Yusiana Basuki's Blog, page 5
February 14, 2011
I am a human being
Saya teringat dengan musisi Yanni yang kedua orang tuanya berasal dari Yunani dan kemudian menetap dan menjadi megastar di Amerika dan juga menjadi tenar di seluruh dunia.
Setelah menjadi superstar, ketika orang bertanya: "What are you? Are you Greek or American?"
"Siapa anda? Orang Amerika atau Yunani?" dan Yanni menjawab, "I am a human being". Saya setuju dan sependapat dengan dia. Apakah dia orang Jawa, Sunda, Cina, Bali, Menado, Batak, Minang, Nias, Yunani, Amerika, Yahudi dan lain-lain, tidak menjadi masalah bagi saya.
Orang dinilai bukan karena ras-nya tetapi akan dihargai dengan bagaimana mereka berperilaku dan berbudaya.
Saya suka berkunjung ke negara-negara Eropa, Asia, Australia dan Amerika Selatan, dan lain-lain, dan bertemu dengan berbagai macam ragam orang; dari berbagai penjuru dunia. Secara singkat, mempelajari dan mengenal peri kehidupan mereka yang tentu saja berbeda satu dengan yang lainnya. Keanekaragamannya menjadikan hidup ini seperti pelangi, yang indah untuk dinikmati dan dijalani. Hal ini semakin memperkuat keyakinan saya bahwa "I am a human being" dan tidak merasa perlu untuk membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
Dari budaya jawa (suami orang jawa ;-)), belajar bagaimana menjadi orang yang sabar, bekerja keras dan mengabdi. Dari orang Cina, belajar bagaimana mempunyai jiwa yang pantang menyerah dan belajar bagaimana untuk tetap menghormati orang tua atau leluhur. Dari masyarakat Amerika, saya belajar bagaimana menyatakan pendapat dan menghargai orang lain yang berbeda pendapatnya. Dari orang Eropa, saya belajar bagaimana mereka menghargai peninggalan nenek moyang dan melestarikan sejarah. Dari orang Amerika Selatan, belajar bagaimana lebih menikmati hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya secara alami.
Sikap patriotik, merasa bangga sebagai suatu warga atau bangsa tertentu, merupakan sikap yang bagus asalkan tidak berlebihan. Sikap patriotik yang berlebihan akan menjurus ke arah fanatisme, yang bisa menyebabkan penyempitan pandangan, yang pada akhirnya akan merusak tatanan kehidupan orang banyak. Alangkah indahnya kalau kita senantiasa membuka diri dan menghormati kebiasaan dan kebudayaan bangsa atau orang lain, karena perbedaan-perbedaan yang ada akan memperkaya khazanah pengetahuan dan pemikiran kita, bisa menjadikan kita lebih arif dan bijaksana dalam bertata krama. Bila ditambah dengan semboyan hidup orang Minang; "Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung" maka hidup ini akan terasa lebih enak dan bermakna untuk dijalaninya.
So, "What are you?". I hope you will answer it with "I am a human being" "Siapa anda?" Saya harap anda menjawab "Saya seorang manusia." Bila kita semua bisa membebaskan diri dan pikiran kita dari batasan-batasan, perbedaan-perbedaan yang sebenarnya tidak ada itu maka kita semua akan lebih nyaman dalam menjalani hidup ini. Ini bisa diuji dengan mudah dengan bertanya kepada diri kita sendiri bagaimana kita memandang dan berpikir terhadap orang yang berbeda agama, ras, bangsa, dll. Bila kita memandang dan merasakan "perbedaan-perbedaan" itu dengan netral berarti hidup kita sudah merdeka.
Sebagai penutup silakan mendengarkan lagu dari John Lennon: Imagine.
Saya suka berkunjung ke negara-negara Eropa, Asia, Australia dan Amerika Selatan, dan lain-lain, dan bertemu dengan berbagai macam ragam orang; dari berbagai penjuru dunia. Secara singkat, mempelajari dan mengenal peri kehidupan mereka yang tentu saja berbeda satu dengan yang lainnya. Keanekaragamannya menjadikan hidup ini seperti pelangi, yang indah untuk dinikmati dan dijalani. Hal ini semakin memperkuat keyakinan saya bahwa "I am a human being" dan tidak merasa perlu untuk membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
Dari budaya jawa (suami orang jawa ;-)), belajar bagaimana menjadi orang yang sabar, bekerja keras dan mengabdi. Dari orang Cina, belajar bagaimana mempunyai jiwa yang pantang menyerah dan belajar bagaimana untuk tetap menghormati orang tua atau leluhur. Dari masyarakat Amerika, saya belajar bagaimana menyatakan pendapat dan menghargai orang lain yang berbeda pendapatnya. Dari orang Eropa, saya belajar bagaimana mereka menghargai peninggalan nenek moyang dan melestarikan sejarah. Dari orang Amerika Selatan, belajar bagaimana lebih menikmati hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya secara alami.
Sikap patriotik, merasa bangga sebagai suatu warga atau bangsa tertentu, merupakan sikap yang bagus asalkan tidak berlebihan. Sikap patriotik yang berlebihan akan menjurus ke arah fanatisme, yang bisa menyebabkan penyempitan pandangan, yang pada akhirnya akan merusak tatanan kehidupan orang banyak. Alangkah indahnya kalau kita senantiasa membuka diri dan menghormati kebiasaan dan kebudayaan bangsa atau orang lain, karena perbedaan-perbedaan yang ada akan memperkaya khazanah pengetahuan dan pemikiran kita, bisa menjadikan kita lebih arif dan bijaksana dalam bertata krama. Bila ditambah dengan semboyan hidup orang Minang; "Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung" maka hidup ini akan terasa lebih enak dan bermakna untuk dijalaninya.
So, "What are you?". I hope you will answer it with "I am a human being" "Siapa anda?" Saya harap anda menjawab "Saya seorang manusia." Bila kita semua bisa membebaskan diri dan pikiran kita dari batasan-batasan, perbedaan-perbedaan yang sebenarnya tidak ada itu maka kita semua akan lebih nyaman dalam menjalani hidup ini. Ini bisa diuji dengan mudah dengan bertanya kepada diri kita sendiri bagaimana kita memandang dan berpikir terhadap orang yang berbeda agama, ras, bangsa, dll. Bila kita memandang dan merasakan "perbedaan-perbedaan" itu dengan netral berarti hidup kita sudah merdeka.
Sebagai penutup silakan mendengarkan lagu dari John Lennon: Imagine.
Published on February 14, 2011 07:47
•
Tags:
cina, human-being, imagine, indonesia, jawa, john-lennon, minang, sunda


