Skylashtar Maryam's Blog: Mimpi dan Ilusi, page 4

March 31, 2016

Rasa Curiga Mungkin Saja Menyelamatkan Nyawa Kita


Konon, manusia dibekali nurani agar tetap menjadi manusia. Konon, manusia dibekali pula dengan insting dan pengetahuan untuk memertahankan diri, bukan hanya dari para pemangsa, tapi juga dari sesama. Malam tadi saya kembali membuktikan itu. 

Malam tadi saya bermaksud pulang ke Cimahi dari Terminal Bekasi setelah mengajar infografis di LaCookie dan nongkrong asyik dengan Mak Winda Krisnadefa, niatnya sih akan menumpang bus Prima Jasa jurusan Bekasi-Leuwi Panjang. Sialnya, bus yang saya maksud hanya beroperasi sampai pukul 9 malam, sedangkan saya baru sampai di terminal pukul 10 malam. Entahlah, setiap kali ke luar kota saya selalu luput untuk membekali diri dengan hal-hal teknis seperti ini. Padahal saya selalu merasa diri sebagai periset ulung, ternyata ketajaman insting saya untuk meriset data dan fakta hanya berlaku ketika menulis, tapi tumpul dalam kehidupan nyata.

Terminal, stasiun, bandara, dan tempat-tempat semacam ini selalu menjadi tempat berbahaya terutama di malam hari. Terutama di kota-kota besar. Terutama bagi perempuan yang doyan nyasar.

Ketika tahu bus Prima Jasa jurusan Bandung sudah tidak ada, hal pertama yang saya lakukan -tentu saja- adalah bertanya. Ini kesalahan pertama. Karena saya bertanya kepada siapa saja yang ada di depan mata, dan yang ada di sana hanya tukang ojek. Tukang ojek yang mengatakan tak ada bus ke mana pun. Tukang ojek yang mengatakan satu-satunya pilihan yang harus saya ambil adalah memakai jasanya. Yang mengatakan bahwa mereka akan mengantarkan saya ke Jatibening, tempat yang sangat jauh sehingga saya pantas membayar 40 ribu rupiah.

Padahal tahukah Anda bahwa jarak Terminal Bekasi-Jatibening hanya 9 km dan bisa ditempuh hanya dengan 20 menit di malam hari seperti itu? Sialnya, malam tadi saya tidak tahu fakta ini sehingga nyaris saja percaya dan akan langsung melompat ke sadel motor salah satu dari mereka. Untungnya, insting saya mulai berjalan. Saya mulai curiga.

Di tengah-tengah terminal, saya mengeluarkan smartphone dengan maksud menghubungi teman-teman saya, meminta petunjuk arah. Ini kesalahan kedua. Sembrono, kalau kata si Akang.

Karena tidak yakin dengan metode kepulangan yang harus saya tempuh, saya menuju warung kopi terdekat, kembali mengeluarkan smartphone, merokok dengan maksud membaur dan menjinakkan diri. Ini kesalahan ketiga. Tidak semua warung kopi seramah dan sehangat dalam pikiran kita, terutama di malam hari.

Niat hati ingin mencari informasi berakhir dengan saya yang dipalak oleh entah siapa yang tiba-tiba duduk di samping kanan saya. Saya katakan dipalak karena dia memaksa. Tidak banyak memang, hanya sebatang rokok. Tapi jika nasib saya sial, mungkin akan lebih dari itu. Baru setengah batang rokok saya isap, kembali datang orang asing yang duduk di samping kiri saya, tukang ojek lain. Lagi-lagi, saya dicekoki informasi bahwa tidak ada bus, bahwa dia akan mengantar saya ke Jatibening, bahwa jaraknya sangat jauh, bahwa ongkosnya 40 ribu rupiah.

Saya menolak percaya. Saya masih curiga.

Anda mungkin bertanya, apa yang dilakukan tukang warung? Tidak ada. Bung, Nona, izinkan saya mengatakan sekali lagi bahwa di tempat-tempat seperti itu setiap orang saling menjaga diri dengan cara tidak mencampuri urusan masing-masing. Dan musafir yang tidak tahu jalan pulang seperti saya masuk kriteria "urusan masing-masing" itu tadi. 

Saya tidak ingin mengatakan bahwa Terminal Bekasi penuh orang jahat, urusannya tidak sesederhana itu. Saya pernah mengalami situasi yang nyaris sama di Stasiun Bandung, Terminal Cicaheum, Leuwi Panjang, bahkan di daerah Pasteur. Keamanan memang tidak pernah berjodoh dengan malam. Dengan perempuan. 


TERMINAL BEKASIMalam tadi, saya bisa saja bermalam di Bekasi, menginap di rumah salah satu teman saya. Tapi, ada begitu banyak perkerjaan yang harus diselesaikan. Melewatkan satu malam di tempat orang bukan kemewahan yang bisa saya dapatkan beberapa hari ini. Saya harus pulang, segera.
 
Mungkin Anda akan berkata, "Tapi bermalam di rumah teman bisa menyelamatkan nyawa." Dengan senang hati saya akan menjawabnya dengan, "Tapi saya ini keras kepala dan pekerjaan berada di urutan pertama bagi saya."
 
Karena tidak ada satu orang pun di terminal yang bisa memberi informasi dan solusi, hanya satu yang bisa saya andalkan sebagai penolong: teknologi komunikasi.

Dan satu-satunya orang yang berada di lingkaran teknologi komunikasi serta bisa memberikan solusi dengan tepat di saat-saat genting seperti itu hanyalah satu orang: si Akang. Well, setidaknya dia membuat saya merasa tenang.

Saya tahu dia kesal karena ini bukan kali pertama saya ketinggalan bus atau kereta atau travel dalam usaha pulang ke Cimahi. Bukan kali pertama pula saya meminta petunjuk arah atau solusi alternatif. Tapi hey, buat apa punya kekasih teman kalau tidak bisa difungsikan sebagai GPS? #Eh

"Bus jurusan Kampung Rambutan masih ada?" tanyanya.

Saya celingukan, meneliti satu per satu bus yang masih beroperasi. "Masih," lapor saya.

"Naik itu, turun di Jatibening, nyebrang. Naik bus Mayasari Bakti, ajak kondekturnya bicara basa Sunda."

Saya percaya. Segera beranjak dari warung kopi, meninggalkan tukang ojek yang terus mendesak, naik bus jurusan Terminal Bekasi - Kampung Rambutan, bus terakhir malam tadi.

Anda tahu berapa ongkos yang harus saya keluarkan? DELAPAN RIBU RUPIAH. Bandingkan dengan jika saya naik ojek. Selain ongkos yang jauh lebih mahal, keselamatan saya pun tidak terjamin. Tidak, saya tidak takut diperkosa atau dicelakakan. Saya cuma takut notebook, kamera, dan smartphone saya dirampok. Konyol memang, tapi harga nyawa manusia itu relatif, setidaknya bagi saya.
BUS: TERMINAL BEKASI - KAMPUNG RAMBUTAN"Pak, saya mau naik bus ke Bandung. Nanti tolong turunkan di Jatibening ya. Makasih," ujar saya kepada sopir bus.

Sopir bus, lelaki setengah baya di depan saya hanya mengangguk. Tapi, tahu tidak? Saya tidak diturunkan di Jatibening melainkan dibawa sampai ke Kampung Rambutan. Rasanya ingin menangis dan lompat dari bus saat itu juga ketika sadar bahwa saya sudah melewati UKI, Jatibening hanya titik merah di layar GPS, berkilo-kilo meter di belakang.

"Pak, tadi kan saya bilang mau naik bus ke Bandung di Jatibening. Ini sudah sampai mana?" saya mulai panik.

"Jam segini udah nggak ada bus jurusan Bandung di Jatibening. Tadi lihat kan? Nanti saya turunkan di Kampung Rambutan, banyak bus arah Bandung."
 
Pukul 11 malam dan dia benar. Sepanjang jalan saya memang tidak melihat satu pun bus antarkota yang terlihat. Saat itu insting saya memutuskan untuk percaya.

Bus berhenti sebelum Terminal Kampung Rambutan, tepat di belokan tempat berbagai macam taksi dan bus antarkota berada.

"Turun di sini, Neng. Itu tuh bus ke Bandung. Saya tungguin di sini sampai dapat bus."
 
Tergesa, saya turun, berjalan menuju bus-bus yang terparkir. Memang tidak ada bus jurusan Bandung, yang ada adalah bus jurusan Garut, bus terakhir malam itu. Entahlah, mengapa malam tadi saya selalu berurusan dengan bus terakhir. 


Sebelum seluruh badan saya ditelan bus, saya mengacungkan jempol ke arah bus Terminal Bekasi - Kampung Rambutan yang tengah berhenti sembarangan di belokan, memberikan tanda bahwa situasi sudah terkendali.
BUS: BEKASI - GARUTKondektur bus antarkota lebih bisa dipercaya daripada tukang ojek terminal, asal Anda tahu saja. Karena itu bus jurusan Garut dan tidak melewati Leuwi Panjang, jadi saya minta diturunkan di Kopo.
 
Sebentar, perjalanan saya belum berakhir. 

Beberapa menit kemudian seorang pemuda yang duduk di belakang saya menyapa, menanyakan saya akan turun di mana. Ternyata dia dan beberapa temannya juga mengalami nasib yang nyaris sama, ketinggalan kereta. 

Dilihat dari sisi yang berbeda, mereka justru lebih pantas dikasihani. Mereka asal Jakarta, sedang melakukan perjalanan menuju Lembang, akan diturunkan di Kopo dengan semena-mena, dan mereka tidak tahu harus dengan cara apa supaya bisa sampai di Lembang. Karena rasa kasihan itulah saya memutuskan untuk mengantar mereka sampai Ciroyom atau stasiun agar mereka bisa naik angkot ke Lembang.
 
"Sudah sampai mana?" sebuah pesan masuk, dari si Akang.
 
"Kampung Rambutan, bus jurusan Garut," jawab saya.

"Kok? Nggak ada bus yang langsung ke Bandung?"

"Nggak ada, udah habis," mungkin ada, tapi saya malas membahas bahwa saya tidak tahu Jatibening itu seperti apa sehingga saya terbawa ke Kampung Rambutan. Hey, hidup juga harus berimprovisasi, bukan? Lagi pula, kalaupun saya turun di Jatibening, mau naik apa? Toh sudah tidak ada bus.

"Mau turun di mana?"

"Kopo."
 
"Memang tahu dari Kopo ke Cimahi naik apa?"

"Tahu dooonggg. Naik Soreang - Leuwi Panjang lalu lanjut ke Cimahi, kan?" padahal saya ngarang. Saya bahkan lupa pintu tol Kopo itu seperti apa dan saya tahu bahwa angkot menuju Cimahi paling hanya ada sampai pukul 11 malam.

"Turun di Padalarang juga bisa," ia memberi saran.

"Tapi aku mau nganter dulu temen sampai mereka dapet angkot Lembang. Anak Jakarta, katanya nggak tahu angkot ke Lembang. Kasihan."

 "Lho, aku kira kamu sendirian."

"Ya memang sendirian, anak-anak ini ketemu di bus."

"Laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki," saya menahan napas. Tahu betul dia akan bilang apa.

"Ya biarin aja, tho?"
 
Dengan kata lain, si Akang cuma mau bilang bahwa mereka laki-laki, beberapa orang pula, sedangkan saya perempuan dan sendirian. Yang seharusnya diselamatkan adalah saya. 

"Perjalanan paling lama 4 jam, nanti mah sudah Subuh, aman," katanya menutup percakapan.
 
Tidak ada ucapan "hati-hati di jalan" atau "jangan lirik-lirik lelaki lain di dalam bus". Dem! Lelaki kadang makluk praktis yang menyebalkan.

"Iya," hanya itu jawaban saya. Saya mengatakan kepada kondektur bahwa saya minta diturunkan di Padalarang walau sebetulnya siap diturunkan di mana saja asal jangan terbawa sampai ke Garut.
 
Sebelumnya, saya menuliskan rute angkot di secarik kertas, menyerahkannya kepada pemuda di belakang saya disertai permintaan maaf karena saya tidak bisa mengantar mereka. Tak lupa saya berpesan bahwa minimarket 24 jam lebih aman daripada stasiun atau terminal, kecuali minimarket di daerah Cibiru.
PINTU TOL DARURAT: CIMAREMEPukul setengah tiga pagi, kondektur membangunkan saya.
 
"Neng, turun di Cimareme saja ya," dia menunjuk arah sopir, meminta saya pindah tempat duduk.

Dengan keluguan seorang musafir, saya menurut, turun dari bus pada pukul setengah 3 dini hari lalu ... ini di manaaa? Ketika bus kembali berjalan, saya baru sadar tengah berdiri di tepi jalan tol, di jalan layang, pada pukul setengah 3 dini hari.

"Ini bukan Cimareme, bangsat! Ini bahu jalan tol yang akan membuat saya terbunuh kapan saja," saya mengutuk kondektur bus yang telah menyeret saya ke dalam situasi kritis. Memangnya apa yang harus saya lakukan di atas jalan layang? Melompati benteng ke jalan di bawah sana untuk mencari angkot Cimahi?

Sinting! Saya kembali mengutuk.

"Neng, bade ka mana?" suara lelaki terdengar tak jauh dari saya.

Saya menoleh dengan takut-takut. Dirampok atau dianiaya di bahu jalan tol pada dini hari buta adalah cara mati yang tidak elegan, pikir saya. Lebih baik saya menabrakkan diri ke mobil-mobil yang tengah melaju.

"Neng!"

Seorang lelaki berdiri dengan ransel besar di bahu, beberapa meter dari tempat saya berdiri. Uh oh, ternyata dia sesama penumpang bus. Saya memicingkan mata, menajamkan radar bahaya. Oke, lelaki seumuran si Akang itu terlihat seperti lelaki baik-baik. Setidaknya radar saya mengatakan demikian.

"Nggg ... anu, Kang. Bade ka Cibabat. Dupi ieu kaluar tolna ka palih mana, nya?"

Ia mendekat, saya siaga. Sebetulnya saya sudah lupa semua kata karate tapi tidak apa-apalah, namanya juga usaha. Ia memberi aba-aba agar saya mengikutinya. Jadilah kami beriringan di tepi jalan tol seperti dua petualang tolol. Well, saya sih yang tolol, ia tidak karena setidaknya ia tahu apa yang sedang dilakukan.

Kendaraan demi kendaraan masih melaju di samping kami, kami cuma punya space tak lebih dari 30 cm agar tidak terserempet mobil. Kalau Anda ingat plang "Dilarang menurunkan penumpang di jalan tol" sekarang Anda tahu kan mengapa plang itu dibuat? Iya, untuk mencegah orang-orang berbuat tolol.

Ia, lelaki itu, menjauh dari jembatan dan berhenti di depan dinding pembatas jalan tol yang tingginya hanya 1 meter. Tidak cukup tinggi memang, tapi di balik dinding adalah tanah landai penuh semak-semak yang berakhir di dinding tinggi lain. Siapa yang cukup gila melintasi medan itu hanya untuk masuk ke jalan tol? Oh, oke, ternyata ada orang yang cukup gila karena di balik dinding jalan tol itu ada sebuah tangga kayu, di ujung tangga kayu ada jalan setapak yang mengular hingga ke dinding pembatas di bawah sana.

Saya memanjat dinding lalu turun melalui tangga itu duluan, menuju din ... dua orang dengan senter di tangan mereka, tak jauh dari dinding tinggi yang membatasi tanah penuh semak-semak dengan jalan di bawahnya. Apa ini? Panitia penyambutan? Saya menoleh ke belakang, meminta penjelasan. Lelaki di belakang saya hanya memberikan pandangan "jalan saja terus" tanpa berkata apa-apa.

Otak cerpenis itu selalu penuh drama, Anda mengerti, kan? Selama menuruni jalan setapak itu otak saya menggubah sebuah cerita, cerita bahwa saya adalah korban sebuah konspirasi komplotan perampok. Si lelaki di belakang saya bertugas menggiring korban sedangkan kedua kawannya bertugas menjaga agar korban tak lari ke mana-mana. Saya pasrah, siap menyerahkan barang-barang berharga di dalam tas asalkan saya tetap dibiarkan hidup, kembali kepada anak-anak, menikah dengan si Akang, punya anak lagi, lalu hidup bahagia sampai dongeng berakhir.

Ketika sampai di ujung jalan setapak, dua lelaki dengan senter menyambut kami dengan pertanyaan, "Ka mana, Kang, Neng? Ojek?"

"Hah?" saya bengong. Ojek? Lagi?

Jadi mereka berdua bukan bagian dari komplotan penjahat yang sedang berusaha merampok diri ini? Jadi saya tidak akan masuk koran atau duduk di kantor polisi sambil membuat BAP? Jadi, mereka adalah tukang ojek yang berinovasi dengan cara menjemput bola di pintu tol darurat pada jam-jam setan?

Saya ingin tertawa. Kalau perlu, terbahak-bahak.

Tolong bilang pada Nadiem Makarim, aplikasi dan inovasi Go-Jek tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan tim ojek penyambutan di pintu tol darurat.

Saya menoleh ke belakang, kali ini bukan untuk meminta penjelasan, melainkan meminta petunjuk. Lelaki di belakang saya itu hanya menggeleng.

Kedua tukang ojek turun duluan. Saya naik ke dinding pembatas, turun dengan tangga kayu ke jalan di bawah sana.

"Ka mana, Neng?" salah satu dari mereka bertanya dengan nada mendesak.

"Cibabat," jawab saya jujur.

"Udah nggak ada angkot atuh jam segini mah, naik ojek aja. Hayu saya antar," suara tukang ojek semakin mendesak. Saya tidak berani bertanya perkara ongkos.

"Ari Akang bade ka mana, Kang?" tukang ojek kedua bertanya kepada lelaki di belakang saya.

"Ka Saguling saya mah. Neng, tunggu angkot di sini," katanya tegas. Sekaligus mengatakan kepada kedua tukang ojek itu bahwa dia tidak akan membiarkan cewek seksi di depannya jatuh ke tangan mereka. Oh, my hero!

Tukang ojek yang tadinya hanya dua orang kemudian bertambah tiga, mereka mengatakan hal yang sama: tidak ada angkot ke Cibabat. Saya tidak percaya karena memang tidak ingin percaya.
 
Tepat ketika "tidak ada angkot" menjadi viral karena diucapkan berulang-ulang dengan nada mendesak, sebuah angkot Cimahi arah Leuwi Panjang melitas di seberang jalan. Lelaki si penyelamat saya berteriak untuk menghentikannya.

Sebelum berlari ke seberang jalan yang lengang, saya kembali menoleh ke belakang, ingin mengucapkan terima kasih. Sebetulnya saat itu saya tergoda untuk mendaratkan satu pelukan atau memberi kartu nama, tapi saya urungkan karena hati ini sudah dimiliki orang lain.
 
Hati saya masih milik si Akang berjenggot mendebarkan. Utuh miliknya. *hapasih
ANGKOT: CIMAHI-LEUWI PANJANGPukul 3 lebih 10 menit pagi saya sampai di depang gang. Selamat.

Ketika menyerahkan selembar uang 5 ribu untuk ongkos, sopir angkot mengeluarkan kalimat yang sudah terbiasa saya dengar, "Kurang sarebu, KANG."

Saya menyerahkan selembar uang lagi lalu melenggang ke kosan sambil tertawa sekaligus meringis.

Dalam satu malam, insting saya diuji. Dalam satu malam, nurani saya juga diuji. Dalam satu malam, saya belajar bahwa rasa curiga dan rasa percaya hanya setipis kulit ari.

Tapi, pelajaran paling penting adalah bahwa tanpa saya sadari, penampilan saya yang lebih mirip lelaki barangkali telah "menyelamatkan" saya berkali-kali. Di kota mana pun, pada jam berapa pun, perempuan yang melakukan perjalanan seorang diri memiliki risiko tinggi.

Cangkang andorogini yang saya miliki, yang sering kali saya kutuki, mengambil fungsi sebagai pelindung. Siapa pula yang tega berani mencelakai manusia yang jenis kelaminnya tidak bisa diidentifikasi dalam sekali lirik?

Cangkang androgini yang saya miliki ternyata adalah salah satu sistem pertahanan, memastikan saya aman dari para "pemangsa", dari kejahatan sesama.

Sambil membuka kunci kamar kosan, saya bergumam, "Tuhan, Anda aneh, deh."

Salam,
~eL

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 31, 2016 23:56

March 30, 2016

Mencari Jakarta, Kota Jejak Luka



Ketika memutuskan untuk berangkat ke Jakarta bulan Desember tahun lalu, saya bahkan tidak tahu apa yang sebetulnya tengah saya cari. Memenuhi undangan temu blogger hanyalah alasan agar saya bisa pergi dari Cimahi, kembali datang ke kota yang dari namanya saja sering kali mendatangkan rasa nyeri. Jakarta, kota yang begitu asing. Kota dengan gedung-gedung tinggi laksana raksasa baja yang memamah manusia. Yang jalan-jalannya riuh dengan deru kendaraan namun sunyi dari percakapan.
 
Mungkin saya mencari kesempatan, mungkin juga tidak.

Saya berangkat dari Stasiun Bandung menuju Bekasi, menginap dua malam di rumah Teh Lidya agar besoknya bisa langsung ke Tokopedia, menumpang mobil Teh Irma Senja. Sepanjang perjalanan di dalam kereta, pertanyaan saya masih saja sama, "Apa yang saya cari?" Untuk apa saya repot-repot menitipkan Aksa selama beberapa hari? Untuk apa saya menghabiskan dana dan waktu? Untuk apa?
 
Hari pertama, saya tidak menemukan jawaban.

Hari kedua, nyaris seharian saya habiskan di Jakarta, menghadiri dua acara di hari yang sama. Yang pertama di Tokopedia, yang kedua di Grand Indonesia. Tapi saya tak jua menemukan apa-apa. Jakarta masih menjadi kota yang asing.

Hari ketiga saya habiskan sendirian, hadir di acara workshop IRF. Seharusnya setelah acara IRF selesai saya langsung pulang, tapi entah kenapa saya malah memutuskan untuk hadir di acara peluncuran smartphone keesokan harinya padahal saya belum tahu mau menginap di mana.
 
Sejak terjun ke dunia penulisan, saya tidak pernah takut jika harus bepergian ke luar kota karena akan selalu tersedia tempat untuk bermalam. Malam itu pengecualian, beberapa orang yang saya hubungi tidak memberikan respons, beberapa orang lagi hanya bercanda, lebih banyak pula yang memberikan ide utopis. Maka saya berjalan dari Synthetis Square untuk mencari minimarket yang buka 24 jam. Perjalanan mencari minimarket ini pun tak mudah. Hujan deras tiba-tiba datang, membuat saya terhambat di jembatan penyebrangan. Bahu kiri saya sudah berdenyut-denyut sakit ketika saya meneruskan perjalanan hingga terdampar di Sevel di daerah Guru Mughni.

Hujan kembali turun, saya lapar, tak punya uang, lelah, dan kesepian.

Saya mulai membenci Jakarta. Benci sebenci-bencinya.


EVAKUASIKarena sudah terbiasa tidur di jalanan, malam itu saya melepaskan segala macam kekesalan, berusaha menikmati suasana seperti biasa. Tidak sulit bagi saya memutar mood, saya hanya perlu secangkir kopi dan beberapa batang rokok. Nikotin dan kafein membuat saya jinak, percayalah.

"Ukh, masih di Sevel? Pesan Go-Jek ke sini ya, nanti aku yang bayar," sebuah pesan datang. Dari teman, laki-laki.

Tadinya saya akan menolak ajakannya karena sudah memutuskan untuk memulai kembali pencarian. Mencari sesuatu yang tidak saya tahu apa tentu bisa dimulai dari meja minimarket 24 jam. Tapi teman saya itu memaksa, mengatakan bahwa saya berutang diskusi tentang Tuhan dan agama dengannya.

"Sialan!" maki saya dalah hati. "Giliran dapat suaka malah harus dibayar dengan diskusi semacam itu."

Jadi pergilah saya ke tempat teman saya itu setelah sebelumnya 3 kali gagal memesan Go-Jek. Pukul 10 malam, di tengah gerimis, seorang perempuan melintasi kota Jakarta untuk bermalam di tempat temannya dengan bayaran diskusi tentang agama.

Sialan, maki saya lagi.

Singkat cerita, tibalah saya di tempat teman saya itu. Minta makan, minta rokok, numpang mandi, dan numpang tidur. Tentu saja dia tidur di kamar lain.

STASI TERAKHIR Di hari keempat, sehabis menghadiri peluncuran smartphone terbaru di sebuah mal, saya tak jua pulang. Waktu itu saya malah ikut blogger lain ke acara peluncuran sebuah produk makanan.

Ketika acara selesai, lagi-lagi saya harus merepotkan seorang teman. Dia menunggui saya, memesankan ojek online, dan memastikan saya bisa pulang ke Cimahi dengan selamat tanpa insiden ketinggalan kereta.

Tapi, petualangan saya memang belum berakhir. Mungkin karena pencarian saya pun belum berakhir. Berkali-kali kami memesan ojek online untuk ke Gambir, berkali-kali itu pula tidak berhasil. Ada driver yang sudah menuju lokasi, tapi dia kembali lagi karena katanya lokasi kami susah ditemukan. Bedebah memang.

Akhirnya rute pulang saya dialihkan ke Stasiun Senen karena tidak memungkinkan untuk mengejar Argo Parahyangan di Gambir.

Hingga kereta bertolak menuju Cimahi, pencarian saya belum selesai. Saya masih tidak menemukan apa-apa kecuali rasa lelah luar biasa. Badan saya sudah berbau bacin, bahu kiri saya sudah terasa nyeri menusuk-nusuk karena terlalu lama menggendong ransel, tapi saya tidak juga menemukan apa yang saya cari di Jakarta.
 
Sekali lagi, sialan!

KEPULANGAN Stasiun Cimahi lengang dan gigil oleh gerimis ketika saya menginjakkan kaki di peron. Pukul 1 pagi dini hari, dengan ransel dan muka kusut, saya seperti petualang yang baru pulang entah dari mana.

Begitu keluar dari stasiun, tak ada satupun kendaraan umum di sana. Tidak ada angkot, tidak ada ojek, tidak ada siapa-siapa. Hanya ada seorang petugas stasiun yang menyapa saya sekadarnya. Minta dijemput? Sama siapa?

Saya duduk di trotoar, mengeluarkan kopi botolan dan sebatang rokok. Di sanalah saya: merokok sendirian di belakang stasiun di tengah gerimis pada pukul 1 dini hari.

Sebelum memutuskan benar-benar pulang ke kosan, itulah kesempatan terakhir saya untuk menemukan entah apa.

Benak saya mulai memutar kembali setiap wajah dan peristiwa tiga hari ke belakang. Memutar kembali pongahnya Kota Jakarta. Mengais-ngais alasan mengapa saya begitu membencinya.

Ingatan saya berlayar kepada beberapa tahun silam. Kepada wajah seorang perempuan. Perempuan yang tinggal di kota yang baru saja saya tinggalkan. Perempuan yang membawa suami saya pergi.

Rasa nyeri itu datang lagi.

Kemudian ingatan saya berlayar kepada wajah dan peristiwa lain. Kepada Teh Lidya yang telah menjamu saya layaknya keluarga. Kepada Uci yang menemani hingga mengantarkan saya ke rumah Teh Lidya setelah acara selesai. Kepada teman lelaki yang tidak bisa saya sebutkan namanya, yang telah repot-repot mengevakuasi dan memberikan saya suaka. Kepada Teh Yuli yang dengan rela menemani dan memastikan saya pulang dengan selamat.
 
Juga kepada teman-teman lain yang saya temui. Teman-teman yang tadinya hanya wajah di media sosial. Teman-teman yang akhirnya bisa berjabat tangan dan bersenda gurau.

Rasa nyeri itu berangsur hilang.

Ternyata saya memang tidak sedang mencari apa-apa karena tidak pernah ada yang hilang dari diri saya. Saya masih punya teman-teman baik. Saya masih punya orang-orang yang peduli. Saya masih punya rasa berani.
 
Ternyata saya memang tidak sedang mencari apa-apa.

Pergi ke Jakarta hanyalah usaha untuk berhadapan dengan masa lalu. Dan saya sudah selesai dengan itu. Persetan dengan perempuan yang telah mencuri suami saya itu, toh setiap orang pada akhirnya akan pergi, cepat atau lambat. Jakarta akan tetap menjadi kota yang pongah di mata saya, tapi tak lagi mendatangkan luka sebab di kota itu pulalah teman-teman saya berada.
 
"Neng, ojek?" sebuah motor melintas di depan saya.

Saya mengangguk, sesaat meneliti penampilan lelaki di depan saya, sekadar berhati-hati "Ka Cibabat, Pak. Gang Eman."

Jarum jam di pergelangan tangan kanan saya merangkak ke angka dua saat ojek yang saya tumpangi mulai melaju membelah gerimis.

Saya pulang, kembali ke kosan. Ke kota yang telah saya kenal.
 
Saya pulang. Pencarian saya selesai.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 30, 2016 09:58

March 28, 2016

MEA, Tidak Ada Tempat untuk Para Profesional Manja


Ada yang sudah pernah membaca buku Megatrends 2000 karya John Naisbitt? John Naisbitt adalah Nostradamus-nya perekonomian dunia. Saya membacanya tahun 1999 dan satu per satu ramalannya menjadi kenyataan, termasuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sedang happening sekarang ini. 

Apa sih MEA ini? MEA adalah sistem perdagangan bebas atau free trade di antara negara-negara ASEAN, Indonesia tentu saja termasuk. Salah satu tujuan MEA adalah untuk mendorong kemajuan ekonomi negara-negara ASEAN. Yang "diperdagangkan" tentu saja bukan hanya barang dan jasa, tapi juga tenaga kerja. 

Ngomong-ngomong soal tenaga kerja, isu perburuhan memang selalu seksi dari tahun ke tahun, sayangnya kita tidak akan membahas itu kali ini karena cakupannya luas sekali. Lagi pula, saya sudah kenyang dengan isu persaingan SDM Vietnam dengan Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Kali ini saya hanya akan membahas bagaimana saya pribadi mempersiapkan diri untuk menyambut MEA yang sudah di ambang pintu. 

Saat ini saya memiliki beberapa profesi sekaligus. Cerpenis, blogger, desainer, dan wirausahawan. Apakah keempat profesi ini punya kans untuk go international? Tentu saja. Toh sebelum ada MEA pun penulis, blogger, dan para desainer Indonesia sudah bersaing di kancah dunia, kok. 

Menurut berita yang saya baca di berbagai media, Presiden Jokowi tidak akan "memanjakan" SDM Indonesia dengan mengadakan subsidi atau hal-hal semacam itu. Memang, akan ada deregulasi, tapi tetap saja masyarakat Indonesia harus mandiri. 

Ada beberapa poin yang saya persiapkan:


1. Serve BetterPoin pertama ini adalah poin "sumbangan" dari si Akang. Da aku mah apa atuh, apa-apa teh nanya mulu sama dia. Hahaha. Tapi dia memang benar, yang harus pertama kali ditanamkan oleh berbagai profesi adalah "how to serve public" karena serve better will produce comfort feeling. Kustomer yang merasa nyaman dengan pelayanan kita akan serta-merta menjadi media promosi. Imbasnya adalah keuntungan bagi kita juga, bukan?

Keempat profesi saya ini 70%-nya bergerak di bidang jasa. Yang dijual bukan hanya keahlian, tapi juga rasa nyaman. And then, saya membuat janji terhadap diri sendiri dalam rangka serve better: 

Memperbaiki komunikasi Fokus kepada kebutuhan kustomer, bukan kepada bujetMenjadi teman, bukan hanya konsultanTidak arogan2. IdeSaya jadi ingat diskusi saya dengan (lagi-lagi) si Akang pada suatu malam ketika saya mengatakan akan membuka lini usaha baru. Tadinya saya pikir ide saya itu sangat brilian karena pelaku bisnis tersebut belum banyak di Bandung, tapi apa yang dia katakan? 
"Neng, logika bisnis hanya karena kelangkaan itu berbahaya. Plagiator bisnis itu bejibun, ada kok kajian antropologisnya. Kamu tidak ahli kan di bidang ini? Kalau tidak memiliki ide baru, maka berbisnislah dengan skill yang kamu kuasai."

Mungkin itu yang membuat saya mencintainya, selain punya jenggot mendebarkan, cerdasnya itu lho setengah mati. Lho kok jadi curhat? Well, yang ingin saya katakan di poin ini adalah bahwa MEA bagi saya tidak lagi tentang barang, jasa, atau tenaga kerja, melainkan tentang ide. Contoh konkretnya banyak, kan? Go-Jek salah satunya. 
Jadi, saya sih menabung ide saja dulu sebelum memutuskan untuk membuka usaha baru yang bertaraf internasional.
3. BahasaHambatan paling besar yang sering dialami kita orang Indonesia adalah bahasa. Bertahun-tahun saya bekerja di perusahaan multinasional dan memiliki atasan yang native berbahasa Inggris dan Mandarin. Iya, selama bertahun-tahun itu pula saya "terpaksa" berbahasa Inggris. Sayangngnya karena sering tidak dipakai, kemampuan berbahasa saya hilang dengan sendirinya. 
Ada juga pengalaman menarik. Ketika menjadi salah satu penulis yang diundang ke Ubud Writers and Readers Festival tahun 2013 silam, seingat saya hanya 2 orang penulis yang bisa berbahasa Inggris, yang lainnya harus menggunakan enterpreteur ketika berbicara di panel. Bagaimana para penulis Indonesia bisa go international kalau gagap bahasa begini?
Nah, sejak beberapa bulan lalu saya mulai lagi belajar bahasa Inggris. Mungkin nanti harus meningkat ke Mandarin, karena seperti kata John Naisbitt, bahasa Mandarin akan menjadi bahasa internasional. Dia terbukti benar. 
4. DigitalisasiInternet adalah harga pasti. Dunia digital bukan lagi cerita di film-film, tapi di depan mata kita. Hingga saat ini, jumlah pengguna Internet di Indonesia menduduki peringkat keempat di Asia. Ada 78 juta pengguna, 78 juta pasar potensial. Itu baru di Indonesia, belum ASEAN. Mau jadi apa kalau saya masih berkutat di media konvensional? Demo dan menuntut economy sharing? #Eh
5. KnowledgeKenapa MEA masih dianggap sebagai ancaman? Bukan karena keahlian SDM kita tidak memadai, tapi karena ketidakpahaman. Jadinya seperti berjalan di kamar gelap, kita hanya menakuti hal-hal yang ada di kepala kita. Sama seperti ketika Free Trade Zone (FTZ) mulai diberlakukan di Batam dulu, rempong-nya minta ampun dari mulai para pengusaha sampai pemerintah. Regulasi ekspor impor aja diganti 3 bulan sekali. Apa nggak gila? 
Jadi ya saya mah santai aja, ngapain takut? Toh, rezeki sudah diatur oleh Tuhan. (Ngomong apa sih lu, Chan?) Oke, begini. Terus terang, bagi saya MEA adalah hal baru. Banyak hal yang tidak saya tahu. Karena tidak tahu itulah, saya jadi banyak membaca kembali juga banyak berdiskusi, mencari tahu agar punya bekal cukup untuk menghadapi MEA. 
6. SkillIni poin yang sering dibahas. Konon, SDM Indonesia kalah oleh Vietnam. Di sana SDM lebih murah tapi lebih berkualitas. SDM di sini kualitas segitu-gitunya karena keseringan demo buruh. #Eh
Tapi sebetulnya nggak, kok. Mau contoh? Mr. Habibie adalah contoh riil SDM Indonesia. Insinyur-insinyur lulusan ITB banyak kok yang jadi ekspatriat di luar negeri. Yang harus saya, Anda, kita, tekankan adalah bagaimana cara meningkatkan skill, income itu urusan belakangan. 
Dalam masalah ini saya berkaca kepada kisah saya sendiri ketika menjadi shipping officer di Batam dulu. Saya satu-satunya shipping officer lulusan SMK di dalam tim, gaji tiga bulan pertama saya hanya UMK. Selama tiga bulan itu saya mempelajari seluk-beluk ekspor-impor dari mulai dokumen, bagaimana berurusan dengan bea cukai, bagaimana komunikasi bisnis dengan klien, bagaimana cara berurusan dengan BP Batam, dan lain-lain. 
Hasilnya? Setelah tiga bulan, atasan sekaligus owner perusahaan mengatakan kalimat yang mungkin ingin didengar semua pegawai, "Susan, kamu mau gaji berapa?"
Jadi meningkatkan skill adalah sebuah keharusan, bukan lagi pilihan. Ada beberapa poin yang menjadi goal saya tahun ini:Cerpenis: mempelajari karya sastra pemenang nobel dan membuat cerpen-cerpen rasa lokal kualitas internasional.Blogger: teknik dan nonteknik. Desainer: mempelajari software baru (Adobe Dreamveaver, Adobe Muse), keahlian baru (desain produk, website, coding) Wirausahawan: mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh pemerintah dan menabung ide....
IMHO, dengan iklim persaingan seperti ini, tidak tersedia tempat untuk mereka para profesional manja. Tidak ada tempat untuk para cerpenis yang hanya karena dikritisi tentang ejaan lalu ngambekan. Tidak ada tempat untuk para blogger yang hanya karena yang lain bisa infografis sedangkan dia tidak lalu nyinyir di medsos, bukannya belajar. Tidak ada tempat untuk para desainer yang lebih suka banting-banting tarif desain daripada mengedukasi klien. 
Well, saya kira hanya 6 poin itulah yang saya persiapkan saat ini, mungkin besok-besok bisa bertambah. Yang penting, saya siap bersaing di kancah MEA. Anda? 
Salam,~eL
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 28, 2016 09:33

March 24, 2016

Redefine My Career & Dreams with Samsung Galaxy S7

"Our commitment has always been to listen, to understand what you want to enrich your life and connecting you to experience that you care about."
Delapan belas tahun lalu, saya menuliskan 3 buah cita-cita di dalam buku harian: penulis, desainer, dan fotografer. Sayangnya hidup adalah perjalanan yang setiap kelokannya tidak pernah bisa kita terka. Setelah lulus dari SMK, tak satupun langkah yang saya ambil menuju ke sana. Karena tidak punya biaya untuk kuliah, saya bekerja, menikah, punya anak, bercerai, bekerja lagi, begitu seterusnya.


Perjalanan pekerjaan saya sebetulnya bagus, memulai dari operator lalu naik jadi clerk lalu staff. Kalau saya masih ngantor dan meneruskan kuliah, mungkin saat ini saya sudah jadi manajer. Namun, mimpi yang saya rajahkan di dalam buku harian terus-menerus menggedor kesadaran, menggelisahkan. Sebagai single parent, mengundurkan diri dan keluar dari zona nyaman memang bukan tanpa risiko, tapi saya tidak ingin menghabiskan hidup dengan cara terikat di belakang meja. Saya ingin memiliki pekerjaan dan berkarier di bidang yang saya cintai sekaligus mewujudkan mimpi-mimpi. Maka lima tahun lalu, dengan hanya berbekal satu unit netbook, modem pinjaman, dan Samsung Corby, saya memutuskan resign dari kantor dan terjun bebas sebagai freelancer. Hidup sebagai freelancer tanpa pendidikan formal yang memadai dan keahlian yang "segitu-gitunya" bukanlah hal mudah. Saya harus pandai-pandai memanfaatkan sumber daya yang saya miliki waktu itu: teknologi. Maka ketika saya mendengar speech Mr. DJ Koh dalam acara Galaxy Unpacaked 2016 yang saya kutip di bagian awal tulisan ini, saya kembali diingatkan bahwa perangkat teknologi bisa membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik. Samsung Corby yang saya miliki dulu dipergunakan untuk saling berkirim SMS berisi puisi dengan sesama penulis, saling mengkritisi karya. Samsung Galaxy J5 yang saya gunakan hari ini adalah perangkat yang banyak membantu karier saya sebagai penulis, blogger, dan pemilik online shop. Samsung NX3000, kamera mirrorless yang saya dapatkan dari hadiah lomba blog tahun lalu serta-merta membukakan pintu ke gerbang mimpi saya yang lain: fotografi. Event Galaxy Unpacaked 2016 yang saya ceritakan di atas adalah event peluncuran Samsung Galaxy S7 dan Samsung Galaxy S7 Edge diadakan di Barcelona, tanggal 22 Februari 2016 lalu. Diikuti dengan peluncuran di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri seri ini resmi diluncurkan tanggal 1 Maret 2016 di Ritz Cartlon Pacific Place, Jakarta.  BARCELONA DALAM CERITASamsung C100 adalah ponsel pertama yang saya beli dari hasil keringat sendiri. Jadi ketika menonton event-event peluncuran produk Samsung, selalu terselip sebuah ingatan bahwa betapa perusahaan ini sudah berkembang sedemikian pesat. Banyak hal menarik yang saya amati, dari perhelatan megah di Barcelona. 1. CARA BERKOMUNIKASI"Today, we are not just launching our new phone, we are launching a new way of thinking about what a phone can do. The phone that makes you rethink." - Samsung Official Introduction - A new way of thinking about what a phone can do? Jika semua perangkat teknologi yang saya gunakan selama ini saja sudah banyak membantu, bisakah Anda bayangkan apa yang bisa dilakukan oleh Samsung Galaxy S7 dan Samsung Galaxy S7 Edge terhadap hidup saya? Saya suka cara berkomunikasi seperti ini. Inspiratif.2. USER EXPERIENCESetiap kursi undangan dilengkapi dengan Samsung Gear Virtual Reality (VR), gear Samsung yang sedang happening, sehingga para undangan bisa mengalami secara langsung. 3. PENUH KEJUTANAda bintang tamu yang dipersiapkan sebagai kejutan. Kita semua mengenal orang ini, setiap hari kita menggunakan teknologi yang dia ciptakan. Siapa? Saya tidak mau spoiler, tonton saja sampai selesai. :)4. ANTUSIASMESaya jalan-jalan juga ke event launching di berbagai negara karena penasaran dengan animo masyarakatnya. Dan wow, ada yang menunggu dari pukul 2 pagi untuk membeli Samsung Galaxy S7 Edge. Anda penasaran dengan keseruan event launching-nya? Please, be my guest:


...SPESIFIKASI SAMSUNG GALAXY S7  Rasanya tidak lengkap kalau kita memperbincangkan smartphone tanpa membahas spesifikasinya, bukan? Berikut spesifikasi Samsung Galaxy S7 dan S7 Edge sebagai bahan referensi Anda.PERBEDAANDengan spek dan fitur yang nyaris sama, Anda mungkin agak dilemma untuk menentukan pilihan antara S7 atau S7 Edge. Membutuhkan lebih banyak referensi? Let me help you....
Seseorang pernah mengatakan bahwa fase hidup manusia dibagi per dekade. Bukan hanya lahir, tumbuh, lalu mati. Setiap dekade memiliki tantangan sendiri-sendiri, pun diperlukan persiapan-persiapan matang agar bisa "survive" sampai ke dekade berikutnya. 


Tahun ini usia saya 33 tahun, berada di dekade ketiga. "Usia 30-an bagi perempuan adalah ketika hidup baru dimulai. Di rentang usia ini, kamu sudah harus tahu mau jadi apa dan menjalaninya dengan konsisten," katanya. Ia benar, hidup saya memang baru dimulai pada usia 30 tahun. Mimpi-mimpi yang pernah saya tuliskan di buku harian sedang diwujudkan, satu demi satu.  Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, teknologi membantu saya mewujudkan mimpi-mimpi. Tapi sejak melihat fitur-fitur terbaru yang ditawarkan oleh Samsung Galaxy S7, saya diajak kembali mendefinisikan mimpi-mimpi saya. Diajak untuk menelaah kembali tantangan seperti apa yang selama ini saya hadapi sekaligus memecahkannya agar karier saya bisa meningkat ke next level. Lalu, bagaimana fitur-fitur high performance yang dimiliki oleh Samsung dapat membantu membantu saya? Saya akan membaginya ke dalam 4 poin utama: hardware, desain, kamera, dan fitur.  1. HARDWAREIni yang selalu saya bahas pertama kali karena performa sebuah smartphone


RAM MEMORIBATERAI
2. DESAIN

ERGONOMICMATERIALCAPLESS UNDERWATER CAPABILITY
3. KAMERADUAL PIXELAPARTURAUTO FOCUSLOW LIGHT PERFORMANCEMOTION PANORAMAMOTION PHOTO & HYPERLAPSESPOTLIGHT
4. FITUR
...
...LAIN-LAIN
Samsung ApsTheme ServiceSmart SwitchSamsung SideSync
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 24, 2016 09:22

March 14, 2016

[REPORTASE] Mengetuk Pintu Rumah Kreativitas


Kuot yang pernah diposting oleh Uni Maya Lestari Gf ini saya kira pantas dijadikan pembuka postingan kali ini. Iya, semakin kita mengetahui sesuatu, semakin kita merasa tidak tahu apa-apa. Itu sebabnya mengapa saya memutuskan untuk datang ke pelatihan menulis dengan tema "Menemukan Jati Diri dalam Tulisan" yang diadakan oleh Festival Film Bandung Community (FFB Comm) bekerja sama dengan Blogger Bandung, pada hari Sabtu, 12 Maret 2016.

Menghadiri acara-acara pelatihan penulisan seperti ini bagi saya seperti berenang di telaga yang berbeda. Sebelum berangkat ke Markas FFB Comm di Jalan Zamrud nomor 21, Buah Batu, Bandung, saya sudah wanti-wanti kepada diri saya sendiri, "Chan, kosongkan kepala. Ember yang merasa dirinya penuh tidak akan bisa diisi lagi." Maka saya datang sebagai penulis yang tidak tahu apa-apa, saya menyimpan semua pengetahuan saya tentang penulisan di dalam kamar kosan. Hasilnya? Banyak sekali pengetahuan yang bisa saya dapatkan.

Pelatihan dimulai tepat pukul 13.30, dibuka oleh Bung Raja Lubis yang menjelaskan apa itu FBB Comm, tujuan diadakannya pelatihan, dan output yang diharapkan dari pelatihan ini. Jumlah peserta yang hanya 8 orang justru menjadikan pelatihan lebih efektif kalau menurut saya. Ini menjadikan sesi diskusi menjadi tidak terlalu riuh.

MENGETUK PINTU RUMAH KREATIVITAS
Pak Agus Safari, penulis kumpulan cerpen Dongeng dari Negeri Kecil yang menjadi mentor kami membuka sesi dengan bertanya tentang apa arti menulis bagi kami dan hambatan seperti apa yang kami hadapi ketika menulis. Jawaban yang diberikan para peserta pun cukup beragam. Saya sendiri kerap menghadapi hambatan keterbatasan waktu untuk menulis. Begitu banyak ide tapi sedikit waktu untuk melakukan eksekusi.

Lalu saya dan teman-teman diminta untuk berpasangan, berdiri saling berhadapan. Kami diminta untuk mengingat hal paling menyenangkan yang terjadi dalam hidup kami akhir-akhir ini dan menceritakannya kepada lawan bicara. Saya berpasangan dengan Susanty Hara, kami menceritakan tentang hal paling menyenangkan secara bergantian, masing-masing hanya diberi waktu selama satu menit.

Saat itu saya bertanya-tanya dalam hati, mau dibawa ke mana pelatihan ini? Setelah sesi curhat terselubung berakhir, barulah Pak Agus memberi penjelasan bahwa yang kami lakukan adalah bagian dari komponen berbahasa yaitu menyimak.

Sesi berikutnya lebih menantang lagi, kami diminta untuk menceritakan kegiatan sehari-hari dari mulai bangun tidur sampai berangkat ke tempat pelatihan. Kenapa saya katakan menantang? Karena kami hanya diberi waktu lima menit.

Setelah itu kami berlatih membuat satu paragraf yang berfungsi sebagi lead sebuah tulisan. Temanya adalah tentang hal yang paling tidak menyenangkan. Lagi-lagi kami dibatasi waktu, hanya tiga menit. Kalau saya lihat sih teman-teman yang lain tidak begitu kesulitan. Hambatan hanya dialami dua orang karena kejadian tidak menyenangkan yang mereka alami kerap berulang sehingga agak sulit menentukan timeline yang tepat.

"Ini kita baru sampai kepada mengetuk pintu rumah kreativitas, lho. Belum sampai masuk ke dalam rumah, belum lagi menjelajahi isi rumah," kurang lebih begitulah yang dikatakan Pak Agus.

Well, saya siap nih untuk sesi berikutnya.

MEMASUKI RUMAH KREATIVITASIni sesi paling menarik. Setelah rehat selama 30 menit, Pak Agus menjelaskan tentang peran data dan fakta di dalam sebuah tulisan. Dengan bekal itu pulalah kami diminta untuk membuat sebuah tulisan dengan komposisi 50% fakta dan data, 50% opini. Ini bukan tentang reportase yang sering dibuat oleh wartawan karena teknik jurnalis dengan nonjurnalis agak berbeda. Ini tentang bagaimana sebuah data yang berasal dari pengalaman si penulis atau narasumber bisa diolah menjadi tulisan yang memiliki landasan logis meski isinya opini.

Karena diberi waktu 30 menit, tulisan yang dihasilkan oleh para peserta tentu lebih panjang dan komprehensif (luas dan lengkap). Sayangnya, nyaris semua dari kami mengalami kesulitan ketika mengkomposisikan data dan opini. Kebanyakan dari kami menggabungkan 30% data dan 70% opini. Komposisi yang dibuat Teh Yayu malah lebih "brutal" lagi: 10% data 90 opini. Hahaha.

Menanggapi kendala yang dihadapi para peserta, Pak Agus hanya tersenyum sambil berkata, "Ya sudah tidak apa-apa, namanya juga kreativitas. Ya pasti beragam."

RUANG BARU DI KEPALA SAYA
Sebagai mantan mentor penulisan yang terbiasa "kejam" kepada para anak didiknya, bagi saya ini merupakan cara pelatihan baru. Sama sekali tidak ada tekanan. Di akhir sesi kami hanya diberi pekerjaan rumah berupa tulisan gabungan pengalaman pribadi dan opini sebanyak 2 halaman, bukan 5 buku bacaan dan 7 halaman cerpen seperti yang biasa saya tugaskan kepada para calon cerpenis.

Sebagai cerpenis sekaligus blogger, ini juga hal baru bagi saya. Selama ini saya terbiasa memperumit masalah dengan pola pikir bahwa data dan fakta adalah angka-angka dan grafik yang bisa saya pamerkan ke hadapan pembaca.

Di pelatihan ini pula, saya mendapatkan semacam pencerahan tentang bagaimana menggunakan istilah-istilah dalam penulisan:

Karena tingkat pemahaman pembaca berbeda-beda, setiap istilah yang sekiranya belum familiar harus diberi keterangan di dalam kurung.Pakailah istilah-istilah yang sesuai. Untunglah saya datang dengan kepala kosong, maka terciptalah ruang baru di dalam kepala saya. Tentang metode menulis yang berbeda dari yang selama ini saya ketahui. Tentang bagaimana sebuah pengalaman bisa diolah menjadi tulisan berisi data dan fakta tak terbantahkan.

RUANG BARU LAINNYASambil menunggu hujan agak mereda, kami berbincang-bincang tentang film dengan Raja Lubis. Ini diskusi menarik karena banyak hal yang bisa saya dapatkan. Misalnya, tentang kesepatakan yang dibuat oleh para sineas untuk menyebut para pemain sebagai aktor, bukan lagi aktris dan aktor.

Kami juga berbincang tentang film-film Indonesia dari mulai akting, promosi, profil penonton, sampai BEP. Ternyata, dunia film itu begitu banyak pernak-perniknya. Apalagi ketika membahas film-film yang diangkat dari novel. Wuih, seru. 

...
Karena hujan tidak jua reda dan malam semakin beranjak tua, saya dan Teh Yayuk memutuskan untuk memesan taksi dan pulang. Kami tidak pulang dengan tangan kosong, melainkan membawa ruang baru di dalam kepala kami, dan tentu saja tugas dari Pak Agus Safari. 

Oh ya, pelatihan menulis akan diadakan secara kontinu oleh FFB Comm, Anda yang berminat bisa bergabung dengan grup FB-nya di sini

Salam,
~eL 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 14, 2016 22:31

March 9, 2016

SAMSUNG & Para Blogger Jawara yang Saya Kenal Setelahnya

Yuhu, ketemu juga ama Teh Lidya dan teman-teman blogger yang lain. Coba tebak, saya yang mana?
Bulan Agustus tahun 2015 adalah bulan ter-rempong dalam sejarah kerja saya sebagai desainer sekaligus awal mula terjunnya saya ke kancah blogger. Waktu itu PC yang biasa saya gunakan untuk kerja mati, mati total. Bukan hanya kerusakan motherboard seperti sebelumnya, bukan juga karena malware dan virus yang menggerogoti performanya, melainkan mati total. HDD rusak parah, fan tidak bekerja, tidak ada satupun data yang bisa diselamatkan sementara ada dua order layout yang masih harus saya selesaikan.

Andai waktu itu saya punya tabungan tentu tidak masalah, masalahnya adalah saya belum menyediakan dana untuk mengganti perangkat kerja. Di tengah hiruk pikuk itu, entah bagaimana awalnya saya lupa, ada deadline lomba blog yang memang ingin saya ikuti. Lomba blog tentang Samsung Galaxy Note 5.

Berbekal wajah tanpa malu saya mengadu kepada editor, menceritakan masalah-masalah teknis yang saya alami. Untungnya Bu Mira, editor idaman setiap freelancer bisa mengerti dan memberi pengunduran batas waktu layout-an. Tapi deadline lomba blog tidak bisa diundur, bukan? Maka dengan sehati-hati mungkin saya meminjam notebook milik adik saya. Bagi adik saya, notebook bukan alat kerja melainkan cuma gudang penyimpanan data dan alat untuk menonton film. Waktu itu dia mengizinkan, tapi saya hanya diberi waktu selama 3 hari. 
DARI KAFE KE KAFENotebook adik saya tentu saja tidak memiliki software desain, dan waktu itu saya belum memasang jaringan fiber optic di kosan. And you know what? Modem saya dipatahkan Aksa. Jadi saya pindah tempat kerja ke kafe karena saya harus men-download software desain. Satu hari pertama saya habiskan untuk men-download software dan bahan-bahan layout-an. Hari kedua saya menyelesaikan layout-an agar besoknya bisa menyelesaikan postingan blog.

Di hari kedua saya sudah mengumpulkan bahan untuk lomba blog, men-download foto-foto, membaca dan membuat catatan untuk referensi, dan sudah menetapkan apa dan bagaimana postingan blog saya itu nantinya. 
PROYEK SANGKURIANGSebagai blogger baru, waktu itu saya tidak tahu situasi dunia blogging, tidak tahu pula bahwa lomba bertema gadget adalah lomba yang paling sering diadakan. Saya juga tidak tahu bahwa di dunia blog, infografis sudah sedemikian sering digunakan. Saya membuat infografis hanya karena waktu itu saya sedang me-layout buku dengan konten berisi infografis.

Berbekal kenekadan luar biasa, saya pergi ke sebuah kafe di Cibeureum pagi-pagi sekali. Memesan minuman paling murah dan paling banyak lalu mengerjakan postingan dengan membabi-buta. Waktu terus bertik-tak-tik-tak, hanya beberapa jam menuju deadline. But I did it, postingan saya berhasil diunggah pada pukul 20.28. Ketika saya menjemput Aksa dari rumah pengasuhnya, dia sudah tidur. Dalam hati saya merasa bersalah sebab belum pernah saya meninggalkan dia selama itu. Tapi saya tahu, tidak semua hal dalam hidup bisa saya dapatkan, mengorbankan satu hal demi mendapatkan hal lain adalah siklus tak terbantahkan. 
SETIAP KERJA KERAS AKAN TERBAYARSaya sedang mengunggah katalog sepatu ketika di-mention oleh tim IDBN di Twitter. Mereka mengabarkan bahwa saya meraih juara 3. Blogger pemula yang belum bergabung dengan komunitas dan grup blogger mana pun. Yang tidak tahu Klout Score itu apa. Yang Alexa rank-nya 17 jutaan. Yang pertama kali ikut dalam ajang lomba blog bertema gadget. Meraih juara 3 dalam kompetisi bergengsi? Bisa Anda bayangkan kira-kira bagaimana reaksi saya? 



Postingan itu adalah postingan pembuka saya di kancah lomba review gadget. *halah
TEMAN BARU DUNIA BARUTapi bukan hadiah saja yang saya dapatkan dari Samsung Blog Competition, saya mendapatkan banyak hal, salah satunya adalah teman-teman baru. Teh Lidya, sang juara kedua, ternyata adalah senior saya di Fun Blogging, komunitas yang saya ikuti setelah lomba blog selesai. Kami jadi sering inbox-inbox-an, saya belajar banyak tentang dunia blogger dari blogger yang sudah sering memenangkan lomba ini. Waktu saya ada acara di Jakarta, saya bahkan diundang untuk menginap di rumahnya dan diberi fasilitas yang membuat hati saya hangat. Seorang ibu dan blogger yang penuh dedikasi. :)
Daeng Ipul, sang juara pertama, saya kenal kemudian. Kami banyak berdiskusi tentang teknik-teknik penulisan review. Saya mendapat banyak masukan dan pembelajaran. Daeng Ipul juga yang menjadi tim sukses lomba blog yang saya menangkan bulan Februari kemarin.

Dari hadiah lomba ini juga, akhirnya saya memutuskan untuk membeli notebook adik saya dengan cara mencicilnya dua kali. Jadi saya punya alat kerja lagi.
BERTEMAN DENGAN LAWANBerteman dengan lawan atau menjadikan lawan sebagai kawan. Walau bagaimanapun, seakarab apa pun saya dengan seorang blogger, pada akhirnya kami akan face to face di dalam sebuah lomba. Saya orang yang kompetitif, semakin tinggi “level” lawan, saya akan semakin terpacu untuk meningkatkan kualitas postingan.

Nah, karena sudah beberapa kali lomba blog saya dan Daeng hanya dadah-dadah dari kejauhan, maka di lomba kali ini kami memutuskan untuk berhadapan. Dadah-dadah maksudnya, saya ikut, beliau tidak ikut, atau sebaliknya. Anda sudah tahu kan bahwa ada SAMSUNG GALAXY S7 EDGE Blog Competition?

Ada beberapa alasan mengapa kami memutuskan untuk “turun gunung” bersama-sama:

Saya masih iri dengan Samsung Galaxy Note 5 yang dia dapatkan dari lomba sebelumnya, jadi kali ini mengejar hadiah pertama yaitu 1 unit SAMSUNG GALAXY S7 EDGE yang setidaknya setara dari segi harga.Hadiah kedua dan ketiga adalah uang tunai 10 juta (juara kedua) dan 5 juta (juara ketiga). Iya, kami memang mata duitan.Deadline-nya masih agak lama, 24 Maret 2016, jadi kami masih punya waktu untuk merancang konsep. ...
Anda yang tertantang juga untuk ikut meramaikan lomba blog ini, silakan baca info selengkapnya di sini. Anda yang “mesinnya belum panas”, tolong diingat bahwa SAMSUNG GALAXY S7 EDGE, adalah smartphone yang baru saja dirilis tanggal 22 Februari tahun 2016. Masih hangat, dan tentu saja Anda tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memilikinya, bukan? *kedip


Salam,

~eL
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 09, 2016 21:34

March 4, 2016

ASUS ZenFone 2 ZE550ML, "Notebook" yang Muat di Sakumu



Menyelusuri perkembangan teknologi smartphone bagi saya seperti membuka-buka album lama. Album berisi ingatan ketika kita menjadi saksi akan sebuah perubahan. Album yang juga berisi kenangan dan pengalaman. Anda tentu masih ingat ketika dulu, ponsel hanya berupa kotak yang "dihiasi" keypad, lengkap dengan antena yang mirip penangkal petir. Anda tentu juga masih ingat bagaimana girang dan noraknya kita saat musik bisa diputar melalui MP3 yang ada di ponsel. Lalu kamera, lalu Internet, dan seterusnya. Kalau kita mau, kita bisa duduk seharian untuk membahas ini sambil tertawa-tawa, mengenang ponsel pertama kita dan sejarah di baliknya. Tapi tidak, hari ini kita tidak akan membahas flashback terlalu lama karena perkembangan teknologi sudah sedemikian pesat, batasnya bukan lagi imajinasi, melainkan semesta.

Hari ini, smartphone bukan lagi sekadar alat komunikasi, fungsinya sudah lebih jauh dari itu. Kalau saya katakan ada notebook yang menyamar jadi smartphone dengan dimensi 77.2 x 152.5 x 3.9 mm, akan segembira apa Anda? Sebagai freelancer yang nyaris kembar siam dengan smartphone, saya sih menyambutnya dengan agak-agak norak bergembira.

ASUS, sesuai dengan namanya yang diambil dari kata Pegasus, kuda terbang dalam mitologi Yunani, melesat maju untuk menghadirkan inovasi teknologi kepada para penggunanya. Tidak main-main, ASUS menggandeng Intel®, perusahaan prosesor yang pastinya tidak asing lagi di telinga Anda. Maka ditanamkannya prosesor Intel® Atom™ Quad Core Z3560 (1.8GHz), PowerVR ke dalam salah satu produk terbarunya: ASUS Zenfone 2 ZE550ML, "notebook" yang bisa muat di saku Anda.
...



Sebelum membahas alasan-alasan mengapa Zenfone 2 ZE550ML bisa disebut setara dengan notebook, saya ingin bercerita sedikit tentang kehidupan pribadi saya. Saya freelancer yang masih tersesat di belantara multi-tasking, saat ini saya "membelah diri" menjadi desainer, cerpenis, blogger, dan pemilik online shop

Iya, jam kerja saya memang fleksibel, fleksibel di sini artinya antara 12-20 jam per hari. Dalam satu hari saya harus bisa menyelesaikan paling sedikit 25 halaman layout yang isinya penuh infografis, mindmap, dan ilustrasi. Itu baru desain, belum cerpen, belum blog, belum online shop, belum lagi kalau ada mantan yang berusaha balikan (poin terakhir boleh Anda abaikan). Hidup saya berpusar di antara kopi, notebook, smartphone, charger, earphone, dan daily to do list yang tidak ada habisnya. 



Anda tahu berapa banyak notifikasi yang saya terima melalui smartphone setiap harinya? Ratusan. Smartphone saya tidak pernah dan tidak boleh off, bahkan pada jam 1 dini hari. Jadi kalau Anda membayangkan hidup seorang freelancer adalah duduk-duduk manis di kafe sambil mengetik ditemani kopi dan musik instrumental, mohon maaf, Anda salah.
Dengan kebutuhan dan tingkat mobilitas tinggi, smartphone bagi saya bukan hanya perangkat komunikasi dan teknologi, tapi "alat perang". Dan alat perang yang dibutuhkan oleh mamah muda penuh drama multi talenta tentunya harus "galak". Betul? 
...

Inovasi dan Estetika adalah salah satu dari empat nilai utama atau DNA yang diusung oleh ASUS. Fokusnya adalah memberikan inovasi dan solusi kepada konsumen sekaligus menjawab tantangan atas kata "kebutuhan". As I told you before, semakin hari fungsi smartphone semakin mengalami revolusi. Bukan lagi hanya alat komunikasi, tapi juga alat untuk mendukung produktivitas dalam berkarya. Para pekerja kreatif seperti saya dan kebanyakan dari Anda membutuhkan smartphone dengan performa yang bisa mengakomodasi kebutuhan. Besaran RAM, jenis prosesor, dan kecepatan adalah kunci utamanya. 

Dapur sebuah smartphone tentu saja harus dilengkapi dengan fitur-fitur dan spesfikasi yang juga galak. Fitur andalan akan saya bahas di subbab lain, secara umum spek ZenFone 2 ZE550ML adalah sebagai berikut:

 


Anyway, saya suka yang warna merah. #kodekeras
...

Kenapa saya katakan ASUS ZenFone 2 ZE550ML sebagai notebook 10cm? Karena ZE550ML memang dibekali dengan prosesor yang sudah ahli di bidang komputasi. Notebook ASUS X20IE saya prosesornya juga Intel®. 

Permasalahan yang sering saya hadapi ketika menggunakan smartphone adalah sering nge-lag jika dipakai mengoperasikan beberapa aplikasi sekaligus, sinyal hilang ketika di dalam ruangan, jaringan mati tiba-tiba sehingga saya tidak bisa mengakses GPS lalu nyasar entah ke mana, dan baterai yang hanya bertahan satu dua jam. Intel® Atom™ saya harap bisa memecahkan masalah saya itu. 
As we know, Intel® membuat smartphone bekerja lebih cepat tanpa "membahayakan" baterai. Setidaknya ada 4 kelebihan Intel® jika dibandingkan dengan prosesor kompetitor. 

...


Meski bergelut di bidang desain, tapi untuk urusan hardware dan software sebuah smartphone, saya hanya end user. Memang agak sulit membaca istilah-istilah teknis seperti Super Quad-Core Intel® Atom™ ZE3560 1.8 GHz, CPU, GPU, atau OS 64-Bit. Tapi mari kita buat agar lebih sederhana dengan cara fokus kepada performa dan bagaimana ZenFone 2 ZE550ML bisa mempermudah hidup saya, juga hidup Anda.


1. CEPATBesaran RAM, jenis prosesor, banyaknya core, dan kecepatan membaca data 1.8 GHz akan memengaruhi kinerja secara keseluruhan. Dengan kombinasi yang dimiliki ZE550ML, smartphone ini memiliki kinerja 3x lebih baik dan 7x lebih cepat dibandingkan dengan pendahulunya, ZenFone 5. Artinya kita bisa browsing, bermain game, dan menjalankan berbagai aplikasi secara bersamaan tanpa harus takut dengan drama nge-hang atau nge-lag.



Tipe OS 64-bit membuat kerja prosesor lebih stabil dan efisien. Keuntungannya adalah kita bisa lebih mudah membuka aplikasi atau browsing. Sebetulnya, RAM 2GB masih bisa dikawal dengan 32-bit, tapi saat ini nyaris semua perangkat menggunakan 64-bit, dalam hal ini ASUS sudah selangkah lebih maju.


2. HEMATIni bukan tentang harga, melainkan efisiensi baterai. Intel Atom Z3560 membuat kerja baterai lebih optimal. Baterai Lithium-Polymer dengan kapasitas 3000mAh akan membuat smartphone bertahan seharian sehingga aktivitas dan produktivitas kita juga bisa lebih optimal. In my case, tidak ada lagi drama lowbat atau fakir stop kontak.



Sayangi editor Anda yang penyabar dan baik hati dengan
tidak membiarkannya merasa cemas karena Anda tidak bisa dihubungi
Jika dirasa kurang, kita bisa kok menurunkan kecepatan hingga 500MHz agar lebih hemat dan baterai tidak cepat panas. Jika dirasa masih kurang, tersedia ZenPower, powerbank yang bisa kita beli dengan harga bervariasi, tergantung kapasitasnya.



3. PEKALayarnya bisa merespon sentuhan dalam waktu 60 milidetik, bahkan ketika kita sedang memakai sarung tangan. Peka, persis seperti hati kita ketika mengingat mantan #eh. Saking pekanya, scrolling layar menjadi bebas hambatan




Tip: Hati-hati ketika sedang stalking IG atau Twitter (lagi-lagi) mantan, terlalu asyik scrolling akan menyebabkan tombol "love" dan "follow" tersentuh tanpa Anda sadari.


4. AMANLayar ZenFone 2 ZE550ML dilindungi oleh anti gores Corning Gorilla Glass 3 yang membuatnya tahan terhadap goresan, tekanan, lebih fleksibel, dan lebih anti pecah. Meskipun begitu, tolong jauhkan smartphone milik Anda dari batita. Karena apa? Karena selain noda susu bercampur biskuit di layar tampak tidak elok, batita memiliki kemampuan tak terduga untuk melemparkan smartphone milik ibunya ke dinding atau ke pinggiran meja. *lirik Aksa


5. TEPAT
Apakah Anda tipe orang yang tidak bisa mengingat nama jalan, letak sebuah bangunan, atau belum juga bertaubat dari penyakit kronis perempuan yaitu tukang nyasar? Jangan khawatir, kali ini kita akan diselamatkan oleh 5 sistem navigasi satelit yang dimiliki ZE550ML. Smartphone Anda akan terhubung dengan 60 satelit yang ada di langit, tidak sulit lagi menemukan posisi kita di mana.



   
...

Saya paling senang membahas fitur-fitur unggulan sebuah smartphone karena apalah arti sebuah smartphone kalau tidak memiliki fitur kamera untuk dipakai selfie, eh, untuk mempermudah aktivitas sehari-hari. ASUS ini kan sudah pernah mendapatkan buanyak sekali penghargaan, fitur yang ditawarkan tentu juga kawakan.

Sebetulnya saya ingin sekali membahas satu per satu fitur yang ada secara detail, sayangnya tidak bisa karena akan memakan sekitar 30 halaman dan beratus-ratus kali scroll down. Kali ini saya akan membaginya ke dalam 8 poin utama. Kok cuma 8? Karena kalau 27 mah kebanyakan, aikamu. Delapan poin ini adalah hal-hal yang saya perhatikan ketika akan membeli sebuah smartphone selain tentu saja besaran RAM, jenis prosesor, dan kecepatan membaca data.




1. DESAINPercaya atau tidak, perempuan cenderung impulsif ketika membeli barang. Keputusan kadang diambil hanya karena warnanya yang sesuai dengan warna favorit, bentuknya lucu, atau karena kemasannya bagus. Saya pernah batal membeli smartphone hanya karena flip cover originalnya jelek. 

Nah, hal yang pertama kali membuat saya jatuh cinta pada Zenfone 2 ZE550ML adalah karena ada pilihan warna merahnya. Tolong jangan ditiru, please fokus kepada kualitas desain dan materialnya saja, please. :D


Seperti yang dikatakan ASUS, DNA desain mereka adalah ZenSpirit, fokus kepada keseimbangan antara keindahan dan kekuatan. Sebentar, saya ingin membahasnya satu per satu. 
Warna, well okay, saya suka warna merahnya. Bagaimana jika warna favorit Anda tidak tersedia? Saran saya sih, lebih baik pilih warna-warna netral seperti hitam atau putih. Ingat ya, Mbak, Mas. Ini lho smartphone, bukan cat air. :D
Ergonomis. Saya sih suka karena tombol volumenya dipindahkan ke belakang jadi lebih mudah dipergunakan, sayangnya itu juga membuat tombol sering tertekan ketika kita menyimpan smartphone. Dengan tombol yang lebih mudah ditemukan seperti ini, sudah jelas bahwa ZE550ML harus dijauhkan dari jangkauan Aksa. Hiks.
Ukuran. Tolong diingat bahwa ukuran ini penting. Smartphone yang terlalu besar akan menyulitkan ketika digunakan sedangkan smartphone yang terlalu kecil akan lebih sulit lagi ditemukan di belantara tas Anda yang berantakan. Oh, sorry. Yang berantakan mah isi tas saya. IMHO, ukuran segini sih cukup. 
Material. Nah, ini nih yang keren. Materialnya yang bertekstur membuat bodi smartphone tidak licin dan tidak mudah gogolosaran ketika digunakan. 

2. JARINGAN 4GKetika provider di Indonesia berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas jaringan mereka, smartphone yang kita miliki juga harus menyesuaikan. Karena apa? Karena akses Internet adalah sebenar-benar "nyawa" sebuah smartphone. *euheum


Teknologi tri 3D
ASUS berinovasi dengan memasangkan antena tri 3D. Teknologi apa pula ini? Fungsinya adalah agar bisa menerima sinyal dengan lebih baik. Ya, saya tahu bahwa gagal sinyal kadang lebih menyakitkan daripada gagal gombal. Iya, saya juga tahu bagaimana rasanya ketika harus live tweet lalu tiba-tiba sinyal di smartphone hanya satu bar dan Anda harus kehilangan kesempatan besar. 

Zenfone 2 ZE550ML men-support jaringan dari mulai 2G sampai 4G, dual SIM aktif. Jadi jika SIM card yang satu kehabisan paket data, Anda bisa menggunakan SIM card yang satunya. Sayangnya, tidak kedua slot support 4G. 





3. DISPLAY ANTARMUKA ZENUITampilan antarmuka ini penting bagi saya, bukan hanya karena fasilitas fitur di dalamnya, tapi juga karena keteraturan. Meski kamar kos saya lebih mirip lokasi simulasi gempa bumi, tapi untuk urusan alat kerja, semuanya harus tertata. Fasilitas favorit di notebook saya adalah folder, begitu juga dengan isi smartphone. 

Sama seperti saya, Anda juga pasti penasaran dengan ZenUI, fasilitas antarmuka yang diberikan oleh ASUS. ZenUI adalah desain visual atau tampilan yang di dalamnya berisi berbagai fitur. 



Antarmuka ZenUI sepertinya memang sengaja didesain dengan layout dan tampilan sesederhana ini supaya memberi kesan bersih. 



Saya tidak suka wallpaper yang terlalu ramai, ikon yang sulit diidentifikasi, atau ukuran huruf yang terlalu besar. Dengan adanya tema yang bisa diatur sesuka hati, mengatur tampilan smartphone bukan lagi imajinasi. *halah



Dengan kata lain: shortcut. Begini lho, dengan puluhan aplikasi yang ada di smartphone kita, kecepatan akses sudah merupakan sebuah kebutuhan. Iya, semua aplikasi yang sering kita gunakan bisa dipindahkan ke halaman depan atau disatukan dalam satu folder, tapi tetap saja memerlukan waktu beberapa detik untuk dibuka. Belum lagi kalau tiba-tiba lupa di folder mana letak aplikasi yang sedang kita butuhkan. Jujur, saya sering tersesat di belantara aplikasi smartphone sendiri. 

Ada dua macam ZenMotion yang bisa diaktifkan secara bersamaan.


Motion Gesture
Motion Anda akan bereaksi terhadap guncangan. Misalnya, untuk membuat screenshoot, cukup guncangkan smartphone satu kali. Screenshoot akan langsung tersimpan di Do it Later dan bisa Anda follow up setelahnya. 

Touch Gesture
Sesuai dengan namanya, smartphone akan bereaksi terhadap sentuhan berupa tap atau swipe. Untuk membuka kunci, cukup ketuk dua kali sedangkan untuk menguncinya cukup tap tap ruang kosong di home. Anda tahu kan bedanya antara ketukan dengan tap? Coba latihan dulu. Hahaha.
Karena para pengguna smartphone adalah para multi-tasker (baca: tangan kanan pada sendok, tangan kiri pada smartphone) maka ZenMotion juga memfasilitasi Anda dengan tampilan layar yang bisa digunakan dengan satu tangan. Cukup tap ganda di tombol home untuk mengecilkan layar sehingga jari jemari Anda masih bisa update status mengecek email sementara Anda makan.   
Ada lagi shortcut yang lebih keren, untuk menuju aplikasi tertentu kita bisa menuliskan bentuk huruf di layar. Misalnya, huruf "C" akan membawa Anda langsung ke kamera, huruf "W" akan langsung ke browser. Saya tidak tahu apa filosofi di balik pemilihan huruf-huruf itu, yang jelas hurufnya bisa diganti sesuai keinginan kita. 
Tip: Ketika ZenMotion dinyalakan, jauhkan smartphone dari jangkauan anak-anak, terutama bayi yang sedang dalam masa pandai meniru seperti anak saya, Aksa. Hahaha.



Sebagus apa pun grafik sebuah smartphone, jika diakses terlalu sering atau terlalu lama tetap akan membuat mata kita cepat lelah. Nah, ASUS Splendid memungkinkan kita untuk mengubah tampilan layar agar lebih nyaman. Eh, ada Reading Mode juga, lho. Bermanfaat ketika kita membaca e-book atau ketika membaca blogpost super panjang seperti postingan ini.


4. KAMERA PIXELMASTERDiakui atau tidak, kamera adalah hal kedua yang dipertimbangkan saat seseorang akan membeli smartphone, hal pertama adalah harga. Untuk saya, kapasitas dan kualitas kamera smartphone adalah bagian dari alat kerja. Jadi ya harus bagus.  




Untuk hasil foto yang berkualitas, kamera ZenFone 2 ZE550ML dibekali dengan beberapa kemampuan seperti ini:




MODE LOW-LIGHT
Mengambil gambar dengan bantuan sinar matahari atau lampu jelas bukan masalah, yang sering menjadi masalah adalah ketika tidak ada cukup cahaya. Mode low-light meningkatkan sensitivitas kamera sehingga hasil foto masih tetap bagus meskipun dengan cahaya minim. 
DUAL LED REAL TONE
Ketika mengambil gambar dalam ruangan, sering kali foto yang dihasilkan terlalu kuning, atau terlalu biru, atau malah gelap sama sekali, padahal foto diambil pada waktu siang hari. Nah, Dual LED Real Tone akan membuat kamera menyaring dan mengkombinasikan cahaya untuk menghasilkan foto dengan tone sealami mungkin. 
SUPER HDR
Masalah lain yang sering kita alami adalah backlight. Kalau misalnya latar belakang tidak begitu penting, kita bisa begitu saja berpindah lokasi. Tapi bagaimana kalau latar belakang justru yang ingin benar-benar kita abadikan? Di sinilah mode Super HDR bekerja. Teknologi ASUS Pixel Enhancing membuat kamera mengambil beberapa gambar yang berbeda dan memproses sehingga foto yang dihasilkan tetap natural.

SUPER RESOLUTION
Super Resolution menjadikan hasil foto setara dengan 52 MP. Kalau Anda senang food photography atau macro photography, mode ini cocok agar hasil foto tetap detail.
PANORAMIC SELFIE
Sangat berguna kalau Anda senang sekali welfie. Itu saja dari saya mah. :)
ZERO SHUTTER
Foto blur adalah masalah kita bersama, Saudara-saudara. Apa lagi bagi mamah-mamah muda seperti kita yang "kecanduan" mengabadikan momen berharga anak-anak. Pernah tidak ketika akan mengambil gambar harus mengatur fokus dulu, eh ketika sudah fokus anak kita sudah berlarian entah ke mana. I feel you, Mom. I feel you. Nah, Zero Shutter membuat kamera fokus dalam waktu singkat.
MODE MANUAL
Photografer wannabe? Sedang menabung untuk membeli DSLR tapi mulai frustasi karena harganya masih saja belum terjangkau? Jangan khawatir, ada Mode Manual. Anda bisa mengatur ISO, saturasi, dan lain-lain. Persis seperti DSLR. Ya ... anggap saja latihan. 

BEAUTIFICATION

Oke, jadi ASUS sudah punya mode kheuseus selfie. Anda boleh meng-uninstall 10 aplikasi selfie yang Anda punya sekarang. :D
PHOTOCOLLAGE & PHOTOEFFECTS
Anda juga boleh meng-uninstall aplikasi kolase foto yang memakan memori banyak itu karena ASUS ZenFone 2 sudah dilengkapi dengan fitur PhotoCollage.

5. MEMORINotifikasi yang paling saya benci adalah "insufficient memory", menyimpan foto tidak bisa, akses Internet tidak bisa, menambah koleksi lagu tidak bisa, apa-apa tidak bisa. Itu sebabnya mengapa kapasitas memori internal dan eksternal selalu saya pertimbangkan ketika akan membeli smartphone.
ZE550ML memiliki memori internal 16GB dan memori eksternal up to 64GB, ditambah dengan 5GB ASUS webstorage. Ya, boleh banget dijadikan gudang penyimpanan file-file desain.


6. AUDIO VISUALSaya harus mendengarkan lagu ketika menulis atau mendesain, juga ketika di dalam angkot. Tentunya saya menginginkan smartphone dengan kualitas suara yang tidak kekerebekan.


AUDIO
ASUS ZenFone 2 ZE550ML dibekali audio berteknologi SonicMaster yang membuat suara semakin jernih. Eits, ada yang unik juga nih, Noise Cancellation. Jadi ketika kita menelepon di tengah keramaian, yang akan terdengar di seberang sana hanyalah suara kita sementara suara di latar belakang dibuat hening. Sayangnya, Noise Cancellation tidak berlaku sebaliknya. Maksudnya, jika lawan bicara kita yang sedang berada di keramaian, suara yang kita terima belum tentu jernih karena belum tentu smartphone-nya dilengkapi dengan noise cancellation.

VIDEO
Anda memiliki obsesi untuk menjadi vlogger atau memerlukan video untuk postingan blog? ZenUI MiniMovie akan memfasilitasi kebutuhan Anda itu.



7. SEKURITIAda 3 fitur utama yang saya masukkan ke dalam poin sekuriti: Dr. Safety, Kids Mode, dan SnapView.
Melalui teknologi Trend Micro™, aplikasi Dr. Safety memberikan 7 macam perlindungan. Tapi kali ini saya hanya akan membahas poin ketiga, Lost Device Protection. Bagaimana jika smartphone Anda hilang? Dengan Lost Device Protection, ini yang bisa Anda lakukan:


Melacak keberadaan smartphone melalui Google Maps.Mengunci SIM card dari jarak jauh untuk menghindari penyalahgunaan.Mengirimkan pesan kepada orang yang menemukan.Menghapus data-data yang ada di smartphone baik parsial maupun seluruhnya, misalnya kontak, akun, dan isi SD card.
Meminjamkan smartphone kepada anak atau keponakan kini tidak akan horror lagi. Kids Mode akan mengunci smartphone agar tetap berada di aplikasi yang dikhususkan untuk anak-anak.



SnapView merupakan bagian dari ZenUI. Anda bisa memisahkan profil log in menjadi beberapa user, persis seperti di notebook. Fungsinya selain agar file-file personal Anda tidak bisa diakses oleh orang lain, Anda juga bisa menggunakannya sebagai sistem kearsipan. 

Misalnya, saya sering kesulitan mengirimkan foto sepatu kepada calon kustomer karena galeri yang tercampur-campur. Dengan SnapView saya bisa membuat user khusus online shop dan mengatur galeri, aplikasi, bahkan aplikasi chatting mana saja yang bisa diakses. Memisahkan kehidupan pribadi dengan pekerjaan bukan hal yang sulit lagi. 


8. KONEKTIVITAS
Ketika dikejar-kejar deadline, biasanya saya mematikan smartphone, tapi itu artinya saya menutup akses komunikasi dari dan ke kustomer online shop. Saya pernah kehilangan 3 order hanya karena saya malas membalas WA dari calon kustomer (online shopper macam apa ini?). 

Masalah lain yang sering saya hadapi adalah kehilangan data. Sejak HDD PC saya rusak dan datanya sama sekali tidak bisa diselamatkan, saya mulai membuat backup file-file pekerjaan dan foto-foto penting di dalam jaringan. 



ZenLink yang ada di ZenFone 2 bisa memecahkan masalah-masalah saya di atas, karena smartphone bisa dihubungkan dengan PC atau notebook juga bisa digunakan untuk mem-backup file. 



Well, okay. Jadi ASUS punya social cloud. Tempat kita bisa berbagi momen-momen atau foto atau video dengan sesama pengguna ASUS. 

...



Entah kenapa saya memiliki chemistry untuk merusakkan alat-alat elektronik dalam waktu sesingkat-singkatnya. Dalam waktu 3 tahun saya sudah merusakkan 1 netbook, 1 PC, 1 ponsel, 2 smartphone, dan sedang dalam perjalanan merusakkan notebook yang sedang saya pakai sekarang. Tidak, saya tidak melakukan hal-hal ekstrem seperti yang dilakukan Aksa: berdiri di atas notebook, membanting mouse, atau menyirami notebook dengan susu. Mungkin karena saya memakai semua "alat perang" saya selama nyaris 20 jam per hari dan selalu lupa mematikannya. 

Dengan "keahlian" saya itu, garansi dan service center menjadi semacam IGD. Iya, saya hanya mau memperbaiki perangkat di service center resmi karena kapok dengan tempat reparasi tidak resmi. Kalau Anda sama seperti saya, ada baiknya Anda menyimpan alamat service center di kota Anda. 



...
Sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan, smartphone adalah perangkat kerja yang bisa membantu produktivitas dan kreatifitas. Kita tentu menginginkan smartphone terbaik untuk mendukung kebutuhan kita, bukan? Untuk sebuah smartphone dengan kapasitas dan kualitas seperti ini, harga Rp2,499,000 sepertinya cukup sepadan. 

Setelah menelaah performa, spesifikasi, dan fitur-fitur yang dimiliki oleh ASUS ZenFone 2 ZE550ML, rasanya tidak berlebihan kalau saya menyebut smartphone ini sebagai "notebook" yang akan muat di saku saya, juga di saku Anda. 



Sumber referensi:
www.asus.comwww.intel.co.idwww.tekno.... diolah dari freepikCopyright: www.langitamaravati.comSoftware: Adobe Illustrator CS5, Adobe Indesign CS5, Adobe Photoshop CS5
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 04, 2016 03:27

February 19, 2016

Manfaat Membaca Buku Bagi Kesehatan

Sumber: Pixabay
Banyak orang yang masih menyepelekan kegiatan membaca buku. Padahal kegiatan yang satu ini sangat menyenangkan dan bermanfaat. Orang-orang yang hobi membaca buku akan menemukan dunianya melalui lembar demi lembar halaman buku yang tuntas dibaca.

Bukan hanya menambah wawasan, membaca buku juga akan memberikan beberapa manfaat ini untuk kita :
Meningkatkan Kemampuan Membaca PikiranSebuah hasil studi yang dirilis pada tahun 2013 menyatakan bahwa membaca karya sastra ternyata ampuh meningkatkan kemampuan kita dalam membaca pikiran dan perasaan orang lain. Tentu saja hal ini baik bagi kemampuan kita dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain. Sebab kita jadi terampil memilih ekspresi dan ungkapan yang tepat saat berhubungan dengan orang lain.
Terhindari dari StresPenelitian yang dilakukan di Mindlab Internasional pada tahun 2009 menunjukkan bahwa tingkat stres dapat berkurang jika kita rajin membaca buku. Bacalah buku apa pun. Sebab membaca buku dapat menghilangkan kekhawatiran dan perasaan tertekan.
Meringankan Gejala DepresiStres yang berkepanjangan bisa menimbulkan depresi yang berisiko bagi kesehatan tubuh dan jiwa. Bila kita sedang merasa stres, masih belum terlambat untuk memulihkan kondisi kita agar jadi lebih baik. Mulailah membiasakan diri untuk membaca buku. Karena ternyata membaca buku juga terbukti ampuh menjadi salah satu bentuk pemulihan bagi orang-orang yang depresi.
Meningkatkan Daya Ingat dan KonsentrasiJika kita mulai sering lupa dan konsentrasi pun mudah buyar, mungkin sudah saatnya kita butuh bantuan dari buku. Konsentrasi dan daya ingat kita akan menjadi lebih baik jika kita rajin membaca buku. Sebab kita pun akan terbiasa untuk berkonsentrasi pada bahan bacaan sekaligus berusaha mengingat tentang alur buku yang sudah kita baca. Mendapatkan tambahan pengetahuan baru tentu semakin mengasyikkan jika bisa sekaligus meningkatkan ketajaman otak.

Tak masalah bila kita tak punya waktu untuk berburu buku baru di toko. Sebab kita juga bisa mendapatkannya di MatahariMall. Belanja hemat di MatahariMall memang menyenangkan dan membuat kita bisa mendapatkan buku yang sudah lama kita inginkan. Lengkapi koleksi buku di rumah dengan beragam buku terbaru di MatahariMall yang super lengkap.
...
Jadi, dengan manfaat sebesar itu, berapa banyak buku yang sudah dan akan Anda baca tahun ini?


Salam,
~eL
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 19, 2016 00:13

February 15, 2016

Majulah Para Petani Kopi Indonesia

Saya peminum kopi brutal. Dalam satu hari bisa menghabiskan 6-10 mug kopi. Kopi instan sachet atas alasan kepraktisan. Semakin banyak deadline yang harus diselesaikan, maka semakin tinggilah intensitas saya meminum kopi. Itu yang menyebabkan lambung dan ginjal saya bermasalah. Saya tahu suatu saat harus berhenti menyiksa tubuh dengan cara seperti itu, tapi memisahkan seorang pekerja kreatif dengan kopi sesulit memindahkan gunung. Orang lain mungkin bisa, tapi saya tidak. 

Masalah di lambung dan kopi telah membawa saya kepada petualangan baru: wisata kopi nonpabrikan. Bagi saya ini semacam jalan tengah, di satu sisi kegemaran saya terhadap kopi bisa diakomodasi, di sisi lain lambung saya terselamatkan. Anda mungkin sudah tahu bahwa kopi murni yang diolah dengan cara tradisional justru baik bagi kesehatan. Kata "ngopi" pun telah membawa saya bertualang ke banyak tempat, ke banyak orang. Kopi membawa saya ke Kopi Congress, kopi hitam jenis arabika dan robusta "handmade" yang diolah oleh teman-teman para petani kopi di Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya.
Namun, berbicara tentang kopi berarti berbicara soal budaya, bukan hanya secangkir cairan hitam pekat yang tersaji di meja kita setiap pagi. Berbicara tentang kopi juga berbicara tentang mata rantai produksi yang panjang dari mulai pemilihan bibit sampai pemasaran. Berbicara tentang kopi berarti berbicara mengenai kategori para petani di Indonesia umumnya dan Jawa Barat khususnya: petani sebagai peasant yang subsisten atau farmer yang lebih cepat merespons terhadap inovasi. Kategori petani itu baru dari sudut pandang Wolf, seorang antropolog yang melakukan pendekatan evolutif. Belum lagi kategori petani berdasarkan teori yang dikemukakan oleh antropolog lainnya, Samuel Popkin dan James Scott. Belum lagi ... tapi ya sudahlah, ini blogpost, bukan handout kuliah, jadi saya tidak akan membahas lebih jauh tentang itu.

Yang jelas, para petani kopi Taraju sedang dalam masa transisi atau revolusi dari peasant yang "sekadar" pengolah lahan menjadi farmer yang berorientasi kepada keuntungan dengan cara ikut ambil bagian dalam agrobisnis, bahkan agroindustri. Ini menarik untuk dikaji.

Kopi Congress sebagai UMKM hanya memiliki satu tujuan: mengangkat harkat martabat para petani. Kedengarannya mungkin cukup sederhana, tapi karena saya selalu senang memperumit masalah, saya akan mengatakan kepada Anda bahwa sektor pertanian memiliki spektrum yang kaya. Untuk mengangkat harkat dan martabat para petani kopi sama sekali tidak sesederhana itu. 
PRODUKKopi Congress memproduksi dua jenis kopi: arabika dan robusta Taraju. Kedua jenis kopi tersebut diolah secara tradisional untuk menjaga kualitas aroma dan rasa. Bukan itu saja, mereka juga menyediakan kopi yang diolah dengan 3 metode roasting (pemanggangan): light, medium, dan dark.
(Harga dapat berubah sewaktu-waktu)
Jika Anda senang bertualang dengan cita rasa kopi, Anda bisa mengeksplorasi dari mulai metode roasting sampai brewing. Sebagai contoh, robusta Taraju yang diseduh biasa rasanya akan berbeda dengan yang diseduh dengan metode moka pot atau manual dripping. And you know what? Dari kopi yang sama, akan didapat aroma dan rasa berbeda jika di-roasting dengan suhu dan atau alat berbeda. 
Itu baru satu jenis kopi dari satu kecamatan di satu kabupaten. Belum lagi dari kebun-kebun lain yang tersebar di seluruh Jawa Barat. Kaya, bukan?
KISAH PANJANG DI BELAKANGSeperti yang saya katakan di awal, kopi adalah sebuah kisah yang panjang. Kita tidak bisa membicarakan UMKM pengolahan kopi hanya dari sisi bisnis sebab ada hal-hal yang lebih krusial di balik itu semua. Reforma agraria sudah lama menjadi isu seksi yang terus-menerus digodok di berbagai lapisan, kesejahteraan para petani adalah salah satu cakupannya. Tapi isu kesejahteraan hanyalah satu dari sekian banyak alasan yang melatarbelakangi lahirnya Kopi Congress. Latar belakang lainnya adalah:
1. TengkulakKeberadaan tengkulak menjadikan harga kopi teramat rendah sehingga para petani sendiri sering kali menganggap bahwa hasil kebun mereka tidak memiliki nilai ekonomi. Sebagai gambaran, 1Kg cerry (biji kopi yang baru dipetik dan belum dikupas) robusta dihargai Rp2.500-Rp3.500. Padahal tanpa tengkulak, 1Kg cerry robusta bisa dihargai Rp4.500-Rp8.500. Lain lagi dengan arabika, kopi jenis ini berkisar Rp7.000-7.500, di pasaran arabika berkisar Rp19.000-Rp21.000 per kilogram. 
Kopi Congress memotong jalur distribusi ini, bersinergi dengan koperasi petani, membeli kopi dengan harga wajar, mengolahnya sendiri, dan memasarkannya sendiri.
2.  Rasa Memiliki dan Nilai EkonomiPara petani kopi di Jawa Barat, khususnya di Taraju masih menganggap kopi sebagai tanaman pagar, bukan tanaman utama. Ya karena itu tadi, harga jual yang rendah menjadikan kopi tidak memiliki nilai ekonomi.
3. SkillPara petani kopi sendiri belum semua yang memiliki keahlian untuk mengolah kopi sampai menjadi produk yang lebih memiliki nilai ekonomi tinggi. Di sinilah para petani kopi Taraju didampingi Konfederasi Pergerakan Rakyat Indonesia (KPRI) mengambil peranan: mengedukasi para petani kopi. 
4. Pemahaman MasyarakatSelain budaya, saat ini kopi sudah menjadi semacam gaya hidup. Masyarakat umum mulai aware dan bisa membedakan mana kopi yang berkualitas dan mana kopi yang "asal hitam". Animo seperti ini menjadi angin segar karena itu artinya pasar sudah siap menyerap produk. 

Sayangnya, awereness ini baru di tahap konsumsi, belum sampai kepada kepedulian nasib para petani kopi itu sendiri. 
TRANSISI PETANI & PROSES PRODUKSIPara peasant di Taraju yang tadinya hanya menanam mulai bertransisi menjadi farmer, bergerak maju ke dunia agrobisnis dan agroindustri. Meski memang, tujuan mereka bukan hanya berorientasi kepada keuntungan. Tapi dengan mengolah dan memasarkan kopi mereka sendiri, itu artinya berpengaruh kepada percepatan ekonomi. Bayangkan, jika sebelumnya mereka menjual green bean arabika dengan harga kisaran Rp19.000-Rp21.000 per kilogram. Uniknya, kisaran harga itu dipengaruhi oleh fluktuasi dollar, tapi petani sendiri tidak paham mengenai itu sehingga harga masih ditetapkan oleh para tengkulak. 

Dalam masa transisi dari peasant ke farmer, juga sebagai upaya meningkatan kualitas dan kuantitas produksi, maka mereka mulai mengolah kopi sendiri. Dengan melakukan pengolahan sendiri mereka bisa menjual ground (kopi bubuk siap seduh) dengan harga Rp77.500 per 250 gram. 

Jadi, bisa Anda bayangkan bagaimana jika jalur distribusi dan proses produksi yang panjang itu ditangani oleh para petani sendiri melalui unit-unit usahanya? Berapa juta orang petani yang bisa "diselamatkan"?  Ya memang, untuk menghasilkan 1Kg ground diperlukan 6-8Kg cerry karena terjadi rasio penyusutan, juga ada biaya operasional yang harus diperhitungkan.


EDUKASI KOPIIya, Kopi Congress memang membeli biji kopi dari para petani dan koperasi. Tapi bukan, UMKM yang satu ini bukan penadah karena selain memotong jalur distribusi dan produksi, Kopi Congress dengan pendampingan dari KPRI juga memberikan edukasi dan pembekalan keterampilan kepada para petani kopi. Output-nya sudah jelas: para petani yang mandiri secara ekonomi. 
Edukasi dan bekal keterampilan apa saja yang diberikan oleh Kopi Congress? Ada beberapa poin penting yang saya sarikan dari hasil obrolan dengan Kang Yayan, putra daerah Taraju sekaligus koordinator KPRI Jabar:Kopi Congress membeli bahan baku berupa cerry dari koperasi dan petani dengan harga wajar sehingga para petani semakin sadar bahwa kopi milik mereka memiliki nilai ekonomi. Memberikan edukasi tentang cara panen yang baik, yaitu petik pilih. Para petani diedukasi agar hanya memetik biji kopi merah yang sudah matang dan membiarkan biji kopi hijau agar terus tumbuh untuk dipanen kemudian. Dengan begini, kopi yang dihasilkan akan semakin berkualitas.Memberikan bekal keterampilan tentang cara pengolahan biji kopi dari mulai bahan baku sampai kopi siap saji: penyortiran, pengupasan, roasting, grinding, sampai pengemasan. Memupuk rasa percaya diri dan kebanggaan. Ground atau kopi bubuk yang sudah diolah akan disajikan kembali kepada para petani. Mereka, para petani, diajak untuk mencicipi rasa kopi dari hasil kebun mereka. Dari sinilah kebanggaan itu lahir. Mungkin inilah sebenar-benarnya "ngopi-ngopi asyik". Memang, banyak sekali pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Hambatan-hambatan baik internal maupun eksternal akan selalu ada. Namun, saya optimis bahwa UMKM berbasis kesejahteraan bersama seperti ini akan selalu menemukan jalan untuk ada dan berlipat ganda. 
PASAR KOPI INDONESIA DAN HAMBATAN-HAMBATANNYAHingga hari ini, pemasaran Kopi Congress baru sebatas di jaringan dan beberapa kafe di Jawa Barat. Eits, tapi jangan salah, arabika dan robusta Taraju sudah "coming out" dan diperkenalkan kepada publik di West Java Coffee Festival bulan November 2015 lalu. 

Ngobrol-ngobrol soal pasar, yang menjadi kekhawatiran saya sebagai penikmat kopi adalah penurunan kualitas dan penurunan harga pasar yang diakibatkan oleh banjirnya penawaran. As we know, seperti yang terjadi dengan komoditas lainnya, harga pasar cenderung turun jika penawaran lebih banyak daripada permintaan. 
Kekhawatiran saya ini dijawab santai oleh Kang Yayan, "Kopi adalah komoditas yang unik karena diseleksi oleh tangan manusia dan alam. Dengan sendirinya, alam akan melakukan peranan dalam menentukan kualitas kopi itu sendiri."
Lebih jelasnya sih begini, pohon kopi memang bisa tumbuh di ketinggian 1.000-1.200 mdpl. Tapi kualitas kopi yang dihasilkan sangat tergantung kepada lingkungan sekitarnya. Pohon kopi yang tumbuh di tengah-tengah dataran gersang memiliki kualitas yang jauh di bawah pohon kopi yang tumbuh di tengah-tengah hutan, misalnya. Bukan itu saja, pohon kopi sangat adaptif, ia menyerap aroma di sekitarnya. Kalau Anda ingin melakukan uji coba, tanam saja pohon kopi di tengah-tengah rumpun mawar. Maka yang akan Anda dapatkan adalah biji kopi beraroma mawar. Meski saya tidak menyarankan kopi beraroma mawar diproduksi secara massal. :D
Nah, karena percepatan pembangunan terutama di Jawa Barat kerap mendesak perkebunan, bukan tidak mungkin kelak akan ada kopi rasa mall atau taman beton. #eh 
Jadi meskipun misalnya permintaan di pasar semakin tinggi, sepertinya kita tidak usah khawatir mengenai banjirnya penawaran karena jika mengacu kepada standar kualitas, alam akan menjaga keseimbangan. 
Lalu apa saja hambatan yang dihadapi oleh Kopi Congress sebagai UMKM? Supaya lebih objektif, saya membaginya ke dalam dua kelompok: internal dan eksternal.
HAMBATAN EKSTERNAL1. Middleman atau TengkulakKita semua tahu bahwa tengkulak adalah akar tunggang yang sukar sekali dirobohkan. Para tengkulak inilah yang menyetir harga jual komoditas. Di satu sisi, tengkulak adalah jalur cepat untuk "balik modal", tapi di sisi lain harga jual ditekan sampai serendah-rendahnya sehingga komoditas tidak memiliki nilai ekonomi tinggi. 
Sayangnya, meski Kopi Congress bergerilya dari petani ke petani dan dari koperasi ke koperasi, mereka belum bisa mengkover seluruhnya. Memotong jalur distribusi yang sudah purba memang tidak mudah. 
2. Harga PasarBanyak orang yang masih berpikir bahwa kopi lokal harganya mahal, padahal jika dihitung secara matematis, harga kopi lokal tradisional yang notabene lebih unggul secara kualitas justru bisa dibilang murah.




3. Kesadaran MasyarakatBegini, I don't blame you karena lebih suka mengonsumsi kopi instan daripada kopi betulan. It's not your false, seriously. Ada begitu banyak faktor yang menjadikan mass market di Indonesia agak sulit untuk berkembang, salah satunya adalah kesadaran masyarakat. 
Dari sisi kopi sebagai komoditas yang diproduksi oleh UMKM, berapa banyak sih dari kita yang sadar bahwa kopi lokal ini ada? Mungkin karena strategi marketing yang kurang memiliki gema, bisa jadi karena produk UMKM jenis ini sulit diakses, atau karena produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan selera masyarakat. Banyak sekali faktor.
Namun, yang paling utama dari poin ini adalah bahwa selama ini masyarakat selalu menempatkan diri sebagai konsumen yang merasa berhak "dimanjakan" oleh para produsen, bukan sebagai bagian dari siklus ekonomi itu sendiri. Ini tantangan besar bagi para pelaku UMKM. 

Hal ini agak kontradiktif dengan pertumbuhan konsumsi kopi di Indonesia. Berdasarkan data dari International Coffee Organization (ICO), konsumsi kopi di Indonesia justru mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun. 

Meski konon, kopi lokal sudah mulai masuk ke tataran komersial massal seperti kafe-kafe, sayangnya saya tidak menemukan data valid sehingga tidak bisa menyebutkan angka. Pertanyaan besarnya adalah, jika bukan kopi lokal berkualitas, kopi jenis apa yang dikonsumsi oleh orang Indonesia selama ini? 
4. AlamDengan kondisi geografis, perubahan cuaca yang ekstrem, dan perubahan lingkungan di sekitar perkebunan, sulit mendapatkan kualitas kopi dengan standar tertentu. Dalam satu kali panen setiap tahunnya, kualitas kopi yang dihasilkan sangat fluktuatif. Ini hambatan yang agak sulit ditangani.
INTERNALHambatan internal ini sekaligus menjadi bahan evaluasi bagi Kopi Congress sebagai badan usaha. Beberapa poin sudah saya bahas sekilas di subbab latar belakang.
1. Modal UsahaMembeli kopi dari petani dengan harga di atas tengkulak jelas bukan perkara mudah. Dibutuhkan modal awal besar karena bahan baku yang mesti dibeli bukan hanya satu atau dua kilo. 
2. Sumber Daya ManusiaUntuk mencapai tujuan para petani kopi yang mandiri secara ekonomi sekaligus menjalankan usaha juga bukan perkara mudah. Banyak SDM dari berbagai bidang yang dibutuhkan. Contoh kecil saja, Kopi Congress belum memiliki tim promosi khusus. Yang ada saat ini adalah para agen ganda, eh, SDM dengan jobdesc rangkap. 

Jadi ketika saya bertanya tentang web dan akun medsos, saya hanya mendapatkan cengiran sebagai jawaban. Well, okay. Mungkin sudah saatnya para blogger ambil bagian dalam tugas mulia ini. *eheum
3. Internal PetaniSeperti yang saya singgung sebelumnya, para petani di Jawa Barat sendiri belum sepenuhnya sadar tentang nilai ekonomi biji kopi yang mereka tanam. Akhirnya kopi menjadi sekadar tanaman pagar atau berakhir di kulakan para tengkulak. Tentu saja dengan harga rendah.
Karena kesadaran yang kurang ini pulalah, panen dilakukan tanpa disortir terlebih dahulu. Biji kopi yang sudah matang bercampur dengan biji kopi yang belum matang betul. Ini memengaruhi kualitas cerry dan green bean yang dihasilkan.
Belum lagi masalah skill. "Menyeret" para petani dari zona nyaman penanam ke pengolah tidak bisa dilakukan secara instan. Dibutuhkan edukasi dan pelatihan yang masif dan kontinyu. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Kang Wisnu, antropolog lulusan UNPAD, para petani sudah kehabisan tenaga ketika proses tanam sampai panen sehingga tidak memiliki cukup tenaga untuk melakukan pengolahan. 
4. Kapasitas ProduksiPoin ini sebetulnya gelindingan bola salju dari hambatan-hambatan sebelumnya dan sinergis dengan edukasi pasar dan promosi. Jika promosi semakin gencar dan masyarakat semakin teredukasi, teorinya permintaan akan semakin tinggi. Otomatis, kapasitas produksi juga harus ditingkatkan, tho? Masalahnya, sumber daya yang tersedia saat ini belum memadai untuk menyambut itu. Kalau pesanan dalam jumlah kecil sih, mereka masih sanggup, tapi kalau bulk order sepertinya masih diperlukan effort lebih.
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERTUMBUHAN EKONOMISaya pribadi antusias dengan UMKM kopi seperti ini. Ingin sekali ikut berperan serta aktif dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia. Anda pun pasti demikian. Banyak cara yang bisa kita lakukan:

1. Menjadi Konsumen Loyal

Cara paling mudah untuk mendukung UMKM adalah dengan cara membeli produk mereka dan bangga ketika menggunakannya. Tapi kita tidak serta-merta menutup mata terhadap kualitas. Jangan karena itu UMKM maka kita merasa harus membeli tanpa mempedulikan kualitas, ini justru tidak mendidik. 

2. Mengubah Mindset
Meskipun saya dan Anda adalah konsumen, bukan berarti peran kita berhenti sampai di situ. Tolong ubah pola pikir end user minded. Kita bukan objek di ujung mata rantai produksi, melainkan subjek yang ikut ambil bagian dalam siklus ekonomi.

Dalam hal kopi, kita bukan hanya penikmat, tapi tolong diingat bahwa kita berperan terhadap kesejahteraan para petani. Lebih jauh lagi, para penikmat kopi lokal ikut berperan serta aktif dalam pencapaian reforma agraria.

3. Menjadi Media Promosi

As we know, strategi marketing testimoni dari mulut ke mulut sangatlah efektif, terutama di era digital. Mudah saja mendukung UMKM, yang perlu Anda lakukan hanyalah mengunggah testimoni ke media sosial. Satu foto dan beberapa kalimat. Mudah, kan?

4. Kritisi
Penyakit kita hari ini adalah kita selalu menganggap bahwa UMKM adalah masyarakat "kelas bawah" yang patut dikasihani dan selalu benar sehingga anti-kritik. Padahal tidak demikian. Terlepas dari skalanya, UMKM adalah para pengusaha. Sudah menjadi sebuah keharusan bahwa sebuah perusahaan harus terus-menerus meningkatkan kualitas produk dan atau pelayanannya. 

Salah satu tugas kita adalah memberikan masukan dan kritikan yang konstruktif. 

5. Apresiasi
Yang paling nyata dari apresiasi adalah tidak menawar harga jika harga yang ditawarkan masih masuk akal. 
...Selain 5 poin di atas, kita juga bisa berkontribusi dengan cara menabung. Di mana? Bagaimana caranya? Bank Tabungan Pensiunan Nasional atau BTPN sebagai bank yang concern terhadap pemberdayaan UMK menyediakan berbagai program untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonomi. Tahun 2009 BTPN meluncurkan bisnis UMK dengan nama BTPN Mitra Usaha Rakyat. Tidak hanya sampai di situ, pada tahun 2011 BTPN meluncurkan program Daya, yaitu program pemberdayaan mass market atau UMKM.

Melalui subprogram Tumbuh Usaha, BTPN tidak hanya menyediakan pinjaman tapi juga memberikan fasilitas berupa informasi usaha, pelatihan wirausaha, dan memberikan peluang usaha baru. Salah satu produk BTPN adalah Paketmu, dengan fitur ini kita bisa mengajukan pinjaman untuk modal usaha dengan persayaratan yang cukup mudah. Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa membaca di sini.

Dalam usaha mengajak masyarakat umum untuk ikut berperan serta aktif dalam pemberdayaan UMKM ini, dibuatlah Program Sahabat Daya. Selain menjadi deposan, kita juga bisa melakukan pendampingan dan pembinaan kepada para penggiat UMKM. Jangan khawatir tentang akses, karena sudah ada BTPN Sinaya yang bisa digunakan untuk transaksi perbankan maupun nonperbankan secara online dan mobile.

Salah satu produk perbankan yang bisa kita gunakan untuk menabung adalah Taseto. Dana yang kita setorkan sepenuhnya dipergunakan untuk pemberdayaan UMKM. Bunganya juga cukup bersaing dan setara dengan deposito. Untuk lebih jelasnya, kita akan melakukan simulasi Taseto Mapan. Di dalam simulasi ini saya akan menabung 1 juta per bulan dalam jangka waktu 5 tahun.




Jadi, dana yang saya titipkan bisa membantu pembuat roti manis dengan jumlah karyawan 26 orang. Hebat, bukan? Bukan tidak mungkin jika dana yang saya titipkan juga bisa ikut membantu teman-teman di Kopi Congress dan puluhan petani kopi di dalamnya. 


SECANGKIR PENGETAHUANHave I told you about the taste? Ah, maafkan saya kalau belum sempat cerita. Favorit saya adalah Taraju jenis robusta, mungkin karena lidah saya terbiasa dengan itu. Yang saya minum adalah kopi roasting light, jadi aromanya lebihsegar. Jika dibandingkan dengan kopi lain yang tumbuh di Jawa Barat, body (kepeka tan) kopi Taraju berada di level 8.3 dari skala 1-10. Cenderung lebih pekat.

Untuk lebih jelasnya, rasa kopi Taraju bisa dilihat dalam diagram cupping di bawah ini:

Bagi saya, Kopi Congress bukan sekadar kopi hitam yang berasal dari Tasik sana, artinya jauh lebih besar dari itu. Secangkir kopi Taraju adalah juga sumber pengetahuan, cangkir tempat saya belajar kisah panjang spektrum pertanian. Kisah panjang perjuangan kesejahteraan. 

Bahkan setelah wawancara saya dengan Kopi Congress selesai, keteguhan mereka tentang mengangkat harkat dan martabat para petani kopi masih bergaung-gaung di kepala. UMKM hanyalah satu dan lain cara untuk sampai kepada misi besar itu. Dan tulisan ini pun menemukan muara dengan sendirinya, satu kalimat yang selam ini diredam dan dipendam: majulah, para petani kopi Indonesia!

Salam,
~eL

Sumber referensi:
www.btpn.comwww.btpnsinaya.comwww.men... Congresswww.gaeik.or.idwww.ico.orgwww.kemenpe... Akademik Baperda Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Kajian Yuridis (Prof. Dr. Koerniatmanto Soetoprawiro S.H., M.H.)
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 15, 2016 08:04

February 5, 2016

Mia si Pemimpi


"Terima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan kesempatan berharga ini kepada saya. Terima kasih kepada Papah karena selalu ada, Maia karena selalu menjadi api yang menyala. Dan kedua matahari saya, David dan Hope. Terima kasih."

Mia berdiri di atas panggung, memegang piala FFI untuk kategori skenario terbaik. Suara tepuk tangan masih bergemuruh ketika ia undur diri ke belakang panggung. Di sana, di balik tirai, telah menunggu David dan Hope, suami dan putrinya.

"Kamu hebat, Sayang. Selamat," satu kecupan di kening dari David.

"Bunda kereeennn!" Hope terlonjak-lonjak gembira dan menghambur ke pelukan ibunya.

Senyum tak henti-hentinya terbit di bibir Mia, perempuan berusia 35 tahun dengan kepala plontos itu. Rambutnya tidak pernah tumbuh dengan benar sejak proses kemo yang dilaluinya beberapa tahun silam. Maka ia memutuskan untuk tak pernah membiarkannya panjang. Ia ingin itu menjadi simbol perjuangannya melawan kanker.

Mia masih tertawa ketika dua orang lain yang begitu berarti dalam hidupnya bergabung, Papah dan Maia. Di tengah-tengah gegap gempita tawa dan perayaan itu, jemari Mia menyentuh pergelangan tangannya, menyusuri jalinan Kain Pelangi Jumputan. Gelang yang dinamai Gelang Harapan. Gelang yang mengingatkan ia kepada tahun-tahun suram di belakang ketika sel-sel kanker menyerbu daya tahan tubuhnya. Gelang yang mengingatkan ia bahwa harapan akan selalu ada.

"I believe that every dream can be turned into reality. I believe ..." gumam Mia.


- T A M A T -...Ending seperti fragmen di ataslah yang saya harapkan dari I am Hope the Movie . Akhir yang bahagia untuk Mia dan orang-orang di sekelilingnya. Saya ingin pada akhirnya Mia sembuh dari kanker, menikah dengan David, punya anak yang diberi nama Hope. Saya ingin Mia terus menulis skenario, bukan hanya untuk pertunjukan teater, tapi juga skenario film-film yang menginspirasi banyak orang di Indonesia. 
Dalam perjalanannya melawan kanker dan menggapai mimpi, yang saya bayangkan adalah bahwa tokoh Mia juga aktif berbagi dengan para cancer survivor. Berbagi inspirasi dan berbagi motivasi.#BraceletofHope yang selalu ia pakai, dibagi-bagikannya kepada banyak orang sebagai simbol untuk mengikat harapan. 
Iya, karena proses kemo yang dijalaninya rambut Mia tidak lagi tumbuh sempurna. Maka dengan kesadaran penuh ia memutuskan untuk tidak pernah memanjangkan rambut sebagai simbol solidaritas, juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kanker tidak akan pernah meruntuhkan harapannya. 
Saya ingin ending yang bahagia untuk Mia dan para pasien kanker lain di luar sana.
...
Fragmen di atas adalah ending untuk film I am Hope, film yang diangkat dari kisah nyata ini hanyalah satu dari banyak kasus di Indonesia. Ending yang hanya ada di kepala saya, tentunya. Karena film ini baru akan dirilis serentak pada tanggal 18 Februari 2016 nanti. Film ini bercerita tentang Mia (Tatjana Saphira) yang bermimpi untuk membuat sebuah pertunjukan teater. Namun, di tengah-tengah proses, Mia divonis kanker dan harus menjalani kemo. Anda bisa menonton trailernya di sini:


Juga mendengarkan soundtrack-nya di sini:

Dan tahukah Anda bahwa dengan menonton film ini berarti Anda telah menyalakan harapan bagi mereka yang tengah bertarung melawan kanker? Sebesar 25% dari keuntungan film ini akan disumbangkan untuk yayasan-yayasan kanker di seluruh Indonesia. Juga akan diberikan bantuan langsung kepada para cancer survivor dan keluarganya. 
Dengan menonton film ini, Anda tidak sedang menghibur diri, melainkan juga berbagi motivasi, berbagi nyala api. Bukan itu saja, Anda juga bisa menyediakan nyala yang lebih terang. Caranya mudah sekali, berikut info yang saya dapatkan dari uplek.com:
PRE SALE @IAmHopeTheMovie akan tayang di bioskop mulai 18 februari 2016. Dapatkan @GelangHarapan special edition #IAmHope hanya dengan membeli pre sale ini seharga Rp.150.000,- (untuk 1 gelang & 1 tiket menonton) di http://bit.ly/iamhoperk Dari #BraceletOfHope 100% & sebagian dari profit film akan disumbangkan untuk yayasan & penderita kanker sekaligus membantu kami membangun rumah singgah. Gelang HarapanSilakan follow akun berikut agar tidak ketinggalan info-info lebih lanjut:Twitter @Gelangharapan dan @IamhopethemovieInstagram @Gelangharapan dan @iamhopethemovieTwitter @infouplek dan Instagram @UplekpediaDan jangan lupa hastag-nya:#GelangHarapan #IamHOPETheMovie #BraceletofHOPE #WarriorOfHOPE #OneMillionHOPE #SpreadHope”
...
Kanker telah merenggut banyak orang dari kita. Ada banyak Mia-Mia lain di luar sana. Mia-Mia yang tengah berjuang dengan hidup mereka. Tugas kita bukan berbagi rasa kasihan, melainkan berbagi harapan. Berbagi motivasi agar Mia-Mia yang lain dapat menggapai mimpi.
Salam,
~eL
 •  1 comment  •  flag
Share on Twitter
Published on February 05, 2016 08:33

Mimpi dan Ilusi

Skylashtar Maryam
An author's blog ...more
Skylashtar Maryam isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Skylashtar Maryam's blog with rss.