Hilal Asyraf's Blog, page 138
September 29, 2012
English Collumn: Of smiles and frowns
Picture by Umar Mita
And so the 2013 budget is finally announced.
Much to the wait of many, the national budget managed to spread meaningful smiles on some parties, especially those who are at the receivers’ end – civil servants, middle income workers, students and not to mention bachelors with not so much money in their pockets (hehe).
While voices could also be heard echoing here and there, lamenting “there’s not much of anything for me” or “be ready, harga barang confirm naik punya”, the ‘budget from the rakyat for the rakyat’ as a local newspaper dub it today is still entertaining to study, and to an extent, quizzical.
I belong to that pack of crowd who smiled and frowned a lot when reading the new budget announced yesterday. Well I don’t know if that was the case as I happened to be reading it from Malaysiakini. The facts were presented as they are, in emotionless words, leaving me the freedom to interpret them they way I want it (well at least that is how I believe news reading should be done). Probably I would have been all-smiles and frown-free if I read them first from the local ‘mainstream’ newspapers. Who knows, right?
Cotton candies
The fact is, I smiled as I am due to be getting cotton candies from the government. I literally promised myself to join the beeline for the RM250 promised for bachelors with income below RM2000. I will also give a full-fledged dedication to secure my book voucher worth RM250 (wow, a RM50 raise!) and maybe some other perks promised for middle-income earners like me. You know, people who once in a while had to enjoy 2-minute noodles because they have to and not because they just want to? OK, that’s me (hmm…I wonder if I need to restock today) :p
Shish. Now, back to reality.
The fact is, despite the irreversible long smile I have been styling since yesterday, my forehead muscles are still aching, screaming “When are you going to stop frowning?”
God, I wish I have the answer to that question, a mantra if I would, to silence it forever. I frown to the fact that taxes on alcohol and tobacco are not to be raised while subsidy on sugar (worth 20 cents) is revoked. I also frown to the fact that youth aged 21 to 30 years old will get rebates for purchase of smart phones with 4G connectivity. Despite the temptation that is starting to boil and gurgle in my insides to scavenge the nearest iPhone store, I pause to reflect on how is that useful in clamping down the increasing national debt of a staggering RM502.4 billion. Woohoo!
Mind you, that’s RM502.4 followed by nine zeros…nine guys, nine!
This somehow makes me wonder if I’m living in a state of illusion, like I am Alice in Wonderland. This land I am living in surely is full of wonders…people say they have cars, when actually the banks own them. People claim they own houses, when actually the banks loaned them. People say they have a country, when actually it’s almost sold off, and nobody is telling them!
Talking about big money especially those with a lot of zeros can sometimes get you vertigo. I personally experienced this when visiting a neighbouring country early this year. The normal toilet pay-per-entrance fee of 20 cents seemed unreasonably cheap when you hear the old lady at the door says, “Lima ratus, pak!” and looking at your tubby wallet then kinda make you feel like a Robert Kuok in the making.
Anyway, no matter how you look at it, and which part you belong to prior to the 2013 budget, always remember to activate your ‘all seeing eye’ when studying the facts and figures tabled for your eyes. Candies are sweet, yes, but too much taken just means another visit to the dentist. Say thanks (to men) and be grateful to Allah for giving you what you most rightly deserve.
The layman’s term
For me another layman in this blessed country, to plan a budget is to expand the wallet and fortress the pocket. Included under this umbrella is to give what is due to give, and to get what is due to get. And for me to put my trust on a person to plan my budget means the exact same purpose. As my accountant, giving me to spend what I should keep isn’t going to win you any merit. And disallowing me from getting what I deserve will naturally..hmm..double the effect.
Dr. Tariq Suwaidan, a Muslim Brotherhood scholar said,
“Muslims don’t cheat, and they don’t win by cheating. Assuming that you know a pilot got his flying licence by cheating, would you board the plane he flies?”
*Goosebumps*
Before I end, let us all reflect upon the call from Allah to seek the means, ways and avenues to get to Him. If the budget can be a means to win His love, then why not? (Eh, anybody saw any special allocation for Islamic education and social improvement next year?)
“O ye who believe! Do your duty to Allah, seek the means of approach unto Him, and strive with might and main in His cause: that ye may prosper.”
(al-Ma’idah : 32)
OK. Enough babbling. Now, where’s my budget again??
September 28, 2012
Agama: Merawat Permasalahan Pembuangan Bayi
“Kelahiranmu untuk ditatang bukan dibuang” ~ picture by myeyesareonfire of deviantart.com
Apabila tiba bulan September ataupun Mei isu pembuangan bayi menjadi isu utama di dada akhbar malah menjadi buah mulut di kedai-kedai kopi, mana tidaknya jika dikaji secara ilmiah dan rasional, seorang ibu akan melahirkan anak yang normal selepas mengandung selama sembilan bulan, maka apabila diteliti sembilan bulan sebelum September dan Mei, bulan itu adalah bulan kemerdekaan dan awal tahun.
Perasaan hiba hadir pada diri apabila luka pada masyarakat bertambah, malah membarah kerana isu ini seakan sebati dengan masyarakat kita yang kononnya masih mengamalkan adat ketimuran yang bersusila lagi bersopan.
Benar kata Rasullah SAW: (Antara tanda-tanda Kiamat, apabila ilmu akan berkurang, kejahilan menjadi zahir, zahirnya zina, ramainya wanita dan sedikitnya lelaki…)[1]
Jahiliyah Dahulu dan Sekarang
Lembaran demi lembaran sejarah sebelum kedatangan nabi dibuka, diteliti, direnung untuk mencari solusi. Hati bertanya, “Adakah sama masyarakat ketika itu dengan masa kini? kadang-kadang terasa sama, kadang-kadang juga melihat lebih teruk daripada masyarakat ketika itu”. Jika dahulu masyarakat hanya membunuh anak perempuan kerana malu, tapi sekarang baik bayi laki atau perempuan semua dibunuh. Jika dahulu membunuh dengan menanam, sekarang? Tidak mampu saya nak menulis bagaimana mereka yang tidak berdosa dibunuh.
Allah Azza Wajalla bertanya kepada pembunuh-pembunuh anak dalam Al-Quran Al-Karim,
“Dan apabila anak perempuan yang ditanam hidup-hidup: ditanya, -Dengan dosa apakah ia dibunuh?”[2]
Dosa apa yang menyebabkan mereka dibunuh? Kesalahan apa? Islam tidak mengajar hambanya mengatakan semua orang yang lahir berdosa, tapi suci dari kotoran dosa dan hina. Hanya Kristian yang mengajar pengikutnya , semua manusia yang lahir terpalit dengan dosa dan noda.
Sejarah Arab sebelum kedatangan nabi saw tidak pernah mencapai ketamadunan manusia kerana pelbagai penyakit menimpa seperti membunuh anak, hak wanita dinafikan dan hanya dijadikan alat seks, yang lemah ditindas dan terus lemah, agama diselewengkan dan sebagainya. Negara kita juga tidak akan mencapai ketamadunan jika berlaku perkara sama. Tetapi perkara-perkara tersebut terus berlaku seolah-olah kita menuju kepada kisah silam yang lampau dan cuba diulangi seperti mana kata George Santayana:
“Those who cannot remember the past are condemned to repeat it.”
Diagnosis Punca dan Rawatan
Penyakit ini terus membarah dan bertambah nanah, selaku masyarakat yang sedar kita perlu merawat permasalahan ini daripada terus meruncing, seandainya tidak meruncing pada zaman kita, boleh jadi zaman anak cucu kita masalah pembuangan bayi seperti pembuangan sampah di longgokan sampah.
Kita menyakini setiap penyakit mempunyai ubat kecuali mati, dan begitulah juga dengan penyakit ummat yang melanda pada tubuhnya. Ubat dan rawatan seharusnya diberi dengan segera selepas punca kepada permasalahan ini dapat dikesan.
Punca dan rawatan kepada permasalahan pembuangan bayi dan zina yang dapat saya senaraikan selepas membuat membuat beberapa pengkajian serta perbincangan ilmiah bersama sahabat-sahabat saya ialah:
Pertama: masalah dari aspek individu, lemahnya jati diri dan keimanan kepada Allah dan Hari akhirat. Apabila lemahnya jati diri para pemuda dan keimanan mereka menyebabkan mereka cepat dan mudah tersungkur di pintu dosa dan noda lalu menyeret mereka ke dalam kancah kemaksiatan yang besar. Bermula dengan dosa zina berakhir dengan dosa membunuh. Dua dosa besar yang disenergikan jika mereka tidak mempunyai jati diri dan keimanan kepada Allah Azza Wa Jalla serta Hari Pembalasan.
Bukankah Rasulullah SAW ada memberi satu gambaran dalam sabdanya; (Tidak berzina seorang penzina ketika mana ia seorang mukmin, dan tidak mencuri seseorang pencuri itu kita mana ia seorang mukmin, tidak seseorang itu meminum arak ketika mana ia seorang mukmin…)[3]
Rawatannya, setiap orang islam perlu memantapkan dirinya dengan keimanan yang sebenar dan bukan keimanan yang mandul serta mempunyai jati diri yang kuat untuk melawan hawa nafsu. Perkara ini yang paling penting dan terbaik bagi merawat permaslahan ini. Proses inilah yang telah menukar manusia bertopengkan syaitan menjadi manusia yang dipuji-puji di langit dan bumi. Sirah menjadi saksi dengan iman, manusia berubah menjadi baik, dengannya manusia menjadi mulia serta mampu memimpin dunia.
Kedua: masalah dari aspek kekeluargaan, Ibu bapa kurang menekankan pendidikan seks atau atau istilah lain yang disebut oleh Dr. Hasmah Ali pendidikan kesihatan di rumah masing-masing. Dalam dunia kemodenan ibu bapa terlalu sibuk menyebabkan mereka tidak sempat memantau dengan siapa anak-anak mereka bergaul dan ke mana anak-anak mereka keluar, serta kesedian ibu bapa apabila mendapat tahu anak-anak mereka berzina dan berbadan dua.
Peranan ibu bapa amatlah penting dalam merawat masalah ini, pendidikan seks adalah lebih baik dilaksanakan di rumah daripada sekolah kerana ia adalah peranan ibu bapa dalam mendidik anak mereka membesar dewasa dengan betul lagi sempurna, bukan peranan sekolah untuk menceritakan pendidikan seks kepada anak-anak kerana para guru tentu kurang mengerti tahap kematangan berfikir dan tingkah laku anak-anak tersebut di luar persekitaran sekolah.
Sepertimana Rasulullah SAW gambarkan tentang kesan pendidikan yang ibu bapa berikan terhadap anak-anak melalui riwayat Abi Hurairah: (Tidak sesuatu yang dilahirkan kecuali ia lahir dalam keadaan fitrah, maka ibu bapalah yang meyahudikannya atau menasranikannya atau memajusikannya…)[4]
Peranan ibu bapa sebagai rawatannya. Ibu bapa perlu cakna hal ini!
Keempat: Masalah zina dan pembuangan bayi kadang-kadang berpunca daripada cara berfikir masyarakat. Perkahwinan dirumitkan dengan pelbagai adat-adat yang mungkin baik tapi menelan ribuan kos, mahar bagi wanita mahal seolah ingin menjual si anak dara dan majlis kenduri telalu ‘grand’. Bukan untuk menghalang berbuat demikian, tetapi jika dibandingkan langkah untuk berzina itu mudah lagi murah.
Seorang kawan saya menceritakan kepada saya semasa dia ingin pulang ke rumah terserempak dengan seorang perempuan yang menawarkan perkhidmatan seks dengan harga yang murah, tetapi disebabkan keimanan masih utuh dia menolak tawaran tersebut. Jika dibandingkan, para pemuda ingin berkahwin tetapi dengan harga mahar yang melambung tinggi dan dengan tawaran perkhidmatan seks yang murah sudah tentu para pemuda yang tipis imannya akan memilih zina.
Rasulullah SAW ada menyebut berkenaan dengan mahar yang sedikit melalui riwayat daripada A’ishah RA: (Sesungguhnya nikah yang terbesar barakahnya ialah yang paling mudah bekalnya) [5]
Bukankah mahar yang murah lebih barakah? Lebih mudah? Saya bukan ingin menghalang untuk sesiapa meninggikan harga maharnya, Cuma seandainya mahar yang mahal menjadi ‘trend’ serta neraca bagi masyarakat kita sehingga menyukarkan para pemuda untuk mendirikan rumah tangga dan menghampirkan mereka dengan maksiat zina, lebih baik ia dimurahkan mengikut kemampuan si lelaki yang melamarnya.
Masyarakat juga tidak perlu untuk memandang hina pada wanita yang terlanjur dan berbadan dua tetapi mengambil langkah menasihatinya agar ia bertaubat. Seandainya masyarakat tidak menasihati serta membimbing mereka ke jalan benar hanya mengambil jalan menghina dan mencaci natijahnya akan membuatkan si wanita tersebut tertekan lalu menggugurkan anaknya atau membuang bayi tersebut seusai dilahirkan.
Kelima: Kerajaan juga harus mengambil langkah yang awal supaya pembuangan bayi dan masalah zina diselesaikan segera, jika tindakan drastik tidak diambil, kerajaan akan terpaksa menghabiskan jutaan ringgit bagi merawat permasalahan ini yang semakin membarah. Seperti yang kita maklum kes-kes pembuangan bayi kebanyakkan disebabkan oleh perayaan sambutan tahun baru dan sambuatan merdeka yang meriah dengan pergaulan bebas, maka kerajaan sepatutnya meraikan sambutan-sambutan ini dengan menjaga pergaulan lelaki dan perempuan dan mengisinya dengan program-program yang membina jiwa remaja.
Penutup: Kita menentukan hala tuju masyarakat yang akan datang
Masyarakat yang akan datang adalah tanggungjawab masyarakat kini, pembuangan bayi dan zina akan memberi kesan buruk kepada pembinaan generasi ke depan, seandainya kita leka dan bersifat lepas tangan, warganegara kita akan dibanjiri dengan anak zina atau pun pembuangan bayi di merata tempat yang tidak tergambar di akal manusia. Rasulullah SAW berpesan: (Barangsiapa daripada kalangan kamu melihat kemungkaran maka cegahlah dengan tangannya, sekiranya tidak mampu cegahlah dengan lisannya, sekiranya tidak mampu cegahlah dengan hati, sesungguhnya ia adalah selemah-lemah iman)[6]
Maka semua lapisan masyarakat perlu cakna dan berusaha merawat permasalahan ini daripada membarah. Rawatan penyakit ini hanya cadangan dan mungkin ada betulnya dan mungkin ada salah, semoga kita sentiasa memikirkan bagaimana merawat segala penyakit yang telah menimpa masyarakat kita.
[1] Riwayat Bukhari (79), dan Riwayat Muslim (4825)
[2] At-Takwir:
[3] Riwayat Bukhari (2475)
[4] Riwayat Muslim (2658)
[5] Mushkatul Masobih (3097)
[6] Riwayat Muslim (49)
Himmah : Terkongkong Dengan Peraturan?
Alam ini pun bergerak dengan peraturan
~ Picture by Umar Mita of LangitIlahi
Peraturan. Biasanya apa yang terlintas di kepala kita bila kita menyebutkan perkataan ini?
Biasanya, kita terbayangkan suatu yang susah, ketat dan sangat mengongkong. Hendak buat apapun, peraturan. Sikit-sikit peratutan. Sebab itu, kadang-kadang ada yang benci dengan peraturan dan melanggarnya. Dia rasa lebih bebas bila keluar dari ‘konkongan’ peraturan.
Kalau di sekolah, biasanya memang begitulah. Tambah di sekolah yang berasrama penuh, peraturan yang banyak ini kadang dirasakan sangat mengongkong. Pakai baju pun nak ada peraturan, pergi belajar pun nak ada peraturan, semua pun kena ada peraturan?
Tetapi, saya suka untuk menimbulkan persoalan. Memangnya peraturan itu ada hanya untuk menyusahkan kita sahajakah? Ataupun kata sesetengah orang, ia ada hanyalah untuk dilanggar, betulkah begitu?
Allah jadikan alam ini saja sudah ada peraturannya yang tersendiri
Sebelum kita pergi lebih jauh kepada peraturan yang wujud dalam kehidupan kita, apa kata kita cuba merenung sejenak kepada alam yang telah Allah ciptakan ini.
Alam yang luas ini, terjadi dengan sendirikah atau ada yang menciptakannya?
Sudah pastilah ada yang menciptakannya, bukan? Sebagaimana manusia ini ada yang menciptakan, maka begitu jugalah alam ini, ada juga yang menciptakannya. Siapa lagi yang menciptakannya kalau bukan Allah yang Maha Agung.
Allah yang menciptakan alam ini, jugalah yang menciptakan dan menetapkan peraturan untuk semua kehidupan di alam ini. Dan semua makhluk dan alam yang Allah ciptakan ini bergerak mengikut peraturan tersebut dengan baik.
Kita ambil contoh planet-planet yang berada di dalam sistem suria kita. Bagaimana Allah telah menetapkan setiap planet itu ada paksi dan orbitnya sendiri untuk ia berputar dan beredar mengelilingi Matahari. Kalaulah setiap planet itu berada di atas rel paksi yang sama, sudah pastilah sangat mudah untuk berlaku pertembungan dan ini akan mengakibatkan bencana kepada alam.
Planet-planet yang telah memiliki orbit mereka ini masing-masing bekerja di atas orbit mereka. Mereka taklah pula sibuk-sibuk hendak rebut dan berlari ke orbit planet lain. Bayangkan kalau itu terjadi, pastilah tidak ada kita ini pada hari ini.
Lihat pula kepada Matahari. Apakah tugasnya?
Allah telah menetapkan peraturan untuknya supaya sentiasa memancarkan cahaya dan habanya untuk kegunaan makhluk-makhlukNya. Apa yang akan terjadi andai katalah Matahari ini merajuk dan tidak mahu mengikut peraturan yang telah ditetapkan untuknya ini?
Pastilah seluruh alam akan kegelapan dan hidupan-hidupan yang ada akan mengalami banyak masalah untuk meneruskan kehidupan kerana Matahari sangat banyak peranannya dalam kehidupan semua makhluk.
Itu alam yang Allah ciptakan. Mereka bergerak dengan penuh disiplin mengikut peraturan yang telah Allah tetapkan untuk mereka. Dan kesan daripada itu, kita mampu memiliki kehidupan yang baik pada hari ini di atas dunia.
Tidakkah kita perhatikan hal ini?
Rimba pun ada peraturan
Alam yang sedemikian besar yang dicptakan oleh Allah s.w.t. pun mempunyai peraturannya, maka lebih-lebih lagilah alam yang lebih kecil sekecil alam rimba.
Di rimba ada banyak binatang-binatang dan tumbuhan yang hidup mereka saling melengkapi antara satu dengan yang lain.
Adanya tumbuhan-tumbuhan dan pokok-pokok yang banyak di hutanlah menyebabkan mampu terbentuk satu ekosistem yang selamat yang menjadi tempat tinggal haiwan dan tumbuhan. Kalau tidak ada pokok-pokok ini, masakan haiwan akan mampu hidup di dalamnya?
Allah telah jadikan peraturan alam ini sangat sempurna. Haiwan melepaskan gas karbon dioksida untuk dipakai oleh tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis, manakala tumbuhan pula melepaskan gas oksigen sebagai kegunaan untuk pernafasan haiwan dan hidupan lain.
Bayangkan saja kalau tiba-tiba suatu hari, tumbuhan itu berkata,
“Ah, aku tak mau lepaskan dah la gas oksigen. Penat dah. Asyik-asyik oksigen je. Aku naklah keluarkan gas nitrogen ke, gas nadir ke…”
Amacam? Kalau jadi macam itu, tak ke kalut sistem kehidupan di dalam rimba tu.
Mana ada hidupan yang boleh bernafas menggunakan nitrogen apalagi gas nadir.
Kalau kita perhatikan juga hidupan lain seperti burung, burung mempunyai peraturan hidupnya yang tersendiri. Setiap pagi bila matahari sudah mula terbit, burung akan terbang mencari rezeki untuk keluarganya. Sebelum matahari terbenam, burung akan bawa pulang rezeki ini untuk keluarganya.
Kalau saja burung itu malas dan tidak mahu keluar lagi pagi-pagi untuk mencari makanan, apa pula yang akan terjadi kepada keluarganya, kepada hidupan-hidupan lain?
Ha, kan susah tu.
Maka, sebenarnya peraturan itu menjadikan kita hamba yang lebih baik dan tersusun hidup
Kita mungkin tidak setuju atau tidak berapa suka dengan beberapa peraturan yang wujud. Tambah-tambah yang masih bersekolah baik di asrama penuh atau sekolah harian.
Buat salah sikit, kena catat nama. Datang lewat sikit, kena ambil nama. Pakai baju tak ikut peraturan, kena denda.
Segala-galanya nampak begitu mengongkong dan mengawal. Tetapi, sebenarnya peraturan bukanlah itu tujuannya. Peraturan yang sebenar wujudnya adalah untuk memudahkan dan menyenangkan kehidupan kita.
Memudahkan dan menyenangkan?
Bagaimana pula macam tu? Kan peraturan itu selalunya mengongkong dan menyusahkan saja? Kalau tak ikut sikit, kena denda. Langgar sikit, kena denda. Jadi, di mana yang mudah dan menyenangkan tu?
Anda bayangkan saja hidup tanpa peraturan. Manusia bebas untuk buat apa yang dia suka. Tak perlu pergi jauh, kita ambil saja peraturan jalan raya. Kalau tidak ada peraturan jalan raya, manusia bebas hendak bawa kereta selaju apapun. Dia boleh langgar traffic light, dia boleh memotong ikut suka, dia boleh nak parking suka-suka. Itu kalau tak ada peraturanlah. Kan dah serabut tu?
Maka, urusan hidup ini yang pastinya lebih besar dan lebih penting daripada itu, takkanlah tak perlu ada peraturan?
Sudah pastilah menyusun perjalanan hidup untuk balik bertemu Allah nanti perlukan peraturan dan penyusunan agar kita tidak tersasar di atas perjalanan itu. Hendak balik dalam keadaan yang Allah redha, tetapi tak ikut peraturan-peraturan yang diarahkan-Nya, maka bagaimana mungkin mampu mendapat redha Allah?
Peraturan sekolah yang kita tak suka itu, ia hanyalah sekejap saja. 4 tahun atau 5 tahun. Selepas itu, kita akan bergerak di atas kaki kita sendiri. Tidak ada lagi peraturan sekolah yang hendak mengawal kita. Kita dengan kehidupan kita. Maka, ketika itu, siapa yang ada hendak mengawal dan mendenda diri kita?
Tidak ada. Tidak ada. Melainkan kitalah yang akan menjaga dan mendenda diri kita sendiri sekiranya kita salah. Kalau kita memang terbiasa hidup sebagai seorang yang berdisiplin, maka kita akan rasa satu keperluan kepada peraturan hidup untuk mengawal dan mendidik diri kita supaya melangkah dengan berhati-hati dalam kehidupan.
Penutup : Hidup yang tersusun adalah bahagian dari kesempurnaan iman
Kehidupan seorang Islam sudah tentulah tidak sama dengan orang bukan Islam. Matlamat kita dalam kehidupan adalah Allah. Kita datang dari Allah dan kita akan kembali kepada Allah juga.
Maka, di sepanjang kehidupan itu, kalau tidak ada peraturan yang menjaga dan mengawal kita, sudah pastilah kita akan tersangat mudah untuk tersasar dan tersesat dari jalan yang sebenar.
Ramai orang ingin berubah dari kurang baik menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik, dari seorang yang ingkar menjadi seorang yang taat, tetapi selalu menghadapi halangan dan masalah yang menyebabkan mereka ingin berpatah kembali ke zaman dosa mereka.
Salah satu sebabnya adalah kerana tidak menetapkan peraturan yang kemas untuk dirinya. Bila diuji dengan kemaksiatan dan dosa, ia sangat mudah rebah kerana dalam dirinya tidak ada prinsip yang tegas dan perancangan yang serius.
Orang yang benar-benar ingin berubah, ia perlu ada prinsip yang tegas dan perancangan yang serius terhadap dirinya. Inilah peraturan yang perlu dia patuhi untuk menjadikan dirinya benar-benar mampu berubah.
Menetapkan peraturan dan menyusun disiplin hidup itu adalah sebahagian dari iman. Orang yang tidak ada disiplin hidup, hidupnya akan menjadi serabut dan tunggang langgang. Orang nak buat itu, dia nak buat juga. Orang nak buat ini, dia pun nak buat juga. Hatinya tidak tetap dan tidak ada pendirian. Orang buat maksiat, ikut buat maksiat juga. Orang pergi buat dosa, dia pun ikut pergi buat dosa.
Itu kesan orang yang tidak ada disiplin dalam hidupnya. Kesannya bukan sikit-sikit, bahkan sampai ke akhirat.
Sebab itulah, kalau kita positif memandang peraturan ini sebagai pemudahcara dalam kehidupan kita, maka pastilah hidup ini akan menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
English Column: A gift for me
“Women Inspiring Society’s Excellence”
Picture by ~marielliott of deviantart.com
As a mark of honour for tomorrow’s (30 September 2012) event that is International Women Convention (IWC)
at Engineering Main Auditorium, IIUM,
I would like to take this opportunity to manifest my feelings towards,
the being named “Women,”
may we gain something from it,
for more information, please visit https://www.facebook.com/iwc.convest12
p/s: I will be the emcee for this program and will present a poem also titled “A gift for me.”
Women, don’t you know that you are priceless creations?
Women, don’t you know that you are precious manifestations?
Truly, women are my most beloved living beings.
Don’t believe me? I’m not playing here. This is my confession. The only being that deserves my love in this world is you.
“Why is that?” you ask me?
I’m not surprise if men question me but if you are the one asking me instead, then, that is really astounding.
Don’t you know why I love you? Don’t you know how valuable you are?
I am from the womb of a woman
Every living man in this world was brought up in the womb of a woman. All the kings, all the prime ministers, all the aristocrats and certified geniuses were given birth from a mother’s womb.
I am too from a mother’s womb.
No one was born a champion. Everybody was born a weakling. But what makes them champions is because the existence of great mothers who observe them as they grew up; educating them in a controlled environment since young.
How can I not love women? How can I stop neglecting them? Your wombs are the nests where leaders are born!
If I let women to rot or let them rot themselves, it is the same as me letting the future of the world be ruled by darkness.
Not to forget, the same womb can produce molesters, thieves and people who cast the world to be dark. Even Ariel Sharon was born from a mother’s womb.
But, imagine if the women bearing babies for 9 month 9 days are malicious-wicked women, what will be the future of the world?
It is impossible, illogical for me not to love women. Therefore, I have nothing to hope for except for women to love themselves, preserve their identity away from what Allah forbids.
My other half
Who will I get married with? Impossible for me to marry a guy. Even how close I am to my best comrade, I cannot spend my life him. That is indisputable.
I will marry a woman.
Impossible for me not love you. You will be life partners, beacons of hope to your husbands. You will be a best friend sharing all your secrets with your man. You will be a shoulder for them to cry on. You will be teachers to your children and you will be a source of tranquility to your husband the moment they see you.
You are the source of strength to your husband. The stronger you are, the stronger your husband.
“When you wake up in the morning and see your wife beside you, you will witness the immensity of Allah’s greatness” – once said by my mentor Mister Rosdi Baharom, a motivator-cum-scientist. He said while smiling, happy to have his wife, teacher Maimunah as his trusted stead.
Hence, I will never let women be ruined. You are the guardians of the men alongside of you. Husbands are in need of good wives, who never feel tired to toughen the ummah.
MasyaAllah.
I love you because you are special. I have nothing to hope; except for you brace yourselves, educate yourselves and become obedient servants of Allah.
The unbearable sadness when…
If you claim you love someone, “concern” is your number one priority. But, I am taken aback by people who freely utter the “I love you” to someone yet they throw that person whom they love in hell. Are you serious in loving her or you’re just playing with her?
I am concerned about my women. For that reason, I am hurt witnessing women everywhere without preserving their aurah properly. I am in pain seeing women holding hands with men foreign to them without any feeling of shame. I am wounded perceiving women who glamorously portray their despicable side and claim that “this is me, I’m not a hypocrite.” And that is why I feel aggrieved when the shame is no longer the shield of women!
If only you knew you hold the future of the world in your hands. If only you knew you will be future mothers to your children and wives to your husbands. Would you not be the best woman to your ummah? Tell me; are you not impactful for the Ummah’s legacy? Truly, you are crucial for the Ummah’s growth.
Sudah wujud di dalam sejarah, kerajaan hebat jatuh kerana seorang perempuan. Sudah wujud di dalam sejarah, abid hebat jatuh kerana seorang perempuan.
The best women having the best names, you name it. Aisyah, Safiyyah, Khadijah and many more who has rocked this world with their soothing physical yet firm determination.
That is why I love you and always think about you.
But do you think about yourself?
Conclusion: If you do not respond to my love then, that’s okay
I you do not respond to my love, that’s okay. The objective of me scribbling this article is not to be loved back by you. But what I aspire is for you to love yourselves.
When I say “I love you”, that means “I want to live in heaven together.”
If you do not want to enter heaven together with me, aspire to enter heaven with yourself. Therefore, prepare yourself. The future is in your hands.
No words can describe how I feel at ease when I perceive women who possess soothing personalities. No poetry in the world can define how I feel when I see women who are shy in normal circumstances yet vocal when needed. It is unimaginable feeling witnessing women who protects their aurah properly. If only you knew how important you are, you would preserve your mualamah.
O women, do you perceive yourself valuable?
If you do then don’t easily give your love to men who don’t deserve it.
I beg you, be strong.
You are a gift for me.
I represent all the men.
So you are a gift to us.
Cerpen: Hari-Hari Terakhir.
Setiap hari adalah hari-hari yang terakhir ~ Picture by UmarMita of LangitIlahi.
Chillin di pagi Sabtu dengan cerpen yang saya karang sekitar 3 tahun yang lalu.
Hari-hari Terakhir.
Enjoy!
Perempuan turki itu cantik. Kulitnya bersih, bersama abayanya yang putih, dia kelihatan seperti bidadari. Lenggok sopan, bersama pakaian labuh menutup aurat menambah lagi aura kewanitaannya.
Aku sebenarnya sedang berbaring-baring di dalam Masjidil Haram, dalam keadaan mengiring ke kanan, menghadap Kaabah. Sebab itu boleh ternampak perempuan turki tadi. Tidak pula aku ekorinya dengan pandanganku. Cukup sekadar dia melintas di hadapanku. Secantik mana pun perempuan-perempuan yang ada di sini, tidak sekalipun menyentuh hatiku.
Bukan sekadar di sini, seindah mana pun perempuan-perempuan di dunia ini, secantik mana pun mereka, menarik perhatian tahap mana pun, masih belum dapat menandingi…
Suasana terus menjadi gelap secara tiba-tiba, sebelum kata hatiku dapat menghabiskan bicaranya. Bukan kerana aku tiba-tiba buta, bukan juga kerana tempat ini tiba-tiba terputus kuasa, tetapi mataku ditutup satu telapak tangan. Hangat, lembut, harum.
“ Abang tengok apa tu? Tak baik tengok perempuan lama-lama”
Satu suara mulus kedengaran.
Aku tersenyum. Terus aku memegang tangan lembut itu dengan sebelah tanganku. Tarik. Cahaya kembali mencium mataku.
“ Mana, ternampak sahaja. Perempuan turki tu lawa” Aku berbicara selamba.
“ Ya la, kita tak lawa” Ayat merajuk.
Aku terus memusingkan tubuhku, mengiring pula ke kiri. Seorang perempuan, bertelekung putih bersih, bersama wajah yang lembut bercahaya, dengan mata hitam bundar, sedang memuncungkan bibirnya memandang aku. Aku ketawa.
“ Tak baik muncung-muncung, nanti dapat anak gigi jongang baru tahu”
Muncungan mulut itu terus berubah menjadi senyuman manis, perempuan itu ketawa geli hati. Hati aku secara spontan menjadi lapang dengan senyuman dan tawa kecilnya.
“ Ada-ada aja abang ni” Dia menutup mulutnya.
Aku tersenyum.
“ Seindah mana pun perempuan-perempuan di dunia ini, secantik mana pun mereka, menarik perhatian tahap mana pun, masih belum dapat menandingi Sayang” Aku melengkapkan suara hatiku yanng terhenti tadi. Tapi kali ini dengan bicara, menghadap perempuan yang paling aku cinta di dalam hidup ini. Satu-satunya perempuan dalam hidup yang kupanggil ‘sayang’.
Perempuan itu senyap. Pipinya tiba-tiba merah. “ Betul ke?”
Aku mengangguk. “ Kalau tak percaya, belah la dada, ambil lah hati”
“ Mati la abang nanti” Perempuan itu menolak bahuku. “ Cinta dan sayang bukan boleh nampak”
Aku ketawa kecil. Seronok bercanda-canda dengan isteri tercinta.
“ Tapi, kalau abang hajat kepada perempuan lain, saya boleh carikan. Saya pun dah tak…”
Kata-katanya terhenti, bibirnya disentuh oleh jari telunjukku.
“ Kan dah janji tak mahu sebut fasal tu?”
Dia menundukkan wajah.
“ Maafkan saya”
Dari berbaring, aku duduk bersila. Lututku bertemu lututnya. Dia nampak sedih. Dan aku tahu dia memang sedih. Al-Quran di pangkuan perempuan itu kuambil dan kuletakkan di rak sebelah kami. Kemudian kupegang tangannya.
“ Sayang abang ada satu sahaja. Kalau hilang yang ini, abang tak akan cari ganti yang lain” Kudekatkan tangan itu ke dahiku. Cinta yang teramat sangat.
Aku dapat rasa tubuhnya terenjut-enjut. Dia sedang menahan tangis.
“ Mari balik hotel, jom” Aku mengajak. Mungkin di sana boleh menenangkannya.
Dia menggeleng. “ Saya nak habiskan masa di sini.”
Aku menghela nafas. Aku juga sebenarnya hendak terus di sini. Tiada yang lebih tenang dari tempat ini. Aku menyandarkan tubuhku pada tiang, duduk di sebelah isteriku, sama-sama memandang Kaabah.
Ya ALLAH…
****
Namanya Puteri Sara Nasuha. Dia adalah isteriku, satu-satunya perempuan bukan mahram yang aku cinta. Dari sekolah menengah, memang aku sudah menyimpan rasa. Tidak sangka ALLAH memberikan aku peluang untuk memperisterikannya.
Seorang perempuan yang sederhana. Bukanlah seorang mujahidah segigih Zainab Al-Ghazali, bukan juga seorang yang sesabar Fatma isteri Hassan Al-Banna, tidak pula sefaqih Aisyah isteri Rasulullah SAW, bukan juga beribadah hebat seperti Rabiatul Adawiyah.
Tetapi dia adalah yang teristimewa di dalam hatiku. Perempuan terbaik untuk aku. Solehah, berperibadi mulia dan lembut orangnya. Suka tengok drama Jepun, dan suka baca novel thriller. Suka dengar nasyid Mirwana. Amat minat membaca Al-Quran selepas solat subuh. Walaupun keturunan orang kenamaan, tapi dia tetap bersederhana dan merendah diri.
Kami baru tiga bulan mendirikan rumah tangga. Bagi orang lain, mungkin mereka menganggap aku sekarang sedang asyik memadu asmara dengan isteriku kerana baru sahaja bersatu. Memang biasanya untuk manusia, awal perkahwinan adalah indah-indah. Untuk aku, awalnya juga begitu. Sehingga kini juga begitu sebenarnya.
Tetapi, ALLAH telah menguji aku dan Sara.
Bulan lepas, Sara tiba-tiba jatuh sakit. Awalnya, kufikirkan dia demam. Jadi, aku sekadar memberikannya ubat demam yang sememangnya tersedia di rumah. Namun, demamnya tidak kebah, malah tubuhnya semakin panas selepas dua atau tiga hari. Aku kerisauan, lantas membawanya ke hospital.
Awalnya, doktor menyatakan hanya demam biasa. Dan kebetulan selepas itu Sara kembali sihat. Aku pun lega. Tetapi, selepas itu, Sara mula hilang selera makan, dan berat badannya menurun, dia pula sering mengadu lemah-lemah badan. Kadangkala dia jatuh demam lagi.
Selepas seminggu melihat keadaan Sara semakin kronik, aku membawanya semula ke hospital dan meminta doktor membuat diagnosis secara terperinci. Hasilnya amat mengejutkan aku dan Sara.
Sara dinyatakan menghidap penyakit kanser hati dan sudah hampir sampai ke tahap yang tidak dapat diselamatkan. Ketika itu, aku dan Sara terus meminta doktor untuk membuat pembedahan bagi membuang kanser yang ada, namun apabila pembedahan itu berakhir dengan kegagalan.
Doktor menyatakan bahawa, selepas pembedahan itu, Sara hanya ada sekitar sebulan lebih untuk hidup.
Aku hampir terjelepuk jatuh mendengar kata-kata doktor.
Aku cuba menyembunyikan hal yang sebenar daripada Sara, namun Sara bukanlah seorang yang dapat kusembunyikan rasa hatiku kepadanya. Dia dapat menjangka ada sesuatu yang besar, yang kusembunyikan daripadanya. Akhirnya, aku menceritakan juga kepadanya.
“ Memang takdir begini ya?” Dia bertanya seorang diri ketika itu.
ALLAH sahaja yang tahu betapa tercalarnya hatiku melihat wajahnya yang muram. Lebih menyayat hati, Sara tidak henti-henti meminta maaf daripadaku. Dia rasa bersalah kerana aku berkahwin dengan orang yang hampir mati. Dia rasa, dia telah menghancurkan kehidupanku.
Ya ALLAH…
Ujian ini agak berat.
****
Sudah masuk pusingan kelima. Tawafku bergerak lancar, walaupun ada waktunya pergerakanku diperlahankan dengan jemaah yang bertawaf secara berkumpulan. Namun selain isteriku yang bertawaf sambil memegang tanganku, aku tidak menghiraukan sesiapa.
Kalau di dalam mazhab Imam Asy-Syafie, menyentuh perempuan, walaupun isteri sendiri adalah membatalkan wudhu’. Tetapi, pendapat fuqaha’ yang lain seperti Imam Malik menyatakan bahawa, menyentuh perempuan tanpa shahwat adalah tidak membatalkan wudhu’, walaupun perempuan itu bukan isteri kita. Tapi, menyentuh perempuan yang bukan mahram kita secara sengaja adalah berdosa.
Pendapat fuqaha’ lain itulah yang digunakan di dalam kes jemaah ke tempat padat dengan manusia serta bercampur lelaki perempuan seperti di Masjidil Haram.
Untuk aku pula, aku tidak mengaplikasi pendapat menyentuh perempuan tanpa shahwat tidak membatalkan wudhu’ di masjidil haram sahaja. Aku menggunakan pendapat itu di dalam seluruh kehidupanku. Sebab itu, bila aku menyentuh isteriku, aku tidak mengambil wudhu’ku semula. Apa yang aku pelajari di dalam mata pelajaran pembandingan mazhab semasa di universiti dahulu, dan juga di tempat-tempat talaqqi, sememangnya menyatakan pendapat menyentuh perempuan tidak membatalkan wudhu’ adalah pendapat yang lebih rajih.
Sebaik sahaja aku melalui rukun yamani, aku mengucapkan doa untuk kejayaan dunia dan akhirat serta meminta agar dijauhkan dari azab neraka berulang kali. Tidak lama kemudian, kedudukanku mula sejajar dengan Hajarul Aswad. Aku sekadar melambai sahaja sambil mengucapkan “ Bismillahi Allahuakbar” dan terus memasuki pusingan yang keenam.
Aku terus berdoa, tenggelam dalam penyerahan diri hanya kepada ALLAH. Sepanjang tawafku, dari awal hingga kini, aku hanya berdoa dengan dua doa sahaja. Doa pertama aku ucapkan bermula dari hajarul aswad hingga ke rukun yamani. Doa kedua adalah doa meminta kebaikan di dunia dan akhirat, serta dijauhkan dari api neraka, dari rukun yamani ke hajarul aswad.
Semasa tawaf, tiada doa yang khusus yang diriwayatkan daripada Rasulullah SAW kecuali doa memohon kebaikan di dunia dan akhirat serta meminta agar dijauhkan diri dari azab api neraka. Maka kita disunatkan untuk berdoa apa sahaja, dan berdoa sebanyak-banyak doa yang mungkin.
Tapi aku tidak mempelbagaikan doaku. Doa pertamaku itu kuulang-ulang.
Masuk pusingan yang ketujuh, aku menambah satu doa:
“ YA ALLAH, kalau KAU tak makbulkan doaku, siapa lagi yang hendak memakbulkan doaku ya ALLAH? Kalau KAU tak mendengar doaku, maka siapa lagi yang hendak mendengar doaku ya ALLAH? Kalau KAU membiarkan aku, maka siapa lagi yang hendak menjaga aku ya ALLAH? Kalau KAU berpaling daripadaku, maka siapalah yang hendak memandang aku ya ALLAH? KAU sahajalah tempat aku bergantung harap, maka perkenankanlah segala permintaan aku ya ALLAH!”
Doa itu menggantikan doa yang pertama, kuulang dan kuulang dalam tawaf terakhir ini. Kuulang dalam keadaan penuh hiba. Hati terasa seperti dicubit-cubit dengan kekerdilan diri. Bergetar jiwa menarik air mata untuk mengalir. Aku menangis sambil mengulang doaku itu. Penuh pengharapan dalam keadaan penuh ketundukan. Ya ALLAH, Ya ALLAH…
Tiba-tiba kurasa pegangan tangan Sara menjadi semakin erat. Kupandang isteriku itu. Dia juga sedang tunduk. Mulutnya terkumat kamit berdoa. Air matanya menitis-nitis. Kain telekungnya basah. Aku tambah hiba. Entah doa apa yang dia sedang ucapkan ketika itu, tetapi nampaknya keadaanya sama seperti aku. Penuh berharap.
Ya ALLAH, perkenankanlah permintaan kami!
Kami terus bergerak, dan menutup tawaf kami selepas melepasi Hajarul Aswad.
Aku membawa Sara ke kawasan solat di belakang Makam Ibrahim. Sememangnya, selepas tawaf, antara perkara yang sunat dilakukan adalah solat sunat dua rakaat di belakang makam ibrahim. Di situ kami solat sendirian, bukan secara jemaah.
Dalam sujud terakhir, aku minta bersungguh-sungguh agar doaku di dalam tawaf tadi dimakbulkan. Apabila aku mengangkat kepala, membaca tahiyyat dan memberikan salam, kudapati Sara masih belum bangkit dari sujud. Tubuhnya terenjut-enjut. Dia sedang menangis dengan penuh hiba nampaknya. Hati jadi rawan. Malam ini penuh dengan tangisan.
Aku memandang langit malam yang hitam pekat tanpa bintang. Sepanjang waktu berada di sini, memang aku dan Sara hanya bertawaf di waktu malam, kerana tidak tahan dengan bahang kepanasan di siang hari. Tambahan, ketika siang, manusia terlalu ramai. Aku hanya risaukan kesihatan Sara.
Sara bangkit dari sujud, duduk dan tidak lama kemudian memberikan salam. Aku yanng berada di sebelahnya, segera menyeka air mata.
“ Sayang doa apa sampai menangis-nangis ni?” Aku bertanya.
Sara menggeleng. “ Rahsia saya dengan DIA”
Aku tersenyum.
“ Abang pun, saya tengok masa tawaf macam dah tak ingat sesiapa aja, khusyuk benar berdoa sampai menangis-nangis. Abang doa apa?”
“ Biarlah rahsia” Aku membalas.
“ Ayo, tiru. Tak aci.” Sara bangun. Aku turut bangun dalam senyuman.
Destinasi seterusnya adalah tempat minum air zam-zam. Itu juga adalah antara sunat selepas melakukan tawaf. Tempat itu ramai orang. Aku tidak pernah membenarkan Sara pergi seorang diri. Akulah yang akan mengambilkan air untuknya. Dia hanya akan kusuruh duduk di tangga yang berdekatan menunggu.
Aku membawa dua cawan. Satu untuk aku, satu untuk Sara. Sara minum sambil menghadap Kaabah. Aku berdoa dahulu sebelum minum, doa yang sama seperti doa pertama dalam tawafku tadi. Tapi aku minum sedikit sahaja, kemudian aku ambil air itu, kutuangkan di atas kepala Sara. Terkejut isteriku itu.
“ Abang, abang buat apa ni?” Basah telekung Sara. Dia memegang kain telekungnya.
“ Katakanlah amin” Aku meminta.
Sara memandang aku penuh persoalan.
“ Katakanlah amin” Aku mengulang.
“ Amin” Sara mengucap kalimah penutup doa itu.
Kemudian aku duduk di sebelah Sara.
“ Kenapa buat macam itu bang? Habis basah telekung saya”
“ Beberapa minit lagi, kering la” Aku menjawab selamba. Memang, walaupun malam, Makkah tetap panas membahang. Suhu biasa ketika malam adalah 37 darjah celcius. Sebentar sahaja, telekung itu akan kembali kering.
Sara senyap tidak berbicara lagi. Dia merapati bahuku.
“ Abang fikir apa sebenarnya?”
“ Menunggu doa dimakbulkan”
Senyap. Kemudian kami senyap. Sama-sama memandang Kaabah yang berselimut kiswah hitam, dijahit padanya kaligrafi dari benang emas.
Ya ALLAH, perkenankanlah…
“ Barangsiapa yang bertaqwa kepada ALLAH, maka ALLAH akan memberikannya jalan keluar, dan memberikannya rezeki dari arah yanng tidak disangka-sangka…” Surah At-Talq ayat 2-3.
****
Tempoh sebulan lebih itu sudah hampir berakhir sebenarnya. Boleh dikatakan, hari-hari ini adalah ibarat hari-hari terakhir untuk aku dan Sara. Hari-hari terakhir sebelum kami berpisah, atau lebih tepat lagi, dipisahkan.
Memandangkan dia mengetahui umurnya semakin pendek, maka Sara meminta kepadaku agar membawanya menunaikan umrah. Aku pantas menghubungi kawan baik ayah yang bernama Pakcik Kamaruzzaman, yang mempunyai sebuah syarikat bernama Syarikat Shahid Travel & Tour. Melalui Pakcik Kamaruzzaman, kami datang menunaikan umrah.
Sara kata, dia tidak pernah lagi menjejakkan kaki ke dua tanah Haram, yakni Makkah dan Madinah. Kini, dia sudah menziarahi Madinah dan sekarang kami berada di Makkah, menghabiskan hari-hari terakhir pakej umrah dan ziarah kami.
Aku pula, semasa belajar di Jordan dahulu, sudah pernah melaksanakan umrah beberapa kali bersama persatuan pelajar arab, Iktilaf Islami.
Malam ini adalah malam terakhir kami di Masjidil Haram. Esok petang, kami akan bertolak pulang ke Malaysia.
“ Romantik la pulak kita ni bang, dalam Masjidil Haram ber’couple’” Sara bercanda.
Pembacaan Al-Quranku terhenti.
Aku tersenyum, dalam keadaan duduk bersama kaki melunjur, dan Sara sedang meletakkan kepalanya di pehaku. Kami sama-sama memandang Kaabah. Dahulu, ketika aku menunaikan umrah semasa di universiti, aku sering melihat beberapa pasangan suami isteri berbangsa arab duduk-duduk dalam keadaan seperti kami sekarang.
Aku masa itu, memang sudah menyimpan niat untuk membawa bakal isteriku, menunaikan umrah, dan duduk-duduk di dalam masjidil haram seperti pasangan-pasangan romantik yang kulihat itu. Tap tak sangka, aku dapat melaksanakan umrah dengan isteriku, duduk-duduk dalam keadaan romantik di dalam masjidil haram seperti yang aku hajatkan, namun, dalam keadaan kami melalui hari-hari terakhir kami.
Hatiku jadi sebak sendiri. Melalui hari-hari terakhir bersama Sara, membuatkan aku menjadi seorang yang lembut dan mudah terasa.
“ La, kenapa abang sedih? Sebab nak tinggalkan tempat ini esok ke?”
Sebab kita sudah hampir berpisah sayang… “ Em..” Yang keluar hanya itu.
“ Abang, nasyidlah satu lagu. Abang kan suka dengar nasyid”
“ Abang tak boleh bawa la lagu mirwana”
Sara tergelak. “ Mana boleh, lagu Mirwana tinggi-tinggi. Abang bawa la lagu yang slow-slow, rendah-rendah”
Aku memandang sekeliling, kawasan solat tempat aku dan Sara sedang duduk kosong. Jam menunjukkan pukul 2.00 pagi. Memang ketika ini tidak ramai orang.
“ The Zikr, Isteri Solehah”
“ Ok, shoot”
Isteri cerdik yang solehah,
penyejuk mata,
penawar hati, penajam fikiran,
di rumah dia isteri, di jalanan kawan,
di waktu kita buntu, dia penunjuk jalan
Pandangan kita diperteguhkan
Menjadikan kita tetap pendirian
Ilmu yang diberi dapat disimpan
Kita lupa dia mengingatkan
Nasihat kita dijadikan pakaian
Silap kita dia betulkan
Penghibur di waktu kesunyian
Terasa rahmat bila bersamanya
Dia umpama tongkat si buta
Bila tiada satu kehilangan
Dia ibarat simpanan ilmu
Semoga kekal untuk diwariskan
Dengan suara yang teramat rendah lagi perlahan, aku nyanyikan nasyid lama itu. Sara memandang aku sahaja sepanjang nasyid itu kudendangkan. Bila aku selesai menyanyikan nasyid itu, aku seakan terserap ke ruanng vakum, suara-suara di sekeliling kami tidak lagi kedengaran menggetarkan gegendang telingaku. Mata Sara bertentang dengan mataku.
Tiba-tiba mata Sara bergenang.
“ Aiseh, sedap sampai nak menangis ke?”
“ Ish abang ni, orang terharu la” Dadaku ditolak.
Aku ketawa kecil. Mataku hangat sebenarnya, namun aku cuba untuk tidak mengalirkan air mata.
“ Sakeena lagu Outlandish lagi mendalam maksudnya”
“ Tapi rap dia complicated, saya susah nak faham”
“ Abang boleh buat slow motion punya”
“ Ini masjid la”
“ Dia yang suruh kita nasyid dulu”
“ Satu lagu je, nak rehat-rehat”
Kami ketawa sama-sama. Aku, kalau duduk dengan Sara, berapa jam pun boleh tahan. Aku tidak kisah. Duduk bersamanya, macam duduk dalam syurga. Tidak kira, tempat sesejuk kutub utara, atau sepanas padang sahara, aku tetap akan rasa nyaman bila berada di sebelahnya.
“ Esok-esok, boleh ke kita sembang-sembang macam ini lagi bang?” Pertanyaan Sara ibarat jarum halus menusuk hati.
“ Kenapa sayang cakap begitu?”
“ Ya la, ini kan hari-hari terakhir saya”
Aku diam. Sara mula menutup mata. Aku tahu, dia sedih. Dan aku tahu, dia tidak sedih kerana dia yang hendak mati. Dia sedih, kerana meninggalkan aku seorang diri.
“ Setiap hari adalah hari-hari terakhir untuk manusia. Siapa tahu dia mati bila, siapa tahu dia hidup sampai bila” Aku cuba menenangkan Sara, tapi sebenarnya aku lebih cuba menenangkan diri sendiri dengan kata-kata itu.
“ Abang memang pandai berbicara ya” Mata Sara terbuka semula.
Aku tersengih. “ Sayang, sayang yakin tak yang ALLAH tu boleh buat apa sahaja?”
“ Yakin”
“ Abang juga begitu”
“ Abang berharap kepada kejaiban?”
Aku menggeleng. “ Abang mengharap kepada ALLAH, yang memegang segala perkara”
“ Tapi, segala perkara tu bergerak atas sunnatullah bang, dan maut itu tidak boleh dielak”
“ Tapi siapa kata maut sayang sudah semakin hampir?”
“ Doktor pakar”
“ Bukan ALLAH kan?”
Sara senyap. “ Tapi, mustahil kan? Abang pun dah tengok result X-ray saya, dan keputusan pembedahan tempoh hari.”
Aku tersenyum kelat. Memang. Aku sudah lihat, dan dari penglihatanku itu, memang Sara tiada harapan lagi.
“ Memang, tetapi salahkah abang untuk terus berharap?”
“ Saya takut abang kecewa sahaja”
Aku menggeleng. “ ALLAH tidak akan mengecewakan hamba-hambaNya. DIA sentiasa memberikan yang terbaik”
“ Abang harap, doa abang di sini makbul” Aku mengharap.
“ Baiklah, abang memang degil. Saya pun harap, doa saya makbul” Sara menjawab.
“ Sara doa apa? Untuk sembuh?” Aku menduga. Sara menggeleng.
“ Habis?”
“ Kan dah kata rahsia. Apa kata abang amin kan sahaja?” Sara selamba sahaja.
“ Amin” Aku di dalam hati berharap, agar apa pun permintaan Sara, ALLAH perkenankan.
“ Abang, Sara sayang, kasih, cintakan abang”
“ Aishiteimasu” Aku menjawab dalam bahasa jepun.
“ Tahu la terer cakap jepun, jangan lah jawab dalam bahasa tu. Apa la. Tak feeling langsung” Sara buat merajuk, dadaku ditumbuk lembut sekali.
“ Abang sangat sangat sangat sangat sayang, kasih, cintakan Sara, lebih dari diri abang sendiri”
Dan bibir Sara menguntum senyum.
“ Moga kita kekal bersama hingga ke syurga” Sara menyambung dengan kata berbentuk doa.
“ Amin”
Ya ALLAH, dengarkanlah, perkenankanlah!
****
Aku duduk dalam keadaan gusar. Nyalaan lampu bertulis KECEMASAN yang berada di atas pintu masih belum padam walaupun sudah hampir 3 jam berlalu. Dua tanganku bertemu, bergenggam dan dahiku menyentuh kedua tanganku itu.
“ Ya ALLAH, selamatkanlah Sara!”
Tadi semasa di rumah, tiba-tiba Sara menjerit-jerit sakit. Aku pantas membawanya ke hospital, ibu, ayah, bapa dan mak aku hubungi. Kami kini sedang sama-sama menanti.
“ Sabar, insyaALLAH ALLAH akan permudahkan” Bapa mertuaku, yang senang kugelar bapa menepuk-nepuk belakang tubuhku.
“ InsyaALLAH selamat” Ibuku pula menenangkan.
Kulihat ayahku membaca yasin, manakala mak mertuaku sibuk berdoa. Semua tenang sahaja, namun aku yang kegelisahan.
Di dalam hati, kalimah ALLAH sahaja yang aku ulang-ulang. Penuh berharap.
Tiba-tiba, lampu kecemasan itu terpadam.
Seorang doktor perempuan keluar. Dia adalah kenalanku, juga teman rapat isteriku, dan merupakan doktor pakar yang bertanggungjawab sebagai penjaga isteriku. Namanya Sharifah Nurul Hidayah.
“ Macam mana?” Aku bertanya dengan penuh keresahan. Ayah, ibu, bapa dan mak turut bangun bersamaku.
Sharifah Nurul Hidayah diam sebentar, menambah resah. Kemudian dia bertanya:
“ Suka anak lelaki atau perempuan?”
“ huh?” Resah gelisah terus hilang.
Sharifah Nurul Hidayah kemudiannya tersenyum.
“ Tahniah, Sara selamat melahirkan anak! kembar lelaki perempuan!”
Jantungku macam hendak tercabut.
“ Akak, jangan la buat lawak macam tu. Buat orang takut aja” Aku mengurut dada. Aku memanggil Sharifah Nurul Hidayah sebagai akak, memandangkan dia adalah senior aku dan Sara semasa di sekolah menengah.
Sharifah Nurul Hidayah tersenyum aja. “ Dah, pergi masuk, azan dan iqamahkan anaknya tu. Tapi jangan kacau Sara sangat, dia masih lemah”
Aku tersenyum. “ Siapa yang nak susahkan orang yang dia paling sayang dalam dunia?”
Sharifah Nurul Hidayah menggeleng kepala sahaja.
Aku masuk bersama ayah, ibu, bapa dan mak.
Sara menyambut kami dengan senyuman, walaupun senyumannya itu agak tawar kerana kepucatan.
“ Hadiah berganda” Dia angkat jari buat gaya peace.
Aku tersenyum. Terbaring lemah pun ada gaya nakal lagi.
Aku pantas mengambil anakku dan melaungkan azan di telinga kanan, kemudian iqamah di telinga kiri. Seorang lagi anakku, juga aku buat demikian. Gembira di dalam hati mencanak-canak. Kalimah alhamdulillah entah sudah masuk kali keberapa kuulang ucap.
“ Ini adalah hadiah, kerana percayakanNya” Sara bersuara.
Aku tersenyum dan mengangguk.
Selepas pulang dari masjidil haram, tiada apa-apa yang berlaku kepada Sara walaupun sudah berbulan-bulan berlalu. Malah, dia sudah tidak demam-demam, berat badannya kembali normal, dan dia sudah mula berselera makan. Dia sendiri kehairanan dengan keadaan dirinya.
Akhirnya, aku mengajaknya membuat pemeriksaan sekali lagi dengan doktor.
Keputusannya amat menakjubkan. Kanser hati yang dihidapi Sara sudah hilang. Malah, mengikut hasil pemeriksaan itu, Sara seakan-akan langsung tidak pernah menghadapi sakit kronik tersebut.
Kini, setahun setengah sudah berlalu, semenjak kepulangan kami dari Masjidil Haram. Sara terus sihat, malah mengandung dan melahirkan anak. ALLAH telah memakbulkan doa aku.
“ ALLAH dah makbulkan doa abang semasa di Tanah Haram dulu”
“ Tapi ALLAH tak makbulkan doa sayang hari itu”
Aku kehairanan. Kenapa? “ Apa pula yang sayang doa?”
“ Abang kena la cerita apa yang abang doa dulu”
Aku memandang ayah, ibu, bapa dan mak. Mereka nampak tertarik dengan perbualan kami.
“ Abang doa, biar sayang sembuh. Itu sahaja satu-satunya doa yang abang sebut semasa di Madinah dan Makkah, masa tawaf, masa sa’ie, masa minum zam-zam. Malah, masa abang tuang zam-zam pada sayang, abang sebut doa yang sama, iaitu minta sayang sembuh”
“ Alhamdulillah, doa kau dimakbulkan ALLAH” Mak mertuaku menepuk-nepuk belakang tubuhku.
“ Alhamdulillah mak. Semuanya kasih sayang ALLAH”
“ Tapi, apa yang kau doa sampai kau kata tak makbul Sara?” Ayahku bertanya. Aku juga hendak tahu. Dan aku yakin semua hendak tahu.
“ Saya doa, agar abang ni dapat isteri yang solehah, baik, caring, dan paling sesuai untuk jaga dia dalam kehidupan ni. Tapi saya tak dipanggil pergi pula, dan abang pun tak kahwin lain. Doa saya tak makbul la”
Aku senyap. MasyaALLAH…
Aku terus mendekati Sara yang terbaring di atas katil.
“ Sayang nak tahu tak satu perkara?”
Apa dia? Mata Sara berbicara. Tangan Sara kucapai. Kudekatkan dengan bibirku, kukucup penuh cinta.
“ ALLAH dah makbulkan doa sayang”
“ huh?”
“ Sayang la isteri yang solehah, baik, caring, dan paling sesuai untuk abang dalam kehidupan ini. Sebab itu mungkin, ALLAH tak tarik sayang daripada abang, dan abang memang dah niat dalam hati, kalau sayang ALLAH panggil pergi, abang tak akan kahwin lain lagi”
Mata Sara bergenang. Sama seperti aku. Ini tangisan gembira. Hilang sudah tangisan hiba yang sering tertumpah dahulu.
“ ALLAH hendak ajar kita sebenarnya, yang setiap hari itu adalah hari-hari terakhir kita. Maut sentiasa dekat dengan kita. Maka, bagaimana kita mengisi masa kita, maka bagaimana kita berusaha menghadapinya. Itu yang abang dapat dari ujian yang ALLAH berikan kepada kita” Aku memberikan pendapat dari apa yang aku lalui.
“ MasyaALLAH, Allahuakbar” Kudengar ayah, ibu, mak dan bapa memuji ALLAH SWT. “Dalam sungguh pengajaran yang terdapat dalam peristiwa kehidupan kita ini.” Ibuku menyambung.
Sara tersenyum.
“ Kita pergi Makkah Madinah lagi tak? Kali ini kita buat haji?”
Aku tersenyum.
“ Boleh. Bawa ayah, ibu, mak dan bapa sekali”
Ya ALLAH….
Terima kasih.
September 27, 2012
Agama: Jangan Terlalu Pantas Menghukum Orang.
Baru-baru ini terjadi satu peristiwa di mana seorang yang dikatakan mempunyai gelaran ‘ustaz’ telah mengisytiharkan bahawa Ustaz Zahazan murtad kerana mengeluarkan kenyataan yang menghina Rasulullah SAW di sebuah majalah. Pantas sungguh ustaz tersebut mengisytiharkan sesuatu yang sangat berat ke atas saudara seislamnya. Ini sekaligus menimbulkan fitnah, persepsi buruk masyarakat terhadap Ustaz Zahazan dalam keadaan yang pantas. Mula ada suara-suara seperti:
“Ish, tak sangka Ustaz Zahazan macam itu.”
“Hem, Ustaz Zahazan ini sesat rupanya.”
Dan tak kurang juga mereka yang ikut melaknat, mengeji Ustaz Zahazan. Semuanya bermula dengan pengisytiharan ustaz tersebut terhadap artikel yang ditulis oleh Ustaz Zahzan. Mereka ini tanpa merujuk kepada Ustaz Zahazan mengapa ‘menulis sedemikian rupa?’, ‘betul ke enta tulis sedemikian?’ dan pertanyaan-pertanyaan memohon kepastian. Terus sahaja diselar, mengisytiharkan Ustaz Zahazan murtad pada khalayak ramai.
Akhirnya, editor telah membuat permohonan maaf menyatakan wujud ralat pada pihak mereka, yakni pada artikel Ustaz Zahazan, ada perkataan yang tertinggal lantas membuatkan makna artikel itu berubah sama sekali hingga kelihatan seperti menghina Rasulullah SAW.
Atas isu ini, suka saya membawakan perihal ‘menghukum orang’.
Asas pendapat saya adalah – Jangan terlalu pantas menghukum orang.
Pesan Guru Saya, Dr Ala’ Hilat.
Di dalam menjatuhkan sesuatu status ke atas seseorang, saya akan sentiasa teringat kepada pesanan guru Aqidah saya di Yarmouk University, Jordan. Beliau bernama Dr Ala’ Hilat, dan jika diteliti buku-buku tulisan saya seperti LangitIlahi3: Fanzuru, Maka Lihatlah, atau Buku Motivasi Batu-Bata Kehidupan, nama beliau sering saya sebut. Beliau pernah berpesan kepada saya dan rakan-rakan sekelas:
“Jangan mudah kamu mengkafirkan orang. Walaupun kamu nampak dia(rakan seislam kamu) sujud kepada pokok. Tanyalah terlebih dahulu. Jika dia tidak tahu(yakni jahil), maka beritahulah kepada dia bahawa apa yang dia lakukan itu adalah perbuatan orang-orang yang tidak beriman.” Lebih kurang begitu mafhum pesanannya kepada kami.
Ya. Itu di dalam kes orang sujud kepada pokok. Sampai keadaan sedemikian sekalipun, guru saya melarang kami untuk pantas mengkafirkan orang. Menuduh orang. Mengatakan itu ini kepada orang. Tetapi kami diajar untuk mendekati orang itu, bertanya akan permasalahannya, dan mungkin dia melakukan itu atas kejahilannya, maka menjadi tanggungjawab kita untuk membantunya mengetahui apa kebenaran yang sebenarnya.
Begitulah pesanan guru saya.
Berusaha Untuk Tidak Mengkafirkan.
Mantan Perdana Menteri kita, Tun Dr Mahathir Mohamad pernah mengeluarkan pandangan yang agak radikal di dalam isu hudud, hingga beliau menyebut ‘Hudud adalah rekaan ahli fiqah’. Ramai yang marah dengan statement ini, lantas mengkafirkan Tun. Saya yang ketika itu turut tidak senang dengan statement Tun, tetap beringat dengan pesanan guru saya tadi, lantas tidak menyertai kumpulan yang mengkafirkan beliau, tetapi berusaha memberikan pencerahan hingga terjadi diskusi antara saya dan beliau.
Tidak lama kemudian, Dr Mohd Asri Zainul Abidin telah datang memenuhi jemputan program di Jordan. Saya mengambil kesempatan bertemu dengan beliau. Walaupun saya tidak mengkafirkan Tun Dr Mahathir, namun saya menyatakan kepada Dr Asri bahawa saya kurang berkenan dengan sikap beberapa orang yang cuba mentafsirkan kata-kata Tun itu dengan tafsiran seakan-akan Tun bukan nak kata Hudud itu rekaan ahli Fiqah.
Dr Asri berkata kepada saya ketika itu:
“Mengkafirkan orang ini berat. Jadi, selagi mana kita boleh tafsirkan kata-kata itu pada sesuatu yang bukan mengkafirkan dia, kita memang wajib tafsirkan. Kita nak ajak lagi ramai orang masuk syurga, maka tak logik kita sibuk nak kafir-kafirkan orang.”
Jadi di situ saya semakin kuat merasakan bahawa, bukanlah sikap seorang da’ie, yakni penyeru di atas jalan Allah SWT, sekiranya kita pantas mengkafirkan orang. Lantas saya teringat dengan kisah Abbas As-Sisy yang menangis melihat kerosakan masyarakat, dan kemudian Hassan Al-Banna berkata kepada Abbas As-Sisy: “Ketika ini barulah engkau mengerti makna dakwah.” Ya, dakwah itu ditolak oleh rasa kasih sayang kita kepada masyarakat, rasa ingin memperbaiki masyarakat. Maka bagaimana kita boleh pantas mengkafir-kafirkan orang?
Ini juga mengingatkan saya akan Sirah Rasulullah SAW akan ketika datangnya seorang lelaki yang ingin dirinya dihukum kerana telah berzina, Rasulullah SAW lantas memalingkan wajah, dan baginda menimbulkan banyak soalan kepada lelaki itu. Seboleh-bolehnya, Rasulullah SAW tidak mahu menjatuhkan hukuman. Justeru, Rasulullah SAW sendiri bukan seorang yang menyegerakan hukuman. Di dalam hadith yang lain, apabila seorang perempuan pergi kepada Rasulullah SAW untuk mendapatkan hukuman kerana dia mengaku dia telah berzina, Rasulullah SAW bahkan memberikan perempuan itu masa untuk melahirkan anak di dalam kandungannya dahulu, kemudian menyusukannya hingga anak itu boleh makan makanan selain susu ibu, dan itupun perempuan itu yang pergi kepada Rasulullah SAW untuk mendapatkan hukumannya, barulah Rasulullah SAW menjatuhkan hukuman ke atasnya.
Jadi selagi mana kita masih boleh memberikan alasan, boleh kita tafsirkan ayat itu sebagai bukan ayat yang mengkafirkan diri, maka kita perlu melakukannya. Da’ie tidak akan pantas menjatuhkan hukuman, melabel orang dan sebagainya.
Apatah lagi, apabila kita mula mengkafirkan orang, fitnah akan tercetus, dan ramai yang akan mula mengkafirkan orang yang kita kafirkan.
Biarlah tersalah maaf, jangan kita tersalah hukum. Buruk padahnya.
Bila Tercetus Fitnah.
Bukan mudah hidup dengan nama yang buruk. Sebagai contoh, jika kita tidak mencuri, tetapi tiba-tiba dituduh mencuri, masyarakat akan mula memandang kita seakan-akan kita benar-benar pencuri. Kita akan disisihkan, dikeji, dihina. Kemungkinan rakan sekeliling yang baik dengan kita, akan meninggalkan kita. Orang-orang yang percaya kepada kita, akan mula meragui kita. Ini juga akan memberikan impak negatif kepada pelajaran, pekerjaan, sekaligus kehidupan kita.
Dapat kita lihat dalam arena saham, jika ada spekulasi, dan belum tentu pun perkara itu benar, tetapi hanya dengan kewujudan spekulasi, saham boleh jatuh. Kerana pelabur mula meragui dan tidak ingin menceburkan diri memberikan pelaburan.
Apabila kita mula mencetuskan sesuatu label yang buruk kepada seseorang, hakikatnya kita telah mula menghancurkan kehidupan seseorang itu. Pekerjaannya, hubungannya dengan rakan-rakan, dan sekiranya dia mempunyai pengikut yang selama ini menjadikan dia sebagai contoh tauladan, kita telah meletakkan rasa sangsi dan ragu kepada jiwa pengikut-pengikutnya, lantas membantutkan kerja-kerjanya.
Bahkan kita mungkin boleh membawa kepada dia dicederakan, sekiranya ada yang pergi menyerangnya kerana tidak puas hati, atas dasar penyerang itu percaya dengan apa yang kita tuduh terhadap dia.
Ya. Itu semua boleh berlaku. Kerana itu, mencetuskan fitnah adalah dosa yang sangat besar.
Al-Quran dan As-Sunnah Telah Memberikan Petunjuk.
Allah SWT telah mendidik orang-orang yang beriman agar kita memeriksa terlebih dahulu berita yang datang kepada kita. Bukan terus mempercayai. Penyelidikan adalah wajib hakikatnya, agar kita tidak tersalah menjatuhkan hukum kepada orang yang tidak sepatutnya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini – dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) – sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.” Surah Al-Hujurat ayat 6.
Jelas-jelas Allah SWT telah memberikan pesanan ini kepada kita. Bahkan dispesifikkan lagi seruan ini khas buat orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Kerana implikasi fitnah adalah besar terhadap kehidupan dan kesatuan kehidupan mukmin.
Kita sendiri amat makruf dengan fitnah yang pernah menimpa ahlu bait Rasulullah SAW, di kala Aisyah RH difitnah curang dengan Safwan ketika pulang dari Peperangan Bani Mustaliq. Hingga wahyu sendiri terhenti, untuk menguji keimanan orang-orang yang beriman ketika itu. Hatta Rasulullah SAW sendiri menjadi resah. Hinggalah Allah SWT sendiri membela Aisyah RH. Jelas, pantas menjatuhkan hukum bukan dari petunjuk Rasul SAW.
Dahulukan Sangka Baik.
Allah SWT telah berfirman:
“Dan orang-orang yang mengganggu serta menyakiti orang-orang lelaki yang beriman dan orang-orang perempuan yang beriman dengan perkataan atau perbuatan yang tidak tepat dengan sesuatu kesalahan yang dilakukannya, maka sesungguhnya mereka telah memikul kesalahan menuduh secara dusta, dan berbuat dosa yang amat nyata.” Al-Ahzab ayat 58
Allah SWT berfirman lagi:
“Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan Yang dilarang) kerana Sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya Yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya Yang telah mati? (jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadaNya. (oleh itu, patuhilah larangan-larangan Yang tersebut) dan bertaqwalah kamu kepada Allah; Sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani.” Surah Al-Hujurat ayat 12.
Jelas sangka buruk, menuduh-nuduh, bukan dari didikan Islam terhadap ummatnya. Justeru, hendaklah kita ada sikap ‘tabayyun’, yakni ingin mendapatkan penjelasan. Pergi bertanya terlebih dahulu, sebelum membuat tuduhan.
Lebih-lebih lagi di era dunia kaya dengan penulisan hari ini. Typo error adalah perkara biasa berlaku. Tertinggal perkataan adalah biasa terjadi. Silap interprestasi atas apa yang dibaca, didengari dan dilihat juga berlambak-lambak. Justeru, mengapa terlalu pantas mengisytiharkan seseorang itu begitu dan begini hanya dengan membaca apa yang tertulis di media?
Justeru mendahulukan sangka baik adalah pertahanan yang baik.
Apatah lagi apabila seseorang itu kita kenal sebagai seorang yang baik selama ini. Kenyataan-kenyataannya sebelum ini tidak pernah menyimpang dari aqidah yang sejahtera, dan tidak pernah pula mengajak kita melakukan perkara-perkara yang mungkar dan mengajak kita menjadi hambaNya yang ingkar. Jadi mengapa mudahnya kita menghukum seseorang yang sedemikian, dari satu perkara yang kita rasakan silap?
Penutup: Jauhilah ‘Pantas Dalam Menghukum’, Jauhilah Orang Yang Pantas Menjatuhkan Hukum.
Saya kekal berpendapat bahawa antara ciri da’ie adalah tidak pantas menghukum. Sokongan saya akan pendapat ini adalah hadith Rasulullah SAW yang mengisahkan bangun seorang lelaki yang tiba-tiba menyatakan kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, takutlah kamu kepada Allah!” Jelas dia merasakan Rasulullah SAW punya rasa tidak takut kepada Allah, dan itu adalah satu fitnah. Maka Rasulullah SAW pun menjawab: “Bukankah aku(sebagai Rasulullah) adalah orang yang paling takutkan Allah?”
Bila lelaki itu beredar, Khalid Al-Walid bangun dan berkata: “Bolehkah aku memenggal kepalanya?”
“Masakan mungkin, dia masih melaksanakan solat.” Rasulullah SAW menghalang.
Khalid tidak berpuas hati, lantas berkata: “Berapa ramai orang yang mengerjakan solat namun lidahnya tidak bersama dengan hatinya(merujuk kepada orang munafiq).”
Rasulullah SAW lantas menjawab: “Aku tidak diperintahkan untuk meninjau hati manusia, dan mengorek perut mereka.”
Kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Ya, itu Rasulullah SAW. Itu qudwah kita. Jadi bagaimana seorang mukmin itu boleh jadi antara cirinya adalah ‘cepat menjatuhkan hukum’?
Didiklah diri kita memeriksa terlebih dahulu. Didik diri kita untuk bertanya kepada yang tertuduh. Kerana itu, di dalam Islam, wujudnya mahkamah, tempat untuk yang tertuduh diberi peluang membela dirinya. Kerana itu, di dalam Islam, sesiapa sahaja yang menuduh seseorang itu berzina, tanpa membawa saksi, disebat 80 kali.
“Dan orang-orang yang melemparkan tuduhan (zina) kepada perempuan yang terpelihara kehormatannya, kemudian mereka tidak membawakan empat orang saksi, maka sebatlah mereka delapan puluh kali sebat; dan janganlah kamu menerima persaksian mereka itu selama-lamanya; kerana mereka adalah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu (dari kesalahannya yang tersebut) serta memperbaiki amalannya, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” Surah An-Nur ayat 3-4.
Justeru, tinggalkanlah orang yang pantas dalam menghukum orang lain, mengkafirkan orang, menerekakan orang, menuduh orang telah murtad dan sebagainya. Agar kita tidak terpengaruh dengan mereka.
Mari sama-sama muhasabah diri.
Kadangkala, dalam menuduh orang lain, pantas sahaja kita.
Dalam melihat keadaan diri kita sendiri, kita lambat-lambatkannya.
Novel: Takdir2 – Percaya Yang Tidak Sirna – Cheritera 12.
Picture by UmarMita of LangitIlahi
Perjalanan Angkasa dan rakan-rakan disambung lagi.
Roda takdir berputar!
Enjoy!
Long Berk masuk ke singgahsananya dengan wajah yang masam. Namun wajah itu tersembunyi di balik topengnya yang megah. Tetapi bagi sesiapa yang mampu meneliti auranya yang tidak keruan, pasti mengetahui keadaan mental Long Berk sekarang.
“Kosongkan tempat ini segera. Aku ingin bersendirian!” Long Berk meninggikan suara. Lantai tempat dia berdiri meretak. Gerun menyusup ke dalam jiwa-jiwa makhluk yang berada di situ. Pegawai-pegawai dan pelayan-pelayan istana Long Berk bergerak pantas keluar.
Long Berk melangkah ke singgahsananya. Kemudian duduk. Memegang topeng yang melindungi wajahnya. Membuka. Wuaargh!
Api marak keluar dari mulutnya, seterusnya tubuhnya. Singgahsananya musnah. Kain-kain kemegahan yang tergantung di hadapannya, juga permaidani yang menghiasai lantai di hadapannya, termasuk kerusi-kerusi tempat duduk pegawai-pegawainya, semuanya hangus.
Api marak masih keluar dari tubuh Long Berk, kepanasan yang sangat tinggi, hingga Orihalcoln yang melindungi tubuhnya melebur sekali. Long Berk berusaha mengawal nafasnya, seterusnya bertenang, dan memusatkan seluruh auranya pada jantungnya, kemudian serentak menyalurkannya pada seluruh liang yang wujud pada tubuh badannya.
Bunyi letupan berlaku, angin menghembus seluruh tubuh. Api marak menghilang, begitu juga yang membakar balai megah itu. Kebakaran telah terhenti. Beberapa detik kemudian, barulah Long Berk tertunduk, melutut, kemengahan.
Bergema mengah Long Berk itu, memandangkan tiada sesiapa bersamanya.
Tubuhnya melecur di sana-sini. Dia menggeletar kegeraman. Mukanya yang berwajah singa itu kegeraman. Lantas ngauman penuh kemarahan kedengaran.
“Kiai Api, kau akan mati dalam keadaan paling hina sekali!”
Nyata Kiai Api telah berjaya ditangkap oleh Long Berk dan pengawal-pengawal elitnya. Namun nampaknya, dia tidak tewas tanpa menentang hingga ke akhirnya. Kecederaan Long Berk adalah buktinya.
5 dari pengawal elit Long Berk juga telah terkorban di tangan Kiai Api. Satu penghinaan besar buat Long Berk. Tetapi dia tidak menamatkan nyawa Kiai Api. Sebagaimana jangkaan Kiai Api sendiri, Long Berk ini menghina Kiai Api dan Agama Langit sehina-hinanya. Dia ingin menunjukkan kepada rakyatnya di Wilayah Amara betapa Agama Langit ini hanya omongan, dan Tuhan di langit itu tidak wujud.
Long Berk mengetap bibir.
Geram!
“Hoi.” Satu suara kedengaran. Long Berk pantas memandang ke atas. Skrin besar turun dari siling balai menghadap. Skrin komunikasi antara dia dan rakan-rakan jeneral Utopianya.
“Pertama kali aku melihat ketua kami selemah ini. Kau terkejut dengan kehadiran Kiai Api?”
“Kau mahu apa O Zero?” Long Berk memakukan matanya. Bengang melihat O Zero, walau hanya dua belah matanya sahaja kelihatan di balik topeng jeneral.
“Aku mahu beritahu, yang aku akan menghancurkan Duarte esok.”
“Jadi? Apa urusannya dengan aku?”
“Aku cuma mahu tahu bagaimana dengan kekuatan End. Setengah tahun yang lalu, engkau seorang sahaja yang bertembung dengannya di hadapan benteng Tanah Suci.”
“Apa kata engkau hubungi Rafael yang teruk dibelasah oleh dia? Kenapa mahu ganggu aku di sini?” Long Berk mengaum marah. Dia bangun berdiri. Bau hangit menusuk hidungnya. Kebenciannya terhadap gangguan O Zero menambah kebusukan yang dirasainya.
“Rafael sedang merawat tubuhnya dan masih belum selesai. Sebab itu aku bertanyakan engkau.” O Zero bersuara. Dia tidak seperti biasa, penuh dengan amarah. Kini dia nampak seperti lebih bertenang. Long Berk yang kelihatan seperti hilang kawalan.
“Kau sengaja mahu menghina aku!”
O Zero menggeleng. “Terpulanglah. Cuma melihat kepada Rafael, engkau, dan aku, aku macam melihat kekalahan berada di tangan kita.”
Long Berk tersentak dengan kenyataan itu. Suasana jadi sunyi seketika. Ketika ini barulah Long Berk perasan perubahan sikap O Zero. Dia kelihatan tidak seyakin dan segarang selalu.
“Kau… takut?” Long Berk mengerutkan dahi.
Kedengaran kemudian O Zero menghela nafas.
“Aku tidak tahu. Tetapi mengapa ada satu perasaan di dalam diri aku ini, yang menyatakan bahawa kita akan tewas?”
“Jangan merepek!” Long Berk mengaum garang. “Kita adalah jeneral Utopia. Setengah tahun ini kita telah berlatih menjadi lebih hebat lagi!”
“Jadi, bagaimana kita mahu mentafsirkan keadaan Rafael dan engkau?”
Long Berk terdiam sekali lagi.
“Sudah. Aku tidak mahu mendengar engkau membebel lagi. Lagi aku dengar engkau merungut sebegini, aku akan laporkan kepada Tuanku Asura!”
O Zero mendengus.
“Kadangkala Long Berk, terlalu bongkak itu juga tidak sihat buat kita. Aku sudah menerima pengajarannya.”
Dan skrin itu pun gelap semula.
Long Berk mengetap bibir. Marahnya menjadi tidak terhingga dengan kata-kata terakhir O Zero.
“Celaka!” Terus dia mengaum sekuat-kuat hatinya, diiringi semburan aura yang tidak terkata.
Skrin besar itu pecah. Long Berk kembali mengah.
“Agama Langit itu akan binasa!”
*******
Uftzi bergegar dengan letupan demi letupan. Walaupun Ashnul telah tumbang, namun pasukan pemberontak tetap garang memberikan serangan balas. Tembakan laser berbalas-balas, sambil yang berperang menggunakan pedang, tombak dan panah juga masih berterusan. Kuku yang tajam, semburan api dari mulut, dan lilitan serta libasan ekor, turut dimaksimakan penggunaannya oleh mereka. Memang pertarungan antara raksasa!
Namun End langsung tidak terganggu dengan semua itu. Dia kini berada betul-betul di kawasan musuh. Menebas baik Makhluk Genetik atau Kaum Gergasi dari pasukan pemberontak tanpa rasa takut dan gentar. End kekal memakai zirah Jeneralnya, dan bertopeng. Itu semua untuk menimbulkan rasa gentar pada diri musuh. Kini di sekeliling End sedang kosong, kerana tiada yang berani merapatinya. Namun semua masih mencari peluang jika ada untuk menumbangkannya.
End seperti biasa, tidak berkata apa-apa. Memerhati sahaja.
Angkasa dan Aizan Fahmi pula bergandingan. Mereka ditemani oleh Kiai Laut, yang akan menggunakan aura airnya untuk menghalang tembakan-tembakan laser yang ditujukan ke arah mereka. Walau tidak sebanyak mangsa End, namun yang tumbang di tangan kumpulan tiga orang ini tidak kurang banyaknya.
“Bagaimana?” Aizan Fahmi bertanya sebaik sahaja belakang tubuhnya dan Angkasa bertemu. Peperangan sudah masuk hari yang kedua.
“Sukar juga. Makhluk Genetik yang pelbagai kebolehannya berdasarkan keadaan mereka, dan makhluk gergasi yang besar lagi gagah perkasa. Bukan mudah hendak menumbangkan mereka.” Angkasa berbicara tanpa memandang Aizan. Matanya kekal menumpukan perhatian kepada suasana peperangan.
“Ini belum kemuncak lagi. Ketua mereka belum muncul, begitu juga dengan empat saudara Ashnul. Mereka berlima itu digelar 5 Syaitan Langit.” Kiai Laut memberikan pesan. Tubuhnya kini telah kembali merapat dengan Aizan dan Angkasa. Tangannya sempat menghayun tombaknya yang unik itu, dan air keluar mengurung beberapa makhluk genetik yang ingin menerkam ke arah mereka. Lemas.
“Kepada Allah jualah kita bergantung harap. Sesungguhnya kemenangan itu milik Dia.” Angkasa mengembalikan segala keperkasaan kepada Allah SWT. Hubungan dengan Allah SWT, di mana jua perlu dijaga. Kerana Dialah Yang Maha Berkuasa Atas Segala-galanya.
Mereka semakin hampir dengan kubu utama Pasukan Pemberontak. Api marak menjadi hiasan perjalanan mereka. End mendahului semua. Pasukan penembak dan pemanah konsisten dari belakang memberikan asakan. Kadangkala kala musuh leka berperang secara dekat, mereka akan ditembak. Namun, itu bukan sahaja kelebihan pihak kebaikan. Namun ia juga merupakan kelebihan pihak pemberontak. Tentera-tentera milik Que Ron dan Ezzen ramai juga tumbang kerana lalai, ditembak oleh laser pasukan pemberontak.
Tetapi kehadiran End banyak memberikan kelainan dalam serangan kali ini. End tidak gentar langsung, terus terjun ke kawasan musuh dan menebas penembak-penembak mereka. Menyebabkan barisan musuh kucar-kacir, dan pasukan Ezzen Que Ron dapat bergerak maju ke hadapan dengan lebih lancar.
Ketika mereka semakin menghampiri kubu utama, kedengaran suara yang amat menyeramkan. Suara itu juga menggegak gempita, hingga ramai yang menutup telinga masing-masing. Angkasa dan Aizan turut memasukkan jari ke telinga mereka. Tetapi Kiai Laut dan End, juga Ezzen dan Que Ron, masing-masing kekal berdiri gagah memandang ke arah suara itu datang.
Pada ketika ini, gerbang kubu utama dibuka.
Melangkah keluar dua makhluk gergasi. Lengkap berzirah. Aura milik mereka sangat menekan. Seorang berkulit merah dan seorang lagi berkulit hijau. Yang berkulit merah itu mempunyai sebatang tanduk pada dahi, sedikit janggut, bermata hitam, mempunyai empat tangan, dua sayap dan dua ekor. Manakala yang berkulit hijau pula, mempunyai tiga mata, tidak bertanduk, bermata kuning, mempunyai enam sayap, bertubuh kuda, mempunyai empat kaki.
Mengiringi mereka, dua makhluk genetik. Tubuh besar sedikit sahaja berbanding manusia. Lengkap berzirah perang. Seekor berwajah T-Rex, dan seekor lagi berwajah gajah, siap dengan belalai dan gading. Kelihatan sangat perkasa, dengan senjata masing-masing. Yang berwajah T-Rex membawa kerambit, manakala yang berwajah gajah menggunakan dua pucuk pistol.
End mula ditinggalkan oleh musuh-musuhnya. Semua pergi di belakang empat jaguh yang baru muncul. End tidak mengejar, dan tidak lama kemudian, Angkasa, Aizan, Kiai Laut dan seluruh tentera Ezzen dan Que Ron berada di sisinya.
“Ah, mereka inikah yang menumbangkan Ashnul?” Jaguh berwajah T-Rex bersuara. Gayanya menghina.
“Aku dengar Jeneral End yang menumbangkan dia.” Gergasi berkulit merah mendengus.
“Si Bisu dari Utopia yang baru menderhakai Tuanku Asura itu?” Gergasi berkulit hijau tersengih.
“Kita tidak gentar kepada sesiapa, melainkan kepada Sang Asura dan raja kita.” Jaguh berwajah gajah pula berbicara.
Semua nampak yakin.
“Allahuakbar. Mereka ini seakan-akan bertaraf Jeneral Utopia. Kuat sungguh tekanan kuasa mereka.” Angkasa menyepetkan mata. Seakan dia sendiri berdepan dengan cabaran untuk kekal tidak terlutut dengan tekanan kuasa dari empat saudara Ashnul itu.
Aizan Fahmi pun sama. Tombak Naganya telah menjadi tongkat.
Namun End dan Kiai Laut tidak terkesan.
“Selama ini, kita tidak mampu pun melepasi Ashnul apabila dia muncul. Inikan pula Wokie Si Gergasi Merah, Fampush Si Gergasi Hijau, Meizin Berwajah T-Rex dan Gutrul Berwajah Gajah yang memang terkenal merupakan antara jeneral kami dahulu?” Ezzen mengeluh, memandang Que Ron. Que Ron mengangguk.
“Itulah yang tiada pada kamu Tuanku Ezzen dan Tuanku Que Ron.” Angkasa mencelah.
Kedua-dua raja itu memandang Angkasa. Kini anak muda itu sudah dapat menyesuaikan diri dengan tekanan kuasa empat jaguh yang muncul itu.
“Kami manusia yang beriman, sesukar mana pun halangan yang kami perlu tempuhi, kepada Allahlah pergantungan kami. Maka kami tidak gentar. Kerja kami adalah usaha, dan menang kalah itu di tanganNya. Kami akan berusaha hingga ke akhirnya, kerana kami percaya bahawa takdir itu adalah di hujung usaha kita.” Angkasa tersenyum. Yakin.
Ezzen dan Que Ron tersentak.
“Jika kami mati, kami akan ke syurga Allah SWT. Jika mereka mati, mereka akan ke neraka Allah SWT. Bukankah kita telah berada di dalam kumpulan yang menang sekarang?” Aizan Fahmi pula menambah dengan persoalan.
Kedua-dua raja di Uftzi itu seperti dapat melihat sumber kekuatan manusia yang mengabdikan diri kepada Allah itu.
Iman. Itu sumber kekuatan mereka. Kerana itu mereka langsung tidak gentar kala berjuang.
“Kami berempat akan menentang mereka. Ezzen, Que Ron, kamu berdua pimpinlah tentera kalian untuk merempuh kubu utama mereka.” Kiai Laut bersuara.
Que Ron dan Ezzen mengangguk. Seterusnya arahan dikeluarkan kepada tentera mereka untuk bersedia. Kemudian mereka berdua berpaling semula ke hadapan, dan melihat Kiai Laut, End, Angkasa dan Aizan Fahmi telah bergerak untuk mencabar empat jaguh pasukan pemberontak.
“Ezzen, kau saksikanlah bahawa aku ini beriman kepada Allah yang diimani mereka berempat itu, dan aku naik saksi bahawa Muhammad Utusan Langit Terakhir itu adalah UtusanNya.” Que Ron tiba-tiba bersuara.
Ezzen terkesima sebentar dalam dongakannya memandang Que Ron yang lebih tinggi.
“Que Ron, aku juga begitu. Saksikanlah bahawa aku ini telah beriman kepada Allah yang diimani mereka berempat itu, dan aku menjadi saksi bahawa Muhammad Utusan Langit Terakhir itu adalah UtusanNya.”
Kemudian perlahan-lahan Que Ron menghulurkan tangan gergasinya kepada Ezzen. Dan tangan itu disambut.
“Mulai hari ini, kita bersaudara. Jika kita mati, kita akan ke syurga. Jika kita masih hidup selepas peperangan ini, kita akan membantu memenangkan agamaNya.” Que Ron berbicara.
Ezzen mengangguk. Dan semua itu diperhatikan seluruh tentera mereka. Moral mereka dibakar dengan apa yang ditunjukkan oleh kedua-dua tentera mereka. Kesatuan mereka menjadi lebih mantap. Bunyi semboyan bersahut-sahutan. Para gergasi menghentakkan kaki, membuat gegaran kepada bumi. Suasana menjadi gempar, dan semangat menjadi tertingkat.
Ketika ini, dentuman kedengaran.
Semua memandang.
Keempat-empat jaguh telah bersemuka dengan empat saudara Ashnul.
Pusingan kedua telah bermula.
“Serang!” Que Ron dan Ezzen melaung.
“Serang!” Dan seluruh tentera mereka menyahut.
******
Mughirah Syu’bah, Toriq dan Khalid telah berjaya sampai ke Tanah Suci. Khalid terus dibawa Waqqas ke bilik rawatan. Manakala Mughirah Syu’bah dan Toriq diperiksa kecederaan mereka walaupun mereka berulang kali menyatakan bahawa kecederaan mereka ringan sahaja. Mereka tetap dibawa ke bilik rawatan ringan.
Semua kepimpinan besar Tanah Suci dan Bumi Barakah berkumpul di sekeliling Syu’bah dan Toriq yang sedang duduk dirawat di atas kerusi. Ada doktor yang sedang mencuci dan membalut luka-luka mereka.
“Keegan datang membantu kalian?” Tok Akram, Pertapa Arjuna dan Panglima Terasing bertanya kepada Syu’bah dan Toriq tatkala mereka menceritakan perjalanan mereka. “Keegan itu nama sebenar Kiai Api.” Pertapa Arjuna menjelaskan, apabila melihat Syu’bah dan Toriq seperti terkesima sebentar mendengar nama ‘Keegan’.
Syu’bah dan Toriq kemudiannya mengangguk.
“Dialah yang menghalang Long Berk dari membunuh kami bertiga. Allah SWT telah menghantarkannya sebagai bantuan. Tetapi malangnya, kami tidak tahu apa yang terjadi selepas itu.” Toriq bercerita.
“Dari bicara Kiai Api, nampaknya dia sendiri tidak yakin untuk menumpaskan Long Berk.” Syu’bah menambah.
Ruh Faizan menghela nafas. Sungguh dia tidak menyangka Long Berk akan masuk campur di dalam urusan ini, dan berjaya menjumpai utusan mereka di tengah padang pasir yang luas.
“Sepatutnya aku pergi bersama kalian.” Izrayel bersuara.
Semua yang ada membisu sebentar.
“Tetapi pelik bagaimana Long Berk boleh mengesan kalian di tengah padang pasir.” Waqqas menimbulkan persoalan yang bermain di hati Ruh Faizan, membuatkan Raja Tanah Suci itu mengangkat kepala dan memandang ke arah panglimanya itu.
“Wilayah Amara itu besar. Dan kejadian yang berlaku di sebuah kampung itu boleh dikatakan kes terpencil. Bukan sahaja kalian telah meninggalkan kampung itu, bahkan kalian telah berada di tengah padang pasir. Justeru agak tidak logik bagaimana Long Berk mampu mengesan kalian.” Waqqas menyambung.
“Tambahan pula, kami telah menyembunyikan aura kami sebaik mungkin.” Syu’bah memperkukuhkan lagi bicara Waqqas.
Semua diam. Berfikir.
“Apakah ada sesiapa di Tanah Suci ini yang membongkarkan rahsia kepada mereka? Mungkin mereka memberitahu jalan yang akan kita ambil di tengah Padang Pasir itu?” Toriq cuba meminta pendapat.
Izrayel mengangguk. “Ada kemungkinannya.”
“Nampaknya begitulah.” Kiai Awan bersuara.
Ruh Faizan mengerutkan dahi. Mempunyai tali barut Utopia di dalam Tanah Suci nyata bukan satu perkara yang disenangi. Hatinya jadi luka.
“Siapakah agaknya tali barut itu?” Ruh Faizan menggumam persoalan itu.
Ketika ini, pintu bilik rawatan diketuk.
“Masuk.” Waqqas memberikan kebenaran. Pintu pun terbuka perlahan-lahan. Melangkah masuk seorang yang berpakaian gelap, yang tidak asing lagi buat semua yang berada di dalam bilik itu.
“Hisyam Wakeel.” Ruh Faizan memandang lelaki yang lebih kurang seusia dengannya itu.
Lelaki tua itu tersengih.
“Kau ada hajat apa ke mari?” Ruh Faizan menyoal, dan semua rakan-rakannya yang lain sekadar memandang. Semua punya perasaan tidak senang.
“Aku insaf, dan ingin menyertai pasukanmu. Begitu juga anak-anak muridku.” Hisyam Wakeel melutut.
Dan tiada siapa yang tidak terkejut dengan tindakan dan bicara Hisyam.
Mughirah Syu’bah tidak berkelip memerhatikan Hisyam Wakeel.
Dia seakan dapat menghidu sesuatu.
*******
Setelah memakan masa sehari setengah perjalanan, mereka akhirnya sampai di hadapan hutan yang mengelilingi Kota Utama Duarte. Hutan itu adalah perlindungan bagi Kota Utama Duarte, sebelum perlindungan dalam bentuk benteng yang sebaris dengan pintu gerbangnya. Maknanya, Kota Utama Duarte mempunyai dua lapisan pertahanan.
Penuh rasa megah dan angkuh, O Zero duduk di sebuah kerusi yang mahal, menanti jika ada utusan dari Duarte untuk hadir membuat rayuan. Dan jika ada yang hadir pun, dia tidak akan memberikan belas kasihan. Cuma dia suka melihat mangsanya merayu.
Pada masa yang sama, dia melihat sebentar kepada tangan robotiknya yang baru. Besar sedikit dari tangan kirinya. Digantikan oleh Tuanku Asura sendiri menggunakan kuasanya. Tangan baru itu lebih hebat dan punya kuasa pemusnah yang kuat. Ditambah dengan latihan selama 6 bulan yang dilaluinya sebelum ini, membuatkan dia yakin dia kini tidak terkalahkan.
Namun, di celah keyakinannya itu, ada satu perasaan jauh di dalam hatinya yang kecil, bahawa mereka akan tewas. Perasaan itu muncul semenjak tangannya putus. Semenjak itu, dia jadi teringat dengan bicara Fathan Adi kepadanya, kala lelaki itu tiba-tiba tumbang kala mereka berhenti bertempur setelah beberapa ketika.
“Kau memang hebat O Zero. Tetapi engkau tidak belajar dari pertemuan kita 12 tahun yang lalu. Allah itu lebih hebat. Dan sepatutnya kepada Dia engkau menundukkan diri. Sesungguhnya Sang Asura itu juga adalah makhlukNya, dan tiadalah makhluk akan mampu menandingi Pencipta Alam Semesta.”
Selepas itu Kiai Bumi tumbang seakan-akan ajalnya hadir. Lebih membuatkan O Zero terasa resah adalah apabila Kiai Bumi tumbang bersama senyuman yang menghiasi bibir. Seakan-akan mati itu bukan satu masalah dan ketakutan bagi lelaki tua bertubuh tegap itu.
Kini, dia berada di hadapan Duarte, ingin merampas Wilayah milik End itu.
Kemakmuran Duarte adalah perlu menjadi kepunyaan mereka semula, bagi menghasilkan ketumbukan tentera yang kuat untuk menggempur Tanah Suci dan Bumi Barakah.
Ketika ini, dari kejauhan dia melihat tiga lembaga keluar dari hutan, dan semakin lama semakin jelas. Tiga susuk tubuh sedang menunggang kuda menuju ke arah dia dan tenteranya.
“Ah,” O Zero sedikit terkejut.
Di hadapannya kini adalah Ashoka dan Arnav dari Chinmayi, dan Ketua Panglima Duarte – Armon. Armon bukan manusia. Dia makhluk genetik. Berwajah Puma, bertubuh tegap, berzirah lengkap, dengan mantel berwarna hitam, bersenjatakan parang panjang.
“Dua manusia yang diselamatkan Kiai Sunyi.” O Zero tersengih menghina. “Di sini rupanya kalian bersembunyi.”
Ashoka dan Arnav mendengus.
“Bagaimana Armon? Apakah kau hendak memberikan Duarte dengan aman, atau kita perlu berperang sedangkan kau mengetahui kekuatanku?” O Zero berbicara. Dan bicaranya penuh penipuan. Tiada aman jika dengan O Zero. Dia hanya akan membunuh semua orang.
Armon mengetahui akan perkara itu. Namun bukan kerana itu dia tidak menyerahkan Duarte.
“O Zero, Duarte kini kota orang yang beriman. Kerana itu, kepada engkau kota ini tidak akan sesekali diserahkan.”
Giliran O Zero mendengus marah. Dia amat pantang dengan mereka yang tidak gentarkan dirinya. Lantas auranya dipertingkatkan hingga ke tahap kuda-kuda tunggangan musuhnya tidak senang.
“Jika begitu, kalian menempah maut!” Dia menggenggam penumbuk tangan robotiknya. Marah.
“Tiada masalah bagi kami. Mati kami ke syurga, mati kalian ke neraka. Yang penting bagi kami adalah berusaha, dan kemenangan itu Tuhan kami punya.” Arnav bersuara. Keyakinannya telah kembali. Kekuatannya seakan meningkat.
“Perang, O Zero. Dan bila engkau tumbang, Ethan akan kami ambil.” Ashoka memasamkan wajahnya. Seakan mengimbau saat mereka di hadapan Ethan.
Kemudian mereka bertiga berpaling. Memecut tunggangan mereka laju ke dalam hutan semula. Ketiga-tiga mereka akan berkubu di benteng.
O Zero mengetap bibir. Geram.
“Mari kita ajar mereka!” Dia mengaum garang.
Dan peperangan di Duarte pula bermula. Tanpa O Zero tahu apa yang menanti mereka.
*******
“Kiai Sunyi memang tidak akan bersama kita hari ini?” Armon bersuara kala kuda mereka melepasi pokok-pokok besar.
Arnav menggeleng.
“Dia kata, persediaan yang dia lakukan sudah rapi untuk kita. Kita tinggal laksanakan, usaha dan percaya.” Ashoka menambah.
Arnav dan Ashoka sama-sama mengimbas sebentar perjalanan mereka dengan Kiai Sunyi.
Perjalanan untuk belajar akan erti percaya.
Percaya kepada Dia.
Kini mereka seakan-akan manusia yang baru. Keimanan mereka seperti diperbaharui dan dipertingkatkan. Mereka yakin mereka mampu menewaskan O Zero, seterusnya memberikan pukulan keras kepada Kerajaan Utopia.
“Harapnya, saudara-saudara kita di Tanah Suci dan Bumi Barakah juga sedang berusaha. Kita akan pergi melihat keadaan mereka selepas kita berjaya melepasi ujian di sini.” Arnav memandang Ashoka.
Ashoka mengangguk.
Mereka pun sampai ke pintu gerbang Bandar Utama Duarte.
Gegaran kedengaran. Mereka memandang sebentar ke arah hutan yang mengelilingi Bandar Utama. Tentera O Zero telah memulakan pergerakan.
“Peperangan telah bermula.” Armon bersuara.
“Semoga Allah SWT bersama dengan kita.” Ashoka menyambung.
“Kita akan berperang bersungguh-sungguh, membuktikan keperkasaan Dia!” Arnav mengangkat tombak hitamnya.
“Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar” Dan seluruh tentera pada kubu Duarte melaungkan takbir membesarkan Dia.
Kehidupan: Usrah, Halaqah, Yang Bagaimana Patut Kami Ikuti?
Saya dan adik-adik usrah saya di Jordan.
Persoalan ‘usrah/halaqah yang bagaimana yang patut kami ikuti’ sering menjadi persoalan ramai remaja, juga bagi mereka yang mencari.
Tidak dinafikan, usrah atau halaqah adalah satu sistem yang sangat penting dalam membentuk sebuah peribadi. Konsepnya, yakni seorang ketua yang dipertanggungjawabkan menjaga usrah, menjaga ahli usrah yang sekitar 5-7 orang satu usrah secara generalnya, membolehkan pendidikan dan penyebaran fikrah menjadi lebih berfokus. Dan mas’ul/mas’ulah(ketua) yang kreatif dan baik pula akan menjadi seperti penyelesai masalah jika wujud masalah di dalam diri ahli usrah, menjadi tempat luahan, seterusnya mengurangkan tekanan hidup dan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan hati ahli usrah. Ditambah dengan kewujudan usrah, kita akan merasai pengalaman berukhuwwah dengan lebih erat.
Ya, usrah sangat menyeronokkan, jika betul caranya.
Cuma apabila di hadapan kita terbentang beberapa ‘jemaah’ atau ‘organisasi’ yang menawarkan sistem usrah/halaqah ini, kita jadi keliru.
Yang mana satu perlu aku ikut?
Maka artikel ini bertujuan untuk menyelesaikan kekusutan itu.
Ciri-ciri Usrah Yang Patut Diikuti 1: Mereka Itu Rabbani.
Ciri yang pertama sekali yang anda perlu perhatikan adalah mereka orang yang mengikuti syara’. Kumpulan mereka adalah kumpulan yang mengajak kepada kebaikan, bukan kepada kemungkaran. Mereka adalah yang tidak memisahkan dunia dengan akhirat. Mereka juga tidak akan mengajar anda untuk memasungkan diri hanya di dalam masjid-masjid. Tetapi mengajak anda untuk mengeluarkan potensi anda sebagai khalifah di atas muka bumi ini.
Mereka bukan mengumpulkan pengikut, tetapi mereka ingin melahirkan pemimpin.
Mereka bukan mengajak kepada kumpulan, tetapi mereka mengajak kita kembali kepada Allah SWT.
Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW adalah apa yang mereka angkat sebagai nombor satu, manakala di awal perkenalan anda dan mereka, tiada isu ‘taat kepada kepimpinan organisasi’ dibangkitkan. Mereka bukan orang yang baru sahaja berkenalan dengan anda, sudah diajak anda berbai’ah dengan mereka.
Mereka adalah yang mengajak anda menjaga akhlak dan sikap, juga mengajak kepada kesederhanaan.
Pendek kata, mereka adalah manusia-manusia yang berada dalam batasan syara’, organisasinya adalah organisasi yang bukan mengajak kepada kemungkaran, dan tidak mengambil perkara-perkara yang haram.
Mereka bukan malaikat. Mereka akan melakukan kesilapan sebagai manusia. Tetapi sikap mereka dalam berhadapan dengan kesilapan mereka adalah yang membuatkan mereka berbeza dengan manusia-manusia lain.
Masa adalah apa yang anda perlukan untuk melihat perkara sebegini.
Ciri-ciri Usrah Yang Patut Diikuti 2: Dia Tidak Menyondol.
Antara ciri-ciri usrah yang patut diikuti adalah apabila dia terus mengajak anda kepada usrah/halaqah atau organisasinya.
Anda baru sahaja berkenalan dengannya, dia terus bertanya: “Sudah ada usrah? Mari ikut ana.” Ini adalah antara ciri yang perlu ditolak. Kerana dakwah itu bukan mengajak kepada organisasi atau kumpulan, tetapi dakwah itu adalah mengajak manusia pulang kepada Allah SWT. Justeru, untuk orang yang baru sahaja berkenalan dengan anda sudah mengajak anda menyertai kumpulannya, usrahnya, itu adalah ciri-ciri kumpulan yang anda perlu tinggalkan.
Antara ciri-ciri usrah atau organisasi yang sesuai untuk anda ikuti adalah mereka yang menyediakan program umum untuk anda hadiri.
Contohnya, kumpulan itu akan mengadakan setiap minggu/2 minggu sekali program iftor, yakni berpuasa sunat pada hari khamis, dan berbuka puasa bersama-sama. Program itu dibuka pula kepada umum, yakni kepada ahli organisasi dan juga yang bukan ahli. Maka anda boleh sertai program umum mereka. Ini menandakan kumpulan tersebut adalah jenis kumpulan yang terbuka, dan tidak terburu-buru mengajak orang masuk ke dalam organisasi mereka. Mereka mahu orang ‘mengenali’ dahulu organisasi mereka, ‘berkenalan’ dahulu dengan ahli-ahli mereka yang telah lama, ‘menilai’ terlebih dahulu keadaan organisasi mereka, penyampaian mereka dan sebagainya. Ini adalah contoh organisasi yang baik, tidak menyondol.
Contoh-contoh program umum lain adalah – tazkirah mingguan yang dibuka untuk umum. Program qiyamullail sebulan sekali atau seminggu sekali(mengikut siapa yang anjurkan). Ini adalah contoh-contoh program umum yang akan disediakan oleh sebuah organisasi, sebagai wasilah(jalan) untuk orang luar mengenali mereka, menghayati keadaan mereka, mendalami penyampaian mereka, sebelum berhajat hendak masuk ke dalam organisasi mereka, mengikuti usrah mereka.
Mereka adalah yang akan mengalu-alukan anda, walaupun akhirnya anda tidak masuk ke dalam kumpulan mereka. Mereka tidak akan terkilan jika anda akhirnya tidak bersama mereka. Kerana tujuan utama mereka melaksanakan program umum sedemikian, adalah untuk memberikan anda ‘kebebasan’ membuat keputusan.
Maka, tugas anda adalah menilai di dalam program-program umum ini.
Ciri-ciri Usrah Yang Patut Anda Ikuti 3: Mereka Tidak Menghidangkan Masalah Dalaman.
Ciri-ciri yang ketiga adalah apabila anda duduk bersama mereka, mereka tidak berkata buruk terhadap organisasi lain.
Tidak akan keluar dari mulut mereka perkataan: “Jangan ikut jemaah itu, jangan ikut jemaah sekian sekian.”
“Kekurangan kumpulan itu sekian, kekurangan kumpulan sekian sekian.”
Atau mereka di hadapan anda sudah sibuk menceritakan sejarah jemaah mereka, kumpulan mereka, walaupun anda mengenali mereka belum cukup sebulan, dan belum betul-betul kamcing dengan mereka.
Mereka sudah sibuk memperkenalkan anda jemaah mereka itu dan ini, menyuruh anda melakukan itu dan ini, mewajibkan kepada anda itu dan ini, walaupun anda baru sahaja berkenalan dengan mereka. Baru sebulan dua, anda telah disibukkan dengan pelbagai masalah dalaman, baik kewajipan ahli organisasi, atau percakaran yang berlaku antara organisasi itu dan organisasi-organisasi lain.
Dan belum apa-apa lagi, anda telah disenaraikan menjadi ahlinya.
Kumpulan yang baik adalah yang membina jambatan hati dengan anda. Sering melakukan kebaikan kepada anda. Tidak melonggokkan hal-hal dalaman organisasi mereka kepada anda. Mereka berusaha mengenali anda, dan mengajak anda ke program-program umum mereka. Mereka biasanya mesra melayan anda, dan tidak menyisihkan anda. Mereka tidak akan sibuk mempengaruhi anda dengan menaburkan keburukan dan kelemahan jemaah lain, juga mereka bukanlah orang yang suka bercerita kepada anda akan hal-hal jemaah baik jemaah mereka mahupun jemaah orang lain.
Dan selalunya, mereka istiqomah sedemikian untuk satu jangka masa yang lama, melihat progres anda sendiri terhadap mereka. Keistiqomahan anda untuk hadir ke program umum, perkenalan yang semakin mendalam, dan sebagainya, itu hakikatnya diambil kira oleh mereka.
Dan anda sendiri, akan punya perasaan ‘jatuh hati’ dengan akhlak dan sikap mereka, dengan ketekunan dan disiplin mereka, hingga sampai satu ketika setelah lama anda mempunyai ukhuwwah yang baik dan istiqomah mengikuti program mereka, antara anda yang berkata: “Bila ana boleh join antum punya usrah?” atau pun mereka yang akan menepuk bahu anda dan berkata: “Enta ni, lama ana tengok enta follow program umum kami, dah ada usrah? Jomlah join.”
Ya. Ia akan berlaku secara tabi’i, dan anda sendiri takkan terasa anda dipaksa-paksa.
Kerana hati anda sendiri telah menjadi sebahagian daripada mereka, sebelum anda meluahkannya, atau sebelum mereka mengajak anda untuk komited dengan mereka.
Penutup: 3 Ciri, dan Yang Anda Perlukan Adalah Masa serta Memerhati.
Saya berikan tiga ciri ringkas ini.
Benda ini tidak usah terburu-buru. Masa dan pemerhatian adalah sangat penting.
Jangan terus menolak. Jangan terus terpengaruh dengan cerita-cerita pergaduhan antara organisasi. Ya, ada organisasi ini berlaku pertembungan, perbezaan pendapat. Tetapi itu bukan alasan untuk kita tidak duduk dengan sekumpulan manusia yang soleh, yang boleh mempertingkatkan kualiti peribadi kita. Yang boleh membina fikrah kita dalam bentuk yang lebih tersusun. Yang boleh membawa kita kepada pempraktisan Islam yang syaamil dan kaamil(menyeluruh dan sempurna).
Apakah jika sebilah pisau digunakan untuk emmbunuh orang, maka seluruh pisau haram kita gunakan? Tidak.
Begitulah dalam isu usrah dan halaqah. Jika anda mendengar apa-apa yang negatif, maka ketahuilah pada banyak perkara di dalam dunia ini ada kenegatifannya.
Justeru, jangan itu menutup mata anda untuk memerhatikannya dengan adil dan saksama.
Jangan juga terlalu cepat tertawan hati. Dan percayalah bahawa organisasi yang baik, bukan organisasi yang gelojoh menerkam anda.
Mereka juga bukan organisasi yang suka menimbulkan pergaduhan.
Buatlah pilihan yang tepat dengan bijak.
September 25, 2012
Short Story: When You Humiliate Prophet Muhammad.
Picture by UmarMita of LangitIlahi.
I’ve wrote this short story in Malay before.
Many readers asked me to translate it, but unfortunately, i only have a broken english.
Now someone helped me to translate that short story in english.
Her name is Rafiedah Veronica.
I heard she is new in Islam, but try to do something to show her love to our prophet, Muhammad SAW.
May Allah bless her.
So, this is our response to those who humiliated our prophet.
May Allah bless us,
and give His guidance to this ummah.
Enjoy this short story o my brothers and sisters in Islam and in humanity.
Sorry in advance for grammar errors or typo in this short story.
I heard the huge commotion, as though the world was shaken and mountains were crying. I caught a glimpse from the window of my busy life. Apparently my dearest love has been insulted, again and again, numerous times. Angered and insulted, those who shared the same feelings as mine, protested by arising commotions here and there.
I took a deep breath. I was choking with emotions.
I closed my eyes and I could feel the strains of cold tears flowing on the cheeks.
I am aggrieved by both. By those who created the video and to their attitude in defacing the beauty of Islam
I thus looked back to my beloved who is now eternally embedded in the pages of the holy scripture. Trying to find something…….
For those who have insulted my beloved Prophet.
And for those who are unbecoming behaviour, in defense of my Prophet.
***************
He looked very tired. With blood and injury decorating his skin and body. Even then , Zaid bin Haritha strived to give his best, ignoring the pain and wound, resulted when the people of Ta’if stoned him.
It was then that he prayed to ALLAH swt. Affirmed all his efforts, and asked for forgiveness if this all happened because of his weaknesses. Stating what ailed him, and to ALLAH swt alone where he was able to count and rely on.
The whole universe heard the prayer, and angels descended with propositions. If desired, the mountains of Ta’if would be lifted and the tribe of Ta’if crushed with it. But in the midst of all the injury and pain, in the midst of grief and inability,
The messenger of Allah said:
“Don’t, but hope that from them, will be born of those who believe in Him(Allah Swt).”
I have not been there, but standing in that place linked only these history containing sheets, my finger holding it were shedding tears.
Is this the Muhammad s.a.w. they hated ?
Why was this not described in their stories?
Why is this then, not emulated by those who want to defend him( Muhammad saw)?
***************
He was then in a crucial moment. Ravenous humans from Quraysh kaafir (ignorant) groups were racing to end his life. Due to the non compliance of a small group of soldiers in the military, the line of the Muslim army in the field had been destroyed, enabling the enemy soldiers to break through to the last frontier. All for the thirst of his blood.
During this alarming moment, before other companions arrived, only Sa’ad bin Abi Waqqas and Talha bin Ubaidullah, was beside, defending the Prophet with all their strength and ability.
At that time Ibn Qami’ah from the opposing team managed to break through and threw hits. First, his shoulders became the victims, then his cheek. The strap of his steel helmet, entrapped into his cheek. Some of his teeth were broken, and then the blood began to flow freely. He had to use his bare hands to retain his gushing blood.
At that moment he uttered:,
“O Lord , forgive my people, they are indeed ignorant”
And Abu Ubaidah who have just arrived, immediately proceeded to disconnect the helmet strap, to which his own teeth fell out. Then came Abu Talhah, followed by Abdurrahman bin Auf and Abu Bakr to defend him( the prophet) and fought off the enemy from that area.
The atmosphere was very touching. I was not there. But it is as though I was there.
My heart heavily pounded, just by visualising the event.
.
Why was this not being told?
And why, this attribute of our prophet didn’t become an example?
***************
He seemed passionate when he cordially raced away with his beloved wife Aisyah. Was affectionate to his wives at home. He loves them all, Hafsah, Umm Salamah, Zaynab bint Jahsy and those wives who were loyal and faithful, nevertheless always praising and remembering his first wife Khadijah with love and affection.
Despite being busy and with war, resistance, sermons, friends and colleagues, he never carried all the stress and pressure home, yet allocating time to mingling with his wives, his children and helping in managing the household affairs.
The Prophet also set excellent examples to his wives. At times when Aisyah accidently dropped the bread she was carrying, he will pick it up, blow it clean then continue to eat it. There shouldn’t be wastage, he emphasized.
During the times, when, out of jealousy , Ayesha slaps the meal tray coming from Zainab,his other wife to the ground, he would calmly and gently entice her to pick it up and send a meal back to Zainab in reciprocation.
If it was true the he was a sex maniac, a pedophile, a women abuser, then why was his wives happy and then became the alliance in spreading the teachings brought by him?
He advocated the rights of women, the wives, who was at that time only considered as a place for sexual satisfaction and slaves. He honored the women and respected them. And he neither retorted at his wives if there was no food prepared nor did he fuss when his meal was not up to his expectation.
Then , why all these were not told at all?
And why, from among his coreligionists, who claim to have faith in him, have not followed his footsteps in doing justice to their women?
I was not there, nor did I exist when He existed, but I never failed to feel alive with him. I pressed the holy book against my face, if only these writings enabled me to breathe his fragrance.
Tears flowed…
***************
Do people recognize Abdullah ibn Ubayy ibn Salul? Head of hypocrites. Among those who created a turmoil by spreading about the lies on Aisyah being disloyal. Who made 300 military from the 1,000 soldiers sent to Uhud return back to Madinah. He who publicly and shamelessly claimed that he will chase Muhammad saw out of Medina.
To the extend, Umar RA who known for defending Muhammad wanted to decapitate Abdullah.
But what did the Prophet do?
He prevented Umar RA, and said:
“Do you want people to say, that Muhammad killed his own kin?”
And when Abdullah ibn Ubayy ibn Salul passed away, he performed the Funeral Prayers and prayed for him with love. But ALLAH swt Himself prevented him in doing so. And then came the verse:
“You ask forgiveness for them or do not you ask forgiveness for them (is the same). Even if ye ask forgiveness for them seventy times, Allah will never forgive them. That is because they disbelieved in Allah and His Messenger. And Allah does not guide the transgressing people.” Surah At-Tawbah verse 80.
But being passionate, he said: “And I will pray for forgiveness for him more than 70 times.”
And then ALLAH swt gave the meaning and the assertion of the verse:
“And do thou pray (funeral) a person who died in them, and do not stand (pray) in his grave. They disbelieved in Allah and His Messenger, and died in a state of perverse rebellion. “ Surah At-Tawbah verse 84.
And made the Prophet understand that there is no forgiveness, for those die without repenting his sins.
But the Prophet’s love shined his actions at that time. Even Abdullah ibn Ubayy Ibn Salul endeavored to hurt him, day after day, time after time.
But look at how the Prophet treated him. Strived to the end for all his Nation to attain paradise.
Why were all these not told by them?
Why did this remarkable majestic and beauty of this attitude not emulated by those who want to defend him?
I was not there. But these stories live with me. I am always searching for all these in today’s life, especially within myself.
Where is he, the one we love, in our daily lives?
***************
During the time when the completely armored army was moving from the four corners of Mecca, the holy city was rocked by the tramping sounds of men and animals. All that existed in the city trembled. Playing back in their hearts and minds; all the tortures, insults, murder attempts, the rebellious campaigns that they did against the Prophet.
Everyone rushed into their homes. Some were hiding in the Grand Mosque, and Abu Sufyan was hiding with his family in his house.
Before the coming to Makkah with his 10,000 soldiers, the noble Prophet sent Abu Sufyan back to Makkah with a message full of humanity:
“Those who entered the house of Abu Sufyan, will be safe. Those who entered their homes will be safe. Those who entered the mosque, will be safe. “
And then a call came for all to gathered around the Prophet. There were spies who managed to see how he came through riding the camel. Not even his honorable body claimed that he should do so; but he bowed down, till his head was almost touching his camel’s back. His mouth humbly whispering his success to Allah swt.
Whilst everyone in Mecca waited in silence for his decision, he asked:
“What do all of you assume I will do?”
The one standing closest to him said:
“We have known you for a good person, and we are sure you will do us good things only.”
Then he smiled, and he who was tortured, humiliated and wished dead by the people of Mecca said:
“Today, I say to you as Joseph had spoken to his relatives: On this day no insult should become on you, I hope that Allah will forgive you, and He is the Most Merciful among the Merciful (Surah Yusuf,verse 92)”
Yes. I was not there that day. Not there at that moment. Yet, I could feel his love.
How could a war and blood a crazy person perform such actions?
How is a sex maniac capable of moral in such a way?
Why was these not told by them?
***************
They have insulted our Prophet, without realizing how much he loved all those among the Prophets. Often teaching his community, Moses and Jesus are his brothers.
They have insult the beloved Prophet, without taking into consideration how often he instructed his troops not to indiscriminately chop down trees, not to disturb the people who were in their houses and those who were worshipping.
History itself acknowledges Salahuddin Al-Ayubi as a testament to the beauty of our Prophet’s teachings, how peaceful he concurred Jerusalem and sympathized with its people, though the troops from Jerusalem are among the Christian Crusaders who shed the blood of those against them to the height of horses knees.
Sometimes I am puzzled with how they trot our noble Prophet.
If what good is said, is right about this holy man, then why does the Muslim community resort to violence?
Yes. I wonder when a Muslim somewhere; does something wrong, all that is blamed is Islam.
I want to ask,
When the nuclear bombs fell on Hiroshima and Nagasaki was this in the teachings from the Bible?
Then,
Is Christianity to blamed or the Bible was to be held responsible for these cruel actions of these ignorants?
I want to ask ,
The taking of the Palestine land and the establishment of Israel, murders after murders, and all the tyranny and cruelty, is it the teaching of the Torah?
Does this give me a reason in wanting to insult Judaism for all these violation?
Islam is always blamed for one individual Muslims behavior,
Will they be able to accept, if I am to blame Christianity for actions of Christians and Judaism for action of its Jewish followers?
Certainly on the basis of human rights, you will be upset, and angered by me. But evaluate it for yourselves!
Every time, shamelessly and without a thorough study and observation, they insult our beloved Prophet Muhammad, Islam, and the oneness and sanctity of Allah swt. He has been slandered as sex crazy and blood crazy.
It is nothing but scruples slanders and defamation without completely looking at all angles of his life!
How he attended to his grandchildren who sometimes played thereon while he was performing his solah,
How he joked and respectfully mingled with older women who held grandmother status,
How he sat together with the poor people, to an extend those who came up to see him could not distinguish the difference in status between him and them.
How honourable he was, how merciful he was in passing any sentence or punishment, how he hated tyranny.
Why was these not raised or mentioned?
And what made me more puzzled is; why they did those claiming to defend him, did not persistently emulated him?
***************
I opened my eyes, glazed away from the ocean of reference. I put down the magnificent scripture that told all the history, and took a deep breath.
My beloved Messenger of Allah, noble and beautiful in his personality, never killed anyone who was not supposed to. And if someone was found guilty, only the guilty was punished. In Islam, children will not inherit the sins of their parents and one will not inherit the sins of others.
In Islamic teachings, bombing buildings and killing innocent people for the mistakes and the damage done by others to the Muslim community are prohibited.
On the contrary, the other party, who proclaimed themselves intellectuals, didn’t think; who will not be angry and emotionally distracted when one’s beloved, who is considered higher than oneself is humiliated?
Hence, why provoke unrest?
Is not it enough all the previous videos of humiliation of the Islamic teaching and lifestyle, the Prophet, even Allah swt himself insulted by the insatiable?
Is it not enough?
And to my brothers, somehow I recall the numerous times we have received such provocation. Haven’t we learnt? Indeed they deliberately want to make us angry and then react the way they are not supposed to, so that their journey and battle to smear Islam becomes easier.
I am always thinking how to change this situation….
So finally I realise myself.
Hey, why I’m still sitting here?
So I stand up and proceeded to execute my next task.
I lifted my smart phone, I dialed for Umar Mita’s number, my good friend, a photographer and a videographer specialist.
“Assalamualaykum Umar, let’s do a video. Our prophet has been insulted again. We should return something to them, in a most appropriate way. “
Then I switched on my computer. On my social sites, I saw Ameen Misran my friend, a great English poet. So I sent the message:
“Ameen, create a poem, lets show our love for our beloved Prophet. There are people who have insulted our Prophet. Let us return something to them, in a most deserving way.”
Then I notice one of my brothers in Islam from Europe had written a great poetry, I gladly to shared.
I thought of my friend Uzair who is an astute student of religion, so I call him:
“Uzair, someone have insulted our prophet. Write an article or note, we should comment on this issue. “
I have the ability to write a story, so I wrote a little story.
Once completed, I went out of the house to mingle with my community as usual. Calling my brothers to gather, sat in a circle to enlighten our understandings and discussed this matter.
“Preaching should be further intensified. To convey the beauty of Islam, and shaping wonderful personalities to become ambassadors of Islam to the community. To reach the moment where we can build our own system, and demolish this damaged system. Lifting justice and eradicating injustice. So that more people love this faith, their Lord(Allah swt), and His Prophet. “
Yes. This is my response.
And I hope that soon, Allah swt will unite me with my beloved who have been insulted.
At least I want to be able to say with him later:
“O my beloved, I have defended you, by the way you have taught me to .”
Yes. That is what I will do, when you insult my Prophet.
Berita: Personel Assistant LangitIlahi Consultancy.
Memperkenalkan PA LangitIlahi Consultancy.
Saudara Muhammad Ar-Rasyid bin Ja’far.
Sekiranya anda ingin menjemput mana-mana personel LangitIlahi seperti Hilal Asyraf contohnya,
bolehlah menghubungi saudara Muhammad Ar-Rasyid pada email dan nombor yang tertera pada gambar.
Prosedur menjemput personel LangitIlahi boleh dirujuk di sini:
http://langitilahi.com/9916
InsyaAllah kami menerima jemputan dari peringkat sekolah menengah hingga ke universiti setakat ini.
Semoga Allah SWT redha dan mempermudahkan urusan dakwah ini. Mari Menjadi Hamba!