Eva Sri Rahayu's Blog, page 21

December 7, 2012

Sharing tentang kerangka karangan, bagian 1

Beberapa waktu lalu saya diminta sharing tentang membuat kerangka karangan.


Sebenarnya saya belum khatam, tapi saya coba sebisa, setahu, dan sharing kebiasaan saya membuat kerangka novel.


Seperti yang saya duga, justru merekalah yang lebih banyak memberi saya pengetahuan. Semangat belajar dan kesungguhan itu menular. Pertanyaan bahkan masukkan saya dapat dari mereka. Senang sekali bisa sharing.


Berikut sedikit catatan materi yang saya sharing.


Apa sih kerangka karangan itu? Ini sepemahaman saya ya. Kerangka karangan adalah poin-poin penting cerita, alur cerita, dan pembahasan yang ingin dimajukan dalam sebuah novel.


 


Apa tujuan membuat kerangka? Utamanya agar hal yang ingin dibahas dalam novel tidak melenceng, fokus, mempermudah kita mengembangkan bab per bab, dan salah satu jurus menangkal writer block.


 


Lalu apa itu writer block? Itu adalah saat dimana seorang penulis mengalami hambatan bahkan merasa stuck saat menulis hingga berhenti menulis.


 


Hal yang menakutkan dari menulis menurut saya adalah tidak menyelesaikan tulisan. Memulai adalah langkah awal yang penting, tak ada awal tak akan ada karya. Sedang menyelesaikan adalah karya itu sendiri. Tak selesai tak disebut berkarya. Karena itu membuat kerangka membantu penulis untuk menyelesaikan.


 


Tidak semua penulis membuat kerangka karangan dulu sebelum membuat novel, karena memang setiap penulis punya formula sendiri untuk menghasilkan karyanya. Sebagian menganggap membuat kerangka hanya membatasi imajinasi. Sebagian lagi menganggapnya justru mempermudah mengembangkan imajinasi.


 


Formula membuat kerangka karangan pun berbeda-beda, kalau tahapan dalam versi saya begini:



Tentukan tema. Tema apa yang ingin diusung.
Kumpulkan bahan atau observasi untuk mendukung cerita.
Buat  tokoh novelmu. Untuk awal, buat tokoh utamanya. Detilkan secara fisik dan sifat, itu akan menentukan bagaimana si tokoh menghadapi, menyelesaikan masalah, dan pembangunan karakternya.
Mendetailkan setting (Awalnya tidak ada poin ini, salah satu peserta memberi masukkan)
Membuat peta konflik
Buat sinopsis cerita. Saat membuat sinopsis kita akan mendapat alur dan setting. Apakah alurnya maju mundur atau maju. Kita juga akan mendapat setting tempat dan waktu. Apakah di Indonesia atau luar negeri.
Membuat kerangka karangan berdasarkan sinopsis.

 


Tampak kompleks dan rumit ya? Ketika sudah menjalani tidak serumit itu kok. Mari kita mulai.


Sebelum merunut pada tahapan satu sampai enam, mari kita berkhayal. Bayangkan kita memiliki sebuah novel yang dipajang di rak-rak toko buku. Novel itu disukai pembaca, memberi manfaat untuk mereka, dan kita merasa bahagia ketika menulis dan menyelesaikannya. Bayangkan kita memegang novel tersebut, membuka halaman demi halaman, lalu tersenyum. Ketika kehilangan motivasi menulis, selalu bayangkan hal itu. Bahwa kita bisa memberi kontribusi pada diri sendiri dan lingkungan.


Oke, maju ke tahap pertama.


 



Menentukan tema.

Pilih tema yang kita sukai, kita mengerti, atau yang ingin kita sampaikan. Misalnya:



Tema yang disukai: cinta
Tema yang kita mengerti: persahabatan
Tema yang ingin kita sampaikan adalah tema yang mungkin tidak kita sukai, tidak juga kita mengerti tapi ingin kita sampaikan pada pembaca. Misalnya tema kekerasan di jalan.

Sekarang, pilih tema yang kalian mau jadikan sebuah novel. Kita general kan, tema kita cinta. Mari kita masuk ke tahap dua.


 



Kumpulkan bahan atau observasi untuk mendukung cerita.

Mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi untuk cerita kita. Misalnya karena ingin menceritakan tentang selebriti. Cari semua data tentang pekerjaan, kehidupan, dan semua-semuanya. Mengumpulkan bahan bisa dari pengalaman empiris dan rasa diri sendiri, membaca, menonton, searching, terjun langsung ke lapangan, dan banyak lagi.


 



Membuat tokoh.

Kita buat dua tokoh utama. Bisa pria dan wanita, wanita dan wanita, atau pria dan pria jika mau mengangkat cinta lesbian atau gay.


Detilkan dengan menjawab pertanyaan ini: Siapa namanya? Bagaimana fisiknya? Tempat tanggal lahir? Sifat baik dan buruknya? Warna kesukaan? Makanan kesukaan? Kebiasaan dan hobinya? Latar belakang pendidikan? Latar belakang lingkungan? Bisa menambahkan apa-apa yang sekiranya dibutuhkan, semakin detail semakin baik karena karakter ini akan menjadi rujukan kita dalam pengembangan karakter, cara tokoh menghadapi konflik, dan bagaimana dia menyelesaikan konflik.


Setelah kita mendapat tokohnya, mari kita bayangkan ceritanya, bagaimana takdir mereka di tangan kita.


 



Membuat peta konflik

Buat konflik utama, lalu buat sub-sub konflik yang mendukung konflik utama. Dalam membuat peta konflik harus memerhatikan flow konflik. Beri jeda napas, buat flow naik turun. Beri klimaks konflik yang tidak jauh dari ending.



Membuat sinopsis.

Harus digaris bawahi, sinopsis bukan blurb yang ada di back cover sebuah novel. Kita harus membuat rangkaian cerita lengkap tanpa menyisakan tanda tanya. Ceritakan kehidupan mereka, konflik yang akan mereka hadapi dan bagaimana menyelesaikan konflik itu. Blurb tidak menjelaskan bagaimana cerita keseluruhan, sedang sinopsis menceritakan keseluruhan.


Dari sinopsis tersebut, kita akan mendapat beberapa tokoh baru. Catat tokoh baru itu lalu buat spesifikasi sesuai dengan petunjuk tahapan dua.


Hari ini sharing sampai di situ. Sharing diisi juga dengan simulasi. Semua langsung membuat tahap per tahap. Takjub melihat mereka membuat karakter tokoh dengan detail dengan keunikannya dalam waktu singkat. Menyenangkan sekali ikut acara sharing seperti itu.



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 07, 2012 10:15

November 29, 2012

Cerpen anak – Peri Makanan

Ini cerpen anak pertama saya, terinspirasi dari sebuah artikel tentang seorang anak yang terkena obesitas.


Peri Makanan


       Di negeri Wales Selatan, di kota Aberdare, hiduplah seorang gadis kecil bernama Georgia. Georgia sangat suka makan. Semua makanan dilahapnya. Hingga, tubuhnya sangat gemuk. Bahkan Georgia sering memenangkan lomba makan.


Anak-anak memanggil Georgia sebagai “Si gemuk dari Selatan”. Tapi Georgia tidak pernah menanggapi ledekan teman-temannya itu. Hingga suatu hari, ketika teman sekolahnya yang bernama “Will” lupa membawa bekal dari rumah, Georgia memberinya roti gandum dengan parutan keju dan mentega di dalamnya.


Tetapi Will malah marah dan berkata, “Aku tidak mau makan, makanan darimu! Nanti aku akan berubah menjadi balon raksasa sepertimu!” ucapnya sambil membuang roti gandum itu ke tanah, hingga rotinya menjadi kotor.


Georgia sangat sedih mendapat perlakuan seperti itu, padahal dia berniat baik. Tetapi yang membuatnya semakin sedih karena dia mendengar roti gandum itu menangis.


“Roti gandum, kenapa kau menangis seperti itu? Suaramu sangat menyayat hati,” tanya Georgia pada roti gandum.


“Aku sedih karena sekarang tubuhku kotor, tentu tidak ada yang mau memakanku lagi. Padahal, kebahagiaan setiap makanan bila dimakan sampai tidak bersisa,” jawab roti gandum dengan terisak-isak.


“Roti gandum, jangan bersedih, aku akan memakanmu sampai habis,” janji Georgia. Lalu dibersihkannya kotoran yang menempel pada roti gandum itu, kemudian melahapnya.


Georgia sering melihat teman-temannya menyisakan makanan, hingga Geogria selalu mendengar mereka menangis. Georgia lalu mengumpulkan makanan-makanan itu.  Sebagian dimakannya, sebagaian ia berikan pada burung-burung, kucing, atau binatang apapun disekitarnya yang terlihat kelaparan. Karena itu para binatang sangat sayang pada Georgia.


Suatu hari, pada pelajaran olahraga, Ibu Guru menyuruh anak-anak untuk melakukan lompat atletik dengan melewati galah. Satu-satunya yang gagal melewati galah hanyalah Georgia. Karena tubuhnya terlalu besar hingga membuatnya sulit untuk meloncat. Melihat itu, teman-temannya malah menertawakannya terbahak-bahak. Untuk pertama kalinya Georgia menyesali keadaan dirinya.


       “Ah, andai aku memiliki tubuh yang kecil, tentu aku bisa terbang sebebas burung. Mengelilingi negeri awan, dan bercanda dengan mentari.” Ucapnya dalam hati.


Tapi Georgia tidak bisa berhenti makan, tubuhnya masih saja terus bertambah besar. Melihat itu, teman-temannya suka menjahili Georgia dengan menyimpan cermin besar di meja belajarnya di sekolah. Setiap kali Georgia melihat cermin itu, Ben, Will, dan Ricard akan meledeknya. Kemudian Georgia akan menjerit dan menyesal setiap kali makan. Akhirnya, Guru mereka, Irene, melerai Ben, Will, dan Ricard.


“Ben, Will, dan Ricard, kalian kemarilah,” ucap Guru Irene.


Ketika Ben, Will, dan Ricard datang, diletakannya cermin besar di depan mereka. Cermin itu adalah cermin yang biasa mereka simpan di meja Georgia.


“Ben, Will, dan Ricard, apa yang kalian lihat di dalam cermin ketika Georgia bercermin disana?” tanyanya lembut.


“Anak yang gemuk,” jawab Ben malu-malu


“Georgia yang rakus,” jawab Will lantang


“Rak … sasa,” jawab Ricard ragu-ragu


“Hmmm … baiklah … sekarang, apa yang kalian lihat ketika bercermin?” tanya Guru Irene lagi.


“Aku melihat diriku sendiri, Ben, dan juga Ricard,” jawab Will cepat.


“Aku juga sama Bu,” jawab Ben


“Tentu saja hanya ada kami Bu,” jawab Ricard dengan suara pelan.


Ketiga anak itu nampak kebingungan dengan pertanyaan-pertanyaan Guru Irene. Apa maksud ibu guru mereka itu?


“Kenapa aku hanya melihat tiga anak jahil yang suka menjahati temannya sendiri. Mereka tampak seperti nenek sihir yang jahat,” ucap Guru Irene yang membuat Ben, Will, dan Ricard menjadi tersipu-sipu malu.


“Jika kalian hanya melihat tampilan luar seseorang saja, maka orang lain pun akan melihat hal yang sama pada diri kalian. Jika kalian hanya melihat kekurangan seseorang, maka orang lain pun akan selalu mencari kekurangan kalian,” jelas Guru Irene.


Ben, Will, dan Ricard mengerti maksud guru mereka. Mereka lalu mendatangi Georgia dan meminta maaf padanya. Setelah itu, mereka tidak pernah meledek Georgia lagi, juga tidak menyimpan cermin di mejanya. Tetapi Georgia sudah terlanjur benci bercermin. Dia membuang semua cermin yang dimilikinya, hingga dia tidak usah bercermin lagi.


Georgia menjadi anak yang pemurung, dia selalu tampak bersedih. Hingga suatu malam yang cerah, Georgia terbangun dari tidurnya. Dia mendengar banyak suara yang memanggilnya.


“Georgia, bangunlah ….” Begitulah suara-suara itu memanggilnya


Ketika dia membuka mata, terlihat olehnya banyak makanan tersenyum padanya, mereka bersayap dan bisa terbang. Georgia bahagia sekali melihat mereka.


“Wow … aku bertemu para peri makanan,” pikirnya.


“Akhirnya kau bangun juga Georgia, kami sudah lama menunggumu,” ucap wortel bersayap dengan suaranya yang indah seperti lonceng.


“Kami sudah tidak sabar mengajakmu pergi,” ucap Roti bersayap sambil menggenggam tangan Georgia lembut.


“Kalian akan membawaku pergi ke mana?” tanya Georgia


“Ke negeri awan,” jawab sosis terbang sambil tersenyum


“Tapi aku tidak bisa terbang,” kata Georgia sedih


Tiba-tiba dari langit masuklah remah-remah makanan yang terbang masuk ke kamar Georgia lewat jendela. Mereka semua bercahaya dan nampak cantik. Mereka lalu mengelilingi Georgia.


“Georgia … Georgia … ingatkah kamu pada kami? Kami adalah remah-remah makanan sisa yang selalu kamu kumpulkan. Kami yang dibuang ini menjadi berharga untukmu. Karena kebaikanmu, kami akan menghadiahkan sayap untukmu, agar kamu bisa terbang,” ucap remah-remah makanan itu, mereka lalu berubah menjadi sayap di punggung Georgia.


Georgia sangat bahagia, tubuhnya terasa sangat ringan dan kini dia bisa terbang. Georgia terbang berputar-putar sambil tertawa.


“Terimakasih, peri-peri makanan,” katanya


“Georgia, sekarang kita berangkat ke negeri awan. Bukankah kamu sangat ingin pergi kesana?” tanya buah pisang terbang.


Mereka kemudian terbang ke negeri awan. Terbang jauh ke langit. Iring-iringan nya terlihat seperti sekumpulan bintang yang bersinar terang. Di negeri awan, mereka bermain bersama bintang dan bulan. Dan kemudian, saat matahari datang sambil bernyanyi riang, sekumpulan makanan terbang itu mengantar Georgia kembali ke rumah.


Sebelum pergi sekumpulan peri-peri makanan itu berkata, “Georgia, berjanjilah untuk tidak bersedih lagi. Ketika kami bersedih, kamu selalu berusaha membuat kami bahagia, karena itu, saat kamu bersedih, kami ingin membuatmu bahagia. Ingatlah Georgia, kami selalu menyayangimu.”


Hari itu, Georgia sangat bahagia, karena dia tahu, saat dia tersenyum, teman-teman makanannya tentu ikut merasa senang.


Suatu hari, Georgia sakit dan tidak masuk sekolah. Ibunya membawa Georgia ke dokter. Menurut dokter, Georgia terkena penyakit kegemukan. Karena itu dia harus mengurangi porsi makannya. Georgia sedih sekali, dia harus berpisah dengan kue-kue yang lezat itu, juga dengan burger dan hotdog kesukaannya.


Sepulang dari dokter, ibunya sangat membatasi makanannya. Tapi terkadang, saat ibunya tidak bisa mengawasinya, Georgia akan diam-diam makan banyak. Hingga berat badannya tidak juga menurun, hal itu membuat tubuh Georgia kian hari kian melemah.


Malam itu, sahabat-sahabat makanannya datang kembali. Tapi ada yang aneh dengan mereka. Mereka semua menangis. Georgia sangat heran, dia lalu bertanya.


“Kenapa kalian semua menangis? Adakah sesuatu yang buruk terjadi di negeri awan?”


“Georgia, kami sangat sedih … sangat sedih …,” ucap para peri makanan


“Kenapa?” tanya Georgia lagi


“Georgia, kami sangat ingin membuatmu bahagia. Tapi, karena kami, sekarang kamu malah sakit,” jelas peri makanan pisang.


“Iya, karena kami, badanmu semakin lemah,” kata peri makanan roti.


“Kenapa karena kalian aku sakit?” tanya Georgia tidak mengerti.


“Georgia, karena kamu makan terlalu banyak, kamu jatuh sakit,” jawab peri makanan wortel.


“Benar … benar,” sahut peri makanan lain.


“Georgia, makan itu baik, tetapi kita harus makan sesuai dengan kebutuhan gizi kita. Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,” kata peri makanan sosis.


“Berarti aku harus kurus ya?” tanya Georgia lagi.


“Georgia, kita tidak harus kurus, juga tidak harus gemuk. Tapi kita harus sehat. Sehat itu tidak kurus juga tidak gemuk,” jawab peri makanan pisang.


“Malam ini, kami tidak bisa menjadi sayapmu, karena badanmu terlalu lemah untuk terbang,” ucap para peri remah makanan dengan wajah sendu. “Georgia, memang kebahagiaan kami adalah ketika makanan tidak disisakan, tapi kami lebih bahagia ketika kami bisa membuat tubuhmu sehat dan kuat. Itulah arti kami sebenarnya di dalam tubuhmu,” tambah para peri remah makanan.


“Georgia, maaf, kami tidak bisa menemuimu lagi …kami terlalu sedih. Maaf Georgia … maaf Georgia …,” ucap para peri makanan sambil terbang menjauh. Cahaya mereka terlihat semakin meredup.


Georgia sedih sekali, dia tidak ingin berpisah dengan teman-teman peri makanannya. Paginya, Georgia sarapan secukupnya, dia tidak mengambil makanan berlebihan. Begitupun ketika di sekolah. Bahkan ketika Ben mengambil banyak makanan dan menyisakannya, Georgia lalu memarahi Ben. Georgia, mengambil buku kesayangan Ben lalu membuangnya ke tempat sampah. Ben kaget, lalu menangis.


“Ben, pernahkah kamu mendengar makanan menangis? Makanan akan sedih ketika mereka di buang. Seperti Ben yang merasa sedih karena  buku kesayanganmu aku buang.”


Setelah itu Ben, tidak pernah menyisakan makanan lagi, malah dia selalu mengingatkan teman-teman yang lain agar selalu menghabiskan makanannya.


Lalu bagaimana dengan Georgia? Georgia sekarang sudah tidak membenci cermin, karena cermin tidak bersalah, dia hanya memperlihatkan dengan jujur apa yang dilihatnya. Georgia tidak sedih dengan keadaan tubuhnya yang besar, karena memiliki tubuh besar bukan berarti jelek, asalkan selalu sehat karena makanan yang dia makan sesuai dengan kebutuhan gizi tubuhnya. Georgia bahagia sekarang, karena dapat kembali bertemu dengan teman-teman perinya. Dan Georgia masih selalu mengumpulkan makanan sisa untuk dibagikan pada para binatang yang kelaparan. Hingga semua orang memanggil Georgia Si Peri Makanan yang baik hati.


TAMAT



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 29, 2012 06:24