Tia Setiawati's Blog, page 783
January 27, 2013
Untuk Kalian, Tentang Musikalisasi Puisi Karenapuisiituindah
Assalamualaikum.
Hai, selamat siang.
Postingan ini saya buat dalam rangka menjawab permintaan beberapa orang teman yang menanyakan file musikalisasi puisi Karenapuisiituindah yang sebenarnya sudah bisa didownload di Soundcloud saya yang ini dan yang ini. Masalahnya, yang saya upload di sana adalah file dengan format .3ga, sedangkan yang teman-teman inginkan adalah format .mp3.
Jadi, untuk kalian yang memang menginginkan file-file musikalisasi puisi saya (total ada 50 file), silahkan didownload di lima link ini ya.
Semoga kalian menyukai seluruhnya.
PS : Mohon maaf, link yang sebelumnya keliru :)
Salam :)
Sepuluh Menit Setelah Kau Pergi
Ada satu hari yang sangat kelabu di tahun lalu.
Hari saat kau berlalu.
Kau pergi,
karena aku tak memintamu tinggal lebih lama lagi.
Ada banyak rahasia.
Yang seharusnya tetap mampu menjadi rahasia.
Namun ah, aku tak kuasa.
Menahannya sendirian sepertinya mampu membuatku menjadi gila.
Sepuluh menit setelah kau pergi.
Kedua kakiku terasa gemetar yang hebat sekali.
Mungkin mereka meragu.
Untuk meraihmu lagi atau membiarkan saja kau pergi.
Sepuluh menit setelah kau berlalu.
Pikiranku bertamasya ke masa lalu.
Masa saat kita pertama kali bertemu.
Sekelebat kenangan yang mampu membuat hatiku tidak keruan.
Sepuluh menit setelah kau pergi.
Ada jemari yang ingin merangkulmu lagi.
Mereka mungkin akan berkata ‘jangan pergi…’
Sepuluh menit setelah kau pergi.
Ada air mata yang tak mampu kutahan lagi.
Ia menderas berikut isak tangis yang tak sepi.
Sepuluh menit setelah kau pergi.
Yang tersisa adalah harap akan takdir Tuhan yang lebih baik lagi.
Aku sudah hilang kepercayaan diri.
Sepuluh menit adalah waktu yang cukup,
untuk berharap kau akan segera kembali.
Cinta tidak pergi jauh.
Ia tak pernah pergi jauh.
Ia mungkin hanya butuh jeda,
untuk sekedar lari dari sakitnya realita.
Maka aku akan berdoa saja.
Aku akan berdoa saja.
Tangerang, 27 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
Cinta Pertama
Sebelum aku jatuh cintapada :
rintik...
Cinta Pertama
Sebelum aku jatuh cinta
pada :
rintik hujan yang turun di setiap awal tahun,
pelangi yang muncul setelah bumi dikunjungi hujan lebat,
cerita-cerita romantis dalam buku yang kutemukan di rak perpustakaan umum,
tawa anak-anak yang sedang berlarian di lapangan depan rumah,
kata-kata yang akhirnya menjadi candu dalam setiap sajak cinta,
: aku sudah terlebih dahulu, jatuh cinta padamu.
Jakarta, 9 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Ketika kamu tidak mampu mempercayai kata-kata yang keluar dari mulutku, lihat saja kedua mataku...."
- Tia Setiawati Priatna
Sudah Kukatakan
Sudah kukatakanjangan jatuh hati kepadaku.Namun...
Sudah Kukatakan
Sudah kukatakan
jangan jatuh hati kepadaku.
Namun kau tidak mendengarkan.
Katamu,
‘Aku sedang tuli. Kau tidak perlu repot menggurui.’
Sudah kukatakan
jangan jatuh ke lubang yang sama berkali-kali.
Namun kau tidak juga belajar dari kesalahan.
Katamu,
‘Aku manusia biasa. Hatiku tidak mampu kukendalikan.’
Sudah kukatakan
jangan berlari.
Namun kau malah berlari lebih kencang lagi.
Katamu,
‘Seharusnya, yang menang adalah yang tiba paling pertama.’
Sudah kukatakan
aku tidak cinta.
Namun kau malah terus menerus berusaha.
Kataku,
‘cinta tidak mampu kau paksa ataupun kau tebak kehadirannya.’
Tangerang, 12 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Setiap saya bertemu kamu, saya selalu berdoa pada Tuhan semoga itu bukanlah waktu yang terakhir...."
-
Maka mari nikmati dan syukuri saja hari ini.
- Tia Setiawati Priatna
"Setiap kali saya memikirkan semua penolakan-penolakan di masa lalu (tentang apapun), saya dibawa..."
-
Saya masih selalu percaya, bahwa ketika satu pintu tertutup di depan saya, Tuhan akan membukakan pintu-pintu yang lainnya.
- Tia Setiawati Priatna
"Hubungan terbaik yang seharusnya mampu saya jalin adalah dengan diri saya sendiri. Hubungan dengan..."
- Tia Setiawati Priatna
"Kamu saya cintai, karena saya mencintai kamu. Bingung? Memang. Untuk cinta, saya rasa tidak perlu..."
- Tia Setiawati Priatna
"Saya bukan tipikal pribadi yang gemar mengejar sesuatu. Namun ketika kamu begitu berarti untuk saya,..."
- Tia Setiawati Priatna


