Eva Sri Rahayu's Blog, page 13

March 18, 2015

iSiaga EcoCash: Sampah Bersih, Dapat Uang Sekaligus Beramal

EcoCash by iSiaga

EcoCash by iSiaga


“Kiri-kiri…. Hmm… kanan dikit deh, eh, udah pas tadi. Tapi kok enggak bagus. Pindahin sebelah sana aja deh,” pinta saya yang membuat alis suami naik sebelah. Dia lalu berjalan menjauh dari mesin cuci yang sudah tua dan sudah sering ngadat—mana di atasnya saya taruh komputer jadul zaman kuliah dulu—kemudian berdiri di sebelah saya. Matanya menyapu seluruh ruangan. “Kenapa?” tanya saya sewot karena dia tampak enggan membantu merapikan rumah.


Beberapa hari ini saya kebingungan melihat keadaan rumah yang penuh sesak oleh barang-barang elektronik bekas dan rusak. Rumah jadi kelihatan sumpek. Rasanya pengin banget teriak, “Toloooong … rumah saya penuh sampah …!”


“Barang sebanyak ini mendingan dijual atau dibuang ajalah, menuh-menuhin rumah,” ucap suami dengan ekspresi muka datar.


“Ya kalau ada yang mau beli udah dari dulu dijual kali, Mas,” kata saya enggak mau kalah. Mendengar perkataan suami, saya jadi teringat ucapan saya pada Mama tempo hari waktu menjenguk ke rumah beliau. Saat itu kami sedang menonton acara lomba memasak. Tepat ketika juri akan mengumumkan siapa yang dieliminasi, TV mati sendiri, sukses membuat kami gendok. Cepat-cepat dong saya nyalakan, tapi baru beberapa detik, TV-nya mati lagi.


“Sudah-sudah, biarkan dulu, nanti kalau sudah dingin TV-nya normal lagi,” ujar Mama.


“Ma, kenapa enggak dijual aja sih TV-nya? Udah sering begini, kan?” tanya saya,


“Kalau dijual memang siapa yang mau beli? Lagipula TV ini banyak kenangannya, Mama jadi sayang mau jualnya,” jawab Mama dengan mata berkaca-kaca. Saya mengerti sih alasan emosional seperti itu, soalnya saya juga pernah mengalaminya. Kadang saya menyimpan barang-barang kenangan yang sudah rusak di kotak kenangan.


“Malah ngelamun, aku berangkat kerja dulu ya,” ucap suami yang langsung membuyarkan lamunan tentang Mama dan TV-nya.


Setelah suami pergi, saya membuka hape yang berbunyi sedari tadi. Ternyata saya mendapat surel undangan acara peluncuran layanan EcoCash bertajuk “Media & Blogger Sharing: iSiaga ECOCASH – Turn Your e-Trash into Cash”. Langsung saja mata saya membulat, tagline iSiaga EcoCash-nya itu loh, sesuai banget dengan kebutuhan saya. Sayapun bertanya-tanya, “Ini beneran?” Jadi bersemangat datang ke acaranya.


Pak Armit Gurbani selaku Co-Founder PT. Mitra Kersa Artha, perusahaan yang menaungi iSiaga

Pak Muhammad Farhan dari Yayasan Cinta Anak Bangsa bersebelahan dengan Pak Armit Gurbani selaku Co-Founder PT. Mitra Kersa Artha, perusahaan yang menaungi iSiaga, mereka menjelaskan mengenai kerjasama EcoCash dan YCAB


Pagi Senin 16 Maret kemarin saya berangkat dari Bogor menuju Kebayoran Jakarta Selatan. Di sana saya bertemu dengan teman-teman media dan blogger. Kami mendengarkan penuturan Pak Armit Gurbani selaku Co-Founder PT. Mitra Kersa Artha, perusahaan yang menaungi iSiaga.


EcoCash iSiaga

Para peserta blogger menyimak dan berdiskusi


Kemajuan teknologi yang pesat saat ini membuat laju tren elektronik pun bergerak cepat. Hal ini menyebabkan banyak barang elektronik bekas yang tidak lagi terpakai dan dianggap sudah tidak lagi berharga. Banyak orang kesulitan membuang barang elektronik bekas ini. Beberapa bahkan harus mengeluarkan uang untuk jasa pengangkutan. Semua itulah yang melatarbelakangi iSiaga untuk meluncurkan ECOCASH.


Benar juga, pikir saya. Karena sudah dianggap sampah, rasanya enggak enak barang-barang itu diberikan pada orang lain, apalagi kalau sudah rusak, jangan-jangan biaya perbaikannya lebih mahal dari harga jualnya. Saya juga teringat dengan barang-barang di rumah. Alasan lainnya saya kesulitan menjual memang persoalan angkut mengangkut ini. Duh, menghitung harus mengeluarkan biaya lagi rasanya berat. Maklumlah, emak-emak hitungan dan doyan ngirit ^_^ Sayapun makin semangat menyimak.


Kita bisa menjual barang-barang elektronik bekas itu dengan iSiaga EcoCash melalui layanan online di www.isiaga.com/ecocash. Untuk yang tinggal di daerah Jakarta dan Tanggerang, enggak tanggung-tanggung, cukup check out via web atau telepon ke call center iSiaga lalu duduk manis, petugas iSiaga bakalan datang ke lokasi untuk mengambil barangnya. Jadi dalam transaksi, kita enggak perlu ke mana-mana, bahkan bisa sambil nonton serial drama kesayangan. Selain enggak mesti repot dan capek mengangkut barang, layanan ini juga gratis. Sayangnya baru menjangkau daerah Jakarta dan Tanggerang, untuk daerah lain layanan penjemputan ini bisa tetap dinikmati dengan dikenai biaya. Namun jangan khawatir, karena biayanya supeeer terjangkau :D


“Kami menerima sampah elektronik mulai dari handphone berbasis GSM, laptop, komputer, hingga elektronik rumah tangga seperti telvisi, AC, kulkas dengan segala kondisi. Mau rusak atau matipun tetap ada harganya,” jelas Pak Armit lagi.


Eh, waaah, terima yang mati juga? Berarti handphone jadul yang mati total di rumah bisa saya jual juga dong. Harganya? Seperti membaca pikiran saya, Pak Amrit menjelaskan bahwa untuk perangkat mobile seperti handphone dan tablet yang sudah mati harga pembeliannya mulai dari lima puluh ribu rupiah. Lengkapnya, harga setiap barang bisa langsung dicek di website-nya.  Diam-diam saya bertanya-tanya buat apa ya iSiaga mengumpulkan barang bekas elektronik sebanyak itu? Beberapa saat kemudian pertanyaan saya terjawab. Menurut Pak Amrit, barang-barang bekas ini akan mereka recycle. Saat ini pihaknya telah bekerja sama dengan tiga pengepul barang elektronik besar di Jakarta dan Bekasi.


Pak Amrit juga menyinggung soal menyumbangkan uang hasil penjualan ke Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) yang bekerja sama dengan pihaknya. iSiaga lewat EcoCash-nya ingin menjadi salah satu wadah berdonasi. Hasilnya akan dipakai untuk program HOPE YCAB yaitu program pengembangan wirausaha untuk perempuan daerah miskin. Kita bahkan bisa menyumbang hanya dengan memberikan barang rusak dan mati. Ini benar-benar menarik :D


Hadir juga di acara, Sekjen YCAB Foundation, Muhammad Farhan. Pak Farhan menjelaskan sedikit tentang YCAB. Yayasan ini merupakan salah satu organisasi non-profit yang pada awalnya berfokus pada narkoba dan HIV/AIDS. YCAB kemudian memperluas konsentrasinya pada bidang pindidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat kurang mampu. Mudah-mudahan dengan bekerjasama dengan iSiaga dan para pengguna layanan EcoCash, semakin banyak manfaat yang ditebar YCAB. Untuk mengetahui lebih dalam tentang YCAB, kita bisa mengunjungi www.ycabfoundation.org.


Para Blogger bersama seluruh punggawa EcoCash iSiaga

Para Blogger bersama seluruh punggawa EcoCash iSiaga


Jadi, kalau kamu seperti saya yang rasanya sudah pengin banget teriak sambil tebar-tebar kode SOS ke mana-mana karena masalah sampah elektronik, saatnya kamu melakukan tiga tahapan ini:


Pertama, Check Prices Online: buka web www.isiaga.com/ecocash untuk memeriksa harga jual barang.


Kedua, Confirm Items: chekout barang secara online. Nantinya petugas iSiaga akan menghubungimu lewat telepon untuk menentukan waktu penjemputan.


Ketiga, Get paid or Donate: Setelah barang diperiksa, iSiga bakalan mengirimkan uang ke rekeningmu, atau kamu bisa mendonasikannya ke YCAB.


Selain dari web-nya, kamu juga bisa mendapat informasi lengkap dengan menghubungi call center iSiaga di 081290090069 dan surel info@isiaga.com.


Wuiiih, ternyata semudah itu menyingkirkan barang-barang bekas dan rusak di rumah. Benar-benar solusi yang mantap. Saya segera membayangkan ruang kosong yang bisa dimanfaatkan hal lain. Menambah rak buku, misalnya. Sepulang dari acara, saya langsung menelepon Mama untuk memberi info tentang iSiaga EcoCash ini.


“Tapi Mama masih sayang buat jualnya. Kan TV itu banyak kenangannya. Rasanya enggak ada harga yang pantas untuk menggantikannya,” kata Mama. Saya membayangkan mata beliau yang berkabut dengan hanya membayangkan TV kesayangannya itu dijual.


“Kalau Mama menukarnya dengan bantuan buat orang-orang yang membutuhkan, gimana? Itu juga hal yang enggak ternilai, kan?” tanya saya.


Saya mendengar di seberang sana Mama berkata “iya” dengan yakin.


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 18, 2015 21:50

March 10, 2015

Review Dan Giveaway Novel Akulah Arjuna

IMG_185570315318416


 


 


Pernah jatuh cinta pada lelaki idola banyak perempuan? Bingung bagaimana mendekatinya sementara kamu sudah tidak percaya diri duluan? Atau sedang jatuh cinta pada seseorang yang usianya terpaut jauh? Capek terus-teran dianggap anak kecil olehnya? Secara ajaib novel ini bisa kamu jadikan referensi, ada tips untuk menaklukannya :D


 


Pernah bingung memilih pasangan terbaik, ketika dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama baik? Pernah merasa jatuh cinta pada orang yang rasanya salah?  Atau … pernah merasa kesal setengah mati karena digantung seorang wanita? Cinta tanpa kejelasan itu, uhm, rasanya bikin pengin ternak piranha buat mengancamnya supaya memberi kepastian XD Kalau kamu sedang dalam keadaan itu, kamu harus baca novel ini.


 


***


Judul: Akulah Arjuna


Penulis: Nima Mumtaz


Penerbit: Elex Media Komputindo


Tebal: 452 Halaman


Harga: Rp. 74.800


Blurb:


Oke, inilah masalah pelik yang membelitku. Aku beristri dua! Upss … punya pacar dua, tepatnya. Eehhh, enggak juga. Yang pasti saya punya dua pasangan tapiii … gak tepat juga ini, jadi apa istilah yang pas, ya?


 


Dalam khayalanku yang terliar pun gak akan pernah aku bayangin dapet nasib kayak gini. Aku adalah tipe lelaki setia yang tak akan pernah mempunyai dua pasangan dalam satu waktu bersamaan. Itu pantangan buat aku. Tapi sialnya itulah yang terjadi sekarang ini. Walaupun ini bukan mauku dan gak pernah kusengaja. Suer!


 


Di satu sisi aku udah punya Nina—walaupun dia gak secara langsung mengiyakan permintaanku, tapi boleh, dong aku kepedean nyebut dia pacar. Secara dia juga memperlakukan aku seperti pacarnya. Tapi di sisi lain ada anak bos, si setan cilik yang nyebelin itu, yang memproklamirkan diri sebagai pasanganku di kantor.


 


Indah, bukan? Banget! Bahkan terlalu indah untuk playboy terganteng seperti aku sekalipun.


***


 


Arjuna Narendra Ruslan dihadapkan pada situasi aneh. Saat dia baru saja resmi punya pacar, tiba-tiba gadis lain malah menembaknya dan secara sepihak menganggapnya kekasih. Karena gadis itu—Ayana Gabrielle—anak bosnya, Juna tidak bisa menolak meski tetap mencari cara menegaskan hubungan mereka pada Ayana yang umurnya terpaut 11 tahun. Tentu saja hal itu membuat hubungan Juna dan Ana Karenina—pacar resminya—menjadi renggang. Apalagi untuk mengakali Ayana, Juna menyebarkan fotonya dengan Via sang keponakan supaya dianggap sudah punya anak. Sialnya, bukannya Ayana yang kena, malah Nina yang blingsatan.


Juna menjadi gamang harus memilih siapa, ketika Ayana yang polos terus saja memberinya perhatian, sedangkan Nina seperti mulai menjaga jarak padanya. Ketika Juna mantap memilih, dia dihadapkan pada rahasia-rahasia kelam para gadisnya. Ayana dan Nina sama-sama menyimpan sesuatu darinya. Rahasia yang siap memporakporadakan hati sang Arjuna. Akankah Juna patah hati berulangkali? Bisakah Juna mendapatkan gadis impiannya?


 


Review


Sudah lama rasanya saya enggak baca novel lokal yang penuturannya lincah. Sehingga rasanya menyenangkan sekali membaca kisah Arjuna ini. Tokoh yang super narsis, tengil, baik hati, labil, dan kocak. Hampir sepanjang novel saya senyum-senyum sendiri dengan pemikiran ‘miring’ si Juna.


 


Misalnya seperti di halaman 291: “Hai, Mi, kenapa?” Kuhampiri mereka yang masih seperti adegan syuting ibu tiri dan pembantunya.


 


Awalnya saya merasa tokoh Juna ini terlalu cerewet sebagai tokoh laki-laki. Namun setelah saya ingat-ingat, banyak juga teman-teman lelaki saya yang memang cerewet. Setelah menyadari itu saya merasa jadi lebih mudah related dengan tokoh Juna. Meskipun cerewet, saya tetap merasa Juna ini enggak keperempuan-perempuanan, lebih merasa dia ini termasuk tipe pria tengil-jahil yang ekspresif saja, jadi apa-apa dikomentari. Belakangan saya merasa mendapat angin segar dengan tokoh utama laki-laki seperti Arjuna, di tengah gempuran tokoh-tokoh yang setipe: dingin tapi ganteng.


 


Tokoh-tokoh di novel ini karakternya terasa kuat-kuat dan membumi. Semuanya enggak sempurna, punya kelebihan dan kekurangan yang mencolok, membuat saya berasa novel ini benar-benar terjadi dengan tokoh yang benar-benar ada. Bukan hanya tokoh-tokoh utamanya, tapi sampai figuran seperti gengan pantry semacam Pak Parno, Mas Edi, dan Jono.


 


Lalu dialognya ituuuu … serruuu …! Dialognya renyah dan enggak kaku. Hidup banget deh. Baca obrolannya serasa lagi ikutan ngerumpi dengan mereka.


 


Selain itu chemistry antara Juna dan Ayana sangat kuat. Chemistry antara Juna dan seluruh keluarga besarnya juga. Dan ajaibnya, chemistry itu ditularkan pada pembaca. Saking kuatnya, saya merasa mereka itu tetangga saya, dan sedari kecil saya sering main ke sana sehingga saya merasa mengenal mereka luar dalam XD Tapi saya enggak punya tokoh favorit di sini. Juna enggak berhasil bikin saya jatuh cinta karena terlalu kekanakan.


 


Oh, iya, seperti yang sudah saya singgung di awal. Dengan membaca novel ini, pembaca perempuan bisa mendapat tips cara menaklukan lelaki playboy baik hati. Namun diragukan untuk diaplikasikan pada playboy enggak baik hati :p Sedang untuk pembaca pria bisa mendapat pencerahan agar berhenti digantung oleh pujaan hatinya :D


 


Saya suka bagaimana Nima hampir mulus menyampaikan pesannya tanpa menggurui. Melakukan hal itu cukup sulit XD Saya suka gaya penceritaannya yang mengalir. Dan Nima juga pinter menyisip-nyisipkan, ehm … adegan hot-nya. Deskripsinya sedikit bikin mupeng *eh XD


 


Sayangnya, banyak kesalahan tulis dalam novel ini. Sepertinya banyak yang luput dari suntingan. Seperti penulisan “Di” dan “Ke” yang menunjukkan tempat tetapi disatukan, yang tidak menunjukkan tempat justru dipisah. Lalu penulisan “Ku” yang dipisah juga cukup mengganggu. Ada juga kata yang enggak konsisten. Memang pasti butuh ketelitian tinggi untuk menyunting naskah yang panjang dengan spasi rapat dan font kecil ini. Kemudian pada awalnya saya menganggap beberapa kata merupakan typo, seperti “Nafas”, “Fikir”, “Kalo”, dan “Tau” yang ditulis dalam narasi. Kalau dalam dialog saya pikir wajar-wajar saja karena merupakan bahasa lisan, tapi dalam narasi sepanjang novel, sepertinya itu bukan lagi masuk typo. Saya menyimpulkan itu merupakan pemilihan tata bahasa yang disengaja. Seperti pemakaian kata “Gak” alih-alih yang baku seperti “Enggak” atau “Tidak”. Mungkin agar narasinya terasa lebih mengalir seperti dialognya. Namun mungkin bisa dipertimbangkan untuk memakai kata yang baku tanpa mengurangi kelincahan tata bahasanya di novel selanjutnya ^_^ Selain itu yang sedikit mengganggu saya adalah konflik cinta berseginya. Seandainya Juna enggak kelihatan condong sebelah dan lebih menggali kebingungan arah hatinya, pasti lebih greget. Mungkin memang karena pada akhirnya puncak konflik ada pada rahasia Ayana, sehingga Nima enggak terlalu ngotot soal ini.


 


Novel semi bantal ini selesai saya baca tanpa skip sedikitpun saking serunya. Tahu-tahu sudah halaman terakhir saja. Saya rekomendasikan novel ini untuk kamu yang suka bacaan ringan menghibur tapi tetap bermakna dalam.


 


Beberapa quotes favorit saya:


 


Saat mencintai seseorang, kita tak akan pernah peduli dengan masa lalunya, dengan apa yang mengikutinya, bahkan dengan semua keburukan dan kebusukannya. Kita hanya akan melihat dia apa adanya dan hanya mengharapkan semua hal terbaik untuknya. Bahkan tak akan pernah peduli kalau akhirnya hanya sakit yang bisa kita terima. Kamu hanya ingin melihat dia tersenyum, hanya ingin dia bahagia. — Halaman 172-173.


 


 


Kalau ada lelaki kusut, kehilangan cahaya hidup dan seperti orang kebingungan sepanjang waktu, bisa kusimpulkan kalau dia bermasalah dengan hatinya? –Halaman 264.


 


Tidak ada yang masuk akal kalau sudah berhubungan dengan cinta. Semua hal yang di luar nalar pun bisa kamu lakukan kalau itu atas nama cinta. –Halaman 268.


 


Laki-laki itu pasti jadi kepala keluarga, itulah kenapa dia harus matang dulu sebelum berani bawa anak orang. Selain tanggung jawabnya besar, pemikiran dan emosi harus stabil karena kelak dialah yang akan membawa arah rumah tangganya. –Halaman 320.


 


***


 


Kamu pasti mau dong novel bertanda tangan penulisnya? Ikutan giveaway novel ini yang berlangsung dari tanggal 10 sampai 20 Maret 2015. Caranya, jawab pertanyaan ini, “Kamu pernah jatuh cinta pada playboy/playgirl? Ceritakan sedikit kisah membahagiakan, menyedihkan, atau mengesalkan dengannya. Kalau enggak pernah jatuh cinta pada playboy/playgirl, ceritakan kenapa kamu enggak pernah jatuh hati pada tipe ini.”


Tulis jawaban di kolom komentar postingan ini disertai akun twitter kamu. Syarat khususnya, kamu harus berumur di atas 15 tahun untuk ikutan giveaway ini, dan follow akun penulisnya @Nima_Saleem


Pengumuman pemenang tanggal 21 Maret 2015 di akun twitter saya @evasrirahayu


Ditunggu partisipasinya ya :D


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 10, 2015 00:10

February 27, 2015

Sahabat Dari Hongkong

IMG_626781748777


 


Sahabat Dari Hongkong


: Ocuz Wina dan Mega Riana Dewi Bintang


 


Dear Nanny Ocuz dan Ceu Ega,


Apa kabar Hongkong? Jadi inget pelesetan orang-orang, apa-apa dari Hongkong, dan itu menandakan bahwa sesuatu yang disebutkan enggak tergapai atau bohongan. Rasi juga kalau bercanda pasti bilangnya, “… dari Hongkong.”


 


Dua tahun lalu waktu Nanny Ocuz kirim boneka hasil rajutan, pas aku kasihin ke Rasi aku bilang ini dari Tante Ocuz dari Hongkong. Rasi sama orang-orang rumah pada enggak percaya dan ngetawain aku. Sampai aku meyakinkan mereka kalau itu “beneran” dari Hongkong XD


 


Ngomong-ngomong gimana keputusan Nanny Ocuz? Tetep bertahan di sana untuk beberapa tahun ke depan? Atau pulang ke Indonesia? Apapun keputusannya semoga yang terbaik untuk Nanny Ocuz dan keluarga, juga anak-anak asuhan ya ^_^ Mereka pasti udah nganggap Nanny Ocuz keluarga sendiri.


 


Btw, udah lama enggak nyimak Nanny Ocuz menggalaukan darkor di twitter. Sekarang aku juga udah gak pernah nonton drakor, hiks. Mau minta rekomendasi drakor bagus dong, Nanny, hihihi. Nanny, masihkan tangan-tanganmu sibuk merajut boneka atau apa saja dengan penuh cinta? Beberapa waktu kulihat Nanny sedang suka membuat origami.


 


Ceu Ega, tahun lalu kita sempet ketemu di Bandung ya, Alhamdulillah. Meskipun aku sempet bikin Ceu Ega kesel :’( Maafkan. Meskipun waktu kita terbatas, tapi pertemuan itu menghangatkan. Walaupun kepengin seperti pertemuan tahun-tahun lalu, kita bisa bernyanyi bareng semalaman. Tahun ini semoga kita ketemu di karya, punya tulisan yang sebuku. Yeay! Aku penasaran sama karya Ceu Ega. Pasti keren! Oh iya, aku juga pengin liat Ceu Ega baca puisi. Kenapa kemarin gak minta ya *eh


 


Nanny Ocuz dan Ceu Ega, aku mau ngucapin banyak banget terima kasih atas kado pernikahannya. Jauh-jauh dari Hongkong dikirim langsung, bener-bener bikin terharuuu :’) Kami sangat suka baju-bajunya, Nanny Ocuz dan Ceu Ega punya selera yang keren, beda banget sama aku yang masuk kategori “Tidak Tertolong” XD Ditambah lagi video ucapannya, bikin serasa walaupun kalian jauh tapi kerasa deket. Kami doakan semoga kalian pun segera bertemu belahan jiwa.


 


Aku suka memperhatikan kalian loh. Seru aja ngikutinnya. Kalian para wanita tangguh ini suka jalan-jalan ke gunung atau bertualang ke mana aja. Belum lagi naik-naik ke atas pohon :D Bener-bener bikin kagum. Semoga Rasi bisa mengikuti jejak kalian, dekat dengan alam, dan enggak penakut. Beda sama Emaknya yang lebih suka nonton dan tidur XD Dari foto-foto dan status petualangan kalian, aku melihat, di negeri jauh kalian bersahabat erat saling menguatkan dan berbagi suka duka. Btw, kalian pernah bertengkarkah? Pasti kalau pernah, enggak akan tahan marahan lebih dari lima menit XD Di negeri yang jauh dari sanak saudara, kalian memiliki satu sama lain. Sungguh persahabatan kalian membuat haru :’)


 


Di surat yang lalu, aku bilang kepengin ketemu nanny di acara Kemsasnas bulan Juli, sayangnya ternyata liburan Nanny enggak tepat hari, sehingga kita belum bisa ketemu. Pengin suatu hari bisa mengunjungi kalian di Hongkong. *minta tolong diaminin, heuheu*


 


Nanny Ocuz dan Ceu Ega, kita belum pernah ngobrolin soal impian. Aku sebenarnya ingin tahu mimpi-mimpi kalian. Seperti apakah kalian merancang masa depan? Siapa saja orang-orang yang ingin kalian sertakan? Sebesar apa impian itu menjadi panduan kalian untuk melangkah? Meskipun aku enggak tahu, tapi jejak perjalanan kalian cukup membuatku yakin semua impian pada akhirnya pasti berhasil kalian gapai, tentu dengan seizin Tuhan.


 


Semoga suatu hari diperkenankan mendengar jawabannya langsung dari bibir kalian ^_^ Pertemuan lengkap, ada Nanny Ocuz dan Ceu Ega.


 


Sebelum surat ini berakhir, aku ingin bilang terima kasih karena kalian sudah menjadi sahabat yang baik selama ini. Bukan sahabat pelesetan “Dari Hongkong” tapi benar-enar sahabatku yang tinggal di Hongkong.


 


Nanny Ocuz, salam untuk keluarga. Ceu Ega salam untuk jagoanmu.


 


IMG_679821889694


 


 


Ps: Maafkan atas penculikan foto-foto kalian dari FB XD


 


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 27, 2015 13:29

February 26, 2015

Bidadari Berdarah Bajingan

IMG_67030012051917


 


Dear para bidadariku Ellis Qyt, Desita Pong, dan Ana Sang Wagima.


 


Ana sang, kamu sekarang pasti sedang sibuk persiapan pementasan. Kali ini di Bali, ya? Aku yakin kamu pasti tampil bersinar di panggung.


 


Qyt sang, pasti sedang mengajar di kelas. Salam untuk murid-murid bulemu, ya :D Kapan-kapan aku kepengin lihat sendiri menerangkan bahasa ibu kita pada mereka.


 


Despong, selamat ya buat kehamilan keduanya. Kamu bakalan jadi ibu yang makin mengagumkan buat Yuichi dan adiknya. Jaga kesehatan, oke.


 


Semalam aku melihat-lihat foto-foto pentas kita. Aku jadi sangat merindukan kalian. Rindu sepanggung bersama kalian. Kangen mempersiapkan gelaran pentas bersama kalian. Juga agak-agak kangen berseni peran XD


 


Kita memang dipertemukan oleh teater. Ikatan yang diskenario Tuhan, pasti bukan kebetulan. Aneh memang, kalian semua kan memang satu universitas, tapi aku kan beda sendiri. Secara ajaib aku yang padahal udah telat banget daftar ke UKM teater–nekat ya karena waktu itu pendaftarannya aja udah ditutup, untung msih diterima—ikut pelatihannya dari tengah-tengah, sehingga bisa ketemu kalian. Tapi gara-gara kalian—nyari kambing hitam—aku akhirnya pindah universitas juga XD


 


Waktu itu tahun 2004, ketika memasuki lingkungan kalian, aku takut-takut dan bingung harus bagaimana mulai bergaul. Orang pertama yang menerimaku dengan sangat bersahabat adalah Despong. Despong, Qyt, dan Ana sering banget bareng-bareng. Diam-diam aku ingin menjadi sahabat kalian. Karena itu aku suka menempeli Despong. Heuheu….


 


Terus terang aku kagum pada Despong dan Ana Sang yang selalu terlihat membius tiap kali membacakan puisi atau disuruh performance spontan alias jeprut. Sementara aku sangat lemah dalam hal yang menuntut spontanitas. Aku juga kagum pada Qyt yang selalu cerdas membuat pantun dalam sekejap. Qyt juga punya passion yang sama denganku: menulis. Hal itu membuat aku jadi makin minder bisa diterima jadi sahabat kalian. Aku kan pendiam, enggak bisa baca puisi, bikin pantun, apalagi performance.


 


Suatu hari kita ramai-ramai menginap di kosan Despong. Sebenarnya waktu itu aku ragu ikutan, tapi setelah kupikir lagi, bagaimana bisa dekat dengan kalian kalau pada momen seperti itu aku tidak ada. Maka kupaksakan saja dengan menebalkan muka. Ternyata prediksiku tidak salah, berkat malam panjang berisi obrolan-obrolan dari hal penting sampai gosip, akhirnya sedikit demi sedikit aku bisa dekat dengan kalian. Akupun jadi sering menginap di kosan Despong. Kejadian lucu yang paling kuingat adalah persoalan tidur. Pagi-pagi Despong dan Qyt bangun untuk kuliah, aku yang sudah niat membolos cuman melihat kalian berangkat. Dan ketika kalian pulang, aku masih nyenyak tidur. Masih terbayang ekspresi Despong waktu itu yang membangunkanku dengan terheran-heran, katamu, “Epoooy, ya ampun, masih tidur.” XD


 


Saking dekatnya kita diberi nama geng oleh Babeh: Bidadari Berdarah Bajingan. Heuheu nama yang aneh sih. Lalu kita meraba-raba maknanya. Bajingan di sini memang bermakna ganda sih. Sisi baiknya, menandakan kalau kita wanita kuat. Kalau istilah di teater kita Betina tangguh. Sebagai bidadari berdarah bajingan kita tidak gentar menghadapi panas hujan dingin cuaca, maju terus untuk latihan. Pagi, siang, malam, sampai kurang tidur. Kita tidak bermasalah tidur di mana saja, bahkan cukup beralasakan koran. Untuk urusan keproduksian, kita juga sungguh-sungguh mencari uang untuk pementasan. Mulai dari secara elegan dengan proposal sampai turun ke jalan untuk mengamen. Kalau sisi buruknya kita dinilai hmmm… pintar menggunakan pesona mungkin ya *mencari padanan kata yang sehalus mungkin, wkwkwk* Heuheu wajarlah ya… namanya juga anak muda *plaak*


 


Banyak kejadian kita alami, mulai dari mempersiapkan resital, sampai mengikuti perlombaan teater di beberapa kota. Kita juga pernah menyukai pria yang sama *eh*  Banyak pengalaman, ilmu, dan kenangan kita kumpulkan. Terutama keseruan petualangan pentas dari satu kota ke kota lain. Kita sering saling menguatkan dan menghibur di kala susah. Sedih karena masalah impian, cinta, maupun urusan dompet. Kita juga seringkali bertengkar dan berdrama ria. Misalnya saat aku marah pada Despong dan Qyt yang tidak aktif di kepengurusan, Despong yang marah padaku karena tidak berterus terang soal perasaan pada seseorang, Ana yang membuat komunitasnya sendiri, dan banyak-banyak lagi. Tak jarang dibutuhkan waktu yang lama untuk kita berbaikan. Seringnya karena kita sama-sama malu memulai.


 


Waktu berlalu, kita pun berpisah jalan. Impian kita tidak lagi bersinggungan.


 


Ana sang yang teguh di teaternya.


 


Qyt yang memilih mewujudkan mimpi di jalur pendidikan.


 


Dan Despong dengan impian cintanya.


 


Bukan hanya oleh impian, kita juga dipisahkan oleh daerah geografis. Pernah satu kali Ana sang di Jerman, Qyt di Australia, Despong di Jepang, dan aku satu-satunya yang tetap tinggal di Indonesia. Heuheu padahal saat kita satu kota saja menentukan waktu pertemuan sudah hampir sesulit mencari kue dalam tumpukan tepung XD


 


Label sahabat bukan berarti mewajibkan kita untuk selalu ada di samping satu sama lain. Seringkali kita malah tak bisa hadir di hari-hari penting. Saat Ana sang pentas misalnya, atau pernikahanku, juga di hari-hari bersejarah Qyt dan Despong. Namun tidak lantas membuat hati kita menjarak. Kita telah paham dan khatam pada persahabatan ini. Bahwa masing-masing dari kita memiliki keterbatasan ruang dan waktu hingga kita tidak bisa selalu ada menemani raga. Tetapi hati kita tetaplah satu. Akan ada saatnya kita memberi waktu untuk menuangkan kisah-kisah sendiri, memberi ruang untuk yang lain mengetahui dan berempati. Ada waktunya kita melakukan obrolan panjang tentang impian, cinta, luka, sampai urusan rumah tangga.


 


Aku bersyukur memiliki sahabat seperti kalian. Tempat dimana aku begitu polos tanpa ada kepura-puraan. Kalian pun bersikap yang sama hingga persahabatan kita bukan platonis. Kita sudah hafal luar dalam sifat karakter masing-masing, hingga menerima kekurangan dan kelebihan sudah seperti pasangan makan dan minum. Namun bukan berarti kita tidak saling mengingatkan ketika berada di jalur yang salah. Meski akhirnya keputusan diserahkan pada masing-masing dan kita menghormati hal itu sepenuh hati. Kita adalah bejana pandora, tempat segalanya bisa ditemukan. Bahagia, iri, harapan, cinta, pelajaran. Kita adalah partner in crime. Kita adalah partner berbuat kebajikan. Sahabat berdiskusi hingga bersama kalian aku banyak mendapat pencerahan. Dan bersama kalian aku ingin terus bertumbuh dan tua.


 


11 tahun lalu, 11 tahun kini, dan 11 tahun ke depan. Selamanya aku ingin menjadi sahabat kalian.


 


Di jalanan yang makin lengang, kita masih bergenggaman tangan.


Meski dalam pertemuan singkat direntang waktu yang yang terlampau panjang.


Lalu kita kembali saling berbagi cerita yang telah usang karena tergilas jarak.


Membincangkan rahasia-rahasia.


Namun semoga tak lekang pada hati yang ingin mengekalkan: yang tertusuk padamu, berdarah padaku.


 


Ket: “Yang tertusuk padamu, berdarah padaku” adalah penggalan puisi “Satu” karya Sutarji C.B


 


IMG_67189647517220


 


 


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 26, 2015 21:18

February 25, 2015

Anak Marmut Kesayangan

IMG-20150214-WA0007



Dear anak marmut, Vincentia Natalia.


Sengaja surat buatmu aku simpan untuk hari ini. Soalnya tema surat Pos Cinta kita membalas surat berkesan. Hoi, ini suratku yang ketiga buatmu lhooo… heuheu, yes, aku lebih banyak. *bangga*


 


Pasti kamu enggak akan pernah mengira, menulis surat buatmu adalah salah satu momen emosional buat aku. Momen spesial. Kenapa? Karena kamu orang spesial yang hadir di waktu dan kita melewati banyak kejadian yang spesial juga.


 


Omong-omong aku memang surprise baca suratmu. Aku deg-degan bacanya. Terus terang, aku sempet gak berani baca, makanya dari sejak kuterima mention suratmu, baru beberapa jam kemudian kubuka. Bukan karena kamu dan suratmu horor kayak film Conjuring, tapi aku takut, yah, isinya tentang kekecewaanmu padaku. Aku ini suka parnoan kalau berhubungan sama kamu. Takut ditinggalin sahabatku yang selucu marmut.


 


Oke, aku tahu kamu enggak suka bahasa yang mendayu-dayu. Tapi kalau sedikit banyak bahasa melownya keluar itu karena kamu sering berhasil bikin aku terharu, jadi jangan salahin aku ^^V Aku mulai ceritanya ya.


 


Anak marmut, waktu kamu bilang mau dateng ke Bandung aku bahagia sekaligus panik. Bahagia karena bisa ketemu kamu langsung, dan seperti yang kutulis di surat terdahulu, aku ingin memelukmu erat  secara nyata. Panik, karena kondisiku saat itu belum stabil. Sementara aku ingin pertemuan kita berkesan dan mengeratkan persahabatan.


 


Saat kita akhirnya pertama kali bertemu di bandara, aku seneeeeng bangeeet. Ternyata anak marmut lebih cantik dan kurus dari fotonya. Tapi, tuh, kan, belum-belum udah ada tapi. Keparnoanku mulai terbukti. Aku segera merepotkanmu. Kamu dengan berbaik hati membayarkan ongkos pulang dan makanku. :’( Di rumah pun aku cuman bisa menyambutmu seadanya. Padahal pengin banget saat itu aku ngajak kamu keliling-keliling kota. Untungnya ada kakak angkatmu yang sempat mengajakmu keliling dulu. Maaf ya, Anak Marmut.


 


Diam-diam aku merasa gagal menghiburmu saat patah hati.


 


Hari terakhir, paginya kita main ke lapangan tegalega, lalu malamnya kita banyak bercerita. Aku bisa melihat luka yang ditorehkan mantanmu memang cukup dalam. Dan yang bisa kulakukan hanya mendengar. Pagi menjelang, taksimu datang, siap mengantarkanmu ke bandara. Kamu berpesan untuk bilang pada ayahmu supaya sesampainya di Pontianak, kamu ingin dijemput. Waktu itu rasanya pengin memutar hari, kembali ke waktu kamu datang lagi. Hiks, jadi kangen berat :’(


 


Lalu insiden itu terjadi. Aku menelepon ayahmu, dan terjadi miss komunikasi. Entah bagaimana aku tidak jelas menyampaikan pesan hingga ayahmu mengira kamu tidak minta dijemput. Jadinya kamu menunggu lama di bandara. Aku beberapa kali menelepon ayah ibumu lagi, tapi tidak diangkat. Akhirnya kamu sampai juga di rumah setelah meminta sendiri agar ayahmu menjemput. Kamu marah karena mengira aku tidak menyampaikan pesanmu. Aku berusaha menjelaskan. Aku minta maaf ya.


 


Betapa leganya saat aku membaca suratmu. Membaca perasaanmu. Kamu tahu aku sangat-sangat-sangat terharu. Pertemuan bersamaku itu kamu catatkan sebagai pertemuan penting dalam hidup. Akupun merasa begitu :’) Aku yakin kita bakalan ketemu lagi. Sekarang giliranku yang datang. Aku ingin menemuimu di Bali. Tunggu aku nabung dulu ya.


 


Anak marmut, kita berkenalan dari dunia tulisan. Karena itu aku ingin kamu terus menulis. Dua cerpen berhasil kubuat karena dukunganmu. Kamu jadi first reader novelku, dan orang paling sedih saat novel itu pernah ditolak. Lihat betapa banyak yang sudah kamu lakukan untuk kemajuan karier menulisku. Aku ingin melanjutkan duet kita, hiks, yang maaf tertunda begitu lama. Ingin membaca kelanjutan Bella—aku bakalan terus sabar menunggu, dan sangat ingin melihat buku solomu di-display di rak best seller. Aku yakin suatu hari akan melihatnya kalau kamu enggak menyerah. Aku suka membaca tulisanmu. Ingat, kan, kamu dapet pujian-pujian dari reviewer antologi buku kita :D Kamu anak marmut yang paling pemberani, nekat, lucu, dan berbakat. Oh iya, aku izin pakai namamu buat tokoh di noveletku.


 


Lia Chan, lama berselang, kamu akhirnya memutuskan pindah ke Bali. Dan aku semakin ngiler mengunjungimu. Rupanya itu keputusan yang bagus, karena di sanalah kamu bertemu pangeranmu, Max. Yeaaay kamu berhasil move on! Aku senang sekali mengikuti perkembangan kisahmu dengannya dari awal hingga kini. Coba tengok isi chat kita, baca ceritamu yang meletup gembira. Lalu dari foto-fotomu aku melihat wajah yang bahagia, wajah yang penuh cinta. Akhirnya seseorang berhasil menghapus lukamu juga. Lia Chan, aku ingin mengenal priamu, melihat dan meyakinkan diri bahwa dia memang benar-benar yang terbaik untukmu. Firasatku mengatakan kalian akan bersama sampai tua ^_^ Sepertinya sebentar lagi kebahagiaanmu akan sempurna. Max akan melamar, memintamu menjadi pendampingnya seumur hidup. Kamu tahu betapa inginnya aku hadir ke pernikahanmu. Melihatmu mengenakan gaun pengantin, melihatmu memegang buket bunga yang meskipun sangat cantik tapi akan kalah oleh kecantikan mempelai wanita, mendampingimu di satu hari bersejarah dalam hidup. Aku yakin hari itu akan tiba.


 


Anak marmut, kita menautkan kelingking, berjanji akan selalu menjadi sahabat baik. Meskipun aku sering menjengkelkan, atau enggak pengertian. Begitulah sahabat, kita enggak akan kesal atau bertengkar kalau enggak merasa dekat. Tapi selalulah terus terang padaku, biar aku bisa intropeksi ya. Biar enggak kuulangi lagi. Akupun akan begitu. Terima kasih sudah berbagi duniamu denganku. Satu lagi, jangan pernah ngerasa enggak berarti buatku ya. Kamu selamanya anak marmut yang sangat kusayangi :*


 


PS: Salam buat Bapak, Emak, dan Kakak yang lagi liburan di Bali. Juga buat pangeranmu, Max, selamat pedekate sama camer XD


 


 


 


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 25, 2015 19:20

February 24, 2015

Petualangan Manusia 110 Cm Di Negeri Hujan

 


10365931_10152378219477872_4293297404189795970_n


 


 


Cinta Mama, Rasi Kautsar.


Tujuh bulan lalu kita menginjakkan kaki di negeri hujan. Mama sempat khawatir kamu tidak betah di sini. Rupanya jiwa petualanganmu cukup tinggi, kamu malah senang menghadapi semua perubahan. Tempat tinggal baru, lingkungan baru, dan sekolah.


Di hari pertama sekolahmu, dengan gagah berani kamu bilang, “Rasi enggak usah ditungguin, ya, Ma. Kan Rasi udah besar.” Nak, kamu menepati kata-katamu. Mama dan Papa hanya mengantarmu sampai gerbang. Kamu pulang sambil tidak hentinya berceloteh betapa menyenangkannya bersekolah, belajar, dan punya teman. Nak, iya, ini pertama kalinya kamu punya teman tetap. Biasanya kamu hanya berkawan dengan sepupu-sepupu dan sesekali main dengan anak tetangga rumah kembar. Selebihnya temanmu hanya Mama.


Di negeri hujan, kamu belajar bertetangga. Mengenal tenggang rasa dan terluka ketika merasa diabaikan teman. Pada awalnya kamu kaget ketika diolok-olok, kamu terdiam, dan datang padaku sambil menahan tangis. Maafkan mamamu yang bingung menghadapi masalah ini. Kita orang baru di sini, Nak. Tindak-tanduk kita sedang dinilai. Mama takut ketika membelamu, kamu malah dikucilkan. Maka Mama hanya bisa menasehatimu agar tegar dan tidak takut menghadapi teman yang berlaku begitu. Mamamu juga sama, sedang beradaptasi, butuh waktu lama bagi Mama setiap masuk ke lingkungan baru. Mama lebih suka melihat dulu, baru menentukan sikap seperti apa. Mama hanya punya teman-teman maya dalam kotak persegi. Pada akhirnya kamu menarik diri, memilih kembali berkawan Mama, buku-buku bacaan, film, game, dan boneka-boneka di rumah sambil sesekali mengintip dari balik jendela. Melihatmu begitu mengingatkan Mama pada masa kecil, dulu Mama juga selalu di rumah. Bedanya, Mama punya Mama Pi, tapi kamu sendirian. Namun kamu punya ketegaran yang besar, kekeras kepalaanmu seringkali melegakan Mama. Keras kepala mempertahankan harga diri.


Nak, di negeri hujan pula kamu pertama kali mengenal perlombaan. Ingat lomba mewarnai tahun lalu? Jangan pernah merasa buruk karena kalah, Nak. Ada yang jauh lebih berharga dari kemenangan. Pengalaman.


Mama ingat saat kamu pertama kali mendapat piala karena bisa menjawab pertanyaan. Kamu begitu bangga sampai berhari-hari pialanya kamu peluk dalam tidur. Lantas kamu berceloteh bahwa suatu saat akan menderetkan piala sampai memenuhi seisi rumah. Mama senang kamu punya semangat itu. Namun, Nak, kebanggan tidak terletak pada piala, tapi pada setiap peluh usahamu itu. Selalulah bersikap sportif. Kemenangan yang lahir dari kecurangan hanya akan menyiksa hatimu. Mama yakin kamu akan paham hal itu.


 


Anak kucing Mama, Rasi Kautsar.


Di sini, kita hanya memiliki satu sama lain. Rasi-Mama-dan Papa. Kita berusaha agar bisa diandalkan. Saat Mama sakit, Rasi kecil dan Papalah yang menjaga Mama. Merawat Mama. Rasi tidak mengeluh karena tidak Mama temani main. Rasi malah menghibur Mama, menyanyikan lagu-lagu, menjadi suster dan dokter untuk Mama.


 


Casi….


Rasanya waktu seperti mobil yang tengah balapan di sirkuit, berjalan begitu cepat. Sekarang usiamu lima tahun setengah, tinggimu sudah mencapai 110 senti. Kamu sudah mulai bisa membaca dan menulis huruf alfabet dan hijaiyah. Favoritmu adalah menuliskan namamu sendiri: Rasi. Katamu suatu hari akan membuatkan Mama cerita-cerita karangan sendiri. Sekarangpun kadang kamu membawa buku dan mengarangkan isinya untuk Mama. Nak, rupanya kelak kamu yang akan mengekalkan Mama dalam kata-kata, seperti kini aku memakai namamu untuk tokoh-tokoh fiksiku.


Kadang, kamu ingin bermain dan membeli sesuatu. Kalau Mama belum bisa memenuhi kamu akan merengek-rengek, tapi ketika Mama memberi pengertian kamu bisa menerima. Bahwa kadang untuk mendapat barang yang kamu inginkan kamu harus menabung dulu. Seringkali, permintaanmu sederhana saja, berjalan kaki sampai ke depan jalan besar lalu membeli camilan satu-dua saja. Mama senang kamu tidak serakah, tidak gelap mata melihat jajanan. Untuk yang satu ini Mama kalah telak, Nak ^_^ Justru tiap kali kita belanja, Mama yang ribut ingin ini itu.


 


Kunil Mama…


Kalau kamu berpikir Mama banyak mengajarimu, seperti menulis dan membaca, kamu jauuuh lebih banyak mengajari Mama. Kamulah gurunya, Nak. Kamu mengajarkan untuk ikhlas menerima keadaan apapun. Seperti yang Mama tulis di surat-surat sebelumnya, kamu mengajarkan cinta yang tulus. Kamu menerima Mama yang terlampau banyak kekurangan ini menjadi ibu yang kamu sayangi. Ke manapun Mama pergi, ke sanalah kamu ingin menuju.


Nak, tahukah kamu bahwa setiap hari Mama selalu cemas. Takut kalau-kalau kamu tidak bahagia hari itu. Namun tawamu yang lucu dan menggemaskan menjadi jawaban, seolah menyuruh Mama agar tidak terus diliputi kegelisahan. Karena itu darimu, Nak, Mama paham arti bahagia. Suara nyanyianmu yang tak henti terdengar di telinga dalam keadaan apapun menyentuh nurani Mama, bahwa setiap saat kita bisa memilih bahagia.


Mama juga paling senang saat kamu menghabiskan masakan Mama—yang seadanya dan menunya itu-itu saja—lalu berkata, “Masakan Mama super-super enak…!”


Nak, di negeri hujan yang sering diguyur titik-titik air, Mama merasa dihujani kasih sayangmu. Kamulah yang melindungi Mama dari gersang. Terima kasih, atas doa di sepanjang nadimu untukku.


 


Rasi Kautsar….


Mama akhiri surat ini ketika melihatmu membuka mata. Kamu anak pintar, tiap hari bangun sendiri tanpa Mama bangunkan. Diam-diam sedari tadi Mama menulis sambil mencuri pandang menatap wajahmu dalam damai tidur. Sesekali kamu tersenyum dan tergelak terbawa mimpi indah yang entah berisi apa. Saat tidurpun kamu cantik, Nak.


Pagi ini seperti Rabu biasanya, kamu bersemangat berangkat sekolah, tidak sabar ingin segera mulai pelajaran olah raga. Kita berjalan kaki sambil bercerita tentang apa saja. Tentang Sofie yang baik, Arkin dan Nanda yang jahil tapi menyenangkan, tentang pengalaman ulang tahun pertamamu, sampai permainan di sekolah yang seru-seru. Kamu juga sering mendominasi obrolan dengan pertanyaan “Itu apa, Ma?” dan “Kenapa, Ma?” sampai Mama kehabisan kata menjawabnya. Tangan mungilmu menggenggam tangan Mama erat. Jangan pernah lepaskan, Nak. Kamu detak jantung Mama.


Sepulang sekolah nanti, kita makan bersama, lalu kita masing-masing membuat scrapbook yang lucu. Sorenya ketika langit cerah, mari menjelajah taman, mengganggu burung-burung, mengumpulkan ranting-ranting, bermain kapal-kapalan, dan menyoraki Papa yang jatuh saat bermain skateboard.


Ayo, Nak, kita lanjutkan petualangan di negeri hujan. Kita kumpulkan kenangan sebanyak anak rambutmu.


 


IMG_20150216_061005


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 24, 2015 19:21

February 23, 2015

Tim E-Radio

IMG_66381246432849


 


 


Dear Nisa Panjul, Doni Doclo, dan Eko Oray.


Dengan sangat tumben aku kirim surat buat kalian. Biar rada romantislah ya ketimbang mention di twitter.


Ah aku mah enggak akan nanyain kabar. Udah tahulah, pasti kalian masih error kayak dulu. Apa lebih kesambit lagi ya? Ckckck, kalian memang dilahirkan buat bikin orang puyeng sekaligus kangen. *eh.


Hei, kalian gimana sekarang di radio masing-masing? Coba-coba aku tebak ya.


Eko … pasti jadi produser jail. Kebayanglah betapa stresnya jadi penyiar kamu. Tiap mau siaran diancam dulu. Siaran yang bener atau dikentutin. XD


Doni … selain jadi penyiar kondang, udah jadi MC kondangan kawinan. Hati-hati ah, Don, jangan sampe nge-MC di nikahan sendiri. Nanti Lebe-nya bingung kamu lagi ijab kabul atau performance?


Nisa Panjul … penyiar merangkap ibu peri buat anak sendiri. Jul, Safea jangan disuruh main kaleci kayak kamu dulu ya.


 


Eh, kalian, aku kepengin nostalgialah dikit zaman-zaman kejayaan kita dulu waktu masih satu tim di radio. Yah sedikit buka-buka aib mah gakpapa ya *plaak. Kalian mah Tim E-Radio alias Tim Error Radio. Nisa Panjul sama Doni Doclo sebagai penyiar, Eko sebagai opp itu teh operator merangkap tukang ngejailin seantero penduduk kantor, sama aku sebagai asisten kreatif alias produser. Nama acara kita dulu Sore-sore ya. Doni mah masih ngisi sampai sekarang. Cieee senior.


 


Aku masih inget pas udah tinggal nunggu wisuda, Nisa ngasih info kalau radio tempat dia kerja lagi buka lowongan. Sebenernya enggak pede sih ngelamar ke sana, meskipun cita-cita dari kecil pengin kerja di radio. Malah sampai bikin radio khayalan namanya Jams FM. Berhubung Nisjul ngasih semangat, yasudah dicoba aja. Tes masuknya sampai 4 kali. Psikotes, tes tulis, tes apa namanya yang disuruh ngomong di depan seluruh staf? Ya pokoknya tes itulah, sama tes sejenis magang dulu. Alhamdulillah ya, Kang Arif yang waktu itu jadi program director ngizinin aku gabung sama kalian.


 


Dimulailah petualangan aku sama kalian. Aku yang polos ini jadi terkontaminasi virus error kalian. XD Di antara produser yang pernah megang kalian pasti aku yang penampilannya paling enggak banget. Dateng ke kantor pake atasan batik warna ijo, bawahan celana bahan warna item, sama sepatu olahraga yang gede. Untungnya ini radio ya, jadi enggak keliatan kalian punya produser malu-maluin. Sejak resmi masuk tim, kalian ngasih nama panggilan yang keluar seucap-ucap aja. Kayak Epa surepa ngek-ngek, Meri Jeblay (sumpah ini aneh pisan), Epoy surepoy, kenapa kalian enggak manggil aku Angelina Jolie aja sih?


 


IMG_66955706972882


Sebelum mulai siaran aku kadang (soalnya seringnya enggak) nge-brifieng script buat siaran hari itu. Tapi bukan Nisjul dan Doni Doclo namanya kalau iya-iya aja. Kalian sembari enggak baca script-nya udah ngajuin ide-ide baru di luar script yang aku sediain. Semisal:


“Gimana kalau kita bahas ini aja? Kan lagi rame tuh,” kata Nisjul.


Atau.


“Poy, gimana kalau pertanyaan kuisnya begini—” usul Doclo.


Eko dateng tambah lagi, “Eh, mendingan tentang ini ….”


Adaaa aja yang diprotes. Bagian sebelnya, karena ganti topik, aku harus nyari bahan lagi. Di situ kadang saya merasa sedih. XD Tapi-tapi bagian enaknya kadang aku suka ngerasa jadi asisten kreatif yang punya asisten-sisten-asisten lagi *plaak. Serius deh, aku ngerasa kalian ini over creative in a good way ^_^


 


Terus pas aku bacain berita yang durasinya paling lama 3 menit itu, Eko yang nge-mixing ngeliatin tampang lucu-lucunya, bikin akunya jadi nahan ketawa. Atuhlah, Ko, aku teh cuman keluar sebentar, biarkan terdengar keren sedikit :’( Hohoho. Terus-terus, detik-detik terakhir menuju jam 8 malam, Panjul sama Doclo bukannya cepet-cepet nutup acara, malah sering ngedadak dapet ilham buat nyanyi-nyanyi dulu. Playlist-nya gak tanggung-tanggung soundtrack kartun semua: Doraemon, Candy-candy, Sailormoon, dan teman-temannya. Atuhlah kalian, meuni menampakan angkatan jadul pisan XD


 


Terus kita pernah bikin acara terobosan. Kalian ngusulin ngajak siaran imam besar the panas dalam, Surayah Pidi Baiq. Dan begonya, waktu itu aku sempet nanya. “Emang Pidi Baiq itu siapa, ya?” Mohon dimaklum ya, tahun 2010 aku belum jadi anak gaul, masih anak nongkrong *eh. Berbekal izin dari Kang Arief, suatu malam kita mendatangi surayah Pidi di vila merah kalau gak salah. Kita ngelobi surayah sambil ngobrol ngalor-ngidul. Ternyata orangnya memang supeeer amazing aneh sekali surayah itu. Dia cerita udah diajakin beberapa radio buat siaran, dan entah dipelet apa sama kita atau surayah lagi dapet hidayah, dengan anehnya surayah nerima ajakan kita. Akhirnya kita bikin jadwal siaran bareng surayah seminggu sekali. Acaranya mantep bangetlah, mantep ngaconya XD


 


IMG_66359905258169


Satu lagi acara baru bikinan kita. Acara curhat langsung ke pakar psikolog, Mamah Lia. Beuh, SMS isinya semuanya langsung penggalauan masal. Gak jarang kita denger curhatan pendengar yang bikin miris.


 


Pernah juga Kang Arif dan kita berniat mulia menolong Doclo dari penyakit jomblo menahunnya. Kita bikin acara Take Doni’s Out! Tapi dasar saat itu peruntungan Doclo belum bagus, enggak jadian juga ya sama cewek itu. *puk-puk Doclo.


 


Kita juga sering adu kreatif, terutama kreatif bikin kejutan di hari ulang tahun. Kita punya moto: Mumpung lagi ulang tahun, mari kita jahili sepuasnya. Mulai dari ultah Doclo yang kita kerjain mau dikeluarin dari tim, aku yang dipaksa gantiin kalian opening siaran karena kalian pura-pura telat, Kang Rahmat yang pura-pura kesurupan pas Nisjul siaran, pokoknya seruuu…! Sampai akhirnya saking sering ngerjain yang ultah, pas Kang Udung ulang tahun, kita cuman pasrah ngucapin selamat aja karena tahu apapun siasat kita, Kang Udung gak bakal percaya XD


 


Beuh, ternyata surat udah panjang gini kayak ular naga panjangnya bukan kepalang. Udahan dulu ya. Kita sambung direunian aja. Pertanyaannya … kapan? Sejak zaman goyang dompret sampai zaman goyang dumang, beluuuum juga kesampean. Yasudahlah kita reuni di twitter aja (lagi-lagi) *plaak.


 


 


Salam mantan produser keren kalian,


Masih Bukan Meri Jeblay.


 


 


PS: Surat ini boleh kok dijadiin bahan siaran *geer tingkat mahadewi*


 


 


 


 


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 23, 2015 17:23

February 22, 2015

Jalan Sunyi

IMG-20150124-WA0018


 


Jalan Sunyi


: Ika Fitriana


 


Dear Ika,


Sebelum aku membuat surat ini. Aku kembali membaca surat yang kamu beri untukku setahun lalu. Iya, hampir tepat setahun. Tapi aku membalasnya lebih cepat tiga hari. Harusnya pas tanggal 26 Februari, ya ^_^ Heuheu, maaf ya. Lama sekali baru kubalas suratmu yang membuatku berkaca-kaca itu.


 


Ika, apa kabar sahabatmu yang terpelihara hatinya? Apakah kini dia sudah menemukan belahan jiwa sejatinya? Aku harap begitu, sepertipun aku mengharapkan yang sama untukmu.


 


Ka, berpasangan atau sendirian sama-sama membutuhkan keberanian. Keduanya memiliki jalan sunyi. Aku ingin berkisah padamu tentang kedua jalan itu, tentu tak hendak berceramah, aku hanya membagi rasa yang pernah kualami.


 


Kamu pasti sering mendengar pernikahan adalah menikahkan dua keluarga besar. Iya, itu benar. Pada celah itulah sunyi menyelinap. Sunyi memang cerdas dan pemberani, Ka, dia hadir dalam ingar bingar sekalipun. Kita pasti pernah kerepotan menghadapi masalah satu keluarga besar. Dan ketika menikah, kita dihadapkan pada masalah yang lebih meriah. Masalah tiga keluarga. Keluarga kecil kita, keluarga besar kita, dan keluarga besar suami. Saat lelah merajai, sunyi kian merdu bernyanyi. Mungkin selintas terpikir, masalah sendiri saja belum usang, harus lagi menghadapi masalah lain yang tak kunjung usai. Namun kala badai yang datang justru merekatkan kekeluargaan, ada bahagia yang pijarannya lebih indah dari kembang api.


 


Lalu jalan kesendirian. Ah, orang mungkin sudah menilai jalan itu sudah pasti penuh kesunyian. Sendiri seakan momok kebahagiaan. Lucu, ya, lalu kalau begitu kenapa banyak yang berteriak-teriak minta me time? Jalan sunyi kesendirian saat hati meminta cinta seseorang yang dipatenkan. Namun sendiri selalu memiliki ingar bingarnya yang ajaib, saat segala sesuatu bisa diputuskan sesuai kata hati sendiri, tanpa tendensi dan provokasi kanan kiri yang menyuarakan bahwa kepentingan bersama adalah paling hakiki. Dan sejatinya kita tak pernah benar-benar sendirian. Karena itu jalan ini juga tak pernah benar-benar sepi.


 


Ka, jalan manapun yang kamu pilih, aku yakin akan kamu jalani sepenuh hati. Di pundakmu yang kecil, aku melihat keberanian yang bisa memikul langit. Di senyummu yang tulus, aku melihat cinta yang tak akan pupus. Di matamu yang indah, aku melihat binar mimpi-mimpi yang lebih bersuara dari kumpulan sajak.


 


Ka, sayang ya pertemuan pertama kita kemarin begitu singkat. Kita bahkan baru mulai bercakap saat waktu hampir terbang ke batasnya. Ka, kapan kita bertemu lagi? Mari luangkan waktu untuk membincangkan hal remeh temeh hingga segala yang ada di semesta.


 


 


PS: Maafkan aku tidak bisa mengabulkan harapanmu untuk mendapat surat kaleng. Surat ini tadinya mau kukirim dalam bentuk surat kaleng, tapi kurasa aneh sekali mengirimu surat kaleng sementara kamu tahu surat ini dari siapa ^^V


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 22, 2015 12:25

February 20, 2015

Pertemuan Maret

IMG_42334052907924


 


Dear Ulya,


Maafkan surat balasannya terlambat satu tahun.


Ulya, lucu ya kita ini. Kita hanya bertemu setahun sekali di bulan Maret. Pertemuan Maret dalam acara gathering 30 Hari Menulis Surat Cinta. Padahal kita berkenalan sebelum sama-sama asyik menuangkan kata dalam surat-surat. Dulu kita sering terlibat dalam diskusi-diskusi hangat seputar penulisan sampai curhat di grup penulisan yang mempertemukan kita pertama kali. Cendol.


Ulya, sekarang kita tidak lagi bertukar pikiran di sana. Karena komunitas itu kini tengah tidur panjang serupa putri dalam dongeng. Sayangnya kita tidak tahu siapa pangeran yang mampu membangunkannya. Kita sekarang hanya mampu menjaga sang putri melalui kenangan dan sesekali mengintip geliat dan napas halusnya lewat postingan kerinduan dari anggota lain. Ulya, tidak sekali dua kali kita menyampaikan rindu pada masa silam itu. Bersama anggota lain pun kita pernah memperjuangkan agar sang putri tidak lelap hingga koma. Perjuangan memang tidak pernah ada batasnya, hanya kita kemudian sadar bahwa berjuang tak harus melulu diam di sana. Kita bersuara di banyak tempat. Menjadikan ilmu yang kita dapat dan tempat dulu yang kita pijak sebagai kawahcandradimuka. Sama sekali bukan membuang dan mencampak. Kita masih mencintai sang putri, masa lalu, kini, dan nanti.


Ulya, dulu kita sama-sama sering bergadang dan berbagi pikiran randon di twitter. Seiring waktu aku tak lagi melihatmu dalam timeline tengah malam. Kamu telah mendewasa, Ul, tidak kutemukan lagi rentetan twit galaumu. Hanya sesekali saja, dan itu melegakan, karena artinya kamu tetap Ulyaku yang senang mengekspresikan diri. Selebihnya kamu masih Ulya pengagum Tere Liye, penulis puisi yang haru, dan gadis perantauan yang mandiri.


Ulya, senang rasanya saat kita kembali bertemu di event tahunan surat cinta ini. Aku selalu suka membaca jalinan katamu. Suka semangatmu. Lewat surat-suratmu aku tahu kabar beritamu setahun ini. Dan tentunya karena kita bisa bertemu di Maret lagi. Jangan bilang kamu tak bisa datang Kamu pasti datang, kan? *maksa* Meskipun kamu selalu datang duluan dan menungguku yang telat satu dua jam. Maafkan ^^V Nanti, mari kita membingkai kenangan lewat foto lagi. Ayo kita tersenyum semanis perkawanan. Kita berbagi cerita tentang surat cinta terindah dan para tukang pos penyampai pesan siang malam. Bersyukur sekali ya ada event 30 Hari Menulis Surat Cinta ini. Penggagagasnya pasti bahagia karena acara ini telah merekatkan banyak persahabatan, menyatukan banyak pasangan, dan melegakan hati yang menyimpan keresahan diam-diam.


Semoga suatu hari akan tiba waktunya ada pertemuan April, Mei, Juni, Juli, hingga setiap bulan mencatatkan kita yang tengah bercengkerama. Sampai saat itu tiba kita bersyukur saja Maret selalu hadir untuk kita.


 


PS: Maaf fotomu kuculik paksa dari FB ^^V


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 20, 2015 23:02

February 18, 2015

Review Dan Giveaway Novel Laura (Sendiri)

IMG_3985799294262


Kalau kamu pernah jatuh cinta pada sahabatmu sendiri, kamu akan menyukai novel “Laura (Sendiri) ini, karena selain sulit menepiskan pesona tokoh Laura, kamu dan Laura sudah terikat satu kesamaan.


***


Judul: Laura (Sendiri)


Penulis: Mercy Sitanggang


Penerbit: Grasindo


Tebal: 310 Halaman


Harga: Rp. 52.000


Blurb:


Musik dan lirik adalah napasku. Napas dalam kesedihan. Panggung kehidupan lara. Sementara, ayah kandungku memilih mabuk daripada mendengar suaraku. Penolakan ini, bagai bongkahan batu besar. Menghancurkan seluruh isi kepala.


Teganya Monalisa memperlakukanku yang keluar dari rahimnya, seperti bukan siapa-siapa. Seorang idola yang sekarang menjadi musuh terbesarku. Perempuan yang melupakan anak kandungnya.


Aku meludah melihat wajah Laluna dan Billy. Mereka berdua selingkuh. Kecurigaanki terbukti juga. Aku membuang muka. Jongkok dan merokok sambil menangis. Jemariku gemetaran. Hatiku meranggas marah. Sakit sekali rasanya, melihat mereka tertawa bahagia.


Seharusnya Herry jujur kepadaku, saat dia tahu, kalau aku menyukainya. Tetapi, katanya, hati kecilnya melarang. Klise. Dia takut, aku langsung pergi meninggalkannya. Dia membutuhkanku. Cuuiihh!


Aku menangis. Ketika Jiwa menyatakan isi hatinya. Seperti mimpi, aku merasakan cincin masuk ke dalam jari manisku. Lelaki ini melamarku. Katanya. Dia mau membuat hidupnya lebih lengkap. Aku adalah cerita dalam hidupnya yang tidak akan pernah selesai. Air mataku menderas. Kepalaku mengangguk cepat. Katanya. Dari awal persahabatan mereka. Aku adalah dia dalam wujud yang berbeda. Jiwa sayang Aku mencintaimu (juga).


Mobilnya tabrakan. Jiwa tewas di tempat. Jiwa mengingkari janjinya. Dia tidak datang. Tidak ada perjalanan ke altar suci. Tidak ada ciuman tanda resmi menjadi suami istri. Tidak bisa menemaniku sampai tua. Aku kembali sendirian. Kenangan bersamanya adalah lembaran paling indah di dalam hidup. Kenangan yang merekat dalam jiwa. Aku hanya bisa menjerit di depan pusaranya. Aku pergi Jiwa. Aku mati rasa.


 


***


Novel ini menceritakan tentang Laura Abigail, penyanyi balada pendatang baru yang sedang naik daun. Sejak kecil Laura hanya tinggal bersama ayahnya, karena ibunya yang entah siapa itu tidak jelas jejaknya. Ayahnya selalu menutup rapat-rapat rahasia tentang ibunya. Hingga pada malam konser perdananya, rahasia itu terkuak dan bahkan membuka luka-luka baru.


Laura harus menghadapi badai bertubi-tubi. Perselingkuhan, cinta bertepuk sebelah tangan, penipuan, sampai kematian. Untungnya Jiwa—sahabatnya—kembali hadir dalam hidup Laura. Menemaninya menghadapi masa-masa sulit, dan membuatnya kebingungan antara terus mempertahankan prinsipnya untuk bersahabat selamanya atau jujur pada perasaan cinta yang minta diakui. Sayangnya lagi, Jiwa punya rahasia-rahasia kelam sendiri, yang enggan dia bagi pada Laura. Rahasia itu bisa saja memisahkan mereka selamanya.


Novel ini memang tepat digelari dark romance karena dari pertama, pembaca disuguhi nuansa kelam yang pekat. Pada bab-bab awal, Mercy menyuguhkan tempo yang cepat. Dengan cerita yang mengharu biru dan bahasa yang mudah dipahami juga kosakata yang kaya, mudah bagi saya untuk cepat larut ke dalam hidup Laura. Mercy menggunakan penceritaan maju mundur untuk menciptakan dan membuka misterinya. Gaya penulisan Mercy yang sering menggunakan teknik snapshot membuat nuansa tempo cepat dalam novel ini makin terasa. Pada dasarnya saya memang suka tipe cerita-cerita kelam, dan novel ini berhasil memuaskan saya.


Laura (Sendiri) diceritakan melalui sudut pandang orang pertama langsung dari tiga karakter. Untuk membedakannya, Mercy menggunakan penyebutan “Aku” yang berbeda yaitu aku, saya, dan gue. Perbedaan suaranya cukup terasa, meskipun untuk Laura dan Jiwa, ada sedikit rasa yang sama yang sepertinya dikarenakan oleh karakter mereka yang banyak memiliki persamaan. Seperti kebiasaan mencabuti rambut saat sedang stres. Karakter tokoh di novel Laura ini kuat dan lemah secara bersamaan. Kuat pada karakter sifatnya, lemah pada penggambaran fisiknya. Seperti Laura hanya seringkali disebut berhidung bangir, berbadan mungil, dan cantik, selebihnya saya kurang mendapat informasi seperti apa sosoknya. Namun mengenai sifatnya, Mercy sangat berhasil menyampaikan seperti apa sifatnya, bahkan sebagai pembaca saya merasa sangat mengenalnya. Mercy juga berhasil mentransferkan perasaan-perasaan para tokohnya. Saya diajak bertamasya ke dalam nuansa  perasaan Laura, merasa jatuh cinta saat dia jatuh cinta, menangis saat Laura kesepian dan putus asa.


Novel ini masih memuat beberapa kesalahan penulisan dan arti kata. Misalnya pada halaman 54 terdapat tanda baca ganda di akhir kalimat, yaitu koma dan titik sekaligus. Saya menemukannya dua halaman lain. Lalu beberapa typo seperti di halaman 37 kurang huruf i untuk kata “wiri”. Ada juga terpeleset sudut pandang orang ketiga pada halaman 42 yaitu “mereka berdua”. Satu lagi, blurb novel ini spoiler sih, pembaca sudah diberi tahu terlalu banyak.


Selebihnya, novel dengan cover cantik ini sangat menggoda dan penuh pesona untuk dibaca. Bersiaplah menghadapi banyak jleb momen bersama Laura yang membuatmu merasa  aku-juga-pernah-merasakan-itu. ^_^ Selamat untuk novel keenammu Dear Mercy Sitanggang.


Quotes Favorit:


“Kalaupun aku pergi dan kamu merindukanku, tetaplah bernyanyi dengan hatimu. Aku pasti mendengar, karena selalu ada harapan. –Halaman 28.


“Masa lalu adalah sebuah sejarah yang tidak bisa lu hapus. Peristiwanya abadi. Yang harus lu lakukan, seperti juga gue, adalah menyimpan lembaran itu, dan membuka lembaran baru.” –Halaman 51.


 


“Selama bersama Jiwa, aku punya banyak topeng. Besok, aku akan memakai semua persediaan topeng itu. Topeng untukku. Topeng untung Ayah. Topeng untuk Jiwa. Dan, terakhir, topeng untuk seluruh penggemarku.” –Halaman 55.


 


***


Teman-teman pengin dapetin novel Laura gratisgratis bertanda tangan? Ikutan giveaway-nya yuk. Caranya jawab pertanyaan ini: Kapan kamu merasa kesepian? Apa yang kamu lakukan untuk mengusir perasaan itu?


Jawabannya langsung kamu ketik di kolom komentar ya. Sertakan akun twitter kamu. Lalu follow twitter penulisnya @mpokmercy


Giveaway ini berlangsung dari tanggal 19-28 Februari 2015. Pemenang dipilih langsung oleh penulisnya. Pengumuman pemenang tanggal 1 Maret jam 8 malam di akun twitter saya @evasrirahayu


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 18, 2015 17:14