Skylashtar Maryam's Blog: Mimpi dan Ilusi, page 12
February 22, 2015
[Layout] 100 CARA MENGENALI KARAKTER DIA
Judul: 100 Cara Mengenali Karakter Dia Berdasarkan Shio, Zodiak, dan Simbol Lahir (nonfiksi psikologi)
Penulis: Sienta Sasika Novel
Penerbit: Grasindo, 2014
Published on February 22, 2015 07:10
February 21, 2015
My Pandora Box
Oke, mula-mula saya ingin menjelaskan kenapa postingan ini diberi judul "My Pandora Box". Pertama, karena saya baru selesai membaca buku Mitologi Yunani, kedua karena biar judulnya keren aja. (Halah, dasar cerpenis, kebanyakan drama)
Sebetulnya saya tidak terlalu suka dandan, tidak bisa membedakan mana foundation dan concelear (bener ga sih nulisnya?). Menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam hanya untuk memakai eye liner cair, dan baru tahu kalau memakai bulu mata palsu itu harus memakai lem. Tapi sejak ditinggal kawin, saya berubah pikiran dan mulai mengoleksi benda-benda tajam, eh maksudnya mulai belajar dandan.
Sebagai mualaf, mohon maaf kalau isi pouch kosmetik saya berada di bawah garis mengenaskan. Seperti kata guru saya, yang penting mah usaha. Iya, nggak?
Well, here we go:
1. Bedak padat ==> Ini hasil merampok dari Meitha KH yang kotak kosmetiknya lebih lengkap dari penata rias. Awet karena jarang dipakai.
2. Baby cream ==> Peralatan tempurnya Aksa, tapi sering saya pakai juga. :D
3. Face cream ==> Pelembab itu wajib, ladies. Biar wajah kamu nggak kusam kayak habis ditinggal pacar.
4. Minyak telon ==> Pertolongan pertama pada masuk angin ketika bepergian.
5. Maskara ==> Hanya dipakai ketika saya tidak memakai kacamata karena kalau pakai kacamata mah percuma, bulu mata saya yang sudah cantik tetep weh jadi katilep-tilep.
6. Lip gloss ==> Modal utama biar punya bibir sekseh ala Angelina Jolie.
7. Eye liner cream ==> Bela-belain beli yang krim karena mudah diaplikasikan dan tahan hujan badai.
8. Tender care ==> Pertolongan pertama pada bibir pecah-pecah akibat kekurangan vitamin C (Ciuman? Cumbuan? C ... oke, cut!)
9. Gelang-gelang ==> Jangan tanya kenapa semua gelang-gelang itu ada di dalam cosmetic pouch saya. Yang jelas saya tidak bisa bepergian tanpa mereka.
Udah sih segitu aja da aku mah apa atuh segini juga udah uyuhan.
Postingan ini diikutkan dalam Giveaway Blog Emak Gaol
Sebetulnya saya tidak terlalu suka dandan, tidak bisa membedakan mana foundation dan concelear (bener ga sih nulisnya?). Menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam hanya untuk memakai eye liner cair, dan baru tahu kalau memakai bulu mata palsu itu harus memakai lem. Tapi sejak ditinggal kawin, saya berubah pikiran dan mulai mengoleksi benda-benda tajam, eh maksudnya mulai belajar dandan.
Sebagai mualaf, mohon maaf kalau isi pouch kosmetik saya berada di bawah garis mengenaskan. Seperti kata guru saya, yang penting mah usaha. Iya, nggak?
Well, here we go:
1. Bedak padat ==> Ini hasil merampok dari Meitha KH yang kotak kosmetiknya lebih lengkap dari penata rias. Awet karena jarang dipakai.
2. Baby cream ==> Peralatan tempurnya Aksa, tapi sering saya pakai juga. :D
3. Face cream ==> Pelembab itu wajib, ladies. Biar wajah kamu nggak kusam kayak habis ditinggal pacar.
4. Minyak telon ==> Pertolongan pertama pada masuk angin ketika bepergian.
5. Maskara ==> Hanya dipakai ketika saya tidak memakai kacamata karena kalau pakai kacamata mah percuma, bulu mata saya yang sudah cantik tetep weh jadi katilep-tilep.
6. Lip gloss ==> Modal utama biar punya bibir sekseh ala Angelina Jolie.
7. Eye liner cream ==> Bela-belain beli yang krim karena mudah diaplikasikan dan tahan hujan badai.
8. Tender care ==> Pertolongan pertama pada bibir pecah-pecah akibat kekurangan vitamin C (Ciuman? Cumbuan? C ... oke, cut!)
9. Gelang-gelang ==> Jangan tanya kenapa semua gelang-gelang itu ada di dalam cosmetic pouch saya. Yang jelas saya tidak bisa bepergian tanpa mereka.
Udah sih segitu aja da aku mah apa atuh segini juga udah uyuhan.
Postingan ini diikutkan dalam Giveaway Blog Emak Gaol
Published on February 21, 2015 01:49
February 17, 2015
#1: Kepergian-Kepergian
:Gi
Merapal namamu adalah mendedah kesedihan demi kesedihan. Melolosi rasa sakit satu demi satu yang sebagian kusimpan, sebagian besar kumamah pelan-pelan, lalu kutelan. Andai ingatan memiliki masa kedaluwarsa, aku ingin cepat sampai ke sana; sampai kepada lupa agar nama dan wajahmu tak melulu mencabik-cabik isi dada.
Tapi ingatan adalah pengkhianat yang pura-pura hengkang namun diam-diam bercokol di balik pagar untuk kembali suatu hari nanti. Begitulah aku hari ini; berziarah hingga ke nyeri paling tepi.
Gi ...
Putra kita sudah berusia lima bulan. Sudah bisa tengkurap dan pandai berceloteh. Di hadapannya, aku senantiasa tertawa, berpura-pura menjadi manusia paling berbahagia. Namun diam-diam benakku mengarang cerita, bersiap-siap menghadapi pertanyaan yang mungkin tak akan bermuara kepada satu pun jawaban: "Ayah di mana?"
Setiap kali aku membeli baju baru untuknya. Aku selalu membungkusnya dengan kertas kado, membuka bungkusan itu di hadapannya lalu kembali mengarang cerita, "Ayah belum bisa pulang, dia menitipkan hadiah ini buat kamu."
Setiap sore, jika aku tak pulang kemalaman, kami akan duduk di beranda. Berpura-pura sedang menunggu kamu pulang kerja. Dia akan melonjak-lonjak kegirangan. Bahkan aku sudah mengajarkan kebohongan; menunggu seseorang yang tak akan pernah datang.
Setiap kali kami pergi berdua, mataku mencari-cari sosokmu di tengah keramaian. Berharap Tuhan sedang berbaik hati lalu kita dipertemukan. Tapi kisah manis seperti itu hanya ada di televisi. Nyatanya kamu tak pernah kembali.
Setiap kali Aksa menangis, aku sering kali berkata "Jangan rewel, sebentar lagi Ayah pulang." Biasanya dia akan berhenti lalu menendang-nendangkan kakinya. Matanya mengikuti telunjukku yang mengarah ke pintu.
Aku tak tahu sampai kapan akan menipunya. Sampai kapan akan memberi harapan-harapan semu kepadanya. Tapi kalimat itu, kalimat yang mula-mula hanya sebagai penghiburan lama-lama berubah menjadi ritual; doa yang dirapal samar-samar.
"Jangan rewel, sebentar lagi Ayah pulang."
Merapal namamu adalah mendedah kesedihan demi kesedihan. Melolosi rasa sakit satu demi satu yang sebagian kusimpan, sebagian besar kumamah pelan-pelan, lalu kutelan. Andai ingatan memiliki masa kedaluwarsa, aku ingin cepat sampai ke sana; sampai kepada lupa agar nama dan wajahmu tak melulu mencabik-cabik isi dada.
Tapi ingatan adalah pengkhianat yang pura-pura hengkang namun diam-diam bercokol di balik pagar untuk kembali suatu hari nanti. Begitulah aku hari ini; berziarah hingga ke nyeri paling tepi.
Gi ...
Putra kita sudah berusia lima bulan. Sudah bisa tengkurap dan pandai berceloteh. Di hadapannya, aku senantiasa tertawa, berpura-pura menjadi manusia paling berbahagia. Namun diam-diam benakku mengarang cerita, bersiap-siap menghadapi pertanyaan yang mungkin tak akan bermuara kepada satu pun jawaban: "Ayah di mana?"
Setiap kali aku membeli baju baru untuknya. Aku selalu membungkusnya dengan kertas kado, membuka bungkusan itu di hadapannya lalu kembali mengarang cerita, "Ayah belum bisa pulang, dia menitipkan hadiah ini buat kamu."
Setiap sore, jika aku tak pulang kemalaman, kami akan duduk di beranda. Berpura-pura sedang menunggu kamu pulang kerja. Dia akan melonjak-lonjak kegirangan. Bahkan aku sudah mengajarkan kebohongan; menunggu seseorang yang tak akan pernah datang.
Setiap kali kami pergi berdua, mataku mencari-cari sosokmu di tengah keramaian. Berharap Tuhan sedang berbaik hati lalu kita dipertemukan. Tapi kisah manis seperti itu hanya ada di televisi. Nyatanya kamu tak pernah kembali.
Setiap kali Aksa menangis, aku sering kali berkata "Jangan rewel, sebentar lagi Ayah pulang." Biasanya dia akan berhenti lalu menendang-nendangkan kakinya. Matanya mengikuti telunjukku yang mengarah ke pintu.
Aku tak tahu sampai kapan akan menipunya. Sampai kapan akan memberi harapan-harapan semu kepadanya. Tapi kalimat itu, kalimat yang mula-mula hanya sebagai penghiburan lama-lama berubah menjadi ritual; doa yang dirapal samar-samar.
"Jangan rewel, sebentar lagi Ayah pulang."
Published on February 17, 2015 22:57
December 3, 2014
100 CARA MENGENALI KARAKTER DIA
Judul: 100 Cara Mengenali Karakter Dia Berdasarkan Bentuk Wajah, Jari Kaki, Posisi Tahi Lalat, Tinggi Badan, & Jenis dan Belahan Rambut
Penulis: Susi Susanti
Penerbit: Grasindo, 2014
Published on December 03, 2014 04:37
November 17, 2014
[INFO LOMBA] Menulis Kisah Nyata Misteri (Ghost Writing Competition) 2014
Yuhuuuu, Writing Management akan menyelenggarakan event Lomba Menulis Kisah Nyata Misteri nih,kerjasama bareng dengan Penerbit Grasindo, dan Sonora FM, Bandung. Ada yang punya pengalaman yang berhubungan dengan makhluk halus yang horror banget dan nggak bakal terlupakan seumur hidup? Atau mungkin ada orang-orang terdekat yang mengalaminya dan curhat sama kalian?
Daripada dipendam dalam hati dan cuma diceritain dari mulut ke mulut, lebih baik ditulis dan kirim ceritanya ke kami yuk, siapa tau kalian termasuk salah satu dari 20 orang beruntung yang tulisannya akan dibukukan oleh Penerbit Grasindo dan mendapat hadiah keren.
Begini nih aturan mainnya,
Tema:
1. Pengalaman Misteri Dengan Hantu diSekolah atau Kampus
2. Pengalaman Misteri Dengan Hantu di Rumahatau Kantor
3. Pengalaman Misteri Dengan Hantu di Tempat Umum (Mall, Hotel, Asrama, Jalanan, Jembatan, Café, Resto, dan tempat-tempat umum lainnya)
Syarat Umum:
1. Usia minimal 15 tahun, laki-laki dan perempuan2. Tulisan harus berisi kisah nyata pribadi, maupun orang-orang terdekat, dan harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, bukan sekadar mitos atau isapan jempol belaka. Jika nanti naskah lolos seleksi, maka kamu akan diminta untuk menyerahkan surat pernyataan keaslian naskah.3. Jika kamu menuliskan kisah nyata orang lain, maka di akhir cerita tuliskan nama lengkap si tokoh nyata tersebut,misalnya “Berdasarkan kisah yang dituturkan oleh …..”.4. Tulisan belum pernah dipublikasikan dalambentuk apapun (termasuk di dunia maya).5. Tuliskan kisah nyata kamu yang paling menyeramkan dan tak terlupakan tentang pengalaman yang berkaitan dengan makhluk gaib.6. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu tulisan untuk satu atau lebih tema yang telah ditentukan di atas.
Syarat Khusus:
1. Naskah dikirim berupa tulisan nonfiksi populer ataupun dalam bentuk cerpen (kisah nyata), dengan kisah yang mengalir,ringan, dan mudah dicerna, memakai bahasa Indonesia yang baik tapi tetap meremaja dengan target pembaca remaja dan dewasa muda. Boleh menyelipkan bahasa santai dan gaul tapi wajib tetap sesuai dengan EYD. Hindari pemakaian kata-katayang menyinggung SARA, mengandung pornografi, bahasa kasar, dan bahasa ALAY.2. Panjang naskah maksimal 8 halaman kertasA4, ketik 1,5 spasi, huruf Times New Roman 12. Jangan lupa, cantumkan judul naskah dan nama penulis di bagian bawah judul sebelum isi cerita.3. Naskah dikirim berupa file berformat.doc atau .docx dalam bentuk attachment (jangan di badan email) ke alamat: ghotswritingcompetition@gmail.com.Pada subyek, tuliskan: (Ghost Writing) – Judul Naskah dan (kategori), contoh:(Ghost Writing) – Siapa Membonceng di Belakangku? (Tema 3).4. Cantumkan nama asli, nama FB, nomor telepon, dan biodata deskriptif sepanjang satu paragraph di akhir naskah.5. Like fanpage http://www.facebook.com/pages/Lygia-Pecanduhujan-Fanpage/121905561178499dan Follow Twitter @giapecanduhujan.6. Share catatan pengumuman ini di FB masing-masing dan tag minimal 20 teman.7. Bagi yang telah mengirimkan naskahnya, wajib untuk melapor/komen di postingan Info Lomba di Fanspage Lygia Pecanduhujan (https://www.facebook.com/notes/lygia-pecanduhujan-fanpage/info-lomba-menulis-kisah-nyata-misteri-ghost-writing-competition-2014/722384141144621) dengan format : Naskah Sent – (Judul Naskah). Contoh: Naskah Sent – (Siapa Membonceng diBelakangku?)8. Naskah ditunggu paling lambat hingga tanggal 15 Desember 2014 pukul 24.00 WIB.9. Seluruh naskah yang masuk akan menjadi milik penyelenggara.10. Peserta akan bertanggung jawab atas segala materi konten tulisan dan membebaskan pihak Penyelenggara dari segala kewajiban, ataupun keberatan, klaim, dan tuntutan hukum, apabila timbul perselisihan hak cipta dan kepemilikan atas karya yang disertakan peserta dalam kompetisi ini ataupun jika terjadi tuntutan lainnya oleh pihak tertentu.
INFORMASI:
1. Akan dipilih 20 naskah dari masing-masing tema (artinya ada 60 naskah terpilih) yang dinilai paling baik oleh dewan juri dari Writing Management.2. Pengumuman siapa saja pemenang dan kandidat yang masuk 20 besar dalam lomba ini akan diposting di Fanspage LygiaPecanduhujan pada tanggal 30 Desember 2014 pukul 24.00 WIB.3. 20 naskah terpilih untuk masing-masing tema akan dibukukan dan diterbitkan oleh penerbit GRASINDO.4. Tiga (3) tulisan terbaik dari masing-masing tema akan mendapatkan hadiah sebagai berikut:
Salam,
Lygia Pecanduhujan dan Iin Susanto
(*) Jangan tunggu sampai Deadline untuk mengirimkan naskah jika ingin naskah teman2 dibaca dengan teliti.
Please feel free to copy paste and share to everyone !
Daripada dipendam dalam hati dan cuma diceritain dari mulut ke mulut, lebih baik ditulis dan kirim ceritanya ke kami yuk, siapa tau kalian termasuk salah satu dari 20 orang beruntung yang tulisannya akan dibukukan oleh Penerbit Grasindo dan mendapat hadiah keren.
Begini nih aturan mainnya,
Tema:
1. Pengalaman Misteri Dengan Hantu diSekolah atau Kampus
2. Pengalaman Misteri Dengan Hantu di Rumahatau Kantor
3. Pengalaman Misteri Dengan Hantu di Tempat Umum (Mall, Hotel, Asrama, Jalanan, Jembatan, Café, Resto, dan tempat-tempat umum lainnya)
Syarat Umum:
1. Usia minimal 15 tahun, laki-laki dan perempuan2. Tulisan harus berisi kisah nyata pribadi, maupun orang-orang terdekat, dan harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, bukan sekadar mitos atau isapan jempol belaka. Jika nanti naskah lolos seleksi, maka kamu akan diminta untuk menyerahkan surat pernyataan keaslian naskah.3. Jika kamu menuliskan kisah nyata orang lain, maka di akhir cerita tuliskan nama lengkap si tokoh nyata tersebut,misalnya “Berdasarkan kisah yang dituturkan oleh …..”.4. Tulisan belum pernah dipublikasikan dalambentuk apapun (termasuk di dunia maya).5. Tuliskan kisah nyata kamu yang paling menyeramkan dan tak terlupakan tentang pengalaman yang berkaitan dengan makhluk gaib.6. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu tulisan untuk satu atau lebih tema yang telah ditentukan di atas.
Syarat Khusus:
1. Naskah dikirim berupa tulisan nonfiksi populer ataupun dalam bentuk cerpen (kisah nyata), dengan kisah yang mengalir,ringan, dan mudah dicerna, memakai bahasa Indonesia yang baik tapi tetap meremaja dengan target pembaca remaja dan dewasa muda. Boleh menyelipkan bahasa santai dan gaul tapi wajib tetap sesuai dengan EYD. Hindari pemakaian kata-katayang menyinggung SARA, mengandung pornografi, bahasa kasar, dan bahasa ALAY.2. Panjang naskah maksimal 8 halaman kertasA4, ketik 1,5 spasi, huruf Times New Roman 12. Jangan lupa, cantumkan judul naskah dan nama penulis di bagian bawah judul sebelum isi cerita.3. Naskah dikirim berupa file berformat.doc atau .docx dalam bentuk attachment (jangan di badan email) ke alamat: ghotswritingcompetition@gmail.com.Pada subyek, tuliskan: (Ghost Writing) – Judul Naskah dan (kategori), contoh:(Ghost Writing) – Siapa Membonceng di Belakangku? (Tema 3).4. Cantumkan nama asli, nama FB, nomor telepon, dan biodata deskriptif sepanjang satu paragraph di akhir naskah.5. Like fanpage http://www.facebook.com/pages/Lygia-Pecanduhujan-Fanpage/121905561178499dan Follow Twitter @giapecanduhujan.6. Share catatan pengumuman ini di FB masing-masing dan tag minimal 20 teman.7. Bagi yang telah mengirimkan naskahnya, wajib untuk melapor/komen di postingan Info Lomba di Fanspage Lygia Pecanduhujan (https://www.facebook.com/notes/lygia-pecanduhujan-fanpage/info-lomba-menulis-kisah-nyata-misteri-ghost-writing-competition-2014/722384141144621) dengan format : Naskah Sent – (Judul Naskah). Contoh: Naskah Sent – (Siapa Membonceng diBelakangku?)8. Naskah ditunggu paling lambat hingga tanggal 15 Desember 2014 pukul 24.00 WIB.9. Seluruh naskah yang masuk akan menjadi milik penyelenggara.10. Peserta akan bertanggung jawab atas segala materi konten tulisan dan membebaskan pihak Penyelenggara dari segala kewajiban, ataupun keberatan, klaim, dan tuntutan hukum, apabila timbul perselisihan hak cipta dan kepemilikan atas karya yang disertakan peserta dalam kompetisi ini ataupun jika terjadi tuntutan lainnya oleh pihak tertentu.
INFORMASI:
1. Akan dipilih 20 naskah dari masing-masing tema (artinya ada 60 naskah terpilih) yang dinilai paling baik oleh dewan juri dari Writing Management.2. Pengumuman siapa saja pemenang dan kandidat yang masuk 20 besar dalam lomba ini akan diposting di Fanspage LygiaPecanduhujan pada tanggal 30 Desember 2014 pukul 24.00 WIB.3. 20 naskah terpilih untuk masing-masing tema akan dibukukan dan diterbitkan oleh penerbit GRASINDO.4. Tiga (3) tulisan terbaik dari masing-masing tema akan mendapatkan hadiah sebagai berikut:
a. Juara I : Hadiah uang tunai senilai Rp.750.000,-, Voucher Belanja di Toko Buku Gramedia senilai Rp. 50.000,-, Paket buku, dan satu (1) eksemplar bukti terbit.
b. JuaraII : Hadiah uang tunai senilai Rp.500.000,-, Voucher Belanja di Toko Buku Gramedia senilai Rp. 50.000,-, Paket Buku, dan satu (1) eksemplar bukti terbit.
c. JuaraIII : Hadiah uang tunai senilai Rp.250.000,-, Voucher Belanja di Toko Buku Gramedia senilai Rp. 50.000,-, Paket Buku, dan satu (1) eksemplar bukti terbit.
d. 17 tulisan terbaik lainnya di masing-masing tema akan mendapatkan Voucher Belanja di Toko Buku Gramedia senilai Rp. 50.000,-, Paket Buku, dan satu (1) eksemplar bukti terbit.5. Hadiah akan dikirim ke masing-masingalamat pemenang paling lambat satu (1) bulan setelah pengumuman dengan ongkos kirim ditanggung oleh penerbit.6. Bacalah kembali seluruh persyaratan diatas (umum dan khusus) dengan TELITI, karena naskah yang tidak memenuhi satu saja persyaratan tersebut akan dinyatakan gugur dan dianggap tidak ada.7. Tidak melayani tanya jawab melalui jalur pribadi selain melalui komen di Postingan Fanspage.
Salam,
Lygia Pecanduhujan dan Iin Susanto
(*) Jangan tunggu sampai Deadline untuk mengirimkan naskah jika ingin naskah teman2 dibaca dengan teliti.
Please feel free to copy paste and share to everyone !
Published on November 17, 2014 10:34
October 14, 2014
100 CARA MENGENALI KARAKTER DIA
Judul: 100 Cara Mengenali Karakter Dia Berdasarkan Bulan Lahir, Hari Lahir, Numerologi, Weton, Urutan Lahir, & Abjad Awalan Nama
Penulis: Sienta Sasika Novel
Penerbit: Grasindo, 2014
Published on October 14, 2014 05:28
September 5, 2014
[Cerpen] Pengantin Angin
(Pikiran Rakyat, Minggu, 24 Agustus 2014)
Perempuan itu, Maryam, istri yang baru kunikahi selama sembilan puluh hari hilang. Hilang tanpa bekas, tanpa secarik pun catatan di atas kertas, tanpa surat, pun pesan-pesan tersirat. Ia hanya hilang. Nyaris seperti ditelan angin. Hilang begitu saja. Jika tak ingat bahwa Maryam ini bisu dan tuli, mungkin aku akan beranggapan bahwa ia pergi melarikan diri bersama laki-laki lain atau tiba-tiba tergoda untuk menjadi TKI ke Saudi. Maryam tidak memiliki sanak saudara. Di dunia ini, akulah satu-satunya kerabat yang ia punya. Memangnya ia mau pergi ke mana? Dini hari sebelum aku mendapatinya tak di sisiku lagi, Maryam memang tidur di ranjang yang sama denganku, memeluk punggung dengan jemarinya yang kian hari kian pasi. Napasnya terasa hangat di tengkuk, menciptakan harmoni yang setiap malam begitu kukenali. Napas tidur yang gelisah, terengah-engah, entah apa yang sedang dimimpikannya. Kemudian di pagi harinya, kesunyian menikam-nikam. Napas gelisah itu tak ada lagi ketika kubalikkan badan, pun wajah tidur Maryam sempurna lekang. Tadinya kupikir mungkin ia sedang berada di dapur, menanak nasi untuk sarapan dan membuatkan secangkir kopi. Barangkali juga ia tengah berada di kamar mandi, mencuci setumpuk pakaian bekas pakai kemarin. Atau ia sedang berada di halaman, menyapu luluhan daun jambu di pekarangan sambil sesekali tersenyum-senyum pada anak sekolah yang selalu berteriak-teriak “Torek, torek!”1di depan pagar rumah kami. Maryam, karena tak dapat mendengar, sering kali salah sangka bahwa anak-anak itu sedang mengucapkan selamat pagi atau sampai jumpa lagi. Maka ia akan melambai kegirangan. Tepat seperti anak kecil yang tengah berpisah dengan kawan sepermainan. Aku bangkit menuju dapur, kamar mandi, pintu depan. Tak ada Maryam, tak ada siapa-siapa. Pintu depan bahkan terkunci dari dalam, juga tiga buah jendela yang berjejer di sampingnya. Maryam bukan hantu, jadi tak mungkin ia pergi menembus dinding. Aku mulai gelisah lalu segera keluar, mencari-cari di rumah tetangga dan bertanya kepada siapa saja orang yang lewat di halaman. Tak ada yang melihatnya, tak ada yang merasakan kehadirannya. Bahkan anak-anak yang sering mengejeknya hanya menggeleng-geleng heran ketika nama Maryam kusebutkan seolah nama itu begitu asing. Maryam hilang begitu saja. Tanpa jejak, tanpa bekas. Dengan sedikit canggung karena tak pernah lagi berurusan dengan dapur sejak berbulan-bulan yang lalu, aku menjerang air, menyeduh kopi, dan termenung di beranda. Sendirian. Aku menolak pergi bekerja setelah menelepon atasanku dan memberi alasan bahwa istriku hilang yang disambut kekehan. Bedebah! Kenapa pula atasanku itu malah tertawa justru ketika aku sedang dilanda bencana? “Mungkin istrimu diculik genderuwo, Sep. Coba cari di pohon-pohon terdekat,” ucap atasanku. Atasanku itu tak pernah bertemu dengan istriku, juga tak hadir di hari pernikahanku. Aku tak dapat membedakan apakah ia sedang berkelakar atau serius dengan ucapannya. Yang jelas, aku ingin sekali merobek mulutnya. Aku kembali ke dalam kamar, berniat mengganti pakaian lalu pergi ke kantor polisi. Setidaknya polisi tak mungkin mengatakan kalau istriku hilang diculik genderuwo, bukan? Namun saat aku ingin membuka lemari pakaian, mataku tertumbuk pada bingkai foto di dinding; foto pernikahan kami. Ada yang aneh di foto itu, ternyata hanya ada aku seorang yang duduk di pelaminan, tanganku terangkat di udara seperti tengah memeluk seseorang, memeluk kekosongan. Segera saja aku berlari ke ruang tamu, merenggut album foto di bawah meja. Dengan tangan bergetar kubuka satu per satu foto di sana. Di tempat seharusnya ada wajah dan tubuh Maryam seluruhnya kosong. Foto-fotoku jadi serupa dengan pemain pantomim yang sedang memeluk seseorang di pangkuan, atau menyuapi mulut seseorang. Tubuhku menggigil. * Dengan perasaan sunyi, aku mulai menyusuri jalan demi jalan, trotoar demi trotoar, mencari di pusat perbelanjaan, pasar-pasar, terminal, stasiun, bahkan ke tempat pelacuran. Aku tak berharap menemukan Maryam di salah satu sudut dan menjajakan tubuh, tentu saja. Aku hanya membunuh rasa penasaran. Selembar foto yang tadi kuselipkan di dalam dompet kubuka, kuamati dengan perasaan sedih; foto pernikahan kami, foto tanpa wajah Maryam, hanya ada wajahku sendiri. Sambil berselonjor di atas trotoar dan mengisap rokok kretek dalam-dalam, kelelahan setelah mencari seharian, foto pernikahan masih kupegang erat, menatap kekosongan di sana dengan teramat lekat. Mataku menyapu orang-orang yang berlalu-lalang. Ada pasangan yang tengah bergandengan, ada yang berjalan bersisian, ada juga yang saling memeluk seakan mereka adalah kembar siam. Ini malam Minggu, malam obral kemesraan. Sialan, aku semakin teringat Maryam, sedang apakah ia sekarang? Aku tak pernah mengajaknya jalan-jalan, tak pernah mengajaknya makan di luar. Gerimis mulai merangkak, aku berjingkat, menjejalkan foto ke saku belakang celana dan beranjak dari trotoar. Sebetulnya aku enggan kembali ke rumah dan menghadapi kesunyian. Kukeluarkan telepon genggam, menelepon Ramdan, sahabatku sewaktu SMU. Ingin sekadar membagi kecemasan, syukur-syukur dia mau membantu. “Istriku hilang,” ucapku getas sesaat setelah Ramdan mengucapkan ‘hallo’. “Istrimu yang mana?” tanya Ramdan di seberang sana. “Maryam! Istriku yang mana lagi?” “Sep, aku tahu di usiamu yang sudah tiga puluh tahun itu kau selalu jomblo, tapi jangan membuatku khawatir. Tolonglah …” ada nada sesal, juga kesal di suara Ramdan. “Maryam hilang, Dan. Yang harus kaukhawatirkan adalah dia, bukan aku!” aku bersungut-sungut. “Istrimu yang mana? Siapa itu Maryam?” Ramdan mulai berteriak. “Istriku, yang kunikahi tiga bulan lalu. Jangan bercanda, Dan. Kau kan datang di hari pernikahanku itu. Aku masing ingat kau menghadiahi kami satu set cangkir dari keramik,” ingin sekali kupukul kepala Ramdan dengan apa saja agar ia tak hilang ingatan. Kalau saja ia ada di hadapanku. Ramdan mendengus. “Kita tidak pernah bertemu sejak sebelas tahun yang lalu, Sep.” “Tapi aku tahu nomor ponselmu,” aku protes. “Tentu saja, kita pernah saling bertukar nomor ponsel seminggu yang lalu di facebook. Ingat?” sepertinya Ramdan betul-betul kesal. “Tapi kau hadir di hari pernikahanku. Kau ada di sana tiga bulan yang lalu. Aku tak mungkin lupa, tak mungkin salah mengenali orang. Aku menikah dengan Maryam, Ramdan! Dan sekarang dia hilang!” aku mulai histeris, menjambaki rambut, terduduk di tepi jalan raya. “Datanglah kemari, Sep. Mungkin malam Minggu ini kau butuh dihibur,” akhirnya Ramdan tertawa. Ia menutup telepon. Aku kembali disergap kesepian, dan kesendirian. Maryam, di mana aku harus mencarimu? Hujan sempurna berderai, membasuh tubuhku hingga nyaris kuyup. Tak ada kabar dari polisi, tak ada yang menghubungi. Menghubungi Ramdan tidak memberikan solusi, malah semakin membuatku frustasi. Kembali kukeluarkan foto dari dalam saku celana, wajah Maryam belum lagi genap. Hanya gelap, hanya gelap. Tiba-tiba aku begitu merindukan rumah, begitu merindukan napas tidurnya yang gelisah. Merindukan lirikan tajamnya ketika aku salah menyimpan pakaian kotor, aku merindukan dia … Maryam … istriku. Namun aku enggan kembali karena pasti akan mendapati dini hari yang sunyi tanpa napas gelisah Maryam. Namun, meski Ramdan menolak mengingat telah menghadiri pernikahan kami, masih saja tertanam pemakluman bahwa aku sudah beristri. Tak mungkin aku lupa kalau sudah beristri, bukan? Laki-laki bajingan macam apa yang lupa akan keberadaan istrinya? Kuremas foto pernikahan di tangan, mencoba mencari jawaban dari kegelisahan. Tepat saat larik cahaya lampu merkuri menyorot di tengah tetes air hujan, ternyata ada tulisan di balik foto itu. Aku berlari, berteduh di bawah tingkap kios pedagang rokok di tepi jalan, takut tinta di balik foto itu akan berangkat pudar. Tulisan tangan, berderet rapi. Tulisan tangan yang kukenali sebagai tulisan Maryam. Aku tidak tuli, kau hanya selalu lupa untuk bercerita sehingga lambat-laun telingaku menolak untuk bekerja. Aku juga tidak bisu, kau hanya selalu lupa untuk mengajakku berbicara sehingga mulutku juga menolak untuk bekerja. Sudah lama kau menganggapku sebagai benda: sesuatu yang kadang ada, lebih sering tiada. Kang, mungkin hidupmu akan lebih tenang kalau aku benar-benar hilang. Maryam … aku terduduk lunglai di atas kubangan. Ingin sekali kucacah malam, mencacah kesunyian yang serentak datang. Maryam hilang.
1. Torek (Tuli, Sunda)
Published on September 05, 2014 14:58
September 2, 2014
Ilmu Tak Pernah Memiliki Pintu
Kadang hidup memang seperti aliran sungai, kita tak akan pernah tahu di kelokan yang mana air dangkal dengan riak penuh onak atau air dalam dengan palung yang lebih tikam. Pilihannya hanya dua: tenggelam, atau menyelam.
Saya tipe orang yang tak pernah memiliki pelampung atau belajar teknik berenang sebelum mengarungi sungai sehingga sering kali tenggelam hingga ke dasar. Terantuk-antuk bebatuan dan berhasil dihadiahi lebam-lebam. Namun pada akhirnya, selalu kembali muncul ke permukaan.
Dalam berkarya, tak pernah sekalipun saya memiliki guru atau mengenyam pendidikan formal. Sebab seperti kata Ibu, ilmu tak pernah memiliki pintu. Belajar bagi saya bukanlah duduk di kelas atau di tempat-tempat pelatihan. Belajar bagi saya adalah berdebu-debu di lapangan, mengambil ilmu apa saja yang saya butuhkan, memamah kesalahan sebagai pelajaran yang saya perbaiki di hari kemudian.
Seperti halnya menulis, dulu desain adalah dunia yang teramat asing. Hari ini, desain menjadi dunia kedua saya setelah menulis.
Bagi orang lain barangkali itu adalah hal yang biasa. Tapi bagi saya, yang belajar adobe secara otodidak, membaca artikel tentang bagaimana tata letak dan desain kover dari Internet, dan berjam-jam mengelilingi toko buku hanya untuk melihat-lihat berbagai jenis kover, itu adalah hal luar biasa.
*
Para pekerja di bidang kretif selalu menganggap bahwa uang adalah kompensasi akhir. Kebanggaan paling besar adalah ketika karya yang kami gubah dinikmati banyak orang. Ketika memutuskan resign dari kantor dan berkecimpung sepenuhnya di dunia penulisan, saya tahu bahwa itu artinya harus siap mengikat perut. Kadang makan kadang tidak bukanlah fiksi dalam karangan sendiri, melainkan kenyataan yang harus saya tangani. Tapi, toh setiap karya akan menemukan takdir paling baik.
Saya belajar desain secara otodidak pada akhir tahun 2012. Sejak saat itu lebih sering diminta membuat desain gratisan. Satu, karena saya suka ketika melakukannya. Dua, karena yang meminta adalah teman-teman saya sendiri.
Pertengahan tahun 2013 untuk pertama kalinya saya membuat tata letak buku dan dibayar. Buku Back to Ubud adalah "proyek" berbayar saya yang pertama. Selanjutnya promosi dilakukan dari mulut ke mulut. Maka selain cerpenis, jadilah saya Langit Amaravati si penata letak freelance.
*
Entahlah, meski berkali-kali diminta untuk mengirimkan portofolio oleh teman-teman yang kenal dengan penerbit major, saya selalu enggan. Sama seperti ketika untuk pertama kalinya mengirimkan karya ke koran.
Awal bulan Agustus saya diminta Teh Gia untuk menjadi penata letak buku yang diterbitkan Grasindo. Ini Grasindo, saudara-saudara! Grupnya penerbit paling besar di Indonesia. Dan saya hanya penata letak mualaf dengan modal nekad serta sok tahu.
Tapi itulah, mungkin ini riak kesekian di kelokan sungai kesekian. Kalau saya berhasil tidak tenggelam di dasar sungai, maka selanjutnya saya akan menyelam bersama ikan-ikan atau berenang di permukaan.
Meski tertatih-tatih didera deadline, saya berhasil berenang dengan hasil memuaskan. Sekarang sedang mengerjakan empat tata letak buku untuk Grasindo dan GPU. Bangga? Jelas. Ini dunia baru, saya baru saja memasuki sebuah pintu.
*
Memang, ini hanya cerita remeh temeh. Yang menjadikan ini istimewa adalah ketika Salwa tahu apa yang sedang saya kerjakan lalu berujar, "Bun, kalau bukunya sudah dicetak, abdi minta satu ya. Mau pamer ke temen-temen, biar mereka tau kalau selain penulis handalan Bunda juga layouter profesional."
Untuk kebanggaan dan senyum yang tersungging di bibir Salwalah, saya selalu siap mengarungi sungai. Sesekali tenggelam, tapi akan selalu bisa menyelam dan muncul ke permukaan.
Published on September 02, 2014 13:56
August 28, 2014
100 Cara Mengenali Karakter Dia
Judul: 100 Cara Mengenali Karakter Dia Berdasarkan Shio, Zodiak, dan Simbol Lahir
Penulis: Sienta Sasika NovelPenerbit: Grasindo, 2014
Published on August 28, 2014 15:22
July 16, 2014
Surat Kesekian, Surat yang Tak Akan Pernah Sampai
Adakah kesedihan memiliki rahim sehingga ia bisa beranak-pinak di dalam tubuhku? Ataukah ia adalah amuba yang senantiasa membelah diri sampai aku mati sendiri?
Di dalam benakku, engkau menjelma hantu-hantu yang tak bisa dimatikan waktu. Aku kerap dicemaskan hal-hal remeh semacam siapa yang akan membuatkanmu kopi di pagi hari, siapa yang akan mencuci bajumu setiap hari, siapa yang akan ....
Kecemasan-kecemasan itu kemudian berganti dengan bebayang yang lebih cekam. Tentang perempuan yang sekarang berbaring di sisimu setiap malam. Tentang perempuan yang kaupuja mati-matian. Tentang perempuan yang membuatmu membenciku sampai ke sumsum tulang belakang. Tentang perempuan yang mencurimu dariku.
Banyak sekali jejak yang kautinggalkan. Aku tak bisa beranjak dari seluruh masa lalu untuk menjajal setapak baru tanpa terantuk apa pun yang berhubungan denganmu. Selamanya, engkau menjelma hantu.
Tapi sekarang engkau pergi, kepada perempuan lain. Kepada hati yang lain.
Tapi engkau telah sempurna pergi.
Di dalam benakku, engkau menjelma hantu-hantu yang tak bisa dimatikan waktu. Aku kerap dicemaskan hal-hal remeh semacam siapa yang akan membuatkanmu kopi di pagi hari, siapa yang akan mencuci bajumu setiap hari, siapa yang akan ....
Kecemasan-kecemasan itu kemudian berganti dengan bebayang yang lebih cekam. Tentang perempuan yang sekarang berbaring di sisimu setiap malam. Tentang perempuan yang kaupuja mati-matian. Tentang perempuan yang membuatmu membenciku sampai ke sumsum tulang belakang. Tentang perempuan yang mencurimu dariku.
Banyak sekali jejak yang kautinggalkan. Aku tak bisa beranjak dari seluruh masa lalu untuk menjajal setapak baru tanpa terantuk apa pun yang berhubungan denganmu. Selamanya, engkau menjelma hantu.
Tapi sekarang engkau pergi, kepada perempuan lain. Kepada hati yang lain.
Tapi engkau telah sempurna pergi.
Published on July 16, 2014 23:18
Mimpi dan Ilusi
- Skylashtar Maryam's profile
- 8 followers
Skylashtar Maryam isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.

