Rhein Fathia's Blog, page 10
August 31, 2015
Perseteruan Sepersusuan

Jadi ceritanya, karena perempuan Indonesia seusia saya kebanyakan sedang dalam tahap memiliki buah hati yang lagi lucu-lucunya, tentu laman facebook saya pun sering dihiasi oleh segala pernak-pernik bumil-busui (istilah kerennya). Salah satunya adalah tentang pemilihan susu untuk bayi usia sekian sampai sekian, ASI, ASIP, sampai para bayi yang udah lulus S1-S2-S3.
Tentu teman-teman saya para mahmud (mamah muda) ini sering share link-link berita, artikel, posting status atau komen menurut pendapat masing-masing. Sebagai perempuan single, saya sih nggak pernah ikut komentar, ya karena ga ada ilmu & pengalaman juga. Paling hanya memperhatikan pola tren apa-apa yang sering jadi pembahasan para mahmud. Yang sering dibahas itu: Ibu di rumah vs Ibu bekerja atau ASI vs Sufor vs UHT.
Suatu hari karena saya tertarik pada sebuah status/link artikel FB teman yang komentarnya rame banget urusan ASI vs Sufor vs UHT sampai-sampai para mahmud ini ada yang memberi argumen penelitian profesor X bilang bagus UHT, hasil studi universitas Y bilang bagus Sufor, pendapat para ahli bilang ga apa-apa Sufor kalau ASI ga keluar, dll.
Kemudian, saya tergelitik untuk bertanya pada Ibu. Kebetulan saat itu lagi santai keluarga.
Me: "Bu, dulu Ibu suka ribut ngga urusan milih susu waktu teteh, uki, bani masih kecil?"Ibu: "Ah, nggak. Semua anak Ibu kan ASI."Me: "Terus pas ASI udah beres, suka milih-milih gitu antara Sufor atau UHT?"Bapa (nyamber): "Nggak, Teh. Ibu mah milih susu yang paling murah!"Ibu: *manggut-manggut*Me: "Hah? Cuma karena murah?"Ibu: "Iya. Dulu pas kamu kecil yang murah itu D*ncow. Ya udah Ibu kasih itu. Malah dulu sempet beredar isu kalau D*ncow mengandung babi sampai-sampai harganya anjlok. Ibu sih bodo amat, malah beli banyak buat stok."
Dan saya pun terbahak-bahak. Jadi kalau saya dan adik-adik emang kelakuannya suka rada konslet, maklumin aja yah.. Hahaha... :D
Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on August 31, 2015 18:30
August 20, 2015
Ajakan Backpacking 1/2 ASEAN
Halo teman-teman penggemar jalan-jalan. Saya ada rencana jalan-jalan ke 5 negara ASEAN nih. Sendirian. Kemudian daripada itu saya mau ngajak siapa tahu ada backpacker yang juga kebetulan pas libur, dapet cuti kerja, ada duit, atau emang waktu lowongnya banyak kayak saya, mau ikutan jalan-jalan juga. Berikut tanggal & rute yang akan saya jalani nanti.
18 Oktober: Jakarta-Singapura (transit)-Phuket (pake pesawat, di Phuket 3D2N)21 Oktober: Phuket-Bangkok (transit)-Ho Chi Minh City (pake pesawat, di Saigon 5D4N)25 Oktober: Ho Chi Minh City-Phnom Penh (pake bis, di PP 2D1N)26 Oktober: Phnom Penh-Siem Reap (pake bis, di SR 4D3N)29 Oktober: Siem Reap-Bangkok (pake bis & kereta, di Bangkok 1N)30 Oktober: Bangkok-Penang (pake kereta, perjalanan nyaris 24 jam, jadi kita bobo di kereta antar negara, iyes)31 Oktober: Penang-Kuala Lumpur (pakai kereta, lagi-lagi bobo di kereta)1-2 November: Kuala Lumpur (2D1N). Tanggal 2 sore balik Jakarta.TOTAL: 16D15N | 6 Negara 9 Kota.
Untuk jadwal 18 & 21 Oktober sudah fix ya.. Soalnya saya udah beli tiket pesawat dan tanggal 30 Agustus nanti rencana akan beli tiket kereta antar negara. Konon itu kereta banyak penggemarnya, sesama spesies backpacker, jadi musti booking dulu.
Bagi yang mau ikut seluruh perjalanan boleh. Mau ikut di satu atau beberapa destinasi aja boleh. Jenis kelamin bebas selama saling menghormati & tidak mengganggu ketertiban. Oiya, saya ini tipe backpacker nyaman & murah, lebih suka nginep di hostel dormitory supaya banyak kenalan bule (sapatau ada yang ganteng nyantol, #plak). Jadi kalau kamu tipe yang biasa nginep di hotel bintang 5, kita ketemuan di lokasi wisata aja yaa.. Hehehe.. :D
Untuk ancer-ancer, budget yang diperlukan 6-7juta termasuk tiket pesawat. Masih 2 bulan lagi, masih bisa nabung-nabung. Dua kali gajian PNS masih lebih lah... Saya yang pengangguran aja mampu (meludeskan tabungan). Oiya, saya tidak melayani segala macam keperluan akomodasi, beli tiket-tiket tanggung jawab sendiri ya. Ini hanya ajakan jalan-jalan seru, murah, & mencari pengalaman. Bagi yang berminat, boleh obrol-obrol dulu melalui email contactme@rheinfathia.com. :)
Backpacker miskin,Rhein Fathia
Ini waktu backpacking sendirian seminggu di Bangkok-Pattaya. Masa iya backpacking ASEAN isinya selfie semua jugaaaa...
Love is real, real is love. -John Lennon-
18 Oktober: Jakarta-Singapura (transit)-Phuket (pake pesawat, di Phuket 3D2N)21 Oktober: Phuket-Bangkok (transit)-Ho Chi Minh City (pake pesawat, di Saigon 5D4N)25 Oktober: Ho Chi Minh City-Phnom Penh (pake bis, di PP 2D1N)26 Oktober: Phnom Penh-Siem Reap (pake bis, di SR 4D3N)29 Oktober: Siem Reap-Bangkok (pake bis & kereta, di Bangkok 1N)30 Oktober: Bangkok-Penang (pake kereta, perjalanan nyaris 24 jam, jadi kita bobo di kereta antar negara, iyes)31 Oktober: Penang-Kuala Lumpur (pakai kereta, lagi-lagi bobo di kereta)1-2 November: Kuala Lumpur (2D1N). Tanggal 2 sore balik Jakarta.TOTAL: 16D15N | 6 Negara 9 Kota.
Untuk jadwal 18 & 21 Oktober sudah fix ya.. Soalnya saya udah beli tiket pesawat dan tanggal 30 Agustus nanti rencana akan beli tiket kereta antar negara. Konon itu kereta banyak penggemarnya, sesama spesies backpacker, jadi musti booking dulu.
Bagi yang mau ikut seluruh perjalanan boleh. Mau ikut di satu atau beberapa destinasi aja boleh. Jenis kelamin bebas selama saling menghormati & tidak mengganggu ketertiban. Oiya, saya ini tipe backpacker nyaman & murah, lebih suka nginep di hostel dormitory supaya banyak kenalan bule (sapatau ada yang ganteng nyantol, #plak). Jadi kalau kamu tipe yang biasa nginep di hotel bintang 5, kita ketemuan di lokasi wisata aja yaa.. Hehehe.. :D
Untuk ancer-ancer, budget yang diperlukan 6-7juta termasuk tiket pesawat. Masih 2 bulan lagi, masih bisa nabung-nabung. Dua kali gajian PNS masih lebih lah... Saya yang pengangguran aja mampu (meludeskan tabungan). Oiya, saya tidak melayani segala macam keperluan akomodasi, beli tiket-tiket tanggung jawab sendiri ya. Ini hanya ajakan jalan-jalan seru, murah, & mencari pengalaman. Bagi yang berminat, boleh obrol-obrol dulu melalui email contactme@rheinfathia.com. :)
Backpacker miskin,Rhein Fathia

Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on August 20, 2015 03:30
August 12, 2015
Writing Action Novel: Apa Bedanya? (part 1)
Di sela-sela musim kawin resepsi pernikahan dan 17 Agustusan yang mengakibatkan aktivitas Tenda Destarata cukup padat, saya mau share sedikit tentang tips nulis.
Yang udah paca baca Gloomy Gift pada tau dong novel itu termasuk dalam kategori apa -selain romance. Action or suspense novel, name it. Saat beberapa kali saya diajak kumpul-kumpul sama penggiat buku, banyak pertanyaan yang muncul tentang bagaimana menulis novel action/suspense? Seperti yang kita tahu novel jenis ini masih sangat jarang di Indonesia, baik dari segi penulis atau peminat (dibandingkan novel romance).
Saya akan mulai dari apa yang membedakan secara garis besar teknik menulis romance dan action (karena saya baru pengalaman menulis di 2 tipe tersebut). Saat menulis romance, saya memfokuskan diri pada bagaimana menyajikan cerita yang bisa membuat perasaan pembaca teraduk-aduk. Salah satunya adalah dengan menjelaskan isi kepala dan perasaan karakter dalam novel. Contoh:
Nah, saat menulis action/suspense, saya memfokuskan diri pada bagaimana menstimulus otak pembaca agar seolah-olah mereka ikut serta dalam aksi yang dilakukan oleh karakter novel. Action novel mostly about action, action, action dalam arti gerakan fisik karakter lebih menonjol dan biarkan pembaca menyimpulkan sendiri apa yang sedang terjadi atau akan terjadi. Biasanya yang baca novel tipe ini lebih tertantang untuk berfikir. So, give the reader happiness by letting them use their brain to understand the novel. Contoh:
Terlihat kan perbedaannya? Dari pengalaman pribadi begitulah yang saya rasakan dari perbedaan menulis novel romance dan action. Tentu sebenarnya kedua jenis novel tersebut butuh keduanya. Seperti dalam romance butuh penjelasan aktivitas fisik tokoh dan dalam action butuh penjelasan yang mengaduk perasaan. Hanya saja, fokus porsi keduanya berbeda.
Kalau para pembaca Gloomy Gift rata-rata berpendapat setelah membaca novel tersebut serasa habis nonton film action, itu karena otak pembaca secara otomatis memvisualkan adegan-adegan yang tertulis. Good job, reader, your brain do well. As well as I am playing with your brain. Muhahahaha..
Oke, segini dulu ya tipsnya. Dikit-dikit dulu aja supaya paham. Saya akan tulis tips lain nanti. Have a great day!
Love is real, real is love. -John Lennon-
Yang udah paca baca Gloomy Gift pada tau dong novel itu termasuk dalam kategori apa -selain romance. Action or suspense novel, name it. Saat beberapa kali saya diajak kumpul-kumpul sama penggiat buku, banyak pertanyaan yang muncul tentang bagaimana menulis novel action/suspense? Seperti yang kita tahu novel jenis ini masih sangat jarang di Indonesia, baik dari segi penulis atau peminat (dibandingkan novel romance).
Saya akan mulai dari apa yang membedakan secara garis besar teknik menulis romance dan action (karena saya baru pengalaman menulis di 2 tipe tersebut). Saat menulis romance, saya memfokuskan diri pada bagaimana menyajikan cerita yang bisa membuat perasaan pembaca teraduk-aduk. Salah satunya adalah dengan menjelaskan isi kepala dan perasaan karakter dalam novel. Contoh:
"Oke, aku pergi dulu, ya!" Halya nyengir lebar, mencairkan suasana. Dia menoleh kepada Rina yang membalasnya dengan senyum lembut, lalu menatap Raka. Larang aku pergi, please! Aku nggak rela meninggalkan kamu berdua dengan wanita itu.
Raka balas menatap Halya lekat. Jangan pergi, Al. Apa kamu benar-benar tidak menginginkanku sampai begitu rela aku pergi berdua dengan wanita lain? "Hati-hati di jalan, Al," jawabnya datar. (CoupL(ov)e, hlm. 290)
Nah, saat menulis action/suspense, saya memfokuskan diri pada bagaimana menstimulus otak pembaca agar seolah-olah mereka ikut serta dalam aksi yang dilakukan oleh karakter novel. Action novel mostly about action, action, action dalam arti gerakan fisik karakter lebih menonjol dan biarkan pembaca menyimpulkan sendiri apa yang sedang terjadi atau akan terjadi. Biasanya yang baca novel tipe ini lebih tertantang untuk berfikir. So, give the reader happiness by letting them use their brain to understand the novel. Contoh:
Ia melayangkan pandangan ke seberang dinding dari foto keluarga Ramawijaya, tempat rak buku tinggi menjulang berada di sana. Ia bergegas mendekat ke rak empat tingkat berwarna kuning gading tersebut, jemarinya menelusuri dan mencermati satu per satu buku-buku yang berjajar. Di baris paling atas, di antara buku-buku yang tertata rapi, Zeno menemukan sebuah buku yang tak pernah ia miliki.
Buku bersampul biru tua yang tak kelihatan berbeda dengan buku-buku lainnya, ada lensa kecil hitam tertanam di dalamnya. (Gloomy Gift, hlm. 50)
Terlihat kan perbedaannya? Dari pengalaman pribadi begitulah yang saya rasakan dari perbedaan menulis novel romance dan action. Tentu sebenarnya kedua jenis novel tersebut butuh keduanya. Seperti dalam romance butuh penjelasan aktivitas fisik tokoh dan dalam action butuh penjelasan yang mengaduk perasaan. Hanya saja, fokus porsi keduanya berbeda.
Kalau para pembaca Gloomy Gift rata-rata berpendapat setelah membaca novel tersebut serasa habis nonton film action, itu karena otak pembaca secara otomatis memvisualkan adegan-adegan yang tertulis. Good job, reader, your brain do well. As well as I am playing with your brain. Muhahahaha..
Oke, segini dulu ya tipsnya. Dikit-dikit dulu aja supaya paham. Saya akan tulis tips lain nanti. Have a great day!

Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on August 12, 2015 05:45
July 30, 2015
Saya & Tenda Destarata
Seperti biasa, minggu di akhir bulan adalah masa-masa di mana saya harus berurusan dengan benda yang paling bisa bikin orang sensitif di dunia: UANG. Alias saya harus membuat laporan keuangan perusahaan. Seperti hari ini, ketika bermesraan dengan excel ditemani Ibu (beliau membuat rencana kerja untuk pegawai). Sempat terjadi percakapan,
Ibu: Berapa total bulan ini?Me: Sekian jutaIbu: Alhamdulillah. Lumayan lah untuk ukuran bulan puasa yang biasanya sepi order.Me: Sepi gini juga bikin laporannya sama pusingnya. Tapi Bu, kita ngitung stress gini ketauan duit sendiri ya? Coba bayangin karyawan yang ngitung duit begini dan duit orang lain? Duit bosnya?Ibu: *begidik* Iya ih. Mana uang yang diitung lebih banyak, lebih stress. Me & Ibu : Hahahaha...
Semenjak meninggalkan dunia office hour nine to five, saya membantu orang tua menjalankan bisnis keluarga yang nggak seberapa. Masih terhitung UKM lah. Karena saya udah sekolah, jadi biasa ngurusin bagian keuangan, mulai dari ngitung pemasukan-pengeluaran, gajian pegawai, bayar cicilan-cicilan aset, sampai jadi debt collector kalau ada klien susah bayar (ini nih yang bikin umur lebih tua 10 tahun). Kerjaan lain, ya kacung bapa-ibu lah.. Nurut disuruh apa aja (kecuali disuruh nikah. Hahaha).
Memang sih, kerjaan saya nggak sekeren temen-temen yang kerja kantoran dengan baju rapi wangi semriwing. Lha saya aja pernah menemui klien yang datang ke kantor dan tanpa sadar ternyata muka saya masih maskeran. Untung kliennya nggak jantungan ngeliat muka bertopeng. Atau pernah menemui klien masih pakai piyama, habisnya dia dateng pagi banget sih.. Nggak ding, saya sering dimarahi ortu kok untuk selalu pakai baju rapi meski di rumah (yang ada kantornya juga).
Penghasilan juga nggak seberapa. Yang pebisnis itu orangtua saya, yang uangnya banyak ya mereka. Saya berinvestasi membeli beberapa kursi futura untuk disewakan, jadi wahai orang Bogor kalau kamu ada acara sewalah kursi di Tenda Destarata. Hasil sewaan per bulan masih belum cukup kalau saya mau cicil KPR. Saya juga digaji oleh Tenda Destarata, masih di bawah UMR, malah gaji paling rendah diantara pegawai-pegawai lain (mereka semua digaji di atas UMR). Hahaha..
Alhamdulillahnya sih saya nggak terlalu ambil pusing (pusingnya kalau pas mau backpacking duitnya kurang). Kebetulan, kayaknya saya juga bukan tipe orang konsumtif kecuali untuk buku. Yang penting adalah waktu saya bebas, masih boleh bangun siang (I'm not morning person), masih bisa ngelamun bikin plot novel, nggak perlu khawatir mikir cuti kalau tiba-tiba ada promo tiket pesawat, dann... yang superpenting dari yang terpenting adalah masih bisa mengabdi sama ortu. Kalau ortu butuh apa-apa, saya ada, saya bisa bantu. Apalah saya ini udah bikin mereka capek lahir batin dari mulai saya lahir, plus mungkin suatu hari nanti saya diboyong suami (AAMIINN, ayo aamiinkan!), selama masih ada waktu bantu-bantu ortu, saya ingin lakukan itu.
Punya perusahaan keluarga itu nggak kayak di cerita sinetron atau drama Korea, yang tajir2 mampus, problemnya cinta segitiga, dan bebas melenggang kemana-mana banyak waktu luangnya. Ya kecuali kalau udah setaraf perusahaan keluarganya Paris Hilton, sih. Jadi bagian di perusahaan ya ikutan rempongnya, pusing ngatur jadwal kerjaan, ketemu klien yang macam-macam sifatnya, mikir strategi pengembangan perusahaan, ah sagala rupa weh lah.
Untungnya, saya senang dengan kondisi ini. Mungkin saya emang tipe yang susah diatur, jadi cocoknya pekerjaan yang seperti ini. Jadi penulis & pebisnis, royalti & hasil investasi mengalir. Tantangannya, kadang ngalir seret kadang lancar.. Syukuri saja.. Hahaha..
Love is real, real is love. -John Lennon-
Ibu: Berapa total bulan ini?Me: Sekian jutaIbu: Alhamdulillah. Lumayan lah untuk ukuran bulan puasa yang biasanya sepi order.Me: Sepi gini juga bikin laporannya sama pusingnya. Tapi Bu, kita ngitung stress gini ketauan duit sendiri ya? Coba bayangin karyawan yang ngitung duit begini dan duit orang lain? Duit bosnya?Ibu: *begidik* Iya ih. Mana uang yang diitung lebih banyak, lebih stress. Me & Ibu : Hahahaha...
Semenjak meninggalkan dunia office hour nine to five, saya membantu orang tua menjalankan bisnis keluarga yang nggak seberapa. Masih terhitung UKM lah. Karena saya udah sekolah, jadi biasa ngurusin bagian keuangan, mulai dari ngitung pemasukan-pengeluaran, gajian pegawai, bayar cicilan-cicilan aset, sampai jadi debt collector kalau ada klien susah bayar (ini nih yang bikin umur lebih tua 10 tahun). Kerjaan lain, ya kacung bapa-ibu lah.. Nurut disuruh apa aja (kecuali disuruh nikah. Hahaha).
Memang sih, kerjaan saya nggak sekeren temen-temen yang kerja kantoran dengan baju rapi wangi semriwing. Lha saya aja pernah menemui klien yang datang ke kantor dan tanpa sadar ternyata muka saya masih maskeran. Untung kliennya nggak jantungan ngeliat muka bertopeng. Atau pernah menemui klien masih pakai piyama, habisnya dia dateng pagi banget sih.. Nggak ding, saya sering dimarahi ortu kok untuk selalu pakai baju rapi meski di rumah (yang ada kantornya juga).
Penghasilan juga nggak seberapa. Yang pebisnis itu orangtua saya, yang uangnya banyak ya mereka. Saya berinvestasi membeli beberapa kursi futura untuk disewakan, jadi wahai orang Bogor kalau kamu ada acara sewalah kursi di Tenda Destarata. Hasil sewaan per bulan masih belum cukup kalau saya mau cicil KPR. Saya juga digaji oleh Tenda Destarata, masih di bawah UMR, malah gaji paling rendah diantara pegawai-pegawai lain (mereka semua digaji di atas UMR). Hahaha..
Alhamdulillahnya sih saya nggak terlalu ambil pusing (pusingnya kalau pas mau backpacking duitnya kurang). Kebetulan, kayaknya saya juga bukan tipe orang konsumtif kecuali untuk buku. Yang penting adalah waktu saya bebas, masih boleh bangun siang (I'm not morning person), masih bisa ngelamun bikin plot novel, nggak perlu khawatir mikir cuti kalau tiba-tiba ada promo tiket pesawat, dann... yang superpenting dari yang terpenting adalah masih bisa mengabdi sama ortu. Kalau ortu butuh apa-apa, saya ada, saya bisa bantu. Apalah saya ini udah bikin mereka capek lahir batin dari mulai saya lahir, plus mungkin suatu hari nanti saya diboyong suami (AAMIINN, ayo aamiinkan!), selama masih ada waktu bantu-bantu ortu, saya ingin lakukan itu.
Punya perusahaan keluarga itu nggak kayak di cerita sinetron atau drama Korea, yang tajir2 mampus, problemnya cinta segitiga, dan bebas melenggang kemana-mana banyak waktu luangnya. Ya kecuali kalau udah setaraf perusahaan keluarganya Paris Hilton, sih. Jadi bagian di perusahaan ya ikutan rempongnya, pusing ngatur jadwal kerjaan, ketemu klien yang macam-macam sifatnya, mikir strategi pengembangan perusahaan, ah sagala rupa weh lah.
Untungnya, saya senang dengan kondisi ini. Mungkin saya emang tipe yang susah diatur, jadi cocoknya pekerjaan yang seperti ini. Jadi penulis & pebisnis, royalti & hasil investasi mengalir. Tantangannya, kadang ngalir seret kadang lancar.. Syukuri saja.. Hahaha..
Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on July 30, 2015 09:21
July 6, 2015
Tips Belajar IELTS (yang ngga berhasil-berhasil amat)
Setelah lebih dari 2 minggu, akhirnya saya cukup bisa move on dari keterpurukan yang disebabkan oleh nilai IELTS yang tidak sesuai impian (dan syarat masuk univ incaran). << Lebay.
Sesuai curhat sebelumnya, saya seharusnya tidak perlu menulis postingan ini karena score band IELTS tidak mencapai 7.00. Tapi..tapi..tapi.. Nggak apa-apa deh ditulis supaya pembaca bisa mengambil hikmah, hidayah, dan barokah mumpung edisi Ramadhan dari pengalaman saya. Di sini saya akan cerita bagaimana cara belajar sebelum menghadapi IELTS dan realita saat tes berlangsung. Oiya, saya nggak ikut les bahasa Inggris sebelum tes. Semuanya total belajar intensif sendiri. Cekidot, gan!
IELTS terdiri dari 4 section: Listening (40 menit), Reading (60 menit), Writing (60 menit), Speaking (interview dengan orang asing 15 menit). IELTS juga dibagi 2: academic (bagi yang ingin kuliah) dan general (bagi yang cari kerja). Saya mulai belajar IELTS kurang lebih 1 bulan sebelum tes berlangsung (13 Juni). Bagi yang jarang menggunakan English sebagai bahasa sehari-hari, mending sediakan waktu belajar cukup, deh. Kalau kamu bukan guru bahasa Inggris atau udah pernah tinggal di Inggris, jangan coba-coba ambil tes tanpa belajar. Apalagi kayak saya yang udah belajar aja masih nilainya jelek.. Hiks.. T_T
Hal-hal yang diperlukan untuk belajar atau persiapan menghadapi IELTS adalah buku-buku latihan pastinya. Saran saya adalah buku IELTS Cambridge yang ada 10 volume, lengkap dengan audio untuk latihan listening. Jujur, saya donlot dan tidak bisa memberikan ebook bajakan tersebut karena itu menyebarkan pembajakan. Jadi, cari sendiri ya.. :D. Oiya, saya tidak menyarankan buku IELTS Barrons karena ternyata tips-tipsnya tidak sesuai dengan aturan realita saat tes (entah kalau edisi terbaru).
Dalam 1 volume buku Cambridge ada 4 paket latihan soal untuk IELTS akademik (saya ambil IELTS akademik, jadi nggak memperhatikan soal-soal IELTS general) yang 1 paket terdiri dari listening, reading, writing, speaking.
LISTENING Cara belajar: Selama 2 minggu pertama belajar, saya menggunakan earphone, baca soalnya di laptop, dengarkan pertanyaan di audio, dan tulis jawaban di buku tulis.
jawaban listeningAwal-awal dengerin, sumpah itu orang ngomong apa kumur-kumur sih?! Aksennya British bangeeettt -_-. Saya sampe pusing dan kesel banget karena susah ngikutin dan ngga bisa ngerjain soal. Tapi..tapi..tapi.. karena latihan TIAP HARI akhirnya ya lumayan bisa nangkep apa yang diomongin, bahkan saya mulai bisa membedakan mana aksen British, Canada, America, kalau dengerin berita di TV (gayaaaaa looooo). Dua minggu menjelang tes, saya belajar tanpa menggunakan earphone, hanya speaker laptop saja. Ini melatih konsentrasi di antara suara-suara berisik karena saat tes realita kita nggak dikasih earphone, hanya speaker biasa.
Realita tes: Lebih susah!! Untungnya tempat tes menggunakan speaker yang bagus, jadi jelas terdengar. Hanya soalnya lebih susah daripada soal-soal latihan Cambridge dalam arti begini contohnya:Di latihan soal: ebook: Peter: You can choose between coffee, milk, or tea.Lisa: I choose .......audio: Peter: You can choose between coffee, milk, or tea.Lisa: I want to drink milk.(kita isi titik-titik dengan jawaban 'milk')
Di realita tes:test booklet: Peter: You can choose between coffee, milk, or tea.Lisa: I choose .......audio: Peter: You can choose between coffee, milk, or tea.Lisa: I don't drink coffee and tea. Too much caffeine.(kita mikir dulu, yang disebut coffee & tea, padahal kesimpulan jawabannya 'milk').
Jadi gitu, realita tes bikin musti mikir dulu sebelum ngisi jawaban. Udah mah baca soal panjang, dengerin audio aksen British, pake mikir kesimpulan pula. Pucing pala plincess.
READING Cara belajar: Bagi yang nggak suka baca, mulai rajin-rajinlah baca. Bagi yang suka baca, mulai rajin-rajinlah baca yang menggunakan bahasa Inggris. Sebagai latihan, saya ngeprint ebook Cambridge yang bagian reading, terus dikerjain deh soal-soalnya. REMEBER: section ini bisa dibilang paling menghanyutkan alias ada 3 artikel (jurnal ilmiah pula, musti mikir bacanya) yang panjang-panjang (5-8 paragraf) dan waktu terbatas. Kalau nggak inget waktu, pasti lama banget deh ngerjainnya. Saat latihan, saya pasang timer selama 60 menit dan fokus mengerjakan latihan soal tersebut. Kadang selesai semua, kadang nggak beres.
print-out buat belajar reading karena kalau baca di laptop sakit mataSaat belajar, saya menjajal 2 cara:1. Baca semua artikel, lalu jawab soal-soal.2. Baca soal-soal, tandai kata kunci di pertanyaan, lalu cari jawaban di artikel berdasarkan kata kunci yang disebutkan.
Ternyata bagi saya cara ke 2 lebih hemat waktu karena saya nggak perlu baca keseluruhan artikel. Hanya saja agak tricky karena seringkali kata kunci di pertanyaan, ternyata yang disebutkan di artikel adalah sinonimnya. Jadi, harus menguasai banyak vocabulary. Selain latihan soal, saya juga banyak-banyak baca National Geographic (versi English) dan novel English. Oiya, tiap orang beda-beda ya cara belajar yang cocok. Kalau kamu merasa cara 1 lebih cepat dalam mengerjakan soal, tetap lanjutkan latihan soal menggunakan cara tersbut. Kalau sudah menemukan cara latihan yang tepat, konsisten di situ, jangan dua-duanya.
Realita tes: Tipe soal nggak beda jauh sama latihan soal alias sama-sama jurnal ilmiah yang perlu mikir. Saya menggunakan cara ke 2 dan alhamdulillah bisa menjawab semua pertanyaan tepat waktu.
WRITING Cara belajar: Meski penulis, saya kan nulisnya novel bahasa Indonesia dan selain Tugas Akhir, saya nggak pernah nulis in English. Jadilah saya emang males latihan.. Baru belajar writing 2 minggu sebelum tes, itu pun dengan panic at the disco. Wajarlah kalau ternyata nilainya menyedihkan. Writing section ada 2 jenis: Deskripsi grafik dan Opini.
Di bagian soal deskripsi, tulis benar-benar deskripsi sesuai yang ada di gambar JANGAN memberikan opini apa pun. Misalnya, ada grafik kenaikan konsumsi ayam dan penurunan konsumsi ikan. Tulis saja "Chicken consumption increased significantly while fish consumption decreased." JANGAN ditambahi "Chicken consumption increased significantly while fish consumption decreased, maybe because there are so may fast food restaurant serve fried chicken nowadays."
Di bagian soal opini, biasanya kita diminta opini atau argumen terhadap suatu masalah. Ingat, tidak ada opini yang salah atau benar. Kita hanya perlu menjelaskan opini yang kita percaya, lalu sertakan contoh-contoh pendukung opini tersebut. Ini bukan debat, tapi tulisan opini, nggak akan ada juga yang menyangkal atau mendukung. Gunakan cara menulis yang logis & sistematis seperti: paragraf pembuka, paragraf opini 1 dan kalimat pendukung, paragraf opini 2 & kalimat pendukung, kesimpulan.
Realita tes: Nggak beda jauh sama latihan soal alias topik yang harus ditulis sama-sama susah. Yang saya alami dan takutkan saat tes adalah waktu yang mepet, mentok ide, dan jumlah kata yang harus dipenuhi (deskripsi lebih dari 150 dan opini lebih dari 250). Kata petugas IELTS, nilai tulisan opini lebih besar. Saya sempet mau nangis pas tes ini berlangsung karena di bagian soal deskripsi mentok ide dan ngga tahu mau nulis apalagi padahal jumlah kata belum memenuhi. Tapi akhirnya injury time bisa juga memenuhi 160 kata (pas disuruh berhenti sama petugas pas bikin titik terakhir).
SPEAKING Cara belajar: Sama seperti writing, saya juga ogah-ogahan belajarnya dan baru mulai fokus latihan 2 minggu sebelum tes. Cara belajarnya tentu baca soalnya dari buku Cambridge, lalu jawab pertanyaan sambil ngomong direkam. Hasil rekaman tersebut saya denger lagi, apa terlalu cepet, terlalu lambat, terlalu banyak "eerr... ehm... aaah... auooo...auuoooo emang tarzan". Kelemahan saya sih nggak menguasai banyak vocabulary, meski bisa jawab pertanyaan. Hiks..
Realita tes: Ini yang saya kesel banget karena di antara semua section, nilai speaking paling jongkok. Padahal topik pertanyaan tentang "Reading & Book", nggak kurang menguasai apa coba sayanya? Semua pertanyaan juga bisa saya jawab. Tapi ya sudahlah, mungkin justru karena bisa jawab, jadi jawaban saya ngelantur, atau kecepetan karena saya ngerasa grogi juga sih. Hiks..Hiks.. T_T
Selain menggunakan buku Cambridge, saya juga latihan dari youtube. Berikut link-link yang bagi saya membantu banget terutama untuk latihan writing & speaking dalam tempo sesingkat-singkatnya. Saran saya sih full latihan writing & speaking juga intensif sebulan dengan serius, jangan mepet waktu.
- Learn English with Emma- Learn English with Adam
Berikut band score IELTS saya. Listening 7 (lumayan), Reading 7.5 (at least cara belajar saya udah cocok), Writing 6 (sesuai cara belajar lah), Speaking 5.5 (T_T nangiiiiisss nggak nyangka sejelek ini). Total band score 6.5. Ini score standar banget untuk daftar kuliah di univ Eropah atau Ostralih sanah, apalagi ada jurusan yang mewajibkan minimal nilai per section harus sekian. Tapi ngga apa-apalah. Untuk sementara pakai nilai ini dulu ke kampus yang mau nerima. Nanti kalau udah ada duit baru nyoba tes lagi. Oiya, bayar IELTS mahal... lebih dari 2,5 juta. Kalau punya duit lebih sih bisa ikut les dulu sebelum tes, tapi..tapi..tapi.. biasanya biaya les intensif juga lebih dari 2 juta. Hihihi.. Jadi, jangan sia-siakan dan belajar lah yang rajin.
Love is real, real is love. -John Lennon-
Sesuai curhat sebelumnya, saya seharusnya tidak perlu menulis postingan ini karena score band IELTS tidak mencapai 7.00. Tapi..tapi..tapi.. Nggak apa-apa deh ditulis supaya pembaca bisa mengambil hikmah, hidayah, dan barokah mumpung edisi Ramadhan dari pengalaman saya. Di sini saya akan cerita bagaimana cara belajar sebelum menghadapi IELTS dan realita saat tes berlangsung. Oiya, saya nggak ikut les bahasa Inggris sebelum tes. Semuanya total belajar intensif sendiri. Cekidot, gan!
IELTS terdiri dari 4 section: Listening (40 menit), Reading (60 menit), Writing (60 menit), Speaking (interview dengan orang asing 15 menit). IELTS juga dibagi 2: academic (bagi yang ingin kuliah) dan general (bagi yang cari kerja). Saya mulai belajar IELTS kurang lebih 1 bulan sebelum tes berlangsung (13 Juni). Bagi yang jarang menggunakan English sebagai bahasa sehari-hari, mending sediakan waktu belajar cukup, deh. Kalau kamu bukan guru bahasa Inggris atau udah pernah tinggal di Inggris, jangan coba-coba ambil tes tanpa belajar. Apalagi kayak saya yang udah belajar aja masih nilainya jelek.. Hiks.. T_T
Hal-hal yang diperlukan untuk belajar atau persiapan menghadapi IELTS adalah buku-buku latihan pastinya. Saran saya adalah buku IELTS Cambridge yang ada 10 volume, lengkap dengan audio untuk latihan listening. Jujur, saya donlot dan tidak bisa memberikan ebook bajakan tersebut karena itu menyebarkan pembajakan. Jadi, cari sendiri ya.. :D. Oiya, saya tidak menyarankan buku IELTS Barrons karena ternyata tips-tipsnya tidak sesuai dengan aturan realita saat tes (entah kalau edisi terbaru).
Dalam 1 volume buku Cambridge ada 4 paket latihan soal untuk IELTS akademik (saya ambil IELTS akademik, jadi nggak memperhatikan soal-soal IELTS general) yang 1 paket terdiri dari listening, reading, writing, speaking.
LISTENING Cara belajar: Selama 2 minggu pertama belajar, saya menggunakan earphone, baca soalnya di laptop, dengarkan pertanyaan di audio, dan tulis jawaban di buku tulis.

Realita tes: Lebih susah!! Untungnya tempat tes menggunakan speaker yang bagus, jadi jelas terdengar. Hanya soalnya lebih susah daripada soal-soal latihan Cambridge dalam arti begini contohnya:Di latihan soal: ebook: Peter: You can choose between coffee, milk, or tea.Lisa: I choose .......audio: Peter: You can choose between coffee, milk, or tea.Lisa: I want to drink milk.(kita isi titik-titik dengan jawaban 'milk')
Di realita tes:test booklet: Peter: You can choose between coffee, milk, or tea.Lisa: I choose .......audio: Peter: You can choose between coffee, milk, or tea.Lisa: I don't drink coffee and tea. Too much caffeine.(kita mikir dulu, yang disebut coffee & tea, padahal kesimpulan jawabannya 'milk').
Jadi gitu, realita tes bikin musti mikir dulu sebelum ngisi jawaban. Udah mah baca soal panjang, dengerin audio aksen British, pake mikir kesimpulan pula. Pucing pala plincess.
READING Cara belajar: Bagi yang nggak suka baca, mulai rajin-rajinlah baca. Bagi yang suka baca, mulai rajin-rajinlah baca yang menggunakan bahasa Inggris. Sebagai latihan, saya ngeprint ebook Cambridge yang bagian reading, terus dikerjain deh soal-soalnya. REMEBER: section ini bisa dibilang paling menghanyutkan alias ada 3 artikel (jurnal ilmiah pula, musti mikir bacanya) yang panjang-panjang (5-8 paragraf) dan waktu terbatas. Kalau nggak inget waktu, pasti lama banget deh ngerjainnya. Saat latihan, saya pasang timer selama 60 menit dan fokus mengerjakan latihan soal tersebut. Kadang selesai semua, kadang nggak beres.

Ternyata bagi saya cara ke 2 lebih hemat waktu karena saya nggak perlu baca keseluruhan artikel. Hanya saja agak tricky karena seringkali kata kunci di pertanyaan, ternyata yang disebutkan di artikel adalah sinonimnya. Jadi, harus menguasai banyak vocabulary. Selain latihan soal, saya juga banyak-banyak baca National Geographic (versi English) dan novel English. Oiya, tiap orang beda-beda ya cara belajar yang cocok. Kalau kamu merasa cara 1 lebih cepat dalam mengerjakan soal, tetap lanjutkan latihan soal menggunakan cara tersbut. Kalau sudah menemukan cara latihan yang tepat, konsisten di situ, jangan dua-duanya.
Realita tes: Tipe soal nggak beda jauh sama latihan soal alias sama-sama jurnal ilmiah yang perlu mikir. Saya menggunakan cara ke 2 dan alhamdulillah bisa menjawab semua pertanyaan tepat waktu.
WRITING Cara belajar: Meski penulis, saya kan nulisnya novel bahasa Indonesia dan selain Tugas Akhir, saya nggak pernah nulis in English. Jadilah saya emang males latihan.. Baru belajar writing 2 minggu sebelum tes, itu pun dengan panic at the disco. Wajarlah kalau ternyata nilainya menyedihkan. Writing section ada 2 jenis: Deskripsi grafik dan Opini.
Di bagian soal deskripsi, tulis benar-benar deskripsi sesuai yang ada di gambar JANGAN memberikan opini apa pun. Misalnya, ada grafik kenaikan konsumsi ayam dan penurunan konsumsi ikan. Tulis saja "Chicken consumption increased significantly while fish consumption decreased." JANGAN ditambahi "Chicken consumption increased significantly while fish consumption decreased, maybe because there are so may fast food restaurant serve fried chicken nowadays."
Di bagian soal opini, biasanya kita diminta opini atau argumen terhadap suatu masalah. Ingat, tidak ada opini yang salah atau benar. Kita hanya perlu menjelaskan opini yang kita percaya, lalu sertakan contoh-contoh pendukung opini tersebut. Ini bukan debat, tapi tulisan opini, nggak akan ada juga yang menyangkal atau mendukung. Gunakan cara menulis yang logis & sistematis seperti: paragraf pembuka, paragraf opini 1 dan kalimat pendukung, paragraf opini 2 & kalimat pendukung, kesimpulan.
Realita tes: Nggak beda jauh sama latihan soal alias topik yang harus ditulis sama-sama susah. Yang saya alami dan takutkan saat tes adalah waktu yang mepet, mentok ide, dan jumlah kata yang harus dipenuhi (deskripsi lebih dari 150 dan opini lebih dari 250). Kata petugas IELTS, nilai tulisan opini lebih besar. Saya sempet mau nangis pas tes ini berlangsung karena di bagian soal deskripsi mentok ide dan ngga tahu mau nulis apalagi padahal jumlah kata belum memenuhi. Tapi akhirnya injury time bisa juga memenuhi 160 kata (pas disuruh berhenti sama petugas pas bikin titik terakhir).
SPEAKING Cara belajar: Sama seperti writing, saya juga ogah-ogahan belajarnya dan baru mulai fokus latihan 2 minggu sebelum tes. Cara belajarnya tentu baca soalnya dari buku Cambridge, lalu jawab pertanyaan sambil ngomong direkam. Hasil rekaman tersebut saya denger lagi, apa terlalu cepet, terlalu lambat, terlalu banyak "eerr... ehm... aaah... auooo...auuoooo emang tarzan". Kelemahan saya sih nggak menguasai banyak vocabulary, meski bisa jawab pertanyaan. Hiks..
Realita tes: Ini yang saya kesel banget karena di antara semua section, nilai speaking paling jongkok. Padahal topik pertanyaan tentang "Reading & Book", nggak kurang menguasai apa coba sayanya? Semua pertanyaan juga bisa saya jawab. Tapi ya sudahlah, mungkin justru karena bisa jawab, jadi jawaban saya ngelantur, atau kecepetan karena saya ngerasa grogi juga sih. Hiks..Hiks.. T_T
Selain menggunakan buku Cambridge, saya juga latihan dari youtube. Berikut link-link yang bagi saya membantu banget terutama untuk latihan writing & speaking dalam tempo sesingkat-singkatnya. Saran saya sih full latihan writing & speaking juga intensif sebulan dengan serius, jangan mepet waktu.
- Learn English with Emma- Learn English with Adam
Berikut band score IELTS saya. Listening 7 (lumayan), Reading 7.5 (at least cara belajar saya udah cocok), Writing 6 (sesuai cara belajar lah), Speaking 5.5 (T_T nangiiiiisss nggak nyangka sejelek ini). Total band score 6.5. Ini score standar banget untuk daftar kuliah di univ Eropah atau Ostralih sanah, apalagi ada jurusan yang mewajibkan minimal nilai per section harus sekian. Tapi ngga apa-apalah. Untuk sementara pakai nilai ini dulu ke kampus yang mau nerima. Nanti kalau udah ada duit baru nyoba tes lagi. Oiya, bayar IELTS mahal... lebih dari 2,5 juta. Kalau punya duit lebih sih bisa ikut les dulu sebelum tes, tapi..tapi..tapi.. biasanya biaya les intensif juga lebih dari 2 juta. Hihihi.. Jadi, jangan sia-siakan dan belajar lah yang rajin.

Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on July 06, 2015 02:25
June 13, 2015
Ulang Tahun, IELTS, dan Pucing Pala Plincess
Kalau menilik postingan-postingan lama, sepertinya saya punya kebiasaan menulis tentang ulang tahun dan ceritanya macam-macam ada yang seru bahkan ada yang biasa saja. Tahun ini alias hari ini, mau nulis tentang cerita hari ulang tahun juga, tapi nggak banyak-banyak soalnya hari ini capek banget. Habis ngapain emang? Ngapain coba??
Iya, saya daftar tes IELTS tepat di hari ulang tahun. Jadilah sebelum subuh saya sudah bangun, siap-siap, sholat, dan langsung meluncur ke stasiun untuk berangkat ke Jakarta, tepatnya IALF di menara selatan plaza kuningan Rasuna Said untuk tes jam 07.30. Terus gimana tesnya? Gimana coba??
SUSAAAAHHHH T_T... Saya emang nggak ikut kursus dulu sebelumnya, belajar otodidak aja melahap buku-buku Cambridge & nonton Youtube. Salah satu kelemahan yang sudah diprediksi adalah writing section. Oh jangan disangka karena saya penulis lalu menulis dalam bahasa Inggris apalagi untuk analisis data yang diperlukan dalam tes IELTS bisa saya lalui dengan mudah. Ini adalah bagian yang bikin saya pengen nangis dan nyaris nyerah. Waktu mepet, syarat quota huruf nyaris tak terpenuhi, dan karena inget bahwa saya bayar 2,6 juta demi tes ini, terus kalau langsung dapet band score di bawah 6 hanya karena quota huruf tidak terpenuhi, kok ya nya'ah pisan. Maka ketika injury time, tulisan itu pun selesai meski saya masih khawatir karna untuk writing task 1 hanya bisa 157 kata dari syarat 150. Harusnya sih bisa 180an, khawatir ada kata berulang yang ngga dihitung... #nangis
Ah ya sudahlah, lahawla udah belajar (meski ngga intensif), udah dilalui tesnya, tinggal berdoa, mudah-mudahan bisa lulus dengan band score total minimal 7 aja deh... Nggak muluk-muluk. Nanti Kalau beneran bisa dapet 7, saya tulis deh tips-tips belajar IELTS otodidak di sini daripada bayar kursusnya juga 2,6 juta... Mahal yah, bayar untuk tes aja saya ngorek tabungan...
Kepala masih pusing karena tes tadi dan takut hasilnya ngga memuaskan... Pucing Pala Plincess... Tapi tetep kok, saya hepiiiii... Soalnya kalau ulang tahun saya pasti hepi.. Hehehe.. Ngga ada perayaan spesial juga di keluarga, cuma mamam batagor setelah malam-malam saya pulang tes. Terus dikasih hadiah sama Bapa: Kacamata! Kebetulan kacamata hitam saya sebelumnya udah pecah. Ini dia aksinya..
Love is real, real is love. -John Lennon-
Iya, saya daftar tes IELTS tepat di hari ulang tahun. Jadilah sebelum subuh saya sudah bangun, siap-siap, sholat, dan langsung meluncur ke stasiun untuk berangkat ke Jakarta, tepatnya IALF di menara selatan plaza kuningan Rasuna Said untuk tes jam 07.30. Terus gimana tesnya? Gimana coba??
SUSAAAAHHHH T_T... Saya emang nggak ikut kursus dulu sebelumnya, belajar otodidak aja melahap buku-buku Cambridge & nonton Youtube. Salah satu kelemahan yang sudah diprediksi adalah writing section. Oh jangan disangka karena saya penulis lalu menulis dalam bahasa Inggris apalagi untuk analisis data yang diperlukan dalam tes IELTS bisa saya lalui dengan mudah. Ini adalah bagian yang bikin saya pengen nangis dan nyaris nyerah. Waktu mepet, syarat quota huruf nyaris tak terpenuhi, dan karena inget bahwa saya bayar 2,6 juta demi tes ini, terus kalau langsung dapet band score di bawah 6 hanya karena quota huruf tidak terpenuhi, kok ya nya'ah pisan. Maka ketika injury time, tulisan itu pun selesai meski saya masih khawatir karna untuk writing task 1 hanya bisa 157 kata dari syarat 150. Harusnya sih bisa 180an, khawatir ada kata berulang yang ngga dihitung... #nangis
Ah ya sudahlah, lahawla udah belajar (meski ngga intensif), udah dilalui tesnya, tinggal berdoa, mudah-mudahan bisa lulus dengan band score total minimal 7 aja deh... Nggak muluk-muluk. Nanti Kalau beneran bisa dapet 7, saya tulis deh tips-tips belajar IELTS otodidak di sini daripada bayar kursusnya juga 2,6 juta... Mahal yah, bayar untuk tes aja saya ngorek tabungan...
Kepala masih pusing karena tes tadi dan takut hasilnya ngga memuaskan... Pucing Pala Plincess... Tapi tetep kok, saya hepiiiii... Soalnya kalau ulang tahun saya pasti hepi.. Hehehe.. Ngga ada perayaan spesial juga di keluarga, cuma mamam batagor setelah malam-malam saya pulang tes. Terus dikasih hadiah sama Bapa: Kacamata! Kebetulan kacamata hitam saya sebelumnya udah pecah. Ini dia aksinya..

Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on June 13, 2015 09:09
May 11, 2015
Dansa Masa Lalu Officially Published for FREE!
Hai! :D
Dari dulu saya selalu ingin memiliki novel yang bisa dibaca oleh banyak orang tanpa mereka kesulitan mendapatkannya. Untuk mencetak sendiri dan bagi-bagi gratis jujur saya belum mampu secara finansial (semoga suatu hari nanti, untuk pembaca di pelosok Indonesia yang kesulitan akses). Baru dalam bentuk online ini saya mampu. Karena bagi saya, apalah artinya menulis selain untuk berbagi :)
Seperti yang sudah saya gembar-gemborkan beberapa waktu lalu (bagi follower di twitter atau wattpad pasti tahu), akhirnya saya jadi juga me-launching novel Dansa Masa Lalu ini. Yeaayy!
Novel ini bisa didownload gratis, hanya perlu 'membayar' dengan share di twitter atau facebook kalian. Formatnya pdf yang bisa kalian simpan di PC, laptop, atau ponsel, sehingga bisa dimana saja kalian sempat. Ceritanya masih sama seperti di wattpad.com/rheinfathia, dan tidak dihapus juga yang di sana. Hanya lebih mudah diakses karena bisa dibaca secara offline.
Novel ini saya tulis & terbitkan sendiri dalam bentuk ebook. Jadi, tidak ada perusahaan lain atau penerbit yang mensponsori baik secara finansial atau promosi. Saya akan senang sekali kalau para pembaca mau ikut membagikan ebook gratis ini di social media apa pun. Karena bukankah menyenangkan ketika kita bisa berbagi hal kecil dan berharap memancing kebahagiaan atau senyum pada orang lain :)
Selamat mengunduh, selamat baca, dan semoga suka! ❤
DOWNLOAD DI SINI
Nah, kalau mau mendapatkan novel saya yang lain, bisa ke SINIDoakan saya terus berkarya dan berbagi yaaaa... Me love you! ❤
Love is real, real is love. -John Lennon-
Dari dulu saya selalu ingin memiliki novel yang bisa dibaca oleh banyak orang tanpa mereka kesulitan mendapatkannya. Untuk mencetak sendiri dan bagi-bagi gratis jujur saya belum mampu secara finansial (semoga suatu hari nanti, untuk pembaca di pelosok Indonesia yang kesulitan akses). Baru dalam bentuk online ini saya mampu. Karena bagi saya, apalah artinya menulis selain untuk berbagi :)
Seperti yang sudah saya gembar-gemborkan beberapa waktu lalu (bagi follower di twitter atau wattpad pasti tahu), akhirnya saya jadi juga me-launching novel Dansa Masa Lalu ini. Yeaayy!
Novel ini bisa didownload gratis, hanya perlu 'membayar' dengan share di twitter atau facebook kalian. Formatnya pdf yang bisa kalian simpan di PC, laptop, atau ponsel, sehingga bisa dimana saja kalian sempat. Ceritanya masih sama seperti di wattpad.com/rheinfathia, dan tidak dihapus juga yang di sana. Hanya lebih mudah diakses karena bisa dibaca secara offline.
Novel ini saya tulis & terbitkan sendiri dalam bentuk ebook. Jadi, tidak ada perusahaan lain atau penerbit yang mensponsori baik secara finansial atau promosi. Saya akan senang sekali kalau para pembaca mau ikut membagikan ebook gratis ini di social media apa pun. Karena bukankah menyenangkan ketika kita bisa berbagi hal kecil dan berharap memancing kebahagiaan atau senyum pada orang lain :)
Selamat mengunduh, selamat baca, dan semoga suka! ❤

DOWNLOAD DI SINI

Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on May 11, 2015 18:50
May 4, 2015
Untuk Kamu-Kamu yang Tidak Pintar
Zaman saya SMP sempat nge-tren adanya award semacam cewek tercantik, cowok terganteng, cewek tergaul, cowok terramah, dsb. Saat itu saya juga menang award, lho... jadi cewek ter-lemot alias lemah otak alias tulalit alias loading lama. Hahaha.. Dan emang bener sih, kala itu (sampai sekarang, meski nggak separah dulu) saya sering merespon sesuatu hal baru dengan kata pamungkas, “Hah? Hah?” dengan tampang boloho :))
Dari kecil saya nggak terlalu suka belajar akademis, apalagi di kelas. Lebih suka baca komik, majalah, novel, main, mengkhayal, jalan-jalan, atau membuat prakarya. Ibu juga bilang kalau saya bukan anak yang pintar, pun sampai sekarang punya kelemahan susah fokus saat di keramaian. Tapiiii... tapiii.. saat SD selalu ranking 3 besar, masuk SMP & SMA favorit dan mendapat peringkat 10 besar, lulus kuliah dari UI & ITB. Sombong kamu, Rhein! Itu namanya pintar!
No! Trust me, I’m not that smart dan kadang bingung kenapa bisa mencapai hal-hal yang mungkin termasuk wow untuk sebagian orang. Kemudian Ibu juga berkata, “Teteh itu nggak sepintar Uki-Bani, tapi Teteh itu rajin.”
Jadi, sebagai anak dengan kecerdasan standar dan cukup berhasil melewati tantangan dunia akademis, saya ingin berbagi tips belajar untuk kamu-kamu yang masih sekolah/kuliah supaya tidak menyesal nantinya, karena sungguh kita hidup di negara yang masih menilai banyak hal melalui lembar kertas dengan angka dan kita harus beradaptasi akan hal itu. Ingat pelajaran biologi, makhluk hidup yang mampu bertahan hidup adalah yang mampu beradaptasi dengan lingkungan.
1. Motivasi & Niat Saya nggak punya niat belajar yang tinggi. Sumpah! Apaan coba, berangkat sekolah pagi, belajar di kelas sampai sore, malam ngerjain PR, kalau PR banyak banget dan soalnya susah harus berangkat pagi-pagi buat nyontek temen, terus kapan mainnya? Untungnya, saya punya orang tua yang bisa memberi motivasi belajar dengan tepat, “Teteh, kamu anak pertama harus bisa jadi contoh adik-adik. Harus pintar, jadi panutan.” Ini ampuh sih, karena saya nggak mau adik-adik malu punya Teteh bodoh. Gengsi, dong? Ya kalau gengsi itu punya efek bagus, why not? Loh berarti adik-adik boleh malas belajar karena nggak harus jadi panutan? Oh, motivasi untuk mereka datang dari saya, “Jangan bikin ‘bau’ nama keluarga yang sudah Teteh harumkan karena Teteh dapat nilai baik!” Muhahahaha...
Coba, kamu cari motivasi apa yang kira-kira bisa memecut keinginan belajar? Cita-cita? Pamer sama gebetan? Memperbaiki taraf hidup keluarga? Menjadi generasi muda Indonesia yang mengguncang dunia? Apa pun.. Motivasi itu yang akan menimbulkan niat & semangat. Luntur pasti sering.. sering banget malah sampai-sampai kalau istilah cucian jadi sewarna tie dye. No problem, selama motivasi & niat itu bisa jadi sumber daya untuk kamu mau lanjut belajar.
Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Minimal kalau jatuh ya ke puncak gunung, bukan di palung laut. Kalau menggantungkan cita-cita setinggi puncak gunung, minimal jatuhnya di pohon kelapa. Menurut penelitian, segagal apa-pun usaha, biasanya paling 20% di bawah dari apa yang dicita-citakan. Nggak jelek-jelek amat lah... Ibarat pengen punya suami kayak Prince William, ya sekarang masih jomblo ajaaa.. Hahaha...
2. Belajar & Pendidikan itu Penting Ini nggak usah dibantah, percaya aja! Yang ngomong gini pasti orang tua atau guru kamu, udah lebih tua, mereka udah pernah jadi kamu, jadi meski klasik, percaya aja! Ibarat kalau ada temen kamu pernah ke Amerika dan bilang di sana ada patung Liberty, kamu pasti percaya, kan? Karena dia udah pernah ke sana dan kamu belum.
Tapi, Bill Gates DO tetap pinter dan jadi orang terkaya di dunia. Steve Jobs DO bisa jadi pengusaha sukses dengan Apple. Well... well.. Sini saya kasih tahu karena pernah baca biografi mereka.
Bill Gates itu GENIUS dan keluarganya TAJIR MAMPUS tujuh turunan. Tahu alasan Bill Gates keluar dari kuliahnya? Karena dia BOSAN, karena di kelasnya temen-temennya menyerap pelajaran tidak secepat dia, menurutnya itu buang-buang waktu. Jadi, mending Bill Gates keluar, DO, belajar sendiri, dan dengan modal dari keluarga dia bikin perusahaan sendiri. Jadi, Bill Gates DO karena kepinteran! Lah, kamu mau DO karena apa coba?
Sekarang Steve Jobs. Dia juga GENIUS, tapi keluarganya biasa aja malah bisa dibilang dari kalangan menengah ke bawah. Nah, Steve Jobs ini otaknya bisnis banget, dia mau kuliah tapi nggak mau bayar, dia cuma mau ilmunya. Jadi, dia negosiasi sama pihak kampus, akhirnya dia tetap boleh datang kuliah, belajar seperti biasa di kelas-kelas yang dia mau aja, dan nggak usah bayar. Konsekuensinya tentu nggak bisa ikut ujian dan jadinya DO. Coba.. kamu.. udah bayar kuliah mahal, tetep aja sering bolos, kan?
Mereka sukses? BANGET! Bill Gates & Steve Jobs adalah sahabat baik dan bisa dibilang mereka mengawali usaha di waktu yang berdekatan. Berapa waktu yang mereka butuhkan untuk sukses? PULUHAN tahun.
Contoh lain lagi adalah Larry Page dan Sergey Brin. Iya, mereka berdua founder Google. Ini adalah contoh mahasiswa baik-baik, GENIUS, dari keluarga sederhana, LULUS KULIAH , mendirikan Google. Berapa lama waktu yang mereka butuhkan agar bisa menjadikan Google sebagai perusahaan raksasa yang menguasai rekam data seluruh dunia mulai dari ‘jawaban pe-er matematika yang pertanyaannya kamu copy-paste di google search’ sampai ke pencitraan satelit palung laut terdalam? KURANG DARI 15 TAHUN! Dan mereka masih muda! Kalau Mark Zuckerberg gimana? Yaaa.. Pastinya sih dia nggak Facebook-an melulu.
Dapet kan maksudnya? Belajar dan pendidikan sangat penting. Pendidikan akademis bisa ‘memperlancar & mempercepat’ untuk mendapatkan apa yang kamu mau (selama itu sesuai, ya. Kalau kamu mau jadi chef tapi kuliahnya di elektronika ya jaka sembung). Percaya, ya!
3. Jangan Malu & Curi Start Duh, tapi saya lemot... Baru belajar sedikit, belum ngerti, eh... gurunya udah ganti bab materi baru, makin pusing, dah! Saya dulu sering begini dan emang malu kalau tanya, dijelasin, dan tetep nggak ngerti. Hahaha... Gengsi? Nah, ini gengsi yang salah. Beberapa solusi yang saya lakukan dulu:
- Belajar dengan ortu. Seperti yang sudah disebutkan kalau saya susah fokus saat di keramaian (boro-boro dalam kelas yang banyak siswa, bimbel eksklusif yang hanya 5 siswa aja saya nggak bisa), maka saya bersyukur punya Bapa-Ibu pintar-pintar. Sejak SD-SMP setiap pulang sekolah pasti mengulang pelajaran bareng Ibu, kalau malam Bapa bantuin ngerjain PR (diajarin ya, bukan PR dikerjain Bapa). Apalagi setiap liburan semester, Ibu pasti sudah membeli buku-buku untuk semester depan dan saya harus menguasai materi sebelum sekolah masuk lagi. APA, RHEIN? LIBURAN KAMU MASIH BELAJAR MATERI SEBELUM WAKTUNYA?? Ya gimana dong, kan saya nggak pintar, saya lemot... Supaya bisa mengimbangi teman-teman lain yang pintar, caranya harus curi start, harus belajar duluan supaya pas belajar di kelas nanti nggak bego-bego amat, harus berusaha EKSTRA KERAS dibanding yang lain.
- Panggil guru privat. Masih urusan susah fokus di keramaian, saat saya SMA, ortu mulai membuka bisnis dan sulit membagi waktu untuk mengajari (apalagi adik-adik juga perlu didampingi belajar). Maka saya meminta ortu untuk memanggil guru privat, YANG SUPER SABAR, karena saya lemot. Dengan guru privat jadi lebih bebas bertanya materi yang tidak dimengerti tanpa perlu malu dan gengsi.
- Belajar kelompok dengan teman. Ugh.. Ortu nggak ngerti materi pelajaran dan guru privat itu bayarnya mahal. Solusi lain adalah belajar tambahan dengan teman kamu yang pintar. Yakin deh, siswa yang pinter beneran itu pasti baik hati mau meluangkan waktu untuk menjawab/mengajarkan hal yang kamu nggak ngerti. Tapi ingat, ya... Dari pengalaman, belajar berlima itu jatuhnya jadi gosipan, belajar bertiga itu biasanya yang 2 belajar, yang 1 main hp. Dulu pas SMA kelas 3, sepulang sekolah biasanya saya dan Mr. R yang superpintar nongkrong di perpus, kadang berdua seringnya bertiga dengan Ms. Husna (biasanya, saya yang main hp). Kami yang kurang pintar ini diajarin Mr. R supaya pada lulus UAN, dapet bonus belajar buat SPMB pula (SBMPTN, SNMPTN, duh apa sih namanya sekarang?). Cari siswa pintar yang SABAR juga, ya.. Yang nggak akan bosan atau men-judge kamu bego kalau nggak ngerti melulu rumus-rumus njelimet itu. *Rhein, kok kayak cerita CoupL(ov)e?* #abaikan
So, jangan malu untuk bertanya apa pun supaya kamu bisa belajar dan paham materi pelajaran. Jangan menyerah melakukan usaha apa pun atau mengambil kesempatan apa pun supaya kamu bisa mengimbangi teman-teman yang pintar. Selalu ada jalan, kalau kamu mau.
4. Mungkin Nilai Hanya Kadang-Kadang Penting, tapi Kepribadian Selalu Penting Dulu saya kuliah apa coba? Yes, Fisika Nuklir Partikel **BOOM!!** Terus sekarang jadi apa coba? Yes, penulis novel roman picisan. Jangan disangka karena lemot terus nggak dapat pekerjaan yang sesuai jurusan kuliah, saya dapat tawaran juga kok. Saya aja yang nggak mau... Kan udah dibilang sejak awal kalau saya hobinya baca komik, novel, mengkhayal, sama jalan-jalan.
Untungnya, semua yang saya lakukan untuk memenuhi ekspektasi ‘menjadi anak sulung yang menjadi panutan untuk adik-adik’, semua usaha belajar untuk bisa mengimbangi teman-teman pintar, semua lelah-pusing-tangis untuk lulus dengan nilai/IPK bagus, telah membentuk kepribadian yang tangguh (siap-siap, saya mau nyombong). Ya, saya memiliki rasa ingin tahu yang besar (penting untuk riset novel), saya rajin mempelajari hal baru dengan tekun dan sabar (untuk menghasilkan novel dengan teknik bagus), saya tidak mudah menyerah dan bisa cepat mengambil kesempatan dalam kesempitan (novel Gloomy Gift ngga dijual di luar Jawa, dan saya jualin aja, banyak yang beli kok). Saya nggak minder dicemooh orang selama melakukan hal baik yang saya cita-citakan. Jangan salah, karena lemot, yang nge-bego-bego-in juga ada. Sekarang, saat ada yang mencemooh hobi promosi novel melulu, jadi kebal karena toh nggak merugikan siapa-siapa.
Maka saat dosen pembimbing bertanya usai saya sidang, “Gimana rasanya punya gelar Master?”, saya ringan menjawab, “Nggak gimana-gimana sih, Pak. Soalnya bukan gelar yang bikin novel saya best-seller”. Muhahahaha...
Benar, gelar dan selembar kertas itu ada kalanya menjadi penting (lamar pekerjaan, cari beasiswa, nggak bisa dipungkiri kita cari duit 'lebih mudah' kalau ada kertas itu). Namun, yang selalu menjadi penting adalah kepribadian yang terbentuk karena kamu tangguh berusaha melewati tahap-tahap pendidikan itu. Jangan pernah menyesal karena kuliah di jurusan yang beda dengan keinginan atau pekerjaan. Jalani, usahakan yang terbaik. Di sana kamu ditempa menjadi sosok yang nantinya bisa menikmati hidup dalam keadaan apa pun. Ingat pelajaran biologi tentang adaptasi tadi.
Target yang selalu saya buat adalah memiliki IPK atau nilai minimal bisa mendaftar sekolah/kuliah ke luar negeri. Ih, sombong banget lemot begitu mau belajar ke luar negeri. Lah, iya dong... Kita ini harus punya standar bersaing secara internasional. Kan kalau cita-cita setinggi langit, jatuhnya minimal di puncak gunung.
5. Spiritual IQ rada jongkok, EQ ya lumayan, SQ jangan dilupakan. Percayalah, Tuhan bersama orang-orang yang mau berusaha dan belajar. Bukankah janji Allah tidak pernah ingkar? Dia akan menaikkan derajat orang-orang yang berilmu. Jangan pernah lupa mendoakan orang tua, minta doa juga ke mereka supaya dilancarkan segala urusan kamu.
Wah, panjang juga ya curhat saya. Hahaha.. Jangan pernah menyerah ya, kamu-kamu yang merasa tidak pintar. Selama keinginan untuk meraih yang kamu mau itu terus terbakar, kamu pasti mampu menjalaninya. Kalau kata Mr. R yang selalu memotivasi saya, “Lihat ke belakang, udah banyak yang berhasil lu capai. Lihat ke depan, ada banyak hal yang akan dan bisa lu raih.”
SEMANGAT!! :D
Salam Super,cewek ter-lemot lulusan Fisika Nuklir Partikel dan penulis roman picisan
Love is real, real is love. -John Lennon-
Dari kecil saya nggak terlalu suka belajar akademis, apalagi di kelas. Lebih suka baca komik, majalah, novel, main, mengkhayal, jalan-jalan, atau membuat prakarya. Ibu juga bilang kalau saya bukan anak yang pintar, pun sampai sekarang punya kelemahan susah fokus saat di keramaian. Tapiiii... tapiii.. saat SD selalu ranking 3 besar, masuk SMP & SMA favorit dan mendapat peringkat 10 besar, lulus kuliah dari UI & ITB. Sombong kamu, Rhein! Itu namanya pintar!
No! Trust me, I’m not that smart dan kadang bingung kenapa bisa mencapai hal-hal yang mungkin termasuk wow untuk sebagian orang. Kemudian Ibu juga berkata, “Teteh itu nggak sepintar Uki-Bani, tapi Teteh itu rajin.”
Jadi, sebagai anak dengan kecerdasan standar dan cukup berhasil melewati tantangan dunia akademis, saya ingin berbagi tips belajar untuk kamu-kamu yang masih sekolah/kuliah supaya tidak menyesal nantinya, karena sungguh kita hidup di negara yang masih menilai banyak hal melalui lembar kertas dengan angka dan kita harus beradaptasi akan hal itu. Ingat pelajaran biologi, makhluk hidup yang mampu bertahan hidup adalah yang mampu beradaptasi dengan lingkungan.
1. Motivasi & Niat Saya nggak punya niat belajar yang tinggi. Sumpah! Apaan coba, berangkat sekolah pagi, belajar di kelas sampai sore, malam ngerjain PR, kalau PR banyak banget dan soalnya susah harus berangkat pagi-pagi buat nyontek temen, terus kapan mainnya? Untungnya, saya punya orang tua yang bisa memberi motivasi belajar dengan tepat, “Teteh, kamu anak pertama harus bisa jadi contoh adik-adik. Harus pintar, jadi panutan.” Ini ampuh sih, karena saya nggak mau adik-adik malu punya Teteh bodoh. Gengsi, dong? Ya kalau gengsi itu punya efek bagus, why not? Loh berarti adik-adik boleh malas belajar karena nggak harus jadi panutan? Oh, motivasi untuk mereka datang dari saya, “Jangan bikin ‘bau’ nama keluarga yang sudah Teteh harumkan karena Teteh dapat nilai baik!” Muhahahaha...
Coba, kamu cari motivasi apa yang kira-kira bisa memecut keinginan belajar? Cita-cita? Pamer sama gebetan? Memperbaiki taraf hidup keluarga? Menjadi generasi muda Indonesia yang mengguncang dunia? Apa pun.. Motivasi itu yang akan menimbulkan niat & semangat. Luntur pasti sering.. sering banget malah sampai-sampai kalau istilah cucian jadi sewarna tie dye. No problem, selama motivasi & niat itu bisa jadi sumber daya untuk kamu mau lanjut belajar.
Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Minimal kalau jatuh ya ke puncak gunung, bukan di palung laut. Kalau menggantungkan cita-cita setinggi puncak gunung, minimal jatuhnya di pohon kelapa. Menurut penelitian, segagal apa-pun usaha, biasanya paling 20% di bawah dari apa yang dicita-citakan. Nggak jelek-jelek amat lah... Ibarat pengen punya suami kayak Prince William, ya sekarang masih jomblo ajaaa.. Hahaha...
2. Belajar & Pendidikan itu Penting Ini nggak usah dibantah, percaya aja! Yang ngomong gini pasti orang tua atau guru kamu, udah lebih tua, mereka udah pernah jadi kamu, jadi meski klasik, percaya aja! Ibarat kalau ada temen kamu pernah ke Amerika dan bilang di sana ada patung Liberty, kamu pasti percaya, kan? Karena dia udah pernah ke sana dan kamu belum.
Tapi, Bill Gates DO tetap pinter dan jadi orang terkaya di dunia. Steve Jobs DO bisa jadi pengusaha sukses dengan Apple. Well... well.. Sini saya kasih tahu karena pernah baca biografi mereka.
Bill Gates itu GENIUS dan keluarganya TAJIR MAMPUS tujuh turunan. Tahu alasan Bill Gates keluar dari kuliahnya? Karena dia BOSAN, karena di kelasnya temen-temennya menyerap pelajaran tidak secepat dia, menurutnya itu buang-buang waktu. Jadi, mending Bill Gates keluar, DO, belajar sendiri, dan dengan modal dari keluarga dia bikin perusahaan sendiri. Jadi, Bill Gates DO karena kepinteran! Lah, kamu mau DO karena apa coba?
Sekarang Steve Jobs. Dia juga GENIUS, tapi keluarganya biasa aja malah bisa dibilang dari kalangan menengah ke bawah. Nah, Steve Jobs ini otaknya bisnis banget, dia mau kuliah tapi nggak mau bayar, dia cuma mau ilmunya. Jadi, dia negosiasi sama pihak kampus, akhirnya dia tetap boleh datang kuliah, belajar seperti biasa di kelas-kelas yang dia mau aja, dan nggak usah bayar. Konsekuensinya tentu nggak bisa ikut ujian dan jadinya DO. Coba.. kamu.. udah bayar kuliah mahal, tetep aja sering bolos, kan?
Mereka sukses? BANGET! Bill Gates & Steve Jobs adalah sahabat baik dan bisa dibilang mereka mengawali usaha di waktu yang berdekatan. Berapa waktu yang mereka butuhkan untuk sukses? PULUHAN tahun.
Contoh lain lagi adalah Larry Page dan Sergey Brin. Iya, mereka berdua founder Google. Ini adalah contoh mahasiswa baik-baik, GENIUS, dari keluarga sederhana, LULUS KULIAH , mendirikan Google. Berapa lama waktu yang mereka butuhkan agar bisa menjadikan Google sebagai perusahaan raksasa yang menguasai rekam data seluruh dunia mulai dari ‘jawaban pe-er matematika yang pertanyaannya kamu copy-paste di google search’ sampai ke pencitraan satelit palung laut terdalam? KURANG DARI 15 TAHUN! Dan mereka masih muda! Kalau Mark Zuckerberg gimana? Yaaa.. Pastinya sih dia nggak Facebook-an melulu.
Dapet kan maksudnya? Belajar dan pendidikan sangat penting. Pendidikan akademis bisa ‘memperlancar & mempercepat’ untuk mendapatkan apa yang kamu mau (selama itu sesuai, ya. Kalau kamu mau jadi chef tapi kuliahnya di elektronika ya jaka sembung). Percaya, ya!
3. Jangan Malu & Curi Start Duh, tapi saya lemot... Baru belajar sedikit, belum ngerti, eh... gurunya udah ganti bab materi baru, makin pusing, dah! Saya dulu sering begini dan emang malu kalau tanya, dijelasin, dan tetep nggak ngerti. Hahaha... Gengsi? Nah, ini gengsi yang salah. Beberapa solusi yang saya lakukan dulu:
- Belajar dengan ortu. Seperti yang sudah disebutkan kalau saya susah fokus saat di keramaian (boro-boro dalam kelas yang banyak siswa, bimbel eksklusif yang hanya 5 siswa aja saya nggak bisa), maka saya bersyukur punya Bapa-Ibu pintar-pintar. Sejak SD-SMP setiap pulang sekolah pasti mengulang pelajaran bareng Ibu, kalau malam Bapa bantuin ngerjain PR (diajarin ya, bukan PR dikerjain Bapa). Apalagi setiap liburan semester, Ibu pasti sudah membeli buku-buku untuk semester depan dan saya harus menguasai materi sebelum sekolah masuk lagi. APA, RHEIN? LIBURAN KAMU MASIH BELAJAR MATERI SEBELUM WAKTUNYA?? Ya gimana dong, kan saya nggak pintar, saya lemot... Supaya bisa mengimbangi teman-teman lain yang pintar, caranya harus curi start, harus belajar duluan supaya pas belajar di kelas nanti nggak bego-bego amat, harus berusaha EKSTRA KERAS dibanding yang lain.
- Panggil guru privat. Masih urusan susah fokus di keramaian, saat saya SMA, ortu mulai membuka bisnis dan sulit membagi waktu untuk mengajari (apalagi adik-adik juga perlu didampingi belajar). Maka saya meminta ortu untuk memanggil guru privat, YANG SUPER SABAR, karena saya lemot. Dengan guru privat jadi lebih bebas bertanya materi yang tidak dimengerti tanpa perlu malu dan gengsi.
- Belajar kelompok dengan teman. Ugh.. Ortu nggak ngerti materi pelajaran dan guru privat itu bayarnya mahal. Solusi lain adalah belajar tambahan dengan teman kamu yang pintar. Yakin deh, siswa yang pinter beneran itu pasti baik hati mau meluangkan waktu untuk menjawab/mengajarkan hal yang kamu nggak ngerti. Tapi ingat, ya... Dari pengalaman, belajar berlima itu jatuhnya jadi gosipan, belajar bertiga itu biasanya yang 2 belajar, yang 1 main hp. Dulu pas SMA kelas 3, sepulang sekolah biasanya saya dan Mr. R yang superpintar nongkrong di perpus, kadang berdua seringnya bertiga dengan Ms. Husna (biasanya, saya yang main hp). Kami yang kurang pintar ini diajarin Mr. R supaya pada lulus UAN, dapet bonus belajar buat SPMB pula (SBMPTN, SNMPTN, duh apa sih namanya sekarang?). Cari siswa pintar yang SABAR juga, ya.. Yang nggak akan bosan atau men-judge kamu bego kalau nggak ngerti melulu rumus-rumus njelimet itu. *Rhein, kok kayak cerita CoupL(ov)e?* #abaikan
So, jangan malu untuk bertanya apa pun supaya kamu bisa belajar dan paham materi pelajaran. Jangan menyerah melakukan usaha apa pun atau mengambil kesempatan apa pun supaya kamu bisa mengimbangi teman-teman yang pintar. Selalu ada jalan, kalau kamu mau.
4. Mungkin Nilai Hanya Kadang-Kadang Penting, tapi Kepribadian Selalu Penting Dulu saya kuliah apa coba? Yes, Fisika Nuklir Partikel **BOOM!!** Terus sekarang jadi apa coba? Yes, penulis novel roman picisan. Jangan disangka karena lemot terus nggak dapat pekerjaan yang sesuai jurusan kuliah, saya dapat tawaran juga kok. Saya aja yang nggak mau... Kan udah dibilang sejak awal kalau saya hobinya baca komik, novel, mengkhayal, sama jalan-jalan.
Untungnya, semua yang saya lakukan untuk memenuhi ekspektasi ‘menjadi anak sulung yang menjadi panutan untuk adik-adik’, semua usaha belajar untuk bisa mengimbangi teman-teman pintar, semua lelah-pusing-tangis untuk lulus dengan nilai/IPK bagus, telah membentuk kepribadian yang tangguh (siap-siap, saya mau nyombong). Ya, saya memiliki rasa ingin tahu yang besar (penting untuk riset novel), saya rajin mempelajari hal baru dengan tekun dan sabar (untuk menghasilkan novel dengan teknik bagus), saya tidak mudah menyerah dan bisa cepat mengambil kesempatan dalam kesempitan (novel Gloomy Gift ngga dijual di luar Jawa, dan saya jualin aja, banyak yang beli kok). Saya nggak minder dicemooh orang selama melakukan hal baik yang saya cita-citakan. Jangan salah, karena lemot, yang nge-bego-bego-in juga ada. Sekarang, saat ada yang mencemooh hobi promosi novel melulu, jadi kebal karena toh nggak merugikan siapa-siapa.
Maka saat dosen pembimbing bertanya usai saya sidang, “Gimana rasanya punya gelar Master?”, saya ringan menjawab, “Nggak gimana-gimana sih, Pak. Soalnya bukan gelar yang bikin novel saya best-seller”. Muhahahaha...
Benar, gelar dan selembar kertas itu ada kalanya menjadi penting (lamar pekerjaan, cari beasiswa, nggak bisa dipungkiri kita cari duit 'lebih mudah' kalau ada kertas itu). Namun, yang selalu menjadi penting adalah kepribadian yang terbentuk karena kamu tangguh berusaha melewati tahap-tahap pendidikan itu. Jangan pernah menyesal karena kuliah di jurusan yang beda dengan keinginan atau pekerjaan. Jalani, usahakan yang terbaik. Di sana kamu ditempa menjadi sosok yang nantinya bisa menikmati hidup dalam keadaan apa pun. Ingat pelajaran biologi tentang adaptasi tadi.
Target yang selalu saya buat adalah memiliki IPK atau nilai minimal bisa mendaftar sekolah/kuliah ke luar negeri. Ih, sombong banget lemot begitu mau belajar ke luar negeri. Lah, iya dong... Kita ini harus punya standar bersaing secara internasional. Kan kalau cita-cita setinggi langit, jatuhnya minimal di puncak gunung.
5. Spiritual IQ rada jongkok, EQ ya lumayan, SQ jangan dilupakan. Percayalah, Tuhan bersama orang-orang yang mau berusaha dan belajar. Bukankah janji Allah tidak pernah ingkar? Dia akan menaikkan derajat orang-orang yang berilmu. Jangan pernah lupa mendoakan orang tua, minta doa juga ke mereka supaya dilancarkan segala urusan kamu.
Wah, panjang juga ya curhat saya. Hahaha.. Jangan pernah menyerah ya, kamu-kamu yang merasa tidak pintar. Selama keinginan untuk meraih yang kamu mau itu terus terbakar, kamu pasti mampu menjalaninya. Kalau kata Mr. R yang selalu memotivasi saya, “Lihat ke belakang, udah banyak yang berhasil lu capai. Lihat ke depan, ada banyak hal yang akan dan bisa lu raih.”
SEMANGAT!! :D

Salam Super,cewek ter-lemot lulusan Fisika Nuklir Partikel dan penulis roman picisan
Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on May 04, 2015 23:00
April 17, 2015
Gloomy Gift di Deteksi Jawa Pos
Cuma mau pamer, Gloomy Gift masuk rubrik Deteksi Jawa Pos loh.. Hihihi.. Klik untuk memperbesar ya kalau mau baca. Saya ga mau nulis panjang-panjang hanya mau pesan, pada beli yaaa... Didoain yang beli rezeki makin lancar dan bahagia dunia akhirat. Me love you, reader.. :)
Love is real, real is love. -John Lennon-

Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on April 17, 2015 19:54
April 7, 2015
Event Bandung: Book Talk Gloomy Gift
Hai Bandung! Meski saya udah lulus kuliah dan tidak lagi tinggal di Bandung, tapi tetep dong kota ini masih jadi tempat spesial. Nah, kebetulan banget dalam waktu dekat ini Klub Baca Bandung akan mengadakan acara yang berhubungan sama novel terbaru saya, Gloomy Gift di Bandung.
Acara: Book Talk Gloomy Gift
Waktu: 12 April 2015, 11.00-12.30
Tempat: Cokotetra Cafe, Jl. Ir. H. Juanda No. 322 (Seberang Bappeda Jabar)
Terus ngapain aja di sana? Acaranya santai aja, sih.. Tentu kita akan bahas tentang hal-hal menarik dari novel Gloomy Gift dan proses kreatifnya. Kalian yang datang boleh tanya sepuas-puasnya sama saya, gimana sih menulis novel action-romance itu? Secaraaaaa action itu sub-genre yang termasuk jarang di Indonesia dan how come adegan bertarung yang lebih enak ditonton di layar bisa dialihrupakan dalam bentuk tulisan? Terserah kalian mau tanya apa tentang novel ini, but please jangan tanya "Apa itu pengalaman pribadi kamu?" . Hahaha..
Kalian juga boleh tanya tips-tips nulis (meski ngga ada hubungan sama Gloomy Gift) atau tentang proses penerbitan karena saya ditemani oleh teman-teman dari Bentang Pustaka dan akademi bercerita. Pokoknya kita ngobrol-ngobrol seru santai aja selama acara ini. Yang sudah atau belum baca novel-novelku juga boleh datang. Malah nanti ada doorprize buku lhooo... :D
Oiya, acara ini FREE, ga ada biaya, kecuali kalau mau makan di cafe-nya pasti bayar lah ya.. Hihihi.. Yuk ah, nu kasep, nu geulis, nu biasa wae, yang suka nulis, suka baca, suka nongkrong, suka makan, kita ngumpul tanggal 12 April.
Can't wait to see you! :)
Love is real, real is love. -John Lennon-
Acara: Book Talk Gloomy Gift
Waktu: 12 April 2015, 11.00-12.30
Tempat: Cokotetra Cafe, Jl. Ir. H. Juanda No. 322 (Seberang Bappeda Jabar)

Terus ngapain aja di sana? Acaranya santai aja, sih.. Tentu kita akan bahas tentang hal-hal menarik dari novel Gloomy Gift dan proses kreatifnya. Kalian yang datang boleh tanya sepuas-puasnya sama saya, gimana sih menulis novel action-romance itu? Secaraaaaa action itu sub-genre yang termasuk jarang di Indonesia dan how come adegan bertarung yang lebih enak ditonton di layar bisa dialihrupakan dalam bentuk tulisan? Terserah kalian mau tanya apa tentang novel ini, but please jangan tanya "Apa itu pengalaman pribadi kamu?" . Hahaha..
Kalian juga boleh tanya tips-tips nulis (meski ngga ada hubungan sama Gloomy Gift) atau tentang proses penerbitan karena saya ditemani oleh teman-teman dari Bentang Pustaka dan akademi bercerita. Pokoknya kita ngobrol-ngobrol seru santai aja selama acara ini. Yang sudah atau belum baca novel-novelku juga boleh datang. Malah nanti ada doorprize buku lhooo... :D
Oiya, acara ini FREE, ga ada biaya, kecuali kalau mau makan di cafe-nya pasti bayar lah ya.. Hihihi.. Yuk ah, nu kasep, nu geulis, nu biasa wae, yang suka nulis, suka baca, suka nongkrong, suka makan, kita ngumpul tanggal 12 April.
Can't wait to see you! :)
Love is real, real is love. -John Lennon-
Published on April 07, 2015 20:16