Tia Setiawati's Blog, page 788
January 24, 2013
Someone made this poem for me. Thank you. :)
Untuk teman yang...
Someone made this poem for me. Thank you. :)
Untuk teman yang asyik dengan kesedihannya ‘Tia Setiawati Priatna’.
Bukan Salahmu
Sebaik apapun hal terindah di dunia; cinta, akan...
Bukan Salahmu
Sebaik apapun hal terindah di dunia; cinta,
akan tetap ada luka dan duka, yang mau tak mau harus kau terima.
Bukan salahmu, Tuan.
Atas semua duka
yang sering kali singgah dalam segala rasa gelisah.
Bukan salahmu, Tuan.
Ketika kukatakan aku terluka,
namun kau tak juga menyembuhkannya.
Bukan salahmu pula.
Ketika aku mengurung diri dalam kamar,
dan enggan berkegiatan.
Kau pasti tahu, aku sedang tak enak perasaan.
Bukan, sungguh bukan salahmu, Tuan.
Atas air mata yang sering terurai
saat ada rindu dalam dada yang menyesakkan.
Semua itu sungguh bukan salahmu.
Karena aku harus menyadari,
bahwa segala hal yang terjadi pada diri sendiri,
adalah tanggung jawabku pribadi.
Termasuk juga dengan urusan hati.
Bukan. Sekali lagi kukatakan, semua itu bukan salahmu.
: karena mungkin, aku hanya mencintaimu dengan terlalu.
Jakarta, 21 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
January 23, 2013
Payung Merah Tua dan Tuan yang Entah Namanya
Di sebuah rumah makan yang sudah kali ke dua kukunjungi,
hujan tiba-tiba saja turun tanpa permisi.
Tak ada awan mendung yang mendahului.
Waktuku sedikit sekali.
Aku harus bergegas pergi.
Atau aku akan terlambat dan mempermalukan diri.
Aku berusaha mencari cara agar hujan tidak menjadi kendala.
Maka, kuhubungi beberapa nomor,
yang mampu menjadi penolong.
Tak ada yang berhasil kuhubungi.
‘Akan kulalui saja hujan itu, tanpa memakai penghalang apapun’, pikirku.
Lalu perlahan, aku berjalan menuju pintu keluar.
‘Ini payung untukmu, Nona’,
sapa seorang pramusaji yang tersenyum tiba-tiba.
Ia menyerahkan sebuah payung berwarna merah tua.
Kukatakan padanya,
‘aku mungkin tidak akan berkunjung lagi, untuk mengembalikan payung merah ini’.
Lalu ia tersenyum lagi, dan berkata,
‘Payung itu untukmu, Nona. Aku menunggu kedatangan kali ke duamu, dan berharap hujan datang lagi saat itu.’
Aku mengernyitkan dahiku.
Kudengar sayup-sayup ia bergumam,
‘Dan aku beruntung, karena Tuhan mendengarkan doaku.’
Aku menggenggam erat payung merah itu.
Dan setelah pamit permisi, aku tak sadar telah berdoa
‘Semoga kali ke tiga nanti, juga masih turun hujan seperti kali ini.
Terima kasih, Tuan yang entah namanya.’
Jakarta, 23 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Salah satu kegunaan berkomitmen dalam sebuah relationship adalah ketika salah satu diantara dua..."
-
Karena pada akhirnya, adalah sangat penting untuk memilih pasangan hidup yang mampu memuliakan kita.
Walaupun sebelumnya, kita tetap harus memuliakan diri kita sendiri.
- Tia Setiawati Priatna
Pria Bodoh Itu Adalah Aku
Rintik hujan senja ini membuat kenangan atasmu semakin menjadi-jadi.
Kau mencintai hujan, lebih besar dari siapapun yang pernah kukenal.
Maka, izinkan lah aku membuatkanmu beberapa bait puisi.
Agar walaupun kau sudah tak di sini,
sosokmu akan tetap melekat dalam hati.
Sosok yang begitu kucintai,
namun gagal untuk kukasihi.
Ada seorang pria yang terlalu bodoh ketika dicintai
oleh seorang wanita yang begitu setia dan hampir sempurna.
Ada seorang pria yang terlalu tidak peduli
untuk memperhatikan cinta wanitanya.
Sehingga banyak hal telah dia lewatkan dan tak pernah dia lakukan.
:
Dia tidak pernah mengirimkan wanitanya setangkai bunga.
Padahal dia selalu berpikir ‘tak ada wanita yang suka diberikan tanda cinta’.
Dia tidak pernah memeluk wanitanya dengan penuh rasa syukur dan cinta.
Padahal pelukan adalah isyarat,
bahwa sebuah kehadiran adalah bukti suatu kepedulian.
Dia tak pernah menggenggam jemari wanitanya,
saat wanitanya sedang terluka.
Dia pun tak pernah rela meluangkan waktu-waktu berharga,
untuk dihabiskan bersama wanitanya.
Dia banyak melewatkan waktu-waktu penting,
untuk dirayakan bersama wanitanya.
Pria bodoh itu adalah aku.
![]()
Jika saja sesuatu bernama mesin waktu nyata adanya.
Akan kubawa kita ke waktu di mana kau masih menjadi milikku.
Dan akan kuceritakan kisah ini ke padamu,
sehingga kalimat demi kalimat permohonan maaf
mampu kau dengar jelas
walau bukan atas namaku.
Seharusnya dahulu,
aku tak sebodoh itu untuk menyia-nyiakan cintamu.
Seharusnya dahulu,
aku tahu, betapa cinta tak akan berhasil tanpa saling memberi dan menerima.
Seharusnya dahulu,
aku tidak begitu keras hati.
Dan menganggap cinta adalah hal yang mudah untuk kudapatkan lagi.
Seharusnya dahulu,
aku biarkan saja ego lelakiku dipermalukan cintamu.
Agar kau tahu,
betapa sesungguhnya dicintai oleh wanita sepertimu adalah sebuah anugerah.
Seharusnya dahulu,
aku sudah mampu berkata ini dan itu.
Membuatkanmu ratusan sajak,
agar kau tahu tak ada niatku untuk beranjak.
Seharusnya dahulu,
aku tidak melepaskanmu.
Dan membiarkanmu menerima cinta pria lain.
Pria yang begitu mencintaimu.
: Dan pria itu, tentu tidak sebodoh aku.
Jakarta, 23 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Banyak pengalaman dalam hidup ini, yang mengajarkan kepadaku bahwa cinta adalah tentang mengambil..."
-
Salah satu ciri bersyukur adalah tidak menyia-nyiakan.
- Tia Setiawati Priatna
January 22, 2013
Hai, puputpoek.Semoga obsesimu dilanjutkan dengan terus menerus...

Hai, puputpoek.
Semoga obsesimu dilanjutkan dengan terus menerus berusaha ya. Tidak ada yang tidak mungkin, jika kita percaya dan terus berusaha. :)
Sudah saya follow ya :)
Hai, rahmyami. Thank you :)
Semua puisi (baik itu yang panjang...

Hai, rahmyami. Thank you :)
Semua puisi (baik itu yang panjang atau pun pendek), aku buat dengan menyertakan hati. Jadi ya, begitu saja. Tidak ada kiat-kiat khusus. :)
"Januariku tidak pernah terlalu cepat datang. Itu rindumu, yang terlalu cepat pulang. Mungkin ia..."
- Tia Setiawati Priatna
"Ada beberapa sajakku yang tak kunjung selesai. Mungkin mereka terlalu letih, untuk kau bangkitkan..."
- Tia Setiawati Priatna


