Skylashtar Maryam's Blog: Mimpi dan Ilusi, page 6
December 25, 2015
Plus Minus Aplikasi #MyBlueBird
Pukul 1 dini hari, pelataran hotel di Jalan Merdeka sudah sepi. Saat itu saya sengaja datang ke sana sehabis membeli sepatu pesanan untuk menemui teman yang sedang di acara Kongres Kesenian. Saya tidak bisa menginap, harus segera pulang karena besok paginya harus berangkat ke Jakarta untuk menghadiri acara blogger. Karena membawa banyak barang, tanpa pikir panjang saya meminta sekuriti untuk memanggilkan taksi. Saya langsung masuk ketika taksi datang, mengutarakan tujuan, dan duduk diam selama perjalanan. Berpikir, seperti biasa.
Ketika sampai di Cibabat, saya melirik argo untuk membayar, tapi ternyata argonya mati. Kerlip merah yang tadinya saya sangka argo adalah channel radio. Sambil mengeluarkan dompet, saya bertanya berapa tarif yang harus saya bayar.
"Ongkosnya 75 ribu, Neng," kata sopir taksi.
"Hah? Kok mahal, Pak? Biasanya hanya 40 ribu."
"Emang kalau jam segini tarifnya segini, Neng."
Dengan sedikit kesal saya membayar, malas berdebat atau menawar. Pagi itu, selain ditipu, saya merasa diperas.
"Makanya, sebelum naik taksi tanya dulu tarifnya."
Mungkin sebagian dari Anda akan berkata begitu. Mbak, Mas, tarif taksi itu diukur oleh argo. Kalau harus tanya-tanya tarif, itu bajaj namanya, bukan taksi.
Kenapa saya hanya berbagi satu pelayanan buruk sementara masih banyak pelayanan baik yang saya terima? Karena seperti kata Kadishub Bandung, dalam bidang pelayanan jasa, kepuasan pelanggan adalah nomor satu.
...
Ngomong-ngomong soal taksi sebagai salah satu moda transportasi darat, pengalaman buruk saya itu tentu bukan overgeneralisasi karena harus saya akui, masih banyak perusahaan taksi yang berdedikasi. Blue Bird salah satunya.
Hari ini, para pengguna transportasi umum lebih memilih kemudahan dan kenyamanan. Mengingat lalu lintas perkotaan yang sudah sedemikian semrawutnya, tarif menjadi nomor kedua. Taksi bukan lagi transportasi umum untuk kelas menengah ke atas, melainkan sudah menjadi pilihan semua kalangan masyarakat.
Sebagai "pemain lama", Blue Bird menjawab tantangan zaman dengan terus-menerus melakukan transformasi dan inovasi agar bisa memberikan pelayanan istimewa kepada para penggunanya. Inovasi yang dilakukan Blue Bird salah satunya adalah dengan membuat aplikasi My Blue Bird yang bisa digunakan di berbagai OS: android, IOS, Windows 8, dan Blackberry. Aplikasi ini merupakan penyempurnaan dari Blue Bird Taxi Mobile Reservation yang sudah dioperasikan sejak tahun 2011, jauh sebelum para pengguna smartphone menjamur seperti sekarang.
My Blue Bird telah di-launching di berbagai kota di Indonesia. Di Bandung sendiri aplikasi ini resmi di-launching pada tanggal 16 Desember 2015 di Saka Bistro, Bandung. Kenapa Bandung? Karena Bandung selain ibukota Jawa Barat, masyarakat Bandung juga terkenal selalu menjadi pionir dalam memanfaatkan teknologi.
Kali ini saya tidak akan membahas detail launching dan sejarah Blue Bird, saya akan langsung membahas tentang aplikasinya.
...
Aplikasi My Blue BirdAda beberapa kelebihan dan kekurangan reservasi via aplikasi jika dibandingkan dengan reservasi konvensional:
Plus:
Karena tidak perlu menelepon, aplikasi ini juga bisa digunakan oleh para difabel, dalam hal ini tuna rungu atau tuna wicara. Bermanfaat bagi para pelupa nomor call center taksi seperti saya.User friendly. Terus terang, meski setiap saat bergulat dengan smartphone, tapi masih ada orang yang gagap teknologi. My Blue Bird sangat mudah digunakan. Hanya diperlukan 3 langkah untuk memesan taksi. Fitur GPS-nya mencakup gang-gang kecil, bukan hanya jalan-jalan protokol. Anda tidak hanya bisa memesan taksi untuk saat itu, melainkan juga bisa untuk beberapa jam kemudian atau dua hari kemudian. Taksi, apalagi di kota-kota besar, juga punya high season. Dengan fitur ini Anda tidak usah takut kehabisan armada.
Ada dua pilihan jenis kendaraan: sedan dan MPV. Bagaimana dengan tarifnya? Tarifnya sama.
Ada pilihan destinasi ke bandara terdekat.
Kita bisa melihat estimated cost, jadi tidak usah deg-degan mengenai tarif. Kan ada tuh penumpang yang sebentar-sebentar melirik argo karena takut ongkosnya kurang (Oke, itu saya). Tapi sebentar, estimated cost ini artinya perkiraan karena argo taksi memakai dua perhitungan. Jika berjalan, tarif dihitung per KM, jika berhenti tarif dihitung per menit. Jadi kalau macet, kemungkinan nominal di estimated cost juga akan bertambah. (CMIIW)
Aman. Nomor telepon Anda tidak akan tampil di driver. Ini mengurangi risiko (maaf) driver-driver nakal. Anda juga bisa membagikan order Anda ke media sosial atau ke privat message keluarga atau teman-teman Anda sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, keluarga Anda mudah untuk melacak. Tidak hanya order, Anda juga bisa menyimpan alamat-alamat destinasi atau pick up location agar tidak perlu memasukkan alamat ketika order berikutnya.
Beroperasi 24 jam. Minus:
Order via aplikasi kadang terkendala dengan koneksi Internet.Order via aplikasi dengan konvensional sama sulitnya jika pick up location Anda sedang macet parah. Hanya tersedia di beberapa kota besar: Jakarta, Surabaya, Medan, Bali, dan Bandung.Konon, akan tersedia metode pembayaran dengan kartu kredit. Nah, alangkah lebih baiknya kalau tersedia juga metode dengan kartu debit. Belum ada fitur taxi nearby, jadi kita tidak tahu ada armada yang tersedia atau tidak.
Anda yang belum mengunduh aplikasi My Blue Bird, bisa langsung ke sini dan pilih OS sesuai dengan smartphone yang Anda gunakan.
Bagi saya, peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan Blue Bird adalah kemajuan berarti. Setidaknya, saya tidak perlu khawatir mengalami hal tidak enak seperti yang saya ceritakan di atas.
Salam,
~eL
Published on December 25, 2015 00:16
December 24, 2015
Yang Rekah Lalu Patah
:Irvan Mulyadie
Kau selalu mengatakan bahwa cinta adalah penjara. Jeruji yang mengerangkeng kita layaknya dua orang pesakitan. Kau terkungkung, begitu juga aku. Kaki-kaki kita dibebat berbagai rasa sakit sehingga tidak bisa saling menuju.
Van, setiap kali kau mengatakan bahwa melupakanku adalah siksaan. Kau pun mestinya tahu bahwa setiap kali aku menemukan hati yang baru, aku selalu kembali kepadamu.
Mengapa saling mencintai harus sebegini menyakitkan?
Malam tadi, ketika kau berkata sudah ada di Cimahi, aku yang sedang dalam perjalanan bergegas pulang. Satu jam terasa bereon-eon bagiku. Aku ingin lekas sampai, kepadamu. Selama di perjalanan aku ingin waktu berlari agar kau tak usah menunggu. Aku bahkan sudah mereka-reka kalimat apa yang akan aku ucapkan, senyum seperti apa yang harus aku pasang, baju seperti apa yang malam tadi harus aku kenakan.
Tapi kau tak ada.
Ketika aku bersabar dalam rindu yang redam, kau datang lalu pergi lagi dengan cara yang sebegitu nyeri.
Kau tahu seberapa gegas aku mengejar? Kau tahu berapa lama aku berdiri diam di pinggir jalan? Mencari-cari punggungmu di antara laju kendaraan dan lampu-lampunya yang menyilaukan. Aku mencarimu.
Kau tahu berapa ratus kali aku mencoba menghubungimu? Kautahu berapa puluh pesan yang kularungkan? Kau tahu berapa lama aku menangis? Ada hal-hal yang kukhawatirkan selain hatiku yang remuk.
Ini kali kedua aku memohon kepada seorang lelaki, Van. Dan kau, membalas semua pesanku dengan membuangku, seperti biasa.
Cinta memang penjara, bukan? Tapi ini terakhir kalinya aku terkungkung asmara. Menjadi kekasihmu telah membuatku menipu banyak orang, termasuk hatiku sendiri.
Malam tadi, adalah kali terakhir kau bisa menginjakkan kaki di sini, di hati dan tempat tinggalku. Kali lain mungkin kau akan menghadapi perempuan yang berbeda. Aku sudah puas dijadikan persinggahan olehmu.
Selamat tinggal.
Published on December 24, 2015 12:05
December 22, 2015
Kaki dan Tangan Kiri untuk Ibu
Setiap kali melihatnya berjalan terpincang-pincang dengan tangan kiri tergantung kaku, dada saya terasa nyeri. Ketika ada suara barang pecah di dapur yang diikuti suara "plak", biasanya saya akan menengadah, mencegah air mata yang mungkin saja buncah. Saya tahu, suara "plak" itu berasal dari tangan kanan yang menampar tangan kirinya sendiri.
Perempuan ini bukan perempuan yang saya kenal dulu. Perempuan yang dengan cekatan membuat gorengan dan es teh manis untuk saya jajakan ke warung-warung. Perempuan dengan rambut berwarna burgundy yang lincah, cantik, memiliki selera fesyen tinggi. Perempuan yang tahan bergerilya dari pasar ke pasar untuk berbelanja baju-baju pesanan, salah satu wirausahawan paling ulet yang pernah saya kenal.
Stroke ringan merenggut tangan dan kaki kirinya sejak sembilan tahun lalu. Mengubahnya menjadi perempuan yang nyaris tak berdaya. Perempuan yang tampak jauh lebih tua dari usia aslinya.
Dalam beberapa hal, saya tidak pernah "berdamai" dengan Ibu. Selalu saja ada hal yang menjadi pertentangan di antara kami. Mulai dari selera berpakaian sampai tahlilan. Mulai dari pilihan pekerjaan sampai pasangan. Tapi melihatnya sakit dan menua mau tak mau membuat saya dirajam-rajam rasa sedih.
Sejak saya pulang dari perantauan lima tahun lalu, Ibu selalu mengatakan hal yang sama, "Teh, antar Ibu berobat." Bagi orang lain mungkin itu permintaan sederhana. Tapi bagi saya dan kedua anaknya yang lain, permintaan itu berarti biaya: sesuatu yang tidak bisa kami tanggung sepenuhnya.
Bapak hanya buruh bangunan, gaji yang Bapak dapatkan hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari. Biaya pengobatan Ibu adalah tanggung jawab kami. Saya orang tua tunggal yang tidak memiliki gaji bulanan, adik perempuan saya sudah berkeluarga dan tidak lagi bekerja, sedangkan adik bungsu saya juga pekerja bangunan. Biaya pengobatan Ibu adalah hal kesekian yang sempat kami pikirkan.
Dua tahun lalu saya ngekos di Cimahi, dua minggu sekali Ibu dan putri sulung saya datang. Setiap kali itu pula Ibu bercerita tentang tempat berobat yang ia dengar dari orang-orang. Saya dan adik selalu melarang jika Ibu ingin berobat ke pengobatan alternatif karena stroke membutuhkan perawatan yang intensif. Lagi pula, sudah berkali-kali Ibu berobat tapi tidak pernah menuai hasil. Mungkin karena Ibu hanya melakukannya sekali dua kali. Mungkin karena kurang biaya. Mungkin karena hal-hal lainnya.
Kabar gembira datang dalam bentuk asuransi kesehatan dari pemerintah. Adik perempuan sayalah yang bertugas mengurusi proses pengajuan dan administrasi. Sebagai anak sulung, tugas saya adalah menembus birokrasi puskesmas dan rumah sakit serta menemani Ibu berobat.
Kami sudah mencoba beberapa bulan lalu, tapi birokrasi rumah sakit terlalu pelik. Paman dan bibi saya sudah menganjurkan untuk mengambil jalur umum, sayangnya biaya yang harus dikeluarkan tidak akan sanggup kami tanggung.
"Teh, antar Ibu berobat."
Kalimat itu terus terngiang, menjadi pisau yang mendedah air mata setiap kali mengingatnya. Bulan ini saya gila-gilaan menyelesaikan pekerjaan agar bulan depan bisa "cuti" dan menemani Ibu berobat. Kalau masih tidak bisa memakai asuransi, mungkin sudah waktunya saya menulis sepucuk surat untuk walikota, kalau perlu presiden.
Upaya apa pun akan saya lakukan untuk mengembalikan kesehatan Ibu. Untuk mengembalikan kaki dan tangan kirinya. Menjadikannya perempuan cantik dan gesit seperti sedia kala.
~eL
Postingan ini diikutsertakan dalam
Special New Year Gift for Mom Blogger's Competition
Published on December 22, 2015 12:50
Hal-Hal Epik tentang Launching ZTE Blade A711
(Sumber: Fanpage ZTE Indonesia)Hari itu, Senin, 7 Desember 2015, seharusnya saya sudah pulang ke Cimahi karena sudah sejak hari Jumat bertualang di Jakarta. Saya rindu Aksa, anak saya yang baru berusia 15 bulan, rindu cuaca Cimahi yang lebih bersahabat, rindu kamar kos saya yang meskipun berantakan tapi tetap nyaman. Tapi saya membatalkan kepulangan karena mendapatkan info tentang launching smartphone baru dari grup. ZTE Blade A711, nama smartphone terbaru ini.
Terus terang saya tertarik, ini kali pertama saya hadir dalam launching sebuah smartphone. Apalagi saat itu ZTE menggaet Lazada, marketplace yang sudah tidak asing lagi bagi saya karena beberapa kali membeli barang di sana. Sebelum mengirimkan email pendaftaran ke Mbak Julie Tan, marketing communiaction specialist-nya ZTE, saya menghubungi teman terlebih dahulu. Untuk apa lagi kalau bukan meminta suaka selama satu malam.
Sayangnya, di Minggu sore teman saya itu tidak bisa dihubungi. Jadilah saya bertualang, berjalan dari Synthesis Square untuk mencari minimarket yang buka 24 jam. Petualangan saya ini diwarnai dengan kehujanan di seputar Menara Jamsostek, berteduh di jembatan penyebrangan sambil nyut-nyutan karena saya takut ketinggian, hingga akhirnya terdampar di sebuah minimarket di daerah Guru Mughni.
Saat itu masih hujan, sudah pukul 10 malam, dan saya lelah luar biasa. Saya mulai bertanya-tanya apakah keputusan saya untuk ikut launching ZTE adalah keputusan benar atau tidak. Mulai terpikir untuk mengirimkan email pembatalan dan langsung pulang malam itu juga. Tapi saya bertahan. Akhirnya ada teman yang "mengevakuasi" saya dan menyediakan tempat menginap.
*
LAUNCHING RESMI
Sejak pukul 9 pagi saya sudah datang di Kuningan City, tempat launching berlangsung. Padahal acara masih pukul 11.30, tapi Jakarta adalah kota dengan kemacetan yang tak terduga. Lebih baik datang kepagian daripada telat, pikir saya.
Pukul 11.00 saya naik ke Exodus, mengisi registrasi, bertemu dengan Mbak Julie, dan menunggu teman-teman media dan blogger lainnya datang. Ketika seluruh tamu undangan sudah lengkap berdatangan, kami menikmati dipersilakan untuk menikmati makan siang.
Sesaat sebelum launching resmi dimulai, saya dan para blogger lainnya bergerilya ke booth tempat Blade A711 dipamerkan. Mencoba berbagai fitur yang ditawarkan. Fitur yang membuat saya tercengang adalah sensor sidik jarinya. Ini baru bagi saya, mungkin juga baru bagi para pengguna smartphone. Bukan hanya satu jari, tapi kelima jari bisa digunakan untuk membuka berbagai aplikasi. Saya jadi teringat film-film science tech.
Yang kami coba selanjutnya tentu saja kamera: depan dan belakang. Kamera Blade A711 dilengkapi dengan teknologi NeoVision 5.0 terbaru, kamera belakang 13MP, kamera depan 5MP. Cukup cadas.
Ada yang lucu ketika kami mencoba kamera depan. Akang-akang penjaga booth meminta kami tersenyum dan kamera depan langsung beraksi, "Ckrek, ckrek, ckrek!" Kamera depan otomatis mengambil foto ketika melihat orang tersenyum. Sejenak, kami tertegun, lalu tertawa. Oke, selamat tinggal tongsis. :D
*
Bukan tanpa alasan ZTE meluncurkan ZTE Blade A711 pada bulan Desember, ini untuk menyambut Harbolnas di Lazada Indonesia yang berlangsung tanggal 10-11 Desember 2015. Tentu saja dengan harga istimewa.
Setelah sambutan dari Mr. Sebastian Sieber, CMO Lazada Indonesia, ZTE Blade A711 resmi diluncurkan dengan harga Rp1.999.000,-
Mengapa Marketplace?Sebelum kita sampai kepada sepesifikasi dan fitur-fitur andalan, izinkan saya sedikit memberikan pendapat mengenai kerja sama ZTE dengan Lazada Indonesia. IMHO, ini langkah marketing yang cerdas mengingat cara belanja sudah mengalami revolusi.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang saya cermati, setidaknya menurut pengalaman saya:
Plus:
Harga lebih murah daripada toko-toko offline. Sebelum membeli sesuatu, biasanya saya membandingkan harga di berbagai toko offline dan online. Hasilnya adalah, toko online tetap jauh lebih murah. Kadang selisih 100-200 ribu. Hemat waktu. Berguna bagi para pemalas yang sulit beranjak dari meja kerja seperti saya. Keluar kandang dan terjun kepada kemacetan jalanan betul-betul menyiksa. Kalau bisa membeli barang via online, kenapa harus repot-repot datang ke toko?Review. Sebelum membeli, biasanya saya membaca ulasan para pembeli sebelumnya. Ini sebagai bahan pertimbangan. Minus:Tidak bisa melihat barang secara langsung. Ini risiko terbesar berbelanja online. Kadang, "penampakan" produk yang datang tidak sesuai dengan penampakan. Waktu. Harus menunggu beberapa hari sampai barang datang. Memang, ini risiko yang tidak bisa ditanggulangi. Jadi, berbelanja online memang hanya berlaku untuk produk-produk yang tidak memiliki urgensi tinggi.Klaim kerusakan. Agak sulit melakukan klaim. Kalau membeli offline, kita tinggal datang ke toko yang bersangkutan dan mengajukan keluhan.
SPESIFIKASISaya yakin para pengguna smartphone hari ini begitu peduli dengan detail spesifikasi sebelum memutuskan untuk membeli, karena begitu juga dengan saya. Sebagai bahan referensi, berikut spesifikasi ZTE Blade A711:
Sebagai pengguna smartphone yang membutuhkan spesifikasi tinggi, ada beberapa hal yang saya highlight dari smartphone besutan ZTE ini.
1. JaringanBlade A711 mendukung jaringan LTE sehingga saya dan tentu saja Anda bisa langsung menggunakan jaringan 4G yang menjanjikan kecepatan akses Internet lebih "wah" daripada 3G.
2. RAM2GB, kita tidak usah khawatir dengan performa smartphone meski mengoperasikan berbagai aplikasi pada saat bersamaan. Selama ini, RAM yang tidak mencukupi selalu menjadi masalah saya. Saya terpaksa harus menggunakan aplikasi secara bergantian, bahkan meng-uninstall beberapa aplikasi yang sebetulnya masih saya butuhkan.
3. BateraiDengan kapasitas 3000mAh, siap-siap untuk pensiun menjadi Miss. Charger.
4. Prosesor
Diperlukan cara-cara elegan sampai radikal untuk menghemat baterai. Maklum, dengan mobilitas tinggi dan arus informasi tiada henti, smartphone menjadi semacam pusat kehidupan masyarakat digital. Blade A711 menjawab tantangan itu dengan prosesor octa-core 1.5GHz 64bit Qualcomm, Snapdragon 615, dan GPU Andreno 405. Konon grafiknya jadi 40% lebih baik, kinerja 100% lebih baik, dan 30% lebih hemat baterai.
Saya pribadi lebih tertarik dengan kinerja grafik dan hemat baterai. Tidak banyak smartphone yang menawarkan grafik jempolan sekaligus ramah charger pada saat bersamaan. FITURSeperti yang Anda lihat dalam keterangan spesifikasi di atas, ada beberapa fitur baru yang diperkenalkan. ZTE sebagai pemegang nomor urut 1 untuk aplikasi paten PCT dalam table SIPO di tahun 2011 dan 2012, menghadirkan inovasi dalam hal fitur.
Berikut beberapa fitur andalannya:
1. Finger Print SensorNikmati pengalaman serupa film-film science fiction. Fitur ini selain berguna untuk keamanan juga memudahkan karena Anda tidak perlu lagi menghafal kata kunci atau kombinasi untuk membuka smartphone Anda. Bukan itu saja, kelima jari Anda juga berguna sebagai jalan pintas untuk membuka berbagai aplikasi.
2. KompasFitur yang sangat berguna untuk para traveler atau para aktivis nyasar seperti saya.
3. KameraIni yang ingin saya soroti sejak awal. Kameranya dilengkapi dengan berbagai fitur layaknya DSLR. Anda bisa menggunakan fitur low speed untuk memotret air terjun. Ada fitur untuk memotret bintang. Oh dan kamera juga dilengkapi dengan fitur snapshoot, Anda cukup tap 3 kali maka kamera akan otomatis memotret, bahkan ketika smartphone dalam keadaan mati. Mati tidak aktif maksudnya, bukan mati karena habis baterai. :D
Saya sudah bercerita kan kalau kamera depannya bisa langsung memotret jika mengidentifikasi senyum? Anda yang para selfier fundamentalis silakan membuang tongsis. #eh
Anda yang masih penasaran dengan fitur dan spesifikasi ZTE Blade A711 boleh berkunjung ke website resmi ZTE Indonesia atau ke fanpage-nya.
PENUTUPANLaunching seru ini diakhiri dengan pengumuman lomba livetweet yang dimenangkan oleh salah satu wartawan dari media. Sebelum pamitan, saya masih sempat icip-icip hidangan sambil ngobrol dengan sesama blogger.
*
A PLACE CALLED HOMEHari itu saya pulang ke Cimahi dengan pengalaman baru. Saya menumpang KA Serayu, kereta terakhir hari itu. Tiba di Cimahi pada pukul 1 pagi dan langsung disambut hujan deras.
Ketika menunggu ojek di Stasiun Cimahi dengan tubuh lelah luar biasa, saya me-review hari itu. Kehujanan di jembatan penyebrangan, bahu kiri yang dihiasi tiga buah pen sakit berdenyut-denyut karena terlalu lama menenteng ransel, nyaris terdampar di minimarket, nyaris ketinggalan kereta, dan hal-hal epik lainnya. Kepada dini hari di Kota Cimahi, saya tersenyum. Bergumam dalam hati bahwa sebuah pengalaman adalah hal yang tak bisa dibayar dengan uang berapa saja.
Jakarta mungkin akan tetap menjadi tempat asing bagi saya, tapi suatu hari saya akan kembali. Pasti kembali.
Salam,
~eL
Published on December 22, 2015 06:11
Memaknai Kebebasan
Foto: IM3 OoredooKetika Teh Ani Berta mengumumkan bahwa saya dan Teh Ima terpilih sebagai dua blogger asal Bandung yang akan ikut acara Hangout Bareng IM3 Ooredoo, dalam hati saya bergumam, "Is it true? Mimpi? Tampar saya, Kak, tampar!" Oke, gumaman saya itu cuma fiksi, yang betul adalah, "Yes, kerja sambil jalan-jalan, yes!"
Ini bukan kali pertama IM3 Ooredoo mengadakan acara Hangout Bareng, tapi baru kali inilah mengajak serta para blogger. Sejak bulan Juli 2014, IM3 sudah memiliki program Hangout Bareng, pesertanya adalah para Follower of The Month (FOTM) di Twitter dan instagramer. Sebelum ini mereka jalan-jalan seru ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Semoga kalau IM3 mengadakan hangout bareng ke Eropa, saya diajak juga. *bikin paspor
Hangout Bareng di Bandung ini sekaligus "reuni" para FOTM, instagramer, dan blogger dari acara-acara sebelumnya ditambah beberapa orang baru, saya salah satunya. Total ada 16 orang, terdiri dari 8 FOTM, 4 instagramer, dan 4 blogger. Oh iya, sebelum saya sampai ke bagian pamer hadiah dan cinta lokasi jalan-jalan serunya, kamu sudah tahu kan FOTM itu apa? Seleb Twitter? Bukan, dong. FOTM itu para pengguna dan follower setia IM3 Ooredoo. Ya memang sih, orang setia itu rezekinya ada aja. *eh kok jadi baper?
DAY #1 (SABTU, 19 DESEMBER 2015)Alas Daun - Makan SiangHari pertama kami berkumpul di Rumah Makan Alas Daun di Jalan Citarum untuk makan siang sekaligus perkenalan. Ketika bertemu dengan tim IM3 Ooredoo dan teman-teman yang lain, terus terang saya kaget. Kaget karena tadinya saya pikir tim dari brand itu adalah orang-orang tua dewasa yang kaku dan sukar diajak seru-seruan. Eh, ternyata mereka adalah orang-orang muda yang asyik dan humble. Pun dengan para pesertanya, mereka (termasuk saya tentunya) adalah orang-orang muda yang seru.
Salah satu menu di Alas DaunFoto: eLSetelah makan siang, kami menuju ke Taman Hutan Raya, Dago Pakar. Bandung macet hari itu, tapi perjalanan tidak membosankan karena ada MC kondang Kak Bernard yang membuat kami tak berhenti tertawa dengan joke-joke lucunya.
Sebagai penggiat media sosial, saya dan teman-teman tak lepas dari gadget, dong. Ada yang ngetwit, ada yang posting foto di Instagram, ada pula yang posting-posting asyik di Facebook. Tadinya saya sempat khawatir tentang jaringan, maklum, saya lebih sukar dipisahkan dengan wifi daripada dari kenangan mantan. Untungnya saya sudah upgrade kartu IM3 ke jaringan 4G, jadi selamat tinggal posting.nanti.saja.kalau.nemu.jaringan.bagus. Kamu yang belum upgrade kartu, boleh datang ke galeri Indosat terdekat, gratis kok. Syaratnya cuma satu: smartphone kamu sudah support jaringan 4G. Oh iya, jangan lupa backup nomor kontak, karena begitu di-upgrade semua data di kartu akan hilang.
Bekal pulsaFoto: eLSebentar, saya sudah cerita belum kalau kami dibekali pulsa 100 ribu? Jangan ngiri ya, jadi ketika di bus kami diberi voucher pulsa sebesar 100 ribu agar bisa tetap eksis.
Ngomong-ngomong soal 4G, ini adalah revolusi dari sinyal 3G. Sekarang kita tidak perlu lagi khawatir tentang buffering, loading lama, atau pesan menyebalkan seperti "no connection". Kamu bebas berselancar di dunia maya, bebas juga kepo-kepo akun mantan, dengan catatan akun mereka tidak di-private. #eh
IM3 Ooredoo yang baru saja berganti nama, juga membawa kabar gembira. Mmmhhh ... tapi kata Mbak Nissa ini masih rahasia. Tunggu saja di awal tahun depan. Yang jelas, tetap setia dengan IM3 Ooredoo supaya bisa menikmati jaringan super kecenya. (Paragraf ini mengandung pesan sponsor)
Tahura - Photo Story Challenge
Beda ya kalau fotografer profesional mah, sampai nalaktak ke meja seperti ini. :DFoto: eLJalan Citarum - Dago Pakar kami tempuh selama kurang lebih satu jam. Sebelumnya, kami dibagi ke dalam 4 tim dengan masing-masing tim terdiri dari 4 orang. Setiap tim terdiri dari 2 FOTM, 1 instagramer, dan 1 blogger. Menurut saya, konsep menggabungkan 4 orang dengan keahlian berbeda adalah konsep yang tepat. Karena terlalu banyak persamaan akan membuat sebuah tim malah menjadi timpang.
Saya masuk ke tim 4:
Isti Indah Aryanti (FOTM) -- akun twitter @aryantiistiLukman Nur (FOTM) -- akun twitter @Lukmannur Ahmad Subki (instagramer) -- akun IG @eyescapistLangit Amaravati (blogger) -- www.langitmaravati.comTiga orang tim saya berasal dari Bandung, hanya Isti yang dari Jakarta. Kadang kasihan juga sih kalau kami berbicara bahasa Sunda sementara Isti hanya bisa ternganga sambil berurai air mata. Oke, ini lebay. Maaf ya Isti, sering main-main ke Bandung atuh biar bisa bahasa Sunda. :D
Di Tahura, tugas kami adalah membuat photo story dengan tema "freedom". Kenapa freedom? Kenapa bukan tema yang lain? Karena IM3 Ooredoo ingin memberikan kebebasan dalam hal jaringan kepada para penggunanya. Kami pun dibebaskan untuk menginterpretasi arti kebebasan itu sendiri.
Begitu sampai di Tahura, keempat tim langsung menyebar.Tim saya, yang diberi nama Sambalado segera berbagi tugas. Saya sebagai ketua dalam arti harfiah paling tua, mendapat tugas ongkang-ongkang kaki membuat cerita yang akan kami presentasikan. Brainstorming ide dalam waktu singkat bukan hal mudah, apalagi kami berempat baru saja kenal. Tapi karena kami tim yang hebat, ide mengalir dengan lancar. Mmmhhh ... sebetulnya ide berasal dari Lukman dan Isti sih, saya dan Subki sebagai dua orang yang paling tua punya tugas lain.
Tugas Subki adalah mengambil foto. Kamu pasti sudah melihat hasil jepretan papah muda yang satu ini di Freedom is a Choice. Saya, sebagai mamah muda blogger bertugas untuk membuat cerita dan melakukan presentasi. Lukman dan Isti dikorbankan bertugas untuk menjadi talent.
Ada 3 tantangan besar dalam challenge ini:
Kami hanya diberi waktu selama 1 jam.Selain photo story, kami juga diminta untuk membuat yel-yel, keahlian yang tidak dimiliki oleh kami berempat. Kami harus menahan diri untuk selfie-selfie asyik di tengah keteduhan Tahura.
Armor Kopi - Ngupi-Ngupi Asyik
Armor KopiFoto: eL
Setelah sesi foto selesai, tugas kami selanjutnya adalah ngopi di Armor Kopi. Ini bukan tugas, ya? Ini semacam kesenangan yang diharuskan. Hahaha. Ngopi-ngopi ini kami manfaatkan untuk saling mengenal lebih dekat, saling follow Twitter, IG, juga saling menandai yang mana yang mana yang single dan mana yang taken. *ehgimana?
Sayangnya, keasyikan kami terpangkas oleh datangnya hujan, jadi kami harus segera bubar. Perjalanan selanjutnya pun dimulai.
Clove Garden Hotel & Residence - Persiapan Presentasi
Selamat datang di Clove GardenFoto: eL
Kami tiba di Clove Garden Hotel & Residence, Dago, sekitar pukul 5 sore. Setelah dibagi kamar, kami diminta untuk bersih-bersih dan mempersiapkan presentasi photo story. Tapi, sebagai para penggiat media sosial, kenyataannya tidak begitu. Rundown menjadi: tiba di hotel --> foto-foto --> check in --> bersih-bersih --> foto-foto lagi --> persiapan presentasi --> foto-foto. Ya maklum lah ya, Clove Garden yang terletak di Bukit Dago ini memiliki pemandangan yang instagramable. Kalau kamu penasaran, coba searching di Twitter atau IG dengan hestek #LoveIM3Ooredoo.
Saya sekamar dengan Teh Ima, blogger asal Bandung. Namanya juga sesama blogger, jadilah malam kami sedikit kerja banyak curhatnya. Hahahaha. Oh iya, di acara Hangout Bareng ini ada 4 blogger, saya, Teh Ima, Adiitoo, dan Mas Unggul. Di antara mereka berempat, hanya saya yang pertama kali ikut dalam acara yang diadakan oleh Indosat. What a great opportunity. Terima kasih dulu ah sama Teh Ani dan Mbak Sisy. :)
Setelah check in dan bersih-bersih, seluruh tim berpencar untuk mempersiapkan presentasi. Tim Sambalado berkumpul di kamar saya, kali ini tugas sayalah untuk membuat story dari foto yang sudah diambil oleh Subki. Membuat tulisan yang menginterpretasikan kata "freedom" dalam waktu singkat juga bukan hal mudah, setidaknya bagi saya. Untungnya, saya sudah terbiasa menulis dalam tekanan. Untuk menghasilkan kata-kata, saya hanya perlu memutar kran yang tepat. *ehem
Lukman dan Isti ngapain? Tugas tambahan mereka adalah menyelesaikan yel-yel. :D
Atmosphere Cafe - Makan Malam & PresentasiGini ya, kalau suatu saat kamu terpilih untuk ikut Hangout Bareng IM3 Ooredoo, yang harus kamu persiapkan selain ide adalah perut. Jangan lupa membawa ransel ukuran minimal 90 liter atau travel bag sekalian karena tentengannya segambreng.
Acara makan malam tidak kalah serunya. Kami boleh memesan menu apa saja. Dalam kesempatan istimewa ini saya memilih sop buntut bakar dan hazelnut latte. Sayangnya, tidak ada menu balikan ke mantan. Saya bukan foodblogger dan lebih suka makan daripada foto-foto, tapi kalau kamu bertanya, sebelum makan sebaiknya kamu mempersiapkan perut. Satu porsi sob buntut bakar cukup untuk dua orang. Untungnya saat itu saya cukup lapar sehingga porsi besar itu berhasil saya habiskan. Kalau tidak habis, mungkin saya akan minta dibungkus. Biarin dibilang norak juga, bagi saya mah pamali membuang-buang makanan.
Setelah makan malam selesai, waktunya presentasi yel-yel dan photo story. Ini saat-saat paling epik, ketika keempat tim unjuk kebolehan untuk memperebutkan hadiah.
Suasana kafe yang remang-remang tidak menyurutkan semangat kami. Satu per satu tim mulai mempresentasikan arti "freedom" di depan peserta dan para juri dari panitia. Tim 1 diwakili Adiitoo, blogger asal Jakarta. Tim 2 diwakili Teh Ima, tim 3 oleh Mas Unggul, tim 4 oleh saya.
Masing-masing tim jelas bersaing untuk memperebutkan posisi terbaik, tapi saya memerhatikan bahwa iklim kompetisi di sini sangat sehat. Masing-masing dari kami saling memberikan dukungan, saling menularkan semangat, terus-terusan tertawa dan bertepuk tangan. Hal yang saya apresiasi dalam hati.
Arti Kebebasan Bagi SambaladoSaya mau bercerita sedikit tentang arti kebebasan bagi tim saya. Bagi kami, bebas artinya memilih. Kami mengaitkan teknologi komunikasi dengan kepedulian terhadap lingkungan. Kita manusia-manusia modern memang sering kali terlena dengan kemudahan sehingga lebih sering lupa bahwa segala sesuatu dalam hidup haruslah seimbang.
Kita bisa memilih untuk menjadi budak teknologi atau menggunakannya untuk saling berbagi inspirasi. Sinyal 4G yang difasilitasi IM3 Ooredoo tentu akan lebih berarti jika digunakan untuk hal-hal yang lebih berguna daripada untuk ... mmmhhh ... misalnya stalking akun mantan. *oke cut
Para JawaraSebetulnya, tidak ada yang menang dan kalah malam itu. Masing-masing dari kami adalah jawara, yang membedakan hanyalah yang satu membawa pulang smartphone sedang yang lain tidak. Itu saja. Hahahah.
Setelah melalui penghitungan nilai yang cukup pelik, urutan jawara pun diumumkan.
Foto: IM3 OoredooJuara 4, diraih ole tim 2. Masing-masing mendapatkan voucher MAP sebesar 250 ribu rupiah.
Foto: IM3 OoredooJuara 3, diraih oleh tim 1. Masing-masing mendapatkan voucher MAP sebesar 500 ribu rupiah.
Foto: IM3 OoredooJuara 2, diraih oleh tim 4 (tim saya). Masing-masing mendapatkan voucher MAP sebesar 750 ribu rupiah.
Foto: IM3 OoredooJuara 1, diberikan kepada tim 3. Masing-masing mendapatkan smartphone 4G.
Ada juga juara untuk yel-yel terbaik yang diraih oleh Tim 2, masing-masing mendapatkan voucher MAP sebesar 250 ribu rupiah.
Clove Garden
Clove Garden malam hariFoto: eL
Tadinya kami mau bermalam mingguan di Braga Car Free Night, tapi karena waktu tidak mencukupi dan kemacetan Kota Bandung yang mengerikan, kami memutuskan untuk kembali ke hotel.
Di hotel, kami tidak langsung masuk ke kamar, melainkan ngopi-ngopi asyik dulu di halaman hotel. Malam minggu, ditemani kopi, teman-teman baru, dan pemandangan lampu-lampu Kota Bandung di bawah sana, what a perfect night. Meski saya melaluinya dalam keadaan berpikir. Mau tak mau membuka netbook dan berusaha menyelesaikan beberapa tulisan.
Sekitar pukul 1 pagi, barulah kami semua bubar dan berisirahat untuk kegiatan esok harinya.
*
Oke, sekian cerita Hangout Bareng IM3 Ooredoo di hari pertama. Kamu pasti masih iri penasaran dengan cerita di hari kedua, kan? Stay tune, cerita hari kedua akan saya posting segera.
Salam,
~eL
Published on December 22, 2015 01:25
December 20, 2015
Menanam Bahagia
Sejak melahirkan Aksa 15 bulan silam, hidup saya genap. Saya merasa memiliki segalanya: sepasang putri dan putra, karier yang menjanjikan masa depan, dan berbagai kesempatan yang diberikan oleh Tuhan. Yang tidak saya miliki hanya satu: waktu.
Menjadi orang tua tunggal dari dua orang anak bukanlah hal mudah. Keberlangsungan hidup kami tergantung dari "kewarasan" saya. Bagi saya, menjaga diri agar tetap berbahagia bukan hal sulit, tidak butuh jalan-jalan dengan bujet mahal atau makan di restoran terkenal. Saya punya cara sendiri untuk berbahagia.
1. Belajar FotografiPassion lama yang bertunas kembali. Saya membaca berbagai tutorial di Internet dan mempraktikkannya di hari “libur”. Mereguk ilmu baru adalah hadiah adalah salah satu cara untuk menghadiahi diri sendiri.
2. Pergi ke Taman Biasanya saya membawa buku, kali lain membawa e-book. Tapi, lebih sering saya hanya duduk diam, mengamati orang-orang yang berlalu lalang, memandangi setiap wajah, bertanya-tanya tentang kehidupan seperti apa yang mereka alami. Kadang, saya menemukan hal-hal yang tidak terduga, sebab manusia adalah buku yang tidak akan pernah habis dibaca.
3. MemasakUntuk seseorang yang selalu bermusuhan dengan dapur, memasak menjadi semacam obsesi. Jika bagi kebanyakan ibu, dapur adalah daerah kekuasaan, maka bagi saya dapur adalah “medan perang”. Well, memang tidak selalu berhasil, kebanyakan masakan saya berakhir menyedihkan. But, hey saya sudah mencoba. :)
*
Melakukan hal-hal di luar profesi seperti ini memiliki efek kontemplasi, membuat otak dan hati saya kembali terisi dengan hal-hal yang nyata. Bahagia itu sederhana, sebab bahagia bukan tentang harga, tapi apa-apa yang kita tanamkan ke dalam kepala.
~Mommy eL
Published on December 20, 2015 06:06
December 19, 2015
FREEDOM IS A CHOICE
Kebebasan bagi kami bukanlah lepas dari tali kekang lalu melabrak semua aturan. Kebebasan adalah sebuah pilihan. Kita bisa memilih menjadi apa saja. Menjadi siapa saja.
Kita bebas memilih menggunakan benda yang bisa digunakan ulang. Kita juga bisa memilih kemasan sekali pakai.
Kita bebas memilih menyelamatkan bumi dengan mengurangi sampah plastik, juga bisa memilih untuk melakukan sebaliknya: menghadiahi tempat kita hidup dengan sampah yang tidak bisa diurai tanah. Membiarkan bumi berangkat renta.
Kita bisa memilih untuk melukai alam, menorehkan kata-kata di pohon, di fasilitas umum, kata-kata yang sebetulnya tidak berarti apa-apa selain memoar yang sebentar saja akan kita lupa. Kita juga bisa memilih untuk menggunakan kata-kata sebagai penggugah dan penjaga, menyebarkannya kepada orang lain, saling berbagi informasi dan inspirasi.
Kita bebas memilih menjadikan alam sebagai sahabat. Menjaga batang-batang pohon yang menyumbangkan oksigen untuk paru-paru kita.
Kita juga bebas memilih untuk terus-menerus tak peduli, menjadikan alam hanya sebagai pemuas nafsu teknologi. Menjadikan alam hanya sebagai latar untuk selfie.
Kita, para generasi yang dibesarkan oleh teknologi, diberi kebebasan untuk mempergunakannya dengan cara apa saja. Menjadi manusia yang diperbudak, atau justru menjadi tuan yang menggunakan teknologi dengan bijak.
Bebas adalah pilihan. Kita bebas memilih untuk menjadi manusia yang lebih baik, terlahir kembali setiap hari. Atau menjadi manusia yang sekadar hidup, lalu mati.
#LoveIM3Ooredoo
Published on December 19, 2015 05:28
December 17, 2015
Dear Tuan Ignatius Jonan, Revolusi Atau Mati
Foto: Gojek
Dear Tuan Jonan,
Selamat pagi. Apa kabar Tuan hari ini? Sudah ada di kantor? Naik apa tadi dari rumah? Ah, saya yakin Anda punya mobil pribadi berpendingin udara lengkap dengan sopir juga beberapa pengawal yang akan membukakan dan menutupkan pintu. Namanya juga menteri, untuk apa repot-repot berdesakan di metromini atau berdesakan di pintu masuk busway? Saya juga yakin bahwa fasilitas yang diberikan negara kepada para pejabatnya tidak akan memicu kesenjangan sosial. Kami, rakyat yang Anda anggap dungu ini, tidak akan berani protes. Toh, kami sudah paham bahwa di Indonesia posisi kita sering kali terbalik. Kamilah yang harus melayani orang-orang seperti Anda, bukan sebaliknya.
Saya hanya penasaran tentang apa yang tengah Anda pikirkan ketika menandatangani Surat Pemberitahuan Nomor UM.3012/1/21/Phb/2015. Tuan melarang operasi angkutan umum berbasis aplikasi karena tidak sesuai dengan undang-undang dan keputusan menteri? Karena keberadaan moda transportasi seperti Go-Jek mengancam jenis transportasi konvensional lainnya? Karena hal ini memicu kesenjangan sosial tentang pemerataan penghasilan? Konflik sosial?
Tuan, tahu apa negara tentang pemerataan penghasilan? Selama ini Anda berada di mana ketika para SPG di pertokoan dibayar dengan gaji di bawah UMK? Selama ini Anda berada di mana ketika minimarket merek luar mendesak warung-warung kecil dan pasar tradisional? Selama ini Anda berada di mana ketika para penarik becak terpaksa mencari mata pencaharian lain karena dilarang beroperasi? Selama ini Anda berada di mana ketika bajaj dilarang melintasi jalan-jalan protokol di Jakarta yang gagah? Selama ini Anda berada di mana ketika tarif angkutan umum mencekik kami karena kenaikan BBM?
Keamanan? Apa kabar metromini yang menerobos pintu lintasan kereta api dan menewaskan 13 penumpang beberapa minggu lalu? Apa kabar copet-copet yang beraksi di angkot dan bus antar kota? Apa kabar perempuan-perempuan yang diperkosa di dalam taksi? Apa kabar pelecehan seksual di commuter line?
Kelayakan? Apa perlu saya ingatkan tentang kondisi bus DAMRI yang sudah uzur tapi masih dipaksakan untuk beroperasi? Apa perlu saya ingatkan tentang kondisi gerbong kereta api yang lebih layak disebut kandang pengangkut ternak daripada moda transportasi untuk manusia?
Macet? Tuan, macet bukan hanya masalah infrastruktur yang tidak memadai, tapi juga masalah budaya. Kalau Tuan pernah memerhatikan, mobil-mobil pribadi yang berkeliaran di jalanan hanya dikendarai oleh satu orang. Pernahkah kami, para pengguna transportasi umum nyinyir terhadap kelas menengah yang merajai jalanan? Tidak, Tuan. Kami cukup tahu diri.
Segala masalah yang terjadi mengenai transportasi umum adalah kegagalan Anda sebagai menteri, Tuan. Bukan karena anak-anak muda yang membuka mata terhadap perkembangan teknologi.
*Tapi, terima kasih lho atas kepedulian Anda terhadap keselamatan kami para penumpang, sayangnya kami tidak begitu terkesan. Undang-undang, keputusan menteri, dan surat larangan yang Anda sebut-sebut itu tidak memberikan solusi kecuali mengatakan kepada kami bahwa negara kita tidak pernah siap menghadapi tantangan zaman.
Tidak, saya tidak perlu mengatakan kepada Anda bahwa undang-undang perlu diamandemen karena seperti kita tahu, para pelawak di DPR terlalu sibuk memperkaya diri sendiri. Saya juga tidak perlu mengatakan kepada Anda bahwa di lapangan, ojek pangkalan sendiri sudah melebur diri, menyesuaikan dengan revolusi teknologi transportasi. Iya, di Cimahi sini, para driver Go-jek adalah para ojek pangkalan itu sendiri. Tapi mungkin Anda tidak mau tahu karena yang muncul ke permukaan justru kisah-kisah menyesakkan.
Tidak, saya juga tidak perlu mengatakan bahwa pertentangan dan bagi-bagi rezeki sudah lama ada, jauh sebelum moda transportasi online lahir. Di Pasteur, Tuan. Angkot Sarijadi-St.Hall hanya boleh beroperasi sampai pukul 11 malam. Di Cimindi, Tuan. Satu-satunya angkot yang menuju ke Bandung hanya boleh beroperasi sampai pukul 6 sore. Di Cisitu, Tuan. Satu-satunya angkot hanya boleh beroperasi sampai pukul 7 malam. Setelah itu digantikan oleh ojek pangkalan. Kalau ada sopir angkot yang nekad menaikkan penumpang, siap-siap saja dihajar, dalam arti harfiah. Apa? Organda? Oh jelas mereka tahu. Pembagian rezeki seperti ini sudah menjadi kesepakatan tak tertulis. Begitulah kami, orang-orang di bawah sini berbagi rezeki, Tuan. Kami tidak perlu keputusan menteri hanya untuk mengatur pemasukan. Kami percaya kepada Tuhan.
Tidak, saya juga tidak perlu mengatakan bahwa keberadaan transportasi alternatif ini telah menyerap puluhan ribu tenaga kerja, sesuatu yang selalu gagal dilakukan negara. Memangnya apa peduli negara terhadap para pengangguran yang tidak bisa diserap sektor formal karena mereka tidak memiliki pendidikan yang memadai?
Tidak, saya juga tidak perlu mengatakan bahwa transportasi umum yang sudah ada saat ini tidak bisa memenuhi kebutuhan kami. Tarif yang tinggi karena harga BBM yang mencekik. Anda tahu berapa uang yang harus saya habiskan setiap kali bepergian dengan angkutan umum? Sekitar 50 ribu, Tuan. Uang yang bagi Anda barangkali tidak berarti apa-apa. Apa saya salah jika memangkas ongkos hingga 30 ribu? Selisih 20 ribu bisa memberi saya makan untuk satu hari, Tuan. Begitulah kami, rakyat Anda yang miskin ini berjuang menghadapi hidup di tengah negara yang carut marut. Ah, tapi Anda mungkin tidak tahu.
Rasanya saya juga tidak perlu mengatakan bahwa yang kami beli dari moda transportasi alternatif ini bukan hanya tarif, tapi juga waktu. Seperti yang dikatakan teman saya Teh Dini. Anda tahu berapa jam yang harus kami habiskan di jalanan? Dari angkot ke angkot, dari bus ke bus, dari commuter line ke commuter line? Berjam-jam. Kami rakyat yang menua di jalanan, Tuan. Tapi, sekali lagi, mungkin Anda tidak tahu. Yaaa ... Anda kan menteri. Kalau bosan dengan kemacetan Anda hanya tinggal meng-hire polisi yang akan dengan senang hati menyalakan sirine untuk memberi Anda jalan. Kami tidak punya kemewahan seperti itu, Tuan.
*Atau perlu saya ingatkan bahwa setiap generasi menghadapi tantangannya sendiri-sendiri? Bahwa geliat ekonomi dan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dibendung? Kalau Anda khawatir, terhadap keselamatan kami, berikan saja pembinaan terhadap ojek-ojek online. Karena kendaraan roda dua tidak layak menjadi transportasi umum? Memangnya Anda pikir ojek baru ada tahun lalu? Yang benar saja.
Anda dan Organda seperti jerapah-jerapah keras kepala yang tidak mau memanjangkan leher meski tahu bahwa makanan ada di pohon-pohon berdahan tinggi. Jerapah-jerapah kolokan yang merasa marah lalu merajuk, mengatasnamakan perlindungan terhadap para penumpang. Jangan jadikan kami kambing hitam hanya untuk kepentingan segelintir pihak, Tuan. Kami tidak setolol itu.
Tuan, transportasi umum sedang mengalami revolusi. Anda dan undang-undang Anda siap atau tidak, kuda zaman tidak bisa dikekang begitu saja.
Sudah ya, saya capek. Saya hanya ingin mengatakan bahwa memang beginilah sifat dasar manusia, kita beradaptasi. Mereka yang tidak siap dengan revolusi atau mutasi biasanya mati. Sekali lagi saya ingatkan, kegagalan negara dalam memberikan fasilitas transportasi umum yang layak adalah kegagalan Anda sebagai menteri, bukan salah kami.
Regards,
~eL
Published on December 17, 2015 19:43
December 10, 2015
Fusion Leadership, The Art of Leadership
"Being responsible sometimes means pissing people off."Ini kutipan yang paling saya ingat dari presentasinya Ibu Nenny Soemawinata saat peluncuran buku Fusion Leadership di Blitz Megaplex Grand Indonesia, Sabtu 5 Desember 2015. Dalam peluncuran buku ini, Ibu Nenny sebagai penulis sekaligus COO Putra Sampoerna Foundation memberikan presentasi tentang kepemimpinan di hadapan para tamu undangan. Para undangan yang hadir terdiri dari beberapa kalangan, antara lain media, blogger, dan para anak muda dari Sampoerna University.
Acara launching buku ini memang terkesan agak tidak biasa. Jika biasanya acara-acara serupa diadakan di toko buku, kampus, Pusat Kegiatan Mahasiswa, atau sesekali di kafe, kali ini justru diadakan di bioskop. Tadinya saya mengira akan ada pemutaran film tentang kepemimpinan atau apa, ternyata tidak. Yang ada adalah presentasi Ibu Nenny yang ditayangkan di layar super besar. Kami para undangan duduk di kursi bioskop yang nyaman sambil makan popcorn. Pengalaman yang cukup unik.
Acara dibagi ke dalam tiga sesi: presentasi penulis yang diikuti oleh tanya jawab, peluncuran buku secara resmi, dan bincang-bincang dengan Aryo Moedanton (Founder & CEO anakmuda.net).
Registrasi tamu undanganThe Leader in Me
Presentasi penulis
The Leader in MeKeunikan lain dari acara ini adalah presentasi yang dibawakan oleh penulis. Kenapa saya katakan unik? Karena biasanya peluncuran buku hanya bincang-bincang seputar proses kreatif, kilasan isi buku, dan hal-hal seputar itu. Fusion Leadership justru diluncurkan dengan gaya seminar, semacam pembekalan tentang kepemimpinan. Barangkali itu sebabnya mengapa tamu yang diundang adalah para anak muda yang kebanyakan masih berstatus mahasiswa.
Sebagai COO yayasan brand besar, Bu Nenny banyak bercerita tentang pegalamannya sebagai orang yang mengenyam pendidikan di luar negeri tapi memutuskan untuk bekerja di Indonesia. Presentasi ini dibagi ke dalam 11 poin tentang kepemimpinan, poin yang menjadi garis besar isi buku.
Sesi presentasi ditutup dengan tanya jawab yang disambut antusias oleh para undangan.
Generation C Youth Inside The Harmony
Presentasi Aryo MoedantonSesi bertajuk Generation C dibawakan oleh Aryo Moedanton, Founder & CEO anakmuda.net. Generation C diambil dari kata content creators, connected, co-create, customize, control, community, constantly, dan change. Generasi yang lahir tahun 1990-an, generasi yang lebih komunikatif karena terhubung dengan teknologi.
Dalam presentasinya, Aryo juga mengatakan bahwa setiap orang itu unik dan spesial, jadi tidak perlu segan untuk belajar.
Peluncuran Buku
Peluncuran Fusion Leadership
Fusion Leadersip yang diterbitkan oleh Meraki Publishing ini resmi diluncurkan di sesi ketiga. Buku ini dibandrol dengan harga Rp90.000. Anda yang tertarik bisa memesan di:
W: merakipublishing.id
CP: Jennifer Ding | 0812 9534 1766
Published on December 10, 2015 08:15
December 3, 2015
Mungkin Kita
Malam tadi seharusnya kita bergembira, bukan? Bertemu dengan kawan-kawan, bertukar kabar, tawa, jabat tangan, dan pelukan. Tapi entahlah, ingar bingar selalu membuat kita asing. Membuat kita ingin segera menyepi ke tempat sunyi lalu kembali menjadi diri sendiri.
Bahkan sebuah pertemuan yang tak direncanakan kerap kali terasa janggal. Akhirnya kita hanya bertingkah seperti dua orang yang baru saja kenal, atau memang demikian, lalu berpisah begitu saja.
Jadi kau mencariku? Di belantara punggung orang-orang dan lampu temaram? Aku pun mencarimu, tapi tak berusaha keras menemukan. Aku tak suka berpamitan, dengan cara apa pun. Maka kukira lebih baik aku pergi begitu saja, seperti angin, seperti udara yang ada tapi tak pernah benar kausadari ada.
Sejak, kau tahulah, arus pasang gelombang yang kerap membuatku tumbang, aku tak pernah lagi bisa menempatkan diri sebagai kekasih. Aku hanya perempuan, punya banyak urusan, itu saja.
Ya, aku menikmati malam tadi, pertemuan denganmu. Aku masih mengingat aroma tubuhmu, getar suaramu. Meski masih saja terasa asing. Mungkin kita harus bertemu dalam situasi yang berbeda. Bukan di antara puluhan orang. Bukan di antara ingar bingar sebuah perhelatan.
Mungkin kita masih harus bertemu. Lagi.
Published on December 03, 2015 12:24
Mimpi dan Ilusi
- Skylashtar Maryam's profile
- 8 followers
Skylashtar Maryam isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.

