Yusiana Basuki's Blog, page 3
August 8, 2012
Perfect Storm
Ngaku nich, akhir-akhir ini lagi "jatuh cinta" sama film-film Korea. Menurut saya kualitasnya sangat prima dan bisa bikin kecanduan. Netflix adalah sarana yang relatively murah dan mudah untuk menikmati berbagai film-film dari Korea serta dari berbagai penjuru dunia.
Beberapa hari lalu menyaksikan film 'Silenced' dan cukup menyentuh jalan ceritanya terlebih lagi karena diinformasikan di awal film bahwa ceritanya adalah berdasarkan kisah nyata. Bila para pelaku tindak pidana bermain mata dan berkolusi dengan para penegak hukum (Polisi, jaksa, pengacara, dan hakim) serta pejabat-pejabat lain yang berkaitan serta bertopengkan bak seseorang yang suci maka hasilnya adalah "Perfect Storm", hancurnya hati nurani dan menyuburkan/menyebarkan kebiadaban yang terjadi di dunia ini dan seperti biasa orang-orang yang lemah yang menjadi korbannya.
But be realistic, untuk mengubah dunia rasanya sesuatu yang mustahil, yang kita bisa lakukan adalah membersihkan diri kita sendiri dan keluarga.
Beberapa hari lalu menyaksikan film 'Silenced' dan cukup menyentuh jalan ceritanya terlebih lagi karena diinformasikan di awal film bahwa ceritanya adalah berdasarkan kisah nyata. Bila para pelaku tindak pidana bermain mata dan berkolusi dengan para penegak hukum (Polisi, jaksa, pengacara, dan hakim) serta pejabat-pejabat lain yang berkaitan serta bertopengkan bak seseorang yang suci maka hasilnya adalah "Perfect Storm", hancurnya hati nurani dan menyuburkan/menyebarkan kebiadaban yang terjadi di dunia ini dan seperti biasa orang-orang yang lemah yang menjadi korbannya.
But be realistic, untuk mengubah dunia rasanya sesuatu yang mustahil, yang kita bisa lakukan adalah membersihkan diri kita sendiri dan keluarga.
Published on August 08, 2012 19:21
•
Tags:
film, korea, perfect-storm
July 4, 2012
Rahasia Cinta
Sebagai anak, ingin hidupnya lebih lama daripada orang tuanya sehingga bisa membantu mereka pada saat mereka membutuhkannya. Sebagai orang tua, ingin hidupnya lebih lama daripada anak-anak agar bisa memastikan bahwa kita selalu siap sedia untuk menolong mereka agar bisa mandiri dan memiliki kehidupan yang bahagia.
Karena lokasi, waktu yang dihabiskan dengan orang tua tidak bisa selama dan sesering yang diinginkan. Rasa kangen dan rindu tidak bisa dihilangkan begitu saja. Tetapi karena sudah menjadi orang tua jadi bisa merasakan bagaimana perasaan orang tua terhadap anaknya. Makanya meski "nakal-nakal" dikit ya tidak apa-apalah karena tahu betul kalau orang tua akan mencintai anak-anaknya apa adanya dan tidak peduli bagaimanapun kelakuan anak-anaknya, mereka akan tetap mencintai dan memaafkan anak-anaknya. Dalam bahasa kerennya rasa cinta ini dikenal sebagai "unconditional love" ;-).
Seandainya anak-anak tahu bagaimana rasa (rahasia) cinta orang tua ini pada mereka, mungkin saja mereka akan menyalah gunakannya. Untungnya mereka baru menyadari atau mengetahui atau meresapi rasa cinta ini setelah mereka menjadi orang tua, jadi sudah terlambat, karena pada saat ini mereka telah berpisah dari orang tuanya dan mandiri, malah sebaliknya bisa menghargai nilai cinta orang tua terhadap anak-anaknya karena sudah mengalaminya sendiri.
Dengan usia kita yang saat ini sudah setengah abad, banyak diantara orang tua kita yang telah kembali kepadaNya. Tentu saja kita sangat sedih sewaktu mereka "pergi". Tetapi bila ada anak kita yang "pergi" lebih dahulu daripada kita, rasa sedih ini menjadi berlipat ganda dan sering tidak tertahankan. Situasi ini semakin membuktikan bahwa rasa cinta orang tua kepada anaknya ini adalah hal yang sangat luar biasa; unconditional love yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Karena lokasi, waktu yang dihabiskan dengan orang tua tidak bisa selama dan sesering yang diinginkan. Rasa kangen dan rindu tidak bisa dihilangkan begitu saja. Tetapi karena sudah menjadi orang tua jadi bisa merasakan bagaimana perasaan orang tua terhadap anaknya. Makanya meski "nakal-nakal" dikit ya tidak apa-apalah karena tahu betul kalau orang tua akan mencintai anak-anaknya apa adanya dan tidak peduli bagaimanapun kelakuan anak-anaknya, mereka akan tetap mencintai dan memaafkan anak-anaknya. Dalam bahasa kerennya rasa cinta ini dikenal sebagai "unconditional love" ;-).
Seandainya anak-anak tahu bagaimana rasa (rahasia) cinta orang tua ini pada mereka, mungkin saja mereka akan menyalah gunakannya. Untungnya mereka baru menyadari atau mengetahui atau meresapi rasa cinta ini setelah mereka menjadi orang tua, jadi sudah terlambat, karena pada saat ini mereka telah berpisah dari orang tuanya dan mandiri, malah sebaliknya bisa menghargai nilai cinta orang tua terhadap anak-anaknya karena sudah mengalaminya sendiri.
Dengan usia kita yang saat ini sudah setengah abad, banyak diantara orang tua kita yang telah kembali kepadaNya. Tentu saja kita sangat sedih sewaktu mereka "pergi". Tetapi bila ada anak kita yang "pergi" lebih dahulu daripada kita, rasa sedih ini menjadi berlipat ganda dan sering tidak tertahankan. Situasi ini semakin membuktikan bahwa rasa cinta orang tua kepada anaknya ini adalah hal yang sangat luar biasa; unconditional love yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Published on July 04, 2012 18:25
•
Tags:
anak, cinta, orang-tua, unconditional-love
June 25, 2012
Be More Sensitive
Even though, I think that in general I am a sensitive person but I am still struggling to be a better one.
Sejak kecil jarang sekali ada sentuhan atau tekanan atau kebutuhan untuk sensitive terhadap perasaan atau kebutuhan orang-orang lain di sekitarnya. Tinggal di lingkungan yang relatively normal, di lingkungan yang relatively 'hakuna matata'. Sekolah di tempat yang relatively bagus, punya teman-teman yang pintar-pintar yang nampaknya mereka semua tidak punya masalah, yang akan punya kehidupan yang cerah.
Setelah melangkah keluar menjadi lebih terasa, lho kok beda ya dengan orang-orang sekitarnya, lho kok yang kayak saya sangat-sangat sedikit sekali, lho kok cara mereka ngomong kedengaran aneh. Ahh, baru terasa kalau saya sekarang masuk dalam kategori yang super-super minoritas. Orang-orang sekitar memandang saya dengan anehnya, mungkin pikirnya, ini orang dari planet mana, kesasar kali.
Dengan berjalannya waktu menjadi belajar untuk lebih sensitive terhadap orang-orang yang minoritas. Bukan hanya minoritas dalam hal suku, ras, agama, atau nationality tetapi juga minoritas dalam hal appearances, behaviors, way of thinkings, wealthiness, ataupun minoritas dalam hal yang lainnya. Betapa mereka hampir selalu ditindas, dianiaya dan disepelekan oleh kelompok mayoritas, baik secara fisik ataupun secara mental. Kelompok mayoritas hampir selalu merasa pongah, gagah, dan dengan bangganya menjajah orang-orang yang tidak masuk dalam kelompok mereka.
Sekarang ini, kalau berhadapan dengan pejabat akan memperlakukan mereka sama saja dengan rakyat. Kalau berhadapan dengan orang yang naik Mercedes perasaannya sama saja kalau ketemu dengan orang yang naik bajay. Kalau berhadapan dengan orang yang tinggal di ‘Ritz-Carlton’ sama saja dengan orang yang tinggal di Motel.
Still, I am struggling for not judging people by their attributes or appearances or situations or way of thinkings or behaviors, or what ever it is. Its getting better over time but still need some improvements. I really want to be able to respect people regardless who they are, anytime, anywhere.
Sejak kecil jarang sekali ada sentuhan atau tekanan atau kebutuhan untuk sensitive terhadap perasaan atau kebutuhan orang-orang lain di sekitarnya. Tinggal di lingkungan yang relatively normal, di lingkungan yang relatively 'hakuna matata'. Sekolah di tempat yang relatively bagus, punya teman-teman yang pintar-pintar yang nampaknya mereka semua tidak punya masalah, yang akan punya kehidupan yang cerah.
Setelah melangkah keluar menjadi lebih terasa, lho kok beda ya dengan orang-orang sekitarnya, lho kok yang kayak saya sangat-sangat sedikit sekali, lho kok cara mereka ngomong kedengaran aneh. Ahh, baru terasa kalau saya sekarang masuk dalam kategori yang super-super minoritas. Orang-orang sekitar memandang saya dengan anehnya, mungkin pikirnya, ini orang dari planet mana, kesasar kali.
Dengan berjalannya waktu menjadi belajar untuk lebih sensitive terhadap orang-orang yang minoritas. Bukan hanya minoritas dalam hal suku, ras, agama, atau nationality tetapi juga minoritas dalam hal appearances, behaviors, way of thinkings, wealthiness, ataupun minoritas dalam hal yang lainnya. Betapa mereka hampir selalu ditindas, dianiaya dan disepelekan oleh kelompok mayoritas, baik secara fisik ataupun secara mental. Kelompok mayoritas hampir selalu merasa pongah, gagah, dan dengan bangganya menjajah orang-orang yang tidak masuk dalam kelompok mereka.
Sekarang ini, kalau berhadapan dengan pejabat akan memperlakukan mereka sama saja dengan rakyat. Kalau berhadapan dengan orang yang naik Mercedes perasaannya sama saja kalau ketemu dengan orang yang naik bajay. Kalau berhadapan dengan orang yang tinggal di ‘Ritz-Carlton’ sama saja dengan orang yang tinggal di Motel.
Still, I am struggling for not judging people by their attributes or appearances or situations or way of thinkings or behaviors, or what ever it is. Its getting better over time but still need some improvements. I really want to be able to respect people regardless who they are, anytime, anywhere.
Published on June 25, 2012 10:34
•
Tags:
agama, behaviors, nationality, ras, respect, sensitive, struggling
June 18, 2012
TIME
Time does heal, but there are scars always remain.
I look upon the scars as marks of my fight to keep my identity.
As loss is a lesson of vulnerability;
It teaches us that we have no guarantee
Against having to give up the people most precious to us.
No one completely recovers from a significant loss;
Some emotional vulnerabilities stay.
We wear coats with grief in the pockets for the rest of our lives.
But not every pocket is filled with sorrow, some with sweet memories.
The coat becomes less heavy as the older it becomes.
I look upon the scars as marks of my fight to keep my identity.
As loss is a lesson of vulnerability;
It teaches us that we have no guarantee
Against having to give up the people most precious to us.
No one completely recovers from a significant loss;
Some emotional vulnerabilities stay.
We wear coats with grief in the pockets for the rest of our lives.
But not every pocket is filled with sorrow, some with sweet memories.
The coat becomes less heavy as the older it becomes.
May 13, 2012
Peranan Seorang Ibu
Merupakah suatu kehormatan bagi seorang wanita menjadi seorang ibu karena Tuhan mempercayakannya untuk merawat, membesarkan dan mendidik ciptaanNya. Ada kalanya kami, kaum ibu, merasa anak adalah miliknya dan sering lupa bahwa anak hanyalah titipan Tuhan. Oleh karena itu, sering seorang ibu mengharapkan anak-anaknya tumbuh menjadi orang-orang yang didambakan oleh ibunya. Hal ini saya alami sendiri dengan putera-puteri saya. Terutama dengan puteri pertama, saya belajar pertama kali cinta tak bersyarat (unconditional love) dan bersabar melalui anak pertama. Tapi, sering kali saya lupa bahwa anak-anak saya memiliki sifat, bakat dan kepribadian yang tidak mutlak sama dengan saya. Dalam hal ini, saya sering memaksakan kehendak saya dan berpikir bahwa itulah yang terbaik buat anak-anak saya, padahal belum tentu menurut anak-anak saya. Sewaktu Trixie dan Ernest masih kanak-kanak, saya mengkursuskan mereka piano, ballet, karate, dan sebagainya dengan harapan bahwa mereka akan tumbuh menjadi orang-orang yang saya inginkan. Mereka harus pandai dan mendapat nilai A di sekolah. Pada saat itu saya berpikir begitulah menjadi seorang ibu yang baik, mampu mencetak pribadi-pribadi yang luar biasa, pandai secara akademi dan ketrampilan lainnya. Saya juga mengharuskan mereka ke gereja setiap minggu dan ikut kelas agama (CCD) seminggu sekali, mereka melalui tahapan sebagai pemeluk agama Katolik, dibaptis, mendapatkan komuni pertama, lalu sakramen penguatan. Rasanya saya merasa puas telah melakukan semua itu bahwa itulah tugas saya sebagai seorang ibu. Saya lupa bahwa anak-anak adalah titipan Tuhan, dan bukan milik kita. Kita ditugaskan untuk merawat dan mendidiknya, tetapi bukan menjadikan mereka seperti kita atau yang kita idamkan.
Ternyata apa yang menurut saya baik tidak begitu halnya menurut Trixie dan Ernest. Di saat mereka beranjak dewasa, mereka menunjukkan sikap unjuk rasa. Trixie les piano dan ballet dari berumur 5 tahun dan sampai lulus SMA. Saya pikir dia menyukainya sebab tidak pernah protes dan melakukan hal-hal yang saya inginkan tanpa keluhan. Tetapi, begitu lulus SMA dia berhenti main piano ataupun ballet. Saya tidak menyadari bahwa sebenarnya itu adalah ungkapan bahwa dia tidak menyukai piano ataupun ballet. Pada saat masuk universitas, Trixie dengan patuhnya memenuhi keinginan saya mengambil jurusan bisnis dengan major di finance. Setelah lulus, dia pun bekerja sebagai finance consultant seperti harapan saya. Suatu hari dia memberontak, dan tidak ingin lagi menuruti keinginan saya. Dia berhenti bekerja sebagai finance consultant di perusahaan GE, dan akan kembali ke bangku kuliah untuk memenuhi inspirasinya menjadi law maker untuk menolong orang-orang kecil. Kesadaran saya sebagai seorang ibu saat itu sudah terlambat bahwa seharusnya saya tidak memaksakan kehendak saya pada Trixie. Tetapi, Trixie cukup berbaik hati dan dengan bijaksana mengatakan pada saya bahwa "I'm your first born, you put your hope and dreams in me."
Saya pengagum karya-karya Kahlil Gibran. Saya mengutip definisi anak dari buku "The Prophet."
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life's longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you, yet they belong not to you.
You may give them your love but not your thoughts.
For they have their own thoughts,
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them,
But seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.
You are the bows from which your children
As living arrows are sent forth.
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might
That His arrows may go swift and far.
Let your bending in the archer's hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
So He loves also the bow that is stable.
Singkat kata dari syair tersebut adalah orang tua berperan sebagai busur dan anak-anak adalah anak panah, dan Tuhan sebagai pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah. Sebagai busur, orang tua diharapkan stabil dalam mengarahkan bidikan anak panah supaya anak panah mencapai sasaran bidikan. Orang tua jangan berperan sebagai Tuhan atau pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah. Orang tua hanya sebagai pembimbing/busur yang mengarahkan anak panah untuk mencapai sasaran bidikan yang sudah ditentukan oleh pemanah, yaitu Tuhan.
Meskipun kesadaran saya sebagai seorang ibu yang mencoba bertindak sebagai pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah sudah terlambat untuk puteri pertama saya, Trixie, tetapi belum terlambat buat anak-anak saya yang lain. Mulai dari sekarang saya mencoba menjadi busur yang stabil untuk membimbing anak-anak panah saya, Ernest, Adrian dan Diana mencapai sasaran bidikan yang sudah ditentukan oleh sang pemanah, yaitu Tuhan.
Ternyata apa yang menurut saya baik tidak begitu halnya menurut Trixie dan Ernest. Di saat mereka beranjak dewasa, mereka menunjukkan sikap unjuk rasa. Trixie les piano dan ballet dari berumur 5 tahun dan sampai lulus SMA. Saya pikir dia menyukainya sebab tidak pernah protes dan melakukan hal-hal yang saya inginkan tanpa keluhan. Tetapi, begitu lulus SMA dia berhenti main piano ataupun ballet. Saya tidak menyadari bahwa sebenarnya itu adalah ungkapan bahwa dia tidak menyukai piano ataupun ballet. Pada saat masuk universitas, Trixie dengan patuhnya memenuhi keinginan saya mengambil jurusan bisnis dengan major di finance. Setelah lulus, dia pun bekerja sebagai finance consultant seperti harapan saya. Suatu hari dia memberontak, dan tidak ingin lagi menuruti keinginan saya. Dia berhenti bekerja sebagai finance consultant di perusahaan GE, dan akan kembali ke bangku kuliah untuk memenuhi inspirasinya menjadi law maker untuk menolong orang-orang kecil. Kesadaran saya sebagai seorang ibu saat itu sudah terlambat bahwa seharusnya saya tidak memaksakan kehendak saya pada Trixie. Tetapi, Trixie cukup berbaik hati dan dengan bijaksana mengatakan pada saya bahwa "I'm your first born, you put your hope and dreams in me."
Saya pengagum karya-karya Kahlil Gibran. Saya mengutip definisi anak dari buku "The Prophet."
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life's longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you, yet they belong not to you.
You may give them your love but not your thoughts.
For they have their own thoughts,
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them,
But seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.
You are the bows from which your children
As living arrows are sent forth.
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might
That His arrows may go swift and far.
Let your bending in the archer's hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
So He loves also the bow that is stable.
Singkat kata dari syair tersebut adalah orang tua berperan sebagai busur dan anak-anak adalah anak panah, dan Tuhan sebagai pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah. Sebagai busur, orang tua diharapkan stabil dalam mengarahkan bidikan anak panah supaya anak panah mencapai sasaran bidikan. Orang tua jangan berperan sebagai Tuhan atau pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah. Orang tua hanya sebagai pembimbing/busur yang mengarahkan anak panah untuk mencapai sasaran bidikan yang sudah ditentukan oleh pemanah, yaitu Tuhan.
Meskipun kesadaran saya sebagai seorang ibu yang mencoba bertindak sebagai pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah sudah terlambat untuk puteri pertama saya, Trixie, tetapi belum terlambat buat anak-anak saya yang lain. Mulai dari sekarang saya mencoba menjadi busur yang stabil untuk membimbing anak-anak panah saya, Ernest, Adrian dan Diana mencapai sasaran bidikan yang sudah ditentukan oleh sang pemanah, yaitu Tuhan.
Published on May 13, 2012 18:29
•
Tags:
busur, ibu, kahlil-gibran, panah, tuhan, unconditional-love
December 3, 2011
Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Beberapa waktu yang lalu, seorang pengajar senior perguruan tinggi negeri dari Indonesia mampir ke rumah. Beliau berada di Amerika karena ditugaskan oleh Dikti untuk melakukan studi yang pada akhirnya akan menulis sebuah buku yang akan diterbitkan di Indonesia yang akan dipakai oleh para pengajar lainnya ataupun para mahasiswa. Banyak hal yang diobrolkan, diantaranya, selama disini, beliau suka berkunjung ke berbagai perkumpulan masyarakat Indonesia di Amerika. Beliau cukup terkesan dengan para perantau (Tenaga Kerja Indonesia (TKI)) ini, khususnya para professionalnya. Banyak diantara para professional ini cukup berhasil; punya kerjaan yang mapan, rumah, mobil, dan lain-lain; mempunyai taraf kehidupan seperti layaknya orang Amerika “asli”.
Menurut beliau, sebenarnya banyak orang Indonesia yang mumpuni, kalau mereka mau merantau ke negeri orang, mereka akan mampu bersaing dengan orang lokal bahkan tidak sedikit yang lebih berprestasi daripada orang lokalnya. Beliau juga bercerita, sewaktu sekolah di Amerika di tahun delapan puluhan, beliau menjadi juara pertama di kelasnya, mampu bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya, baik lokal, regional ataupun internasional. Para professional dari Indonesia ini juga akan ikut serta dalam menambah devisa negara karena sebagian dari mereka tentunya akan mengirimkan sebagian penghasilannya ke tanah air. Seandainya lebih banyak orang Indonesia yang merantau ke Amerika tentunya akan lebih baik lagi buat bumi pertiwi.
Selain itu saya juga menambahkan kisah perjalanan kerja professional saya yang pada dasarnya mengkonfirmasikan apa yang sudah dipikirkan/disimpulkan oleh beliau. Di tempat kerja, saya mampu bersaing dengan tenaga kerja Amerika yang lainnya; baik dengan mereka yang sama-sama sebagai orang perantau dari berbagai belahan dunia ataupun dengan orang Amerika “asli”-nya.
Selalu terbayang dalam benak saya, seandainya teman-teman SMA dan kuliah saya di Indonesia juga merantau ke Amerika, tentunya mereka juga akan berhasil. Saya tahu sekali, teman-teman ini sangat berkualitas dan berprestasi tinggi. Dan saya yakin, selain teman-teman yang saya ketahui ini, masih banyak lagi orang Indonesia yang hebat-hebat. Seandainya, seandainya, seandainya, sebagian dari mereka ini mau merantau ke sini, tentunya akan mengibarkan nama Indonesia di Amerika, mungkin akan sebanding, kalau tidak lebih baik, dengan kualitas tenaga kerja dari India.
Semoga saja, untuk kedepannya, akan lebih banyak lagi orang Indonesia yang akan merantau ke luar negeri. Setidaknya, dari pengajar senior ini, akan memotivasi tenaga kerja muda Indonesia agar mereka mempersiapkan diri dengan lebih baik lagi agar mampu bersaing ke tingkat dunia.
Menurut beliau, sebenarnya banyak orang Indonesia yang mumpuni, kalau mereka mau merantau ke negeri orang, mereka akan mampu bersaing dengan orang lokal bahkan tidak sedikit yang lebih berprestasi daripada orang lokalnya. Beliau juga bercerita, sewaktu sekolah di Amerika di tahun delapan puluhan, beliau menjadi juara pertama di kelasnya, mampu bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya, baik lokal, regional ataupun internasional. Para professional dari Indonesia ini juga akan ikut serta dalam menambah devisa negara karena sebagian dari mereka tentunya akan mengirimkan sebagian penghasilannya ke tanah air. Seandainya lebih banyak orang Indonesia yang merantau ke Amerika tentunya akan lebih baik lagi buat bumi pertiwi.
Selain itu saya juga menambahkan kisah perjalanan kerja professional saya yang pada dasarnya mengkonfirmasikan apa yang sudah dipikirkan/disimpulkan oleh beliau. Di tempat kerja, saya mampu bersaing dengan tenaga kerja Amerika yang lainnya; baik dengan mereka yang sama-sama sebagai orang perantau dari berbagai belahan dunia ataupun dengan orang Amerika “asli”-nya.
Selalu terbayang dalam benak saya, seandainya teman-teman SMA dan kuliah saya di Indonesia juga merantau ke Amerika, tentunya mereka juga akan berhasil. Saya tahu sekali, teman-teman ini sangat berkualitas dan berprestasi tinggi. Dan saya yakin, selain teman-teman yang saya ketahui ini, masih banyak lagi orang Indonesia yang hebat-hebat. Seandainya, seandainya, seandainya, sebagian dari mereka ini mau merantau ke sini, tentunya akan mengibarkan nama Indonesia di Amerika, mungkin akan sebanding, kalau tidak lebih baik, dengan kualitas tenaga kerja dari India.
Semoga saja, untuk kedepannya, akan lebih banyak lagi orang Indonesia yang akan merantau ke luar negeri. Setidaknya, dari pengajar senior ini, akan memotivasi tenaga kerja muda Indonesia agar mereka mempersiapkan diri dengan lebih baik lagi agar mampu bersaing ke tingkat dunia.
November 23, 2011
Thanksgiving
Sebenarnya apa makna dari Thanksgiving? Setiap orang menginterpretasikannya sendiri-sendiri berdasarkan pengalaman hidup mereka. Aslinya, Thanksgiving adalah ungkapan rasa terima kasih kepada orang Indian (native american) dari bangsa pendatang (Pilgrim) karena mereka telah mengajari bangsa pendatang yang kurang/tidak mengenal daerah "jajahannya" dengan baik. Orang-orang Indian tersebut memberi mereka makanan di musim dingin sehingga tidak kelaparan dan orang-orang Indian itu juga mengajari mereka bagaimana bercocok tanam di daerah tersebut sehingga di musim dingin yang berikutnya mereka bisa mempunyai makanan yang cukup.
Buat sebagian orang, Thanksgiving adalah masanya untuk berbelanja. Thanksgiving dirayakan setiap hari Kamis ke-empat di bulan November. Hari setelah Thanksgiving adalah hari yang selalu dinanti-nanti karena hari itu adalah hari Jum'at yang juga dikenal sebagai "Black Friday". Pada hari Jum'at ini hampir semua toko-toko menjual barangnya dengan diskon yang cukup besar. Banyak orang yang rela untuk mengantri dari malam sebelumnya di pintu gerbang toko yang mereka sudah incar. Biasanya di saat-saat Thanksgiving udaranya sudah mulai dingin sehingga mereka harus pakai jaket tebal, kaos tangan, topi, dan sebagainya untuk menghangatkan diri. Disaat pintu toko dibuka, mereka berebut, sikat-sikut, untuk meraih barang yang sudah diincarnya. Tidak jarang diantara mereka sampai gontok-gontokan, saling tonjok sana-sini, adu argumentasi untuk mendapatkan barangnya. Nampaknya mereka merasa sangat puas kalau bisa membeli barang yang diimpikan biarpun harus berdingin ria berjam-jam sebelumnya, sikat-sikut, dan bersilat lidah dengan pembelanja yang lain.
Buat sebagian orang lagi, Thanksgiving adalah masanya untuk bersyukur kepada yang Kuasa. Berterima kasih atas berkah yang sudah dilimpahkan selama ini dan peringatan Thanksgiving ini adalah waktu yang sangat tepat untuk membagikan sebagian yang dimiliki kepada orang lain yang membutuhkan.
Ada juga yang memanfaatkan moment ini untuk meluangkan waktu bertemu dan bercengkerama dengan anggota keluarga; baik dengan keluarga sendiri (pasangan hidupnya dan anak-anak) ataupun dengan keluarga dekatnya (paman, tante, kakek, nenek, cucu, dll).
Happy Thanksgiving.
Buat sebagian orang, Thanksgiving adalah masanya untuk berbelanja. Thanksgiving dirayakan setiap hari Kamis ke-empat di bulan November. Hari setelah Thanksgiving adalah hari yang selalu dinanti-nanti karena hari itu adalah hari Jum'at yang juga dikenal sebagai "Black Friday". Pada hari Jum'at ini hampir semua toko-toko menjual barangnya dengan diskon yang cukup besar. Banyak orang yang rela untuk mengantri dari malam sebelumnya di pintu gerbang toko yang mereka sudah incar. Biasanya di saat-saat Thanksgiving udaranya sudah mulai dingin sehingga mereka harus pakai jaket tebal, kaos tangan, topi, dan sebagainya untuk menghangatkan diri. Disaat pintu toko dibuka, mereka berebut, sikat-sikut, untuk meraih barang yang sudah diincarnya. Tidak jarang diantara mereka sampai gontok-gontokan, saling tonjok sana-sini, adu argumentasi untuk mendapatkan barangnya. Nampaknya mereka merasa sangat puas kalau bisa membeli barang yang diimpikan biarpun harus berdingin ria berjam-jam sebelumnya, sikat-sikut, dan bersilat lidah dengan pembelanja yang lain.
Buat sebagian orang lagi, Thanksgiving adalah masanya untuk bersyukur kepada yang Kuasa. Berterima kasih atas berkah yang sudah dilimpahkan selama ini dan peringatan Thanksgiving ini adalah waktu yang sangat tepat untuk membagikan sebagian yang dimiliki kepada orang lain yang membutuhkan.
Ada juga yang memanfaatkan moment ini untuk meluangkan waktu bertemu dan bercengkerama dengan anggota keluarga; baik dengan keluarga sendiri (pasangan hidupnya dan anak-anak) ataupun dengan keluarga dekatnya (paman, tante, kakek, nenek, cucu, dll).
Happy Thanksgiving.
Published on November 23, 2011 19:50
•
Tags:
black-friday, god, indian, native-american, pilgrim, thanksgiving
November 12, 2011
Ketik Mengetik
Waktu kuliah dulu, kalau pas harus buat laporan, saya sempat “iri” sama teman, sebut saja, Rina. Buat Rina, tinggal meletakkan jari jemarinya di atas keyboard dan membiarkannya menari-nari diatasnya dengan luwes, lincah dan akurat. Kepalanya bisa meleng kesana kemari tapi jari jemarinya terus menari seakan-akan jemarinya punya mata dan tahu tombol mana yang harus ditekan. Laporanpun bisa diselesaikan dengan cepatnya.
Sedangkan saya, dengan teknik sebelas jari, ketikannya tidak pernah selesai. Mata terus menerus bergiliran melihat monitor, keyboard, kertas, terus menerus berputar tak henti-hentinya, belum lagi banyak salah tekan tombolnya. Jadinya sering frustasi, untungnya masih sabar dengan segala kekurangannya.
Waktu sekolah disini, kekurangmampuan dengan masalah ketik mengetik ini nampak makin kentara setelah melihat orang-orang sekitarnya yang teknik mengetiknya sudah secanggih Rina. Bukan saja para sekretaris tapi juga dosen, mahasiswa, karyawan university, dan yang lainnya. Juga para dokter, perawat, dan lain-lain.
Setelah mulai kerja, kelemahan ini menjadi hal yang mengkhawatirkan karena kebanyakan komunikasi dengan karyawan lainnya adalah dengan chatting lewat Intranet. Kalau pas ngobrol lewat chatting, mengetiknya lambat sekali dan make mistakes sana-sini. Kelihatan sekali kalau merespon chattingnya sangat lambat. Kalau ada teman kerja atau boss yang lagi berdiri di sebelah, suka bikin nervous dan malu waktu mereka melihat cara mengetiknya yang masih bergaya sebelas jari.
Tidak ada jalan lain, harus menutupi kekurangan ini. Untuk itu harus belajar mengetik dengan lebih baik. Setelah research sana-sini, akhirnya beli software untuk latihan mengetik, Mavis Beacon.
Kerja keras berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan untuk terus melatih ketrampilan mengetik ini. Sering kali jengkel karena terus salah. Tidak jarang keyboardnya “digebukin”. Karena terus berlatih dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akhirnya mulai menampakkan hasilnya. Sekarang ini sudah jarang mengintip ke keyboard dan lebih banyak waktunya dihabiskan untuk berkonsentrasi menuangkan apa yang dipikirkan ke computer.
Kebanyakan dari kita, bagi yang belum trampil mengetik kemungkinan sudah agak terlambat dan jari-jarinya sudah pada kaku. Sudah ketinggalan dengan Rina bertahun-tahun dalam hal ketik mengetik. Belajar dari pengalaman ini, generasi penerus disini waktu di sekolah “dipaksa” untuk mengambil pelajaran mengetik (keyboarding) dan sekarang ini cara mengetik mereka sudah secanggih Rina.
Karena kita akan susah bersaing dengan Rina, maka bagi mereka yang belum, sangat dianjurkan agar anak-anak kalian untuk mengambil kursus mengetik sampai ketingkat lanjut. Biarlah kita kalah dengan Rina tapi anak-anak kita bisa lebih bersaing dengan anak-anak Rina ;-).
Ini kata Rina: Dulu saya waktu dipaksa les ngetik sebel banget karena tempat lesnya bau, mesin tiknya keras, gurunya kuno, temennya juga bau-bau. Tapi saya merasa beruntung karena dulu dipaksa.
Ketrampilan mengetik ini bisa menjadi ‘competitive advantage’ bila saatnya diperlukan dan akan memudahkan mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ketrampilan mengetik bukan hanya untuk para sekretaris saja tapi juga buat kita semua.
Sedangkan saya, dengan teknik sebelas jari, ketikannya tidak pernah selesai. Mata terus menerus bergiliran melihat monitor, keyboard, kertas, terus menerus berputar tak henti-hentinya, belum lagi banyak salah tekan tombolnya. Jadinya sering frustasi, untungnya masih sabar dengan segala kekurangannya.
Waktu sekolah disini, kekurangmampuan dengan masalah ketik mengetik ini nampak makin kentara setelah melihat orang-orang sekitarnya yang teknik mengetiknya sudah secanggih Rina. Bukan saja para sekretaris tapi juga dosen, mahasiswa, karyawan university, dan yang lainnya. Juga para dokter, perawat, dan lain-lain.
Setelah mulai kerja, kelemahan ini menjadi hal yang mengkhawatirkan karena kebanyakan komunikasi dengan karyawan lainnya adalah dengan chatting lewat Intranet. Kalau pas ngobrol lewat chatting, mengetiknya lambat sekali dan make mistakes sana-sini. Kelihatan sekali kalau merespon chattingnya sangat lambat. Kalau ada teman kerja atau boss yang lagi berdiri di sebelah, suka bikin nervous dan malu waktu mereka melihat cara mengetiknya yang masih bergaya sebelas jari.
Tidak ada jalan lain, harus menutupi kekurangan ini. Untuk itu harus belajar mengetik dengan lebih baik. Setelah research sana-sini, akhirnya beli software untuk latihan mengetik, Mavis Beacon.
Kerja keras berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan untuk terus melatih ketrampilan mengetik ini. Sering kali jengkel karena terus salah. Tidak jarang keyboardnya “digebukin”. Karena terus berlatih dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akhirnya mulai menampakkan hasilnya. Sekarang ini sudah jarang mengintip ke keyboard dan lebih banyak waktunya dihabiskan untuk berkonsentrasi menuangkan apa yang dipikirkan ke computer.
Kebanyakan dari kita, bagi yang belum trampil mengetik kemungkinan sudah agak terlambat dan jari-jarinya sudah pada kaku. Sudah ketinggalan dengan Rina bertahun-tahun dalam hal ketik mengetik. Belajar dari pengalaman ini, generasi penerus disini waktu di sekolah “dipaksa” untuk mengambil pelajaran mengetik (keyboarding) dan sekarang ini cara mengetik mereka sudah secanggih Rina.
Karena kita akan susah bersaing dengan Rina, maka bagi mereka yang belum, sangat dianjurkan agar anak-anak kalian untuk mengambil kursus mengetik sampai ketingkat lanjut. Biarlah kita kalah dengan Rina tapi anak-anak kita bisa lebih bersaing dengan anak-anak Rina ;-).
Ini kata Rina: Dulu saya waktu dipaksa les ngetik sebel banget karena tempat lesnya bau, mesin tiknya keras, gurunya kuno, temennya juga bau-bau. Tapi saya merasa beruntung karena dulu dipaksa.
Ketrampilan mengetik ini bisa menjadi ‘competitive advantage’ bila saatnya diperlukan dan akan memudahkan mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ketrampilan mengetik bukan hanya untuk para sekretaris saja tapi juga buat kita semua.
Published on November 12, 2011 16:52
•
Tags:
ketik-mengetik-keyboard
September 21, 2011
Agama Adalah Candu Masyarakat???
Karl Marx, seorang filsuf asal Jerman berpendapat "agama adalah candu masyarakat" karena agama bisa meninabobokan penderitaan yang dialami seseorang, yaitu dengan percaya adanya takdir atau sudah menjadi kehendak Allah. Bagi kita orang yang beragama menghadapi pendapat Karl Marx tersebut tidak perlu marah atau berpikir negatif tentang pendapat filsuf tersebut. Kita mencoba melihatnya dari sisi positifnya, kalau agama dianggap sebagai candu masyarakat adalah suatu candu yang baik karena agama tidak menimbulkan ketagihan atau effek sampingan yang buruk malah sebaliknya mendorong orang untuk melakukan hal-hal yang baik.
Memang benar agama mengajarkan kita untuk berpasrah terhadap kehendak Allah, takdir, sehingga tidak ada kekuatiran dalam menjalani hidup ini. Tapi, ada kalanya kita merasa tidak diperdulikan Tuhan pada saat kita membutuhkan bantuanNya, misalnya do'a kita tidak terkabul dan banyak hal-hal lain di luar dugaan yang menambah beban derita kita. Lalu omelan atau rintihan pun keluar dari mulut. Sebenarnya tidak perlu ngedumel bila doa kita merasa tidak terjawab. Tuhan tahu dan peduli akan kebutuhan setiap manusia, hanya terkadang manusia sering memaksakan kehendaknya sendiri tanpa berusaha untuk mencoba mengerti apa yang menjadi kehendak Allah.
Setiap doa pasti dijawab oleh Allah kita yang maha baik, kadang-kadang jawabannya pas seperti yang kita maui; kadang-kadang jawabannya sesuai dengan rencana Allah yang mengharuskan kita untuk lebih bersabar dan akan mengerti kenapa jawabannya seperti itu di kemudian hari. Seringkali manusia menjadi tidak sabaran atau menganggap Tuhan itu seperti 'bell boy', yang kalau kita “pencet bel” (berdoa), maka DIA akan segera datang dan memberi jawaban yang sesuai dengan keinginan kita. Kalau kita berpasrah sepenuhnya kepada kehendak Allah maka kita akan mengerti bahwa setiap doa kita akan dijawab olehNya.
Seorang petani menanam gandum/padi/jagung, dan sebagainya dengan harapan bahwa pada saatnya tiba bisa panen berkelimpahan. Dalam proses penantian masa panen tiba, sang petani harus rajin menyirami supaya tanamannya tidak kekeringan dan mati, memupuk tanamannya supaya tumbuh subur. Bisa saja semua yang sudah direncanakan atau dilakukan oleh sang petani bisa gagal sebelum masa panen tiba karena adanya hama yang merusak tanaman tersebut, atau kemarau panjang yang membuat tanamannya mati. Tetapi sang petani tidak akan berhenti menjadi petani dengan adanya halangan atau bencana ini. Dia akan terus berusaha dan berkarya; akan terus menyebarkan benih-benih tanamannya; akan terus dengan rajinnya merawat, menyirami dan memupuk tanamannya sehingga hasil panen yang diidamkannyapun akan tiba dan bisa menikmati hasil kerja kerasnya tersebut dengan hati bahagia dan penuh rasa syukur.
Seperti petani tersebut, kita pun harus rajin memupuk dan merawat iman kita, mencoba mendengarkan suaraNya di dalam pikiran dan hati kita melalui meditasi (tirakat) dan berdoa, mempraktekan ajaran-ajaranNya yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat kita gagal memperoleh apa yang kita inginkan misalnya jawaban doa yang tidak langsung terjawab, atau menghadapi cobaan hidup yang berat seperti krisis keuangan, sakit parah, punya anak cacat fisik atau mental, patah hati, dan sebagainya, kita tidak akan berpaling dari Allah. Seperti seorang petani, kita akan kembali bangkit merawat iman kita dengan telaten sampai akhirnya masa panen pun tiba, dan kita pun dengan penuh rasa syukur bisa menikmati hasil panenan tersebut.
Memang benar agama mengajarkan kita untuk berpasrah terhadap kehendak Allah, takdir, sehingga tidak ada kekuatiran dalam menjalani hidup ini. Tapi, ada kalanya kita merasa tidak diperdulikan Tuhan pada saat kita membutuhkan bantuanNya, misalnya do'a kita tidak terkabul dan banyak hal-hal lain di luar dugaan yang menambah beban derita kita. Lalu omelan atau rintihan pun keluar dari mulut. Sebenarnya tidak perlu ngedumel bila doa kita merasa tidak terjawab. Tuhan tahu dan peduli akan kebutuhan setiap manusia, hanya terkadang manusia sering memaksakan kehendaknya sendiri tanpa berusaha untuk mencoba mengerti apa yang menjadi kehendak Allah.
Setiap doa pasti dijawab oleh Allah kita yang maha baik, kadang-kadang jawabannya pas seperti yang kita maui; kadang-kadang jawabannya sesuai dengan rencana Allah yang mengharuskan kita untuk lebih bersabar dan akan mengerti kenapa jawabannya seperti itu di kemudian hari. Seringkali manusia menjadi tidak sabaran atau menganggap Tuhan itu seperti 'bell boy', yang kalau kita “pencet bel” (berdoa), maka DIA akan segera datang dan memberi jawaban yang sesuai dengan keinginan kita. Kalau kita berpasrah sepenuhnya kepada kehendak Allah maka kita akan mengerti bahwa setiap doa kita akan dijawab olehNya.
Seorang petani menanam gandum/padi/jagung, dan sebagainya dengan harapan bahwa pada saatnya tiba bisa panen berkelimpahan. Dalam proses penantian masa panen tiba, sang petani harus rajin menyirami supaya tanamannya tidak kekeringan dan mati, memupuk tanamannya supaya tumbuh subur. Bisa saja semua yang sudah direncanakan atau dilakukan oleh sang petani bisa gagal sebelum masa panen tiba karena adanya hama yang merusak tanaman tersebut, atau kemarau panjang yang membuat tanamannya mati. Tetapi sang petani tidak akan berhenti menjadi petani dengan adanya halangan atau bencana ini. Dia akan terus berusaha dan berkarya; akan terus menyebarkan benih-benih tanamannya; akan terus dengan rajinnya merawat, menyirami dan memupuk tanamannya sehingga hasil panen yang diidamkannyapun akan tiba dan bisa menikmati hasil kerja kerasnya tersebut dengan hati bahagia dan penuh rasa syukur.
Seperti petani tersebut, kita pun harus rajin memupuk dan merawat iman kita, mencoba mendengarkan suaraNya di dalam pikiran dan hati kita melalui meditasi (tirakat) dan berdoa, mempraktekan ajaran-ajaranNya yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat kita gagal memperoleh apa yang kita inginkan misalnya jawaban doa yang tidak langsung terjawab, atau menghadapi cobaan hidup yang berat seperti krisis keuangan, sakit parah, punya anak cacat fisik atau mental, patah hati, dan sebagainya, kita tidak akan berpaling dari Allah. Seperti seorang petani, kita akan kembali bangkit merawat iman kita dengan telaten sampai akhirnya masa panen pun tiba, dan kita pun dengan penuh rasa syukur bisa menikmati hasil panenan tersebut.
September 17, 2011
Wanna Be A Range Rover?
Berikut ini adalah cerita dari seorang professional yang ingin membagikan pengalaman hidupnya khususnya ditujukan kepada generasi muda yang jalan hidupnya masih panjang sehingga punya waktu untuk mempersiapkan masa depannya.
Goal:
Berbagi cerita tentang pengalaman dalam menjalani kehidupan professional. Semoga sebagian dari cerita ini bisa diambil manfaatnya (yang sesuai dengan haluan Anda), khususnya buat teman-teman yang masih berjiwa muda, yang jalan hidupnya masih panjang.
Tujuannya adalah agar tidak melakukan kesalahan yang sama atau bisa dengan lebih dini mempersiapkan masa depannya; tahu apa yang mesti dipersiapkan dan dilakukan dan bagaimana menyikapi berbagai hal yang terjadi di sekitar kita.
Background:
Waktu orientasi karyawan baru, instrukturnya "menghibur" dengan mengucapkan selamat karena bisa bergabung dengan perusahaan ini; karena hanya 'best of the best' yang direkrut. Tentunya hal ini agar membuat karyawan baru untuk berbesar hati dan menjadi lebih bersemangat kerjanya.
Dari awal memang merasa beruntung, karyawannya memang hebat-hebat dan perusahaan juga sangat mendukung kemajuan karier karyawannya sehingga saat itu bisa menarik kesimpulan bahwa perusahaan ini adalah tempat kerja yang paling baik berdasarkan pengalaman kerja di tempat lain yang sudah dijalani.
Tahun-tahun pertama adalah masa "keemasan" karena kondisi ekonomi saat itu sangat baik jadi semua berjalan dengan lancar dan semuanya 'happy-happy' saja. Beberapa tahun kemudian keadaan ekonomi mulai memburuk, banyak terjadi pengetatan ikat pinggang dan tidak bisa dihindarkan lagi perusahaan mulai mengurangi jumlah karyawannya. Semakin kesini keadaan ekonominya semakin parah, PHK demi PHK terus terjadi dan hal ini terus berjalan sampai saat ini. Tentu saja karyawannya terus resah. Dari teman-teman "seangkatan" sekarang ini tinggal 20%-nya saja; yang lain sudah pada berguguran.
Di awal tahun ini, atasan sudah memperingatkan, sekarang ini yang masih bertahan hanyalah para 'top performers' dan pengurangan karyawan masih akan terus berlangsung karena keadaan ekonominya akan semakin memburuk. Bila kedepannya ada pengurangan karyawan lagi maka yang akan 'dipangkas' terlebih dahulu adalah karyawan yang hasil evaluasinya terendah. Jadi dari awal tahun sudah diingatkan untuk terus bekerja keras dan meningkatkan prestasi; jangan sampai lengah.
Permasalahannya adalah sekarang ini harus berkompetisi dengan para 'top performers' jadi kompetisinya semakin 'fierce'. Mereka semuanya adalah karyawan yang berprestasi tinggi. Untuk itu hanya 'best of the best' yang akan bertahan.
Tentu saja saya akan berusaha keras untuk bisa terus bekerja di perusahaan ini. Meskipun tidak ada jaminan untuk terus dipekerjakan tetapi ingin bisa masuk ke top 20% dan kalau masih terus ada pemangkasan, berusaha untuk tetap bertahan di top 10%. Hal ini tidak akan mudah dan perlu perjuangan yang sangat berat.
Jadi harus tetap kerja ekstra keras agar terus bisa bertahan. Itulah kenyataan yang harus dihadapi di dunia kerja. Untuk itu mau 'share' pengalaman bagaimana saya bisa bertahan di group 20% ini dan semoga teman-teman lain bisa mempersiapkan hidupnya lebih dini agar bisa meraih apa yang dicita-citakan dengan lebih terencana dan tertata rapih.
Perlu diketahui bahwa orang-orang yang berada di sekitar kita (teman, guru, atasan, tetangga, dll) disadari atau tidak, mereka akan memperhatikan kita. Mereka tahu siapa saja yang kalau di kasih tugas, kerjanya asal-asalan saja. Mereka juga tahu siapa saja yang mengerjakannya dengan baik dan sungguh-sungguh. Jadi kita harus mempersiapkan dan melakukan investasi jangka panjang. Suatu saat nanti, dalam keadaan yang tidak disangka-sangka, kalau mereka harus memilih karyawan, teman kerja, ataupun yang lainnya, mereka tahu siapa yang harus dipilih.
Beberapa hal di bawah ini, berdasarkan pengalaman saya, yang perlu dilakukan agar 'sukses' dalam mengarungi dunia profesional.
Personal Awareness (Self Assessment):
Kenalilah diri anda sedini mungkin. Mulai diidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dipunyai. Terus dipupuk dan dimaksimalkan kelebihan yang dimiliki. Jangan terlalu banyak menghabiskan waktu untuk menutupi kekurangannya, lebih baik waktu dan tenaganya dimanfaatkan untuk meningkatkan kelebihan yang dimiliki. Saya mulai melakukan inventarisasi ini sejak kelas 2 SMA.
Follow Your Passion:
Passion (A powerful emotion) is the most important thing to reach your success and happiness. Bertanyalah pada diri sendiri, 'what is your passion?'. Kita banyak mendengar cerita, "saya menjadi dokter karena orang tua saya yang menginginkannya". "saya mau jadi insinyur karena teman-teman yang lain juga pada mau jadi insinyur". Masih banyak cerita lain yang senada dengan itu.
Jadi, sekali lagi, bertanyalah lagi pada diri sendiri, 'what is your passion?' Mau jadi pemain band? Jadi penyanyi? Jadi penari? Jadi pembawa acara TV? Jangan hiraukan suara-suara sekitarnya, termasuk keinginan orang tua yang tidak sejalan dengan passion anda. Memang agak 'extreme' tapi inilah kunci untuk mencapai kebahagiaan.
Orang yang mengikuti 'passion'-nya akan lebih bersemangat dalam menjalani hidupnya. Tidak perlu dorongan semangat dari orang lain karena apa yang dilakukannya adalah sesuai dengan keinginannya sendiri; sudah menjadi bagian dari dirinya; sudah menjadi darah dagingnya. Akan menjalani kehidupan sehari-harinya dengan lebih senang dan bahagia. Karena apa yang dilakukan atau dicita-citakan dijalani dengan senang hati, orang yang mengikuti 'passion'-nya kemungkinan besar akan sukses dan bahagia hidupnya.
Sebagai orang tua (bagi yang sudah menikah dan punya anak) sebaiknya kita memperhatikan apa yang bisa membuat anak tersenyum, tertawa, bahagia; dan mengarahkan mereka untuk mencapai kebahagiannya itu. Orang tua seringkali punya keinginan berbeda dengan kemauan anaknya tetapi merealisasikan keinginan dan kebahagian anak merupakan hal yang lebih penting.
Positive Thinking/Attitude:
Bila menghadapi suatu permasalahan atau tugas, usahakan selalu berpikir positif terhadap masalah yang dihadapi, betapapun berat dan rumit masalah tersebut. Selalu berkonsentrasi dengan tujuan yang harus dicapai, jangan terganggu dengan pemain-pemainnya. Siapapun pemainnya, hasil akhirnya harus tetap dicapai; terus berfokus kepada pokok masalah. Jangan terpancing untuk saling menyalahkan; hindari pemikiran yang sekiranya akan menjauhkan dari tujuan yang sudah digariskan.
Bila ada permasalahan yang muncul, cari jalan untuk menyelesaikannya; jangan saling menyalahkan dan mencari kambing hitam. Sekali lagi, selalu hindari niatan yang sekiranya akan menjauhi tujuannya.
Perseverance:
Maju terus pantang mundur. Bila sudah menetapkan tujuan yang akan dicapai maka terus berusaha untuk mencapai tujuan itu. Bila menghadapi dinding yang terjal, jangan menyerah. Tidak ada salahnya untuk mundur sedikit, geser kiri, geser kanan dan maju lagi ke depan. Betapapun berat tantangannya, tidak ada kata menyerah; terus saja ditekuni. Dengan berprinsip, 'no pain, no gain' maka kita akan terus berjuang meski harus bersimbah peluh, merayap, terjungkal, kadang terjegal tetapi kita akan terus maju hingga tujuannnya tercapai.
Do More, Work Harder, Work Extra Miles:
Siapkan diri kita untuk bekerja lebih keras. Lihat sekeliling kita (mereka adalah orang yang akan menjadi pesaing kita), kalau mereka bekerja 8 jam sehari maka kita siap sedia untuk bekerja 12 jam. Kalau mereka belajar sampai jam 10, kita belajar sampai jam 12 dan bila memang diperlukan, siap belajar hingga jam 2 pagi.
Harus selalu mawas diri dan selalu berusaha untuk 'above the rests'.
Excellence:
Setiap 'assignment' yang diberikan, dikerjakan semaksimal mungkin. Kerjakan dengan serius apa yang sudah dipercayakan ke kita. Bukan hanya kerjaan dari kantor atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh para pengajar. Kalaupun diminta tolong untuk membantu orang mengganti ban yang bocor, lakukan secara sungguh-sungguh. Ganti ban-nya; yakinkan baut-nya kencang semua; taruh ban yang bocor di bagasi dan rapikan peralatan yang dipakai. Yakinkan orang yang dibantu bisa sampai tujuannya dengan selamat.
Setiap kerjaan yang dihadapi, dikerjakan sesempurna mungkin, apapun macamnya dan berada dimanapun. Selalu membiasakan diri untuk menghasilkan produk yang sempurna karena hasil kerjaan tersebut merupakan cerminan dari diri kita. Jangan pernah menganggap sepele dengan tugas yang sudah diterima. Harus selalu ingat bahwa orang-orang di sekitar kita selalu 'take notice' dan akan digunakan sebagai referensi bagaimana cara mereka memandang diri kita.
Achievement:
Dengan berjalannya waktu kemungkinan besar kita akan menjadi ahli dalam bidang kerjaan kita. Misalnya menjadi dokter spesialis penyakit kanker. Ini merupakan langkah awal yang bagus untuk menjadi 'master/guru' dalam bidangnya, dimana orang lain akan 'look up', tetapi tidak hanya cukup sampai disitu. Kita tidak akan berkembang bila tidak berusaha untuk menjadi ahli dalam bidang yang lain. Jadi dokter spesialis yang juga ahli dalam bidang komputer tentu saja sangat menantang.
Jangan pernah puas dengan keahlian yang sudah dipunyai. Tingkatkan lagi dengan menambah 'resume' dalam bidang lainnya.
Use The Best Tools Available:
Selalu berusaha untuk memakai 'the best tools available' untuk menyelesaikan kerjaan yang dimiliki. Usahakan untuk mendapatkan dan memakai alat ini hingga pada posisi bahwa tools bukan lagi masalah. Kalau ada kerjaan, tinggal memikirkan bagaimana untuk menyelesaikannya, tidak lagi perlu memikirkan alat-alat pendukungnya.
Pada saat sekolah, pakai ballpoint yang handal, yang tidak akan macet. Pakai sepatu yang nyaman. Pakai pakaian yang 'comfortable'. Pakai kendaraan yang 'reliable'. dll. Jangan lagi berpikir atau takut terpeleset gara-gara pakai sepatu yang licin. Takut kendaraannya mogok hingga tidak bisa sampai di tujuan. Ballpoint ngadat sehingga tidak bisa mencatat apa yang diajarkan. Pakai pakaian yang sempit dan kotor yang membikin suasana tidak nyaman sehingga tidak bisa berkonsentrasi.
Dengan memakai 'the best tools available' akan lebih membantu mempercepat menyelesaikan pekerjaan dan kita bisa langsung berkonsentrasi bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.
Don't Break The Rules:
Hindari dari menanggung perasaan bersalah dengan 'don't break the rules'. Ikuti aturan main yang sudah digariskan dan berkonsentrasi menyelesaikan tugasnya. Bila ada aturan yang dilabrak, kita akan menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran untuk meng-cover kesalahan yang sudah dilakukan. Harus selalu ingat ungkapan 'Garbage In Garbage Out'.
Belajar Yang Baik Adalah Mengajar:
Bila sudah menjadi pintar atau ahli dalam bidangnya jangan segan-segan untuk membantu mengajari orang lain terutama kalau mereka minta bantuan. Ajarilah mereka dengan sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya agar mereka bisa berjalan sendiri setelahnya. Pada waktu mengajar sering kali kita juga mendapatkan ilmu baru yang dicetuskan oleh orang lain yang mempunyai sudut pandang yang berbeda. Orang yang kita ajari akan mengingat kebaikan ini dan bila suatu saat kita perlu bantuan, mereka adalah orang pertama yang akan menyingsingkan lengan bajunya.
Waktu mempersiapkan untuk mengajarkan suatu materi biasanya persiapannya akan lebih lama dan perlu waktu yang panjang untuk melakukan 'riset'. Mempersiapkan jawaban-jawaban yang kemungkinan akan ditanyakan oleh 'murid'-nya. Belajarnya akan jauh lebih menyeluruh daripada belajar untuk diri sendiri dan dengan begitu ilmunya akan jauh bertambah banyak.
Trust:
Jangan menceritakan ke pihak lain, siapapun dia, kalau dipercaya orang untuk mendengarkan cerita/berita yang bersifat 'rahasia', 'personal', dll. Berikan rasa nyaman buat orang sekitarnya dan yakinkan bahwa kita adalah orang yang bisa dipercaya. Jangan heran, bila mereka tahu kita orang yang bisa dipercaya, akan banyak lagi informasi 'penting' yang akan kita dapatkan. Ditambah lagi, mereka akan respek ke kita.
Thank You. I Appreciate it:
Jangan pernah lupa untuk mengucapkan terima kasih apabila ada orang yang memberi bantuan. Selalu sampaikan 'Thank you. I really appreciate for your help'. Meskipun sang penolong kemungkinan melakukannya dengan tulus tetapi mereka akan merasa lebih senang apabila pertolongan yang sudah dilakukan dihargai dengan baik. Lebih senang berhubungan dengan orang yang tahu berterima kasih. Suatu saat nanti bila kita memerlukan bantuan lagi dari sang penolong ini, biasanya mereka akan cepat mengulurkan tangannya dan melakukannya dengan senang hati.
Be Sensitive:
Lebih sensitif terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar kita. Bila kita cukup sensitif, banyak kejadian yang sebenarnya terjadi di luar kekuasaan kita. Kita tahu siapa kita, sejauh mana kemampuan kita, dan kita tahu apa yang terjadi terhadap kita yang asalnya bukan dari kekuatan kita sendiri. Di sana ada sesuatu yang 'beyond all of us'. Dalam banyak hal, kita tidak bisa melakukan sesuatu yang sempurna bila tidak ada petunjuk dan dukungan dari-Nya. Bersihkan diri kita dari sikap sombong dengan prestasi-prestasi yang sudah dilakukan. Kita harus selalu menyadari bahwa kita tidak bisa melakukan semuanya itu tanpa-Nya.
Conclusion:
Bila dari awal kita sudah membiasakan diri untuk bekerja keras dan melakukan segala sesuatunya dengan sempurna maka pada suatu saat nanti bila menghadapi keadaan yang perlu perjuangan yang lebih dari biasanya maka kita sudah siap. Karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari maka hal-hal di atas sudah menjadi 'our DNA'.
Mobil Range-Rover meskipun agak keren tetapi dari luarnya tidak menunjukkan tanda-tanda yang istimewa. Orang mulai menyadari kalau Range-Rover itu adalah kendaraan yang istimewa kalau ada kejadian yang diluar kebiasaan, seperti banjir, tanah longsor, gempa, dll. Dalam keadaan normal, mobil-mobil lainnya akan simpung siur dengan mulus dan gayanya tetapi begitu ada banjir langsung ngadat; kalau ada tanah longsor langsung terpuruk. Range-Rover siap untuk mengarungi medan yang terjal, jalanan yang tandus dan berbatu, menyeberangi sungai yang deras, dll, karena dari awal sudah di desain dan dipersiapkan untuk selalu siap menghadapi segala medan yang akan dilaluinya.
Good luck.
Goal:
Berbagi cerita tentang pengalaman dalam menjalani kehidupan professional. Semoga sebagian dari cerita ini bisa diambil manfaatnya (yang sesuai dengan haluan Anda), khususnya buat teman-teman yang masih berjiwa muda, yang jalan hidupnya masih panjang.
Tujuannya adalah agar tidak melakukan kesalahan yang sama atau bisa dengan lebih dini mempersiapkan masa depannya; tahu apa yang mesti dipersiapkan dan dilakukan dan bagaimana menyikapi berbagai hal yang terjadi di sekitar kita.
Background:
Waktu orientasi karyawan baru, instrukturnya "menghibur" dengan mengucapkan selamat karena bisa bergabung dengan perusahaan ini; karena hanya 'best of the best' yang direkrut. Tentunya hal ini agar membuat karyawan baru untuk berbesar hati dan menjadi lebih bersemangat kerjanya.
Dari awal memang merasa beruntung, karyawannya memang hebat-hebat dan perusahaan juga sangat mendukung kemajuan karier karyawannya sehingga saat itu bisa menarik kesimpulan bahwa perusahaan ini adalah tempat kerja yang paling baik berdasarkan pengalaman kerja di tempat lain yang sudah dijalani.
Tahun-tahun pertama adalah masa "keemasan" karena kondisi ekonomi saat itu sangat baik jadi semua berjalan dengan lancar dan semuanya 'happy-happy' saja. Beberapa tahun kemudian keadaan ekonomi mulai memburuk, banyak terjadi pengetatan ikat pinggang dan tidak bisa dihindarkan lagi perusahaan mulai mengurangi jumlah karyawannya. Semakin kesini keadaan ekonominya semakin parah, PHK demi PHK terus terjadi dan hal ini terus berjalan sampai saat ini. Tentu saja karyawannya terus resah. Dari teman-teman "seangkatan" sekarang ini tinggal 20%-nya saja; yang lain sudah pada berguguran.
Di awal tahun ini, atasan sudah memperingatkan, sekarang ini yang masih bertahan hanyalah para 'top performers' dan pengurangan karyawan masih akan terus berlangsung karena keadaan ekonominya akan semakin memburuk. Bila kedepannya ada pengurangan karyawan lagi maka yang akan 'dipangkas' terlebih dahulu adalah karyawan yang hasil evaluasinya terendah. Jadi dari awal tahun sudah diingatkan untuk terus bekerja keras dan meningkatkan prestasi; jangan sampai lengah.
Permasalahannya adalah sekarang ini harus berkompetisi dengan para 'top performers' jadi kompetisinya semakin 'fierce'. Mereka semuanya adalah karyawan yang berprestasi tinggi. Untuk itu hanya 'best of the best' yang akan bertahan.
Tentu saja saya akan berusaha keras untuk bisa terus bekerja di perusahaan ini. Meskipun tidak ada jaminan untuk terus dipekerjakan tetapi ingin bisa masuk ke top 20% dan kalau masih terus ada pemangkasan, berusaha untuk tetap bertahan di top 10%. Hal ini tidak akan mudah dan perlu perjuangan yang sangat berat.
Jadi harus tetap kerja ekstra keras agar terus bisa bertahan. Itulah kenyataan yang harus dihadapi di dunia kerja. Untuk itu mau 'share' pengalaman bagaimana saya bisa bertahan di group 20% ini dan semoga teman-teman lain bisa mempersiapkan hidupnya lebih dini agar bisa meraih apa yang dicita-citakan dengan lebih terencana dan tertata rapih.
Perlu diketahui bahwa orang-orang yang berada di sekitar kita (teman, guru, atasan, tetangga, dll) disadari atau tidak, mereka akan memperhatikan kita. Mereka tahu siapa saja yang kalau di kasih tugas, kerjanya asal-asalan saja. Mereka juga tahu siapa saja yang mengerjakannya dengan baik dan sungguh-sungguh. Jadi kita harus mempersiapkan dan melakukan investasi jangka panjang. Suatu saat nanti, dalam keadaan yang tidak disangka-sangka, kalau mereka harus memilih karyawan, teman kerja, ataupun yang lainnya, mereka tahu siapa yang harus dipilih.
Beberapa hal di bawah ini, berdasarkan pengalaman saya, yang perlu dilakukan agar 'sukses' dalam mengarungi dunia profesional.
Personal Awareness (Self Assessment):
Kenalilah diri anda sedini mungkin. Mulai diidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dipunyai. Terus dipupuk dan dimaksimalkan kelebihan yang dimiliki. Jangan terlalu banyak menghabiskan waktu untuk menutupi kekurangannya, lebih baik waktu dan tenaganya dimanfaatkan untuk meningkatkan kelebihan yang dimiliki. Saya mulai melakukan inventarisasi ini sejak kelas 2 SMA.
Follow Your Passion:
Passion (A powerful emotion) is the most important thing to reach your success and happiness. Bertanyalah pada diri sendiri, 'what is your passion?'. Kita banyak mendengar cerita, "saya menjadi dokter karena orang tua saya yang menginginkannya". "saya mau jadi insinyur karena teman-teman yang lain juga pada mau jadi insinyur". Masih banyak cerita lain yang senada dengan itu.
Jadi, sekali lagi, bertanyalah lagi pada diri sendiri, 'what is your passion?' Mau jadi pemain band? Jadi penyanyi? Jadi penari? Jadi pembawa acara TV? Jangan hiraukan suara-suara sekitarnya, termasuk keinginan orang tua yang tidak sejalan dengan passion anda. Memang agak 'extreme' tapi inilah kunci untuk mencapai kebahagiaan.
Orang yang mengikuti 'passion'-nya akan lebih bersemangat dalam menjalani hidupnya. Tidak perlu dorongan semangat dari orang lain karena apa yang dilakukannya adalah sesuai dengan keinginannya sendiri; sudah menjadi bagian dari dirinya; sudah menjadi darah dagingnya. Akan menjalani kehidupan sehari-harinya dengan lebih senang dan bahagia. Karena apa yang dilakukan atau dicita-citakan dijalani dengan senang hati, orang yang mengikuti 'passion'-nya kemungkinan besar akan sukses dan bahagia hidupnya.
Sebagai orang tua (bagi yang sudah menikah dan punya anak) sebaiknya kita memperhatikan apa yang bisa membuat anak tersenyum, tertawa, bahagia; dan mengarahkan mereka untuk mencapai kebahagiannya itu. Orang tua seringkali punya keinginan berbeda dengan kemauan anaknya tetapi merealisasikan keinginan dan kebahagian anak merupakan hal yang lebih penting.
Positive Thinking/Attitude:
Bila menghadapi suatu permasalahan atau tugas, usahakan selalu berpikir positif terhadap masalah yang dihadapi, betapapun berat dan rumit masalah tersebut. Selalu berkonsentrasi dengan tujuan yang harus dicapai, jangan terganggu dengan pemain-pemainnya. Siapapun pemainnya, hasil akhirnya harus tetap dicapai; terus berfokus kepada pokok masalah. Jangan terpancing untuk saling menyalahkan; hindari pemikiran yang sekiranya akan menjauhkan dari tujuan yang sudah digariskan.
Bila ada permasalahan yang muncul, cari jalan untuk menyelesaikannya; jangan saling menyalahkan dan mencari kambing hitam. Sekali lagi, selalu hindari niatan yang sekiranya akan menjauhi tujuannya.
Perseverance:
Maju terus pantang mundur. Bila sudah menetapkan tujuan yang akan dicapai maka terus berusaha untuk mencapai tujuan itu. Bila menghadapi dinding yang terjal, jangan menyerah. Tidak ada salahnya untuk mundur sedikit, geser kiri, geser kanan dan maju lagi ke depan. Betapapun berat tantangannya, tidak ada kata menyerah; terus saja ditekuni. Dengan berprinsip, 'no pain, no gain' maka kita akan terus berjuang meski harus bersimbah peluh, merayap, terjungkal, kadang terjegal tetapi kita akan terus maju hingga tujuannnya tercapai.
Do More, Work Harder, Work Extra Miles:
Siapkan diri kita untuk bekerja lebih keras. Lihat sekeliling kita (mereka adalah orang yang akan menjadi pesaing kita), kalau mereka bekerja 8 jam sehari maka kita siap sedia untuk bekerja 12 jam. Kalau mereka belajar sampai jam 10, kita belajar sampai jam 12 dan bila memang diperlukan, siap belajar hingga jam 2 pagi.
Harus selalu mawas diri dan selalu berusaha untuk 'above the rests'.
Excellence:
Setiap 'assignment' yang diberikan, dikerjakan semaksimal mungkin. Kerjakan dengan serius apa yang sudah dipercayakan ke kita. Bukan hanya kerjaan dari kantor atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh para pengajar. Kalaupun diminta tolong untuk membantu orang mengganti ban yang bocor, lakukan secara sungguh-sungguh. Ganti ban-nya; yakinkan baut-nya kencang semua; taruh ban yang bocor di bagasi dan rapikan peralatan yang dipakai. Yakinkan orang yang dibantu bisa sampai tujuannya dengan selamat.
Setiap kerjaan yang dihadapi, dikerjakan sesempurna mungkin, apapun macamnya dan berada dimanapun. Selalu membiasakan diri untuk menghasilkan produk yang sempurna karena hasil kerjaan tersebut merupakan cerminan dari diri kita. Jangan pernah menganggap sepele dengan tugas yang sudah diterima. Harus selalu ingat bahwa orang-orang di sekitar kita selalu 'take notice' dan akan digunakan sebagai referensi bagaimana cara mereka memandang diri kita.
Achievement:
Dengan berjalannya waktu kemungkinan besar kita akan menjadi ahli dalam bidang kerjaan kita. Misalnya menjadi dokter spesialis penyakit kanker. Ini merupakan langkah awal yang bagus untuk menjadi 'master/guru' dalam bidangnya, dimana orang lain akan 'look up', tetapi tidak hanya cukup sampai disitu. Kita tidak akan berkembang bila tidak berusaha untuk menjadi ahli dalam bidang yang lain. Jadi dokter spesialis yang juga ahli dalam bidang komputer tentu saja sangat menantang.
Jangan pernah puas dengan keahlian yang sudah dipunyai. Tingkatkan lagi dengan menambah 'resume' dalam bidang lainnya.
Use The Best Tools Available:
Selalu berusaha untuk memakai 'the best tools available' untuk menyelesaikan kerjaan yang dimiliki. Usahakan untuk mendapatkan dan memakai alat ini hingga pada posisi bahwa tools bukan lagi masalah. Kalau ada kerjaan, tinggal memikirkan bagaimana untuk menyelesaikannya, tidak lagi perlu memikirkan alat-alat pendukungnya.
Pada saat sekolah, pakai ballpoint yang handal, yang tidak akan macet. Pakai sepatu yang nyaman. Pakai pakaian yang 'comfortable'. Pakai kendaraan yang 'reliable'. dll. Jangan lagi berpikir atau takut terpeleset gara-gara pakai sepatu yang licin. Takut kendaraannya mogok hingga tidak bisa sampai di tujuan. Ballpoint ngadat sehingga tidak bisa mencatat apa yang diajarkan. Pakai pakaian yang sempit dan kotor yang membikin suasana tidak nyaman sehingga tidak bisa berkonsentrasi.
Dengan memakai 'the best tools available' akan lebih membantu mempercepat menyelesaikan pekerjaan dan kita bisa langsung berkonsentrasi bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.
Don't Break The Rules:
Hindari dari menanggung perasaan bersalah dengan 'don't break the rules'. Ikuti aturan main yang sudah digariskan dan berkonsentrasi menyelesaikan tugasnya. Bila ada aturan yang dilabrak, kita akan menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran untuk meng-cover kesalahan yang sudah dilakukan. Harus selalu ingat ungkapan 'Garbage In Garbage Out'.
Belajar Yang Baik Adalah Mengajar:
Bila sudah menjadi pintar atau ahli dalam bidangnya jangan segan-segan untuk membantu mengajari orang lain terutama kalau mereka minta bantuan. Ajarilah mereka dengan sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya agar mereka bisa berjalan sendiri setelahnya. Pada waktu mengajar sering kali kita juga mendapatkan ilmu baru yang dicetuskan oleh orang lain yang mempunyai sudut pandang yang berbeda. Orang yang kita ajari akan mengingat kebaikan ini dan bila suatu saat kita perlu bantuan, mereka adalah orang pertama yang akan menyingsingkan lengan bajunya.
Waktu mempersiapkan untuk mengajarkan suatu materi biasanya persiapannya akan lebih lama dan perlu waktu yang panjang untuk melakukan 'riset'. Mempersiapkan jawaban-jawaban yang kemungkinan akan ditanyakan oleh 'murid'-nya. Belajarnya akan jauh lebih menyeluruh daripada belajar untuk diri sendiri dan dengan begitu ilmunya akan jauh bertambah banyak.
Trust:
Jangan menceritakan ke pihak lain, siapapun dia, kalau dipercaya orang untuk mendengarkan cerita/berita yang bersifat 'rahasia', 'personal', dll. Berikan rasa nyaman buat orang sekitarnya dan yakinkan bahwa kita adalah orang yang bisa dipercaya. Jangan heran, bila mereka tahu kita orang yang bisa dipercaya, akan banyak lagi informasi 'penting' yang akan kita dapatkan. Ditambah lagi, mereka akan respek ke kita.
Thank You. I Appreciate it:
Jangan pernah lupa untuk mengucapkan terima kasih apabila ada orang yang memberi bantuan. Selalu sampaikan 'Thank you. I really appreciate for your help'. Meskipun sang penolong kemungkinan melakukannya dengan tulus tetapi mereka akan merasa lebih senang apabila pertolongan yang sudah dilakukan dihargai dengan baik. Lebih senang berhubungan dengan orang yang tahu berterima kasih. Suatu saat nanti bila kita memerlukan bantuan lagi dari sang penolong ini, biasanya mereka akan cepat mengulurkan tangannya dan melakukannya dengan senang hati.
Be Sensitive:
Lebih sensitif terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar kita. Bila kita cukup sensitif, banyak kejadian yang sebenarnya terjadi di luar kekuasaan kita. Kita tahu siapa kita, sejauh mana kemampuan kita, dan kita tahu apa yang terjadi terhadap kita yang asalnya bukan dari kekuatan kita sendiri. Di sana ada sesuatu yang 'beyond all of us'. Dalam banyak hal, kita tidak bisa melakukan sesuatu yang sempurna bila tidak ada petunjuk dan dukungan dari-Nya. Bersihkan diri kita dari sikap sombong dengan prestasi-prestasi yang sudah dilakukan. Kita harus selalu menyadari bahwa kita tidak bisa melakukan semuanya itu tanpa-Nya.
Conclusion:
Bila dari awal kita sudah membiasakan diri untuk bekerja keras dan melakukan segala sesuatunya dengan sempurna maka pada suatu saat nanti bila menghadapi keadaan yang perlu perjuangan yang lebih dari biasanya maka kita sudah siap. Karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari maka hal-hal di atas sudah menjadi 'our DNA'.
Mobil Range-Rover meskipun agak keren tetapi dari luarnya tidak menunjukkan tanda-tanda yang istimewa. Orang mulai menyadari kalau Range-Rover itu adalah kendaraan yang istimewa kalau ada kejadian yang diluar kebiasaan, seperti banjir, tanah longsor, gempa, dll. Dalam keadaan normal, mobil-mobil lainnya akan simpung siur dengan mulus dan gayanya tetapi begitu ada banjir langsung ngadat; kalau ada tanah longsor langsung terpuruk. Range-Rover siap untuk mengarungi medan yang terjal, jalanan yang tandus dan berbatu, menyeberangi sungai yang deras, dll, karena dari awal sudah di desain dan dipersiapkan untuk selalu siap menghadapi segala medan yang akan dilaluinya.
Good luck.
Published on September 17, 2011 19:30
•
Tags:
achievement, excellence, passion, perseverance, positive-thinking, range-rover, self-assessment


