Yusiana Basuki's Blog - Posts Tagged "unconditional-love"
Peranan Seorang Ibu
Merupakah suatu kehormatan bagi seorang wanita menjadi seorang ibu karena Tuhan mempercayakannya untuk merawat, membesarkan dan mendidik ciptaanNya. Ada kalanya kami, kaum ibu, merasa anak adalah miliknya dan sering lupa bahwa anak hanyalah titipan Tuhan. Oleh karena itu, sering seorang ibu mengharapkan anak-anaknya tumbuh menjadi orang-orang yang didambakan oleh ibunya. Hal ini saya alami sendiri dengan putera-puteri saya. Terutama dengan puteri pertama, saya belajar pertama kali cinta tak bersyarat (unconditional love) dan bersabar melalui anak pertama. Tapi, sering kali saya lupa bahwa anak-anak saya memiliki sifat, bakat dan kepribadian yang tidak mutlak sama dengan saya. Dalam hal ini, saya sering memaksakan kehendak saya dan berpikir bahwa itulah yang terbaik buat anak-anak saya, padahal belum tentu menurut anak-anak saya. Sewaktu Trixie dan Ernest masih kanak-kanak, saya mengkursuskan mereka piano, ballet, karate, dan sebagainya dengan harapan bahwa mereka akan tumbuh menjadi orang-orang yang saya inginkan. Mereka harus pandai dan mendapat nilai A di sekolah. Pada saat itu saya berpikir begitulah menjadi seorang ibu yang baik, mampu mencetak pribadi-pribadi yang luar biasa, pandai secara akademi dan ketrampilan lainnya. Saya juga mengharuskan mereka ke gereja setiap minggu dan ikut kelas agama (CCD) seminggu sekali, mereka melalui tahapan sebagai pemeluk agama Katolik, dibaptis, mendapatkan komuni pertama, lalu sakramen penguatan. Rasanya saya merasa puas telah melakukan semua itu bahwa itulah tugas saya sebagai seorang ibu. Saya lupa bahwa anak-anak adalah titipan Tuhan, dan bukan milik kita. Kita ditugaskan untuk merawat dan mendidiknya, tetapi bukan menjadikan mereka seperti kita atau yang kita idamkan.
Ternyata apa yang menurut saya baik tidak begitu halnya menurut Trixie dan Ernest. Di saat mereka beranjak dewasa, mereka menunjukkan sikap unjuk rasa. Trixie les piano dan ballet dari berumur 5 tahun dan sampai lulus SMA. Saya pikir dia menyukainya sebab tidak pernah protes dan melakukan hal-hal yang saya inginkan tanpa keluhan. Tetapi, begitu lulus SMA dia berhenti main piano ataupun ballet. Saya tidak menyadari bahwa sebenarnya itu adalah ungkapan bahwa dia tidak menyukai piano ataupun ballet. Pada saat masuk universitas, Trixie dengan patuhnya memenuhi keinginan saya mengambil jurusan bisnis dengan major di finance. Setelah lulus, dia pun bekerja sebagai finance consultant seperti harapan saya. Suatu hari dia memberontak, dan tidak ingin lagi menuruti keinginan saya. Dia berhenti bekerja sebagai finance consultant di perusahaan GE, dan akan kembali ke bangku kuliah untuk memenuhi inspirasinya menjadi law maker untuk menolong orang-orang kecil. Kesadaran saya sebagai seorang ibu saat itu sudah terlambat bahwa seharusnya saya tidak memaksakan kehendak saya pada Trixie. Tetapi, Trixie cukup berbaik hati dan dengan bijaksana mengatakan pada saya bahwa "I'm your first born, you put your hope and dreams in me."
Saya pengagum karya-karya Kahlil Gibran. Saya mengutip definisi anak dari buku "The Prophet."
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life's longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you, yet they belong not to you.
You may give them your love but not your thoughts.
For they have their own thoughts,
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them,
But seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.
You are the bows from which your children
As living arrows are sent forth.
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might
That His arrows may go swift and far.
Let your bending in the archer's hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
So He loves also the bow that is stable.
Singkat kata dari syair tersebut adalah orang tua berperan sebagai busur dan anak-anak adalah anak panah, dan Tuhan sebagai pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah. Sebagai busur, orang tua diharapkan stabil dalam mengarahkan bidikan anak panah supaya anak panah mencapai sasaran bidikan. Orang tua jangan berperan sebagai Tuhan atau pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah. Orang tua hanya sebagai pembimbing/busur yang mengarahkan anak panah untuk mencapai sasaran bidikan yang sudah ditentukan oleh pemanah, yaitu Tuhan.
Meskipun kesadaran saya sebagai seorang ibu yang mencoba bertindak sebagai pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah sudah terlambat untuk puteri pertama saya, Trixie, tetapi belum terlambat buat anak-anak saya yang lain. Mulai dari sekarang saya mencoba menjadi busur yang stabil untuk membimbing anak-anak panah saya, Ernest, Adrian dan Diana mencapai sasaran bidikan yang sudah ditentukan oleh sang pemanah, yaitu Tuhan.
Ternyata apa yang menurut saya baik tidak begitu halnya menurut Trixie dan Ernest. Di saat mereka beranjak dewasa, mereka menunjukkan sikap unjuk rasa. Trixie les piano dan ballet dari berumur 5 tahun dan sampai lulus SMA. Saya pikir dia menyukainya sebab tidak pernah protes dan melakukan hal-hal yang saya inginkan tanpa keluhan. Tetapi, begitu lulus SMA dia berhenti main piano ataupun ballet. Saya tidak menyadari bahwa sebenarnya itu adalah ungkapan bahwa dia tidak menyukai piano ataupun ballet. Pada saat masuk universitas, Trixie dengan patuhnya memenuhi keinginan saya mengambil jurusan bisnis dengan major di finance. Setelah lulus, dia pun bekerja sebagai finance consultant seperti harapan saya. Suatu hari dia memberontak, dan tidak ingin lagi menuruti keinginan saya. Dia berhenti bekerja sebagai finance consultant di perusahaan GE, dan akan kembali ke bangku kuliah untuk memenuhi inspirasinya menjadi law maker untuk menolong orang-orang kecil. Kesadaran saya sebagai seorang ibu saat itu sudah terlambat bahwa seharusnya saya tidak memaksakan kehendak saya pada Trixie. Tetapi, Trixie cukup berbaik hati dan dengan bijaksana mengatakan pada saya bahwa "I'm your first born, you put your hope and dreams in me."
Saya pengagum karya-karya Kahlil Gibran. Saya mengutip definisi anak dari buku "The Prophet."
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life's longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you, yet they belong not to you.
You may give them your love but not your thoughts.
For they have their own thoughts,
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them,
But seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.
You are the bows from which your children
As living arrows are sent forth.
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might
That His arrows may go swift and far.
Let your bending in the archer's hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
So He loves also the bow that is stable.
Singkat kata dari syair tersebut adalah orang tua berperan sebagai busur dan anak-anak adalah anak panah, dan Tuhan sebagai pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah. Sebagai busur, orang tua diharapkan stabil dalam mengarahkan bidikan anak panah supaya anak panah mencapai sasaran bidikan. Orang tua jangan berperan sebagai Tuhan atau pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah. Orang tua hanya sebagai pembimbing/busur yang mengarahkan anak panah untuk mencapai sasaran bidikan yang sudah ditentukan oleh pemanah, yaitu Tuhan.
Meskipun kesadaran saya sebagai seorang ibu yang mencoba bertindak sebagai pemanah yang menentukan sasaran bidikan anak panah sudah terlambat untuk puteri pertama saya, Trixie, tetapi belum terlambat buat anak-anak saya yang lain. Mulai dari sekarang saya mencoba menjadi busur yang stabil untuk membimbing anak-anak panah saya, Ernest, Adrian dan Diana mencapai sasaran bidikan yang sudah ditentukan oleh sang pemanah, yaitu Tuhan.
Published on May 13, 2012 18:29
•
Tags:
busur, ibu, kahlil-gibran, panah, tuhan, unconditional-love
Rahasia Cinta
Sebagai anak, ingin hidupnya lebih lama daripada orang tuanya sehingga bisa membantu mereka pada saat mereka membutuhkannya. Sebagai orang tua, ingin hidupnya lebih lama daripada anak-anak agar bisa memastikan bahwa kita selalu siap sedia untuk menolong mereka agar bisa mandiri dan memiliki kehidupan yang bahagia.
Karena lokasi, waktu yang dihabiskan dengan orang tua tidak bisa selama dan sesering yang diinginkan. Rasa kangen dan rindu tidak bisa dihilangkan begitu saja. Tetapi karena sudah menjadi orang tua jadi bisa merasakan bagaimana perasaan orang tua terhadap anaknya. Makanya meski "nakal-nakal" dikit ya tidak apa-apalah karena tahu betul kalau orang tua akan mencintai anak-anaknya apa adanya dan tidak peduli bagaimanapun kelakuan anak-anaknya, mereka akan tetap mencintai dan memaafkan anak-anaknya. Dalam bahasa kerennya rasa cinta ini dikenal sebagai "unconditional love" ;-).
Seandainya anak-anak tahu bagaimana rasa (rahasia) cinta orang tua ini pada mereka, mungkin saja mereka akan menyalah gunakannya. Untungnya mereka baru menyadari atau mengetahui atau meresapi rasa cinta ini setelah mereka menjadi orang tua, jadi sudah terlambat, karena pada saat ini mereka telah berpisah dari orang tuanya dan mandiri, malah sebaliknya bisa menghargai nilai cinta orang tua terhadap anak-anaknya karena sudah mengalaminya sendiri.
Dengan usia kita yang saat ini sudah setengah abad, banyak diantara orang tua kita yang telah kembali kepadaNya. Tentu saja kita sangat sedih sewaktu mereka "pergi". Tetapi bila ada anak kita yang "pergi" lebih dahulu daripada kita, rasa sedih ini menjadi berlipat ganda dan sering tidak tertahankan. Situasi ini semakin membuktikan bahwa rasa cinta orang tua kepada anaknya ini adalah hal yang sangat luar biasa; unconditional love yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Karena lokasi, waktu yang dihabiskan dengan orang tua tidak bisa selama dan sesering yang diinginkan. Rasa kangen dan rindu tidak bisa dihilangkan begitu saja. Tetapi karena sudah menjadi orang tua jadi bisa merasakan bagaimana perasaan orang tua terhadap anaknya. Makanya meski "nakal-nakal" dikit ya tidak apa-apalah karena tahu betul kalau orang tua akan mencintai anak-anaknya apa adanya dan tidak peduli bagaimanapun kelakuan anak-anaknya, mereka akan tetap mencintai dan memaafkan anak-anaknya. Dalam bahasa kerennya rasa cinta ini dikenal sebagai "unconditional love" ;-).
Seandainya anak-anak tahu bagaimana rasa (rahasia) cinta orang tua ini pada mereka, mungkin saja mereka akan menyalah gunakannya. Untungnya mereka baru menyadari atau mengetahui atau meresapi rasa cinta ini setelah mereka menjadi orang tua, jadi sudah terlambat, karena pada saat ini mereka telah berpisah dari orang tuanya dan mandiri, malah sebaliknya bisa menghargai nilai cinta orang tua terhadap anak-anaknya karena sudah mengalaminya sendiri.
Dengan usia kita yang saat ini sudah setengah abad, banyak diantara orang tua kita yang telah kembali kepadaNya. Tentu saja kita sangat sedih sewaktu mereka "pergi". Tetapi bila ada anak kita yang "pergi" lebih dahulu daripada kita, rasa sedih ini menjadi berlipat ganda dan sering tidak tertahankan. Situasi ini semakin membuktikan bahwa rasa cinta orang tua kepada anaknya ini adalah hal yang sangat luar biasa; unconditional love yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Published on July 04, 2012 18:25
•
Tags:
anak, cinta, orang-tua, unconditional-love


