Eva Sri Rahayu's Blog, page 10
December 27, 2015
[Blog Tour] Ask Author MEET LAME: Kepoin Bang Christian Simamora
Jadi, mari kita buka postingan ini dengan tsurhat XD Momen perkenalan saya dengan Bang Christian Simamora a.k.a Bang Ino itu waktu mulai rajin baca review-review di Goodreads. Review Bang Ino berhasil menarik perhatian saya. Jiwa kekepoan saya pun terpanggil. Dari hasil searching, tahulah saya kalau Bang Ino ini salah satu penulis produktif. Terpengaruh sama review orang-orang, saya jadi kepengin banget baca Good Fight, sayangnya waktu itu nyari-nyari enggak ketemu Pasrah deh. Akhirnya saya follow akun twitter -nya Bang Ino. Girang banget pas Bang Ino ngeluarin novel barunya yang waktu itu All You Can Eat. Senengnya kesampean juga punya bukunya. Terus, sebagai fans “judul bab-bab” novel Bang Ino garis keras, waktu di-mention temen soal pembukaan buat host blog tour Meet Lame, saya langsung daftar. Kiriman surat cinta dari Penerbit Twigora yang menyatakan saya masuk ke dalam 15 host blog tour mengakibatkan saya loncat indah.
Siapa sih Bang Christian Simamora?
Buat kamu pembaca mualaf novel Bang Ino atau yang baru berniat baca, dan punya jiwa kepo yang tinggi seperti saya, ini saya kasih icip-icip biodatanya.
Tanggal kelahiran Christian Simamora diabadikan dalam akun twitter-nya yaitu @09061983 alias 9 Juni 1983. Book hoarder yang menyukai animal print. Kalau tidak sedang menulis, dia menghabiskan waktu senggang dengan membaca, browsing, atau menonton serial televisi kesukaan.
Penulis berzodiak Gemini ini memutuskan untuk menekuni genre romance untuk pembaca dewasa sejak tahun 2006. Dari imajinasinya, lahirlah seri #jboyfriend : Pillow Talk (Jo), Good Fight (Jet), With You (Jere), All You Can Eat (Jandro), Guilty Pleasure (Julien), Come On Over (Jermaine), As Seen On TV (Javi), dan Marry Now, Sorry Later (Jao).
Tahun ini, dia merilis seri kedua yang diberi nama #vimanasingles.
Meet Lame (Janiel & Daniel) dan Tiger on My Bed(Talita Koum Vimana) adalah novelnya yang kelima belas dan keenam belas.
Buat berinteraksi sama Bang Ino, like aja Fanpage (Facebook): http://www.facebook.com/ChristianSimamoraAuthor
Bisa juga follow akun Twitter @09061983
Atau kirim e-mail ke: ino_innocent@yahoo.com
Apa yang saya tahu soal Bang Ino?
Meskipun pernah mention-mention-an dan baca biodata Bang Ino di novel dan akun Goodreads-nya, terus terang saat jadi host blog tour MEET LAME, saya nambah beberapa poin pengetahuan. Tsaaah! Yang paling menarik buat saya adalah kreativitas Bang Ino dan Penerbit Twigora dalam mengemas promo bukunya. Menulis itu memang perjuangan banget, tapi promo buku itu butuh energi luar biasa. Blog tour MEET LAME buat saya cukup unik, soalnya menyodorkan sesuatu yang baru. Teliti aja deh sama kamu, blog tour MEET LAME enggak cuman diposting di satu postingan aja, tapi dibagi jadi tiga bagian. Tambah lagi bukan cuman peserta giveaway yang dikasih tantangan, host blog tour diajak gokil bareng dengan menyertakan foto ala-ala model. Seru yaaa :D
Ask Author MEET LAME Christian Simamora
Sebenernya menu utama postingan ini sesi tanya-tanya sama Bang Ino, cuman prolognya aja kepanjangan *plaak!* Baiklah, ini dia hasil wawancara sama Bang Ino yang btw semoga pertanyaan-pertanyaan bisa mewakili kepenasaran kalian.
1. Selama proses editing MEET LAME, pernah bentrok sama editor Mbak
Priscakah? Ceritain dong, Bang, keseruan diskusi aka adu pendapatnya.
Karena Abang pernah bekerja sebagai editor sebelumnya, kecenderungan
menganggap editor sebagai musuh penulis tak pernah tersirat di benak
Abang. Selama proses edit dan revisi, Abang memastikan komunikasi
dengan Prisca terjalin dengan baik. Kalau dia memutuskan untuk
menyuruh Abang mengganti kata tertentu, misalnya, biasanya sudah
disertai dengan alasan yang jelas. Abang juga sebaliknya. Kalau ada
bagian yang ingin Abang pertahankan, ya coba dikomunikasikan dengan
Prisca. Nggak perlulah gontok-gontokan dengan editor sendiri, buat apa
juga. Toh pada akhirnya, definisi menang bagi kami berdua adalah
ketika naskah yang kami kerjakan layak untuk dibaca.
2. Apa sih konsep ilustrasi MEET LAME? Apa kriteria Bang Ino dalam
memilih ilustrator? Waktu liat hasil ilustrasi Mailoor apa Bang Ino langsung sreg, atau
ada revisi-revisi?
Karena sudah kali kesekian bekerja sama dengan Mailoor, kami sudah
sama-sama mengerti kemauan dan kemampuan masing-masing. Konsep
ilustrasi MEET LAME menyesuaikan dengan tema besar cinta segitiga.
Makanya, di setiap ilustrasi selalu ada satu cewek dan dua orang
cowok.
3. Bang Ino ceritain dong proses pemilihan nama-nama tokoh MEET LAME?
Nama Janiel muncul begitu saja, nggak ada alasan spesifik. Sebaliknya,
nama Daniel terinspirasi dari judul di salah satu bab awal MEET LAME: “Janiel,
Bukan Daniel.” Ketika tiba giliran tokoh saingan Janiel diperkenalkan,
Abang impulsif aja menamainya Daniel. Hahaha!
4. Kalau MEET LAME ini dapet apresiasi jelek dari pembaca, gimana reaksi Abang? Apa yang akan Abang katakan pada pengkritik MEET LAME?
Bagi Abang, ketika buku sudah terbit, karya tersebut bukan lagi milik penulis. Pembaca bebas memengekspresikan perasaannya terhadap karya itu. Toh, bereaksi seperti apa pun juga tak ada yang bisa dilakukan oleh penulis. Yang biasa terjadi adalah, kritik dan pujian jadi bahan pelajaran bagi penulis untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
5. Adegan mana dalam MEET LAME yang waktu menuliskannya paling bikin Abang baper?
Waktu Aku di Burger King. Abang ikut tertular sedih juga soalnya.
Kurang banyak ya pertanyaannya…. Tenaaang, masih ada puluhan pertanyaan lain yang bisa kamu stalking di blog-blog berikut:15 Desember
Ky’s Book Journal
16 Desember
Lady Book’s Notes
17 Desember
Kubikel Romance
18 Desember
Ketimpuk Buku
19 Desember
Peek a Book
20 Desember
ABOokaddict
21 Desember
Setoples Penuh Kata
22 Desember
Jane and her bookienary
23 Desember
Pieces from the Deepest
24 Desember
The Cute Geek
26 Desember
Nurina mengeja kata
27 Desember
Book World
28 Desember
Taman Bermain Drop Dead Fred
29 Desember
Read+Review
30 Desember
Utsu.Ki
Penasaran sama review MEET LAME versi saya? Baca di
Pengin dapetin novel MEET LAME? Ikutan giveaway-nya di
December 18, 2015
Serunya Belajar Fashion Bareng Diana Rikasari Di Blogger Bicara with Scoopy eSP

Talkshow Blogger Bicara with Scoopy eSP dengan pembicara Mbak Diana Rikasari
Sebagai seseorang yang “mulai” melek fashion, saat tahu Honda kerja bareng blogdetik ngadain acara bertajuk “Blogger Bicara with All New Scoopy eSP”, saya langsung excited. Soalnya meskipun udah “agak” insyaf dari penampilan yang enggak tertolong anehnya, saya masih harus banyak belajar supaya jadi beneran fashionable :D Apalagi nih Mbak Diana bakalan ngebahas fashion buat pengendara motor. Pembahasannya unik. Udah kebayang banget serunya belajar tentang fashion sama Mbak Diana Rikasari yang ngehits itu. Sambil penasaran berat, Mbak Diana bakal tampil kayak gimana pas acara nanti :D
Rabu siang 16 Desember 2015 lalu, saya, Evi, dan beberapa blogger berangkat dari Bandung jam setengah satuan. Niatnya sih berangkat siang biar bisa istirahat dulu sebelum ikutan acara. Tapi apalah daya, ternyata rencana kami gagal dihadang kemacetan yang menggila. Bandung-Jakarta udah berasa kayak beda pulau aja. Kami baru sampai ke tempat hampir jam setengah delapan malam. Duh sedihnya ketinggalan materi awal dari Mbak Diana
Pas dateng, area Atrium Pejanten Village di Jakarta Selatan udah penuh blogger yang antusias mengikuti talkshow Mbak Diana. Belum lagi para pengunjung mal yang ikut menonton di pinggir. Enggak buang waktu, setelah registrasi, saya langsung menyimak Mbak Diana sambil ikutan lomba livetwit-nya.

Mbak Diana Rikasari sedang menjelaskan fashion buat pengendara motor yang stylish dan trendi
Ilmu Fashion Bertebaran
Di sesi talkshow ini, Mbak Diana bagi-bagi ilmu fashion-nya buat para blogger. Menurutnya, salah satu modal tampil fashionable itu kenyamanan. Meskipun apa yang kita kenakan dianggap “beda” sama yang lain, tapi kalau kita nyaman memakainya, penampilan kita akan terlihat bagus. Kayaknya sih ini soal kepercayaan diri kita juga. Soalnya kalau saya perhatiin, pede bisa bikin kekerenan seseorang meningkat berlipat-lipat :D Lalu kata Mbak Diana, kita jangan takut bereksplorasi dalam penampilan, enggak lelah mencari fashion paling pas. Caranya dengan memadu padankan pakaian, aksesoris, dan sepatu. Kita bisa mencari referensinya dari internet, TV, majalah, dan lainnya.

Bareng Mbak Diana Rikasari dan Evi
Gimana buat para pengendara bermotor? Mbak Diana bilang biker bisa banget tampil stylish. Buat cewek, bisa pilih memakai jumpsuit yang gaya tapi tetap nyaman. Hindari memakai rok yang kepanjangan untuk mencegah rok enggak terlilit roda. Buat sepatu, boots bisa jadi pilihan. Sedang buat cowok, enggak usah ragu memakai pakaian monochrome alias senada. Musim hujan bukan halangan buat tetep tampil gaya, pilih aja jas hujan dengan motif unik.
Pas sesi tanya jawab, salah satu temen blogger bertanya cara menyiasati salah kostum saat menghadiri acara. Duh, itu pertanyaan kok saya banget XD Buat saya yang sering ngalamin saltum, jawaban Mbak Diana sangat saya tunggu. Katanya dibawa asyik aja, jangan minder. Biar enggak terjadi lagi, sebaiknya selalu mengecek dresscode acara.

Dibonceng Evi pake Scoopy eSP di photobooth XD
Mbak Diana ngasih bocoran juga soal tren warna 2016. Hitam putih masih jadi primadona karena kedua warna itu cocok dipadu padankan sama apa aja. Terus warna merah biru Scoopy eSP juga bakalan booming.
Honda Scoopy eSP Meruntuhkan Prinsip Saya

Udah pantes ya jadi pengendara Scoopy eSP :D
Seperti dugaan saya, penampilan Mbak Diana malam itu mencuri perhatian. Tapi ada dua hal lagi yang berhasil bikin mata saya jadi bling-bling. Dua yang mengalihkan dunia saya itu Honda Scoopy eSP Urban Blue yang berdiri di depan panggung, dan satu lagi Honda Scoopy Vogue Red yang disimpan di photobooth. Selama ini saya agak anti buat mengendarai motor sendiri. Prinsip saya, selama masih bisa dibonceng, kenapa mesti nyetirin sendiri *Plaak! Iya, iya, prinsip saya itu sungguh sesat sekali XD Ngeliat kekerenan Scoopy eSP ini, saya jadi berpikir ulang. Sayang banget melewatkan pengalaman berkendara alias nyetirin sendiri sepeda motor yang stylish dan sporty ini :D

Honda Scoopy eSP
Apalagi kelebihan Honda Scoopy eSP? Lebih irit, lebih bertenaga, menghidupkan mesin lebih halus tanpa suara, bagasi enam kali lebih luas, dan yang pasti ramah lingkungan. Tuh kan, Scoopy eSP punya semua yang kita butuhkan.
Banyak Keseruan

Di sela-sela talkshow, Mbak Diana mengomentari penampilan blogger.
Selain tebar-tebar hadiah di games seru, setelah talkshow, acara makin dihangatkan oleh fashion show koleksi dari Fitlosophy yang keren-keren. Diiringi musik yang dimainkan DJ Regina, para model berlenggang memamerkan busana-busana yang koleksi-able banget. Ternyata salah satu co-founder Fitlosophy yaitu Anggi Lupita dateng ke acara dan berbagi sedikit cerita pada para blogger.

Model-model memamerkan koleksi Fitlosophy

Fashion show koleksi Fitlosophy
Abis itu, baru deh diumumin para pemenang photo contest berhadiah smartphone keren dan voucher MAP. Photo contest ini dibuka dari awal acara, peserta berfoto di photobooth lalu mempostingnya di Instagram. Mbak Diana Rikasari sendiri yang memilih pemenangnya. Sayangnya, saya baru berfoto pas akhir-akhir acara, jadi enggak kekejar deh lombanya :’) Tapi enggak apa-apa, tetep bahagia bisa bergaya bareng Scoopy eSP yang keren itu :D

Para pemenang games

Para pemenang photo contest
Yang bikin girang lagi, pas pengumuman pemenang lomba livetwit, ternyata nama saya disebut. Sempet cengok beberapa saat, takut salah denger. Soalnya jarang-jarang saya menang lomba. Setelah dipanggil buat ketiga kalinya sama MC cantik, akhirnya saya maju ke depan XD

Para pemenang livetwit
Selesai acara bukan berarti kehebohan berakhir, karena para blogger masih meneruskan keseruan dengan sesi foto bareng. Yeaaay, semoga makin sering diundang acara begini ^_^

Foto bareng para blogger kece

Bareng blogger seperjuangan dari Bandung
December 8, 2015
Steak Maranggi Festival: Seistimewa Purwakarta

Pembukaan Steak Maranggi Fest di Kabupaten Purwakarta
Setelah sekian lama tidak menginjakan kaki ke Kabupaten Purwakarta, hari itu saya berkesempatan lagi datang ke sana. Yang tersisa dalam ingatan masa kecil saya tentang Kabupaten Purwakarta hanyalah kota yang panas. Maka saya dibuat terkejut ketika melihat keasrian dan kebersihan Purwakarta masa kini. Dalam hati, saya mengamini slogan “Purwakarta Istimewa” karena pada kenyataannya memang seperti itu. Saya pun jadi bersemangat untuk menghadiri “Steak Maranggi Festival” yang menjadi tujuan kedatangan saya ke sana. Rasanya tak sabar menunggu malam menjelang.

Salah satu taman di Kabupaten Purwakarta, tampak asri dan bersih.
Tanggal 5 Desember lalu, saya sampai ke Purwakarta bersama para blogger dari Bandung, Jakarta dan sekitarnya pada siang hari. Kami berkesempatan makan siang dan berbincang-bincang bersama Bupati Purwakarta, Pak Dedi Mulyadi. Dari obrolan santai berisi itu kami jadi banyak mengetahui program unggulan Kabupaten Purwakarta. Salah satu yang membuat saya terkesan adalah program ternaknya. Pak Dedi memiliki misi supaya profesi peternak tidak kalah pamor dengan profesi lainnya. Beliau merangkul anak-anak muda Purwakarta untuk belajar beternak. Selain mereka jadi produktif, juga bisa memiliki penghasilan sendiri. Menurut Pak Dedi, ke depannya di setiap peternakan akan disediakan wifi agar anak-anak muda itu dapat memanfaatkannya untuk belajar sekaligus memasarkan hasil ternak. Luar biasanya lagi, pemasok daging untuk gelaran “Steak Maranggi Festival” ini adalah hasil ternak mereka. Memang masih dibantu dari peternakan lain.

Acara makan siang dan bincang santai dengan Bupati Purwakarta Pak Dedi Mulyadi
Lalu kenapa sih “Steak Maranggi Festival” bukan satenya yang sudah terkenal itu? Menurut Pak Dedi, harus ada terobosan produk baru. Maka terciptalah steak dengan memakai bumbu khas maranggi yang kuat rempah-rempahnya. Diharapkan ke depannya steak maranggi ini akan menjadi ikon kuliner Purwakarta, karena itu festivalnya dirancang untuk digelar setiap tahun.

Sesi tanya jawab dengan Pak Dedi Mulyadi

Foto bareng blogger dan Pak Dedi Mulyadi di pendopo
Museum Diorama Bale Panyawangan
Setelah sesi foto-foto, kami diajak berkunjung ke Museum Diorama Bale Panyawangan. Museum ini menggunakan sistem digital dan memiliki beberapa wahana menarik yang bisa membuat pengunjung betah, seperti foto box, gowes sepeda keliling Purwakarta di mana kita bisa melihat pemandangan Purwakarta lewat layar besar, dan bioskop mini. Serunya, di bioskop mini ini, pengunjung ditantang untuk belajar goyang sate maranggi loh. Para blogger langsung gerr-gerran sambil asyik menari. Pokoknya museum ini atraktif banget.

Lobi Museum Diorama Bale Panyawangan Purwakarta

Gowes keliling Purwakarta, salah satu wahana di Museum Diorama Bale Panyawangan Purwakarta.
Steak Maranggi Festival
Malam pun menyapa. Kami beranjak menuju tempat Steak Maranggi Festival yang merupakan agenda utama. Setibanya di jalan KK. Singawinata, penonton sudah berjubel, antusias menyambut hajatan ini meskipun hujan turun rintik-rintik. Kami disambut oleh jajaran MOKA yang ayu. Acara dibuka dengan tarian tradisional dimana para penari menggunakan hihid–kipas untuk mengipasi nasi atau arang buat membakar daging–sebagai propertinya. Memang, festival ini terasa nuansa tradisionalnya, mulai dari tarian, musik, dekorasi, sampai busananya.

Jajaran MOKA penyambut pengunjung Steak Maranggi Festival 2015
Selepas tarian, sesi berikutnya adalah berdoa bersama untuk kelancaran acara, barulah Pak Kusnadi dari Disbudpar Postel memberikan sepatah dua patah kata sebagai sambutan. Yang membuat terharu adalah saat Bu Ratna Mustika–ibu bupati–tampil dengan interaktif pada pengunjung. Beliau menolak untuk dipayungi agar sama-sama menikmati gerimis bersama warganya. Acara pun resmi dibuka setelah pengguntingan pita. Steak Maranggi Festival ini diikuti oleh 75 SMP-SMA sederajat. Hasil kreasi mereka dilombakan dengan tim juri yang terdiri dari Bu Ratna Mustika–sebagai perwakilan daerah, Chef Aiko, dan Bu Odilian Winneke dari detikFood.

Para penari menyerahkan gunting untuk sesi pengguntingan pita.
Saya kemudian menjajal satu persatu stan berisinya steak-steak cantik yang baunya memanggil-manggil untuk dicicipi. Namun, steak baru bisa dimakan pengunjung setelah melalui proses penjurian. Sambil menunggu, saya berkunjung ke belakang stan untuk melihat proses pembuatan steak, melihat siswa-siswi muda itu terampil mengolah daging.

Ibu Odilian dan Bu Ratna sedang menilai steak buatan peserta.
Saat Chef Aiko mulai menilai, pengunjung beramai-ramai mendekatinya untuk dapat mengabadikan momen itu dari dekat. Beruntungnya saya bisa memvideokannya XD Sembari mengikuti tour para juri ini, saya mengamati wajah-wajah tegang sekaligus excited para peserta.

Chef Aiko sedang mencicipi steak salah satu peserta
Setelah itu, saya pun langsung menyerbu steak, menikmati sepotong demi sepotong dari stan yang berbeda. Steak maranggi memiliki rasa yang sangat khas, ternyata bumbu sate maranggi cocok dibuat menjadi steak. Dagingnya harum rempah dan rasanya lezat. Salah satu steak yang memanjakan lidah saya adalah steak buatan siswa-siswi SMPN 1 Purwakarta. Hampir saja saya tergoda menghabiskannya XD Ternyata mereka memenangkan juara Harapan I dalam lomba ini. Ternyata meskipun mencicipi sedikit-sedikit, perut saya kenyang juga dan meninggalkan perasaan bahagia. Makanan yang dibuat dengan hati memang selalu menciptakan perasaan menyenangkan untuk pemakannya.

Saya nyicip-nyicip steak yummy

Penampakan steak maranggi salah satu peserta.

Para koki-koki muda potensial dari Purwakarta
Malam makin larut, datang juga saat pengumuman. Sebelum nama-nama pemenang disebutkan, Chef Aiko memberikan pelajaran singkat untuk para koki muda potensial asal Purwakarta itu. Keriaan para pemenang bukan kegembiraan semata, tetapi menjadi penyulut semangat dan energi untuk terus berkreasi. Dan sementara para pemenang bersukacita, kami juga menutup kunjungan dengan bahagia, sambil menyimpan harapan, tahun depan bisa datang lagi ke Steak Maranggi Festival yang seistimewa Purwakarta ini.

Doakan kami bisa main lagi ke Purwakarta ya.
November 23, 2015
[Review + Giveaway] Novel Remedy

Novel Remedy karya Biondy Alfian
Saya ingin memberi pengakuan pada penulis “Remedy” yaitu Biondy Alfian. Sebelum dia mengenal saya, saya sudah jauh lebih dulu mengenalnya. Dulu, kadang saya bahkan suka stalking rak bukunya di Goodreads, hohoho. Awalnya saya membaca review Biondy di salah satu buku yang saya baca. Review Biondy yang cukup tajam menarik saya untuk membaca review-review-nya yang lain. Jadi ketika membaca namanya di pengumuman pemenang lomba YARN, saya sudah sangat penasaran dengan novel perdananya ini. Saat keinginan membaca buku ini kesampaian, saya sangat excited!
***
Judul: Remedy
Penulis: Biondy Alfian
Penerbit: Ice Cube – Imprint KPG
Tebal: 208 Halaman
Penyunting: Katrine Gabby Kusuma
ISBN: 978-979-91-0818-0
Blurb:
“Lo yang nemuin dompet gue, kan?” tanya Navin.
“Ya,” jawabku.
“Berarti lo sudah–“
“Melihat kedua KTP-mu?” tanyaku. “Sudah.”
Navin menarik napas panjang. Kedua matanya melotot padaku. Rahangnya tampak mengeras.
Ada yang aneh dalam diri Navin, si anak baru itu. Tania tidak sengaja menemukan dompet Navin di tangga sekolah dan melihat di dalamnya ada dua KTP dengan data-data yang sama, hanya berbeda nama. Satunya tertera nama Navin Naftali, satunya tertera nama Budi Sanjaya. Selain itu, ternyata Navin sudah berumur 20 tahun. Apa yang dilakukan seorang pria berusia 20 tahun di SMA? Sebagai seorang murid pula. Tania memutuskan untuk mencari tahu kebenaran tentang identitas ganda Navin. Sementara itu, Navin juga penasaran dengan sosok Tania yang kini mengetahui rahasianya. Karena sepertinya gadis penyendiri itu punya rahasia yang lebih besar darinya.
***
Review
Prolog novel ini berhasil memikat dan mengikat saya sekaligus. Pembaca langsung disuguhi konflik nendang dan memancing keingintahuan. Memang sejak dari blurb ditambah cover-nya yang misterius, Remedy menjanjikan bacaan yang menarik. Kemudian tiga bab awalnya berhasil menyuguhkan kepingan misteri dengan lembut. Saya makin penasaran pada novel yang mengangkat masalah “enggak biasa” ini. Novel-novel depresif begini memang favorit saya.
Bagaimana kalau dia adalah seorang pelarian kriminal yang bersembunyi di sekolah? -Halaman 22-
Sayangnya setelah bab lima ke sana, tempo novelnya jadi terasa melambat. Biondy seperti sangat berhati-hati membuka bilah-bilah petunjuknya. Bahkan saya merasa Biondy malah menebar detail-detail kurang penting. Awalnya saya mengira detail kecil itu akan menjadi petunjuk penting di akhir nanti, tapi rupanya itu hanya pemaparan biasa saja.
Dari segi bahasa, saya menyukai gaya penuturan Biondy yang baku tapi tetap renyah. Dialog-dialognya cukup hidup sehingga membangun chemistry kuat antara kedua tokoh utamanya. Meskipun saya menemukan beberapa dialog yang terlampau kaku. Penggambaran para tokoh-tokohnya pun pas, membuat saya merasa cukup mengenal mereka. Biondy menyebar penjelasan fisik dan karakter tokoh-tokohnya dalam beberapa bab, sehingga pembaca enggak dijejali informasi sekaligus. Selain kedua pemeran utama, tokoh Viki berhasil merebut perhatian saya. Biondy berhasil menciptakan tokoh pendamping yang lovable.
Penggunaan dua sudut pandang orang–POV 1 untuk Tania dan POV 3 untuk Navin–saya rasa sudah tepat. Enggak membingungkan dan enak dibaca. Setting dalam novel ini tergambar jelas, saya bisa membayangkan suasana bahkan dinginnya cuaca dalam cerita. Editan novel ini rapi sekali, saya hanya menemukan satu typo saja. Kerja sama yang baik antara penulis dan penyuntingnya.
Dari luar terdengar suara angin. Suaranya mengingatkan Navin pada sebuah siulan panjang dengan nada yang tinggi. Navin menoleh dan melihat daun di pohon-pohon menunjuk ke satu arah, mengikuti tiupan angin. -Halaman 97-
Pada sepertiga akhir novel, saya kembali menemukan greget konfliknya. Meskipun terbukanya rahasia Navin disampaikan dengan teknik “tell“. Saya sebenarnya menunggu-nunggu Biondy menggambarkan dengan teknik “show” seperti pemaparan masalah Tania, sehingga pembaca akan lebih berempati pada Navin. Pembaca akan merasakan seberapa besar beban yang Navin tanggung. Memang Remedy menggunakan alur maju, hanya bagian prolog saja yang memakai flashback. Bila menggunakan “show” untuk pemaparan masalah Navin, novel Remedy akan lebih kaya dan depresif. Biondy terlalu lama bermain dalam ranah tebak-tebakan dengan pembaca ketimbang menyuguhkan kedalaman konflik kedua tokoh utamanya. Padahal masih banyak bagian yang bisa digali. Apalagi masalah yang diangkat sudah “beda” dari novel remaja umumnya. Bagaimana Tania dan Navin melewati masa sulit, tentu itu akan menjadi cerita yang menyentuh. Saya rasa novel ini jadi kurang tebal atau justru kurang pemadatan di tengah, dan kurang detail di bagian akhir.
Sejujurnya aku tidak percaya dengan cinta. Cinta membuat seseorang berusaha tampil lebih dari diri sesungguhnya. -Halaman 106-
Terlepas dari kekurangannya, saat membaca Remedy saya merasa diajak berwisata ke masa SMA. Bagian cerita Porseni dan sedikit penyisipan materi pelajaran dalam Remedy menjadi nilai plus karena menjadikan rasa sekolahan dalam novel ini benar-benar hidup. Biondy juga menyampaikan pesan moralnya dengan halus dan enggak menggurui. Quotes-nya juga jleb ^_^ Saya suka pemilihan ending-nya yang realistis. Saya rasa novel ini pantas menjadi salah satu juara lomba YARN.
Setelah beberapa saat cinta itu akan habis. Bahkan sering kedua orang yang tadinya saling mencintai menjadi bosan satu sama lain. -Halaman 106-
Saya percaya, Biondy akan berkembang. Saya menunggu karya-karya Biondy lainnya.
Tan, kasih kesempatan buat diri lo sendiri. Gue yakin, lo juga nggak mau terus hidup seperti ini. -Halaman 189-
***
Giveaway

Giveaway novel Remedy
Mau dapetin novel ini gratis dan bertanda tangan? Yuk, ikutan giveaway-nya. Caranya:
1. Follow twitter penulisnya @biodyalfian
2. Twit-kan info giveaway ini dengan format bebas yang penting memberitahukan giveaway-nya. Pakai tagar #GiveawayRemedy dan mention penulisnya juga saya di @evasrirahayu (kalau kurang karakter bisa dipecah dalam dua twit).
3. Jawab pertanyaan ini di kolom komentar postingan: Kamu suka masa SMA-mu, enggak? Ceritakan satu pengalaman berkesanmu saat SMA. Cantumkan akun twitter-mu di bawah jawaban ya. (Buat yang masih SMP, pertanyaannya disesuaikan jadi masa SMP ya).
Giveaway ini berlangsung dari tanggal 23 sampai 30 November 2015. Pengumuman satu pemenang tanggal 1 Desember di akun twitter saya @evasrirahayu
November 21, 2015
Serba-Serbi Buku Antologi

Bareng buku-buku antologi yang memuat karya saya.
Beberapa tahun lalu, sekitar 2011-2013, buku antologi sempat nge-hits banget. Meskipun buku-buku antologi sudah ada jauh sekali sebelumnya, seperti salah satu yang paling terkenal adalah antologi Cerpen Pilihan Kompas yang mulai diterbitkan dari tahun 1992. Kala itu, saya perhatikan setiap bulan ada saja “audisi penulisan buku antologi” berbagai tema. Baik itu diadakan oleh penerbit mayor, penerbit indie, komunitas atau grup penulisan, maupun pribadi perorangan. Di media sosial bertebaran promosi buku-buku antologi cerpen, puisi, flash fiction, hingga campuran ketiganya. Benefit buat para penulisnya pun beragam, mulai dari diberi royalti, fee jual putus, dikasih beberapa eksemplar bukunya, sampai hanya diberi diskon untuk pembelian buku antologinya.
Saya sendiri pun ikut dalam keriaan tersebut, dan sampai sekarang masih menjadi salah satu yang rajin ikut proyek antologi. Sampai-sampai teman saya menjuluki saya sebagai pejuang antologi. Tapi belum sih kalau ada yang memanggil “Ratu Antologi”, soalnya masih banyak penulis lain yang jumlah antologinya lebih banyak dari saya XD Sebutan pejuang itu muncul selain karena rajin ikutan audisi antologi, juga karena saya pernah dua kali–bersama kedua saudara perempuan saya yang juga penulis–membuat seleksi cerpen untuk buku antologi. Waktu itu peminatnya masih sangat banyak, kami dibajiri naskah yang jumlahnya mencapai ratusan.
Sebenarnya apa sih antologi itu?
Kalau menurut KBBI daring (dalam jaringan) Versi 1.5 (Oktober 2015) kbbi.web.id, antologi adalah kumpulan karya tulis pilihan dari seorang atau beberapa orang pengarang.
Sedang menurut Wikipedia, antologi secara harfiah diturunkan dari kata bahasa Yunani yang berarti “karangan bunga” atau “kumpulan bunga”, adalah sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain.

Buku-buku antologi saya
Mengapa saat itu buku antologi sangat diminati?
Menurut pengamatan saya, merebaknya buku antologi waktu itu disebabkan beberapa faktor. Pertama, profesi penulis yang makin dilirik banyak orang. Tentu ini merupakan perkembangan yang baik, apalagi didukung oleh kemajuan teknologi sehingga mendukung geliat dunia literasi. Misalnya saja dengan bermunculan grup-grup penulisan online. Di sana anggotanya mendapat pelatihan menulis–gratis maupun berbayar–mulai dari dasar seperti pemakaian tanda baca, teknik menulis, bedah karya, dan masih banyak lagi.
Kedua, masih berhubungan dengan grup atau komunitas online menulis tadi, grup-grup itu kebanyakan membukukan hasil karya para anggotanya dalam bentuk antologi agar bisa memasukkan banyak karya anggota ke dalam satu buku. Selain untuk menyemangati anggota untuk terus berkarya, juga bisa dijual dan menjadi bahan pembelajaran untuk yang pembacanya. Sehingga waktu itu grup-grup penulisan berlomba-lomba membuat buku antologi.
Ketiga, bermunculannya penerbit-penerbit baru, baik mayor maupun indie, sehingga membuka peluang besar untuk menerbitkan buku antologi.
Keempat, selain penerbitan, muncul juga percetakan-percetakan yang memberikan pilihan paket Print On Demand (POD) dimana customer dapat mencetak buku dengan jumlah sesuai kebutuhan. Dengan POD, customer bahkan dapat memesan mulai dari mencetak hanya satu buku.
Serba-serbi antologi
Membukukan karya dalam bentuk antologi dengan menyatukan banyak penulis memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan buku antologi bersama:
Waktu untuk membuat buku antologi bersama lebih cepat dibandingkan mengumpulkan karya dengan satu penulis, karena setiap orang hanya perlu memberikan satu atau beberapa karyanya saja.
Pembaca mendapat cita rasa tulisan yang beragam meski dalam satu tema, karena setiap penulis memiliki gaya sendiri.
Dengan membuat buku antologi bersama, bisa mengumpulkan karya dari banyak genre dan penulisnya bahkan bisa lintas zaman. Misalnya buku “Cerita Cinta Indonesia: 45 Cerpen Terpilih” yang ditulis oleh 45 penulis GPU.
Promosi buku antologi bersama dilakukan oleh banyak penulis sekaligus, sehingga promosinya tidak berat dan banyak jenis promonya juga dengan berbagai macam gaya sesuai dengan gaya masing-masing penulis. Saya akui, masa promo ini salah satu bagian yang cukup berat dan membutuhkan banyak energi. Tentunya dengan adanya promo bersama masa promo buku ini lebih terasa ringan dan dapat mengeratkan kekompakkan sesama penulis buku antologi tersebut.
Terkadang dalam proses menulis satu karya, ada masa jenuh, kebuntuan, dan hilang semangat. Biasanya selama proses berkarya, para penulis buku antologi bersama akan saling menyemangati, sehingga menarik satu sama lain untuk segera menyelesaikan karya terbaiknya.

Cover buku Cerita Cinta Indonesia: 45 Cerpen Terpilih (Sumber gambar Goodreads dot com)
Kekurangan buku antologi bersama:
Rentan konflik antar penulis. Yang namanya proses tidak terlepas dari masalah. Kalau satu kepala saja masalah penulis bisa begitu banyak mulai dari kurang bahan, mood, sampai writer’s block, apalagi kalau banyak kepala. Memang proses menulis karyanya tetap sendiri-sendiri, tetapi persoalan bisa muncul dari misalnya penentuan tema sampai nama siapa yang disimpan di cover depan.
Kualitas tulisan yang beragam terkadang membuat pembaca kurang puas. Ada yang bagus sekali, sampai kurang baik. Apalagi kalau meskipun satu tema tetapi beda genre. Pembaca enggak suka dengan genre yang dipilih beberapa penulis sangat mungkin terjadi.
Royalti. Karena terdiri dari banyak penulis, tentunya fee harus dibagi-bagi sehingga setiap penulismendapat jatah sedikit.
Meskipun yang mempromokan buku antologi hampir sebanyak jumlah penulisnya, tapi biasanya hanya kencang di awal saja, kemudian cepat hilang. Enggak kayak karya solo yang lebih stabil. Memang semangat dan daya promo penulis buku antologi berbeda-beda. Dan kadang ada penulis yang enggak mau ikut mempromosikan, itu juga bisa jadi bibit konflik.
Susah mencari penerbit mayor yang menerima buku antologi karya bersama.
Penyebab turunnya popularitas buku antologi bersama
Menurut saya, awalnya ini karena pasar sudah jenuh. Kemudian karena waktu itu banyak buku antologi yang dicetak tanpa editing yang memadai. Lalu seperti disinggung di atas, kualitas karyanya tidak merata. Lagipula waktu itu menerbitkan buku antologi tampak mudah sehingga pembaca jadi kurang percaya pada kualitas karya dalam buku antologi. Beberapa kasus mengenai lomba antologi juga turut menyumbang turunnya popularitas. Dan pada akhirnya persoalan penjualannya yang tidak sebagus karya solo.
Namun jangan berkecil hati, kalau karya kita bagus dan sudah berusaha mempromokannya dengan maksimal, pasti akan selalu ada kemungkinan mendapat apresiasi yang besar dari pembaca. Persiapkan saja karya terbaik dan tema menarik untuk buku-buku antologi bersamamu ke depannya. Lagipula apa pun namanya tren pasti naik turun dan berulang. Akan ada masanya buku antologi kembali bersinar.
Perihal penanggung jawab buku antologi bersama
Di awal saya menyinggung soal lomba-lomba buku antologi bersama. Dari pengamatan, banyak juga kasus kurang enak mengenai lomba-lomba ini. Seperti karya yang tidak jadi terbit, dijanjikan terbit di mayor tetapi malah jadinya indie, dan lain sebagainya. Untuk itu, teman-teman apabila mengikuti lomba apa pun sebaiknya memperhatikan penyelenggara lomba atau penanggung jawabnya. Ikutilah lomba yang penyelenggaranya sudah terpercaya. Karena tentunya kita tidak ingin karya yang sudah kita buat sepenuh hati itu tidak jelas nasibnya.
Beda lagi kalau yang mengajak adalah teman sendiri. Misalnya si teman menjanjikan untuk “mengusahakan” agar antologi bersama kita akan diterbitkan oleh penerbit mayor. Ternyata setelah memasukkan ke beberapa penerbit, kumpulan karya kita itu tidak diterima juga, maka semua yang terlibat bisa bermusyawarah untuk memutuskan apakah karyanya akan ditarik atau diterbitkan sendiri saja. Memang tidak mudah menembuskan naskah antologi bersama ke penerbit mayor saat ini.

Buku-buku saya lainnya.
Penerbit mayor yang menerima naskah antologi bersama dan ketentuan pengiriman naskahnya:
Stiletto Book.
Ketentuan pengiriman naskahnya:
Naskah ditulis dalam kertas ukuran A4, Font Times New Roman 12, Spasi 1 ½, Format MS Word atau PDF. Panjang keseluruhan naskah antara 100 – 200 halaman. Kirimkan dulu sampel naskah berupa 30 halaman pertama melalui surel, ke: redaksi@stilettobook.com, dengan subjek: naskah fiksi – nama penulis. Lengkapi dengan biodata penulis yang bisa di-download di website Stiletto Book.
Kalau Stiletto Book tertarik untuk mengetahui keseluruhan naskahmu, kamu akan diminta mengirimkan naskah lengkap ke alamat redaksi dalam jangka waktu satu bulan. Dalam waktu satu bulan penulis akan mendapatkan konfirmasi naskahnya layak diterbitkan atau tidak. (Sumber informasi web Stiletto Book)
2. Grasindo
Ketentuan pengiriman naskahnya:
Naskah diketik rapi menggunakan font Times New Roman (atau yang sejenis) dengan ukuran font 12 pt. Panjang naskah 70 – 150 halaman A4. Lengkapi naskah dengan sinopsis yang panjangnya tidak lebih dari dua halaman, proposal yang menjelaskan mengapa naskah kita layak terbit, dan data diri. Satukan empat file (naskah, simopsis, proposal, dan data diri) dalam satu satu folder .rar (winrar).
Naskah dikirim melalui web Grasindo dengan mengeklik KIRIM NASKAH di sana. (Sumber informasi web Grasindo)
Itu dia sekelumit mengenai serba-serbi buku antologi. Semoga bermanfaat ^_^
November 7, 2015
Soulmate Blogger Petualang: Hisense Pureshot Plus

Foto pemandangan Citumang pakai kamera Hisense Pureshot Plus
Semenjak serius ngeblog, saya jadi mikirin banget keseluruhan konten sebelum posting. Salah satu yang paling susah buat saya itu ngisi bagian fotonya. Enggak pinter fotografi, enggak bisa ngambil angle keren, sama enggak bisa ngedit pake program apa pun, bikin foto yang dipajang di postingan jadi super alakadarnya :’) Sering ngiler banget liat foto-foto di postingan orang XD Saya juga kepengin manjain pembaca dengan foto-foto bagus. Masalahnya tambah mumet pas saya dan Evi–kembaran saya–mulai jalan-jalan ala traveller gitu. Sayang banget udah dateng ke spot-spot dengan view amazing, tapi waktu difoto hasilnya enggak oke. Jadi sediiih, soalnya yang namanya momen tuh enggak bisa diulang. Saya pikir kalau mau jadi blogger petualang kayaknya saya butuh smartphone yang punya kamera fotografi.

Sumber foto Smartfren.com
Solusi masalah foto itu saya dapet dari kamera Hisense Pureshoot Plus. Smartphone keluaran Hisense kerja sama dengan Smartfren ini punya keunggulan di kameranya. Kebeneran banget, pas dapet smartphone satu ini, saya jalan ke daerah Pangandaran. Sesampainya di sana, ngeliatan pemandangannya yang indah, tangan langsung gatel pengin jeprat-jepret plus selfie XD Lalu, taraaaa…! Hasil fotonya bikin pengin jingkrak-jingkrak. Bayangin aja, gimana keadaan saya pas jalan-jalan ke alam sehabis mendaki gunung lewati lembah, berenang di sungai, berlarian dan main pasir di laut. Udah pasti kumel, keringetan kayak baru keluar dari sauna, dan bikin yang liat spontan bilang, “Ewww!” Tapi-tapi-tapi ternyata hasil fotonya bikin surprise karena saya masih keliatan fresh XD Udah pastilah itu kekerenan bukan pada orangnya, tapi pada kamera fotonya, hohoho.

Selfie sesudah main pasir dan berlarian di laut.
Bukan itu aja, pemandangan indahnya juga terekam dengan baik meskipun saya enggak bisa fotografi. Jadinya tiap kali liat hasil jepretannya berasa kerekam banget kenangannya. Gara-gara pakai Hisense Pureshot Plus ini hasil jepretan saya dipuji orang XD Cieee *ini-apah-nge-cie-in-diri-sendiri* Rasanya kepengin masang semua hasil foto ke dalam postingan blog dan narsis di Instagram XD

Pemandangan sungai Cijulang diambil memakai kamera Hisense Pureshot Plus

Pemandangan Curug Lampeng Green Valley diambil memakai kamera Hisense Pureshot Plus
Kenapa sih smartphone Hisense Pureshoot Plus ini jadi kesayangan saya?
Spesifikasi kamera
Kameranya oke banget. Kamera belakangnya 13 Megapixel sehingga hasil foto dan videonya bagus. Kamera depannya 5 Megapixel, memungkinkan hasil selfie memuaskan :D Saya sebagai blogger petualang–wannabe–perlu banget alat tempur kualitas jempol begini.

Pemandangan matahari terbit di Batu Karas.
Semua foto di postingan ini enggak ada yang diedit, cuman dikasih watermark aja. Tapi hasilnya oke kaaaan :D
Kecepatan dan sinyal 4 G LTE Advanced milik Smartfren
Smartphone Hisense Pureshot Plus ini memakai teknologi Smartfren 4G LTE Advanced yang kenceng dan stabil. Bikin tenang bawa-bawa ke mana-mana karena bisa langsung posting blog dan bebas ber-medsos ria.
Hasil speedtest di Bandung
Layar gede memakai teknologi Corning Gorilla Glass 3
Layarnya seluas 5.5 inchi, memakai teknologi pelapis Corning Gorilla Glass 3 yang tangguh terhadap goresan, benturan, sama gesekan. Jadinya layarnya tetep mulus meskipun terjatuh. Sebagai cewek yang agak jorok, teknologi ini amat-sangat-super membantu saya. Soalnya smartphone punya saya selalu bernasib terjatuh-jatuh. Apalagi saat dibawa ke alam terbuka, resiko jatuh kena batu selalu ada :’)
Oke dipake nonton dan main game
Sebagai orang yang lagi tergila-gila youtube-an, smartphone satu ini memuaskan banget! Soalnya tiap nonton enggak buffering. Cerita saya lagi gandrung youtube-an pake Smartfren ada di sini. Dipakai main game juga seruuu, karena support sama game-game berat. Suaranya juga mantaaap!
Penasaran sama keunggulan lain dari Hisense Pureshot Plus ini? Kamu bisa stalking di akun Twitternya Smartfren (@smartfrenworld) dan Hisense (@HisenseID). Semua-semua info terbaru ada di sana. Sering ada kuis berhadiah hape juga :D
Kalau kameramen istrinya kamera, suaminya penulis itu komputer, anaknya musisi itu alat musik, naaah… solumate-nya blogger petualang itu smartphone canggih tahan tempur kayak Hisense Pureshot Plus ini :D Kalian-kalian para blogger petualang bisa buktiin sendiri istimewanya smartphone satu ini.
October 26, 2015
Bloggercamp 2015: Membangun Kredibilitas Blog, Mengaji Kepercayaan Pembaca
Para pembicara di acara Bloggercamp 2015
Jangan cemas pada penilaian dan pengakuan orang. Begitu kira-kira ucapan dari Mas Nirwan Dewanto, seorang budayawan.
Kalimat itu cukup menohok saya sebagai salah satu peserta Bloggercamp 2015. Persoalan penilaian dan pengakuan memang persoalan eksistensi. Seperti uang, eksistensi salah satu yang dikejar di bumi ini.
Seperti kalimat yang sangat terkenal “aku berpikir maka aku ada”, maka “ada” di sini bentuknya menjadi penilaian dan pengakuan.
Banyak cara untuk mendapat pengakuan, salah satu intinya adalah mendapatkan kepercayaan. Untuk “mendapat” maka kita harus “bisa” dipercaya lebih dulu.
Tema bloggercamp 2015 ini seperti membaca kegelisahan terdalam saya. Diam-diam, sebelum dan sesudah mem-publish satu postingan blog saya selalu resah. Bukan, bukan persoalan trafic, tapi soal konten. Apa isinya sudah benar, apa tidak ada yang menyimpang, apa ada salah kata, apa ada sumber yang saya pakai ternyata tidak kredibel. Dan pada akhirnya, pertanyaan terbesar bermuara pada: Apa tulisan saya sudah memiliki kredibilitas untuk dapat dipercaya dan dijadikan sumber?
Tema bloggercamp ini sangat seksi. Materi disampaikan oleh beberapa pemateri, yaitu Nirwan Dewanto, wicaksono (Ndoro Kakung), Iman Brotoseno, Maul, dan Muhammad Imran. Dibagikan dari berbagai perspektif. Mulai dari budayawan, perwakilan twitter, blogger, sampai analisis internet. Paket lengkap itu memberi banyak pemahaman baru pada peserta untuk pada akhirnya menjawab pertanyaan soal kredibilitas blog.
Panitia Bloggercamp 2015
Dari apa yang saya tangkap, banyak cara membangun kredibilitas blog. Mulai dari kualitas konten, tema, riset, bahkan penampilan blog, dan konsistensi posting. Untuk menghasilkan konten terbaik, tentunya dibutuhkan riset dan kedalaman. Sehingga isi postingan memang bermanfaat dan tepat sasaran yang dicari pembaca. Sebagai blogger, tidak bisa lepas dari socmed, karena keterbacaan dan penyebaran konten dipengaruhi keaktifan socmed.
Acara bloggercamp yang dirancang selama dua hari ini memang padat konten. Sesuai tajuk tagar yang diusung #Lovekonten
Pada hari pertama peserta berkumpul di hotel Harris Tebet, kemudian peserta berangkat ke Hulu Cai, Bogor, menggunakan Bigbird keluaran Blue Bird group. Selama perjalanan, peserta diajak seru-seruan dengan berbagai games berhadiah. Sesampainya di tempat, perut peserta kembali dimanjakan dengan makanan lezat. Sehabis istirahat dan pembagian tenda, acara api unggun dengan acara bincang hangat bersama blogger senior pun di mulai. Disusul presentasi dari Blue Bird, utees.me, dan Net Media sebagai media partner. Acara ini memang diliput langsung dan akan ditayangkan di Net TV.
Ada yang terlewat dari kehangatan malam tadi. Tidak adanya sesi perkenalan membuat kehangatan malam menjadi kurang intim. Meskipun para peserta umumnya sudah saling mengenal, baik dari dunia maya dan socmed, tapi masih banyak yang belum bertemu sebelumnya di dunia nyata. Tentunya kalau ada sesi perkenalan dulu, malam tadi acara akan terasa lebih meriah. Apalagi acara blogger gathering ini memiliki konsep “camp” yang membuatnya memiliki kelebihan dari segi “tempat”.
Si kembar di acara Bloggercamp 2015
Hari kedua pagi ini, acara dibuka dengan sarapan, melewatkan sesi olahraga yang terteta di jadwal. Agak disayangkan karena biasanya acara olahraga ini juga menjadi perekat kebersamaan peserta. Barulah setelah sarapan, peserta diberi materi inti mengenai kredibilitas blog. Dilanjut lomba live blogging. Setelah itu peserta masih akan disuguhkan acara puncak, yaitu pengumuman pemenang award blog berbagai kategori.
Saya berharap acara yang terselenggara berkat kerjasama dengan Indosat ini akan konsisten terselenggara setiap tahun, agar semakin banyak manfaat dan pembelajaran yang diterima para blogger. Indosat yang merupakan provider dengan teknologi 4 G LTE sehingga memiliki sinyal bagus terus mensupport perkembangan blogger di Indonesia. Blogger juga bisa mengikuti komunitas Indosat Love.
Ohiya, acara Bloggercamp 2015 ini diselenggarakan tepat pada Hari Blog Nasional untuk sekaligus memperingati hari bahagia untuk seluruh blogger Indonesia. Saya yakin di tahun-tahun berikutnya acara Bloggercamp akan makin berkembang.
Suasana kemping acara Bloggercamp 2015
October 9, 2015
Seru-seruan Akting Lip Sync Di CNI Dubsmash Competition
Si Kembar drama
Dari sekian banyak impian saya, yang belum pernah kesampaian itu… jadi pemain film! Pemeran utamanya pula *siap-siap diketawain* Kan keren banget tuh keliatan cling-cling bling-bling sambil direbutin Reza Rahadian sama Nicholas Saputra. Aaa…. Tapi dengan tampang pas-pasan ini, saya tahu dirilah, enggak pantes jadi peran utama film Indonesia, pantesnya film internasional XD *kemudian dilemparin bakiak* Buat misi itu, dulu saya waktu SMA ikutan ekskul kabaret, dan… gak pernah kebagian peran *nangis di dada Sherlock Holmes* Enggak putus asa, saat kuliah saya ikutan UKM teater, Alhamdulillah kali ini dapet peran. Pada akhirnya karier akting saya melejit dalam drama kehidupan *tsaaah!* Iya, saya dan kembaran–Evi–terkenal sebagai si kembar drama. Maklum ya, kami butuh menyalurkan akting pas-pasan kami. *bawa-bawa Evi biar enggak ngedrama sendirian XD
Itu baru aktingnya, kisah ngenes impian terpendam lainnya lebih tragedi. Diam-diam saya kepengin jadi penyanyi yang menghipnotis penonton kayak Lara Fabian dengan lagu Broken Vow-nya. Namun apalah-apalah, tiap saya nyanyi, orang-orang pada ngelirik dengan ekspresi bingung. Pertanyaan paling sopan yang saya dapat, “Lagu apa sih itu?” Saya jawab, “Lagu A.” Dia berkomentar, “Masa sih? Kok enggak mirip sama sekali.” Huaaa…. Itu yang paling sopan, kebayang kan pertanyaan lainnya. *Nyeruput Up Hot Dark Chocolate buat menenangkan diri*
Akhir-akhir ini saya menemukan pelampiasan baru: aplikasi Dubsmash. Itu loh aplikasi di android dimana kita bisa bikin video pendek sambil akting nyesuain berbagai suara. Kamu juga bisa rekam suara sendiri buat di-dubbing orang. Saya bisa pura-pura jadi penyanyi bersuara emas, maklum ya… aslinya suara saya prestasi paling gemilangnya mecahin kaca jendela. *puk-puk kaca* Meskipun video Dubsmash-nya ya buat dikonsumsi saya sendiri :D
Kamu mau coba? Tinggal download aja di google playstore kayak gini:
Abis itu isi deh profile kamu:
Terus pilih deh:
Tambah seru kalau ikutan kompetisi Dubsmash yang diadain CNI. Karena penyelenggaranya perusahaan Multilevel Marketing yang udah berkiprah selama hampir 29 tahun dengan berbagai produk unggulan, kita jadi enggak was-was dong sama kompetisi ini. CNI ini merupakan perusahan yang lahir di Bandung tanggal 1 Oktober 1986. Duh, hampir seumuran sama saya *kubur KTP* CNI sekarang udah punya puluhan kantor cabang dan ratusan distribution center loh. Bahkan produk-produknya udah bisa kamu temuin di luar negeri. Pabriknya aja udah ada di Malaysia, Cina, dan Taiwan. Mau beli produk-produk CNI? Praktis kok, bisa beli online di Gerai CNI.
Gimana sih cara ikutan CNI Dubsmash Competition?
Sebelum ke cara ikutannya, biar tambah semangat, saya kasih tahu dulu hadiahnya. Pasti ngiler dong sama hadiah 750 ribu voucher MAP, 300 ribu voucher belanja Gerai CNI, 6 Produk CNI Up Hot Dark Chocolate. Hadiahnya bakal dikasih buat 3 video terbaik.
Gampang kok dapetin hadiahnya. Kamu diajak buat meng-cover jingle CNI Up Hot Dark Chocolate yang berdurasi 15 detik. Terus? Terus ikutin langkah ini:
Kamu harus punya akun Instagram
Download jingle CNI Up Cocoa
Rekam video Dubsmash kamu segokil-gokilnya.
Upload video Dubsmash ke Instagram kamu dengan me-mention IG @geraicni dan disertai hastag #29CNI #DubsmashIndonesia #UpCocoaMantap
Share deh ke akun Twitter dan Facebook kamu
By the way, kamu bisa dapetin liriknya dengan Download Video Lirik Up Cocoa. Inget sama deadline-nya ya, 31 Oktober 2015. Catet! Jangan sampai video kamu selesai pas deadline-nya kelaaar XD Supaya enggak ketinggalan info paling baru, ikutin Fanspage Facebook, Twitter, sama Instagram Gerai CNI.
Yuk ah, seru-seruan akting lip sinc di CNI Dubsmash Competition. Saya mau ngajak Evi dulu buat ngafalin liriknya. Kamu juga bikin sekarang ya. Eiits, sebelumnya minum Up Hot Dark Chocolate yang bikin ketagihan itu dulu ya, biar makin mantap penghayatannya ^_^
Seru-seruan Akting Lip Sinc Di CNI Dubsmash Competition
Si Kembar drama
Dari sekian banyak impian saya, yang belum pernah kesampaian itu… jadi pemain film! Pemeran utamanya pula *siap-siap diketawain* Kan keren banget tuh keliatan cling-cling bling-bling sambil direbutin Reza Rahadian sama Nicholas Saputra. Aaa…. Tapi dengan tampang pas-pasan ini, saya tahu dirilah, enggak pantes jadi peran utama film Indonesia, pantesnya film internasional XD *kemudian dilemparin bakiak* Buat misi itu, dulu saya waktu SMA ikutan ekskul kabaret, dan… gak pernah kebagian peran *nangis di dada Sherlock Holmes* Enggak putus asa, saat kuliah saya ikutan UKM teater, Alhamdulillah kali ini dapet peran. Pada akhirnya karier akting saya melejit dalam drama kehidupan *tsaaah!* Iya, saya dan kembaran–Evi–terkenal sebagai si kembar drama. Maklum ya, kami butuh menyalurkan akting pas-pasan kami. *bawa-bawa Evi biar enggak ngedrama sendirian XD
Itu baru aktingnya, kisah ngenes impian terpendam lainnya lebih tragedi. Diam-diam saya kepengin jadi penyanyi yang menghipnotis penonton kayak Lara Fabian dengan lagu Broken Vow-nya. Namun apalah-apalah, tiap saya nyanyi, orang-orang pada ngelirik dengan ekspresi bingung. Pertanyaan paling sopan yang saya dapat, “Lagu apa sih itu?” Saya jawab, “Lagu A.” Dia berkomentar, “Masa sih? Kok enggak mirip sama sekali.” Huaaa…. Itu yang paling sopan, kebayang kan pertanyaan lainnya. *Nyeruput Up Hot Dark Chocolate buat menenangkan diri*
Akhir-akhir ini saya menemukan pelampiasan baru: aplikasi Dubsmash. Itu loh aplikasi di android dimana kita bisa bikin video 15 detik sambil akting nyesuain berbagai suara. Saya bisa pura-pura jadi penyanyi bersuara emas, maklum ya… aslinya suara saya prestasi paling gemilangnya mecahin kaca jendela. *puk-puk kaca* Meskipun video Dubsmash-nya ya buat dikonsumsi saya sendiri :D
Kamu mau coba? Tinggal download aja di google playstore kayak gini:
Abis itu isi deh profile kamu:
Terus pilih deh:
Tambah seru kalau ikutan kompetisi Dubsmash yang diadain CNI. Karena penyelenggaranya perusahaan Multilevel Marketing yang udah berkiprah selama hampir 29 tahun dengan berbagai produk unggulan, kita jadi enggak was-was dong sama kompetisi ini. CNI ini merupakan perusahan yang lahir di Bandung tanggal 1 Oktober 1986. Duh, hampir seumuran sama saya *kubur KTP* CNI sekarang udah punya puluhan kantor cabang dan ratusan distribution center loh. Bahkan produk-produknya udah bisa kamu temuin di luar negeri. Pabriknya aja udah ada di Malaysia, Cina, dan Taiwan. Mau beli produk-produk CNI? Praktis kok, bisa beli online di Gerai CNI.
Gimana sih cara ikutan CNI Dubsmash Competition?
Sebelum ke cara ikutannya, biar tambah semangat, saya kasih tahu dulu hadiahnya. Pasti ngiler dong sama hadiah 750 ribu voucher MAP, 300 ribu voucher belanja Gerai CNI, 6 Produk CNI Up Hot Dark Chocolate. Hadiahnya bakal dikasih buat 3 video terbaik.
Gampang kok dapetin hadiahnya. Kamu diajak buat meng-cover jingle CNI Up Hot Dark Chocolate yang berdurasi 15 detik. Terus? Terus ikutin langkah ini:
Kamu harus punya akun Instagram
Download jingle CNI Up Cocoa
Rekam video Dubsmash kamu segokil-gokilnya.
Upload video Dubsmash ke Instagram kamu dengan me-mention IG @geraicni dan disertai hastag #29CNI #DubsmashIndonesia #UpCocoaMantap
Share deh ke akun Twitter dan Facebook kamu
By the way, kamu bisa dapetin liriknya dengan Download Video Lirik Up Cocoa. Inget sama deadline-nya ya, 31 Oktober 2015. Catet! Jangan sampai video kamu selesai pas deadline-nya kelaaar XD Supaya enggak ketinggalan info paling baru, ikutin Fanspage Facebook, Twitter, sama Instagram Gerai CNI.
Yuk ah, seru-seruan akting lip sinc di CNI Dubsmash Competition. Bikin sekarang juga. Eiits, sebelumnya minum Up Hot Dark Chocolate yang bikin ketagihan itu dulu ya, biar makin mantap penghayatannya ^_^
October 8, 2015
Behind The Book: Di Balik PeLit
Bareng sama buku 19 JMPS
Tenang, saya bukan ingin membahas gimana caranya biar jadi orang pelit, atau ngomongin orang pelit, bukan juga menjabarkan akibatnya kalau jadi orang pelit. Ini kisah saya saat menulis tips Personal Literature yang disingkat PeLit di buku 19 Jurus Mabuk Penulis Sukstres kok ^_^
Universal Nikko Reborn
Bulan Mei lalu grup tempat saya belajar menulis–Diskusi Fiksi.Menulis Fiksi.Membaca Fiksi (Universal Nikko+mayokO aikO) disingkat CENDOL–mendiskusikan keinginan untuk berbagi ilmu penulisan hasil belajar dan praktik kami di dunia menulis. Muncullah ide untuk menuangkannya ke dalam satu buku yang memuat tips menulis berbagai genre. Memang di CENDOL-lah saya banyak belajar ilmu menulis, mulai dari hal dasar seperti titik koma, EYD, sampai teknik menulis. Sehingga saya sangat bersemangat menyambut gagasan ini. Kami berpikir untuk sharing ilmu lebih luas, bukan hanya untuk anggota grup.
Komunitas menulis CENDOL ini punya penerbitan sendiri, jadi dengan menerbitkan buku ini sekaligus untuk mengaktifkan lagi penerbitannya. Kami yang berjumlah 19 sepakat menyetor tips menulisnya. Iya 19, enggak salah baca kok. Kebanyakan? Enggak, malah kurang banyak, penginnya sih sepuluh kompi biar tipsnya makin banyak ^_^ Balik lagi ke setoran utang, eh, setoran judul. Satu demi satu teman-teman penulis memberikan judul tulisannya. Ada tips menulis romance, TeenLit, memoar, horor, komedi, dan lainnya. Saya menimang-nimang tips menulis apa yang akan saya bagi. Saya sendiri pernah menulis romance, TeenLit, ChickLit, thriller, dan PeLit. Akhirnya setelah melihat list tips tulisan dari teman-teman, saya memilih menulis tips PeLit, karena belum ada yang memilihnya.
PeLit alias Personal Literature sendiri adalah genre tulisan curhat kehidupan pribadi yang termasuk ke dalam jenis nonfiksi. Tampaknya memang belum ada buku yang mengangkat tips menulis genre satu ini, padahal peminatnya cukup banyak. Saya pun memberanikan diri menuliskan tips yang disaripatikan dari pengalaman menulis pribadi itu. Alasannya ada dua. Pertama, agar para penulis yang ingin menulis PeLit bisa belajar dari sana. Kedua, satu hal penting lain menurut pandangan saya, dibutuhkan pencatatan dalam bentuk buku untuk genre ini. Meskipun hanya berupa teori praktis yang mudah dipraktikkan. Karena bagaimanapun genre ini telah menjadi salah satu keragaman genre menulis pop. Penting sekali adanya pencatatan sehingga bisa dikaji secara literature.
Butuh waktu dua minggu untuk menuliskannya. Maklum ya, saya memang termasuk penulis supeer lelet. Mau nulis fiksi atau nonfiksi sama aja. Euuung… lelet dalam segala hal sih. Kalau kata Mama, Eva kalau ngapa-ngapain itu lamanya setara orang hamil sembilan bulan. Eva baru niat, orang udah lahiran. Atuhlah, Ma…. XD Sebelum menulis, saya riset dulu, selain mengingat-ingat proses kreatif saya saat menulis PeLit dulu. Akhirnya setelah mendaki gunung lewati lembah nemenin Ninja Hatori, dan bertualang ke seluruh Indonesia pakai pintu ke mana sajanya Doraemon, tulisan tipsnya selesaaaiii…. *rebahan di dada Naruto*
Mungkin ada yang berpikir menulis PeLit ini gampaaang, kayak nulis diary aja. Namun kenyataannya, menulis PeLit tetap dibutuhkan teknik. Soalnya penulis tidak sekadar menulis kisahnya buat dikonsumsi pribadi, tetapi harus memikirkan bagaimana pembaca menikmati tulisannya. Dulu waktu saya menulis PeLit, saya banyak mengalami kesulitan, seperti “Bagaimana sih supaya tulisan saya lucu?” atau “Bagaimana sih memilih bagian-bagian hidup saya yang pas untuk diceritakan?” Semua pengalaman itu saya tuangkan dalam jurus menulis PeLit, sehingga–harapannya sih–pembaca enggak lagi mengalami kebingungan seperti saya dulu.
Apa sih kelebihan buku 19 Jurus Menulis Sukstres?
Buku 19 JMPS ini sangat bisa membantu penulis pemula karena tips menulisnya mulai dari dasar sampai spesifik genre, sehingga bisa mempelajari bermacam genre tulisan. Buat yang suka banyak alesan sampai nulisnya enggak jadi-jadi juga ada tips menghadap seribu alesan itu. Stt…Selain itu disampaikan dengan bahasa yang gampang dicerna, dan tipsnya pun mudah dipraktikkan. Jadi buat yang masih bingung ingin berkarier sebagai penulis di genre apa, buku ini bisa jadi referensi.
Data buku 19 Jurus Mabuk Penulis Sukstres
Cover depan belakang buku 19 JMPS
Penulis: Mayoko Aiko, Ceko Spy, Andhika Wandana, Ari Keling, Arniyati Shaleh, Arista Devi, Astuti Parengkuh, Ayu Marpaung, Cem Acem, Eva Sri Rahayu, Hadi Kurniawan, Lonyenk Rap, Monica Anggen, Ocuz Wina, Pilo Poly, Richa Miskiyya, Sorayya Usman, Vivie Hardika, Zya Verani
Jenis kertas: paperback
Jumlah halaman: 285
ISBN: 9786029458213
Cetakan 1, September 2015
Blurb:
Mau jadi penulis tapi bingung mulai dari mana? Belum menulis sudah pusing duluan. Sudah menulis tapi tata caranya tak beraturan.
Tetapi seribu alasan yang bisa meruntuhkan impianmu menjadi penulis akan terpatahkan dengan mudah sekarang. Buku 19 Jurus Mabuk Penulis Sukstres–alias sukses tanpa stres–akan menjawab tuntas semua pertanyaanmu.
19 Jurus Mabuk Penulis Sukstres memuat jurus menulis beragam genre, fiksi maupun nonfiksi, sehingga kamu bisa mempelajari semua jenis tulisan hanya dalam satu buku.
Jadi, jika kamu ingin menjadi penulis serba bisa, buku inilah jawabannya!
Giveaway
Mau bukunya gratis? Ikutan aja giveaway-nya di Goodreads. Klik di sini aja>> https://www.goodreads.com/book/show/26140751-19-jurus-mabuk-penulis-sukstres


