Yusiana Basuki's Blog - Posts Tagged "doa"

Agama Adalah Candu Masyarakat???

Karl Marx, seorang filsuf asal Jerman berpendapat "agama adalah candu masyarakat" karena agama bisa meninabobokan penderitaan yang dialami seseorang, yaitu dengan percaya adanya takdir atau sudah menjadi kehendak Allah. Bagi kita orang yang beragama menghadapi pendapat Karl Marx tersebut tidak perlu marah atau berpikir negatif tentang pendapat filsuf tersebut. Kita mencoba melihatnya dari sisi positifnya, kalau agama dianggap sebagai candu masyarakat adalah suatu candu yang baik karena agama tidak menimbulkan ketagihan atau effek sampingan yang buruk malah sebaliknya mendorong orang untuk melakukan hal-hal yang baik.

Memang benar agama mengajarkan kita untuk berpasrah terhadap kehendak Allah, takdir, sehingga tidak ada kekuatiran dalam menjalani hidup ini. Tapi, ada kalanya kita merasa tidak diperdulikan Tuhan pada saat kita membutuhkan bantuanNya, misalnya do'a kita tidak terkabul dan banyak hal-hal lain di luar dugaan yang menambah beban derita kita. Lalu omelan atau rintihan pun keluar dari mulut. Sebenarnya tidak perlu ngedumel bila doa kita merasa tidak terjawab. Tuhan tahu dan peduli akan kebutuhan setiap manusia, hanya terkadang manusia sering memaksakan kehendaknya sendiri tanpa berusaha untuk mencoba mengerti apa yang menjadi kehendak Allah.

Setiap doa pasti dijawab oleh Allah kita yang maha baik, kadang-kadang jawabannya pas seperti yang kita maui; kadang-kadang jawabannya sesuai dengan rencana Allah yang mengharuskan kita untuk lebih bersabar dan akan mengerti kenapa jawabannya seperti itu di kemudian hari. Seringkali manusia menjadi tidak sabaran atau menganggap Tuhan itu seperti 'bell boy', yang kalau kita “pencet bel” (berdoa), maka DIA akan segera datang dan memberi jawaban yang sesuai dengan keinginan kita. Kalau kita berpasrah sepenuhnya kepada kehendak Allah maka kita akan mengerti bahwa setiap doa kita akan dijawab olehNya.

Seorang petani menanam gandum/padi/jagung, dan sebagainya dengan harapan bahwa pada saatnya tiba bisa panen berkelimpahan. Dalam proses penantian masa panen tiba, sang petani harus rajin menyirami supaya tanamannya tidak kekeringan dan mati, memupuk tanamannya supaya tumbuh subur. Bisa saja semua yang sudah direncanakan atau dilakukan oleh sang petani bisa gagal sebelum masa panen tiba karena adanya hama yang merusak tanaman tersebut, atau kemarau panjang yang membuat tanamannya mati. Tetapi sang petani tidak akan berhenti menjadi petani dengan adanya halangan atau bencana ini. Dia akan terus berusaha dan berkarya; akan terus menyebarkan benih-benih tanamannya; akan terus dengan rajinnya merawat, menyirami dan memupuk tanamannya sehingga hasil panen yang diidamkannyapun akan tiba dan bisa menikmati hasil kerja kerasnya tersebut dengan hati bahagia dan penuh rasa syukur.

Seperti petani tersebut, kita pun harus rajin memupuk dan merawat iman kita, mencoba mendengarkan suaraNya di dalam pikiran dan hati kita melalui meditasi (tirakat) dan berdoa, mempraktekan ajaran-ajaranNya yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat kita gagal memperoleh apa yang kita inginkan misalnya jawaban doa yang tidak langsung terjawab, atau menghadapi cobaan hidup yang berat seperti krisis keuangan, sakit parah, punya anak cacat fisik atau mental, patah hati, dan sebagainya, kita tidak akan berpaling dari Allah. Seperti seorang petani, kita akan kembali bangkit merawat iman kita dengan telaten sampai akhirnya masa panen pun tiba, dan kita pun dengan penuh rasa syukur bisa menikmati hasil panenan tersebut.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 21, 2011 19:28 Tags: agama, candu, doa, karl-marx, petani

Attitude

       Saya bukan penggemar sport tetapi ikutan menonton "Remember The Titans" yang berkisah tentang football dan juga menonton "Rookie of The Year" yang bercerita tentang seorang anak yang berumur 10 tahun yang bermain baseball. Yang menarik dari film ini adalah saran 'coach' yang melatih tim baseball anak tersebut: "sebuah kemenangan ditentukan oleh 'attitude' para pemainnya". Memang betul adanya saran dari 'coach' tersebut, dengan 'attitude' yang positif maka si anak tersebut ikut menentukan kemenangan timnya.

       Saran 'coach' tersebut tentang 'attitude' bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Seseorang dengan 'attitude' yang negatif akan memandang hidup ini hanya dari segi negatifnya saja. Salah satu 'attitude' yang negatif adalah kurang bisa mensyukuri karunia Allah dan banyak bersungut-sungut yang menunjukkan ketidakpuasannya dalam menjalani hidup ini.

       Beberapa waktu yang lalu salah seorang teman, Dewi (bukan nama sebenarnya), mengeluh mengenai persoalan hidup yang sedang dihadapinya, dan berkata "Kenapa sih Tuhan tidak menjawab doa-doa saya. Padahal saya sudah berdoa setiap malam dan berusaha hidup sesuai dengan aturan-Nya." Lalu dia pun bertanya pada saya, "Apakah Tuhan suka mengabulkan doa-doamu?" Saya tersenyum mendengar pertanyaannya tersebut, "Believe or not, hampir 90% doa saya terjawab". "Lho koq enak banget sih jadi kamu, minta apa saja kepada Tuhan, kamu mendapatkannya". Omelnya lagi. Disitulah letak kesalahan Dewi, memiliki 'attitude' yang negatif melihat kehidupan ini, suka mengomel terhadap situasi hidup yang ada pada dirinya. Tidak bisa mensyukuri tentang apa yang telah dimilikinya.

       Dewi tidak sendirian, banyak diantara kita yang memiliki 'attitude' seperti itu. Berdoa berarti meminta dan tinggal tunggu beberapa waktu maka Tuhan akan segera memenuhinya, memperlakukan Tuhan seperti halnya seorang 'bell boy'. Tidak ada salahnya kita meminta, kepada siapa lagi kita meminta kalau bukan kepada Allah yang di surga. Alangkah baiknya kalau hubungan kita dengan Tuhan tidak hanya terjadi pada saat kita membutuhkan pertolonganNya, tapi merupakan suatu komunikasi yang konstan, yang menjadi 'a-way-of-life'. Sikap kita dalam berdoa pun harus positif, bukan dengan sikap yang 'demanding'. Saya yakin bahwa Tuhan itu maha baik, Dia akan memberikan apa yang kita butuhkan tepat pada waktunya dan sesuai dengan kebutuhan yang kita perlukan.

       Sebagai manusia, kemampuan kita dalam melihat kehidupan sangat terbatas, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Seringkali kita bersungut-sungut terhadap doa yang tidak langsung dikabulkan, dan tidak berusaha bersabar dalam menunggu jawaban doa. Terkadang jawaban doa itu sudah terjadi tanpa kita sadari karena kita kurang peka terhadap kehidupan yang kita jalani. Apa yang menurut penampakan kita hari ini baik, belum tentu itu juga baik menurut Tuhan.

       Ada suatu cerita tentang seorang ibu yang menyesali kaki anak laki-lakinya patah akibat terjatuh. Lalu, ibu itu pun berdoa kepada Tuhan yang isinya lebih merupakan suatu omelan daripada sebuah doa, "Tuhan kenapa sih Tuhan membiarkan anak saya terjatuh sehingga kakinya patah? Kenapa tidak Engkau sembuhkan biar dia bisa bekerja seperti laki-laki yang lainnya". Tidak lama kemudian pecahlah perang dan semua laki-laki yang telah cukup umur dipanggil untuk bergabung menjadi tentara, anak laki-laki ibu tersebut tidak termasuk yang dipanggil karena kondisi kakinya yang patah. Ketika tidak ada satupun laki-laki dari kampungnya yang kembali dengan selamat dari perang maka ibu tersebut baru menyadari akan rahasia kehidupan dan karunia yang telah diberikan oleh Tuhan.

       Pada waktu menjawab pertanyaan Dewi bahwa Tuhan mengabulkan 90% doa saya hal itu bukan berarti 'literally' Tuhan mengabulkan doa saya tetapi kepekaan kita terhadap karunia yang telah diberikan oleh Tuhan merupakan hal yang penting. Seringkali jawaban doa telah diberikan dalam bentuk karunia yang lain yang kita terima sehari-hari. Kepekaan terhadap karunia yang telah diberikan oleh Tuhan inilah yang harus selalu kita tingkatkan. Kita juga harus secara konsisten berkomunikasi dengan Tuhan, bukan hanya berdoa pada saat kita membutuhkan pertolonganNya tetapi juga pada saat duka ataupun suka. Perlu suatu kesabaran dalam menanti pengabulan sebuah doa, bisa terkabul hari ini, minggu depan, bulan depan, setahun, sewindu, dan seterusnya. Tuhan akan memberikan jawaban doa pada saat yang terbaik buat umatnya.

       Jauhkan 'attitude' yang negatif dalam berdoa serta hilangkan sikap yang menganggap bahwa Tuhan itu adalah 'bell boy' . Bila saja kita menjalani hidup ini dengan 'attitude' yang positif, yang diantaranya adalah dengan berpikir positif dan optimis, lebih peka terhadap karunia yang telah diberikanNya dan menghilangkan kebiasaan bersungut-sungut, niscaya kita pun akan bisa meraih kemenangan dalam hidup ini, yaitu menjadi orang yang bahagia karena bisa menerima kenyataan hidup ini, merasa dekat dengan Tuhan serta berpasrah dan percaya akan kemurahan hati Tuhan.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 20, 2013 14:43 Tags: allah, attitude, doa, god, peka, pray, tuhan