Tia Setiawati's Blog, page 785
January 25, 2013
Lebih Baik Tersesat Sebentar Daripada Menghilang Selamanya
Inilah kisah tentang dua orang manusia.
Yang pernah sangat saling mencintai.
Lalu terpisah.
Dan dipertemukan Tuhan kembali.
Bacalah.
Siapa tahu, ini kisahmu sendiri.
Sang wanita pernah berkata pada sang pria,
‘Jika ingin pergi, silahkan saja.
Kau sudah membawa serta, separuh hatiku dengan tak percuma.’
Si pria hanya mengernyitkan dahi.
Tanpa mau bertanya apapun lagi.
Lalu ia pun pergi.
‘Sudah terlalu banyak sakit hati.
Kita sudah tidak baik untuk terus bersama lalu meratapi diri.’
Lalu ia pergi, dan berniat tak akan kembali lagi.
Waktu demi waktu berlalu.
Tahun demi tahun terlewati.
Cinta hidup dengan caranya sendiri.
Sebuah kisah tentang sang pria sampai di telinga sang wanita.
Mereka bilang, hidup pria itu tidak bahagia.
Ia seperti tersesat dan kehilangan arah hidupnya.
Sang wanita tertegun.
Dalam hati, ia tetap berdoa.
Semoga rasa bahagia tidak pernah benar-benar pergi jauh dari hidup masa lalu cintanya.
Pada suatu senja hari, di hari yang akan mereka ingat selamanya.
Sebuah taman kota mempertemukam mereka berdua.
Sang wanita sedang asik membaca buku.
Sambil sesekali meneriaki anak laki-laki yang sedang tertawa liar sambil berlari.
Ia selalu mencintai anak kecil.
Merasa dirinya pernah sebahagia mereka.
Lalu di sudut seberang sana,
ada seorang pria yang tiba-tiba terpana.
Tangannya sedang memegang seikat mawar merah.
Dia berkata dalam hati,
‘Aku ingin mengingat seseorang senja ini.
Maka akan kuberikan seikat mawar merah ini,
pada wanita manapun yang kutemui pertama kali
dengan mataku yang tak mampu berpaling lagi.’
Lalu matanya melihat sosok itu.
Wanita yang sempat sangat dicintainya dahulu.
Ketika empat mata saling bertatap,
hanya ada senyum yang tersungging malu-malu.
Wanita itu berkata dalam hati,
‘Sudah kukatakan dahulu,
kau tidak membawa separuh hatiku dengan percuma.
Kau membawanya sebagai pertanda,
bahwa ketika kau tersesat,
itulah petunjukmu untuk pulang padaku.’
: karena hati yang sudah terpaut, akan selamanya saling bersahut.
Dan pria itu pun berucap lirih sambil berjalan mendekat pada wanita itu,
‘Aku merasa lebih baik tersesat,
daripada selamanya pergi.
Maka inilah, akhirnya aku kembali.’
Tangerang, 26 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
Karena Cinta Itu Satu
If it’s too hard for you to let go of me,...
Karena Cinta Itu Satu
If it’s too hard for you to let go of me,
I hope you’ll be able to face the truth
: I deserve someone else, better than you.
Keep moving! And don’t look back. We’ll be alright.
Mungkin perlu kukatakan sekali lagi ke padamu.
Aku tidak mampu lagi,
tinggal lebih lama dalam hatimu.
Karena bukankah manusia dinilai dari apa yang dia pilih?
Maka, aku memilih pergi.
Hidup dengan cara dan prinsipku sendiri.
Cinta itu satu, Tuan.
Apakah kau belum banyak belajar?
Dan jika kau tidak juga menentukan sebuah pilihan,
biarkan saja wanita ini yang memutuskan.
Aku pergi.
Aku pergi dari hatimu, namun bukan dari hidupmu.
Karena apa yang sudah terjadi tidak mampu kutarik kembali.
Dan aku menyadari,
aku pernah menjadi bagian dari hidupmu.
Dan akan tetap menjadi bagian dari hidupmu.
Hanya saja sekarang,
aku mungkin hanya akan ada di masa lalu.
Baik-baiklah dengan hidupmu.
Dan jadikan aku sebagai pelajaran terbaik.
Agar kau tidak lagi,
menjadi orang yang munafik.
Tangerang, 19 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Kau pernah mengatakan, bahwa hal-hal yang berlebihan dan keterlaluan sebaiknya dibiarkan dan..."
- Tia Setiawati Priatna
Hey Tia! Seriously you're an engineer? Dari ITB ya kalau tidak salah? Wah gak nyangka banget deh :)) Engineer yang biasanya kaku, penuh dengan logika dan perhitungan rumus bisa membuat dan menuangkan kalimat dengan begitu indahnya :) Terus berkarya ya! Oh
Hai. Iya, S1 dan S2 di ITB, jurusan Teknik Sipil.
Thank you for sending me a letter. :)
Terima kasih banyak, rahmyami.
Teman seperti kamu juga, yang...

Terima kasih banyak, rahmyami.
Teman seperti kamu juga, yang membuat saya tidak akan pernah bosan untuk terus membalas setiap surat yang masuk :)
Sudah difollow ya.
Selama karya itu bukan karyamu, sebaiknya tidak perlu terlalu...

Selama karya itu bukan karyamu, sebaiknya tidak perlu terlalu mencampuri apa-apa yang bukan urusanmu, dlamnc. :)
Karena mungkin nanti akan menyulitkan (dan juga semakin menjengkelkan) ketika dia bertanya ‘urusan kamu apa?’ saat kamu speak up tentang hal ini.
Or maybe, you have a good answer?
Lain hal ketika karyamu memang yang dipergunakan. Hak sepenuhnya ada padamu. :)
Hai, uyabanandi.
Kamu yakin suratmu tidak salah alamat? Saya...

Hai, uyabanandi.
Kamu yakin suratmu tidak salah alamat? Saya pikir itu ditujukan untuk Tante Mario Teguh. :)))
Anw, thank you. Mengutip kata-katanya J-Lo :
‘… Used to have a little, now I have a lot. No matter where I go, I know where I came from’
:)
Aku Hanya Menulis Namamu
teruntuk kamu, yang setia berkunjung...
Aku Hanya Menulis Namamu
teruntuk kamu,
yang setia berkunjung di setiap mimpiku,
aku hanya menulis sajak,
yang kutunjukkan untukmu,
untuk setiap saat dimana aku merindumu,
ataupun mencintamu,
dan akupun sungguh tak tahu
aku hanya menulis lirik-lirik lagu,
yang mungkin tak laku di pinang melodi manapun,
dan semua itu,
masih tentang kamu
akupun hanya menulis,
rencana hidupku yang mungkin lebih cocok kusebut mimpi,
bersama kamu,
menatap senja,
bermain layang-layang,
tanpa harus ada yang sendirian,
dan pulang
aku juga hanya menulis namamu,
dalam benakku,
saat kutahu,
menyebut namamu tak mampu hilangkan rindu
aku…
ah, aku hanya menulis,
apapun yang kurasa perlu,
untuk hatiku,
: untuk meringankannya ketika mengingatmu
Bandung, 23 Oktober 2011
- Tia Setiawati Priatna
Maka Aku Akan Tersenyum Saja
Mencintai diam-diam itu seperti...
Maka Aku Akan Tersenyum Saja
Mencintai diam-diam itu seperti menggenggam sebuah bom waktu.
Akan ada waktunya melepaskan bom itu.
Atau memutuskan untuk terus menggenggamnya,
sampai ia meledak dan membiarkan kabar hatimu tak terdengar.
Aku mencintaimu secara diam-diam.
Tentu, seperti inilah definisi diam-diam bagiku :
Kau tak pernah tahu.
Dan aku hanyalah serupa manusia bisu.
Keberanian mungkin adalah hal yang paling jauh berada dari ragaku.
Maka mulai seterusnya,
aku hanya akan tersenyum saja.
Aku akan tersenyum saja,
saat kau bercerita kau telah bertemu wanita yang manis parasnya.
Aku akan tersenyum saja,
saat kau bercerita kau telah jatuh cinta pada pandangan yang pertama.
Aku akan tersenyum saja,
saat kau berbahagia karena cintamu telah resmi dia terima.
Aku akan tersenyum saja,
saat kau berkata pipi wanitamu merona saat kau menggenggam tangannya.
Aku akan tersenyum saja,
ketika matamu masih mampu menangkap gerak lambat di bibirku,
saat kau sibuk bercerita ini dan itu.
Namun ketika aku berbalik badan,
tak akan mampu lagi kau perhatikan,
air mata yang berurai di pipiku pelan-pelan.
Maka aku akan tersenyum saja.
Seandainya esok hari,
kau menanyakan alasan mengapa kemarin aku terburu-buru pergi.
Tangerang, 24 januari 2013
- Tia Setiawati Priatna


