Skylashtar Maryam's Blog: Mimpi dan Ilusi, page 2
July 22, 2016
Sedentary dan Obesitas, "Musuh" Utama Para Freelancer
"Kamu hamil?" pandangan Ibu tertuju kepada perut saya, tajam dan menyakitkan. Sebelum dikutuk jadi ricecoker atau peralatan dapur lainnya, saya cepat-cepat menjelaskan bahwa kondisi perut saya yang gendut montok ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kehamilan.
"Teh, sini, Teh. Duduk di sini," seorang lelaki menepuk bahu ketika saya menumpang sebuah bus kota. Jelas saya gembira dan segera duduk di kursi yang dia bagi. Namun, kegembiraan saya itu runtuh seketika saat dia bergumam, "Kasihan, masa ibu hamil disuruh berdiri."
Difitnah hamil barangkali tidak menjadi masalah bagi para perempuan dewasa. Bagi mereka yang memang sedang menantikan buah hati, malah bisa saja menjadi doa. Masalahnya, saya single parent, tidak punya suami, dan belum menemukan cara untuk membuahi diri sendiri. Itu sebabnya mengapa dituduh sedang hamil lima atau tujuh bulan begitu mengiris-iris dada. Itu sebabnya pula mengapa Ibu kerap kali memandang perut saya dengan curiga.
♥♥♥ANALISIS BERAT BADAN
Analisis Berat Badan - Sumber: lightHOUSE IndonesiaDengan tinggi 155 cm dan berat 57 kg, berat badan saya sebetulnya normal, oke ralat, di batas normal. Body Mass Index (BMI) yang 23.73 pun termasuk normal untuk kategori perempuan Indonesia, tapi kenyataannya penampakan saya tidak begitu.
Ini "penampakan" saya dua bulan lalu, waktu itu masih sekitar 55 kg. Sekarang sudah naik 2 kg dan saya tidak berani lagi foto full body. Hiks.
Menjelang diskusi "Perempuan dan Kekerasan Seksual" bareng Teh Rani. Eniwei, ada aplikasi untuk ngecilin perut ga, sih?
Published on July 22, 2016 21:35
July 20, 2016
7 Brand Lokal Sepatu Handmade Bandung
Di tengah deru perekenomian yang semakin melesat maju dan dunia digital yang kian tak bisa ditawar-tawar, banyak sekali perusahaan besar tumbang digerus persaingan. Namun, brand-brand lokal berbasis UMKM justru kian menanjak pamornya. Bukan hanya dari segi kualitas, tapi juga dari segi model bisnis. Mereka, brand lokal yang kebanyakan diinisiasi orang-orang muda ini, "melawan" hegemoni pasar dengan cara memanfaatkan teknologi. Tidak lagi berkutat di distro-distro atau FO.
Bandung, yang sering disebut-sebut sebagai kota kreatif, adalah salah satu basis bermunculannya produk lokal dengan metode bisnis digital. Model bisnis digital di sini maksudnya bukan mereka yang semula punya produk dan toko konvensional lalu merambah ke digital, bukan. Melainkan mereka yang memang hanya punya toko daring.
Kali ini saya ingin membahas 7 brand sepatu lokal dari Bandung yang barangkali saja sudah familiar di telinga Anda atau bahkan sama sekali belum pernah Anda dengar namanya.
1. Footstep FootwearSejak berdiri akhir tahun 2012 sampai sekarang, Footstep Footwear (FSTP) yang bermarkas di Margahayu, Bandung ini, konsisten dengan dua kategori sepatu handmade: sneakers dan casuals series. Awal tahun 2016 ini mereka merambah ke bagpack dan slingbag yang juga hamdmade.
Model-model sepatu mereka pun cukup beragam. Casuals series didominasi model oxford, chuka, derby, dan moccasins. Untuk bahan, FSTP masih bermain di berbagai bahan sintetis seperti kulit sintetis biasa dan canvas. Ada juga suede dan nubuck.
Product:Category: sneakers, casuals, bagpack, slingbagGender: malePrice range: IDR 150-250kSize: 40-44
Trainer black - IDR 250k
Eleanor - Casuals Series - IDR
Monza darkbrown2. Headway FootwearSama seperti Footstep, Headway juga memiliki dua jenis kategori sepatu: sneakers dan casuals series. Meski dari sisi desain dan pemilihan bahan jelas berbeda, terutama pemilihan warna. Jika sepatu kasual lelaki kerap didominasi warna hitam, navy, cokelat, dan cokelat tua, Headway menyediakan sepatu berwarna hijau, light blue, dan light tan.
Product:Category: sneakers & casualsGender: malePrice range: IDR 185-210kSize: 40-44
Headway Greatbrown - IDR 185k
Headway King Brown - IDR 197.5k
Headway Future Tan - IDR 197.5k3. Giant FlamesGiant Flames berada di bawah naungan manajemen Invisible Corporation, adik-kakak dengan MM Shoes dan Trumph. Mereka lebih banyak memproduksi model-model vintage kasual semi formal seperti oxford, loafer, dan moccasins.
Dulu mereka hanya memproduksi sepatu khusus laki-laki, tapi sekarang mulai merambah ke sepatu perempuan. Modelnya ya versi perempuan dari sepatu-sepatu loafer Giant Flames. Giant Flames juga punya dua model slingbag: bravo brown dan delta black.
Product:Category: casualsGender: male & femalePrice range: IDR 210-250kSize: 36-45
Rocked Tand - IDR 235k
4. MoofeatDi kancah (((kancah))) sepatu handamade lokal Bandung, Moofeat termasuk senior. Berdiri sejak tahun 2009, produknya sudah melanglang buana ke mana-mana. Moofeat terkenal dengan sepatu low boots dan high boots. Selain itu, mereka juga memiliki koleksi casual dan safety shoes.
Bahan sepatu-sepatu Moofeat tidak terlalu bervariasi, didominasi oleh kulit sintetis dan beberapa sepatu berbahan kanvas atau campuran keduanya.
Product:Category: boots, casual, safety shoesGender: malePrice range: IDR 205-235kSize: 40-44
Kevin darkbrown - IDR 225k
Edward Black - IDR 225k
Travel Navy - IDR 205.0005. Joey FootwearKalau Anda sering menonton infotainment atau sering memerhatikan sepatu yang dipakai anak-anak band, pasti sudah familiar dengan Joey Footwear. Iya, brand lokal yang satu ini memang sering dipakai artes-artes.
Selain sepatu kasual, booots, dan chuka type, Joey juga memproduksi sandal.
Product:Category: boots, casual, sandalsGender: malePrice range: IDR 20-250kSize: 40-44
6. Jack FootwearJack Footwear satu manajemen dengan Headway Footwear. Memproduksi sepatu jenis kasual dan boots. Jack Footwear ini termasuk pemain baru, namun untuk urusan kualitas, bolehlah disandingkan dengan "kakak-kakaknya".
Product:Category: boots, casualGender: malePrice range: IDR 190-250kSize: 40-44
Alexon - IDR 250k
Austin - IDR 250k
Boston - IDR 220k7. ZapatoJika keenam brand yang saya bahas di atas memproduksi sepatu dari kulit sintetis, seluruh koleksi Zapato terbuat dari kulit asli. Tapi, jangan khawatir dengan harganya, cukup terjangkau, kok.
Product:Category: boots, loafer, derby, chuka, slip onGender: malePrice range: IDR 290-350kSize: 40-44
Arthur - IDR 330k---
Sebagai pengguna, pelaku, dan pendukung garis keras brand-brand lokal khususnya produk Bandung, bagi saya kemunculan mereka memupus kekhawatiran tentang arus MEA dan persaingan di bidang e-commerce yang kian hari kiang meruncing. Memang, dunia digital membuka berbagai macam kesempatan, dalam bidang bisnis adalah salah satunya. Kepekaan brand-brand lokal berbasis UMKM ini patut diacungi jempol.
But, to be honest, belum semua ketujuh brand yang saya bahas ini betul-betul profesional jika dilihat dari manajemennya. Maksud saya, tentang keberadaan website yang berfungsi sebagai branding, pelayanan dalam hal order, stok yang kurang stabil, dan strategi marketing di media sosial. Saya tidak ingin menebak-nebak hambatan yang mereka hadapi dan sok-sokan menjadi nostradamus dalam bidang ekonomi. Saya hanya ingin terus-terusan mendukung agar produk-produk lokal seperti ini menjadi tuan di negeri sendiri. Syukur-syukur bisa merajai pasar luar negeri.
Semoga bermanfaat. Have a nice day.
Regards,~eL
Bandung, yang sering disebut-sebut sebagai kota kreatif, adalah salah satu basis bermunculannya produk lokal dengan metode bisnis digital. Model bisnis digital di sini maksudnya bukan mereka yang semula punya produk dan toko konvensional lalu merambah ke digital, bukan. Melainkan mereka yang memang hanya punya toko daring.
Kali ini saya ingin membahas 7 brand sepatu lokal dari Bandung yang barangkali saja sudah familiar di telinga Anda atau bahkan sama sekali belum pernah Anda dengar namanya.
1. Footstep FootwearSejak berdiri akhir tahun 2012 sampai sekarang, Footstep Footwear (FSTP) yang bermarkas di Margahayu, Bandung ini, konsisten dengan dua kategori sepatu handmade: sneakers dan casuals series. Awal tahun 2016 ini mereka merambah ke bagpack dan slingbag yang juga hamdmade.
Model-model sepatu mereka pun cukup beragam. Casuals series didominasi model oxford, chuka, derby, dan moccasins. Untuk bahan, FSTP masih bermain di berbagai bahan sintetis seperti kulit sintetis biasa dan canvas. Ada juga suede dan nubuck.
Product:Category: sneakers, casuals, bagpack, slingbagGender: malePrice range: IDR 150-250kSize: 40-44
Trainer black - IDR 250k
Eleanor - Casuals Series - IDR
Monza darkbrown2. Headway FootwearSama seperti Footstep, Headway juga memiliki dua jenis kategori sepatu: sneakers dan casuals series. Meski dari sisi desain dan pemilihan bahan jelas berbeda, terutama pemilihan warna. Jika sepatu kasual lelaki kerap didominasi warna hitam, navy, cokelat, dan cokelat tua, Headway menyediakan sepatu berwarna hijau, light blue, dan light tan.Product:Category: sneakers & casualsGender: malePrice range: IDR 185-210kSize: 40-44
Headway Greatbrown - IDR 185k
Headway King Brown - IDR 197.5k
Headway Future Tan - IDR 197.5k3. Giant FlamesGiant Flames berada di bawah naungan manajemen Invisible Corporation, adik-kakak dengan MM Shoes dan Trumph. Mereka lebih banyak memproduksi model-model vintage kasual semi formal seperti oxford, loafer, dan moccasins.Dulu mereka hanya memproduksi sepatu khusus laki-laki, tapi sekarang mulai merambah ke sepatu perempuan. Modelnya ya versi perempuan dari sepatu-sepatu loafer Giant Flames. Giant Flames juga punya dua model slingbag: bravo brown dan delta black.
Product:Category: casualsGender: male & femalePrice range: IDR 210-250kSize: 36-45
Rocked Tand - IDR 235k
4. MoofeatDi kancah (((kancah))) sepatu handamade lokal Bandung, Moofeat termasuk senior. Berdiri sejak tahun 2009, produknya sudah melanglang buana ke mana-mana. Moofeat terkenal dengan sepatu low boots dan high boots. Selain itu, mereka juga memiliki koleksi casual dan safety shoes.
Bahan sepatu-sepatu Moofeat tidak terlalu bervariasi, didominasi oleh kulit sintetis dan beberapa sepatu berbahan kanvas atau campuran keduanya.
Product:Category: boots, casual, safety shoesGender: malePrice range: IDR 205-235kSize: 40-44
Kevin darkbrown - IDR 225k
Edward Black - IDR 225k
Travel Navy - IDR 205.0005. Joey FootwearKalau Anda sering menonton infotainment atau sering memerhatikan sepatu yang dipakai anak-anak band, pasti sudah familiar dengan Joey Footwear. Iya, brand lokal yang satu ini memang sering dipakai artes-artes. Selain sepatu kasual, booots, dan chuka type, Joey juga memproduksi sandal.
Product:Category: boots, casual, sandalsGender: malePrice range: IDR 20-250kSize: 40-44
6. Jack FootwearJack Footwear satu manajemen dengan Headway Footwear. Memproduksi sepatu jenis kasual dan boots. Jack Footwear ini termasuk pemain baru, namun untuk urusan kualitas, bolehlah disandingkan dengan "kakak-kakaknya".Product:Category: boots, casualGender: malePrice range: IDR 190-250kSize: 40-44
Alexon - IDR 250k
Austin - IDR 250k
Boston - IDR 220k7. ZapatoJika keenam brand yang saya bahas di atas memproduksi sepatu dari kulit sintetis, seluruh koleksi Zapato terbuat dari kulit asli. Tapi, jangan khawatir dengan harganya, cukup terjangkau, kok.Product:Category: boots, loafer, derby, chuka, slip onGender: malePrice range: IDR 290-350kSize: 40-44
Arthur - IDR 330k---
Sebagai pengguna, pelaku, dan pendukung garis keras brand-brand lokal khususnya produk Bandung, bagi saya kemunculan mereka memupus kekhawatiran tentang arus MEA dan persaingan di bidang e-commerce yang kian hari kiang meruncing. Memang, dunia digital membuka berbagai macam kesempatan, dalam bidang bisnis adalah salah satunya. Kepekaan brand-brand lokal berbasis UMKM ini patut diacungi jempol.
But, to be honest, belum semua ketujuh brand yang saya bahas ini betul-betul profesional jika dilihat dari manajemennya. Maksud saya, tentang keberadaan website yang berfungsi sebagai branding, pelayanan dalam hal order, stok yang kurang stabil, dan strategi marketing di media sosial. Saya tidak ingin menebak-nebak hambatan yang mereka hadapi dan sok-sokan menjadi nostradamus dalam bidang ekonomi. Saya hanya ingin terus-terusan mendukung agar produk-produk lokal seperti ini menjadi tuan di negeri sendiri. Syukur-syukur bisa merajai pasar luar negeri.
Semoga bermanfaat. Have a nice day.
Regards,~eL
Published on July 20, 2016 19:46
July 17, 2016
Sepasang Sepatu dan Sekotak Mimpi
Saya berdiri di depan etalase toko, memandangi sepasang sepatu seharga tiga ratus ribu, jumlah uang yang bisa dipakai untuk membayar setahun SPP sekolah saya. Bahkan untuk masuk dan menyentuh sepatu itu pun saya tak berani. Tokonya mentereng, berada di sebuah pusat perbelanjaan bergengsi di kota Bandung. Sembari berjalan pulang, saya berjanji akan mengumpulkan uang agar suatu saat bisa kembali untuk membeli.
Tapi, sepatu itu tidak pernah bisa saya beli. Hingga hari ini.
Peristiwa belasan tahun silam itulah yang meletupkan api hingga pada akhir tahun 2014 saya memutuskan untuk memulai sebuah usaha, berjualan sepatu. Sayangnya, memulai usaha tidak hanya cukup dengan tekad, tapi juga dengan modal, strategi, dan berbagai perhitungan. Iya, pada saat memulai usaha, saya memang tidak memiliki modal. Secara materi, modal yang saya miliki adalah nol. Namun, jangan pernah panggil saya Langit Amaravati, si perempuan tanpa rasa takut, jika kendala modal bisa begitu saja menghentikan saya.
Yang saya lakukan adalah melakukan riset, mencari model bisnis yang paling tepat bagi para pengusaha nekad seperti saya. Sembari riset, saya pun menginventarisasi aset-aset yang saya miliki. Ternyata tidak banyak, hanya laptop, smartphone, dan modem.
Maka sampailah saya pada model bisnis yang sudah booming beberapa tahun ini dan cocok untuk mereka yang ingin memulai tapi terkendala dengan modal: bisnis berbasis digital. Pada akhir tahun 2014, saya mulai membuka sebuah online shop yang diberi nama eL the Outfit. Tidak ada filosofi khusus mengenai nama yang saya pilih ini. eL berasal dari nama panggilan saya, the outfit berasal dari outfit of the day atau sering disingkat OOTD.
♥♥♥
Internet adalah sebuah keajaiban. Bagi seorang pengusaha, yang nekadan ataupun yang penuh persiapan, dunia digital adalah sebuah jejaring tanpa batas. Kita bisa terhubung dengan siapapun, dari bagian dunia mana pun. Marketing, promosi, bahkan penjualan tidak lagi menjadi kendala.
Fasilitas inilah yang kemudian saya jadikan modal dasar.
Mula-mula, saya memulai usaha dari menjadi drop shipper. Saya hanya perlu mencari supplier yang tepat, melakukan promosi, dan voila, mulai berjualan. Ada 3 portal digital yang sampai saat ini saya gunakan:
1. Facebook page
2. Instagram
3. MarketplaceMANFAAT PORTAL DIGITALKetiga portal ini memiliki karakteristiknya masing-masing, baik dari segi fasilitas maupun dari ketercapaian audiens. Selama satu setengah tahun ini, saya terus-menerus menganalisis strategi marketing untuk mencapai target penjualan. But overall, berikut beberapa manfaat portal digital untuk kemajuan bisnis saya:
1. Tanpa Toko FisikCoba bayangkan sebuah toko tanpa bangunan berupa gedung, tanpa uang sewa, tanpa menyita ruang, tanpa biaya pemeliharaan. Bahkan untuk seorang reseller atau drop shipper, kita tidak perlu punya gudang untuk stok barang. Itulah yang dilakukan portal digital. Dengan "membuka toko" di ketiga portal di atas, saya tidak perlu punya toko fisik karena toko fisik memerlukan efforts yang sangat besar. Untuk ketersediaan stok, setiap hari saya selalu cek ke supplier. Ada sih beberapa item yang saya simpan sebagai stok, tapi selebihnya saya masih mengandalkan supplier. Terus terang, sepatu memiliki risiko bisnis besar karena memiliki ukuran yang tidak bisa diganggu gugat. Memang, selisih ukuran sepatu hanya 0.5 cm, tapi tidak seperti baju yang all size atau bisa dikecilkan jika kebesaran, perbedaan 0.5 cm saja bisa membuat si pemakainya tidak nyaman.
Lagi pula, saya anak kos. Mau buka toko atau gudang di mana? Secara tidak langsung, portal digital telah menangani kendala saya yang satu ini.
2. JangkauanInternet tidak memiliki batas teritori, ingat? Produk-produk yang ada di online shop saya bisa dilihat dan dibeli oleh pembeli di seluruh dunia. Kalau saya mau, saya bisa berjualan sepatu sampai ke Antartika sana. Jasa ekspedisi? Oh come on, ada banyak sekali jasa ekspedisi yang menyediakan jasa pengiriman internasional. Sampai hari ini, saya sudah mengirimkan sepatu ke Meksiko, Malaysia, dan Singapura. Kalau di Indonesia, sepatu eL the Outfit sudah sampai ke berbagai pulau, bahkan ke Papua sana, lho.
So far, portal digital adalah media paling baik untuk marketing dan promosi. Satu, karena jangkauannya. Dua, karena kemudahan aksesnya. Tiga, karena biayanya lebih murah. Hari ini, ketika para pembeli mendambakan kemudahan dalam berbagai hal, belanja sepatu bisa dilakukan secara online. Mereka hanya tinggal membuka media sosial atau web, memilih barang, dan memesan. Semudah itu.
Itu sebabnya, diperlukan internet ultra cepat agar bisnis tetap lancar. Iya, tidak? Kan tidak lucu kalau misalnya ada yang cancel order gara-gara sayanya slowres.
3. Efektif dan EfisienHemat waktu, hemat tenaga, dan tepat guna. Portal digital memengaruhi kemajuan bisnis secara signifikan. Saya bisa melayani kustomer sambil ngemong anak, misalnya. Saya bisa mengunggah katalog produk di mana saja. Di angkot, di kosan, di taman.
Selain itu, karena mesin pencari dan media sosial dilengkapi dengan algoritma tertentu, jadi produk kita akan tetap ditemukan oleh calon pembeli yang tepat.
4. Sumber Daya MinimalisBisnis berbasis digital cocok untuk para entrepreneur yang memiliki kendala modal seperti saya. Jujur, dulu saya sempat ragu apakah berjualan sepatu online bisa berhasil. Tapi ternyata bisa. Modal yang saya perlukan pun bisa dibilang cukup minim.
Di Facebook Page, misalnya. Sekarang sudah disediakan fasilitas Store. Ini respons Facebook terhadap perkembangan dunia e-commerce. Biayanya pun cukup murah jika dibandingkan dengan membuat website.
5. Quality ControlSaya tidak tahu apakah pemilik online shop lain melakukan ini, tapi saya pribadi cenderung berhati-hati. Saat ini, saya hanya berjualan sepatu handmade Bandung karena alasan-alasan melankolis. Pertama, karena saya orang Bandung dan berjualan produk dari kota sendiri adalah bentuk dukungan saya terhadap produk lokal. Kedua, sepatu handmade adalah sepatu yang dibuat oleh tangan manusia, bukan mesin. Kalau Anda pernah berjalan-jalan ke Cibaduyut atau Cigondewah, Anda akan melihat betapa para pengrajin sepatu mengerjakan setiap pasangnya dengan penuh kebanggaan. Ketiga, meski model bisnis berbasis digital ini sudah sangat booming, masih banyak produk-prdouk Bandung yang belum mencapai target pasar global.
Berhubungan dengan kualitas, saya menerapkan semacam kebijakan dengan menerapkan standar kualitas yang parameternya saya buat sendiri. Jadi, tidak semua supplier sepatu yang ada saya ambil. ♥♥♥
Ingatan tentang sepatu yang tidak sanggup saya beli belasan tahun silam itu masih saya simpan hingga sekarang. Ingatan lainnya adalah tentang para perempuan berukuran kaki 41 ke atas yang menemukan sepatu favorit tapi kerap kali harus menelan kekecewaan karena tidak ada ukuran yang pas. Ukuran kaki saya 41, saya tidak punya banyak pilihan sepatu. Maka saya selalu bermimpi untuk membuat koleksi sepatu dengan brand saya sendiri.
Mimpi yang besar mengingat saya tidak punya banyak modal, bukan? Tapi jangan salah, mimpi itu telah berusaha saya wujudkan satu per satu. Setahun yang lalu saya sempat mengeluarkan koleksi sepatu docmart dan boots dengan merek eL The Outfit. Saya bekerja sama dengan beberapa pengrajin sepatu di Cibaduyut. Sayangnya, saya terpaksa menghentikan ini karena keterbatasan sumber daya. Memilih bahan upper, sol, desain, dan bolak-balik ke bengkel juga bukan pekerjaan yang sebentar.
Kendala lainnya adalah karena saya tidak punya kartu kredit sehingga sulit memanfaatkan fasilitas seperti Store yang ada di Facebook Page.
eL The Outfit Boots CollectionIya, jika saya berhasil memenangkan kompetisi blog dari My Republic yang bekerja sama dengan Channel News Asia ini, saya ingin sekali meneruskan mimpi yang tertunda: mengeluarkan koleksi sepatu boots.
Kenapa boots? Ada beberapa alasan mengapa saya justru memilih boots:
Karena boots bisa mendongkrak kepercayaan diri seorang perempuan, dan memang itulah yang ingin saya berikan kepada para konsumen. Tidak muluk-muluk, sebagai permulaan, saya kira tiga desain cukup sebagai debut (atau re-debut?). Menjawab tantangan pasar. Kedengarannya seperti jagoan, ya? Hahaha. Well, dunia fesyen berkembang setiap harinya. Indonesia memang bukan negara "pemakai" boots karena hanya punya dua musim, tidak seperti di luar negeri yang punya 4 musim. Tapi, boots sendiri sudah menjadi semacam fashion icon. Sayangnya, boots yang ada di toko-toko saat ini sering kali tidak terjangkau harganya, kalaupun ada kualitasnya tidak terlalu bagus. Kalau ada yang kualitas dan harganya seimbang, modelnya terlalu kaku sehingga tidak cantik ketika dipakai. Untuk itulah, saya ingin menggabungkan antara fesyen, daya beli, dan kualitas. Menjawab tantangan pasar bagian kedua. Banyak calon pembeli yang menanyakan tentang boots untuk musim dingin sementara saya tidak punya produk yang cukup aman dan fashionable. Jadi, selain model-model untuk negara 2 musim, eL the Outfit juga akan mengeluarkan "Winter Collection". Sudah beberapa bulan ini saya hunting ke berbagai pengrajin. Tadinya sempat ingin membeli boots musim dingin terbaik dari toko di luar negeri sana untuk meneliti standar keamanannya.
Docmart produksi eL the Outift
Boots produksi eL the OutfitContoh Desain
Size ChartSaya ingin membahas sedikit tentang size chart ini. Suatu hari, saya pernah menangani order seorang pembeli yang naksir berat dengan sepasang sepatu tapi tidak menemukan ukuran yang cocok, bukan kebesaran, melainkan kekecilan. Jika biasanya sepatu perempuan dewasa berukuran 36-40 (beberapa ada yang sampai 41), maka eL the Outfit akan memperluas jangkauan pasar dengan size chart 35-43. Jika di luar itu maka akan disediakan fasilitas made by order.
Bahan dan Kisaran HargaKunci kualitas sebuah sepatu sebetulnya bukan di pemilihan bahan upper, tapi di sol. Itu sebabnya saya ingin memperkuat di bagian ini. Sol sepatu-sepatu el the Outfit akan double layer: lem dan jahit, disesuaikan dengan model. Sebelum dilempar ke pasaran, setiap model akan di-test drive di setiap permukaan. Misalnya, apakah licin jika dipakai saat hujan, salju, di tanah, di aspal, keramik, dsb. Menurut saya ini penting karena meskipun setiap bahan sol memiliki karakter masing-masing, tapi tidak semua cocok di setiap permukaan. Contoh, sol fiber memang ringan, kuat, dan tidak licin. Tapi sepatu bersol fiber justru licin jika dipakai di atas salju. Juga kurang cocok jika dipakai ketika hujan karena akan cepat rusak. Untuk bahan upper, saya akan memprioritaskan nubuck dibandingkan suede karena nubuck lebih tebal, tidak cepat menyerap air, dan mudah dirawat. Kenapa tidak kulit sintetis biasa? Kulit sintetis biasa menyebabkan sepatu cepat mengelupas jika dipakai terus-menerus atau jika tidak dirawat dengan benar. Kenapa tidak kulit asli? Karena harganya mahal. :DSaya ingin setiap perempuan bisa memakai boots berkualitas tanpa terkendala oleh harga. Jadi, produk-produk eL the Outfit akan berada di kisaran 250-500 ribu. Lebih murah dari itu akan membuat pembeli ragu dengan kualitasnya, lebih mahal dari itu akan mempersempit daya beli. ♥Strategi MarketingMempertimbangkan efektivitas, saya tetap tidak akan membuka toko offline. Marketing akan saya lakukan online dan offline, sedangkan penjualan akan tetap online.
Ada satu hal yang highlight dari strategi marketing ini. eL the Outfit tidak akan menjual produk, tapi menjual rasa percaya diri dan gaya hidup. Saya akan fokus kepada branding, menggiring opini pembeli dan calon pembeli. Ini bukan konsep baru, sebetulnya. Karena konsep ini sudah lama dilakukan oleh brand-brand besar. Misalnya, sepatu olah raga merek A yang harganya jutaan sampai-sampai banyak dipalsukan. Ketika ada orang yang memakai merek A asli, orang lainnya akan berkomentar, "Wuih, keren banget sepatu lu, Bro."
Strategi Marketing OfflinePemerintah sudah memberikan lampu hijau untuk para pengusaha berbasis produk lokal. Ini yang akan saya manfaatkan. Marketing offline yang akan saya lakukan adalah:Ikut pameran."Menitipkan" display di SMESCO.Marketing word of mouth.Strategi Marketing OnlineJujur, saya paling benci online shop yang rajin nyepam, rajin nge-tag, atau nge-BC. Jadi strategi itu akan dilepaskan dari daftar. Ke depannya, saya akan menggunakan beberapa platform digital sebagai berikut:
1. WebsiteSebetulnya, website tidak efektif untuk penjualan karena orang lebih suka berbelanja via marketplace jika harus belanja di website. Website akan dibuat untuk alasan branding. Sometimes, karena tidak ada website-nya, orang selalu mengira bahwa itu adalah brand abal-abal atau kurang kredibel.
2. Media SosialFacebook Pages untuk display dan order. Twitter untuk display dan meng-kover anak-anak Twitter yang biasanya tidak punya Facebook. Dua akun Instagram, yang satu untuk branding, yang satu untuk katalog.
Selama ini, media sosial efektif untuk marketing, juga mudah diintegrasikan antara satu sama lain.
3. Sponsored PostDi dunia digital, blogger dan para influencer adalah lini depan marketing. Meng-hire mereka untuk mereview produk bukan hanya berfungsi sebagai media marketing, tapi juga bisa meningkatkan penjualan.
Untuk itu, saya akan mengirimkan sepasang sepatu untuk direview juga memberikan honor. Yaaa ... minimal 500 ribu per post. Artis sebagai brand ambassador? No, I don't think so.
4. Digital AdvertisementFacebook adds, Twitter adds, Instagram adds, dan Google adds. Hari ini nyaris semua portal sepertinya punya space untuk iklan. Bujetnya pun cukup murah.
5. MarketplaceSaya akan bergabung dengan salah satu marketplace yang sekiranya memiliki jangkauan pasar sesuai target produk saya dan terpercaya. Kenapa tidak membuat aplikasi sendiri? Mas, Mbak, kalau semua e-commerce mengeluarkan aplikasi sendiri, bisa Anda bayangkan bagaimana nasib smarthpone orang-orang?
Khusus untuk marketplace, desainnya akan dibuat ekslusif sehingga tidak (apa ya istilahnya?) tidak terjadi konflik. Jadi, produk A hanya bisa dibeli di toko online saya sedangkan produk B hanya bisa dibeli di marketplace tersebut.
♥Strategi PenjualanKarena penjualan tetap berbasis online, maka order akan dipusatkan ke:
WebsiteFacebook PagesWALineSaya sengaja mengeliminasi BBM karena pamornya yang sudah menurun dan sering mengalami kendala teknis. Tidak juga SMS karena sulit mengirimkan gambar.
Strategi penjualan lainnya ada pada pengemasan. Setiap perempuan yang membeli sepatu dari eL the Outfit akan diperlakukan secara istimewa. Caranya? Dengan membuat seolah-olah mereka tengah menerima kado.
1. KemasanDus sepatu akan didesain secantik mungkin. Karena ini dikirim via ekspedisi, juga akan dilengkapi dengan plastik pembungkus yang keren.
Kemasan boots eL the Outfit2. Kartu UcapanSetiap sepatu akan disertai dengan secarik kartu ucapan. 3. Special GiftSaya kerap mendapatkan order untuk hadiah ulang tahun. Karena tahu saya penulis, beberapa pembeli meminta saya untuk menuliskan puisi atau ucapan selamat ulang tahun. Jadi, eL the Outfit akan menyediakan layanan "Special Gift".
4. Fashion ConsultantPercaya atau tidak, seorang perempuan menghabiskan waktu sekitar 3 hari sebelum dia memutuskan akan membeli sepatu yang mana. Selama berjualan, saya sudah kenyang menghadapi calon pembeli yang bertanya dari A-Z mengenai bahan, atau dari A-Z mengenai model apa yang paling bagus untuk dirinya, ada juga yang bertanya dari A-Z tentang hal-hal yang mungkin saja tidak pernah Anda bayangkan.
That's why, eL the Outfit tidak akan menempatkan diri sebagai penjual, tapi sebagai teman. Calon pembeli bebas melakukan konsultasi dan meminta pertimbangan. Karena, tidak semua calon pembeli familiar dengan karakteristik bahan-bahan sepatu jadi sudah kewajiban saya untuk mengedukasi.
Misalnya, pernah ada pembeli yang ingin sepatu boots model tertentu yang akan dipakai ke negara lain saat musim salju. Saya sudah memberi tahu bahwa boots model itu tidak cocok karena bahannya yang mudah menyerap air dan solnya yang licin. Maka saya mengarahkan dia ke model lain yang cocok untuk cuaca bersalju.
♥♥♥
Dengan estimasi modal sebesar 7 juta rupiah, saya akan mengalokasikan dana tersebut untuk biaya produksi, biaya overhead, dan biaya pemasaran. Sedangkan untuk biaya administrasi, gaji saya (gaji?), dan pembuatan foto katalog berasal dari investasi saya pribadi.
Biaya Produksi LangsungKarena saya tidak punya bengkel sepatu sendiri, maka untuk produksi akan bekerja sama dengan pengrajin sepatu di Cibaduyut atau Cigondewah. Biaya produksi per unit berbeda, tergantung model dan ukuran. Untuk sepatu ukuran 41 ke atas memang dikenakan kelebihan biaya sebesar 25 ribu rupiah.
Disesuaikan dengan besaran modal, maka yang bisa saya buat adalah 3 seri model sepatu (size 35-43). Jumlahnya ada 27 pasang sepatu. Detailnya bisa Anda lihat pada tabel di bawah ini:
Biaya OverheadYang dimaksud dengan biaya overhead tetap adalah pembuatan dus sepatu dan hang tag. Karena di percetakan ada kebijakan minimum order, saya tidak bisa hanya membuat 27 dus sepatu dan hang tag. Biaya overhead variabel adalah biaya transportasi untuk mencari bahan baku, dari dan ke bengkel, pengangkutan, dll.Saya sengaja membuat dua macam biaya overhead agar mudah menghitung bujet. Ada biaya overhead A dan overhead B untuk menghitung Harga Pokok Produksi (HPP). Biaya overhead akan dibebankan kepada produk sehingga memengaruhi harga jual. Detailnya sebagai berikut:
Harga Pokok Produksi (HPP)Setelah diketahui besar biaya produksi langsung dan biaya overhead, bisa diketahui Harga Pokok Produksi (HPP) per unit dan HPP secara keseluruhan. Bisa Anda lihat bahwa saya tidak lagi membaginya per item melainkan per harga produksi langsung karena ada beberapa sepatu yang memiliki harga sama meski desain dan ukurannya berbeda.HPP per unit berfungsi untuk menentukan harga jual, sedangkan HPP keseluruhan untuk perhitungan rugi laba.
Harga JualUntuk menentukan harga jual, rumusnya adalah = HPP x 150%. Kok 150%? Ini rumus standar sih. Lagi pula nanti akan dikurangi dengan biaya pemasaran. Jadi harga jual setiap model adalah sebagai berikut:
Estimasi Penjualan dan LabaDengan estimasi bahwa seluruh sepatu terjual habis, maka akan didapatkan penjualan sebesar Rp8.725.500. Tadi berapa harga produksinya? Lima jutaan ya? Untung, dong. Yaiyalah, kalau rugi melulu mana mau saya bikin usaha? Hahaha.
Kesalahan yang selama ini saya lakukan adalah menghitung laba tanpa memperhitungkan biaya pemasaran dan biaya operasional. Itu yang membuat para UKM gulung tikar. Karena sekarang saya sudah tobat, maka biaya pemasaran akan dibebankan kepada hasil penjualan. Seperti yang Anda baca sebelumnya, hanya biaya pemasaranlah yang dimasukkan ke perhitungan rugi laba karena biaya seperti administrasi dan pembuatan katalog diambil dari investasi tenaga saya sendiri.Sebetulnya ini agak kurang elok sih, tapi karena saya harus menyesuaikan bujet sebesar 7 juta rupiah itu tadi, mari kita berkompromi. Laba bersih 2 juta rupiah? Untuk permulaan, saya kira ini cukup menggembirakan. Rencananya, dari laba bersih ini akan diputar kembali untuk biaya produksi selanjutnya.
Rincian BujetDari bujet sebesar 7 juta rupiah, masih ada sisa dana sebesar Rp121.000,- yang akan saya simpan sebagai aktiva lancar, katakanlah uang kas. Selain itu, saya juga masih punya persediaan dus dan hang tag sebanyak 73 buah (dengan anggapan bahwa tidak ada kerusakan).
♥♥♥Bisnis di bidang fesyen, terutama sepatu, adalah bisnis yang unik karena itu tadi, sepatu "dibatasi" oleh ukuran. Estimasi penjualan yang saya buat di atas adalah estimasi "rough draft". Pada praktiknya, bisa saja yang laku malah ukuran 38-39 saja, atau hanya ukuran 41. Bagaimana cara menangani ini? Bisa dengan dua cara:Membuat demografi calon pembeli. Saya punya data customer list, bisa dilihat ukuran sepatu yang biasanya mereka pesan. Dari data itu, saya bisa membuat hanya ukuran sepatu yang paling banyak dipakai. Misalnya, hanya membuat ukuran 38-40. Metode made by order. So far ini selalu berhasil, yang perlu saya lakukan adalah membuat sample, membuat katalog, melempar sepatu ke pasaran, lalu membuka order. Jadi, sepatu hanya dibuat berdasarkan pemesanan.
Selain hal-hal di atas, sebetulnya saya ingin sekali membahas tentang manajerial, tertib administrasi, dan teknik komunikasi massa. Tapi postingan ini sudah sangat puanjang. Jadi saya cukupkan sekian.
Saya sadar, menjadi seorang entrepreneur dibutuhkan kegigihan dan kesabaran. Namun, sebuah mimpi ada untuk diwujudkan. Dunia digital telah memberikan jalan yang begitu lapang. Pemalas namanya kalau saya tidak memanfaatkan jalan lapang itu.
Suatu hari, tidak akan ada lagi perempuan yang berdiri di depan etalase toko dan pergi dengan patah hati karena ia tidak sanggup membeli sepasang sepatu yang ia inginkan. Suatu hari, setiap perempuan akan bisa mengenakan sepatu bagus dan berkualitas, tapi dengan harga yang terjangkau.
It's my dream, what's yours?
Salam,
~eL
Published on July 17, 2016 02:30
July 16, 2016
Anggun dan Feminim dengan Minarets dari Jenahara
Setiap perempuan, terutama para hijabers, selalu identik dengan dua kata ini: anggun dan feminim. Namun, anggun dan feminim bukan berarti harus memakai busana yang teramat girly dengan motif bunga atau renda. Kita masih bisa terlihat anggun dengan potongan busana yang simple, masih bisa terlihat feminim dengan warna-warna bold atau warna-warna bumi seperti biru, abu, dan cokelat, bahkan dengan warna hitam dan putih sekalipun.
Saya penggemar warna hitam dan abu garis keras, sulit rasanya tampil feminim dengan dua pilihan warna itu, terutama saat Lebaran kemarin. Bagaimana dengan Anda? Apa pilihan busana Lebaran Anda? Well, meskipun momen Lebaran sudah lewat, saya kira membahas baju muslim bisa dilakukan kapan saja, bukan?
Ngomong-ngomong soal baju muslim, pada kesempatan ini saya ingin membahas Minarets, koleksi model baju muslim terbaru dari Jenahara yang dibuat eksklusif untuk Blibli.com dan bagaimana Minarets bisa membuat para perempuan semakin terlihat anggun.
Perjumpaan pertama saya dengan Jenahara adalah bulan Oktober tahun 2015 silam. Kebetulan waktu itu saya hadir di Jakarta Fashion Week untuk meliput dan Jenahara adalah salah satu desainer yang mengisi perhelatan akbar itu. Pertemuan kedua datang dalam bentuk kado ulang tahun, bulan Januari tahun 2016. Jirshwal berwarna fuschia black yang dihadiahkan oleh seseorang.

Memang, ini bukan rancangan Jenahara sendiri melainkan kolaborasi dengan ibunya, Ida Royani, aktor dan desainer terkemuka di Indonesia. Tapi, memiliki salah satu rancangan seorang desainer tetap saja membuat saya agak-agak gimana gitu, ya. :)
♥♥♥Minarets for Blibli.com
Koleksi Minarets pertama kali diperkenalkan dalam ajang Muslim Fashion Festival (Muffest) Indonesia 2016 di Istora Senayan, Jakarta, bulan Mei lalu. Di perhelatan fesyen ini, Blibli menggandeng empat orang desainer yang namanya sudah wara-wiri di kalangan pecinta fesyen: Jenahara, Ria Miranda, Restu Anggreini, dan Anindya Kusuma Putri (I.K.Y.K).
Jika sebelumnya, Nanida Jenahara Nasution atau yang lebih akrab dipanggail Jehan, Creative Director of Jenahara, lebih terkenal dengan warna-warna desainnya yang cenderung monokrom, khusus untuk koleksi Ramadhan Jehan justru bermain dengan warna-warna yang lebih soft dan variatif. Minarets didominasi warna biru, cokelat, abu, dan tentu saja: hitam dan putih. Konon, pemilihan tema Minarets terinspirasi dari arsitektur masjid biru di Istambul, Turki sana.
Jika dilihat dari sisi warna, pemilihan bahan, dan eksplorasi bentuk, koleksi Minarets untuk Blibli.com ini memang mengedepankan kesan baju muslim modern yang ready to wear baik itu untuk momen istimewa seperti hari raya maupun kegiatan sehari-hari.
Hal menarik lainnya adalah dari sisi harga. Mengapa ini saya bahas? Karena selama ini kita selalu menganggap bahwa baju muslim rancangan desainer ternama pastilah muahal sehingga jauh dari jangkauan. Blibli, mal online pertama dan terbesar di Indonesia, secara tidak langsung menepis kekhawatiran itu karena koleksi Jenahara dibandrol dengan harga yang menurut saya terjangkau. Tapi, meskipun harga disesuaikan dengan daya beli kustomer Blibli, bukan berarti kualitasnya ikut pula "dipangkas", dong.
♥♥♥Anggun dan Feminim dengan JenaharaSalah satu ciri khas dari rancangan-rancangan karya Jenahara adalah perpaduan antara potongan baju perempuan dengan laki-laki sehingga beberapa memberikan kesan maskulin, namun tidak begitu dengan Minarets yang dibuat khusus untuk Blibli. Minarets justru memiliki potongan-potongan khas perempuan, meski pada beberapa item seperti kemeja dan celana panjang, "jejak" maskulin itu masih terlihat. Barangkali karena Minarets dibuat agar ready to wear itu tadi.
Keunggulan Jenahara terletak pada desain-desainnya yang sederhana dan sedikit motif sehingga mudah di-mix and match. Cocoklah untuk perempuan seperti saya yang sering gagal tampil anggun hanya karena tidak terlalu suka pakaian dengan banyak corak. Unique value-nya justru terletak pada pemilihan bahan dan aksen cutting, lipat, dan tie belt.
Saya yakin, setiap perempuan memiliki selera dan kebijakan masing-masing ketika memilih baju muslim. Pun, setiap orang memiliki warna favorit. Itu sebabnya saya ingin berbagi inspirasi outfit berdasarkan color tune.
Nude Color Tone
Jenahara Zoe-014 D Dress Muslim - Nude / CottonJenahara Glyn JBB-006 T Atasan Muslim-Nude / IDR 339.000,- (237.299) / CottonJenahara Yuna JBB-001 O N Atasan Wanita / IDR 399.000,- / Polyester Jenahara Aimi JBB-011 O Atasan Muslim-Nude / IDR 439.000,- (307.300,-) / PolyesterTidak sulit untuk tampil memukau dengan nude pink. Pink sendiri sudah memberi kesan feminim. Nude pink yang mendekati skin color tone memberikan kesan yang lebih soft dan lebih anggun, cocok dipakai oleh para perempuan Indonesia warna kulit apa pun.
Masing-masing item memiliki keunikan sendiri-sendiri. Jenahara Zoe Nude misalnya, dress ini memiliki aksen unik berupa tumpuk-lipat di bagian lengannya. Atau Jenahara Yuna yang tidak dijahit di bagian kanan kirinya, melainkan disatukan dengan pita.
Berbahan katun dan polyester, keempatnya bisa dipergunakan untuk berbagai kesempatan, baik itu formal maupun kasual. Karena motifnya yang polos, kita bisa bebas berekspresi tanpa takut "tabrakan". Nude pink cocok dipadankan dengan warna-warna seperti putih, hitam, gold, silver, dan brown.
Untuk kesempatan istimewa seperti hari raya atau pesta, padukan dengan high heels, dan clutch, tidak lupa lengkapi dengan kalung sebagai fashion statement. Untuk kesempatan formal lainnya, high heels dan satchel bag bisa dijadikan pilihan. Ingin tampil kasual sekaligus anggun? Saya kira platform, sandal, dan sling bag atau tote bag adalah pilihan terbaik.
Inspirasi Outfit:
Baby Blue Color Tune
Jenahara Zoe JBB-014 D Dress Muslim-Baby Blue / IDR 599.00,- (419.300,-) / Cotton Jenahara Gavi JBB-005 T Atasan Muslim-Baby Blue / IDR 299.000,- (209.300,-) / Cotton Jenahara Yuka JBB-015 S Bawahan Muslim-Baby Blue / IDR 399.000,- (279.300,-) / Polyester Jenahara Quilla JBB-010 D Dress Muslim-Black Baby Blue / IDR 500.000,- (419.300,-) / CottonSaya akui, tidak semua orang nyaman memakai busana berwarna biru, terutama perempuan berkulit sawo matang seperti saya. Tapi, baby blue jelas bisa memberikan kesan feminim karena warnanya yang soft. Untuk perempuan berkulit kuning langsat atau putih, baby blue justru akan membuat si pemakai tampak lebih "terang". As usual, aksen lipit dan tie belt menjadi ciri khas dari desain-desain Jenahara. Baby blue cocok dipadukan dengan jilbab berwarna senada atau satu tone lebih tua, putih, hitam. Pilihan lainnya adalah jilbab bercorak yang memiliki kombinasi warna putih, biru, dan pink.
Inspirasi Outfit:
Brown Color Tone
Jenahara Chia Dress JBBR-001 D Dress Muslim - Brown / IDR 999.000 / TorinoJenahara Alesa Outer JBBR-014 O Atasan Muslim - Brown / IDR 499.000,- / TorinoJenahara Kavi Pants JBBR-016 P Bawahan Muslim - Brown / IDR 499.000,- / TorinoJenahara Nima Outer JBBR-019 O Atasan Muslim - Brown / IDR 499.000,- / TorinoBrown color tone pilihan saya didominasi oleh busana berbahan torino. Kain torino memang sering dipakai untuk membuat gamis karena karakteristiknya yang tebal, bertekstur, jatuh, lembut, dan tidak kaku. Meskipun tebal, kain torino tidak panas dan tidak mudah kusut.Cokelat sering disebut-sebut sebagai warna alam, warna bumi. Memberi kesan yang hangat sekaligus elegan. Tone yang saya pilih ini juga sama-sama memiliki aksen adjustable tie belt sehingga mudah disesuaikan dengan bentuk tubuh dan selera si pemakai. Mau dibuat longgar atau ngepas badan, tergantung pilihan, yang penting tetap syar'i.
Seperti biasa, rancangan Jenahara for Blibli memang sengaja dibuat ready to wear. Long dress, outer, dan palazzo pants bisa dipakai dalam kesempatan apa pun.
Inspirasi Outfit:
Grey Color Tone
Jenahara Afa Top JBBR-012 T atasan muslim - Grey / IDR 419.000 / Cotton PoplinJenahara Gaia JBB-013 T Atasan Muslim-Grey / IDR 419.000,- (293.000,-) / CottonJenahara Shika JBB-012 O Atasan Muslim-Grey / IDR 399.000,- (279.300,-) / Cotton PolyesterJenahara Feta Skirt JBBR-021 R Bawahan Muslim - Grey / IDR 399.000 / RayonAbu-abu, campuran antara hitam dan putih adalah warna yang tidak mengenal kedaluwarsa, akan selalu menjadi trend dari tahun ke tahun. Bisa dipadukan dengan berbagai macam warna tanpa khawatir "tabrak lari".Jenahara Afa Top yang berbahan katun poplin agak unik menurut saya. Berbeda dengan bahan katun yang statis, katun poplin lebih bertekstur dan lentur sehingga agak-agak stretch gitu. Pemilihan bahan lainnya ada pada Jenahara Feta Skirt. Rok panjang ini berbahan rayon yang sering disebut-sebut sebagai sutra buatan. Karakteristiknya agak mengkilap juga tidak mudah kusut. Pilihan bijak untuk sebuah rok.
Detail yang lebih unik terlihat pada desain Shika Outer. Outer ini memiliki potongan high low style, di depannya hanya sampai bawah dada, sedangkan di belakang panjang. Untuk detailnya, Anda bisa melihat di link masing-masing item.
Inspirasi Outfit:
Black and White Color Tone
Jenahara Gyuri JBB-008 D Dress Muslim-Black / IDR 599.000,- (419.300) / JerseyJenahara Neil JBB-007 T Atasan Muslim-White / IDR 419.000 (219.300,-) / PolyesterJenahara Adiva Pants JBBR-009 P Bawahan Muslim - White / IDR 499.000 / CottonJenahara Adyra JBBR-010 D Dress Muslim - White / IDR 799.000 / TorinoDari sekian banyak warna di dunia, hitam dan putih adalah warna busana paling "aman" untuk dikenakan karena cocok untuk setiap orang. I repeat, setiap orang. Jenahara memang terkenal dengan warna-warna monokromnya yang khas.Jenahara Gyuri, misalnya, long dress berwarna hitam ini memang terkesan simpel, sangat simple. Namun aksen cutting yang bisa diaplikasikan sebagai self tie belt di depannya berhasil mempercantik desain secara keseluruhan. Dress ini cocok untuk Anda yang tidak terlalu suka baju muslim dengan terlalu banyak detail. Untuk hari raya atau ke pesta, padukan dengan jilbab hitam bermotif dan clutch. Untuk kegiatan sehari-hari bisa banget dipadukan dengan jilbab hitam atau putih.
Oh iya, karena masing-masing bahan seperti polyester, katun, dan torino sudah saya bahas di tone sebelumnya, kali ini saya ingin membahas bahan jersey. Jersey memiliki karakteristik yang lentur, jatuh, tidak terlalu tebal seperti torino, tapi tidak terlalu tipis seperti katun. Karena karakternya yang elastis, sering salah dikira sebagai spandex. Baju muslim berbahan jersey seperti Jenahara Gyuri Dress sangat cocok digunakan untuk Anda yang berbadan agak bongsor, apalagi warnanya yang hitam akan memberikan kesan langsing.
Yang paling unik adalah Adiva Pants. Celana panjang ini dilengkapi dengan detail berupa lipatan asimetris di bagian depannya. Desainnya lucu sih kalau menurut saya. Jika Anda tidak terlalu suka celana berwarna putih karena khawatir mudah kotor, Adiva Pants tersedia juga dalam warna biru tua.
Inspirasi Outfit:
♥♥♥Oh iya, seluruh koleksi Jenahara yang saya ulas hanya bisa dibeli di Blibli.com, jadi please feel free untuk cuci mata di sana. Sssttt ... ada beberapa item yang sedang diskon, lho. Free ongkir pula. Untuk Anda para lelaki yang sedang kebingungan mencari hadiah bagi istri terkasih, saya kira semua perempuan tidak akan menolak jika dihadiahi Minarets.
Ingin memberi kejutan di hari pernikahan atau hari jadinya? Mudah banget atuh. Tinggal pilih itemnya, beli, dan kirimkan ke rumah atau ke kantor istri Anda.
Well, saya cukupkan sekian pembahasan anggun dan feminim dengan koleksi Minarets dari Jenahara. Sudah menentukan apa warna favorit Anda? Sudah menemukan inspirasi outfit yang cocok? Apa pun pilihan Anda, semoga Anda menjadi lebih anggun dan feminim.
Have a nice day.
Regards,
~eL
Published on July 16, 2016 21:00
July 15, 2016
Menjadi Sebenar-benar Perempuan Cantik
Kulit saya legam, bibir saya tebal, tubuh saya cenderung gempal. Dilihat dari sisi mana pun, saya bukan perempuan berparas dan bertubuh cantik. Sejak kecil hingga remaja, teman-teman selalu memiliki alasan untuk mengejek bentuk fisik saya. Dikatai mirip Dono, dikatai (maaf) negro, dan ejekan lain adalah makanan saya sehari-hari. Saya tumbuh menjadi anak perempuan yang tidak percaya diri.
Karena tidak terlalu banyak anak yang mau berteman dengan saya, saya menghabiskan waktu dengan membaca, belajar, membaca, dan belajar lagi. Karenanya, sejak kelas 3 SD hingga tahun-tahun berikutnya saya selalu menduduki rangking pertama di kelas. Untuk mengungkapkan unek-unek, saya mulai menulis buku harian. Jadi, gaya saya bertutur ketika menulis memang sudah terasah sejak dua puluh tahun silam. Tapi, meskipun juara kelas, toh itu tidak mengubah apa-apa. Saya tetap diejek, dikatai jelek.
Masa remaja adalah mimpi yang lebih buruk. Ketika gadis lain tengah berubah menjadi angsa, saya tetap si itik buruk rupa. Selain menjadi bahan ejekan, saya kerap dimanfaatkan. Ada yang berpura-pura ingin berteman agar bisa mencontek saat ulangan. Ada yang berpura-pura berteman agar saya rela berbagi uang jajan.
Saya remaja yang pendiam, selalu merasa khawatir jika bertemu orang baru. Tidak pernah sekalipun memulai percakapan, bahkan ketika bersama dengan orang-orang yang sudah saya kenal. Ketika gadis-gadis lain berbincang sambil tertawa-tawa di depan kelas atau saling menggoda dengan murid laki-laki, saya menepi ke perpustakaan. Almarhum Pak Izrak, guru agama sekaligus penjaga perpustakaan di SMP saya dulu, adalah kawan setia. Di bangku SMP, saya mulai menulis puisi dan cerpen.
Ketika kawan sebaya berdesakan di depan gang sambil main gitar, saya naik ke loteng untuk membaca buku yang saya pinjam dari perpustakaan sekolah. Ibu kerap berteriak dari bawah dan menyuruh saya turun, mungkin beliau berpikir bahwa kelakuan anak gadisnya kurang normal. Tapi, memang apa lagi yang bisa saya lakukan? Bergabung dengan teman-teman sebaya dan menjadi arca? Saya pernah melakukannya, selama berjam-jam, tak ada satupun orang yang mengajak saya berbicara. Saya adalah gadis tak kasat mata.
Ada yang sedikit berubah ketika SMK. Karena nyaris seluruh muridnya perempuan, rasa percaya diri saya mulai tumbuh. Saya mulai ikut ekstrakulikuler, menjadi pengurus OSIS, masuk Paskibra. Tapi ejekan-ejekan yang berhubungan dengan fisik tetap saja tidak berhenti. Selalu ada orang-orang yang menganggap bahwa dirinya lebih mulia karena fisiknya lebih indah dibandingkan saya sehingga merasa berhak merendahkan.
♥♥♥
Sekeluarnya dari SMK, saya tidak kuliah karena memang orang tua saya tidak memiliki biaya. Saya justru menikah di usia 20 tahun dan bercerai dua tahun kemudian. Saya tidak tahu apa motivasi saya menikah dulu, entah cinta, entah karena mantan suami saya itu pernah mengatakan bahwa saya cantik. Atau mungkin karena yang dikatakan Ibu sehari sebelum pernikahan, "Kamu menikah karena memang siap dan ingin atau karena dia satu-satunya lelaki yang mau sama kamu?"
Rupanya, berpuluh tahun saya menghabiskan hidup hanya demi diinginkan orang-orang. Hanya demi memiliki kawan. Hanya demi dianggap ada.
Di usia 22 tahun, ketika saya sudah resmi menjadi janda dengan satu orang anak, saya pergi merantau untuk bekerja di Lobam, Kepulauan Bintan.
Dunia kerja adalah dunia orang dewasa. Dunia ketika orang-orang dilihat bukan dari bentuk fisiknya, melainkan dari keahliannya. Hanya dibutuhkan waktu 3 bulan bagi saya untuk naik jabatan dari operator menjadi clerk. Di situ saya mulai tahu bahwa kulit saya yang legam, bibir saya yang tebal, dan bentuk tubuh saya yang gempal tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan isi kepala saya.
Saat gadis lain nongkrong di depan gang, berhaha-hihi dengan para pemuda, saya membaca. Mungkin itu yang membuat kepala saya ada isinya. Saat gadis lain berpacaran dan nongkrong di mal, saya kursus komputer. Itu yang membuat keahlian saya "diperhitungkan" di dunia kerja.
Saya mulai tumbuh menjadi orang dewasa yang percaya diri.
♥♥♥
Tahun 2005, di Lobam itulah saya bergabung dengan majelis taklim, mulai sering datang ke kajian, dan memutuskan untuk berjilbab. Sebagai sekretaris majelis taklim sekaligus pemred mading Al-Insan, sebulan sekali saya menjadi guru sukarelawan di Teluk Sasah. Di tahun yang sama pula cerpen yang saya tulis mulai dimuat di media.
Relasi saya dengan orang lain pun ikut membaik. Saya mulai berani berbicara, menyapa, atau mengemukakan pendapat di forum-forum diskusi. Untungnya, saya bertemu dengan orang-orang yang menghargai seseorang bukan dari fisiknya.
Saya pulang kembali ke Bandung tahun 2010, bekerja selama setahun di sebuah pabrik tekstil lalu memutuskan untuk berhenti dan menjadi penulis.
Tahun 2012, saya kembali menikah. Setelah pernikahan, tadinya saya mengira bahwa urusan kecantikan sudah kedaluwarsa, tapi ternyata tidak. Iya, saya memang sudah menjadi perempuan yang lebih percaya diri, sudah menemukan dunia yang saya cintai dan ingin saya geluti, sudah menemukan suami yang kepadanya saya ingin berbakti. Sayangnya kecantikan sekali lagi menjadi mata pisau yang merajam ulu hati.
Sembilan bulan setelah pernikahan, suami saya pergi dengan perempuan lain yang lebih cantik dan lebih muda. Perempuan itu berkata dengan lantang bahwa saya memang pantas ditinggalkan karena saya tidak secantik dirinya.
Rasa sakit akibat ditinggalkan adalah stimulan paling hebat yang bisa membuat seorang perempuan nyaris gila. Saya bahkan pernah berniat mengumpulkan uang untuk pergi ke Korea atau Thailand dan operasi plastik. Saya memakai berbagai kosmetik, mengubah gaya berpakaian, diet ketat hingga nyaris bulimia.
Tapi apakah suami saya kembali? Tidak. Maka sejak saat itu saya berhenti ingin menjadi perempuan cantik berdasarkan standar orang-orang.
♥♥♥
Cantik dari hati #1: Menghargai dan merawat tubuhTahun ini, usia saya genap 33 tahun. Kulit saya masih legam, bibir saya masih tebal, tubuh saya masih saja sedikit gempal. Tapi saya justru merasa cantik. Sejak bertahun lalu, pasca perpisahan itu, saya sudah melepaskan kata cantik dari sekadar bentuk fisik.
Sebab perempuan cantik bukan hanya mereka yang memiliki paras rupawan atau tubuh menawan. Seorang perempuan dikatakan cantik apabila hatinya juga cantik.
Bagi saya, cantik dari hati adalah ketika seorang perempuan menghargai tubuhnya sebagai anugerah dari Tuhan dan merawatnya dengan baik. Tidak, saya tidak lagi ingin operasi plastik. Di usia kepala tiga ini saya mensyukuri tubuh yang saya miliki dengan cara menjaganya agar tetap sehat dan bersih.
Cantik dari hati adalah ketika seorang perempuan memelihara hubungan baiknya secara vertikal dan horizontal. Hubungan baiknya dengan Tuhan, sesama manusia, dan dengan alam. Perempuan cantik adalah ia yang memegang iman dengan teguh dan bermanfaat bagi lingkungan sosialnya.
Cantik dari hati adalah ketika seorang perempuan memiliki kesadaran bahwa isi kepala juga harus senantiasa dirawat. Tubuh menawan tapi isi kepala berantakan rasa-rasanya bukan hal yang pantas dibanggakan. Perempuan cantik adalah ia yang senantiasa menuntut ilmu, perempuan yang cerdas, seperti Aisyah.
Cantik dari hati adalah ketika seorang perempuan berani menggapai mimpi-mimpinya. Ketika hidup tak hanya dianggap sebagai menunggu mati. "Hiduplah selagi kau hidup," begitu yang dikatakan Dee Lestari dalam Supernova.
Saya percaya bahwa saya cantikCantik dari hati adalah ketika seorang perempuan percaya bahwa dirinya cantik. Ketika seorang perempuan menutup telinga dari raungan orang-orang di luar sana yang mengatakan sebaliknya. Sebab manusia memandang manusia lain berdasarkan apa yang ingin mereka lihat. Menuruti standar kecantikan yang dikatakan orang lain adalah menulis di atas air, sia-sia. Lagi pula, tubuh mengalami masa kedaluwarsa. Seorang perempuan yang hari ini dikatakan cantik akan menjadi perempuan renta dengan kulit berkeriput suatu hari nanti. Seorang perempuan yang hari ini dikatakan cantik akan menjadi perempuan yang berjalan terbungkuk-bungkuk, pikun, rabun, dan mengalami gangguan pendengaran. ♥♥♥
Hari ini, ketika menulis catatan ini, saya percaya bahwa diri saya cantik dan akan selalu berusaha menjadi cantik. Tidak peduli apa yang dikatakan orang-orang tentang fisik saya. Sebab cantik bukanlah hal-hal di luar sana, melainkan yang ada di dalam sini. Di dalam hati.
Salam,
~eL
Published on July 15, 2016 08:59
July 14, 2016
Cerita Mengerikan Seputar THR
Dari sekian banyak keahlian yang saya miliki, saya paling ahli menghabiskan uang. Kalau tidak membeli sesuatu yang tidak berguna, biasanya saya akan menghabiskannya entah untuk apa. Keahlian saya yang satu ini biasanya akan meningkat menjelang hari raya, saat THR tiba.
Karena tahun ini saya tidak punya THR, maka saya ingin bercerita tentang Lebaran dua tahun ke belakang, saat saya masih mengandung Aksa. Waktu itu, menjelang Lebaran, saya mendapat rezeki sebesar 6 juta rupiah, jumlah uang yang seumur hidup baru kali itu saya miliki.
Lalu apa yang saya lakukan dengan uang sebanyak itu? Belanja. Iya, belanja kebutuhan bayi dari mulai popok sampai kasur bayi yang sebetulnya tidak terlalu diperlukan. Kalau tidak salah, saya menghabiskan sekitar dua juta rupiah. Tampar saya, Kak. Tampar!
Bukannya disimpan, saya malah mengajak Ibu dan Salwa ke supermarket, mempersilakan mereka membeli apa saja kebutuhan untuk Lebaran. Oh, dan tak lupa membelikan mereka baju.
Singkat cerita, ketika Lebaran tiba, uang sejumlah itu hanya tersisa 1 juta padahal saya masih harus mengalokasikan dana untuk biaya lahiran. Pusing pala Neng, Kang. Hiks.
Jadi begitulah, THR bagi saya adalah berkah sekaligus "kutukan". Setelah uang betul-betul habis, saya selalu berjanji dalam hati bahwa kali lain akan lebih berhemat dan hanya membeli sesuai kebutuhan, tapi tahun depannya hal yang sama terus berulang.
Untungnya, keahlian saya ini hanya kambuh menjelang hari raya sedangkan di hari lainnya saya sama saja lebih bisa berhemat lah.
Karena tahun ini saya tidak punya THR, maka saya ingin bercerita tentang Lebaran dua tahun ke belakang, saat saya masih mengandung Aksa. Waktu itu, menjelang Lebaran, saya mendapat rezeki sebesar 6 juta rupiah, jumlah uang yang seumur hidup baru kali itu saya miliki.
Lalu apa yang saya lakukan dengan uang sebanyak itu? Belanja. Iya, belanja kebutuhan bayi dari mulai popok sampai kasur bayi yang sebetulnya tidak terlalu diperlukan. Kalau tidak salah, saya menghabiskan sekitar dua juta rupiah. Tampar saya, Kak. Tampar!
Bukannya disimpan, saya malah mengajak Ibu dan Salwa ke supermarket, mempersilakan mereka membeli apa saja kebutuhan untuk Lebaran. Oh, dan tak lupa membelikan mereka baju.
Singkat cerita, ketika Lebaran tiba, uang sejumlah itu hanya tersisa 1 juta padahal saya masih harus mengalokasikan dana untuk biaya lahiran. Pusing pala Neng, Kang. Hiks.
Jadi begitulah, THR bagi saya adalah berkah sekaligus "kutukan". Setelah uang betul-betul habis, saya selalu berjanji dalam hati bahwa kali lain akan lebih berhemat dan hanya membeli sesuai kebutuhan, tapi tahun depannya hal yang sama terus berulang.
Untungnya, keahlian saya ini hanya kambuh menjelang hari raya sedangkan di hari lainnya saya sama saja lebih bisa berhemat lah.
Published on July 14, 2016 09:33
July 13, 2016
Darimu, Nani
Tidak banyak yang berubah dari Nani, senyumnya masih sama, gaya bicaranya masih sama, caranya memanggil nama saya juga masih sama. Ia masih perempuan yang saya kenal sejak puluhan tahun silam, teman sekampung, teman sepermainan, teman satu kelas ketika SD. Yang berbeda mungkin hanya raut wajahnya yang dimakan usia, sama seperti wajah saya, juga anak-anak yang kini memanggilnya “mamah”.
Perempuan ini, Nani, agak kurang beruntung dalam hal sekolah. Berbeda dengan saya yang bisa mengenyam pendidikan sampai SMK, ia justru harus berhenti sampai SD. Apalagi kalau bukan karena faktor biaya. Ketika saya SMP, Nani sudah bekerja di pabrik pembuatan boneka. Ketika remaja, saat saya masih berkutat dengan buku-buku pelajaran, novel, dan Linkin Park, Nani sudah bekerja di pabrik tekstil. Ia hanya satu dari sekian perempuan Babakan lain yang menjadi bagian dari dosa-dosa Disnaker: buruh di bawah umur.
Belasan tahun silam, saya sempat berpikir bahwa perempuan-perempuan sebaya saya yang tidak mengenyam pendidikan cukup sama sekali tidak memiliki harapan dalam hidup. Namun, garis tangan setiap orang adalah hak prerogatif Tuhan. Siapalah saya yang berani-beraninya meramalkan kisah hidup Nani? ♥♥♥Saya sudah meninggalkan Babakan Sukaresik, kampung tempat saya lahir dan dibesarkan, sejak tahun 2003. Hanya kembali sesekali atau saat Idul Fitri. Sebetulnya, Babakan agak kurang tepat disebut kampung karena letaknya yang berada di Kota Bandung, diapit oleh perumahan mewah, hotel megah, dan pusat-pusat perbelanjaan untuk kelas menengah. Meski pada hakikatnya, Babakan tetap saja kampung. Berisi rumah-rumah kecil yang berdesakan, diarsir dua buah gang yang tak lebih lebar dari teras di kosan saya. Penduduknya pun masih sama, berisi para lelaki yang nyaris seluruhnya bekerja sebagai kuli bangunan, para perempuan yang bekerja sebagai buruh cuci atau pelayan, dan anak-anak yang dua pertiganya lulus SMU dengan susah payah sedangkan sisanya putus sekolah. Dalam satu dekade, hanya lima orang yang mengenyam bangku kuliah.
Di momen-momen Lebaran itulah saya akan bertemu Nani, ibu rumah tangga biasa yang sekarang bekerja sebagai buruh cuci, lulusan SD, punya tiga orang anak, tapi hidupnya ... bahagia.
Setiap kali pulang kampung, cerita tentang Nani dan kehidupan rumah tangganya kerap mampir di telinga saya. Bahwa suaminya, meskipun mantan preman, adalah lelaki yang betul-betul bertanggung jawab. Lelaki yang tidak pernah malu mengerjakan apa pun dari mulai kuli bangunan, tukang parkir, berdagang, sampai makelar untuk pembuatan STNK. Bahwa sejak berumah tangga, suaminya rajin ke masjid, tidak banyak tingkah seperti mantan preman lainnya.
Orang-orang di kampung saya selalu memiliki alasan untuk bergunjing tentang siapa saja, tapi Nani adalah pengecualian. Cerita tentang Nani paling-paling hanya seputar bahwa sekarang rumahnya yang sepetak itu sudah dibangun menjadi tiga tingkat sehingga anak-anaknya punya tempat untuk tidur, tidak lagi berdesakan di ruangan 4x4 meter yang merupakan tanah warisan dari orang tua Nani.
Suatu kali, entah di Lebaran yang mana, saya lupa, kami sempat berbincang bersama kawan sebaya lainnya. Biasalah, bertukar kabar dan bercerita tentang anak-anak, sesekali menertawakan masa kanak-kanak kami sendiri.
“Usan mah enak ya, kerja di kantor, punya duit sendiri. Bebas ke mana-mana, dandan cantik. Kadang aku iri sama kamu,” kata Nani.
Saya tertawa mendengar ucapannya, “Aku kerja karena terpaksa, Nan. Karena aku nggak punya suami. Aku justru lebih iri sama kamu, punya suami yang bertanggung jawab, bisa tinggal bersama anak-anak kamu. Aku dandan karena tuntutan pekerjaan, bukan karena ingin terlihat gaya atau kaya.”
Dia diam, mungkin merenung, mungkin sedang mencerna kata-kata saya.
“Kamu bahagia, Nan?” tanya saya kemudian.
Ia mengangguk, tersenyum.
“Aku tidak ... belum,” pandangan saya menerawang udara. “Aku bekerja karena tidak punya banyak pilihan. Kalau aku punya, aku ingin seperti kamu, jadi ibu rumah tangga, mengurus anak-anak.”
“Dan punya suami buruh bangunan?” celetuknya disertai tawa tertahan.
Tawa saya pun ikut berderai. “Lelaki, Nan. Tidak dilihat dari jenis pekerjaannya, tapi dari perannya terhadap keluarga. Aku sudah pernah menikah berkali-kali, ingat? Aku sudah pernah berurusan dengan berbagai macam lelaki yang memiliki pekerjaan dan jabatan jauh lebih tinggi daripada suami kamu. Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang cukup sadar untuk menjadi suami dan ayah, seperti suami kamu.”
Kening Nani berkerut.
“Jadi apa yang membuat hidup kamu bahagia?” kali ini saya yang bertanya.
“Nggak tahu, daaku mah hidup ya jalani aja. Syukuri yang aku punya. Nggak terlalu banyak keinginan, seadanya, sederhana.”
Sederhana. Seadanya. Sekadar menjalani hidup tanpa banyak keinginan. Dada saya tertohok. Konsep bahagia ternyata tak sepelik seperti yang saya pikirkan.♥♥♥Lebaran tahun ini, saya kembali bertemu dengan Nani, saling berjabat tangan, bertukar kabar. Anaknya sudah bertambah menjadi empat orang. Namun, si bungsu bukan anak kandungnya, melainkan anak saudara yang ia urus karena ibu anak itu meninggal dunia.
Ah, Nani. Di tengah kesederhanaan, kau bahkan masih sempat menjadi payung bagi manusia lainnya. Dan senyum itu masih sama, senyum perempuan yang saya kenal sejak puluhan tahun silam. Caranya memanggil nama saya masih sama, seperti puluhan tahun silam, ketika kami masih sama-sama berlomba menghafal Alquran, ketika kami masih sering bermain di tegalan, ketika kami masih kanak-kanak.
Nani, perempuan yang hanya saya temui setahun sekali. Yang berbahagia dengan caranya sendiri. Nani, seorang istri dan ibu yang jauh dari ingar bingar dunia yang selama ini saya jalani.
Berbahagialah selalu, kawan. Tahun depan, jika kita diberi usia untuk berjumpa lagi, semoga kita masih bisa berbincang sambil tertawa. Semoga bisa kukatakan kalimat-kalimat yang selama ini kusimpan.
“Aku sedang belajar berbahagia, Nani. Dengan cara paling sederhana. Cara yang kau ajarkan.”
~eL
Published on July 13, 2016 03:37
July 1, 2016
[REPORTASE] Menjemput Ilmu di Bukber CNI
"Teh, ilmu mah teu beurat mawana."
Itu yang selalu dikatakan Ibu. Bahwa ilmu tidak berat dibawa, bahwa ilmu bisa dicari di mana saja, bahwa ilmu layaknya udara yang bertebaran di alam semesta. Yang perlu saya lakukan hanyalah mengosongkan gelas di dalam kepala agar bisa diisi oleh ilmu baru yang belum saya tahu.
Maka hari itu, Minggu, 12 Juni 2016, berangkatlah saya ke Jakarta. Lebih tepatnya ke Casadina Kitchen & Bakery di Kuningan untuk menjemput ilmu baru. Bukber Blogger dengan tema "How to Be a Bloggerpreneur", begitu acara ini dinamai. Bukber blogger ini diinisiasi oleh CNI, brand yang sudah familiar sejak belasan tahun silam dan diisi oleh dua orang blogger senior sekaligus dua orang yang selalu saya anggap sebagai mentor: Teh Ani Berta dan Kak Haya Aliya Zaki.
Bukan hanya ilmu dan materi yang saya "kejar" saat itu, melainkan juga silaturahmi dengan blogger-blogger lain yang tidak bisa setiap hari saya temui. Sebuah kesempatan yang jarang sekali terjadi mengingat saya sendiri tinggal di Cimahi, sedangkan mereka tersebar di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
✎HOW TO BE A BLOGGERPRENEUR
Acara dimulai pukul 16.30. Saya sendiri sudah berangkat dari Cimahi sejak pukul 12.03, menumpang kereta seperti biasa. Materi pertama disampaikan oleh Teh Ani Berta, tentang bagaimana menjadi seorang bloggerpreneur. Saya kurang paham awal mula sebutan ini berasal, yang jelas saat ini blogger adalah sebuah profesi yang bisa dibilang nyaris sama dengan wirausaha.
Yang pertama disampaikan adalah bahwa semua orang, dengan profesi apa pun, bisa menjadi seorang bloggerpreneur. Baik itu pekerja kantoran, profesional, penulis, pelajar, atau profesi lain. Yang diperlukan adalah skill, blog, dan sumber daya lainnya.
Skill apa saja yang harus dimiliki seorang bloggerpreneur? Tentu saja skill menulis, lainnya adalah pengetahuan tentang teknologi, dan skill lain yang mendukung. Fotografi, desain, membuat video, adalah tiga skill lain yang diharapkan dimiliki oleh seorang bloggerpreneur.
Lalu, bagaimana caranya agar bisa menjadi bloggerpreneur? Setidaknya ada 5 poin yang mesti kita lakukan:
Membangun pondasi Membangun interaksi Memperluas jaringan Marketing dan portofolio Action Detailnya bisa Anda dapatkan di livetweet yang kami lakukan dengan hastag #BukberCNI.
✎
Dari materi yang disampaikan oleh Teh Ani, setidaknya ada beberapa poin yang saya garis bawahi dan dengan senang hati saya bagi:
1. Skill PendukungKeahlian selain menulis adalah investasi jangka panjang untuk seorang bloggerpreneur. Hari ini, seperti yang kita semua sadari, sebuah blog bukan hanya media tulisan, melainkan juga media komunikasi baik itu visual maupun audio visual. Itu sebabnya mengapa keahlian seperti desain, fotografi, dan videografi diperlukan jika ingin menjadi seorang profesional.
2. Niche yang Unik Di tengah jutaan website yang tersebar di seluruh dunia, keunikan sebuah blog semacam seseorang yang memakai baju merah di lautan orang yang memakai baju biru: mudah ditemukan dan -ini yang paling menyenangkan- mudah dicari oleh brand.
3. PeluangTidak dapat dipungkiri bahwa banyak sekali peluang di dunia blogging. Sebelum datang ke acara "Bukber CNI", saya hanya tahu bahwa peluang di dunia blog adalah lomba, sponsored post, content writer, dan afiliasi. Ternyata nih, peluang yang ada tidak terbatas hanya itu. Kita juga bisa menjadi content planner, buzzer, social media specialist, dan sebagainya.
Anyway, sebagai blogger yang juga merangkap desainer, job-job berbau desain sudah pasti ikut menjadi peluang, lho. Jasa modifikasi template blog, misalnya. Atau jasa pembuatan infografik. #ehem
4. Kartu NamaKartu nama itu penting untuk networking. Meski semua kontak nyaris dikover oleh teknologi, tapi kartu nama sebagai frontline "jual diri" konvensional masih harus tetap dimiliki oleh para blogger. Jadi, bawalah kartu nama setiap kali ke event blogger agar menang doorprize, eh, agar dapat digunakan untuk membangun networking.
Apakah networking ini hanya sebatas dengan brand? Oh, tentu tidak, Marisol! Membangun jaringan sama seperti ibadah: vertikal dan horizontal. Selain dengan brand, kita juga disarankan untuk membangun jaringan dengan sesama blogger. Benefitnya apa? Ini pengalaman pribadi sih, kenal dan menjaga hubungan baik dengan sesama blogger berfungsi sebagai sumber testimoni dan referensi. Misalnya, ketika seorang blogger di-hire oleh brand lalu si brand meminta rekomendasi blogger lain, bukan tidak mungkin kalau nama dan kontak kitalah yang diberikan kepada brand. 5. Narsis Prestasi Pamer prestasi di media sosial selalu menjadi pro dan kontra di kalangan blogger. Ada yang menyebutkan bahwa terus-menerus memamerkan prestasi adalah sebentuk krisis eksistensialisme, ada pula yang menyebutkan bahwa itu adalah sebagian dari personal branding. Saya sendiri setuju dengan apa yang dikatakan Teh Ani, bahwa mengabarkan sebuah pencapaian positif di media sosial adalah salah satu langkah untuk menjadi seorang bloggerpreneur. Tapi, harus tetap memerhatikan caranya karena walau bagaimanapun media sosial adalah media komunikasi lisan yang dituliskan dan memiliki kans salah interpretasi.
6. Parameter PrestasiSalah satu klausul dalam "How to Be a Bloggerpreneur" adalah membuat proyek kecil-kecilan. Misalnya, membuat kelas pelatihan atau sharing session. Tapi, sebelum melakukan aksi, ada parameter yang harus dipenuhi. Yaitu telah berkontribusi terhadap orang banyak dan menguasai apa yang akan disampaikan dalam pelatihan. Jadi, kalau misalnya ada blogger yang tiba-tiba membuat pelatihan tentang bagaimana memenangkan lomba blog sementara dia sendiri baru menang di satu-dua lomba, ini patut dicurigai. Setidaknya, sang blogger pantas diberikan cermin agar ia lebih tahu diri. #eh
Lalu bagaimana kalau ada blogger yang sering jadi "bintang tamu" dalam pelatihan desain berbayar? Jika blogger itu adalah perempuan keren berambut pendek dengan ciri-ciri memakai jeans (kadang bolong kadang tidak), kaos abu-abu, dan kemeja flannel, ikut saja pelatihannya. Meski ilmu desainnya masih setitik debu, ia akan dengan senang hati membagikannya kepada Anda. (Paragraf ini mengandung unsur promosi)✎ GET OPPORTUNITIES FROM WRITING HEALTH CONTENT
Sesi kedua yang sempat terpenggal oleh acara buka puasa ini disampaikan oleh Kak Haya Aliya Zaki. Dewasa ini, hidup sehat sudah menjadi semacam lifestyle, itu sebabnya mengapa menulis konten kesehatan adalah sebuah kesempatan yang sayang sekali jika dilewatkan.
Apakah hanya mereka yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan yang bisa menulis ini? Tentu saja tidak, blogger mana pun bisa menulis konten kesehatan asalkan memiliki passion di bidang ini.
Poin-poin yang disampaikan oleh Kak Haya nyaris sama dengan yang disampaikan oleh Teh Ani di sesi sebelumnya. Ada beberapa yang saya garis bawahi:
1. PassionUntuk menulis konten kesehatan, bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Tidak perlulah membahas masalah-masalah kesehatan yang jauh dari jangkauan karena walau bagaimanapun menulis konten kesehatan tetap membutuhkan referensi yang valid.
Yang saya simpulkan dari poin ini adalah bahwa sebagai blogger, yang kita bagikan adalah pengalaman, bukan rujukan ahli. Ya kecuali Anda memang ahli di bidang yang sedang Anda bahas.
2. Personal BrandingNgomong-ngomong, apa sih personal branding itu? Personal branding adalah hal yang diingat oleh orang-orang ketika Anda tidak sedang berada satu ruangan dengan mereka. Berkaitan dengan konten kesehatan, tunjukkan gaya hidup sehat di media sosial. Misalnya, seperti Mbak Widyanti Yuliandari yang konsisten dengan food combining-nya. Atau Kak Zata dengan ngangkat tabung gas olahraganya.
Saya sendiri, meskipun masih jadi vegan kafiran, sudah beberapa kali menulis konten bertema kesehatan seperti "Perempuan yang Selalu Bermusuhan dengan Dapur" atau "I am Beautiful No Matter What They Say".
3. VolunteerMenjadi volunteer atau sukarelawan adalah salah satu cara untuk berkontribusi terhadap kemanusiaan. Sukarelawan di sini maksudnya Anda tak harus menjadi aktivis yang turun ke jalan atau harus bergabung dengan NGO-NGO. Bisa juga dengan cara menulis konten untuk website-website yang memang memberikan manfaat untuk hajat hidup orang banyak.
Saya sendiri, sebagai personal social responsibility, memang aktif sebagai relawan di Indorelawan.org. Sampai hari ini berkontribusi di dua kegiatan. Selain itu, menjadi co-founder Komunitas Nyala, sebuah komunitas yang berkegiatan di isu-isu pelecehan seksual terhadap anak-anak.
Menjadi sukarelawan bagus untuk personal branding, tapi jangan menjadikan ini sebagai modus belaka. IMHO, di tengah gempuran monetesasi blog, melakukan kerja-kerja sosial adalah sebuah tali kekang agar saya terus diingatkan bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dinilai oleh uang.
4. NetworkingLagi-lagi, networking dibahas. Di pembahasan kali ini, Kak Haya lebih menekankan kepada how to communicate with client. Untuk tujuan jangka panjang, membangun komunikasi dengan klien tidak sebatas ketika ada job. Saling menyapa di media sosial, mengirimkan e-mail ucapan di hari raya, atau mengucapkan selamat ketika klien mendapatkan achievement adalah langkah-langkah bijaksana untuk membangun jaringan.
5. EngagementSeterkenal apa pun seorang blogger, ia tetap bukan siapa-siapa tanpa para pembacanya. Sempatkanlah waktu untuk membalas komentar-komentar di blog, apalagi jika komentar itu berupa pertanyaan. Mengapa ini penting? Sponsored post atau bukan, blogger yang rajin membalas komentar di blognya akan mendapat nilai plus di mata brand.
Blogwalking itu penting, tapi membalas komentar di blog sendiri juga penting.
6. Diksi SederhanaKetika menulis konten kesehatan, kita selalu tergoda untuk menggunakan istilah-istilah asing. Sebagian karena istilah-istilah kesehatan memang sulit dicari padanan katanya, sebagian karena hanya ingin pamer biar dikira cerdas. Mohon maaf, kadang saya juga begitu. Nah, karena pembaca blogpost memiliki latar belakang wawasan yang berbeda-beda, pilihlah kata-kata atau istilah yang sederhana. Jika terpaksa menggunakan istilah asing atau istilah medis yang belum familiar, gunakan penjelasan di dalam kurung atau deskripsi singkat.
7. SoftsellingJika Anda sedang menulis konten kesehatan yang berupa sponsored post, gunakan teknik softselling atau sesuai brief yang diberikan klien. Pastikan bahwa konten Anda tidak ditujukan untuk menjual produk, tapi manfaatnya. Because bloggers sells stories, not products.
✎OLEH-OLEH DARI CNISebetulnya, yang dibahas oleh Teh Ani dan Kak Haya jauh lebih banyak daripada yang saya sampaikan di dalam blogpost ini. Kak Haya bahkan membahas teknik wawancara dengan pasien sebagai narasumber. Sayangnya, tidak bisa saya jabarkan seluruhnya karena akan memakan dua ribu scroll down. (Oke, yang ini lebay)
Karena keterbatasan waktu, acara harus diakhiri sekitar pukul 20.00, agak molor dari jadwal yang seharusnya pukul 19.30. Seperti biasa, ada pengumuman lomba livetweet dong, dan tumben-tumbenan saya jadi salah satu pemenangnya. Sssttt ... ini kali pertama saya menang lomba livetweet, lho. Yeee ... dapet stok Up Hot Chocolate dan Ginseng Coffee, yeee. (norak lu, Chan)✎
Sudah menjadi semacam kebiasaan, setiap kali pulang dari acara blogger, biasanya saya bagi-bagi buah tangan kepada tetangga atau keluarga, sekadar berbagi rasa bahagia. Pun kali ini. Saya tinggal sendiri, meski nyaris setiap hari saya mengonsumsi teh, kopi, dan cokelat, toh stok sebegitu banyak tidak akan habis dalam waktu dua minggu. Lagi pula, jikapun habis, saya bisa dengan mudah membelinya kembali.
Untuk membeli Up Hot Chocolate favorit saya atau Up Green Tea yang membantu diet dan melancarkan metabolisme, saya bisa berbelanja online di www.geraicni.com. Langkah-langkahnya pun cukup mudah:Pilih produk.Klik "View Cart".Checkout jika sudah selesai berbelanja (klik "Belanja lagi" jika Anda masih ingin membeli produk lain).Login (atau register bagi Anda yang belum memiliki akun).Akan ada pertanyaan "Apakah Anda member CNI?". Jika "Ya", klik lalu masukkan nomor N Anda, tanggal lahir, dan nomor telepon. Jika bukan, just simply klik "Bukan".Masukkan alamat pengiriman.Pilih metode pengiriman.Pilih metode pembayaran.Lakukan pembayaran.Konfirmasi.Selesai.That's it, saya tinggal menunggu produk dikirim ke rumah. Atau jika Anda tertarik untuk berbisnis bersama CNI, caranya juga sama mudahnya, Anda bisa memanfaatkan fitur afiliasi. Seperti apa sih fitur afiliasi? Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa baca-baca di sini. ✎HAL-HAL LAIN YANG TAK KALAH SERU
Oh iya, malam itu kami juga kedatangan bintang tamu, penyanyi cantik Windy Ghemary yang baru mengeluarkan single terbarunya "Masih Mencintamu". Windy sempat juga mengutarakan niatnya untuk menjadi blogger yang tentu saja saya sahuti dengan, "Nggak usah, Wind. Kita udah cukup punya banyak saingan." :D
Well, selain segudang ilmu yang saya dapat, saya juga bisa bertemu dengan blogger-blogger lain yang sebelumnya belum pernah bertemu. Aprie sempat membuka kelas kilat how to apply eyeliner like a real beauty blogger. Sayangnya, dengan Kak Zata cuma sempat foto selfie, tidak sempat minta tip bagaimana berolahraga secara istiqomah. Sempat pula bertemu dengan Kang Matahari Timoer yang ternyata seorang blogger senior meski wajahnya sudah jauh berubah dari terakhir kali kami bertemu di Bogor beberapa tahun lalu sampai-sampai saya tidak mengenalinya kalau beliau tidak menyapa duluan. Maaf ya, Kang, saya emang lebih mudah mengingat mantan daripada teman. #eh
Acara berakhir, kami saling berpamitan. Saya pulang membawa ilmu baru dan semangat yang semakin menyala. Bahwa ilmu selalu memiliki pintu untuk dituju. Bahwa menjadi seorang blogger adalah ruas jalan penuh kesempatan dan pelajaran.
Salam,
~eL
Published on July 01, 2016 14:35
May 13, 2016
Cara Daftar & Pasang Indihome
Saya masuk ke ruangan, mengambil nomor antrean, menunggu 10 menit, dipanggil ke konter, lalu:
Petugas: Selamat pagi, saya Nadia. Ada yang bisa saya bantu?
Saya: Saya mau pasang Indihome.
Petugas: Maksudnya bayar Indihome?
Saya: Mau pasang baru, Mbak. Pasang! *muka serem
Petugas: *termenung sebentar
Saya: Mbak, hallloowww. Saya mau daftar Indihome lho, Mbak.
Petugas: Nggg ... pasang Indihome mah di sebelah, Teh. Di Telkom, ini mah kantor pos.
Saya: Hah? Aih, mampus gue. Permisiiii. *kabur
Insiden salah masuk ini sengaja saya jabarkan di bagian awal agar Anda paham dan berhati-hati. Di banyak cabang, Plasa Telkom memang seperti sengaja dibangun bersebelahan dengan kantor pos. Ini pasti konspirasi untuk mengecoh cewek-cewek kurang konsentrasi seperti saya, seperti Anda juga. Waspadalah! Usahakan Anda tidak sedang dehidrasi atau baru patah hati sebelum berangkat ke Plasa Telkom terdekat.
Tapi, sebelum saya melanjutkan pembahasan, saya ingin menyampaikan disclaimer terlebih dahulu. Ini bukan postingan berbayar, saya menulis ini karena ingin berbagi pengalaman. Adapun kualitas provider penyedia Internet fiber optik layaknya hati gebetan: sangat tergantung siklus bulan.
Oke, sebetulnya cara daftar dan pasang Indihome di rumah itu sangat sederhana. Saking sederhananya sampai-sampai banyak orang yang tidak tahu.
PENDAFTARANAda dua metode pendaftaran: online dan offline. Untuk online, Anda bisa mendaftar di website Indihome meski metode pertama ini tidak saya sarankan karena saya pernah melakukannya dan berbulan-bulan tidak di-follow up.
Offline: Datanglah ke Plasa Telkom terdekat. Sebetulnya, Anda bisa mendaftar di Plasa Telkom mana saja, tapi untuk pemasangan akan diteruskan ke Plasa Telkom yang paling dekat dengan lokasi rumah Anda. Jadi, agar lebih cepat ditindak lanjuti, saya sarankan untuk datang ke Plasa Telkom di wilayah Anda. Cara mengetahuinya? Googling atuh euy. *dicabok
Tip: Hindari mendaftar via marketing atau akun-akun Twitter tidak resmi yang mengaku sebagai authorized marketing Telkom. Ini provider, bukan online shop tempat jualan sepatu, nggak usahlah ada reseller segala.
1. Datang ke Plasa TelkomHarap perhatikan baik-baik yang mana Plasa Telkom dan yang mana kantor pos. Itu saja tip dari saya. Jangan lupa bawa KTP.
2. Isi FormulirDi konter, Anda akan diminta untuk mengisi formulir dengan data-data yang diperlukan dan diminta menggambarkan denah menuju rumah Anda. Catat baik-baik, rumah Anda ya, jangan rumah mantan. (garing gini candaan lu, Chan)
FYI, ada beberapa wilayah yang sudah cover up dengan jaringan fiber optik, ada juga yang belum. Untuk yang sudah terkover, bersyukurlah. Untuk yang belum, ada dua opsi: dipasang fiber optik terlebih dahulu atau memakai jaringan entah apa itu namanya saya lupa.
Untuk wilayah-wilayah pasisian seperti rumahnya Armita Fibriyanti, biasanya hanya akan dipasang jaringan fiber optik apabila ada banyak permintaan di wilayah yang sama. So, saya sarankan untuk daftar secara kolektif agar hati Telkom tergerak.
Simpan potongan bukti pendaftaran baik-baik.
3. BiayaGratis. Sekali lagi, daftar Indihome itu gratis. Kalau ada yang menawarkan jasa pemasangan Indihome dan meminta sejumlah uang, segera laporkan.
BIAYA PAKET INDIHOMEAda dua macam paket, kuota dan unlimited. Sayangnya, kedua-duanya bundling (telepon, Internet, UseeTV, dan Movin). Kita tidak bisa memilih Internet saja atau TV kabel saja. Saya tidak tahu mengapa Telkom menerapkan kebijakan seperti ini, tapi saya curiga bahwa ini adalah usaha masif untuk meng-counter serangan sinetron-sinetron dan drama Uttaran. Agar penduduk Indonesia lebih banyak menonton CSI. #eh
Berikut dua paket indihome yang saya dapat dari Plasa Telkom Cabang Cimahi.
Tip:Di website-nya, ada pilihan non-bundling, tapi ketika datang ke Plasa Telkom, tidak ada tuh yang non-bundling. Barangkali pilihan itu hanya untuk di beberapa lokasi, entahlah. Satuan Mbps adalah kecepatan Internet. Sekadar saran, 10 Mbps sudah sangat cepat sih untuk saya mah karena beberapa bulan lalu pernah numpang Indihome punya tetangga (sebelum dicabut karena telat bayar. Bwahahah). Mengingat harga yang ditawarkan belum termasuk biaya sewa peralatan dan lain-lain yang informasinya tidak saya dapatkan di konter maupun di website, saya sarankan untuk memilih paket yang sesuai dengan kebutuhan Anda. FYI, paket basic dengan kecepatan 10 Mbps dan kuota unlimited saja bisa digunakan untuk beberapa kamar kosan. Kecuali Anda ingin membuka warnet atau kafe dengan fasilitas free Wifi, sekali lagi saya sarankan pilihlah paket sesuai kebutuhan. Semua biaya akan ditagihkan pada akhir bulan pertama pemakaian, bukan di awal. Hati-hati terhadap penipuan dari oknum-oknum. PEMASANGANSebelum dipasang, lokasi Anda akan disurvey terlebih dahulu oleh orang lapangan. Ini untuk mengecek beberapa hal: ketersediaan tiang telepon, kesulitan medan, berapa banyak kabel yang diperlukan, dan lain-lain.
Jangka waktu dari sejak pendaftaran sampai ke survey biasanya satu atau dua hari, tergantung kepada kesibukan orang lapangan. In my case, saya daftar pagi-pagi, petugas surveynya datang siang harinya. I appreciate Telkom so much for this.
Jika sudah disurvey, maka akan ada petugas lain yang melakukan pemasangan. Siapkan ruang khusus yang aman dari jangkauan anak-anak untuk memasang STB (betul kan ya ini namanya?) dan perangkat lainnya. Karena kamar kos saya cuma segitu-gitunya, jadi perangkat dipasang di atas lemari. Kenapa di atas lemari? Karena cuma itu tempat yang tidak bisa dijangkau Aksa. Kalau saya punya ruang bawah tanah mungkin akan memasangnya di sana. (Har, moal aya sinyal meureun, Chan? Koplok maneh mah)
Jangka waktu dari pendaftaran - survey - pemasangan ini memakan waktu paling lama satu minggu. Jika dalam waktu seminggu Indihome Anda belum juga dipasang, silakan datang ke Plasa Telkom tempat Anda mendaftar. Mention di Twitter? No, saya tidak menyarankan itu.
Oh iya, ini sekaligus masukan untuk para admin Telkomcare di Twitter, saya kira ada sistem khusus yang menandai mana mention yang sudah dibalas dan mana yang belum. Usahakan jangan menjawab pertanyaan yang sudah dijawab oleh admin sebelumnya. Lieur aing euy, lain kunanaon.
Tip:Satu-satunya biaya yang dibebankan ketika pemasangan adalah biaya kelebihan kabel. Itu pun setahu saya dibayarkan di Plasa Telkom, bukan di lapangan. Jangan melakukan pembayaran kepada petugas lapangan, dalam bentuk apa pun. Pembayaran akan ditagihkan di akhir bulan pertama pemakaian, bukan di awal. Jika ada petugas yang datang dan mengaku dari Telkom serta menawarkan "jasa pemasangan" dengan jumlah biaya tertentu atau dengan bisik-bisik semacam, "Saya sih cuma mau bantuin biar cepet dipasang," abaikan saja. Edukasi diri Anda sendiri dengan "say no to pungli". Jika Anda sudah telanjur membayar biaya di luar Plasa Telkom, silakan buat pengaduan agar biaya yang sudah Anda keluarkan dialokasikan untuk pembayaran bulan berikutnya. Bisa? Oh tentu saja bisa. Kalau tidak bisa juga, bikin ribut aja di Twitter. #ehPEMBAYARANSetahu saya, tagihan akan keluar tanggal 20 setiap bulannya. CMIIW. Banyak sekali metode pembayaran yang bisa dijadikan pilihan:
Plasa TelkomKantor posAuto debitATMMetode pembayaran ini nanti lah ya saya buat di postingan baru biar tidak lieur. Bagaimana jika ada petugas yang memungut bayaran ke rumah Anda? Abaikan, ya kali belanja online pake COD segala.
...
Bagi seorang blogger, desainer, dan aktivis online shop yang membutuhkan akses Internet sedemikian besar, saya kira jaringan fiber optik ini adalah sebuah kebutuhan, bukan lagi keinginan. Saya sendiri memutuskan untuk memasang jaringan fiber optik di kosan bukan untuk gaya-gayaan, tapi karena beberapa pertimbangan:
Kebutuhan kuota yang besar. File desain itu bergiga-giga, kawan. Mengandalkan modem atau tethering dari smartphone saja akan membuat saya bangkrut seketika. Kecepatan. Fiber optik berbeda dengan jenis jaringan lainnya, lebih stabil baik dari segi kecepatan maupun performa. Saya membutuhkan Internet yang bisa dipakai pada saat hari cerah maupun hujan badai. Hemat. Biaya sebesar kira-kira 400 ribu/bulan untuk Internet saya kira sepadan dengan kemudahan yang saya dapatkan. Toh saya membebankan biaya Internet ke dalam ratecard sponsored post saya (euheum). Ya, anggaplah ini sebagai investasi. Bekerja juga butuh modal, toh? Kan nggak lucu kalau tiba-tiba brand meminta revisi atau editor meminta dikirim file desain tapi saya tidak bisa melakukannya karena habis kuota. Mau dikemanakan wajah saya yang kece ini, coba? *oke, Anda boleh tampar saya sekarang
Oh iya, sekadar saran tambahan. Performa sinyal setiap provider berbeda di setiap wilayah. Sebelum Anda memutuskan merek, eh, perusahaan mana yang akan Anda hire (halah) sebagai penyedia jaringan fiber optik, sebaiknya tanya-tanya terlebih dahulu kepada orang di sekitar Anda. Tetangga yang lokasinya berdekatan lho ya, kalau Anda tinggal di Cileunyi jangan tanya saya yang tinggal di Cimahi. :D
Satu hal lagi, postingan ini saya buat seobjektif mungkin, tanpa tendensi, sekadar testimoni. Saya tidak akan menerima komentar-komentar bernada negatif. Jika Anda memiliki keluhan, silakan sampaikan kepada pihak terkait, bukan di sini. Atau jika Anda memiliki alternatif penyedia Internet lain, silakan berbagi dengan cara sopan dan beretika. Kok ribet sih mau komentar aja? Karena saya profesional, dan saya memohon agar Anda juga berkomentar secara profesional.
Demikian. Semoga bermanfaat.
Salam,
~eL
Published on May 13, 2016 02:24
May 11, 2016
Harga Sebuah Lambung
Jika waktu bisa diputar ulang, saya ingin sekali kembali ke tahun 1998. Tahun ketika saya baru masuk SMK dan mulai ikut berbagai macam ekstrakulikuler dari mulai OSIS, Paskibra, sampai keputrian. Tahun ketika saya mulai menganggap sekolah dan lapangan upacara sebagai rumah utama, sedangkan rumah orang tua hanya dianggap sebagai tempat singgah semata.
Jika tahun-tahun itu bisa diulang, saya akan dengan senang hati sarapan setiap pagi, makan siang tepat pada waktunya, dan makan malam dengan gembira. Jika tahun-tahun itu bisa diulang, saya akan bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekal makan siang daripada makan bakso dengan kuah super pedas nyaris setiap harinya. Jika tahun-tahun itu bisa diulang, saya akan pulang paling lambat sebelum azan Magrib berkumandang agar masih bisa menyantap masakan Ibu, bukannya pulang nyaris pukul 9 malam dan menyantap mi instan.
Sayangnya, waktu adalah bulir jam pasir yang tidak bisa begitu saja dibolak-balik sesuai kehendak kita. Tahun 2000, dengan pola hidup dan pola makan seperti itu, lambung saya menyerah. Serangan mag tidak datang pelan-pelan melainkan langsung membuat saya tumbang. Saat itu saya sedang berada di rumah teman, kerja kelompok seperti biasa, seperti biasa pula kami menyantap bakso sebelum belajar bersama. Saya tidak ingat kapan terakhir kali makan dengan benar sebelum hari itu. Yang saya ingat, lambung saya perih luar biasa, diikuti dengan sakit ulu hati dan mual. Sulit menggambarkan rasa sakit dengan kata-kata, yang jelas sakitnya seperti perpaduan antara sakit datang bulan, diare parah, dan masuk angin. Hari itu saya merintih-rintih, bergelung seperti bayi sambil memegangi perut yang nyeri.
Karena khawatir, teman-teman membawa saya ke dokter terdekat. Diagnosisnya? Mag, akut. Sebelum hari itu saya selalu menertawakan teman-teman yang izin tidak ikut pelajaran olah raga karena sakit mag. Saya menyebut mag sebagai penyakit para pemalas.
“Kamu sih, makan aja susah. Gimana kalau kerja atau belajar?” ejek saya selalu.
Setelah hari itu saya sadar bahwa pola makan dan gaya hidup saya yang serampangan juga berisiko. Setelah hari itu saya mulai berhati-hati, mengubah pola makan, dan menghindari jenis-jenis makanan yang bisa membuat mag saya kambuh seperti makanan pedas, minuman bersoda, mi instan, dan makanan berlemak tinggi.
Sejak saat itu pula, saya rutin mengonsumsi obat-obat mag OCT (Over The Counter) yang bebas dibeli di warung atau apotek, bahkan tanpa resep dokter. Tapi, obat-obatan seperti itu ternyata hanya bisa mencegah, bukan mengobati. Lah, saya kan sudah betulan sakit mag, akut pula. Macem mana mau dicegah terus-terusan?
SERANGAN KEDUA, KETIGA, DAN SETERUSNYANamanya juga manusia, kadang sering lalai. Saya memang sulit mengatur pola makan. Kalau lapar ya makan, kalau tidak ya tidak. Kadang hingga berhari-hari. Serangan sakit mag parah datang kembali sekitar tahun 2006, saat itu saya sedang merantau ke Pulau Bintan, menjadi karyawan di sebuah perusahaan asal Singapura. Karena seminggu sekali saya mendapat shift malam dan tidak terbiasa makan di malam hari, saya jarang makan. Siangnya, saya tidur. Ditambah sejak tahun 2003 saya mengonsumsi kopi secara “brutal”. Mag saya kambuh kembali, bahkan jauh lebih sakit dari sebelumnya.
Sulit menjaga pola makan karena waktu itu saya sudah mulai menjadi vegetarian. Seharusnya memang jadi lebih sehat, tapi karena saya “bermusuhan” dengan nyaris semua jenis sayuran, menjadi vegan dan menjaga asam lambung bukan perkara mudah. Sehari-hari saya hanya makan nasi, tahu, wortel, buncis, kangkung. Persis seperti kelinci.
Konsumsi kopi saya meningkat dari tahun ke tahun. Kopi inilah yang menjadi musuh utama para penderita mag. Sayangnya, berhenti ngopi jauh lebih sulit daripada menjaga pola makan.
“Uchan itu akan lebih memilih bercerai dengan suami daripada bercerai dari kopi,” begitu kata teman saya, tentu saja dengan bercanda. Well, dia ada benarnya juga sih. Pisahkan saya dengan kopi maka saya akan berubah jadi zombie.
Tahun 2010, mag saya kambuh untuk yang kesekian kali. Semalaman, saya bergelung di tempat tidur, merintih-rintih sambil menangis. Karena sudah pernah melahirkan, sakit mag saya analogikan sebagai kombinasi kontraksi, diare, dan masuk angin. Lengkap sudah sakitnya.
Jam 1 dini hari saya dilarikan ke klinik 24 jam karena sudah nyaris pingsan.
MAG MENAHUNBertahun-tahun setelah serangan mag paling menyakitkan itu, saya masih kerap merasakan perut kembung atau mual jika telat makan sebentar saja atau jika makan makanan yang terlalu pedas. Jika sudah mulai merasakan perut tidak enak yang sering tertukar dengan gejala masuk angin, saya tidak lagi meminum obat mag, biasanya saya akan mulai mengonsumsi ramuan kunyit meski tidak teratur karena ... karena malas membuatnya. >.<
Terus terang, mag adalah penyakit yang membuat penderitanya serba salah. Bagaimana tidak? Jika sudah mulai kambuh, makan salah, tidak makan juga tambah salah. Makan sakit, tidak makan lapar, eh, tambah sakit. Lebih dilema daripada ketika harus memilih antara Tuan Antropolog atau Tuan Pelukis sebagai kekasih.
Karena mag ini penyakit yang timbul tenggelam seperti kenangan mantan, saya jadi sering abai dan lupa. Seperti ketika beberapa hari lalu, saya berangkat ke Jakarta pukul 5 pagi setelah sebelumnya begadang dan tidak makan seharian. Di kereta, saya makan nasi goreng moko yang pedas, siangnya ketika di Jakarta saya makan soto mi lengkap dengan cuka dan sambal, malamnya saya makan nasi goreng yang juga pedas. Ketika pulang ke kosan, perut saya mual luar biasa. Mungkin karena kebanyakan makan (saya tidak terbiasa makan makanan berat dengan frekuensi lebih dari 2 kali sehari), mungkin juga karena asam lambung saya sedang tinggi.
ALERGI OBAT KIMIAKarena saya alergi terhadap beberapa kandungan obat kimia, mengonsumsi obat mag sintetis jelas bukan solusi. Obat-obatan herbal pun tetap harus hati-hati. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Nomor HK.00.05.41.1384 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka, kriteria obat herbal yang boleh beredar di Indonesia adalah sebagai berikut:
Menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan/khasiat.Dibuat sesuai dengan ketentuan tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik atau Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku.Penandaan berisi informasi yang lengkap dan objektif yang dapat menjamin penggunaan obat tradisional dan obat herbal terstandar dan fitofarmaka secara tepat, rasional, dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka pendaftaran.
Gejala mag yang saya rasakan beberapa hari lalu itu merupakan alarm tanda bahaya. Karena saya tidak ingin mag saya kambuh kembali, saya memutuskan untuk mulai menjaga lambung agar asam lambungnya netral, tujuan jangka panjangnya sih tentu saja agar mag saya tidak benar-benar kambuh lagi. Memarut kunyit? Saya pemalas, ingat? Hahaha. Untungnya sekarang sudah ada obat mag yang terbuat dari bahan herbal serta memenuhi standar BPOM di atas. Anda sudah pernah mendengar tentang Maggo Jamu Sakit Mag? Itu lho, obat sakit mag herbal pertama di Indonesia yang memiliki izin BPOM serta cap halal dari MUI. Iya, saya mah emang nggak bisa menolak kalau mendengar yang halal-halal teh. Apalagi kalau dihalalin. *eh gimana?
Sebagai konsumen cerdas *eheum, saya tentu membaca dengan teliti kandungan dan khasiatnya. KANDUNGAN
Terbuat dari 5 bahan alami yang diracik dengan komposisi tepat serta diolah sesuai dengan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) yang ditetapkan oleh BPOM.
1. Cengkih
Cengkih atau Syzygium Aromaticum berkhasiat untuk menyembuhkan gangguan pencernaan, kurang selera makan, mual dan muntah, asam lambung, rasa sakit pada ulu hati, dan tentu saja berkhasiat menyembuhkan sakit mag.
2. KunyitIni dia resep turun-temurun dari keluarga saya. Kunyit atau Curcuma Longa dapat
menghentikan pertumbuhan dan mematikan bakteri helicobacter pylori yang merupakan
salah satu penyebab utama sakit mag serta menghilangkan asam lambung yang
berlebihan.
3. Lengkuas
Iya lengkuas atau Alpinia Galanga yang sering tertukar dengan jahe ini sangat
bermanfaat untuk menghilangkan perut kembung akibat kelebihan asam lambung.
4. Kacang HijauSelain dibuat bubur, kacang hijau juga bisa berfungsi sebagai obat, lho. Phaeolus Aureus, begitu nama ilmiahnya, dapat meredakan inflamasi (1. reaksi tubuh thd mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh) yang disebabkan oleh gangguan pencernaan.
5. Jamur KupingNah, kalau ini saya baru tahu. Tadinya saya kira jamur kuping atau Aricularia Polytricha hanya lezat jika diolah menjadi tumisan atau sebagai bahan pendamping sop ikan, ternyata bisa juga dijadikan obat. Pada penderita sakit mag, jamur kuping memiliki khasiat sebagai penyerap zat racun serta mengikat kotoran dalam perut sehingga melancarkan proses pencernaan.
KEUNGGULAN
Tentu saja karena terbuat dari 100% bahan alami dan diolah dengan standarisasi pengolahan obat herbal. Tapi yang paling penting, Maggo Tuntas Mag ini tidak mengandung antasida atau antasid sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan saya meski dikonsumsi dalam jangka panjang.
Mengapa saya katakan bahwa antasid yang sering terdapat dalam obat mag OTC ini berbahaya jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama? Karena antasida memiliki efek samping membuat tekanan darah rendah, diare, kram perut, gangguan keseimbangan elektrolit, dan gangguan napas.
IKHTIAR
Sudah 3 hari ini saya mengonsumsi Maggo, satu vial setiap malam. So far, asam lambung saya tidak lagi banyak tingkah. Tentu saja ikhtiar ini dibarengi dengan menjaga pola makan. FYI, untuk penderita mag kambuhan atau yang hanya merasakan gejala seperti saya, hasil signifikan akan terasa setelah mengongsumsi selama 6 hari. Asam lambung akan kembali netral dan mag tidak kambuh lagi. Nah, jika mag Anda sedang kambuh, disarankan mengonsumsinya sejak hari pertama sampai sampai 12 hari atau lebih agar khasiatnya benar-benar terasa.
Saya menganggap ini sebagai ikhtiar untuk menyembuhkan, agar saya bisa bebas beraktivitas, jadi vegan militan, serta terbebas dari siksaan memarut kunyit dan paparan obat-obatan kimia.
Oh iya, ngomong-ngomong soal siksaan memarut kunyit, Maggo adalah jenis jamu penyembuh sakit mag yang mudah dikonsumsi. Cukup tuangkan 1 vial (5 gram) ke dalam gelas, seduh dengan 150-200 cc air mendidih, diamkan hingga hangat-hangat kuku, aduk, lalu minum. Rasanya pun lumayan ramah, tidak “pahang” seperti layaknya jamu gendong. Bisa sih dicampur juga dengan madu (asal jangan madu yang mengandung royal jelly) atau gula batu jika Anda tidak suka rasa jamu. Tapi, saya mah sudah terbiasa dengan pahitnya kehidupan, jadi tidak dicampur apa-apa kecuali dengan manisnya wajah sendiri. *oke, tahan dulu lemparan sandalnya
Agar efek obatnya bekerja dengan baik, saya sampai memasang alarm agar tidak lupa meminumnya. Maggo ini cukup dikonsumsi satu kali per hari, pagi atau malam sebelum tidur, pada saat perut kosong. Anyway, setelah minum Maggo, disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan atau minuman apa pun hingga 30 menit. Mengingat pagi-pagi adalah rush hour bagi saya, jadi saya mengonsumsinya pada malam hari.
...
Seperti yang dikatakan Josh Billings, seorang penulis terkenal abad 19, kesehatan adalah seperti uang, kita tidak pernah memiliki gagasan yang benar berapa nilainya sampai kita kehilangan itu. Begitupun yang terjadi dengan saya dan lambung saya. Saya tidak pernah tahu berapa nilainya sampai saya terkapar nyaris pingsan di ruang gawat darurat beberapa tahun silam. Kesehatan adalah hal yang sangat berharga, mengobati dan menjaganya memang dibutuhkan usaha.
Salam,
~eL
Sumber referensi:
1. http://www.maggo.co.id
2. https://www.facebook.com/maggoid
3. Permata, Heri. 2007. Tanaman Obat Tradisional. Bandung: Titian Ilmu.
4. Republik Indonesia. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta.
Foto: Koleksi pribadi
Published on May 11, 2016 01:20
Mimpi dan Ilusi
- Skylashtar Maryam's profile
- 8 followers
Skylashtar Maryam isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.

