Tia Setiawati's Blog, page 782
January 28, 2013
Aku Ingin Mencintaimu Dengan Biasa Saja
Ada rasa jera terhadap cinta,
yang akan membuat seseorang memiliki ingin yang berbeda.
Dahulu, aku ingin sekali mencintaimu seperti sebuah sajak Sapardi.
Manisnya mampu memerahmudakan birunya cinta.
Sederhana namun tetap istimewa.
Dahulu, aku pun ingin mencintaimu dengan luar biasa.
Tanpa perlu khawatir akan balasan yang kuterima.
Aku pikir, cinta itu senantiasa memberi sampai kau kehabisan segalanya untuk dirimu sendiri.
Namun manusia hanyalah manusia.
Sosok yang sering sekali lupa akan keterbatasannya.
Dan aku mencintaimu dengan terlalu.
Sampai aku tak punya cinta yang tersisa untuk diriku.
Maka saat ini, aku ingin sekali mencintaimu dengan biasa saja.
Cinta kepada makhluk Tuhan yang biasa saja.
Karena cinta yang sempurna hanyalah milikNya.
Sayangnya,
sudah begitupun aku tetap tak bisa.
Atau mungkin hanya belum terbiasa.
Tangerang, 29 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Baik-baiklah menjaga pasanganmu; hatinya juga kebaikan sikapnya. Karena di masa depan nanti,..."
- Tia Setiawati Priatna
"Terkadang aku tak ingin merindumu dalam diam. Karena dengan berteriak saja, itu tak mampu..."
- Tia Setiawati Priatna
Mungkin Setelah Kemarin
Mungkin setelah kemarin, kamu tak akan...
Mungkin Setelah Kemarin
Mungkin setelah kemarin,
kamu tak akan ada lagi.
Dan aku pun tidak akan menyebut namamu,
dalam doa-doa di sepertiga malamku.
Mungkin setelah kemarin,
aku tak akan pernah lagi bertanya-tanya.
Tentang mengapa kau mampu melepaskanku
dan memberi kesedihan yang luar biasa.
Karena aku sungguh hanya wanita biasa saja.
Yang mampu sakit hati dan terluka luar biasa.
Dan ternyata,
naluriku tak bisa dipaksa amnesia.
Mencintaimu dengan kadar yang jauh lebih besar dari cintamu padaku,
adalah hal yang luar biasa menyakiti hatiku.
Maka setelah kemarin,
aku akan berjalan sendiri saja.
Tak akan ada lagi kasih untukmu,
yang biasa kutaburi bunga dalam lingkaran cintaku.
Inilah hidup yang nyata kan, Tuan?
Terkadang kita mampu berjalan dengan tegap,
setelah ada seseorang yang membuat hati kita pengap.
Jakarta, 28 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
Gravitasi
serupa gravitasi,seberapappun kau menyakiti hati...
serupa gravitasi,
seberapappun kau menyakiti hati ini,
aku selalu mampu mengembalikan rasaku,
rasaku yang hanya kepadamu
serupa gravitasi,
tidak akan butuh waktu lebih lama bagiku,
untuk kembali pada pelukmu,
menyadari bahwa rasa ini,
memang hanya untukmu
serupa gravitasi,
kurasa aku harus selalu bersiap jatuh,
jatuh lagi dan lagi,
pada cintamu
ah, gravitasi
mungkinkah kita akan berhenti pada akhir hari?
menetap di dasar cinta,
menetap dan tidak berniat pergi lagi
karena sungguh,
jatuh bukanlah pilihan utamaku,
aku ingin bangkit,
membawamu serta dengan mimpi-mimpiku
karena aku menginimu,
lebih dari bumi mengingini seisi semesta jatuh,
: karena gravitasi
Tangerang, 9 Januari 2011
- Tia Setiawati Priatna
Ketika Aku Berbicara ‘Aku Akan Pergi’
Kepada pria egois, yang...
Ketika Aku Berbicara ‘Aku Akan Pergi’
Kepada pria egois,
yang mungkin perlu waktu
untuk sejenak saja membiasakan diri bersikap manis.
Dahulu kala,
ketika aku berbicara bahwa aku berniat pergi,
ketahuilah bahwa aku tidak pernah sungguh-sungguh akan pergi.
Dahulu,
ketika aku berbicara bahwa aku sudah bosan akan luka,
ketahuilah bahwa aku tidak berbohong,
namun aku juga bukan wanita selemah itu.
Aku lebih kuat,
dari semua hal pada diriku
yang mampu kedua matamu lihat.
Dahulu, di waktu yang sudah lama itu,
ketika aku mengacuhkanmu dengan terlalu,
ketahuilah bahwa aku hanya ingin sedikit saja perhatian darimu.
Bukan yang berlebihan, Tuan.
Hanya perhatian yang selayaknya saja.
Beberapa minggu lalu,
ketika aku sempat melemahkan suara,
berharap kau mau mendengarkan keluhku dengan lebih seksama,
ketahuilah bahwa aku tidak nyaman melakukan itu.
Namun terkadang,
berada di luar zona nyaman adalah suatu keharusan.
Lalu, beberapa hari lalu,
ketika kau tak juga memperhatikan semua hal yang telah aku coba lakukan,
ketahuilah bahwa mungkin saja kalimat ‘aku akan pergi’
bukan sekedar gertakan.
Dan hari ini,
ketika aku sudah mengemas semua kenangan,
tolong jangan memintaku untuk pulang.
Karena semuanya sudah terlanjur kumasukkan ke dalam kotak hitam.
Untuk kubuang jauh,
: ke dalam lautan masa lalu.
Jakarta, 28 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Cintailah aku dengan biasa saja. Aku khawatir tak mampu mencintaimu dengan sempurna."
- Tia Setiawati Priatna
Alasan Sederhana Mencintai Senja
Saat waktu senja tiba,
aku akan dengan sumringah menatap langit yang ada di atas kepala.
Tepat di mana kakiku sedang menapak saat itu.
Aku mencintai senja.
Mungkin kau sudah bosan mendengarnya.
Namun ada yang kau tak tahu, Tuan.
Senja adalah waktu di mana aku mampu tersenyum tanpa alasan.
Aku gembira,
karena malam sudah hampir tiba.
Senja adalah waktu di mana kita sama-sama akan bertukar kabar,
setelah seharian ini kita sibuk dengan setumpuk pekerjaan.
Alasanku untuk menyenangi hadirnya, sederhana saja kan, Tuan?
Lalu, bagaimana dengan kabar langit senja di kotamu?
Semoga jarak jauh bukan menjadi alasan perbedaan keindahan.
Aku rindu,
menatap senja berdua denganmu.
Kelak nanti,
tak akan ada lagi
langit senja yang terpisah begitu jauh untuk kita.
Jakarta, 28 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
Hei kak. Aku sering denderin soundcloud kakak loh, menyentuh dan keren banget :) Oh ya, tapi musikalisasi puisi kakak yg di post di tumblr, ga semua di post di soundcloud ya? :-/ Yang judulnya cinta pertama, sudah ku katakan, untuk satu hari saja aku cari
Iya, jatah dua jam SC sudah habis, hehe. Kan itu aku sudah pakai 2 akun:))
Cek di sini ya, ada semua kok.
Mungkin Setelah Kemarin
Mungkin setelah kemarin,
kamu tak akan ada lagi.
Dan aku pun tidak akan menyebut namamu,
dalam doa-doa di sepertiga malamku.
Mungkin setelah kemarin,
aku tak akan pernah lagi bertanya-tanya.
Tentang mengapa kau mampu melepaskanku
dan memberi kesedihan yang luar biasa.
Karena aku sungguh hanya wanita biasa saja.
Yang mampu sakit hati dan terluka luar biasa.
Dan ternyata,
naluriku tak bisa dipaksa amnesia.
Mencintaimu dengan kadar yang jauh lebih besar dari cintamu padaku,
adalah hal yang luar biasa menyakiti hatiku.
Maka setelah kemarin,
aku akan berjalan sendiri saja.
Tak akan ada lagi kasih untukmu,
yang biasa kutaburi bunga dalam lingkaran cintaku.
Inilah hidup yang nyata kan, Tuan?
Terkadang kita mampu berjalan dengan tegap, setelah ada seseorang yang membuat hati kita pengap.
Jakarta, 28 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna


