saya bertanya dalam hati.

"Do I know you?"

  
    


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 19, 2015 06:31

November 18, 2015

How to "Jual Diri" di Internet


"Kulit wajah kamu berminyak, berjerawat, dan muncul flek-flek hitam? Pakai produk A, deh. Bagus lho, bla bla bla."

"Kulit wajah kamu kenapa, kok jadi banyak jerawat begitu? Eh tahu, nggak?
Aku pernah lho mengalami masalah seperti kamu, bahkan lebih parah.
Sekarang sih nggak lagi, untung ketemu produk yang bagus.
Coba lihat dong wajah aku sekarang.Bersih, dan nggak ada bekas-bekas jerawat gini, kan?"
Jika Anda menjadi calon konsumen, kira-kira Anda akan membeli produk yang disarankan oleh orang pertama atau orang kedua? Jika jadi saya, saya akan lebih tertarik kepada penawaran dari orang kedua. Kenapa? Karena orang pertama hanya fokus kepada produk, sedangkan orang kedua fokus kepada manfaatnya. Orang pertama fokus kepada keistimewaan produk, orang kedua fokus kepada apa yang saya butuhkan dan apa yang saya inginkan. Orang pertama fokus kepada penjualan, orang kedua lebih fokus kepada bagaimana memecahkan masalah yang dialami oleh saya. Orang pertama memakai cara "I tell you what", orang kedua memakai cara yang lebih persuasif.

Ini yang namanya strategi marketing.

Itu kalau direct marketing, lalu bagaimana strategi marketing paling baik untuk sebuah konten blog post? Sebelum kita sampai ke sana, saya ingin mengutip pengertian marketing dari Marketing Magazine, sebuah majalah bisnis di Kanada.


"Marketing adalah tentang mengkomunikasikan nilai-nilai sebuah produk, jasa, atau brand kepada pelanggan atau konsumen dengan tujuan untuk mempromosikan atau menjual produk, jasa, dan brand tersebut. Pengertian paling tua - juga yang paling sederhana - adalah "word of mouth" (WOM), ketika pelanggan dan konsumen menyampaikan pengalaman mereka atas sebuah produk, jasa, dan brand kepada orang lain. Komunikasi ini, tentu saja, bisa saja berupa testimoni positif atau negatif."

Seiring dengan perkembangan teknologi, media marketing tidak lagi hanya berpusar di iklan televisi, radio, reklame, atau media cetak, melainkan juga merambah ke dunia Internet: digital marketing. Konten marketing adalah bagian dari digital marketing itu sendiri. 

*
Jika Anda ingin membeli sebuah produk, katakanlah smartphone, bagaimana cara Anda memutuskan akan membeli smartphone yang mana? Atau ke mana Anda akan mencari informasi dan referensi? Mungkin yang pertama kali Anda lakukan adalah membaca brosur, website, atau datang ke gerai sebuah merek smartphone. Tapi apakah itu akan membantu Anda memutuskan? Saya kira tidak terlalu. Anda akan tetap bertanya kepada teman atau saudara tentang pengalaman mereka dan meminta referensi. Anda yang netizen akan mencari referensi lain yang bertebaran di belantara Internet. Ke website brand? Tidak, saya kira juga tidak. Anda akan mencari berbagai blog post yang bercerita tentang pengalaman mereka menggunakan smartphone. Di sinilah fungsi sebuah blog post berisi konten marketing: membantu calon konsumen untuk memutuskan.

Lalu bagaimana sih sebuah konten marketing yang baik? Sebagai seorang pelanggan juga blogger, ada beberapa poin yang ingin saya ulas. Saya membaginya ke dalam dua bahasan utama: konten dan kemasan. 


KEMASANKemasan berhubungan dengan bagaimana blog post berisi konten marketing itu disajikan. Tidak, Anda tidak harus membuat iklan dengan grafis cetar seperti yang terpampang di papan reklame, brand sudah meng-hire para profesional untuk itu. Tapi, karena konten marketing ini disajikan melalui blog yang notabene dibaca di layar dan disajikan di Internet, ada hal-hal yang juga harus kita perhatikan.
1. Tampilan Blog Secara KeseluruhanAnda akan lebih senang membaca blog dengan tampilan ramah di mata atau blog yang justru membuat sakit kepala? Sebuah konten marketing, sepenting apa pun isinya, akan berisiko ditinggalkan pembaca jika tampilannya tidak menyenangkan. 

Sekadar berbagai pendapat, tolong hindari tampilan blog seperti ini:
Template standar. Desain web selalu mengalami perkembangan, Anda adalah seorang blogger kekinian. Tugas Anda, tugas kita, adalah merespons perkembangan, bukan tertinggal di belakang. Tidak user friendly. Sebuah web atau blog dikatakan baik jika memiliki navigasi yang memudahkan pembaca. Saya sendiri memakai prinsip kearsipan: mudah menyimpan dan mudah menemukan kembali. Tidak responsif. Sebagian besar pembaca mengakses blog dari smartphone, sebuah kerugian besar jika blog Anda tidak responsif. Apakah ini berpengaruh? Oh jelas. Tampilan blog yang tidak responsif tidak memiliki navigasi yang mudah digunakan di smarthphone. Huruf. Ukuran, warna, dan jenis. Tolong hindari huruf yang terlalu kecil atau terlalu besar karena akan menghambat readablity. Hindari juga jenis huruf script untuk konten blog. Ini blog post, bukan buku pelajaran tegak bersambung. Gunakan huruf berwarna hitam atau gradasi abu-abu tua dengan latar putih. Simpan obsesi Anda terhadap huruf berwarna-warni dan berpendar-pendar untuk hal lain, jangan diterapkan pada blog post. Banyak jebakan. Saya mengerti jika Anda sedang me-monetize blog melalui Google Adsense, tapi itu bukan berarti ada banyak iklan pop up atau iklan yang diletakkan di tengah-tengah halaman atau tempat mana pun yang memiliki kans terklik secara tidak sengaja.  2. IlustrasiSebuah blog post yang memiliki image akan memiliki kans lebih besar untuk menarik pembaca dan diindeks oleh Google. Untuk sebuah konten marketing, image akan berfungsi menarik calon pembeli. 

Anda bisa menggunakan foto, infografis, atau ilustrasi lain yang mendukung konten Anda. Untuk foto, saya sarankan hindari menggunakan watermark besar-besar, apalagi dengan warna yang mencolok. Iya, watermark besar dan berwarna-warni akan menghindari risiko pencurian foto, itu karena foto Anda terlihat mengerikan. Kalau Anda khawatir mahakarya foto Anda dicuri, gunakan software khusus watermark atau pasang fitur anti klik kanan.
3. Teknik PenulisanSaya pernah membaca blog salah satu brand. Isinya adalah artikel-artikel yang berkaitan dengan produk brand tersebut. Sebetulnya, artikel-artikel itu bermanfaat, tapi sayangnya banyak sekali kesalahan teknis dalam penulisan. Salah ejaan, tanda baca yang tidak tepat serta berlebihan, dan typo

Bagi pembaca awam (baca: orang yang tidak mengerti EYD) barangkali itu tidak masalah, tapi tetap saja hal ini akan berpengaruh kepada kredibilitas brand itu sendiri. IMHO, kurang selektif memilih content writer adalah salah satu kegagalan strategi marketing.
4. Share-ableUntuk apa membuat konten bagus kalau tidak bisa dibagikan di media sosial dan menjadi viral?
*KONTENKonten marketing sebagai bagian dari digital marketing memiliki banyak bentuk. Bisa berupa berita, video, testimoni, how to guidline, FAQ, infografis, dan lain-lain. Mari kita kerucutkan pembahasan ke blog post sebagai konten marketing. 

Pembaca, calon konsumen Anda, saat ini sudah sedemikian cerdas. Mereka bisa membedakan iklan dengan testimoni. Bisa membedakan mana yang betul-betul review atau sekadar informasi yang sebetulnya bisa didapat dari mana saja. 

IMHO, konten marketing paling baik untuk sebuah blog post meliputi beberapa poin: 
1. Ramah SEOHal ini sudah sering dibahas di berbagai artikel dan pelatihan. Konten yang berkualitas akan menjadi sia-sia jika postingan Anda tidak terindeks oleh Google. Jika saya sedang mencari sesuatu di Google Search, postingan yang akan saya klik adalah postingan yang ada di 1 atau 2 halaman pertama. Saya tidak akan repot-repot mencari di halaman-halaman berikutnya jika postingan yang saya perlukan sudah saya temukan. 

Keywoard dan seluk-beluk SEO tidak akan saya bahas secara detail di sini karena sudah jelas saya tidak cukup kapabel untuk itu.

2. Segmentasi PembacaMengapa ini saya simpan di poin pertama? Karena strategi marketing paling baik adalah menawarkan produk yang tepat kepada orang yang tepat. Misalnya begini, Anda membuat ulasan tentang produk popok bayi dan MPASI sementara demografi pembaca Anda adalah remaja dan dewasa muda di kisaran 17-23 tahun, 70% laki-laki, 30% perempuan. Kira-kira, bagaimana nasib postingan Anda?

Untuk mengetahui demografi pembaca, Anda bisa melihatnya di Google Analytics. 
3. Metode PenulisanSeperti yang telah saya singgung di atas, ada banyak metode untuk membuat sebuah konten marketing. Karena ini sebuah blog post yang notabene dibuat oleh blogger, bukan brand, saya kira cara paling efektif adalah memakai metode testimoni, how to guidlines, referensi, FAQ, dan ulasan ahli. 
TestimoniPercaya atau tidak, calon konsumen akan cenderung lebih mendengarkan pendapat sesama pengguna daripada ocehan para SPG dan tim marketing dari produk yang bersangkutan. Jika calon pembeli ingin mengetahui spesifikasi detail sebuah produk, mereka tidak akan ke blog Anda, mereka akan pergi ke official website produk yang bersangkutan. 

Yang diinginkan calon pembeli dan pembaca adalah pengalaman. Mereka ingin tahu bagaimana pendapat dari orang yang sudah pernah menggunakan jasa atau produk tersebut. Testimoni, baik atau buruk, akan memengaruhi keputusan calon pembeli. 
How to GuidlinesSaya yakin bahwa setiap produk memiliki petunjuk penggunaan. Tapi saya tidak begitu yakin kalau itu dibaca. Coba katakan, ketika Anda akan memakai produk baru, berapa banyak dari Anda yang pernah membaca petunjuk penggunaan terlebih dahulu? Kebanyakan dari kita justru bertanya kepada orang-orang di sekitar ketika menemui kesulitan. 

Lalu mengapa sebuah konten marketing berisi how to guidlines lebih menarik daripada petunjuk penggunaan yang ada di website brand itu sendiri? Kembali lagi, karena pembaca ingin mendengar pendapat dari pengguna. Padahal isinya kadang sama saja. 

Konten berisi how to guidlines hendaknya ditulis komprehensif dan kronologis. Juga gunakan bahasa yang komunikatif. Ini blog post, bukan brosur. 
ReferensiSebuah konten marketing bisa saja ditulis bukan oleh pengguna. Tapi pastikan bahwa Anda betul-betul paham tentang apa yang Anda tulis. Di sinilah perlunya riset yang mumpuni, atau Anda bisa menceritakan pengalaman orang lain, tentu saja pengalaman yang faktual. Hindari menulis konten yang tidak Anda kuasai atau minati. 

Konten berisi referensi tidak harus membahas sebuah produk secara menyeluruh, bisa saja mengambil sudut pandang tertentu, dihubungkan dengan manfaatnya bagi pembaca Anda. Misalnya, saya akan menulis tentang merek smartphone, sedangkan saya bukan pengguna merek tersebut. Tapi saya ingin mereferensikan merek tersebut kepada pembaca blog saya. Maka saya akan membuat tulisan yang objektif, membagikan informasi, dan jawaban atas pertanyaan "apa manfaat merek tersebut bagi pembaca".
Frequently Ask Question (FAQ)Sebuah produk atau jasa akan selalu bertemu dengan kendala ketika berada di tangan konsumen. Entah itu sekadar di mana letak tombol "reset" sampai masalah-masalah trouble shooting yang lebih pelik. Itu sebabnya nyaris seluruh brand memiliki menu dan forum FAQ. Di sinilah fungsi konten marketing FAQ: untuk menjawab kendala-kendala yang dihadapi oleh konsumen.

Tapi sebentar, jika seluruh produk dan jasa memiliki menu FAQ, mengapa konten FAQ yang ditulis oleh blogger juga penting? Karena FAQ di menu dan forum-forum itu lebih sering (sorry to say) tidak berguna. Pembaca ingin mencari tulisan dari orang yang pernah mengalami masalah serupa atau dari orang yang menawarkan solusi, bukan rasa frustasi.

Contoh, saya pengguna provider A dan mengalami masalah ketika aktivasi paket data. Ketika saya mencari pemecahan, saya tidak akan pergi ke website provider tersebut. Untuk apa? Toh saya sudah pernah membaca panduan aktivasi tapi ternyata masih menghadapi masalah. Saya akan mencari tulisan dari orang yang pernah mengalami masalah serupa, membaca dan (dalam hal ini) percaya terhadap solusi yang dia tawarkan. The power of empathy, sesederhana itu.
Ulasan AhliJika Anda sedang mempertimbangkan untuk membeli sebuah produk atau jasa, siapa yang akan Anda mintai pendapat? Brand atau orang-orang yang ahli di bidangnya? Katakanlah, Anda ingin membeli sebuah asuransi. Apakah Anda akan langsung mendatangi tim marketing perusahaan asuransi atau bertanya kepada pakar keuangan? Kalau saya sih akan lebih percaya kepada pendapat para ahli. 

Konten marketing berisi ulasan ahli tentu saja harus bisa dipertanggungjawabkan dan ditulis oleh blogger yang memang kompeten. Saya desainer grafis dan tidak paham mengenai ilmu kedokteran, misalnya. Jadi jika suatu saat saya membahas tentang produk-produk kesehatan seolah-olah saya ini ahli, Anda patut mempertanyakan keabsahan tulisan saya.          
4. PersuasifPada dasarnya, setiap orang lebih senang dibujuk daripada sekadar diberi tahu. Tidak peduli berapa pun usia pembaca Anda, akan selalu ada sisi kanak-kanak dalam setiap dirinya. Anda tahu kan bagaimana sikap anak-anak? Jika kita meminta anak-anak untuk melakukan A, mereka justru melakukan B atau C. 

Kita sedang membuat konten marketing yang membujuk dan membantu calon konsumen untuk mengambil keputusan, bukan untuk merecoki mereka dengan hal-hal yang harus mereka lakukan. Untuk membuat sebuah konten yang persuasif, Anda tak perlu bermulut manis, cenderung menjilat, atau memuji-muji produk Anda setinggi langit. Gunakanlah teknik yang elegan, dengan kata lain: soft selling.
5. Komunikatif & InformatifSetiap blogger memiliki cara yang berbeda ketika berkomunikasi dengan pembacanya. Tapi tolong diingat bahwa tujuan komunikasi adalah menyampaikan pesan dan mendapatkan feedback. Cara berkomunikasi juga harus disesuaikan dengan segmentasi pembaca dan konsep blog Anda. 

Ketika menulis konten marketing, jangan bayangkan bahwa saat itu Anda sedang menulis. Bayangkan bahwa Anda sedang duduk dan mengobrol bersama pembaca Anda. Tapi harus juga diingat bahwa blog post adalah media komunikasi tulisan, bukan lisan. Hindari cara berkomunikasi yang sok asyik, bertele-tele, atau terlalu banyak emoticon
6. Jujur & FaktualYang diinginkan pembaca atau calon konsumen adalah testimoni dan referensi, bukan cerita fiksi. Misalnya, Anda membahas tentang keistimewaan sebuah mobil dari sisi pengguna, padahal Anda tidak bisa menyetir, bahkan tidak bisa membedakan dashboard dengan shock breaker. Dengan bantuan riset yang mumpuni, barangkali Anda bisa menulis konten yang meyakinkan, tapi Anda tidak bisa memberikan "nyawa" pada tulisan Anda. 

Atau begini, Anda membuat konten berisi kampanye untuk menggunakan produk lokal, tetapi pada saat bersamaan media sosial Anda berisi foto-foto ketika Anda memakai produk impor atau sedang berbelanja di luar negeri. Pembaca yang kebetulan berteman dengan Anda di media sosial barangkali akan menganggap Anda munafik atau pembual: stigma buruk untuk para konten marketer.
7. Product KnowledgeSeperti yang dikatakan Richard Denny, seorang pakar penjualan profesional, dalam bukunya Selling to Win, pengetahuan tentang produk sebetulnya lebih berguna untuk penjual daripada untuk pembeli. Dalam hal ini, product knowledge lebih berguna untuk penulis konten daripada untuk pembaca. 

Anda boleh saja hafal di luar kepala tentang detail pabrikasi sebuah produk atau sejarah sebuah brand, tapi apakah itu perlu diceritakan secara detail kepada pembaca atau calon konsumen Anda? Ketika calon konsumen ingin mendapat referensi lipstik yang bagus, apakah mereka akan peduli tentang lipstik itu dibuat di mana dan dengan cara bagaimana? Calon konsumen hanya akan fokus kepada apakah lipstik itu dapat mempercantik bibir mereka, lain tidak. 

Product knowledge ini akan saya breakdown lagi ke dalam beberapa poin.
Jangan Jadi PenjilatMeskipun misalnya Anda pengguna garis keras dari produk tertentu dan Anda tahu betul keunggulannya, bukan berarti konten marketing Anda bisa diisi dengan pujian setinggi langit. Yang ingin Anda pikat adalah calon konsumen dan pembaca blog Anda, bukan brand yang sedang Anda wakili atau produk yang sedang Anda promosikan.  
Fokus Kepada Manfaat, Bukan ProdukCoba bayangkan ketika Anda berada di sebuah pameran properti dan mendengarkan seorang pramuniaga mengoceh tentang spesifikasi sebuah rumah. Bahwa luas tanahnya sekian, bahwa pondasinya dibuat dari bahan-bahan pilihan, bahwa harganya terjangkau, dan lain-lain. Informasi itu mungkin berguna bagi Anda, tapi apakah itu yang Anda inginkan? Yang Anda inginkan adalah tempat tinggal, tempat Anda bisa berlindung dari panas dan hujan, tempat Anda bisa berkumpul bersama keluarga, tempat Anda menjalani aktivitas dan hari-hari Anda. 

Pramuniaga yang peka akan mengatakan bahwa rumah tersebut memiliki halaman yang luas agar anak-anak Anda bisa bermain di sana alih-alih mengatakan bahwa halamannya terbuat dari paving block berkualitas. Pramuniaga yang peka akan mengatakan bahwa cat yang dipakai rumah tersebut dari bahan tertentu sehingga mudah dibersihkan jika anak-anak Anda berinisiatif untuk membuat mural alih-alih mengatakan bahwa warnanya cerah dan sesuai dengan trend pada saat itu. 

Begitu juga dengan konten marketing. Untuk apa Anda berbusa-busa tentang keunggulan sebuah produk jika itu tidak bisa memberikan manfaat bagi calon konsumen atau pembaca Anda? Untuk apa Anda membahas sebuah fitur canggih di smartphone jika pembaca tidak diberi tahu fitur itu bisa digunakan untuk apa saja?
Menjawab Kebutuhan dan Menggiring KeinginanDalam direct marketing, kita bisa mudah bertanya kepada calon konsumen tentang apa yang dibutuhkan oleh mereka. Sebaliknya, konten marketing berisi antisipasi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan calon konsumen. Kita tidak bisa begitu saja memberondong calon konsumen dengan informasi tanpa mengetahui apa kebutuhan mereka. 

Misalnya begini, saya akan membuat konten tentang laptop. Sebelum menjabarkan produk, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan dan mempersiapkan jawabannya:
- Mengapa pembaca saya membutuhkan laptop?
- Akan digunakan untuk apa?  
- Fitur seperti apa yang diinginkan pembaca?
- Spesifikasi? RAM? Hardisk? Ukuran?
- Berapa range harganya?
- Garansi, servis, dan ketersediaan suku cadang?
- Dll

Maka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, konten saya akan berisi bahwa laptop yang sedang saya bahas bisa digunakan untuk mengetik, mendesain, main game, dan sebagainya. Bahwa dengan spek sekian, laptop tersebut bisa diisi software apa saja. Bahwa garansinya sekian tahun dan cara-cara klaim kerusakannya bla bla bla. 

Seorang konten marketer -katakanlah- kawakan, malah bisa "menyulap" sebuah kebutuhan menjadi keinginan. Menurut penelitian yang dilakukan Harvard Business School, 84% keputusan untuk membeli berdasarkan emosi, bukan logika. Itu sebabnya mengapa teknik persuasif lebih berhasil daripada teknik "I'll tell you what".    
Hati-Hati Ketika Berbicara Masalah HargaUang adalah sesuatu yang sensitif. Calon konsumen ingin membeli produk yang berkualitas, bermanfaat, menjawab kebutuhan, dengan harga yang sesuai. Sesuai di sini mengacu kepada nilai produk yang sedang kita tulis. Murah atau mahal itu relatif, tergantung kepada daya beli masing-masing konsumen. Jika belum apa-apa Anda sudah mengatakan bahwa produk ini murah sekali, maka akan timbul pertanyaan yang cenderung mengarah kepada kecurigaan.

Contoh, harga sepasang ankle boots model A berbahan suede dan sol karet berkisar antara Rp175 ribu-n. Lalu tiba-tiba Anda membuat konten tentang sepatu dengan model dan bahan sama dengan harga Rp75 ribu. Anda fokus dan mengiming-imingi pembaca dengan harganya, bukan dengan kualitasnya.

Jika saya yang menjadi pembaca, saya akan berpikir:
Kualitasnya tidak bagus.Itu adalah barang reject.Itu adalah konten fiktif.Penjualnya penipu.Dll.
Apakah tidak boleh mencantumkan harga? Oh, boleh, harus. Tapi tidak fokus ke situ. Sebab sekarang calon konsumen sudah cerdas, mereka akan dengan mudah mencari perbandingan dan riset pasar. Harga akan membantu calon konsumen untuk memutuskan, tapi disesuaikan dengan daya beli mereka, bukan berdasarkan konten super murah Anda. 
Unique ValueSetiap produk atau jasa memiliki unique value tersendiri. Memang dibutuhkan kepekaan seorang konten marketer untuk dapat mengetahui ini, tapi saya kira ini bisa dipelajari dan dilatih. Unique value bisa berasal dari produk itu sendiri atau dari hal-hal lainnya. Misalnya, mengapa provider A lebih unggul dari provider B? Oh itu karena admin Twitter-nya cepat tanggap. Oh itu karena customer service-nya menyenangkan. Oh itu karena aktivasi paket datanya lebih mudah. 
8. Hindari Mencela Atau Memuja KompetitorSebuah konten berisi testimoni tentu tak harus berisi seabreg kelebihan, Anda bisa juga menceritakan apa kekurangannya dikaitkan dengan pengalaman Anda. Tapi itu bukan berarti Anda bisa memuja atau mencela kompetitornya. Jika ingin membuat komparasi produk sejenis dari merek berbeda, buatlah testimoni yang berimbang. 

Jika Anda tidak bisa objektif, tidak usah membuat konten marketing, lebih baik buat surat pembaca saja.  
9. Jual Diri AndaKalau Anda memerhatikan konten-konten marketing yang dibuat oleh para seleb blogger, Anda akan menemukan bahwa mereka menjual diri mereka, bukan produknya. Itu sebabnya mengapa brand ambassador adalah orang-orang tekenal dan berpengaruh.

Jika saya menulis ulasan tentang sebuah produk secara komprehensif. Untuk lebih meyakinkan saya memasukkan pendapat para ahli dan mengutip dari buku-buku yang bahkan belum pernah Anda baca. Lalu pada saat bersamaan saudari kembar saya Dian Sastro mengulas produk yang sama tapi dari merek berbeda, ulasannya hanya berupa 2 alinea berisi cerita bahwa dia tengah memakai produk itu dan alasan mengapa dia menyukainya. Tolong jawab dengan jujur, produk mana yang akan Anda beli dan mengapa? Saya yakin alasan yang Anda miliki begitu sederhana: karena Dian Sastro lebih memiliki pengaruh daripada saya. 

Berhubung saya bukan seleb blogger, Klout score saya pun hanya 69, saya tidak akan memberikan tip-tip bagaimana cara menjadi influencer. Yang bisa saya sampaikan hanyalah, jual bagian terbaik dari diri Anda.        
   
*Well, karena postingan ini sudah sedemikian panjang dan sepertinya Anda sudah mulai bosan, sebaiknya saya akhiri sampai di sini. Dari sekian banyak poin yang telah dijabarkan, saya akan meringkasnya dalam satu kalimat kesimpulan. Konten marketing yang baik adalah yang membantu pembaca atau calon konsumen dalam membuat keputusan. 

Salam,
~eL




 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 18, 2015 07:33

November 14, 2015

I am Beautiful, No Matter What They Say

Anda setuju kalau saya katakan bahwa cantik itu relatif? Anda juga pasti setuju kalau saya katakan bahwa kecantikan bukan hanya apa yang kita miliki di luar, tapi juga apa yang kita miliki di dalam. Itu kabar baiknya, kabar buruknya adalah bahwa standar kecantikan seorang perempuan selalu berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban. 

Dari dekade ke dekade, kata cantik tidak pernah memiliki definisi yang tetap. Dulu, perempuan berbibir tipis dikatakan cantik, hal itu berubah setelah ada Angelina Jolie dengan bibir tebalnya yang menawan. Dulu, perempuan-perempuan dengan tubuh super slim dikatakan cantik, hari ini dikatakan anorexia. Tidakkah kita para perempuan merasa lelah jika harus terus-menerus mengejar standar cantik sesuai kacamata orang-orang? 

Sejak kecil hingga remaja, saya selalu diejek dengan berbagai sebutan yang menyakitkan. Itu karena kulit saya hitam, bibir saya tebal, tubuh saya tidak semampai. Terus terang saya sakit hati dan tumbuh menjadi perempuan yang tidak percaya diri. Tapi kemudian saya sadar bahwa jika saya terus mendengar apa yang dikatakan orang, selamanya saya tidak akan berkembang. Selamanya menjadi perempuan pemalu dan kehilangan banyak kesempatan. Lagi pula, apa yang bisa saya lakukan berkenaan dengan kondisi fisik saya? Operasi plastik? Sedot lemak? Yang benar saja.

Setelah dewasa, saya punya definisi sendiri mengenai kata cantik:
Percaya diriSehatCerdasMenyenangkanDo you agree? 
*Masalah-Masalah Kulit PerempuanTapi sayangnya, kecantikan saya agak terancam bahaya akhir-akhir ini, terutama masalah kulit dan kesehatan. Memang, produksi kolagen kulit perempuan di atas 25 tahun akan berkurang 1.5% setiap tahunnya, jadi wajar lah ya kalau saya yang sudah 32 tahun ini sering mengalami masalah kulit wajah.
Masalah kulit yang sering mengancam perempuan di atas usia 25 tahun dan sedang saya alami juga, antara lain:
1. FlekKulit wajah tidak merata dan timbul bintik-bintik hitam, biasanya di sekitar pipi. In my case, di pipi kanan dan kiri, tepat di bawah mata dan terus menebal setiap tahun. Penyebabnya banyak. Karena paparan sinar ultraviolet, polusi udara, sering gonta-ganti dan tidak cermat memilih kosmetik, dan pengaruh hormon. 
Daftar dosa saya: Jarang memakai pelembab kalau keluar rumahSering gonta-ganti kosmetikSelalu lupa mencuci muka setelah memakai make up2. Kering dan KusamKulit kering dan kusam ditandai dengan berkurangnya kelembapan kulit. Kalau di wajah, berkurangnya elistisitas kulit akan menyebabkan keriput, terutama di daerah mata dan sudut bibir. Kalau di bagian tubuh lain, bisa dilihat di siku, lutut, bagian belakang tapak kaki yang pecah-pecah. 
Faktor penyebabnya juga banyak. Kurang minum air putih, stres, rokok, dan kurang istirahat. Tolong tampar saya, karena semua faktor penyebab itu saya lakukan. 3. KeriputKalau untuk foto profil facebook, kulit keriput bisa diatasi dengan aplikasi, tapi kalau untuk sehari-hari, sepertinya itu sulit. Kulit keriput ini sepenuhnya faktor usia sih, tapi bisa kok diakali, jangan panik dulu.4. Bibir Pecah-PecahIni masalah krusial yang saya hadapi. Bibir saya pecah-pecah sehingga agak mengerikan kalau memakai lipstik jenis dan warna apa saja, padahal akhir-akhir ini saya sedang suka sekali memakai lipstik. Gagal sudah cita-cita untuk menjadi beauty blogger
Penyebabnya sudah pasti, kurang minum air putih dan kurang vitamin C. 
*Penyebab Masalah KesehatanKecantikan saya juga terancam karena kesehatan saya sedang agak menurun. Sudah lima hari ini saya cepat lelah, punggung sakit, sakit kepala, kurang darah, dan emosi tidak stabil. Untuk bisa mengobati, tentu kita harus tahu faktor penyebab berkurangnya daya tahan tubuh kita. Ini daftar dosa saya:  
1. Pola MakanJarang sekali sarapan, makan siang kalau ingat dan sempat itu pun dengan menu yang sangat tidak disarankan, seminggu penuh makan malam dengan mie instan.
2. Kurang IstirahatTidur 2 jam sehari. Ini karena deraan deadline tulisan dan layout-an. Saya lupa bahwa tubuh saya juga punya hak untuk diberi istirahat. Sebetulnya mudah mengenali tanda-tanda overload, biasanya punggung saya sakit jika kurang tidur, tapi saya abaikan. Ketika dia berunjuk rasa, barulah saya sadar bahwa memperlakukan tubuh sendiri layaknya kuda bukanlah langkah bijaksana.
3. StresDeadline, software desain crash, Aksa sakit, Internet sempat mati total, dan baru putus (lagi) dengan kekasih saya. Kombinasi yang berbahaya bagi isi kepala saya. Barangkali inilah mengapa emosi saya tidak stabil. 
4. Kurang OlahragaEnam belas jam duduk di depan komputer, hanya bergerak jika ingin ke kamar kecil. Makan pun saya lakukan di depan komputer. Saya berdalih karena saya sibuk dan tidak ada waktu untuk berolahraga. Ternyata ini langkah yang salah.
5. Kurang Minum Air PutihGinjal saya bekerja begitu keras akhir-akhir ini. Saya hanya minum 2-4 gelas air putih per hari. 
*
Memang, kesehatan adalah nikmat yang sering lupa kita syukuri. Saya tahu, jika terus-menerus melakukan pola hidup yang tidak sehat, suatu saat tubuh saya akan lebih keras melakukan unjuk rasa. Jika saya ingin menjadi perempuan cantik dan sehat, saya harus berubah. Ini yang saya lakukan:
Perawatan dari DalamMerawat diri dari dalam menurut saya bukan hanya berkenaan dengan psikis, tapi juga fisik. Memperbaiki isi kepala tapi membiarkan tubuh terbengkalai sama seperti memiliki rumah dengan perabotan lengkap tapi tidak pernah dibersihkan. Saya tahu, dengan pola hidup saya, dibutuhkan kerja keras untuk memperbaiki kerusakannya.

1. Memperbaiki Pola MakanSarapan:Secangkir Up Green Tea untuk memperlancar metabolisme dan mengikis radikal bebas dari dalam atau satu gelas smoothies.Buah atau sayuran segar.Sesekali sereal atau roti gandum.Makan siang:Nasi.Dua jenis sayuran yang dimasak tanpa santan.Protein hewani, ikan atau telur. Saya jarang sekali mengonsumsi daging merah dan ayam.Tempe atau tahu.Buah. Pisang, mangga, jambu. Apa saja yang ada di tukang buah keliling.Konsumsi kopi dibatasi jadi dua cangkir per hari.Makan malam:Lapar: salad buah atau salad sayur. Tidak mewah-mewah, cukup irisan tomat, mentimun, dan selada, tanpa mayones.    Tidak lapar: tidak makan apa-apa.2. Air Putih & VitaminSekarang selalu ada satu tumbler air putih ukuran 600 ml di meja kerja saya. Setara dengan 3 gelas. Jadi minimal saya harus minum 3 tumbler. Sesekali jika sedang tidak malas, air putih diselingi dengan infused water.
Selama 3 hari ini saya juga mengonsumsi vitamin C untuk mengembalikan dan menjaga daya tahan tubuh, juga untuk memperbaiki kondisi kulit saya. Memilih jenis vitamin C juga bukan perkara mudah, harus pas karena kelebihan vitamin C justru akan memicu masalah kesehatan yang lain. Idealnya, tubuh manusia memerlukan vitamin C sebanyak 500 mg per hari. Memang, vitamin C bisa didapat dari makanan yang kita konsumsi, tapi karena sekarang sedang pancaroba cuaca dan saya membutuhkan asupan vitamin, saya mengonsumsi 1 tablet Ester-C Plus setiap hari.
Apa sih manfaat vitamin C dan kenapa saya memilih vitamin C yang ini? Vitamin C berfungsi untuk menjaga sistem kekebalan tubuh, sebagai antioksidan alami, dan menjaga elastisitas kulit. Kandungan 500 mg dan 50 mg kalsium dalam satu tablet Ester-C Plus memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan vitamin C lainnya. Mari saya sebutkan satu per satu:pH-nya netral sehingga aman bagi lambung saya yang punya penyakit mag. Lebih cepat diserap oleh tubuh sehingga lebih cepat pula mendapatkan manfaatnya.Menjaga daya tahan tubuh selama 24 jam dan tidak banyak terbuang melalui air seni. Memiliki kadar oksalat dalam urine 5 kali lebih rendah sehingga meminimalisasi timbulnya batu ginjal dan memiliki efek anti-scurvy/skorbut lebih cepat dan lebih baik. Dengan kata lain, mudah menyembuhkan sariawan. 3. Mengurangi StresSetiap orang pasti punya masalah, iya kan? Begitu juga dengan saya. Tekanan pekerjaan dan tekanan perasaan memang berbahaya bagi kesehatan. Itu sebabnya, saya mulai membenahi masalah satu per satu agar tidak lekas mati muda. 
Saya membuat daftar apa saja yang harus saya benahi, dibuat berdasarkan skala prioritas dan tenggat waktu. Deadline pekerjaan dan lomba, misalnya. Saya menuliskan deadline dan menempelkannya di inspiration board di atas meja kerja saya. Ini juga berfungsi agar tidak nge-random. Kadang, kalau sudah di depan komputer, apa yang harus diselesaikan malah terabaikan.  
Mengenai tekanan perasaan, saya belajar melepaskan, belajar tidak begitu peduli dengan raungan orang-orang di luar sana. Kembali mengingat kata pepatah, bahwa orang-orang yang tidak tepat akan diambil dari sisi kita dengan cara apa pun. 
4. Belajar Berbahagia dan Memberi Hadiah Kepada Diri SendiriSetiap orang memiliki cara sendiri untuk berbahagia, ada yang rumit, ada yang sederhana. Saya memilih cara yang sederhana: bermain dengan Aksa dan sering ngobrol dengan Salwa. Anda yang seorang ibu pasti tahu efek bahagia yang ditimbulkan oleh kebersamaan dengan anak-anak. Senyum matahari mereka adalah cahaya yang selalu menjantera semangat.
Ya, saya juga menghadiahi diri sendiri atas prestasi yang saya raih. Saya membeli buku yang saya sukai dan menyediakan waktu untuk membaca. Sesekali saya pergi ke tempat refleksi. Karena punggung saya sakit, jadi kemarin saya ke tempat refleksi dan pulang dalam keadaan bugar. Tidak mahal dan tidak sulit.
5. Istirahat, Meditasi, dan Bangun PagiJika sebelumnya saya tidur sekitar pukul 2 atau 3, sekarang tidak lagi. Sekarang batas jam tidur saya maksimal pukul 12 malam, ada deadline atau tidak. Saya juga mulai belajar yoga dan meditasi agar lebih tenang. 
Setiap hari biasanya saya bangun pukul 6 pagi, kadang lebih, membiarkan Aksa membuat simulasi gempa bumi di kamar kami. Karena saya tidur lebih awal, jadi ketika Aksa bangun (sekitar pukul 5 pagi) saya pun ikut bangun, membuka jendela agar udara segar masuk, dan mulai beres-beres kamar. 
*
Perawatan dari LuarSeperti yang dikatakan tokoh Diva dalam Supernova, tubuh adalah kendaraan kita untuk menjalani hidup. Saya tidak mau mengendarai tubuh yang rombeng. Untuk perempuan seusia saya, memang agak telat. Tapi lebih baik telat daripada tidak sama sekali.

1. Menjaga Kebersihan Diri dan LingkunganSebagai pekerja lepas yang tidak harus ngantor, saya bisa kok bekerja di depan komputer tanpa harus mandi terlebih dahulu. Ini rahasia, kalau sedang kumat, saya tahan tidak mandi selama tiga hari. Hanya berganti pakaian, sikat gigi, dan cuci muka.
Anda pasti sudah tahu kan apa yang saya lakukan sekarang? Yup, rajin mandi dan bersih-bersih kamar. 
2. Menggunakan Alat PerangJika sebelumnya saya malas memakai kosmetik, sekarang tidak lagi. Setiap kali sehabis mandi, memakai pelembab wajah, body lotion, dan tender care untuk bibir saya yang pecah-pecah. Jika bepergian, memakai pelembab yang mengandung tabir surya dan tidak lupa membersihkan make up setelahnya. Malam hari, memakai krim malam.
Karena sudah lama sekali tidak melakukan perawatan, jadi tadi malam luluran dan maskeran putih telur. Tidak usah mahal atau harus ke salon, kok. Bisa dilakukan di rumah. 
3. OlahragaTadi sudah disebutkan bahwa saya mulai belajar yoga. Untuk hasil maksimal, mulai hari Sabtu kemarin saya menyempatkan untuk ikut aerobik. Sempat berniat untuk latihan karate lagi, tapi nanti deh kalau tubuh saya sudah siap. 
*
Setelah tiga hari kurang fit, sekarang tubuh dan kulit saya mulai menunjukkan reaksi baik. Nyeri di punggung hilang, sakit kepala berkurang, perasaan pun lebih tenang. Jadi Anda setuju kan kalau menjaga kecantikan adalah menjaga kesehatan, dari luar juga dari dalam? 
But the most important thing is merasa cantiklah untuk diri sendiri. We are beutiful, no matter what people say.
Have a nice day,
~eL
    





 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 14, 2015 22:45

November 11, 2015

Hadiah Istimewa untuk Lelaki Istimewa


Namanya Dadang, lebih lengkapnya Dadang Sumpena. Teman-temannya memanggil dia Kang Barlen, teman-teman saya memanggilnya Pak Kumis. Dia adalah lelaki pertama dalam hidup saya. Lelaki yang selalu membawakan boneka kertas setiap kali pulang kerja. Lelaki yang selalu membantu jika saya ada PR prakarya. Lelaki yang bangun sebelum subuh dan setiap hari mengantar ketika saya sedang Pusdiklatsar Paskibra. Lelaki yang matanya berkaca-kaca ketika menjadi wali nikah saya. Lelaki yang juga menitikkan air mata dan menyediakan bahu ketika pernikahan saya pada akhirnya usai. Lelaki yang ketika usianya sudah lebih dari setengah abad masih saja giat bekerja: Bapak. 

Tanggal 12 November adalah Hari Ayah, hari yang istimewa bagi saya karena di hari ini saya punya kesempatan untuk memberikan hadiah tanpa diberondong banyak pertanyaan. Bapak memang orang yang pendiam, tidak banyak meminta atau bercerita kepada kami, ketiga anaknya. 

Memberi hadiah bagi orang tua adalah hal yang pelik, setidaknya bagi saya. Rasanya semua benda yang ada di dunia tak cukup berharga untuk diberikan. Maka saya harus mengaduk-aduk ingatan, mencari hadiah yang kira-kira bukan hanya bisa menghantarkan rasa bahagia, tapi juga memiliki nilai sejarah di antara kami berdua.

Jam tangan. Akhirnya itu yang saya pilih. Waktu saya kelas 5 SD, saya pernah memaksa untuk meminjam jam tangan analog milik Bapak. Itu adalah jam tangan hadiah dari majikannya. Jam tangan yang rusak karena saya lupa menaruhnya di pinggir bak mandi dan baru ingat keesokan harinya ketika jam itu sudah tidak berfungsi karena semalaman terendam di bak. Sejak saat itu saya tidak pernah melihat Bapak memakai jam tangan lagi. Saya tahu, bukan karena Bapak tidak ingin membeli, tapi karena ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi.       

Saya sudah sempat mencari-cari jam tangan dengan merek yang sama di berbagai toko, tapi harganya jutaan, dan itu di luar kemampuan saya. Mau membelikan yang imitasi, tapi kok rasanya tidak pantas. Setelah membaca berbagai review fashion yang ditulis oleh teman-teman blogger dan ulasan kustomer di review Blibli.com, pilihan saya jatuh kepada Daniel Klein Men DK 103787.
Daniel Klein Men DK 103787
Sumber: Blibli.com
Ketika pertama kali melihatnya saya sudah jatuh cinta pada jam tangan ini. Ada beberapa pertimbangan kenapa saya memilih Daniel Klein Men DK 103787:1. HargaHarganya Rp499.000. Untuk sebuah jam tangan yang akan diberikan kepada seseorang yang istimewa, harganya cukup pantas, tidak terlalu murah juga tidak terlalu mahal. 2. DesainDesainnya elegan sekaligus gagah, seperti Bapak saya *ehem. Saya juga sengaja memilih tali kulit, bukan logam karena Bapak pekerja bangunan dan jarang sekali diam. Kalau talinya kulit kan lebih pas dan tidak bergeser-geser ketika dipakai. 3. WarnaAda dua warna, hitam dan cokelat. Tapi karena warna kulit kami sama: sama-sama sawo terlalu matang. Jadi saya memilih yang warna cokelat supaya agak terang. Aksen jarum jam berwarna merah juga memberikan nilai lebih, terlihat lebih dinamis.4. UkuranDengan diameter 4.5 cm, pasti pas sekali di tangan Bapak. 5. Water ResistantIni sangat penting. Bapak kan pemancing garis keras, tidak lucu kalau jam tangannya mati hanya gara-gara terciprati air ketika dia sedang memancing. Jam tangan yang saya rusakkan dulu water resistant juga sebetulnya. Tapi entahlah, saya memang punya chemistry kuat untuk merusakkan sesuatu.6. GaransiIni juga penting. Ada garansi 1 tahun, jadi saya bisa tenang. 7. Gratis PengirimanSssttt ... jangan bilang-bilang, cewek memang paling tidak tahan jika melihat kata "gratis" dipampangkan. 

Jika teman-teman penasaran dengan detailnya, bisa diintip di sini.
*Untuk melengkapi hadiah Hari Ayah ini, saya sudah membuat sebuah surat.
Untuk Bapak,Pak, Bapak ingat nggak dulu Teteh pernah meminjam jam tangan hadiah dari Pak Wawan? Apa Bapak juga ingat waktu jam itu tertinggal di bak kamar mandi? Waktu itu Teteh takut kalau Bapak marah, jadi Teteh sembunyikan di tas sekolah selama berhari-hari. Tapi Bapak tidak marah, Bapak hanya meminta jam rusak itu lalu menyimpannya.   
Bapak mungkin sudah lupa, tapi Teteh tidak. 
Pak, jangan pernah menganggap pemberian Teteh ini sebagai balas jasa. Karena walau bagaimanapun, walau seumur hidup Teteh mengumpulkan uang, Teteh tidak akan pernah bisa membalas. Anggap saja ini sebagai rasa terima kasih dan permintaan maaf.  
Maaf karena selama ini Teteh belum bisa menjadi anak sulung yang membuat bangga keluarga. Teteh ingat bagaimana dengan bangga Bapak selalu bercerita kepada teman-teman Bapak tentang prestasi-prestasi Teteh di sekolah. Teteh ingat bagaimana Bapak dan Ibu menyimpan harapan besar terhadap masa depan Teteh. Teteh ingat bagaimana Bapak menemani Teteh lari pagi agar fisik Teteh siap untuk masuk angkatan laut. Teteh juga ingat bagaimana kecewanya Bapak ketika akhirnya Teteh malah memutuskan untuk mencari jati diri di luaran, di jalanan.  
Teteh janji, Pak. Tidak akan lagi menyia-nyiakan hidup. Teteh janji akan kuliah, menjadi orang pertama yang bertitel sarjana di keluarga kita. Teteh janji akan menjaga diri agar tidak lagi mencorengkan arang di wajah Bapak dan Ibu. Teteh janji akan melakukan sebaik-baiknya usaha untuk membuat Bapak dan Ibu bangga, juga bahagia. 
Selama 32 tahun hidup Teteh, baru kali ini memiliki kesempatan untuk memberikan Bapak hadiah. Bukan benda mahal, tentu tidak sepadan jika dibandingkan dengan yang sudah Bapak berikan kepada kami.  
Pak, selamat Hari Ayah. Jaga kesehatan, jangan terlalu sering mancing malam-malam. Ingat lho, Pak. Sekarang sudah punya dua cucu laki-laki dari Teteh dan dari Wiwi. Harus jaga kondisi supaya bisa mengajak Aksa dan Mika bermain sepak bola.  
Surat ini juga disertai doa agar Bapak dan Ibu senantiasa dilindungi Tuhan. Teteh juga mohon doa agar selalu ditunjukkan kepada jalan kebaikan.  
Salam hormat,
Teh Uchan  

         
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 11, 2015 15:03

November 6, 2015

[RESENSI] Sycamore Row dan Kisah-Kisah yang Berusaha Kita Lupakan

Sumber: Koleksi pribadi
Saya penggemar garis kerasnya John Grisham sejak dulu kala, meski selalu gagal menyebutkan novel Grisham yang mana saja yang sudah pernah saya baca. Mungkin karena nyaris semua judul novelnya dimulai dengan "the", tapi ada beberapa judul yang kisahnya tidak pernah saya lupa: A Time to Kill, The Rain Maker, The Street Lawyer, dan yang terbaru Sycamore Row

Memang tidak ada hal baru yang ditawarkan Grisham dari novel-novelnya: pengacara muda, Mississippi, kasus-kasus yang pelik, persidangan, kadang-kadang rasisme, dan hal-hal semacam itu. Tapi bukan itu yang ingin saya soroti dalam pura-pura resensi ini. 

Sycamore Row merupakan -katakanlah- sekuel dari A Time to Kill, tentang pengacara muda di Ford Country, Jake Brigance, yang menerima sepucuk surat dari Seth Hubbard. Surat itu berisi penunjukkan dirinya sebagai pengacara surat wasiat. Kedengarannya normal, tapi masalahnya Jake tidak mengenal dan belum pernah bertemu dengan Mr. Hubbard, lelaki kulit putih kaya yang gantung diri beberapa hari sebelumnya.

Surat wasiat ini juga kontroversial karena Mr. Hubbard menyebutkan secara eksplisit bahwa seluruh kekayaannya yang bernilai $24 juta (Novel ini berlatar tahun 1988, jadi Anda bisa membayangkan sebesar apa warisannya) tidak sepeser pun diberikan kepada dua anak dan cucu-cucunya. Warisan sebesar itu justru diberikan untuk 3 pihak: 5% untuk gereja, 5% untuk adiknya Ancil Hubbard yang entah berada di mana, 90% untuk pengurus rumah tangganya yang berkulit hitam, Lettie Lang.     

Masalah dimulai dari sini. Surat wasiat tulisan tangan itu serta-merta membatalkan surat wasiat resmi (dibuat oleh biro hukum) yang dibuat sebelumnya. Maka terjadilah gugatan dari kedua anak Mr. Hubbard. 

*
Terlepas dari beberapa typo yang ada, saya berani memberikan 4 bintang untuk novel ini. Sebagai cerpenis yang sedang berusaha keras menjadi novelis, banyak hal yang saya amati dari Sycamore Row.


PENOKOHAN & KARAKTERISTIKIni yang membedakan para penulis luar dengan para penulis Indonesia. Beberapa penulis di Indonesia masih terjebak dalam dikotomi hitam dan putih. Baik dan jahat. Antagonis dan protagonis. Tapi tidak begitu dengan Grisham.

Tokoh-tokoh di dalamnya memiliki karakter yang kuat, saya sampai menyangka bahwa deskripsi dan dialog setiap tokoh ditulis oleh orang yang berbeda. Pun, tidak ada tokoh yang digambarkan bak malaikat seperti (maaf) Akhi Fahri, tidak ada juga tokoh super jahat seperti dalam sinetron-sinetron kita.

Tokoh favorit saya adalah Lucien Willbanks dan Harry Rex. Mereka berdua adalah pengacara "bermasalah" tapi dengan cara mereka sendiri-sendiri berhasil membantu Jake Brigance dalam usaha memenangkan kasus warisan ini. Saran saya, ketika membaca Sycamore Row, tolong tahan keinginan Anda untuk melemparkan sepatu kepada mereka berdua.

Saya tidak ingin membahas Jake Brigance karena tokoh utama dalam novel-novel Grisham biasanya agak tipikal. 


DIALOGDialog adalah salah satu unsur intrinsik karya fiksi, juga berfungsi untuk membangun karakteristik tokoh. Sudah lama saya belajar cara membangun dialog dari novel-novel John Grisham. Dan ya, dialog-dialog di dalam Sycamore Row bukan sekadar tempelan. 

Selera humornya juga lucu. "Candaan khas Amerika" begitu saya menyebutnya. Saya bahkan masih bisa tertawa padahal adegan sedang tegang-tegangnya. Kenikmatan membaca ini tentu tidak akan didapat tanpa jasa pengalih bahasa Lily Mayanti Boynton. 


KONFLIKSycamore Row ini tebalnya 640 halaman dengan ukuran buku 23 cm. Saya menyelesaikannya dalam 24 jam karena memang sulit untuk berhenti. Persidangan memang selau menjadi hal yang menarik dan menegangkan. 

Dengan teknik roaler coaster, Grisham berhasil menggaet pembaca untuk terus memamah novelnya. Jadi memang tidak ada kalah terus, lalu menang di ending. Juga tidak ada menang gemilang yang klise itu. 

Ada bagian ketika Jake Brigance dan timnya tidak memiliki harapan untuk menang, ada juga bagian harapan-harapan kecil seperti sengaja disisipkan. Yang paling membuat deg-degan adalah ketika di persidangan dihadirkan seorang saksi perempuan kulit hitam yang sempat terlibat skandal seksual dengan Seth Hubbard. Jadilah pada saat itu juri menganggap bahwa keputusan Seth Hubbard memberikan 90% warisan untuk Lettie Lang dikarenakan ada hubungan pribadi di antara mereka. Hal yang dianggap tidak pantas pada saat itu.

Konflik novel ini sangat kaya. Yang paling mengesankan adalah hadirnya tokoh Simeon Lang, suami Lettie. Mr. Lang ini sopir truk, pemabuk, jarang pulang, dan pada puncaknya melakukan sesuatu yang bisa menyebabkan Lettie kehilangan warisan. 


PESAN MORALIni yang membuat Sycamore Row menjadi salah satu novel Grisham favorit saya. Sentuhan humanisme. Ada banyak yang ingin dikatakan novel ini, meski tidak secara gamblang. Sycamore Row berhasil mengetuk-ngetuk rasa kemanusiaan pembacanya. Bahwa keadilan adalah hak setiap orang. Bahwa manusia tidak hanya dinilai oleh warna kulit, kekayaan, atau status sosialnya.

Rasisme, sudah menjadi bagian sehari-hari di setiap negara dan budaya. Ini novel Amerika, pengarang Amerika, negeri yang disebut-sebut sebagai biang kapitalisme. Negeri yang sering dijadikan musuh dalam perdebatan politik di negara kita. Tapi justru di sinilah fungsi sastra. Mencerminkan latar belakang budaya penulis dan lingkungannya.

Honestly, saya merasa malu ketika membandingkannya dengan novel-novel kita. Memang tidak semua, tapi kita para penulis Indonesia masih saja berusaha menjejalkan kebenaran yang kita yakini dengan cara-cara yang tidak elegean. Pun kebenaran dan pesan moral dalam novel-novel kita masih berkutat di seputaran agama, suku, dan nilai-nilai yang sebetulnya lebih pantas menjadi konsumsi kamar pribadi.      

Dalam hal ini, novel-novel Indonesia masih jauh tertinggal.


KLIMAKS DAN ENDINGKejutan yang mencengangkan. Saya tidak tahu bagaimana cara menggambarkannya, juga tidak mau menerangkan kepada Anda karena akan dianggap spoiler. Yang jelas, ending novel ini menghangatkan dan agak sukar dilupakan. 

Meski setelah selesai membaca, saya masih saja merasakan getirnya. Berharap bahwa bukan seperti itu kejadiannya. 


*
Judul: Sycamore Row
Penulis: John Grisham
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2015
Tebal: 640 halaman, 23 cm
Bintang: 4/5
            
   

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 06, 2015 19:21

Mimpi dan Ilusi

Skylashtar Maryam
An author's blog ...more
Skylashtar Maryam isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Skylashtar Maryam's blog with rss.