Femmy Syahrani's Blog: Catatan Penerjemahan, page 8

July 28, 2012

if it wasn’t for

Teks Inggris: Hobbies would be a total useless waste of your time if it wasn’t for the fact that they’re probably good for your health.
Terjemahan awal: Hobi hanya akan membuang waktu Anda jika bukan karena kenyataan hobi mungkin bagus untuk kesehatan Anda.
Hasil suntingan: Hobi terkesan hanya membuang-buang waktu, tetapi sebenarnya mungkin menyehatkan.


2 likes ·   •  1 comment  •  flag
Share on Twitter
Published on July 28, 2012 21:52

May 18, 2012

Letak kata tanya (Zh-En-Id #1)

Saat belajar bahasa Mandarin, saya membaca buku Chinese: A Comprehensive Grammar, yang menjelaskan tata bahasa Mandarin kepada penutur bahasa Inggris dan sesekali membahas perbedaan antara kedua bahasa itu. Kadang-kadang saya menemukan kemiripan antara bahasa Indonesia dan Mandarin, sehingga perbedaan Mandarin/Inggris yang dibahas itu berlaku juga bagi bahasa Indonesia/Inggris, dan karenanya dapat diterapkan dalam penerjemahan.


Salah satu perbedaan antara bahasa Inggris dan bahasa Mandarin/Indonesia adalah letak kata tanya dalam kalimat tanya.


Dalam bahasa Inggris, pada umumnya kata tanya diletakkan di awal kalimat. Misalnya, “Where are you going?”


Dalam bahasa Mandarin, kalimat tanya memiliki struktur yang sama dengan kalimat positif, tetapi hal yang ditanyakan diganti dengan kata tanya.

* Ni qu Zhongguo. (Kamu pergi ke Tiongkok.)

* Ni qu nar? (Kamu pergi ke mana?)


Bagaimana bahasa Indonesia?

* Kau mau pergi ke mana?

* Ke mana kau hendak pergi?


Jadi, dalam bahasa Indonesia, kedua struktur kalimat ini digunakan. Adanya alternatif seperti ini bermanfaat untuk diingat saat menerjemahkan, agar tidak melulu mengikuti struktur bahasa Inggris dengan kata tanya di depan, tetapi bisa lebih luwes merombak kalimat sesuai dengan konteks. Cukup sering saya mendapati bahwa ketika kata tanya dipindahkan ke tengah atau belakang, kalimat yang dihasilkan terdengar lebih wajar, lebih mirip dengan pola kalimat yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, sehingga bahasanya tidak terkesan kaku.



What are you going to wear to the party tonight?
Kau mau memakai baju apa ke pesta nanti malam?
Baju apa yang akan kaukenakan ke pesta malam ini?


Who do you think you are?
Siapa kau pikir kau ini?
Kau pikir kau ini siapa?


What changes do you personally plan to make this year so that you can lead a better life?
Perubahan apa yang secara pribadi Anda rencanakan dilakukan tahun ini agar hidup Anda lebih baik?
Anda secara pribadi berencana melakukan perubahan apa tahun ini agar hidup Anda lebih baik?


If you were to receive a the Oscar, whom would you want to present it and what would you want him or her to say?
Seandainya Anda menerima piala Oscar, Anda ingin penghargaan itu diberikan oleh siapa, dan Anda ingin dia mengatakan apa?
Seandainya Anda menerima piala Oscar, siapa pemberi yang Anda inginkan dan apa yang Anda ingin dia katakan?


What do you want me to say?
Apa yang kau ingin kukatakan?
Kau mau aku bilang apa?


What are you talking about? I don’t understand you.
Apa yang kaubicarakan? Aku tidak mengerti.
Kau ini bicara apa? Aku tidak mengerti.


What did he say to make you so angry?
Apa yang dikatakannya sampai-sampai kau marah seperti itu?
Dia ngomong apa sih sampai kau marah begitu?


Kamu lagi baca buku apa?
Buku apa yang sedang kamu baca?
What book are you reading?

Susunan kalimat juga dapat memberi nuansa makna yang berbeda. Dalam penerjemahan, kita dapat melepaskan diri dari struktur kalimat Inggris dan  mengubah susunan ini untuk memberi muatan emosi, tidak lagi formal atau datar.



Bajumu rapi sekali. Kau mau ke mana? Ke undangan ya?
Mau ke mana kamu? Saya belum selesai bicara!


Kau pergi ke mana saja tadi malam? Pasti asyik kencan berdua.
Ke mana saja kau tadi malam? Aku menunggu sampai dua jam, tahu!


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 18, 2012 04:31

February 6, 2012

noon, midnight

Kata noon dan midnight tentunya mudah diterjemahkan, menjadi tengah hari dan tengah malam. Mungkinkah ada cara lain untuk menerjemahkan kedua kata ini? Dalam konteks seperti apa terjemahannya dapat berubah?


Nah, saya pernah menemukan kedua kata ini dalam antarmuka pengguna sebuah situs web, tepatnya dalam daftar waktu yang dapat dipilih oleh pengguna situs. Daftar ini berisi waktu dari 1:00 a.m. sampai 11:00 a.m., juga 1:00 p.m. sampai 11:00 p.m. Dalam daftar yang berisi angka ini, tahu-tahu saja terselip dua kata ini.


Memang, dalam notasi 12 jam, kedua waktu ini bisa membingungkan. Pada siang hari, jam 12 semestinya ditandai a.m. (ante meridiem, sebelum tengah hari) atau p.m. (post meridiem, setelah tengah hari)? Menurut logika, mestinya 12 p.m., karena semenit kemudian pun waktu sudah melewati tengah hari dan dilambangkan menjadi 12:01 pm. Namun, sejam kemudian, waktu menjadi 1.00 p.m.. Terjadi lompatan dari jam 12 .pm. menjadi 1 p.m., angkanya tidak berurutan. Maka, untuk menghindari kebingungan, kedua waktu ini disebut sebagai noon dan midnight.


Kita di Indonesia menggunakan notasi 24 jam, jadi tidak pernah kesulitan membedakan waktu tengah hari dan tengah malam. Kita menyebut yang satu sebagai pukul 12.00, dan satu lagi sebagai pukul 00.00. Nah, dalam konteks menerjemahkan daftar waktu seperti yang saya temui, kita tidak perlu ikut-ikutan menggunakan tengah hari dan tengah malam. Kita terjemahkan saja menjadi jam angka yang memang sudah biasa kita gunakan. Dengan demikian, daftar waktu dalam bahasa Indonesia akan menjadi daftar angka yang mulus dari 00.00, 01.00 … 11.00, 12.00, 13.00 … 23.00.



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 06, 2012 00:35

January 12, 2012

may wish

Inggris: If you plan to stay in Indonesia for an extended time, you may wish to open an Indonesian bank account.


Terjemahan awal: Jika Anda berencana untuk tinggal di Indonesia cukup lama, Anda mungkin ingin membuka rekening di bank Indonesia.


Terjemahan final: Jika Anda berencana untuk tinggal di Indonesia cukup lama, ada baiknya Anda membuka rekening di bank Indonesia.



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 12, 2012 16:57

December 31, 2011

2011 in review

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2011 annual report for this blog.



Here's an excerpt:


The concert hall at the Syndey Opera House holds 2,700 people. This blog was viewed about 13,000 times in 2011. If it were a concert at Sydney Opera House, it would take about 5 sold-out performances for that many people to see it.


Click here to see the complete report.



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 31, 2011 20:06

November 22, 2011

the only

Inggris: Flynn and his colleagues aren't the only scientists at work here.


Terjemahan awal: Flynn dan rekan-rekannya bukan satu-satunya ilmuwan yang bekerja di sini.


Suntingan: Ilmuwan yang bekerja di sini bukan hanya Flynn dan rekan-rekannya.


Catatan: Karena "Flynn dan rekan-rekannya" jelas bukan satu orang, penggunaan kata "satu-satunya" dalam terjemahan awal menjadi tidak tepat. Jadi, struktur kalimat terjemahan saya ubah untuk menghindari penggunaan kata ini.



 •  1 comment  •  flag
Share on Twitter
Published on November 22, 2011 00:36

October 28, 2011

next, will, remaja

Dalam sebuah novel remaja terjemahan, saya menemukan kalimat berikut:



Inggris: I think next Halloween I'll just stay home and mooch some Butterfingers from the bowl Mom keeps on top of the refrigerator.
Terjemahan: Kurasa Halloween berikutnya nanti, aku akan tinggal di rumah dan mengulum permen Butterfinger dari dalam mangkuk yang disimpan Mom di atas lemari pendingin.
Alternatif saya: Kayaknya Halloween tahun depan aku mau di rumah saja ah, biar kuembat cokelat Butterfinger dari mangkuk yang disimpan Ibu di atas kulkas.

Catatan



Dalam konteks waktu, saya sering mendapati kata next lebih enak diterjemahkan menjadi depan, misalnya Senin depan, bulan depan, tahun depan.
Kata will juga tidak harus selalu diterjemahkan menjadi akan. Kadang lebih enak menjadi mau, hendak, nanti, pasti, atau kata lain, tergantung konteks.
Menerjemahkan novel remaja, terutama yang bahasanya santai, bagi saya susah-susah gampang. Biasanya saya perlu tahap edit ekstra untuk meluweskan bahasanya. Dalam tahap ini, saya suka menambahkan kata "hias" tanpa arti seperti ah, sih, dong, deh. Kata-kata kecil saja, tapi bisa membuat nada bahasa secara keseluruhan lebih santai.


[image error] [image error]
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 28, 2011 18:52

August 11, 2011

Bring me something

Saat sedang menonton televisi, ada tokoh cerita yang sedang berbincang di telepon dengan suaminya yang sedang bepergian. Perbincangan itu diakhiri dengan kalimat, "Bring me something." Terjemahannya, "Bawakan aku sesuatu." Aku jadi terpikir, mungkin ini bisa diterjemahkan menjadi, "Bawa oleh-oleh, ya."



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on August 11, 2011 03:01

July 9, 2011

Past perfect tense dalam kilas balik

Dalam karya fiksi, salah satu alat narasi yang digunakan penulis adalah kilas balik atau flashback, yaitu ketika cerita beralih ke masa lalu sejenak, sebelum kembali lagi ke masa kini. Dalam bahasa Indonesia, hal ini cukup mudah dilakukan, yaitu dengan memberi markah waktu.


Ia memandangi istrinya naik ke pesawat. Mereka bertemu sepuluh tahun lalu di pesta pernikahan teman. Saat itu mereka berdansa, mengobrol sepanjang malam, dan berpisah dengan enggan. Sekarang pun ia masih enggan jika harus berpisah dari istrinya lebih dari sehari.


Dalam bahasa Inggris, peralihan waktu ini dapat ditandai dengan perubahan tense, yaitu menggunakan past perfect tense untuk adegan kilas balik, lalu menggunakan past tense lagi saat kembali ke masa "kini".


He watched as his wife boarded the airplane. They had met ten years ago at a friend's wedding. They had danced, they had talked all night, and they had parted with reluctance. He still felt reluctant to be apart from her for more than a day.


Bayangkan betapa repotnya jika kilas balik ini panjangnya beberapa paragraf. Tentunya tidak enak dibaca kalau semua memakai past perfect tense. Maka, untuk kilas balik yang panjang, biasanya penulis menggunakan past perfect hanya 1-2 kalimat saat baru masuk ke adegan kilas balik, kemudian menggunakan past tense, lalu menggunakan past perfect lagi 1-2 kalimat saat hendak kembali ke masa kini.


Nah, sebagai penerjemah, kita harus waspada saat menemukan kalimat past perfect dalam menerjemahkan novel, dan harus menelaah fungsinya. Jika fungsinya untuk menandakan adegan kilas balik, kita sebaiknya tidak menerjemahkan past perfect tense ini dengan kata telah, seperti misalnya:


Ia memandangi istrinya naik ke pesawat. Mereka telah bertemu sepuluh tahun lalu di pesta pernikahan teman. Mereka telah berdansa, telah mengobrol sepanjang malam, dan telah berpisah dengan enggan. Ia masih enggan jika harus berpisah dari istrinya lebih dari sehari.


(Saya pernah menemukan hal seperti itu dalam novel terjemahan.) Kita bisa menerjemahkan kalimat past perfect itu secara biasa saja, tanpa kata telah. Kalau perlu, tambahkan markah waktu untuk menegaskan kapan suatu adegan terjadi (bandingkan lagi kedua paragraf pertama).



1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 09, 2011 08:19

July 3, 2011

on one’s back

Baru-baru ini saya menemukan kalimat berikut dalam novel terjemahan: “Menjadi seorang pengantin baru membutuhkan banyak duduk, berlutut, dan berbaring di punggung seseorang.” Menurut saya, terjemahan untuk frasa berhuruf tebal ini terlalu setia dengan kalimat aslinya, “Being a new bride required much sitting, kneeling, and lying on one’s back.” Sebenarnya, ada kata Indonesia yang cukup umum untuk berbaring seperti ini, sehingga kalimat tersebut bisa diterjemahkan menjadi, “Pengantin baru memang harus banyak duduk, berlutut, dan berbaring telentang.”


Untuk arah berbaring sebaliknya, dalam bahasa Inggris biasanya digunakan frasa lie on one’s stomach. Dalam bahasa Indonesia, ini bisa diterjemahkan menjadi menelungkup atau bertiarap, tergantung konteks.



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 03, 2011 09:52