Yusiana Basuki's Blog, page 2

May 11, 2013

Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

       Peribahasa "Surga di bawah telapak kaki ibu" sering membuat kening saya berkerut sewaktu saya masih berstatus lajang. Apa benar di bawah telapak kaki ibu saya itu ada surga? Tentu saja kalimat tersebut tidak bisa diambil makna harfiahnya begitu saja.

       Setelah menjadi seorang ibu, baru saya bisa memahami apa makna dari kalimat tersebut. Seorang ibu akan mencintai anak-anaknya tanpa syarat; hati, pikiran, tenaga, dan jasmaninya dipersembahkan untuk anak-anaknya tanpa sedikitpun mengharapkan imbalan apa-apa yang dia inginkan hanyalah kebahagian dan kesehatan dari anak-anaknya.

       Selama sembilan bulan telah mengandung anaknya dengan berbagai masalah yang timbul yang berkaitan dengan kehamilannya: muntah/mual, bengkak kaki, selulit di paha dan perut, dan sebagainya. Tidak mengurangi rasa sayang terhadap bayi yang dikandungnya.

       Setelah melahirkan pun, seorang ibu harus menyusui bayinya dan hanya bisa memejamkan matanya beberapa jam semalam karena sang bayi yang baru lahir biasanya akan terbangun dan menangis beberapa kali di malam hari.

       Ketika mereka mulai ke sekolah. Pagi-pagi sudah harus bangun untuk menyiapkan makanan; make sure pakaiannya bersih dan rapi; make sure bekalnya sudah dimasukkan ke tas sekolah; make sure pekerjaan rumahnya tidak ketinggalan dan siap untuk mengantarkan ke bus stop. Tak lupa untuk mengatakan “Be happy and have fun at school”, “Love you” pada saat bis-nya sudah datang. Begitu juga bila tiba saatnya pulang sekolah, menjemput di Bus Stop. “How is your school today?”, “Do you have fun?”.

       Sesudah anak-anaknya besar, bahkan terkadang yang sudah memiliki keluarga sendiri pun, sang ibu tetap saja khawatir dan peduli dengan kesejahteraan, kebahagiaan, kesehatan, dan keselamatan anak-anaknya.

       Dari hari ke hari, senyum ramah dan kebahagiaan selalu ditularkan kepada anak-anaknya meskipun dari luar terkadang kelihatan garang tetapi di dalam hatinya selalu menaburkan kasih sayang yang tak terhingga buat mereka baik di saat mereka berperilaku dengan manis, pada saat mereka melucu, pada saat mereka sakit, pada saat mereka gembira bahkan pada saat mereka pada nakal. Tiada waktu yang tak terlewatkan tanpa sinaran dan pancaran rasa cinta dan kasih sayang kepada anak-anaknya.

        Pantaslah apabila surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu karena seorang ibu akan selalu bisa dijadikan tempat yang bisa untuk memberikan naungan, kenyamanan, keselamatan, kebahagiaan bagi anak-anaknya mulai dari anaknya tumbuh di rahimnya hingga mereka tumbuh dewasa ataupun hingga akhir hayatnya.

       Di Amerika Serikat, para ibu memiliki hari khusus di setiap hari minggu kedua di bulan Mei yang dirayakan oleh suami dan anak-anaknya sebagai "Mother's Day".

              “Kasih Ibu kepada beta”
              “Tak terhingga sepanjang masa”
              “Hanya memberi tak harap kembali”
              “Bagai sang surya menyinari dunia”

       Happy Mother's Day to every mother in the world. May peace and happiness always be with you!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 11, 2013 07:13 Tags: cinta, ibu, imbalan, kasih-sayang, telapak-kaki

April 30, 2013

One Minute A Day Vitamin

"Warm thoughts can make the sun a little brighter, the sky little bluer, the world a little nicer"

       Hmmmm.......saya tersenyum membaca tulisan tersebut karena memang benar bahwa tindakan yang terdorong untuk memikirkan kepentingan orang lain akan berdampak positif.

       Musim dingin tahun 2011, dengan mata yang sering sembab karena tidak kuasa menahan kesedihan ditinggalkan oleh anak sulung saya, seorang ibu yang berusia sekitar 65-70 tahun yang melayani McDonald’s drive thru bertanya "What's wrong, Honey?" pada saat saya memesan secangkir kopi yang menjadi kebiasan saya sebelum menghadiri acara doa pagi di tempat ibadah. Saya tercengang dan tidak sanggup untuk berkata-kata, malah sesenggukan. Lalu dia pun berkata "Sometimes, life is like swimming upstream, but you can pass through it. When you look back later, you will be proud of yourself that you have been through lots of things in life and survive. We all have those moments, but be strong! Be patient! You can do it." Percakapan searah yang tidak lebih dari satu menit tersebut telah mencerahkan hati dan pikiran saya yang sedang suram pada saat itu.

       Persahabatan saya dengan seorang ibu yang seharusnya sudah pensiun dan duduk-duduk santai di rumah sambil menunggui cucunya daripada berdiri melayani customers di balik jendela kaca di tengah dinginnya angin musim winter yang menyayat, telah terjalin dengan sendirinya. Hampir setiap pagi saya memesan secangkir kopi di drive thru dan ibu itu yang melayani dan menyambut pesanan saya dengan senyumnya yang cerah yang mampu menghangatkan hari-hari kelabu untuk bisa melalui musim dingin Chicago dengan lebih baik.

       Setahun telah berlalu, musim dingin tahun 2012 pun tiba, saya bertanya-tanya dalam hati karena bukan ibu tersebut yang melayani pesanan kopinya tetapi orang lain. "Kemana gerangan ibu tersebut? Apakah dia baik-baik saja? Tidak sakit atau kena PHK?" Selama dua minggu pertanyaan tersebut terus mengusik pikiran saya, yang akhirnya terjawab ketika saya melihat ibu itu lagi, tetapi tidak ada senyuman yang tersungging di bibirnya. Balik saya yang bertanya padanya "Is everything all right with you? Where have you been in the last two weeks?" Dia menjawab bahwa ibunya yang berusia 90 tahun telah terserang stroke dan akhirnya meninggal dunia. Saya tidak mampu untuk berkata-kata karena saya bisa merasakan bagaimana “sakitnya” kehilangan orang yang sangat kita cintai dan meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Saya hanya mampu untuk menggengam tangannya yang kering dan kasar, lalu saya pun memberikan sebotol kecil hand lotion yang selalu ada di tas tangan saya. "Please use this lotion, it will help soothe your hands so they won't dry up." Dia pun tersenyum dan menjawab "Thank you, you have made my day."

       Warm thought, how small it is, can brighten someone's heart. One minute a day dosage is like a vitamin to nurture our health. Satu menit percakapan yang berarti tidak akan mengubah hidup kita secara keseluruhan, tetapi bisa meningkatkan semangat atau menghibur kesedihan yang sedang dirasakan pada saat itu. Sebagaimana halnya dengan sebutir vitamin yang tidak akan menyembuhkan penyakit tetapi akan meningkatkan kesehatan tubuh kita.
1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 30, 2013 18:05 Tags: kesedihan, positif, vitamin, warm-though

April 24, 2013

Bread On The Table

       "Life is not easy." This is a common phrase that we often heard from many lips. I agree with it. That's true that life is hard. What makes life is so hard? We live from a day to the next day to meet our needs or expectations. We must work hard to achieve those. But, should we fight with others to get these? Or let it be whatever falls to our laps?

       I am watching a Korean drama titled "Queens of Reversals". I feel connected to this drama because it told us how to be successful by stealing other's ideas, or trick others to stay ahead of the competition. There are many ways to be successful beside work hard and play fairly. I like to quote one of the character's saying "I just want to be able to provide bread on the table for my family. Send my daughter to college. Buy my wife few things she likes. Save money for a retirement. I don't have to be a successful to achieve those. Very simple."

       Yeah! Right, it might seems very simple. Reality check, we must work hard to get all those very simple basic things. We can work hard and play fairly or play tricks and steal other people's ideas. It is our own choice. But if I meet that cross road which one should I take? No second thought, I'll take the work hard and play fairly in competitions to reach the finish line. It shows what kind of person we are when it comes to the decision between life or death. May God bless you all.
1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 24, 2013 07:56 Tags: bread, competition, idea, successful, trick

March 27, 2013

Greatness

        "Greatness is nothing to do with money, success, and power, but simplicity and courage". Saya mencoba menganalisa apa arti dari kalimat tersebut. Menurut saya, "simplicity" yang dimaksud dalam kalimat itu adalah "simply to accept the things that we can't change", sedangkan "courage" adalah "courage to change the world".

       Dunia selalu dirundung dengan peperangan, dari dahulu hingga sekarang, baik yang mengatasnamakan negara ataupun agama. Lagu "imagine" adalah contoh lain tentang "greatness", meskipun "imagine" hanya merupakan suatu impian dari seorang anak manusia yang merindukan kedamaian dan mendambakan tidak adanya lagi peperangan di dunia ini.

       Seringkali, kita tidak bisa menerima apa yang sudah menjadi suatu kenyataan yang ada. Misalnya, kita mengharapkan pasangan hidup kita berperilaku, berpenampakan, atau berkata-kata seperti yang kita inginkan. Karena sering tidak kesampaian maka akan muncul konflik-konflik yang merunyamkan suasana. Pada akhirnya akan menimbulkan perasaan yang tidak bahagia dalam menjalani hidup ini. Perceraian/perpisahan bisa terjadi karena ketidakmampuan kita untuk menerima apa adanya. Oleh karena itu, sebaiknya kita merujuk ke "simplicity"; "simply accept the things that we can't change". Sikap ini bisa dikategorikan sebagai "Greatness'. Tidak banyak orang yang mampu atau mempunyai keinginan yang kuat untuk menjalani sikap ini.

       Dalam kehidupan bermasyarakat atau berbangsa, seringkali kita terbawa arus massa dan tidak kuasa atau berani menentangnya. Kalau massa melenceng ke jalur yang salah, kita pun terpuruk ke dalam kesalahan. Untuk itu diperlukan adanya suatu "courage", yaitu "courage to change the world we live in". Kita harus berani "be true to ourselves". Alangkah baiknya kalau kita bisa mengadakah perubahan dalam bermasyarakat dan membawa mereka ke jalur yang benar. Tidak banyak orang yang bisa melakukan hal ini. Sikap seperti ini bisa dikategorikan sebagai 'Greatness".

       Oleh karena itu, untuk memperoleh suatu kebahagiaan dan "be true to ourselves" diperlukan adanya "simplicity and courage"; itulah yang dinamakan "Greatness" karena tidak banyak orang yang bisa melakukan dua hal yang paradoks ini. "Greatness" menujukkan sikap yang lebih besar dari kemampuan yang dimiliki kebanyakan manusia; diperlukan jiwa yang besar dan keberanian yang luar biasa dalam menghadapi kenyataan yang ada; apakah mengubahnya atau menerimanya.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 27, 2013 07:44 Tags: courage, money, power, simplicity, success

March 20, 2013

Attitude

       Saya bukan penggemar sport tetapi ikutan menonton "Remember The Titans" yang berkisah tentang football dan juga menonton "Rookie of The Year" yang bercerita tentang seorang anak yang berumur 10 tahun yang bermain baseball. Yang menarik dari film ini adalah saran 'coach' yang melatih tim baseball anak tersebut: "sebuah kemenangan ditentukan oleh 'attitude' para pemainnya". Memang betul adanya saran dari 'coach' tersebut, dengan 'attitude' yang positif maka si anak tersebut ikut menentukan kemenangan timnya.

       Saran 'coach' tersebut tentang 'attitude' bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Seseorang dengan 'attitude' yang negatif akan memandang hidup ini hanya dari segi negatifnya saja. Salah satu 'attitude' yang negatif adalah kurang bisa mensyukuri karunia Allah dan banyak bersungut-sungut yang menunjukkan ketidakpuasannya dalam menjalani hidup ini.

       Beberapa waktu yang lalu salah seorang teman, Dewi (bukan nama sebenarnya), mengeluh mengenai persoalan hidup yang sedang dihadapinya, dan berkata "Kenapa sih Tuhan tidak menjawab doa-doa saya. Padahal saya sudah berdoa setiap malam dan berusaha hidup sesuai dengan aturan-Nya." Lalu dia pun bertanya pada saya, "Apakah Tuhan suka mengabulkan doa-doamu?" Saya tersenyum mendengar pertanyaannya tersebut, "Believe or not, hampir 90% doa saya terjawab". "Lho koq enak banget sih jadi kamu, minta apa saja kepada Tuhan, kamu mendapatkannya". Omelnya lagi. Disitulah letak kesalahan Dewi, memiliki 'attitude' yang negatif melihat kehidupan ini, suka mengomel terhadap situasi hidup yang ada pada dirinya. Tidak bisa mensyukuri tentang apa yang telah dimilikinya.

       Dewi tidak sendirian, banyak diantara kita yang memiliki 'attitude' seperti itu. Berdoa berarti meminta dan tinggal tunggu beberapa waktu maka Tuhan akan segera memenuhinya, memperlakukan Tuhan seperti halnya seorang 'bell boy'. Tidak ada salahnya kita meminta, kepada siapa lagi kita meminta kalau bukan kepada Allah yang di surga. Alangkah baiknya kalau hubungan kita dengan Tuhan tidak hanya terjadi pada saat kita membutuhkan pertolonganNya, tapi merupakan suatu komunikasi yang konstan, yang menjadi 'a-way-of-life'. Sikap kita dalam berdoa pun harus positif, bukan dengan sikap yang 'demanding'. Saya yakin bahwa Tuhan itu maha baik, Dia akan memberikan apa yang kita butuhkan tepat pada waktunya dan sesuai dengan kebutuhan yang kita perlukan.

       Sebagai manusia, kemampuan kita dalam melihat kehidupan sangat terbatas, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Seringkali kita bersungut-sungut terhadap doa yang tidak langsung dikabulkan, dan tidak berusaha bersabar dalam menunggu jawaban doa. Terkadang jawaban doa itu sudah terjadi tanpa kita sadari karena kita kurang peka terhadap kehidupan yang kita jalani. Apa yang menurut penampakan kita hari ini baik, belum tentu itu juga baik menurut Tuhan.

       Ada suatu cerita tentang seorang ibu yang menyesali kaki anak laki-lakinya patah akibat terjatuh. Lalu, ibu itu pun berdoa kepada Tuhan yang isinya lebih merupakan suatu omelan daripada sebuah doa, "Tuhan kenapa sih Tuhan membiarkan anak saya terjatuh sehingga kakinya patah? Kenapa tidak Engkau sembuhkan biar dia bisa bekerja seperti laki-laki yang lainnya". Tidak lama kemudian pecahlah perang dan semua laki-laki yang telah cukup umur dipanggil untuk bergabung menjadi tentara, anak laki-laki ibu tersebut tidak termasuk yang dipanggil karena kondisi kakinya yang patah. Ketika tidak ada satupun laki-laki dari kampungnya yang kembali dengan selamat dari perang maka ibu tersebut baru menyadari akan rahasia kehidupan dan karunia yang telah diberikan oleh Tuhan.

       Pada waktu menjawab pertanyaan Dewi bahwa Tuhan mengabulkan 90% doa saya hal itu bukan berarti 'literally' Tuhan mengabulkan doa saya tetapi kepekaan kita terhadap karunia yang telah diberikan oleh Tuhan merupakan hal yang penting. Seringkali jawaban doa telah diberikan dalam bentuk karunia yang lain yang kita terima sehari-hari. Kepekaan terhadap karunia yang telah diberikan oleh Tuhan inilah yang harus selalu kita tingkatkan. Kita juga harus secara konsisten berkomunikasi dengan Tuhan, bukan hanya berdoa pada saat kita membutuhkan pertolonganNya tetapi juga pada saat duka ataupun suka. Perlu suatu kesabaran dalam menanti pengabulan sebuah doa, bisa terkabul hari ini, minggu depan, bulan depan, setahun, sewindu, dan seterusnya. Tuhan akan memberikan jawaban doa pada saat yang terbaik buat umatnya.

       Jauhkan 'attitude' yang negatif dalam berdoa serta hilangkan sikap yang menganggap bahwa Tuhan itu adalah 'bell boy' . Bila saja kita menjalani hidup ini dengan 'attitude' yang positif, yang diantaranya adalah dengan berpikir positif dan optimis, lebih peka terhadap karunia yang telah diberikanNya dan menghilangkan kebiasaan bersungut-sungut, niscaya kita pun akan bisa meraih kemenangan dalam hidup ini, yaitu menjadi orang yang bahagia karena bisa menerima kenyataan hidup ini, merasa dekat dengan Tuhan serta berpasrah dan percaya akan kemurahan hati Tuhan.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 20, 2013 14:43 Tags: allah, attitude, doa, god, peka, pray, tuhan

March 13, 2013

Tragedi vs Komedi

Love is the brightest and most beautiful flower in life’s garden. 
---CW Olson---

       Kisah di balik tradisi pasangan kekasih atau suami istri merayakan 'Valentine's Day' berawal dari jaman kerajaan Romawi. Saat itu seorang pastor yang bernama Valentine berani menentang aturan yang dibuat oleh raja Claudius yang melarang pasangan muda untuk menikah. Aturan ini diberlakukan untuk menghimpun tentara kerajaan Romawi karena banyak dari para pemudanya yang enggan untuk menjadi tentara. Raja Claudius berpendapat bahwa keengganan para pemuda untuk bergabung dengan bala tentara kerajaan karena mereka tidak ingin meninggalkan keluarga, yaitu istri dan anak-anak mereka. Valentine tetap menjalankan tugasnya sebagai pastor yang menikahkan pasangan muda-mudi secara diam-diam sampai suatu hari ketahuan oleh raja Claudius sehingga dia dihukum mati pada tanggal 14 Februari tahun 296 . Itulah awalnya mengapa tanggal 14 Februari menjadi suatu peringatan bahwa cinta kasih itu tidak bisa ditentang oleh kekuasaan apapun termasuk aturan kerajaan karena sudah merupakan kodrat manusia.

       Cerita tentang cinta sudah ada sejak jaman dahulu kala dan tidak pernah menjadi basi. Para penulis dan penyair tidak pernah kekurangan bahan untuk menulis kisah atau pun menciptakan lagu tentang cinta. Memang cinta adalah bagian dari hidup manusia, disitulah yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya, yaitu kemampuan untuk mencintai. Cinta juga bisa bermacam-macam wujudnya: cinta antara lawan jenis, cinta persahabatan, cinta antara anggota keluarga seperti orangtua ke anak dan sebaliknya atau antara saudara sedarah atau seketurunan, cinta pastor atau pendeta terhadap umatnya dan sebaliknya.

       Dalam tulisan ini saya ingin membicarakan jalinan cinta antara lawan jenis, bahwasanya cinta antara lawan jenis itu mengandung resiko. Keberanian kita untuk mencintai seseorang merupakan sebuah tantangan hidup; yang berarti kita harus siap untuk menanggung resiko yang mungkin terjadi. Jalinan cinta kasih antara lawan jenis bisa berakhir dengan tragedi atau komedi, dengan kata lain bisa berakhir dengan derai air mata atau tawa ria . Karya-karya Shakespeare bisa melambungkan namanya karena selain pemilihan kata-katanya yang puitis dan bernas sehingga sering dikutip oleh banyak orang, juga karena karya-karyanya tersebut mencerminkan kehidupan manusia yang ada hubungannya dengan cinta dan kekuasaan. Kalau kita tarik benang merah dari cerita-cerita Shakespeare, maka bisa dikelompokkan ke dalam dua kategori. Yang pertama adalah tragedi seperti dalam cerita "Romeo and Juliet" , "Hamlet" , "Macbeth" , dan sebagainya; yang kedua adalah komedi seperti dalam cerita "The Merchant of Venice" , "A Midsummer Night's Dream" , "As You Like It" , dan sebagainya.

        Memasuki sebuah perkawinan bukanlah hal yang mudah; seperti hendak mengarungi samudra luas yang tidak tahu kedalaman dan keganasannya, meskipun tahu pelabuhan yang akan kita tuju tetapi dalam mengarungi samudra untuk menuju pelabuhan tersebut akan banyak sekali berhadapan dengan ombak dan badai yang setiap saat bisa mengkaramkan kapal kita. Untuk mempertahankan agar kapal kita tetap bisa berlayar dan mencapai tujuannya itulah yang menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh setiap pasangan perkawinan. Pada saat kita berikrar untuk mengarungi hidup bersama, tentunya kita menyadari bahwa masing-masing pihak sudah memiliki dunia (dibaca kepribadian) yang telah terbentuk sebelumnya, yang ada sangkut pautnya dengan latar belakang keluarga, kebiasaan yang diajarkan, nilai-nilai yang ditanamkan orang tua, dan sebagainya. Dengan dua kepribadian yang berbeda bisa saja pasangan tersebut memiliki 'common interest' atau 'conflicting interest' yang akan menimbulkan benturan, bisa besar bisa kecil. Sebenarnya kita mempunyai pilihan, apakah kita ingin mengakhiri kisah cinta kita menjadi sebuah tragedi atau komedi? Apakah kita akan memperbesar benturan-benturan yang terjadi sehingga perbedaan yang ada semakin melebar, yang bisa mengakibatkan kisah cinta berakhir dengan tragedi? Atau kita akan berusaha menenggangi perbedaan-perbedaan yang ada dengan menghormati pribadi masing-masing dan berusaha untuk menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut dengan berprinsip: "Everybody is different and unique in his/her own way." maka kisah cinta itu pun bisa berakhir dengan komedi.

       Saya sering menyadari bahwa saya adalah yang termasuk dalam kelompok 'a romantic fool' karena masih bermimpi akan adanya cinta abadi antara sesama manusia. Padahal di dunia ini tidak ada satu pun yang abadi, yang bisa kita lakukan adalah memelihara cinta yang ada dengan sebaik mungkin supaya tidak berakhir dengan tragedi. Terkadang saya berpikir, penyebab saya menjadi 'a romantic fool' karena pengaruh ayah saya; ini yang saya maksud dengan dunia atau kepribadian yang sudah terbentuk karena pengaruh keluarga, salah satunya adalah kesukaan akan karya sastra: puisi, novel, drama, maupun cerita rakyat atau folklore. Saya masih ingat sewaktu masih kecil sampai remaja, beliau sering membacakan atau menceritakan karya-karya tersebut. Lalu kesukaan saya menulis pun menurun dari ayah yang memang punya hobi menulis. Kesukaan saya akan bunga pun karena kebiasaan ayah yang pada setiap hari Minggu membelikan bunga kesukaan ibu, bunga sedap malam.

       Sewaktu tumbuh menjadi seorang wanita dewasa, saya pun mengharapkan kebiasaan yang sama; sebagaimana ayah memperlakukan ibu saya; dari suami untuk selalu memberikan bunga yang dilengkapi kartu dengan tulisan romantis setidaknya di hari Valentine. Tetapi, suami memiliki kepribadian yang berbeda dengan ayah saya, dia cenderung 'practical' , disinilah benturan bisa terjadi kalau masing-masing pihak tidak bisa menjembatani perbedaan dari kebiasaan ataupun perilaku masing-masing. Suami memenuhi keinginan saya meskipun saya tahu bahwa dia tidak pernah membeli bunga untuk siapa pun karena hal itu memang bukan suatu kebiasaan di keluarganya. Malah semasa pacaran dulu, dia memberikan bunga Edelweis, suatu lambang cinta abadi karena bunganya tidak akan pernah layu . Dia melakukan hal itu demi untuk memenuhi 'my fantasy' tentang cinta abadi karena saya si 'romantic fool'.

       Saya pernah menceritakan tentang latar belakang bunga Edelweiss yang dianggap sebagai lambang cinta abadi pada suami (waktu masih berstatus pacar). Dahulu kala para pemuda yang hidup di sekitar pegunungan Alpen di Eropa, seperti Austria, Swiss, Jerman mendaki pegunungan yang selalu tertutup salju meskipun pada saat 'summer' untuk memetik bunga Edelweiss yang tumbuh di pohon-pohon di sekitar pegunungan Alpen tersebut untuk diberikan kepada wanita yang dicintainya. Sebagian pemuda berhasil membawa bunga Edelweiss, sebagian lagi tidak pernah kembali karena mati kedinginan di atas gunung. Konon kisah inilah yang menginspirasikan para pemuda dan pemudi untuk menjadikan bunga Edelweiss sebagai lambang cinta abadi, bahkan dibuatkan lagu yang berjudul "Edelweiss" dalam film "The Sound of Music" .

       Di hari Valentine enam tahun yang lalu, suami mengajak untuk menonton film serem, "Hannibal" , tentu saja saya heran dengan pilihannya di hari Valentine, karena "Hannibal" sama sekali bukan film yang romantis. Dengan ringan suami menerangkan "kamu kan penakut, kalau menonton film serem, mau enggak mau kamu akan memeluk saya karena ketakutan." Saya tertawa mendengar alasan suami yang memang orangnya 'practical' ini, begitulah caranya ia menyatakan keromantisannya "in his own way" . Saya berusaha untuk menghormati pilihannya tersebut, meskipun saya tidak bisa menikmati film itu karena banyak 'scene' yang mengerikan.

        Disitulah yang saya maksudkan dengan menghormati pribadi masing-masing dan berusaha menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada, kerelaan untuk berkorban, misalnya dengan memenuhi fantasi pasangan hidup kita atau berusaha menikmati sesuatu yang tidak kita sukai demi pasangan hidup kita . Dengan prinsip "everybody is different and unique in his/her own way" banyak kisah cinta yang akan berakhir dengan komedi. Tanpa prinsip tersebut banyak kisah cinta antara wanita dan laki-laki yang akan berakhir dengan tragedi.


Edelweiss

Music: Richard Rodgers
Lyrics: Oscar Hammerstein
Musical: "The Sound of Music"

Edelweiss, Edelweiss
Every morning you greet me
Small and white,
clean and bright
You look happy to meet me.
Blossom of snow
may you bloom and grow,
Bloom and grow forever.
Edelweiss, Edelweiss
Bless my homeland forever
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 13, 2013 14:34 Tags: edelweiss, komedi, pernawinan, tragedi, valentine

February 20, 2013

Feeling Blue

       Musim dingin di Chicago terasa menyilet kulit karena suhu udara yang teramat dingin mempengaruhi suasana hati menjadi terasa dingin (blue) pula. Dalam hidup ini tidak selamanya berjalan dengan mulus, ada kalanya di dalam perjalanan hidup manusia akan mengalami perasaan yang naik turun seperti naik roller coaster . Terkadang, kita ingin termenung sejenak dan melupakan semua peristiwa yang terjadi dengan kita.

        Saya yakin bahwa saya tidak sendirian dalam merasakan suasana hati yang seperti ini, hampir setiap orang, sesekali pernah mengalami "devastation"; harus melalui jalan yang berliku, terjal, dan licin; tidak jarang sampai tersandung dan terpuruk . Perasaan seperti itulah yang terkadang saya rasakan di musim dingin selama tinggal di Chicago. Matahari terbit sekitar pukul 7 pagi dan tenggelam sekitar jam 5 sore. Biasanya sinar matahari yang cerah bisa membuat suasana hati pun terasa cerah. Disaat mood-nya lagi blue, ada beberapa hal yang suka saya lakukan untuk mencerahkan dan mengangkat mood agar bisa berjalan normal kembali, diantaranya:

       Berkomunikasi dengan Allah melalui doa dengan mengungkapkan kegundahan hati yang hanya bisa saya utarakan dengan bebas kepadaNya dan yakin tidak akan bocor dan menjadi gosip hangat ;-).

       Menonton film adalah salah satu hobi saya. Belum lama ini saya menyaksikan film yang cukup menarik, Into Temptation, cerita tentang seorang pastor yang seringkali menerima pengakuan dosa dari umatnya. Seseorang yang datang mengaku dosa tidak selalu karena mereka melakukan dosa atau kesalahan tetapi tidak jarang hanya ingin sekedar curhat. Yang menarik dari film ini adalah bagaimana sang pastor yang terobsesi oleh pengakuan dosa seorang wanita yang berniat untuk mengakhiri hidupnya. Dia melakukan pengakuan dosa sebagai pengakuan dosa yang terakhir kalinya sebelum pergi meninggalkan dunia ini. Si pastor terobsesi untuk menyelamatkan umatnya ini dan berusaha agar dia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Si pastor inipun, akhirnya mengetahui bahwa profesi wanita ini adalah seorang wanita penghibur. Pastor inipun dengan rajinnya mendatangi bar, night club atau tempat pelacuran untuk mencari dan berusaha menyelamatkan si wanita ini. Pada saat pastor tersebut menemukan tempat kediamannya, sudah terlambat karena si wanita tersebut sudah pergi dan berniat terjun ke sungai dari jembatan yang cukup tinggi dan arus sungainya cukup deras. Di dalam film tersebut juga diceritakan bagaimana si pastor menyelamatkan para pemabuk dengan memberikan tumpangan ke mereka agar kembali sober. Inti dari film ini adalah unselfishness and how to serve or help others .

       Film kedua adalah Freedom Writer yang ceritanya berdasarkan kisah nyata; tokoh utamanya dimainkan oleh Hillary Swank. Cerita seorang guru muda yang berusaha untuk menyelamatkan murid-muridnya yang sudah tidak memiliki harapan atau masa depan cerah. Murid-muridnya terdiri dari berbagai keturunan: black, white, hispanic, asian, dan lain-lain, yang berlokasi di Long Beach, California. Guru tersebut harus bekerja di 2 tempat sepulang mengajar, yaitu sebagai penjaga toko dan concierge di hotel supaya bisa mengumpulkan uang agar bisa memberikan bahan-bahan untuk pengajaran yang tidak disediakan oleh sekolahnya. Murid-muridnya kebanyakan adalah anggota suatu gang yang hidupnya selalu merasa terancam dari hari ke hari. Dengan menggunakan uang pribadi, sang guru berusaha membuka mata murid-muridnya tersebut melalui buku-buku bacaan, field trip ke museum dan sebagainya. Tujuannya adalah supaya mereka menyadari bahwa di dunia luar sana begitu banyak harapan atau kesempatan, jangan tenggelam dengan mengasihani dan menyalahkan diri sendiri atau siapa saja karena hidup mereka berada di lingkungan yang kurang menguntungkan. Di akhir cerita, si guru berhasil memotivasi mereka sehingga berhasil lulus SMA dan bahkan sebagian dari mereka ada yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Temanya sama yaitu unselfishness to serve or help others .

       Menonton kedua film tersebut membuat saya menjadi malu sendiri. Saya yang hanya mengurusi anak-anak dan rumah dan bekerja part time terkadang merasa down dan devastated. Di luar sana, seperti yang digambarkan Freedom Writer yang berdasarkan kisah nyata, begitu banyak anak-anak malang yang hidup di lingkungan yang kurang menguntungkan, anak-anak yang hidup di jalanan atau pun menjadi anggota gang, orang tua atau saudaranya dipenjara karena kasus kriminal, teman-temannya tertembak mati karena gang war. Begitu juga di dalam film Into Temptation, pelacur yang bergelut untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari dan pemabuk yang bergelut dengan kecanduan alkohol adalah suatu perjuangan yang luar biasa. Tokoh utama sang guru di Freedom Writer atau sang pastor di Into Temptation adalah contoh yang baik yang perlu kita tiru, jangan biarkan diri kita down oleh karena berada di lingkungan yang kurang mendukung atau pun sepelenya hanya karena cuaca musim dingin yang buruk. Singkat kata, jangan mudah tenggelam oleh masalah diri sendiri. Dengan berpikir positif maka hasilnya akan menjadi positif. Boleh boleh saja kita down dan devastated, tapi jangan biarkan kita terlena berkepanjangan dengan mood seperti ini, tetapi segera bangkit dan berusaha untuk membuat hidup ini menjadi lebih layak dan berharga untuk dijalani .
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 20, 2013 21:16 Tags: blue, musim-dingin, selfish

February 14, 2013

TGI Friday - Thank God It's Friday

       "Thank God It's Friday." Kalimat itu memang sering kita dengar setiap menjelang akhir minggu berarti waktu senggang dan bersantai dengan keluarga akan tiba. Tapi, apakah kita mengucap syukur kepada Tuhan setiap hari untuk hal-hal yang rutin seperti untuk sinar matahari yang menerangi siang hari atau bintang-bintang dan bulan yang bercahaya di malam hari? Apakah hal-hal yang lain kita "take it for granted?" sebab itu sudah merupakan bagian dari rutinitas kita?

       Saya ingat pernah membaca tulisan seseorang ternama, saya tidak ingat persis namanya. Isi tulisan itu: "Count each day as a gift, therefore we call today the present" Lalu saya ingat Leonardo DeCaprio yang memerankan Jack Dawson, tokoh protagonis dalam film "Titanic" yang beredar sekitar tahun 1997, Jack Dawson mengatakan bahwa dia bersyukur untuk hal-hal yang dianggap orang lain sepele, misalnya " I have air in my lungs. Pencils and papers, so I can draw...... life is a gift, you've never know what you will end up to." Buat kebanyakan orang sesuatu yang sudah merupakan hal yang rutin tidak dianggap lagi sebagai suatu karunia. Dan baru terasa itu suatu karunia kalau ada suatu penyimpangan, misalnya gigi dianggap bagian dari mulut kita yang berfungsi untuk mengunyah makanan, tetapi begitu gigi kita tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena berlubang atau gusinya sensitif sehingga ngilu, baru terasa betapa pentingnya peranan gigi dalam kehidupan kita.

       Begitu juga dalam kehidupan berkeluarga sering kita lupa mengatakan hal-hal yang baik yang semestinya kita lakukan terhadap anggota keluarga seperti suami/istri, adik/kakak, ayah/ibu, anak-anak. Kita anggap itu sudah bagian dari hidup kita sehingga kita pun sering lupa mengatakan hal-hal yang seharusnya kita katakan. Saya pernah membaca di sebuah majalah bahwa seyogianya kita mengatakan hal-hal yang baik terhadap pasangan hidup kita maupun terhadap anak-anak sesering mungkin, "Say it while you can, don't postpone till it is too late." Meskipun kedengarannya gombal, usahakan untuk mengatakan "I love you" terhadap suami dan anak-anak dengan tulus, dalam novel favorit saya "Thorns bird" ibu Maggie menangis sewaktu suaminya meninggal dan menyesali bahwa dia tidak sempat mengatakan "I love you" semasa suaminya hidup. "Now, it is too late, Paddie has gone and never has a chance to hear what I want to say it to him all these years when I married him."

       Hari Minggu yang lalu suami saya melakukan sesuatu di luar kebiasaannya, yaitu membawa pulang rangkaian bunga kesukaan saya sehabis dia main Volley ball. Saya langsung bercuriga: apa ini sogokan supaya dia bisa main volley setiap hari Minggu? (saya selalu menekankan ke semua anggota keluarga hari minggu adalah hari keramat, yaitu hari keluarga. Kalau mau buat acara-acara di luar kepentingan keluarga, lakukan di hari lain.) Ternyata di balik semua itu ada ceritanya, suami saya bercerita bahwa selalu ada kotbah dan doa sebelum pertandingan volley dimulai. Pengkotbah tersebut mengatakan: "Do something out of ordinary to your wife/husband, children, families, friends or other people when you come home after the game finished." Suami saya take his words to his heart dan mampir ke flower shop untuk beli bunga. Lalu, saya bilang boleh deh dia main volley ball tiap hari minggu, kan bukan hanya main volley saja tetapi ada tambahan bonus bersama-sama merenungkan firman Tuhan. Dan saya pun tidak lupa untuk bersyukur untuk hadiah kejutan berupa rangkaian bunga, "Thank God for each blessing," dan selalu mengingatkan ke diri sendiri "Count each day as a blessing."
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 14, 2013 07:30 Tags: bless, blessing, firman, kotbah, thank

October 29, 2012

Some Useful Suggestions

Catatan: dapat dari milis, siapa tahu bermanfaat.

Written By Regina Brett, 90 years old, of The Plain Dealer, Cleveland , Ohio


1. Life isn't fair, but it's still good.
2. When in doubt, just take the next small step.
3. Life is too short to waste time hating anyone.
4. Your job won't take care of you when you are sick.
    Your friends and parents will. Stay in touch.

5. Pay off your credit cards every month.
6. You don't have to win every argument. Agree to disagree.
7. Cry with someone. It's more healing than crying alone.
8. It's OK to get angry with God. He can take it.
9. Save for retirement starting with your first paycheck.
10. When it comes to chocolate, resistance is futile.
11. Make peace with your past so it won't screw up the present.
12. It's OK to let your children see you cry.
13. Don't compare your life to others.
      You have no idea what their journey is all about.

14. If a relationship has to be a secret, you shouldn't be in it.
15. Everything can change in the blink of an eye.
      But don't worry; God never blinks.

16. Take a deep breath. It calms the mind.
17. Get rid of anything that isn't useful, beautiful or joyful.
18. Whatever doesn't kill you really does make you stronger.
19. It's never too late to have a happy childhood.
      But the second one is up to you and no one else.

20. When it comes to going after what you love in life, don't take no for an answer.
21. Burn the candles, use the nice sheets, wear the fancy lingerie.
       Don't save it for a special occasion. Today is special.

22. Over prepare, then go with the flow.
23. Be eccentric now. Don't wait for old age to wear purple.
24. The most important sex organ is the brain.
25. No one is in charge of your happiness but you.
26. Frame every so-called disaster with these words 'In five years, will this matter?'
27. Always choose life.
28. Forgive everyone everything.
29. What other people think of you is none of your business.
30. Time heals almost everything. Give time time.
31. However good or bad a situation is, it will change.
32. Don't take yourself so seriously. No one else does.
33. Believe in miracles.
34. God loves you because of who God is, not because of anything you did or didn't do.
35. Don't audit life. Show up and make the most of it now.
36. Growing old beats the alternative -- dying young.
37. Your children get only one childhood.
38. All that truly matters in the end is that you loved.
39. Get outside every day. Miracles are waiting everywhere.
40. If we all threw our problems in a pile and saw everyone else's, we'd grab ours back.
41. Envy is a waste of time. You already have all you need.
42. The best is yet to come.
43. No matter how you feel, get up, dress up and show up.
44. Yield.
45. Life isn't tied with a bow, but it's still a gift.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 29, 2012 20:49 Tags: suggestion

October 5, 2012

The Search For Pearls

"Errors, like straws, upon the surface flow; He who would search for pearls, must dive below." -- John Dryden


       Dulu waktu kuliah, ada beberapa tugas yang tidak mudah untuk diselesaikan atau mungkin juga sesuatu yang 'impossible'. Banyak teman yang segera menyerah kalah tetapi hal itu tidak melunturkan keinginan untuk terus belajar, bekerja agar bisa menyelesaikannya tugasnya dengan baik. Kadang harus belajar hingga larut malam, harus lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan, harus lebih lama bergulat di depan komputer, harus sering bertanya kepada para senior, berkunjung dan berdiskusi dengan dosen, harus melakukan lebih giat lagi risetnya. Terus berusaha pantang menyerah meskipun harus banting tulang dan tidak jarang muncul keinginan untuk melupakannya saja. Digembleng hampir hancur lebur bangkit kembali, digembleng hampir hancur lebur bangkit kembali, digembleng hampir hancur lebur bangkit kembali hingga akhirnya tugasnya bisa diselesaikan dengan baik dan memuaskan.

       Dalam perjalanan untuk menyelesaikan tugas tersebut banyak sekali pengetahuan yang didapatkan. Tidak jarang pengetahuan itu tidak berhubungan langsung dengan tugas yang harus diselesaikan. Semakin lama belajar atau risetnya, semakin banyak tambahan ilmunya.

       Pengalaman waktu kuliah tersebut terus dibawa hingga kini. Terus bekerja keras pantang menyerah terutama bila dihadapkan dengan tugas-tugas yang kelihatannya 'impossible'. Di saat ekonomi negara atau dunia yang kurang menguntungkan, karakter pantang menyerah ini semakin terasa membantu untuk terus bisa bertahan. Di tempat kerja yang dulunya banyak mempunyai karyawan, satu-per-satu pada berguguran, terutama karyawan yang bekerja 'ala kadarnya'. Atasan atau perusahaan memperhatikan siapa saja yang selalu bekerja giat, have a positive attitude, persistent, yang bisa menjadi team player serta menjadi aset perusahaan. Karyawan seperti inilah yang akan terus dipertahankan selama mungkin karena dengan mempunyai karyawan yang mumpuni kemungkinan besar perusahaan akan terus bisa bertahan meskipun dalam keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan.

       Searching for pearls is not a quick and easy job but it is worth of the efforts. It will differentiate us from others. It will keep us survive.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 05, 2012 09:08 Tags: error, extra-miles, pearl, persistent, positive-attitude, work-hard