Rhein Fathia's Blog, page 24
November 10, 2010
Kuli Jakarta: Kantorku Negeri Dongeng

Bekerja di kantor ini mengingatkanku pada cerita negeri dongeng yang dulu sering kubaca di majalah Bobo. Dan justru membuatku mengerti, mengapa di negeri dongeng yang notabene negeri impian sehingga seharusnya semua hidup damai tentram, masih saja terdapat tokoh antagonis. Ternyata, negeri dongeng yang sering aku baca dulu adalah sebuah refleksi dari cerita negeri nyata yang ada. Sehingga sejak kecil kita bisa belajar dari cerita dongeng, jangan menjadi tokoh antagonis setelah besar nanti.
Seperti biasa, negeri dongeng dipimpin oleh seorang Raja yang tegas dan bijaksana. Sang Raja meski tampak galak, namun beliau sosok pekerja keras sejak dulunya, sampai bisa membangun kerajaan kecil ini. Pada semua rakyatnya, Sang Raja selalu ramah dan mengayomi. Tentunya, sang Raja ini didampangi oleh Ratu yang lembut hati dan memiliki senyum teduh (penulis ngefans dengan sang Ratu). Mereka memiliki seorang Pangeran yang saat ini sedang belajar untuk menjadi pewaris tahta. Pangeran Tampan yang cerdas, sangat serius dalam belajar memimpin kerajaan, dan dapat menjalin hubungan baik dengan kerajaan lain. Meski terkadang sang Pangeran juga gemar bersenang-senang dan maunya ini itu. Sang Pangeran tentunya memiliki seorang istri yaitu Puteri Jelita yang anggun. Siapapun yang melihat Puteri Jelita, akan kagum akan kecantikannya. Dia pun sosok yang baik hati, meski terkadang tampak angkuh. Puteri Jelita ini bekerja sama dengan Pangeran Tampan dalam belajar memimpin kerajaan.
Tokoh yang lain, oh sangat banyak. Ada Paman Penasihat Kerajaan yang sabar dan bijaksana. Lalu Panglima Pengaman kerajaan yang baik hati. Keluarga lain adalah Bibi Iri Hati, Bibi Cerewet, Bibi Penyabar, Bibi Banyak Mau, Bibi Tukang Ngomel, Bibi Pendiam. Sedangkan dari pihak lelaki ada Paman Lucu, Paman Mesum, Paman Pengeluh, Paman Pintar, Paman Cakep, Paman Pemalas. Juga jangan dilupakan tentang gadis-gadis manis yang selalu ceria, serta para pemuda baik hati pekerja keras. Dan masih banyak lagi tokoh yang lain. Mereka semua saling bekerja sama agar kerajaan menjadi lebih baik. Karena dari kerajaan inilah mereka mendapat penghidupan. Meski masih ada intrik-intrik licik, kesalahpahaman, omelan-omelan, mereka tetap ingin kerajaan berjalan dengan baik.
Seperti cerita negeri dongeng biasanya, selalu ada cerita di masing-masing tokoh. Mereka sering bersikap baik, namun tak jarang mereka ceroboh serta menyebalkan. Dan dibalik setiap cerita negeri dongeng, selalu ada pelajaran yang bisa diambil hikmahnya.
Lalu kamu jadi apa, Rhein? Humm.. hanya Peri Kecil yang sedang singgah, dan berharap keluarga kerajaan tidak membaca ocehannya ini.
Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on November 10, 2010 22:03
Bencana Untuk Perubahan :)

Bapak saya juga bilang, dulu setelah gunung Galunggung meletus, pasir-pasirnya dimanfaatkan untuk pembangunan di Jakarta. Dan daerah sekitar gunung menjadi lahan subur. Tuhan itu Maha Baik, dan alam selalu memberi banyak hal pada manusia dengan ikhlas. Meski ada korban, anggap saja itu sebuah keseimbangan. Meski banyak kesedihan, percayalah di balik itu akan muncul kebahagiaan.
Begitu pula dengan kejadian meletusnya Merapi, gempa Mentawai, ataupun yang lain. Semoga kita semua tetap bisa berfikir positif, karena akan ada kehidupan lain yang lebih baik. ^_^
ps: pic taken from here
Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on November 10, 2010 19:53
November 9, 2010
We're Great Team, I Think :)
Kamu tahu, aku bahagia ternyata kita bisa jadi tim perjalanan yang baik. Thanks a lot! ^_^
Akhir Oktober lalu, Rhein dapet izin libur sehari dari kantor. Yang memang sudah direncanakan untuk mendatangi si pacar karena hampir 5 bulan kami ga ketemu. Apalagi saat itu si pacar baru saja wisuda dan sudah sejak jauh hari muncul rencana untuk jalan-jalan. Rhein pengen jalan-jalan ke Jogja, si pacar mengiyakan saja. Katanya, "Yang penting aku bisa ketemu kamu" *duh co cwit*.
Tadinya, kami mau pergi bareng temen-temen, yang ujung-ujungnya H2C (hayu-hayu cicing). Tadinya, kami mau berangkat Jum'at siang, molor jadi Jum'at sore karena harus buat paper untuk PT Goodyear sebagai syarat seleksi (doakan kami berdua keterima kerja di sana ya... ^_^). Jadilah, kami berangkat berdua dari Semarang menuju Jogja menggunakan motor dan berencana akan bertemu teman-teman di sana saja. Seperti biasa, Rhein kalau dibonceng orang, malah asyik foto-foto pemandangan. Jeng..Jeng..Jeng...
-On the way to Jogja-
Sebenarnya, perjalanan kali ini agak-agak salah perhitungan sih. Ketika awalnya Rhein mengira perjalanan menggunakan motor itu menyenangkan, ternyata agak menyeramkan. Kami pergi kesorean, otomatis harus melewati bukit plus hutan nan gelap saat malam tiba. Ditambah sedang musim hujan pula. Dan kami pun kehujanan, kedinginan. Dan yang paling dodol, Rhein baru sadar kalau Gunung Merapi baru saja meletus.... (>.<) Sampai-sampai salah seorang kawan sms dan bilang kalau kami ini pacarannya ekstrem. Orang-orang mengungsi dari Jogja, kami malah niat jalan-jalan di Jogja. Hahaha...
Sampai di Jogja malam hari, si pacar langsung ngajak jalan-jalan ke alun-alun. Rhein menurut saja, habisnya bingung sih. Mungkin karena Rhein diam saja dan kalau lagi diam tampang Rhein tampak jutek, si pacar bingung. "Kamu ngambek, ya?". Rhein menggeleng. "Laper, yank...". Si pacar hanya tertawa dan langsung puter balik cari makanan. Beres makan, napsu belanja Rhein langsung membuncah dunk. Dan si pacar dengan sabar menguntit Rhein belanja. Berhubung Rhein kalau ngomong bahasa Jawa selalu belepotan padahal kalau di Malioboro itu wajib nawar, jadilah si pacar yang nawar harga barang. Lumayan loh, bisa dapet sepertiga harga. Horeee! :D
-Shop till you drop! :p-
Keesokan harinya, barulah kami dan teman asyik jalan-jalan. Ditambah dengan Rhein yang makin brutal belanja. Hahahaha.. Benar-benar wisata belanja judulnya. Sayangnya, rencana jalan-jalan harus cepat di-stop karena cuaca makin memburuk. Langit gelap dan hujan. Hujan air plus abu membuat kami cepat memutuskan untuk pulang ke Semarang.
-Jogja ber-abu saat kami di sana. Sungguh tidak menyangka, seminggu kemudian kondisinya berubah makin parah menjadi seperti ini:-
-Jangan lupa untuk menyumbang ya, kawan. Meski hanya sebisik doa.. #prayforIndonesia. Pic taken from here-
Di atas itu kostum perjalanan Rhein. Hahaha.. Lucu ya. Si pacar yang memakaikan karena khawatir Rhein masuk angin dan bajunya kotor. Ngga cuma masalah jas hujan. Dia juga yang mem-packing semua belanjaan Rhein agar mudah dibawa, dan tak lupa men-service motor beberapa hari sebelum kami berangkat. Prepare for save first! Padahal Rhein prepare fo fun first :D.
Alhamdulillah, kami pulang dengan selamat, sehat wal afiat, oleh-oleh pun selamat :p. Dan saya kembali ke Jakarta meski masih belum puas maen v_v. Thanks a lot, my Superbear.. Karena sudah sangat sabar dan melindungi dengan sangat. Semoga Rhein bukan termasuk pacar yang rewel *ngerasanya sih nggak*. :-*
Love is real, real is love. -John Lennon-
Akhir Oktober lalu, Rhein dapet izin libur sehari dari kantor. Yang memang sudah direncanakan untuk mendatangi si pacar karena hampir 5 bulan kami ga ketemu. Apalagi saat itu si pacar baru saja wisuda dan sudah sejak jauh hari muncul rencana untuk jalan-jalan. Rhein pengen jalan-jalan ke Jogja, si pacar mengiyakan saja. Katanya, "Yang penting aku bisa ketemu kamu" *duh co cwit*.
Tadinya, kami mau pergi bareng temen-temen, yang ujung-ujungnya H2C (hayu-hayu cicing). Tadinya, kami mau berangkat Jum'at siang, molor jadi Jum'at sore karena harus buat paper untuk PT Goodyear sebagai syarat seleksi (doakan kami berdua keterima kerja di sana ya... ^_^). Jadilah, kami berangkat berdua dari Semarang menuju Jogja menggunakan motor dan berencana akan bertemu teman-teman di sana saja. Seperti biasa, Rhein kalau dibonceng orang, malah asyik foto-foto pemandangan. Jeng..Jeng..Jeng...

Sebenarnya, perjalanan kali ini agak-agak salah perhitungan sih. Ketika awalnya Rhein mengira perjalanan menggunakan motor itu menyenangkan, ternyata agak menyeramkan. Kami pergi kesorean, otomatis harus melewati bukit plus hutan nan gelap saat malam tiba. Ditambah sedang musim hujan pula. Dan kami pun kehujanan, kedinginan. Dan yang paling dodol, Rhein baru sadar kalau Gunung Merapi baru saja meletus.... (>.<) Sampai-sampai salah seorang kawan sms dan bilang kalau kami ini pacarannya ekstrem. Orang-orang mengungsi dari Jogja, kami malah niat jalan-jalan di Jogja. Hahaha...
Sampai di Jogja malam hari, si pacar langsung ngajak jalan-jalan ke alun-alun. Rhein menurut saja, habisnya bingung sih. Mungkin karena Rhein diam saja dan kalau lagi diam tampang Rhein tampak jutek, si pacar bingung. "Kamu ngambek, ya?". Rhein menggeleng. "Laper, yank...". Si pacar hanya tertawa dan langsung puter balik cari makanan. Beres makan, napsu belanja Rhein langsung membuncah dunk. Dan si pacar dengan sabar menguntit Rhein belanja. Berhubung Rhein kalau ngomong bahasa Jawa selalu belepotan padahal kalau di Malioboro itu wajib nawar, jadilah si pacar yang nawar harga barang. Lumayan loh, bisa dapet sepertiga harga. Horeee! :D

Keesokan harinya, barulah kami dan teman asyik jalan-jalan. Ditambah dengan Rhein yang makin brutal belanja. Hahahaha.. Benar-benar wisata belanja judulnya. Sayangnya, rencana jalan-jalan harus cepat di-stop karena cuaca makin memburuk. Langit gelap dan hujan. Hujan air plus abu membuat kami cepat memutuskan untuk pulang ke Semarang.



Di atas itu kostum perjalanan Rhein. Hahaha.. Lucu ya. Si pacar yang memakaikan karena khawatir Rhein masuk angin dan bajunya kotor. Ngga cuma masalah jas hujan. Dia juga yang mem-packing semua belanjaan Rhein agar mudah dibawa, dan tak lupa men-service motor beberapa hari sebelum kami berangkat. Prepare for save first! Padahal Rhein prepare fo fun first :D.

Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on November 09, 2010 00:28
November 6, 2010
Saya Takut Miskin, Kawan...
Mari kita bicara tentang materi, tentang uang, tentang hal-hal yang perlu dibeli.
Kata orang, miskin atau kaya itu relatif. Dari kacamata *dan softlens* saya, miskin adalah ketika kita terpaksa harus meminta pada orang lain karena tidak mampu mengusahakan sendiri. Dan saya takut miskin. Sebuah doktrin yang tertanam lekat dan ditularkan oleh Ibu. Iya, Ibu saya juga takut miskin.
Emang kamu pernah miskin, Rhein? Entahlah, saya sih dari dulu selalu merasa cukup *Alhamdulillah...*. Beruntunglah saya punya orangtua yang mengajarkan untuk tidak konsumtif dan gemar menabung. Sebelum TK, saya diajarkan untuk rajin menabung di celengan. Di TK, karena Bapak melarang untuk jajan sembarangan, saya jarang jajan. Jadilah uang jajan utuh.
Beranjak SD, saya mulai menabung di bank atas nama saya dan Ibu. Jadilah seminggu sekali saya rutin pergi ke bank untuk menabung sisa uang jajan *berapa banyak anak SD yang punya account Bank?*. Sedikit demi sedikit, tapi bisa untuk beli kado untuk Ibu. Jadi teringat Liquid, sahabat sejak SD yang ultah Ibu kami berdekatan dan sering cari kado bareng. Oiya, waktu SD juga saya cari uang dengan menyewakan koleksi majalah Bobo di suatu tempat persewaan buku, barengan sahabat saya Rosita yang menyewakan komik-komiknya. Uangnya untuk apa, Rhein? Beli eskrim.
Buku-buku pelajaran di sekolah, saya beli bekas. Jadi, setiap tahun ajaran baru saya mencatat semua buku yang diperlukan di sekolah, lalu pergi bareng Ibu ke toko buku loak di pasar Johar (dulu di Semarang). Hal itu beranjak sampai SMP. Selain buku bekas itu murah, toh isinya sama. Apalagi biasanya sudah ada isi jawaban dari soal-soalnya. Hehehe.. :D. Di SMP juga saya mulai jualan gantungan kunci buatan sendiri. Selain ditabung, uangnya untuk beli novel. Saya mulai kecanduan Sherlock Holmes, Poirot, Trio Detektif, STOP, dan novel detektif lain. SMA, saya sibuk belajar. Belajar organisasi maksudnya. Hahaha... Jadinya hobi cari uang untuk sponsorship. Tapi beruntung saya bisa menerbitkan novel. Lumayan foya-foya dari royalti. Foya-foya beli apa, Rhein? Buku. Ibu sering ribut saya kebanyakan buku.
Kuliah, saya kerja serabutan. Dari guru SMA, jadi guide teleskop, atau pembicara. Apapun deh, yang penting tabungan saya bisa bernapas *seringnya sesak napas*. Maklum uang jajan saya nggak besar, cuma 450ribu/bulan padahal saya kost. Tapi tetap, saya pantang kekurangan uang. Satu kali saya miskin alias minta tambahan uang adalah ketika ngerjain skripsi di Bosscha . Karena saya men-stop semua kerja sambilan.
Mungkin, karena sejak kecil saya selalu punya tabungan dan bisa mendapatkan apa yang saya mau, saya jadi takut miskin. Makanya semua teman cowok saya setuju kalau Rhein itu cewek matre. Bahkan pernah seorang mantan *mantan yang mana Rhein? :D* marah-marah karena saya bilang ke dia, " Kalau kamu cari istri untuk diajak hidup susah, silahkan cari perempuan lain. Saya nggak mau hidup miskin ". Jadi orang itu harus kaya, urusan gaya hidup mewah atau sederhana, itu pilihan. Jadi orang kaya itu bisa banyak memberi. Dan seluruh alam raya tahu memberi itu lebih baik daripada tidak diberi menerima.
Kalau orang-orang melihat saya ini hidupnya enak, bisa beli-beli atau pergi ke sana-sini, ingat saja bahwa tidak ada hasil tanpa usaha, *aksi-reaksi hukum Newton 3*. Saat ini, saya sedang mencoba investasi dan bisnis Rhein's Shop , juga belajar dari pebisnis lain. Alasan simpelnya ya karena memang saya takut miskin, jadi saya antisipasi. Dan supaya tidak miskin, syaratnya hanya 1: Jangan Malas.
ps: Jangan lupa untuk berbagi dan memberi pada saudara kita yang menjadi korban bencana alam.
Love is real, real is love. -John Lennon-

Kata orang, miskin atau kaya itu relatif. Dari kacamata *dan softlens* saya, miskin adalah ketika kita terpaksa harus meminta pada orang lain karena tidak mampu mengusahakan sendiri. Dan saya takut miskin. Sebuah doktrin yang tertanam lekat dan ditularkan oleh Ibu. Iya, Ibu saya juga takut miskin.
Emang kamu pernah miskin, Rhein? Entahlah, saya sih dari dulu selalu merasa cukup *Alhamdulillah...*. Beruntunglah saya punya orangtua yang mengajarkan untuk tidak konsumtif dan gemar menabung. Sebelum TK, saya diajarkan untuk rajin menabung di celengan. Di TK, karena Bapak melarang untuk jajan sembarangan, saya jarang jajan. Jadilah uang jajan utuh.
Beranjak SD, saya mulai menabung di bank atas nama saya dan Ibu. Jadilah seminggu sekali saya rutin pergi ke bank untuk menabung sisa uang jajan *berapa banyak anak SD yang punya account Bank?*. Sedikit demi sedikit, tapi bisa untuk beli kado untuk Ibu. Jadi teringat Liquid, sahabat sejak SD yang ultah Ibu kami berdekatan dan sering cari kado bareng. Oiya, waktu SD juga saya cari uang dengan menyewakan koleksi majalah Bobo di suatu tempat persewaan buku, barengan sahabat saya Rosita yang menyewakan komik-komiknya. Uangnya untuk apa, Rhein? Beli eskrim.
Buku-buku pelajaran di sekolah, saya beli bekas. Jadi, setiap tahun ajaran baru saya mencatat semua buku yang diperlukan di sekolah, lalu pergi bareng Ibu ke toko buku loak di pasar Johar (dulu di Semarang). Hal itu beranjak sampai SMP. Selain buku bekas itu murah, toh isinya sama. Apalagi biasanya sudah ada isi jawaban dari soal-soalnya. Hehehe.. :D. Di SMP juga saya mulai jualan gantungan kunci buatan sendiri. Selain ditabung, uangnya untuk beli novel. Saya mulai kecanduan Sherlock Holmes, Poirot, Trio Detektif, STOP, dan novel detektif lain. SMA, saya sibuk belajar. Belajar organisasi maksudnya. Hahaha... Jadinya hobi cari uang untuk sponsorship. Tapi beruntung saya bisa menerbitkan novel. Lumayan foya-foya dari royalti. Foya-foya beli apa, Rhein? Buku. Ibu sering ribut saya kebanyakan buku.
Kuliah, saya kerja serabutan. Dari guru SMA, jadi guide teleskop, atau pembicara. Apapun deh, yang penting tabungan saya bisa bernapas *seringnya sesak napas*. Maklum uang jajan saya nggak besar, cuma 450ribu/bulan padahal saya kost. Tapi tetap, saya pantang kekurangan uang. Satu kali saya miskin alias minta tambahan uang adalah ketika ngerjain skripsi di Bosscha . Karena saya men-stop semua kerja sambilan.
Mungkin, karena sejak kecil saya selalu punya tabungan dan bisa mendapatkan apa yang saya mau, saya jadi takut miskin. Makanya semua teman cowok saya setuju kalau Rhein itu cewek matre. Bahkan pernah seorang mantan *mantan yang mana Rhein? :D* marah-marah karena saya bilang ke dia, " Kalau kamu cari istri untuk diajak hidup susah, silahkan cari perempuan lain. Saya nggak mau hidup miskin ". Jadi orang itu harus kaya, urusan gaya hidup mewah atau sederhana, itu pilihan. Jadi orang kaya itu bisa banyak memberi. Dan seluruh alam raya tahu memberi itu lebih baik daripada tidak diberi menerima.
Kalau orang-orang melihat saya ini hidupnya enak, bisa beli-beli atau pergi ke sana-sini, ingat saja bahwa tidak ada hasil tanpa usaha, *aksi-reaksi hukum Newton 3*. Saat ini, saya sedang mencoba investasi dan bisnis Rhein's Shop , juga belajar dari pebisnis lain. Alasan simpelnya ya karena memang saya takut miskin, jadi saya antisipasi. Dan supaya tidak miskin, syaratnya hanya 1: Jangan Malas.
ps: Jangan lupa untuk berbagi dan memberi pada saudara kita yang menjadi korban bencana alam.
Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on November 06, 2010 06:35