Ayuwidya's Blog, page 8
November 25, 2012
Meet and Greet Hello Goodbye
November 23, 2012
Gala Premiere Hello Goodbye, Djakarta Theater 22 November 2012
Me, as a novel writer
Mejeng di tumpukan novelku, ayo beli! beli! beli!
Khusus malam ini ada diskon buat para tamu.
Tamu kehormatan, Bapak Agum Gumelar
Eru, jauh-jauh dateng dari Korea
Eru, pengisi soundtracknya wajib nyanyi dong
The casts
Pengisi soundtracknya juga, Aamir
Penulis skenario dan sutradara, Titien Watimena. Good Job, Mbak! love those all quotes insideNovember 12, 2012
The way to love anything is to realize that it might be lost
Powered by Telkomsel BlackBerry®
November 5, 2012
Saran Ahmad Tohari untuk para penulis
Singapura (ANTARA News) - Penulis Ahmad Tohari punya nasihat untuk para penulis masa kini.
"Tulislah sesuatu yang sangat lokal dan kontekskan ke global serta dalam kualitas global, tidak murahan. Sesungguhnya tidak ada tataran lokal yang terpisah secara global," kata Ahmad Tohari.
Penulis novel trilogi "Ronggeng Dukuh Paruk" itu mengemukakan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam diskusi sastra melayu di Singapore Writers Festival, Minggu.
Tohari mencontohkan karyanya tersebut yang ditulis berdasarkan pengalaman yang sangat lokal.
"Novel saya berbasis sangat lokal tapi kemudian saya merasa sudah berbuat sesuatu secara global ketika novel saya mendunia," kata Tohari.
Lebih lanjut Tohari mencontohkan tema kemiskinan, suatu hal yang bisa ditulis dengan basis lokal namun hal itu juga merupakan sesuatu yang global.
"Begitu juga ketika saya baca karya John Steinbeck `Positano` tentang kegilaan, saya jadi teringat kegilaan yang mirip di tempat saya," katanya.
Dia khawatir para penulis saat ini hanya terpukau oleh hal-hal yang mereka anggap global dan lupa pada yang lokal.
"Dengan karya berbasis lokal tapi berkualitas global maka antar budaya kita bisa saling memberi. Orang Amerika bisa tahu apa yang terjadi di tempat kita, tidak cuma sebaliknya," kata Tohari.
Di sisi lain, Tohari mengingatkan bahwa menulis lokal bukan berarti alergi terhadap semua dari luar.
"Rendra menulis `Rick dari Corona` dengan sangat bagus, tapi dia juga menulis `Balada Lelaki Tanah Kapur` dengan sangat bagus. Budi Darma menulis `Orang-orang Bloomington` dengan sangat bagus."
Tohari juga mengemukakan sastra mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat. Sastra Indonesia pada awalnya berdasarkan masyarakat agraris tapi sejak awal 1980-an beralih ke masyarakat industrial yang punya nilai-nilai sendiri.
"Misalnya soal kebahasaan, sastra di masa masyarakat agraris bahasanya penuh dengan petatah-petitih, kata-kata bersayap," kata Tohari lalu mencontohkan "Robohnya Surau Kami" dari AA. Navis dan "Di Bawah Lindungan Kabah" dari Hamka.
"Ketika itu memang begitu tuntutannya, itulah yang memenuhi perasaan manusia zaman agraris. Kini, fondasinya adalah industrial yang punya nilai sendiri, jadi bahasa seperti itu ditinggalkan. Era industrial punya nilai sendiri, antara lain efisiensi, ketepatan, hemat bahasa."
Tohari mencontohkan jika sastra dulu menggunakan kalimat "seorang anak yang pandai" maka kini menjadi "anak yang pandai" atau bahkan "anak pandai".
Menurut Tohari, nilai-nilai baru dalam sastra juga terkait dengan globalisasi dan menurut dia hal itu wajar.
"Dan, kita juga punya amanat yaitu menjaga dan mengembangkan bahasa kita. Saya orang Jawa tidak boleh kehilangan berbahasa ibu saya, lalu bahasa nasional saya. Di sisi lain, kita juga akan berkembang multilingual sehingga bahasa Inggris, Jepang, Korea, juga harus kita kuasai."
(A038)
Editor: Aditia Maruli
Sumber http://m.antaranews.com/berita/341969/saran-ahmad-tohari-untuk-para-penulis
Powered by Telkomsel BlackBerry®
November 4, 2012
20 Reasons Why Creative People Like to Work in Cafes
Dari milis :
Ever since I was old enough to realize there would never be a want ad in
a newspaper that described a job I wanted, I've loved working in cafes. I
never really thought much about it until a few days ago when a baffled
friend of mine asked why I was so into it.
His assumption? That working in a cafe would be a distraction. A
distraction? Dude, quite the opposite.
And so, at the risk of trotting out a few half-baked conclusions that my
non-cafe-going critics will have a field day trashing, here goes:
20 REASONS WHY YOU LIKE TO WORK IN A CAFE
1. It doesn't feel like work.
2. It's a nice break from the office.
3. You don't have an office.
4. Easy access to caffeine.
5. If you have a home office, you appreciate the fact that -- in a cafe
-- there are no interruptions from your wife/husband/kids/roommate who
rarely think they are interrupting you when they stick their head in your
office and begin their conversation with something like "I'm not
interrupting you, am I?"
6. The act of going from your office to a cafe gets the creative juices
flowing.
7. Muffins.
8. You get a whole bunch of unexpected inputs that change your
perspective for the moment (i.e. snatches of conversation, songs on the
radio, odd posters on the wall).
9. There are no distracting tasks to default to (i.e. cleaning your desk,
filing, tossing paper clips over the cubicle wall).
10. The people in your office want you to talk in hushed tones and have a
need for you to appear busier than you really are.
11. Being waited on by the cafe staff puts you in the mode of "things
coming to you" without much effort.
12. You focus on your most creative projects.
13. It feels good being part of a community -- even if the community
disbands after your third cappuccino.
14. Old patterns are interrupted. New patterns emerge.
15. You like the authenticity of your responses when the geek at the next
table, peeking up from his Mac, asks what you're working on.
16. It's like having a focus group at your beck and call. You can ask
anyone for their opinion and they'll give it, no strings attached.
17. If you work at home, it's just a matter of time before your spouse
asks you to move a piece of furniture or clean the bathroom.
18. It brings out the artist and poet in you.
19. If you go back to the same cafe again and again, you develop trusting
relationships with some of the other regulars -- sharing enthusiasm,
feedback, and croissants.
20. If anything breaks, someone else has to fix it.
November 1, 2012
October 29, 2012
October 22, 2012
Aku mengenalmu lewat jiwa, bukan lewat mata. Aku menjadikanmu kekasih lewat hati.
-Diforward dng sumber yang tak tercatat, anyone knows?-
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Hidup bukanlah tentang menunggu badai berlalu, tapi tentang belajar menari di tengah hujan
Kadang kita lupa meluangkan waktu untuk berhenti sejenak, mengenali serta bersyukur untuk berkat yang berlimpah. Kegembiraan kecil terlalu sering terabaikan ketika mengejar kebahagiaan di masa depan.
Powered by Telkomsel BlackBerry®



