Tia Setiawati's Blog, page 779
February 1, 2013
"Beberapa orang sibuk sekali membuat orang lain menderita. Dengan cara lembut atau kasar, membuat..."
-
Dan ketika seseorang tak membalas perbuatanmu, bukan berarti dia tak terluka. Mungkin dia hanya ingin menunjukkan, dia dan kamu; berbeda.
- Tia Setiawati Priatna
January 30, 2013
"Cinta bukanlah menjawab pertanyaan ‘siapa yang lebih baik?’. Tapi, ‘kepada siapa hatimu dengan yakin..."
- Tia Setiawati Priatna
"Ketika kau belajar, kau harus mengajarkan. Ketika kau menerima, kau harus memberi. Hidup seharusnya..."
- Tia Setiawati Priatna
Sayangnya, Kamu Tidak
Jangan pernah menjawab segala hal yang pernah kukatakan
tentang rasaku ke padamu.
Diam saja, tolong rapatkan bibirmu.
Karena barangkali saja, dengan begitu aku akan lupa,
kata-kata yang sudah kukatakan padamu dulu.
Aku begitu menyukaimu.
Aku begitu mengagumimu.
Aku begitu mencintaimu.
Dan aku begitu berharap dapat memilikimu.
Bukan hanya sekedar menjadi teman.
Walau sudah terlalu banyak waktu yang kita bersama habiskan.
Jatuh cinta padamu,
seperti melengkapi kebahagiaan hidupku.
Jangan. Sudahlah jangan.
Tak perlu kau memikirkan kalimat-kalimat tentang cintaku padamu. Cinta yang sudah sedari lama kurasakan.
Anggaplah aku hanya membaca keras-keras
kalimat dalam buku romantis.
Supaya semua yang mendengarnya
dapat bersikap sangat manis.
Ah, sudahlah.
Mengapa kau terus saja bertanya apa yang begitu kutakutkan?
Aku begitu tak ingin mengungkapkan.
Membayangkanmu akan mengatakannya,
membuatku kehilangan seperempat jiwa.
Dan akan sangat sulit untuk kembali menumbuhkannya.
Aku begitu sayang kamu.
Sayangnya, kamu tidak.
Sayangnya, kamu tidak.
Sayangnya, kamu tidak.
Jakarta, 31 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Seharusnya kita tidak berjalan pada lintasan kesalahan yang berbentuk seperti lingkaran. Pengulangan..."
- Tia Setiawati Priatna
"Menikah itu bukan hanya tentang saya dan kamu yang menyatu. Ada cinta, Tuhan, dan ibadah. Maka dari..."
- Tia Setiawati Priatna
"Aku selalu lupa untuk tidak mengingatmu."
- Tia Setiawati Priatna
"Ketika kau menunggu, sangat menunggu, dia untuk menyadari fakta bahwa kau sudah melepaskannya, maka..."
-
Melepaskan yang sesungguhnya itu hampir serupa dengan keikhlasan berkorban.
Mereka yang benar-benar ikhlas berkorban, tidak pernah merasa telah berkorban.
- Tia Setiawati Priatna
Sebelum Kau Berniat Untuk Tak Setia
Cinta adalah apa yang aku rasakan.
Hubungan adalah apa yang aku komitmenkan.
Jika pernah sekali saja kau berniat untuk tak setia.
Maka ingatlah beberapa hal ini, Cinta.
Dari sekian banyak kesalahan ataupun kekhilafan
dalam mencintai dan dicintai seseorang,
tak setia adalah satu-satunya yang tidak termaafkan.
Setidaknya, ini aturan dalam berhubungan denganku.
Saat kau siap untuk melanjutkan hidupmu bersamaku.
Dari sekian banyak cerita cinta yang kutulis dengan penuh rasa,
tak setia adalah tema yang tak akan pernah kutulis.
Tak pernah berniat untuk kutulis.
Karena jika ada cerita sedih untuk ditulis dalam rangka merayakan kesendirian,
selalu ada hal lain yang layak untuk kuceritakan.
Akan kuceritakan berbagai jenis kesedihan, kecuali:
tak setia pada pasangan.
Dari sekian banyak orang yang berlaku memuakkan
dalam menyakiti pasangan yang mereka akui sangat mereka cintai,
tak setia adalah yang paling membuatku mual.
Maka, sebelum kau berniat untuk tak setia,
ada baiknya kau tahu apa yang akan kau dapatkan setelahnya.
Ah, ini bukan ultimatum ataupun ancaman.
Terkadang hal yang terburuk memang harus kita siapkan kan, Tuan?
Dan seandainya saja nanti kau sudah terlanjur tak setia,
anggaplah ini sebagai pembelajaran untukmu saja.
Tak ada lagi aku, ketika kau akan kali kedua tak setia.
Saat kau sedang tak setia yang berikutnya,
aku pasti sudah bahagia.
Dan wanita yang akan menderita nanti,
itu pasti bukan wanita ini.
Di dunia ini, sudah terlalu banyak hal tidak benar, yang dicari pembenarannya.
Tak setia, tidak termasuk salah satunya.
: Karena hal yang memang sudah benar dari awalnya, tak perlu repot kau cari pembenarannya.
Jakarta, 31 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Sadarilah ini : sebelum kau memutuskan untuk menyerah, kau tidak benar-benar kalah."
- Tia Setiawati Priatna


