Rhein Fathia's Blog, page 14

December 16, 2013

New Novel Progress

I have difficulties in discipline while writing. From my own experience, having some readers who likes to hunt and said "where is the next stories? we want more!" are help in my writing progress. Much more help than an editor. Hehe.. CoupL(ov)e is my first online novel project that successfully published. I really appreciate readers who help me while finishing CoupL(ov)e.

Now, I'm writing new novel. I want to make it online novel again, but honestly I worry about plagiarism. So, I write online novel in http://withoutweapon.blogspot.com regularly for limited reader.

If you interested to read, you can comment or send PM your email for invitation and I really need your feedback. Thank you :)
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 16, 2013 00:05 Tags: novel, online-novel, progress, romance

December 6, 2013

#ReviewAkhirTahun Berhadiah Voucher Gramedia

Ceritanya Rhein punya 2 voucher belanja produk apa pun di semua toko buku Gramedia. Tadinya mau dipake sendiri, tapi setelah dipikir-pikir, berhubung ini udah akhir tahun dan banyak yang ngadain event seru, jadi pengen bikin juga deh... :D
Selain itu juga mau berterima kasih untuk semua pembaca yang udah beli dan baca novel-novel Rhein. Tahun 2013 ini alhamdulillah banget banyak berkah dan rezeki melimpah. Terutama dengan terbit dan beredarnya 4 novel (2 novel baru dan 2 re-published) yang dapet apresiasi positif dari pembaca. Jadi untuk semua pembaca, Rhein mau mengadakan #ReviewAkhirTahun dengan 2 pembaca beruntung dapet hadiah masing-masing 1 voucher Gramedia tadi.
voucher Gramedia berlaku hingga Desember 2014Caranya gampang kok... Buat yang udah baca novel Rhein pasti bisa dong bikin review bukunya. Cukup bikin review dan ajak temen-temen lain untuk ikutan, bakal dapet kesempatan dapet voucher ini. Ini dia penjelasannya:Follow twitter @rheinfathia & like Facebook fan page Rhein FathiaTulis review novel Rhein Fathia minimal 200 kata, posting di blog, notes facebook, atau goodreads.Posting link review di wall Fan Page Rhein Fathia, sertakan email dan akun twitterJika tidak memiliki Facebook, kirim link review ke email: contactme@rheinfathia.comTwit kalimat: "Ikut #ReviewAkhirTahun novel @rheinfathia, yuk @(akun teman 1) @(akun teman 2), ini infonya: www.rheinfathia.com"  Review boleh lebih dari 1, deadline 25 Desember 2013 pukul 23.59. Pemenang diumumkan tanggal 1 Januari 2014.Share pengumuman event ini di Facebook atau blog kalian. Pertanyaan? Mention @rheinfathiaBelum punya novel Rhein Fathia? Yuk beli di sini , ikut #ReviewAkhirTahun, dan dapatkan kesempatan menang voucher Gramedia IDR 100,000. Nah, gitu deeehhh... Yuk ah, lumayan nih awal tahun nanti bisa langsung belanja pake voucher ini. Hohoho... Oiya yang belum tahu, ini dia cover-cover novel Rhein Fathia. Udah beredar di semua toko buku. Tapi kalau kehabisan, beli online di link poin 8 aja ya.. Lumayan, diskon. Hehehe..
atas: versi lama. bawah: versi baruBaiklah, sekali lagi terima kasih untuk semua pembaca. Semoga novel-novelku bisa bermanfaat buat kalian, minimal menginspirasi gitu... Hehe.. Apresiasi kalian yang selalu membuat Rhein semangat menulis lagi. Doakan terbit novel selanjutnya tahun depan yaaa... :D
Love is real, real is love. -John Lennon-
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 06, 2013 22:50

November 20, 2013

Curhat November

Baru sadar, ternyata hampir sebulan Rhein ngga update blog ini. Kenapa? Kenapa ya? Ah alasannya sih klasik saja, to much hectic with college-thingy. Setelah jalan-jalan 2 minggu keliling kota itu, mau nggak mau harus ngejar ketertinggalan materi di kampus. Oh, jangan lupa tugas membludak-nya. Oh, jangan lupa menjelang UAS. Oh, jangan lupa deadline yang selalu bersahabat erat dengan printer rusak dan musti bolak-balik ke tempat service. Well, everything about daily ordinary college-girl. Exclude the boyfriend of course. I have none. Note yet.
November kali ini menyenangkan. Diawali dengan event Wedding Expo dan seperti biasa Tenda Destarata buka booth di sana. Cari jodoh klien di sana. Rhein juga dapet buku bagus yang diincer sejak lama dan susah dapetnya, buku biografi Steve Jobs (thanks to Mput yang udah beliin). I love how Walter Isaacson write about him. Manusiawi, menyentuh, dengan teknik storytelling yang patut diacungi jempol. Baru kali ini baca buku buku biografi bisa sampai ngakak dan nangis. Am I too sensitive? No, I just love drama.
Aktivitas lain.... Hmmm.. masih nulis untuk novel selanjutnya. It will be different theme, I think. I really need to read a lot how-to-write-novel guide books to write this stories. Hope it will be work. I don't know when it will be published. Mengerahkan seluruh tenaga untuk menulis satu adegan kadang butuh waktu seharian, di mana kata 'seharian' itu cukup sulit dicari di tengah hectic kampus. But I enjoy it. Kalau ada aktivitas yang bisa membuat lupa waktu, yang konon menjadi indikasi bahwa di sanalah passion seseorang berada, menulis adalah salah satunya buat Rhein, selain tidur tentunya. 
Doakan lancar dan bisa terbit ya.. :)
Love is real, real is love. -John Lennon-
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 20, 2013 08:39

October 23, 2013

Solo-Ubud-Kuta-Aceh

Ada kalanya foto bicara lebih banyak dari kata-kata. Ada kalanya sebenarnya Rhein malas nulis dan mending pamer poto-poto aja.. Hahaha.. 
Berikut adalah sebagian dari perjalanan acara roadshow 12 kota dalam rangka Tulis Nusantara dengan Nulisbuku dan Plot Point. Kebetulan Rhein dapet kota Solo dan Banda Aceh. Selain itu ada foto dari jalan-jalan ke Ubud Writers Readers Festival dan nongkrong-nongkrong di Bali. Lumayan juga loh, dua minggu full di perjalanan. Hahaha...
SOLO  
UBUD


KUTA



 ACEH

Love is real, real is love. -John Lennon-
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 23, 2013 04:30

October 15, 2013

Bapak, Aku, dan Kambing Kami

[image error]

Masih dalam kondisi traveling setelah Ubud Writers Readers Festival dan keterbatasan alat ngetik plus sinyal wifi. Thanks to lovely brother, Bani, yang rela tabletnya digondol selama perjalanan ini..

Kemarin Idul Adha ya... Rhein menjalaninya di Ubud, bertepatan dengan hari terakhir UWRF. Pagi-pagi (06.30 waktu setempat) Rhein buru-buru keluar penginapan menuju lokasi yang ditunjukkan bapak pemilik homestay sebagai tempat yang biasa digunakan untuk umat muslim shalat Jumat. Keliling-keliling di lokasi tersebut, kok sepi?? Setelah bertanya ke salah satu penduduk, ternyata umat muslim Ubud kalau mau solat Idul Adha atau Idul Fitri harus ke kota. Yang terdekat katanya kantor kelurahan di Gianyar, yang mana termasuk jauh dari homestay tempat Rhein menginap. Akhirnya ngga jadi melihat aktivitas Idul Adha muslim di Ubud, balik ke homestay.

Sekarang cerita tentang kambing. Di rumah, Bapak adalah yang paling anti dengan daging kambing. Hal itu juga terbawa menjadi kebiasaan anak-anaknya ngga ada yang suka. Kenapa? Aku diceritain sama Ibu yang dapet kisahnya dari Nenek (Ibunya Bapak).

Waktu Bapak masih kecil, usia TK atau SD kelas kecil, Aki membeli kambing untuk kurban Idul Adha saat itu. Aki sengaja membeli sekitar seminggu sebelum Idul Adha. Bapak kecil yang belum mengerti esensi kurban seneng banget ada kambing di halaman rumah, disangkanya untuk dipelihara. Tiap hari Bapak sering main sama tuh kambing, ngasih makan, dielus-elus, pulang sekolah didatengin ke kandang, pokoknya seneng banget punya peliharaan.

Sampai pada saat Idul Adha, selesai shalat, Bapak masih ketemu si kambing dan ngasih makan, lalu pergi main sama temen-temen, libur sekolah kan ya... Nah, sore-sore pulang main, Bapak mendapati si kambing ngga ada di halaman. Bapak kecil nyari kambing kemana-mana, keliling setiap rumah, kolong ranjang, dapur, sampai nanya ke uwak-uwaknya kemana kambing saya? Ngga ada yang tahu. Sampai akhirnya kakaknya Bapak bilang bahwa kambing Bapak udah disembelih, udah mati. Dang! Patah hati lah Bapak.

Keesokan harinya, masih menurut cerita Nenek, giliran Bapak yang hilang entah ke mana. Seharian dicari oleh Nenek, Aki, dan semua kakak-kakanya, ngga ketemu. Baru pada malam hari, Nenek menemukan Bapak di salah satu kolong tempat tidur di rumah (rumah Nenek-Aki dulu luaaasss banget & banyak kamar karena sering ada orang luar negeri nge-kos). Bapak ditemukan ngumpet di kolong ranjang dalam kondisi nangis diam-diam, sedih kambing sahabatnya dalam beberapa hari, disembelih tanpa dia tahu, tanpa sempat perpisahan. Huhuhu... Sejak itulah Bapak ngga pernah mau makan daging kambing karena selalu teringat kenangan kambing tersayang.

Itu cerita kambing Bapak. Sejak dulu, Bapak-Ibu selalu mengajarkan Rhein dan adik-adik untuk berbagi. Termasuk mengenai esensi kurban Idul Adha, kami diajarkan mengenai keikhlasan untuk memberi, apalagi setelah mendapat begitu banyak anugerah berlimpah. Karena seringkali memberi pada orang lain sebenarnya memberi kebahagiaan pada hati kita sendiri. Mungkin kita baru mampu memberi materi, tapi Tuhan pasti memberi 'hal lain' pada kehidupan dan hati  kita. Tambahan lagi ortu pernah cerita kalau binatang yang menjadi kurban Idul Adha akan menjemput saat kita akan melewati jalan Sidhratul Muntaha, menjadi kendaraan kita menuju surga. Dulu, Rhein kecil cuma ketawa-ketiwi 'hihihi... Gimana rasanya naik kambing?'.

Tahun ini, setelah menabung beberapa tahun dan niat banget dari tahun-tahun lalu, Alhamdulillah dikabulkan untuk bisa kurban sendiri. Karena Rhein harus melakukan perjalanan, jadi hanya bisa menitip ke Bapak-Ibu, minta tolong dibelikan hewan kurban. Kemudian pagi-pagi di hari Idul Adha, Ibu mengirim foto si kambing. Kambing kurbanku, kambing pertamaku, kambing yang semoga pada saatnya nanti bisa, insyAllah, menjemputku untuk ke surga. Di penginapan Ubud, cuma bisa nangis lihat foto kambing. Nangis haru, seneng, dan bersyukur banget. Baru pada kali itu Rhein merasa bahwa kambing itu cakep! Hahaha.. Itu cerita kambingku...

Kalau kambingmu? :D

Kuta, 16 Oktober 2013.


Posted via Blogaway
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 15, 2013 23:07

October 12, 2013

Mastering Storytelling (UWRF 2013)

Sabtu, 1 Oktober 2013

Sejak datang ke Ubud Writers Readers Festival tahun lalu, Rhein sudah berjanji pada diri sendiri bahwa tahun depan harus datang lagi. Janji pada diri sendiri pun harus ditepati, dong... Alhamdulillah, tahun ini bisa datang lagi. Sejak dua bulan lalu, udah niat banget cari tiket pesawat promo dan mantengin website UWRF ngincer workshop-workshop menarik untuk diikuti. Yup, kalau setahun lalu hanya berkesempatan mengikuti main program alias diskusi panel karena tiket workshop udah pada sold out, tahun ini nggak boleh kecolongan. Bener aja lho, bahkan sekitar dua minggu sebelum UWRF digelar, workshop-workshop yang Rhein incer udah pada sold out (untung udah beli tiket sebulan sebelumnya).

Tanggal 12 Oktober, Rhein ikut workshop yang diisi oleh Claire Scobie, seorang jurnalis dan penulis buku yang udah mendapatkan award penulisan. Tema yang diangkat adalah "Mastering Storytelling". Why? Why did you choose this workshop, Rhein?

Begini, Rhein menemukan 2 tipe orang dalam hal bercerita. Pertama adalah orang yang bercerita dengan cara berbicara. Contoh terdekat adalah Ibu dan Furky (adik Rhein). Ibu jelas sangat piawai mendongeng sejak Rhein kecil, sampai sekarang pun Rhein masih bisa merasakan betapa sedih ketika ikan Leungli mati dan si gadis dalam cerita menangis karena kehilangan sahabatnya itu. Furky, pecinta hampir segala macam film. Minta dia menceritakan sebuah film dari awal sampai tamat dan Rhein bisa membayangkan film tersebut plus ikut tegang tanpa perlu menontonnya. Apa? Apa yang membuat kedua orang terdekat Rhein ini bisa bercerita (bicara) sampai bisa membawa perasaan pendengar ikut terhanyut? Kemampuan mereka ber-NARASI.

Kedua, ada orang yang bercerita melalui tulisan. Ask me to tell (talk) about some stories and I will ruin it and make the listener confuse. Yep, Rhein ngga bakat becerita dengan cara ngomong (kecuali gosip, halah). Karena lebih merasa mampu bercerita melalui tulisan, Rhein pun perlu belajar bagaimana supaya orang-orang yang baca tulisan Rhein ikut terhanyut seperti lagi didongengin (bahasa apa ini). That's why I choose this workshop, to sharpen the storytelling.

Across all writing genre, one of the most important things to know is how to craft a story with a strong narrative thread.

Sebenarnya dalam workshop ini ada dua tipe tulisan yaitu fiksi dan non fiksi, tapi Rhein rangkum yang fiksi aja ya, daripada ntar kepanjangan. Hahaha.. Ini yang fiksi juga yang hal utama aja, karena lumayan banyak yang di bahas di modulnya.

Oke, dalam memperkuat narasi dalam fiksi ada dua hal penting yang perlu ditekankan. Pertama adalah plot, adegan. Penulis perlu mempertajam plot untuk mendapatkan narasi yang sesuai. Buat kronologi yang teratur, bangun ketegangan dalam cerita dan antisipasi apa yang perlu dilakukan si tokoh. Lakukan dramatisasi pada beberapa adegan (dramatis beda sama lebay). Picu hal-hal yang bisa memancing imajinasi pembaca pada setiap adegan yang ditulis.

Kedua adalah 'suara' dalam karakter. Ciptakan karakter se-nyata mungkin, buat hal-hal kecil yang menjadi kebiasaannya (meski pada prakteknya ngga perlu ditulis semua) dan memberi efek pada bagaimana dia berbicara. Misalnya si karakter tipe orang mudah panik, dia punya tipe suara cempreng, aneh aja tipe suaranya lemah lembut kayal putri Solo. Bahkan kalau perlu, wawancara narasumber untuk penulis bisa mendapat 'suara' si karakter.

Here is the point of this workshop: Make the reader trust the writer. Make the reader believe everything you write is real.

Susah ya? BANGETTTTTT!!

Sisa cerita, workshop ini menyenangkan, inspiratif, bahkan peserta diminta langsung praktek nulis mulai dari nulis sinopsis (bahkan, tuliskan inti novelmu dalam HANYA satu kalimat! Oh, man..), mencipta karakter yang unik dan nyata, membuat dialog yang efektif, sampai bikin beberapa alternatif kalimat pembuka yang bisa 'nampol' pembaca (ada partner yang menilai). Diskusi juga berjalan aktif. Rhein dapet banyak banget masukan dari speaker dan partner Rhein selama workshop.

Saat coffee break, peserta banyak berbaur (dari 20 peserta, hanya 2 dari Indonesia). Rhein ngobrol dengan salah seorang penulis dari Australia dan dia sedang menerjemahkan cerita serial 'si Kancil' dalam bahasa Inggris agar lebih mendunia. Bahkan, cerita si kancil jadi cerita anak di Australia. Jadilah kami cekikikan ngomongin si kancil, timun, buaya, dan pak tani. Lalu beberapa juga bertanya tentang novel Rhein yang sudah terbit (di awal ada perkenalan peserta gitu), bahkan mereka mendoakan semoga novel Rhein diterjemahkan dalam bahasa Inggris supaya suatu hari mereka bisa baca. Aaahhh... So cuuttee.. Terharu luar biasa.. :')

Overall, workshop hari ini menyenangkan. Rhein juga ikut beberapa diskusi panel, tapi kalian bisa lihat di twitter @ubudwritersfest tentang beberapa cuplikannya. Soalnya ini tulisan udah kepanjangan. Hahaha.. Bersambung ke UWRF hari selanjutnya :).

PS: will re-write this post after I meet my lovely notebook.

Posted via Blogaway


Posted via Blogaway
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 12, 2013 20:37

September 28, 2013

Just Keep Writing ^.^

Bagi tiap penulis, Rhein terutama, bisa dibilang ngga bisa pergi tanpa alat tulis. Kalau perlu pergi ke alam mimpi pun dibawa, deh. Hahaha... Jurnal atau note block plus pulpen atau pensil pasti ada di dalam tas, selain dompet dan hp. Nah, berhubung jurnal terakhir milik Rhein udah mau habis, jadi kemarin beli yang baru. Kali ini spesial karena pesan khusus dengan request desain. Ini dia...
Why Astronaut-Author? Dari kecil, kalau ditanya cita-cita, pasti Rhein bilang pengen jadi Astronaut, makanya suka banget sama astronomi. Berhubung sekarang udah dewasa dan mulai realistis, cita-citanya pengen jadi Author. Eh tapi, kalau ada kesempatan jadi astronaut masih tetep mau, kok. Sayangnya sayembara dari iklan parfum cowok itu hanya membuka peserta untuk para pria, sih. *malah curhat*. 
Lalu yang jadi quote sampul belakang jurnal itu, Rhein selalu ingat orang-orang hebat yang membuat mereka spesial dan dikenang adalah imajinasi, mimpi, dan usaha keras mereka. Bisa dilihat dong contohnya macam Einstein, Steve Jobs, Bill Gates, Stephen Hawking. Butuh kerja keras untuk meraih mimpi. Oh, sebenarnya quote itu yang diucapkan Halya di novel CoupL(ov)e, sih.. Hihihi...
Selain jurnal, Rhein juga suka pilih-pilih alat tulis. I love orangeMaybe it's sounds silly. Namun, jurnal dan alat tulis tertentu selalu bisa jadi mood-booster dalam menulis. Sugesti, sih.. Hanya saja, selama sugesti itu bisa menghasilkan hal positif, mengapa tidak? :)
Kali ini Rhein sedang mengerjakan proyek novel baru. Tentang apa? Oh, rahasia. Berbeda dengan CoupL(ov)e dan Seven Days yang pernah Rhein publish di blog, kali ini sepertinya Rhein tidak akan memberikan clue apa pun sebelum benar-benar akan terbit. Pengerjaannya juga tidak ingin terburu-buru, apalagi disela-sela kuliah padat. Pastinya, beda dari yang sebelum-sebelumnya... *sok misterius*. Doakan saja, ya! 
Apa pun itu, sesimpel apa pun, meski sepele, selama bisa membuatmu terus menulis, miliki saja... 
Just keep writing... Just keep writing... ;)
====================================================================
Update:
Karena banyak yang nanya tentang journal, saya pesan di Vicicero Leatherworks. Ini link facebooknya: https://www.facebook.com/vicicero Bangga sama produk kreatif anak bangsa, dong!

photo by Vicicero
Love is real, real is love. -John Lennon-
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 28, 2013 05:53

September 10, 2013

Dunia Nyata Tetap Lebih Menyenangkan

Hello, apa kabar kalian di bulan September ini? Konon bulan ini identik dengan quote pamungkas,
wake me up when September end
Namun entah mengapa, yang identik bagi Rhein tentang September adalah kisah-kasih Gerakan 30 September/PKI. Hahahaha...
Okay, nothing is special about my life in this September. Semester baru sudah dimulai, perkuliahan sudah berjalan 3 minggu. Mata kuliah yang bikin sesak napas adalah Management Financial sama Business Strategy & Enterprise. Jelas ya dua mata kuliah ini ngga pernah gue dapet di Fisika dulu dan bener-bener blank! Untungnya, alhamdulillah banyak temen yang bisa diajak diskusi. Dan, menyenangkan! :)
Kenapa gue bilang menyenangkan? 
Well, honestly sometimes I feel so pathetic about this country, especially about not-important-thing people love to buzz. Let say, the rare of tahu-tempe (which is not in all location, only exaggerated news), Miss World controversy, or who-is-he the accidentally famous stupid person with "sasi-sasi". And thanks God, I got about these spreading news only in social media. Most of social media.
Maka, ketika gue tiap pagi datang ke kampus, berkutat dengan dunia nyata, orang-orang yang nyata, pembahasan yang muncul justru berbeda. Memang sih, yang dibahas nggak jauh-jauh dari tugas kuliah. Namun, semua isi tugas itu jauh lebih bermanfaat bagi suplai isi otak gue. Contohnya kuliah Business Strategy & Entreprise yang cukup bikin mumet seminggu ini tentang apa yang harus dilakukan seorang pengusaha pesawat jet (Embraer) dalam membuat strategi untuk menghadapi pesaingnya (Bombardier). Paper case yang harus dibaca bikin gue paham tentang industri pesawat, termasuk Boeing dan Airbus, bagaimana sejarah mereka, efek yang terjadi pasca bom 11 September, persebaran saham, efeknya terhadap berbagai negara, persaingan bisnis pabrik pesawat, dll.
Atau ketika gue mengerjakan tugas Financial Management, yang mana duh-plis gue ngga pernah megang akuntasi sejak kelas 3 SMA. Awalnya blank dan diskusi antar teman bisa bikin gue sedikit tercerahkan tentang bagaimana melihat pencatatan keuangan, pergerakan kestabilan saham perusahaan (kasus minggu ini PT Krakatau Steel), atau cara-cara mengidentifikasi perusahaan mana yang sehat dan kita bisa investasi di sana. Atau nggak usah jauh-jauh deh, pembahasan dalam membuat keputusan "saat mulai usaha, mending modal sendiri atau pinjem uang dari bank?"
I love my class since I came to study here. Gue suka suasana yang seimbang antara mau usaha, belajar, dan nggak lupa main, yang ada di antara temen-temen. Setidaknya, minimal, ada kok sekelompok orang yang lebih membicarakan hal bermutu dan bukan omong kosong.
Alhmadulillah. Makasih Tuhan, aku cinta dunia nyata yang menyenangkan ini. :) Love is real, real is love. -John Lennon-
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 10, 2013 03:07

August 26, 2013

Cerita Libur Lebaran

Ini memang sudah sangat terlambat. Namun apa daya, jatah kuota internet habis dan baru bisa posting sekarang. Ini pun karena wifi kampus *fakir wifi*. Ngga perlu banyak bicara, Rhein cuma mau pamer foto-fofo selama libur Lebaran kemarin. Alhamdulillah bangeeeettt silaturahmi berjalan lancar dan menyenangkan. ^_^








Love is real, real is love. -John Lennon-
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on August 26, 2013 00:20

July 28, 2013

Writers Meet & Writing Style

Kalau dua atau beberapa penulis ketemu, biasanya mereka ngapain, sih? Ngomongin tentang nulis? Hmm.. Sebenarnya iya, sih. Hehehe...

Jum'at lalu Rhein main ke kantor Mizan. Mau beli beberapa novel titipan temen-temen sekalian ketemu Moemoe Rizal buat barter novel kece nan cetar membahana milik kami berdua. Iyes, barter CoupL(ov)e sama Bangkok, dong. Oh iya, Moemoe ini editor novel Jadian 6 Bulan juga, jadilah ketemuan kemarin itu jadi ajang bergosip berbagai hal dunia kepenulisan. *Ajang narsis juga*


Rhein Fathia & Moemoe Rizal Ih, puasa-puasa gosip. Hmmm.. Diskusi sih sebenarnya dan insyAllah apa yang kami bicarakan bermanfaat. *Ngelesnya bisaan*. Selain curhat tentang proses kelahiran buku, Rhein sama Mumu juga membicarakan tentang karya masing-masing dari awal karier menulis. Kami sama-sama menerbitkan buku pertama kali sekitar tahun 2005. Rhein dengan "Jadian 6 Bulan" dan Moemoe jadi pemenang lomba dengan judul novel "Kling! Spinning Coin". Coba liat potonya di samping ini. So jadul.

Tahun berlalu, bedanya Moemoe produktif nulis bahkan beberapa novelnya termasuk Mama Cake udah dibuat film. Sedangkan Rhein? Oh, moody luar biasa dan berkarya semau-maunya *jangan dicontoh*. Namun, ada hal yang kami bahas sekilas dan penting banget buat penulis. Yaitu, tentang peningkatan kualitas karya. 
Ibarat makhluk hidup, sebenarnya "writing style" seseorang juga tumbuh. Seharusnya tumbuh. Menjadi lebih baik, lebih matang, lebih memperlihatkan karakter si penulis. Karena seiring waktu, tentu penulis mendapat pengalaman yang lebih banyak, belajar lebih banyak, melahap banyak karya yang lebih variatif, sehingga sudah otomatis ia akan menyerap semua itu dan menghasilkan karya-karya yang memiliki makna lebih luas. Penulis perlu menantang dirinya sendiri untuk menghasilkan karya dengan "writing style" yang tidak stagnan. Harus ada naik kelas.

Sejak tahun 2005 sampai 2013, wow 8 tahun lah Rhein & Moemoe berkecimpung di dunia penulisan. Sudah tentu, Rhein yang membaca "Kling! Spinning Coin" dan "Bangkok" melihat perbedaan dan perkembangan yang jauh meningkat. Moemoe pun merasa kok dia mengalami perubahan kualitas menulis seiring waktu. Sama seperti halnya "Jadian 6 Bulan" dan "CoupL(ov)e", jelas berbeda. Rhein juga merasakan perubahan kualitas menulis yang lebih kentara. Perubahan ke arah yang lebih baik.
Menulis itu ajang pembelajaran. Baik dari segi isi tulisan mau pun kualitas penulisan. So, keep learning, keep writing, and never give up! :)

Love is real, real is love. -John Lennon-
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 28, 2013 02:46