Ayuwidya's Blog, page 16

April 25, 2011

Mengatasi Writers Block #1

Tinggalkan tempat dimana saya biasa menulis.

Kalau biasanya saya menulis di dalam kamar, saya akan pergi ke luar. Biasanya saya pergi ke ZOE, cafe di daerah Margonda atau Oh Lala, cafe di Margo City. Nggak selalu ke sana sih, yang penting ada point-point dibawah ini:

1. Ada makanan. Jelas, saya nggak bisa nulis kalo perut laper. Kalo tangan udah mulai pegel diatas keyboard, jari-jari saya bisa menggerayangi makanan dulu. kalo ngantuk, tinggal pesen kopi (walaupun kadang kopi nggak 'nampol' juga sih.)
2.Colokan laptop. Yang ini kudu, harus, wajib. Saya bisa berjam-jam mencet-mencet itu laptop, jadi jangan sampai itu laptop kehabisan daya saat saya lagi demen-demennya mencet-mencet dia.
3. Di Zoe ada buku-buku yang bisa saya jadiin referensi kalo saya lagi kehabisan imajinasi
4. Jam malam. Ini penting juga. Nggak asik banget kalo tulisan belom selesai, abang-abangnya udah mengumumkan last order.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 25, 2011 23:47

Siang dan Malam di Makassar

Panas. itu yang saya rasakan waktu siang hari di Makassar. Karena memang Makassar adalah daerah pinggir laut dan termasuk pulau yang berada di Indonesia Timur. Jadi, buat yang nggak terlalu tahan sama udara panas, lebih baik persiapkan topi atau payung untuk mengunjungi objek wisata outdor. Menjelang sore, Makassar menjadi lebih bersahabat. Udara lebih sejuk, terutama kalau sudah malam.

Kalau saya perhatikan, crowded time jalan-jalan di Makassar itu unik. Jalan-jalan di Makassar lebih ramai waktu malam hari daripada siang. Mungkin ini pengaruh dari suhu udara juga, ya.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 25, 2011 23:35

Bahagia

Dapatkah kata 'Bahagia' berdiri sendiri tanpa kata 'sedih'?
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 25, 2011 04:51

Bahagia

Dapatkah kata 'Bahagia' berdiri sendiri tanpa kata 'sedih'?
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 25, 2011 04:51

April 21, 2011

Bukan Perempuan Tangguh

Kita nggak pernah tau kemana kita akan dibawa sama sang takdir.



Saya nggak pernah nyangka, dalam hidup saya, saya melakukan perjalanan lintas pulau, lintas negara. Buat orang dengan dompet pas pasan dan fisik yang nggak begitu tangguh, perjalanan jarak jauh masuk dalam daftar imajinasi liar saya.



Waktu kecil, saya selalu pusing kalo kena AC mobil. Saya mabuk darat kalau kelamaan di bis. Saya mabuk laut kalau naik kapal sebentar saja. Bahkan, waktu SMP, saya selalu pusing kalau naik angkot. Singkatnya, dulu saya tidak bersahabat dengan segala alat transportasi. Kadang, sekarang pun masih begitu.



Ketika saya disodori kesempatan pergi ke kota lain, pertama kali saya ketakutan. Saya takut sakit.

Benar, saya sakit. Tapi karna saya tau kelemahan saya, saya sudah sedia segala macam penangkal. Dari payung sampai Paramex. Dari jaket sampai Dextamine.



Saya nggak pernah menyesali perjalanan-perjalanan ini. Saya belajar banyak hal yang nggak pernah saya tau sebelumnya, hal yang seumur hidup nggak akan pernah saya tahu kalau saya nggak melakukan perjalanan2 ini :



1. Dunia itu indah. Apapun masalah kita, kalau kita berada di tempat yang indah, suasana pun berubah jadi menyenangkan. Minimal, bisa bernafas sedikit lebih lega.

2. Dunia itu luas. Jika tidak bahagia di suatu tempat, kita selalu bisa mencari tempat lain. Jika kita gagal satu kali, masih ada berkali2 kesempatan yg bisa kita coba.

3. Setiap tempat punya pesan untuk kita. Selalu ada sesuatu yg kita pelajari di semua tempat. Pelajaran yang membuat kita benar2 jadi manusia.

4. Kita pasti punya kelemahan, tapi kita juga pilihan, mengatasi kelemahan atau menyerah.



Saya masih saya yang dulu, perempuan yang tak cukup tangguh melakukan perjalanan berat. Bedanya, sekarang saya memilih untuk mengatasi kelemahan saya. Selama masih ada kesempatan, saya akan pergi kemanapun saya mau...





Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 21, 2011 03:52

April 20, 2011

Kartini Nggak Nyuruh Pake Konde Kaleee!!!

Dulu saya girang kalo mau hari Kartini. Sebab, saya bakalan didandanin. Pake lipstik, pake kebaya sama selop. Bukan sembarang selop. Saat saya masih bocah pun, saya sudah bisa milih selop yang ada haknya. Di balik semua keriaan untuk memperingati hari kartini itu, saya sebenarnya nggak tau, siapa itu Kartini.

Yaaaaa taunya cuma Kartini pahlawan Indonesia yang memperjuangkan emansipasi. Kata guru saya dan buku sejarah. Padahal, emansipasi saja, otak saya sebagai bocah SD nggak tahu apa artinya.

Intinya, yang saya paham, hari Kartini = Konde.

Itu sebelum saya baca cerpen ... (Sayang saya lupa nama n penulisnya). Disitu seorang perempuan mengingatkan bahwa hari Kartini nggak sama dengan hari konde.

Selanjutnya saya baca buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Tentu saja dalam versi bahasa Indonesia. Dan ternyata Kartini memang pantas di sebut pahlawan. Membaca lembar surat2nya, saya nggak nyangka ada anak 20 tahunan bisa mikir kemajuan perempuan. Apalagi di jaman yang begitu kolot. Saya pikir, dia adalah jenius.

Pikiran Kartini bisa dibilang liar. Singkatnya, Kartini nggak pengen perempuan terbelenggu sama 'konde' nya itu. Dia ingin perempuan punya kesempatan yang sama dengan laki-laki, terutama di bidang pendidikan.

Loh kok sekarang hari Kartini dirayakan dengan begini? Semua perempuan pake konde yang mati2an pengen dilepas sama Kartini? Sebenernya nggak masalah2 amat sih kalo mau pake konde, itung2 menumbuhkan jiwa nasionalisme. Tapi coba kita pikirkan yang lebih bermakna dari sekedar 'konde'...

Gimana kalo dalam menyambut hari Kartini kita adakan pertunjukan pesawat dengan pilot2 perempuan. Lomba olahraga, cerdas cermat, monopoli, atau apa yg melibatkan kompetisi perempuan dan laki-laki. Saya nggak bilang se-Indonesia raya ini nggak ada yg kreatif, hanya saja, saya geli melihat ada lomba memasak dan fashion show untuk menyambut hari Kartini. Nggak nyalahin juga, sih, yang penting ada semangatnya dulu deh.





Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 20, 2011 07:41

April 15, 2011

Aldous Huxley

Kenyataan tidak hilang ketika diabaikan

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 15, 2011 07:35

Ditinggal 3 Pria

Satu lagi pelajaran tentang berdiri diatas dua kaki sendiri. Kali ini rasanya seperti berhadapan dengan dokter yang nggak jelas reputasinya, ia menyodorkan saya pil yang juga nggak jelas apakah akan menyembuhkan atau justru menyengsarakan. Yang jelas cuma satu hal, pil itu pahit dan saya harus menelannya.

Ketiga laki-laki yang dekat dengan saya, sahabat-sahabat saya akan segera menikah! Artinya: Nggak akan ada lagi laki-laki yang bisa saya tanyai, "Hoi, menurut lu sebagai cowok, gue jelek-jelek amat nggak sih, hari ini?". Nggak akan ada lagi laki-laki yang ngeladenin rengekan saya atas nama gender, "Jemput gue dong… ujan!", "Gue kan cewek, bawain tas gue, dong! Berat!", "Ladies first!" dan kalo lagi kepepet, "Gue kan cewek, jadi lu, dong, yang bayarin!"

Malam kemarin saya lagi perlu banget curhat sama salah satu dari tiga orang ini. Setelah ketemu nomornya, bukannya saya menekan tombol telpon warna hijau, saya malah menekan tombol telpon warna merah, alias menyabotase acara curhat malam saya sendiri. Entah kenapa, saya jadi merasa janggal, takut, tabu, seolah saya mau menghubungi mucikari.

Saya mulai berfikir, bahwa ada hal-hal dalam hidup kita yang memang harus berubah. Manusia punya fase perkembangan hidup dan itu nggak bisa dihindari. Yang bisa kita lakukan adalah menyikapinya. Bah! Omongan saya mulai basi. Ha…ha… ha…. Tapi memang kenyataannya begitu, kalo Spencer Johnson ngeliat saya, dia pasti bilang, "Your cheese has been moved, dahling!" Well, baiklah… sahabat saya ini sudah mau jadi suami orang, KTP-nya nggak lagi single, jadi ada hal-hal yang nggak bisa saya lakukan lagi bersama dia. Baiklah, saya akan memulai hari-hari 'tanpa' mereka. Baiklah… baiklah.… *nyengir dengan miris.

Eh, tapi bukan berarti saya nggak ikut bahagia, ucapan selamat saya pada mereka bukan dusta. Tentu saja saya juga bahagia. Sebab saya tahu, menikah sudah menjadi agenda mereka sejak kapan itu. Setiap kali acara curhat di gelar, mereka membincangkan tentang wanita idaman, menikah, anak, keluarga, rumah, tabungan dan bla… bla.. bla… dengan bersemangat. Saya menyadari gejalanya, saya tahu, sahabat-sahabat saya mengidap demam pernikahan. Maka, saya sudah menyiapkan diri kalau-kalau persahabatan ini akan 'berakhir'. Ketika akhirnya mereka mengatakan, "Lamaran gue diterima!" maka saya menginterpretasikan, "Jaga jarak ya sama gue!"

Kesimpulan dari semua ini, banyak agenda kami jadi terpancung. Tapi saya rela karena saya sayang dia, dia, dia. Saya tahu dia akan lebih bahagia jika menjalankan agendanya yang baru, bersama wanita pilihannya.

Selamat, Bro! semoga lancar sampai akhir.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 15, 2011 06:35

April 13, 2011

Masruri vs The Olympians

Novel biografi ini berkisah tentang perjuangan Ruri, pecatur cilik Indonesia dalam meraih gelar juara catur pelajar tingkat dunia. Perkenalannya di bidang catur berawal pada usia 4 tahun, saat anak-anak seumurannya lagi senang-senangnya mendorong mobil-mobilan. Ayah, kakak-kakaknya, dan buku-buku caturlah yang mengajarinya tentang catur. Tak ada guru professional ataupun sekolah catur mahal.

Maklum saja, ayahnya seorang tukang bajai yang bahkan untuk makan dan sekolah ke enam anaknya saja sudah pas-pasan. Untuk ongkos mengikuti kejuaraan catur saja, orang tuanya seringkali berhutang.

Dengan modal dasar kemauan, Ruri bisa menjuarai beberapa kejuaraan tingkat daerah, nasional, terus menanjak ke tingkat ASEAN bahkan tingkat dunia. Ruri juga telah berhasil memecahkan rekor MURI mengalahkan 200 pecatur secara simultan bersama pecatur cilik lainnya, Sean Winshand Cuhendi. Prestasi lainnya yang juga mencengangkan untuk bocah seumuran 14 tahun, Ruri pernah diundang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Istana Negara untuk menerima penghargan Satyalencana Wirakarya.

Bukan berarti saat ini Ruri sedang bergembira ria menikmati kesuksesan. Nyatanya, Ruri masih harus berkerja keras untuk mencapai cita-citanya, menjadi Grandmaster catur tingkat dunia. Bukan cuma untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk Indonesia.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 13, 2011 20:34

April 12, 2011

Lowongan Redaksi

Info lowongan kerja dari teman, silakan...
Dibutuhkan segera!

Majalah Bravo!, majalah anak yang sedang berkembang dari Penerbit Erlangga, membutuhkan Staf Redaksi.

Persyaratan:
• Wanita/pria, usia 23-27 tahun
• Lulusan S1 (semua jurusan)
• Pengalaman kerja 1-2 tahun·   Menyenangi dunia anak-anak·   Mengerti penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar·   Memiliki kemampuan berbahasa Inggris·   Bersedia melakukan peliputan
• Suka menulis dan kreatif
• Bisa bekerja dengan deadline ketat dan tim work
Kirimkan surat lamaran, CV, tulisan yang pernah dipublikasikan (bila ada), contoh tulisan bertema anak-anak, dan foto terbaru dengan mencantumkan posisi yang dilamar di subject email ke: redaksi@majalahbravo.com paling lambat 19 April 2011.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 12, 2011 02:07