Ayuwidya's Blog, page 2
June 18, 2015
Cuplikan Mermaid Melody # 2
Cha Jung Woo, Artis & PenyanyiFans-ku di Indonesia memang gigih. Saat tahu penyamaranku terbongkar di salon, aku segera mengambil langkah seribu untuk kabur. Mereka pontang-panting mengejarku hingga ke luar mal dengan rambut masih berantakan. Di antara para fans yang menyerukan namaku, aku juga sempat mendengar kalimat, “Bayar dulu!” Sudahlah, besok saja.
Dalam beberapa detik, kami sudah keluar dari parkiran dan melaju cepat di jalan raya. Saat aku menoleh ke belakang, ternyata ada mobil yang mengikuti kami. Tiga atau empat mobil. Ih … ngeri … ini seperti adegan balapan di jalan raya. Mereka membuka jendela dan meneriakkan namaku. Salah satunya cewek dengan rambut keriting sebelah tadi, “Jung Woo oppa!” teriaknya.
Cewek yang ada di sampingku menoleh padaku. Dia mengobservasi wajahku, kemudian tertawa. “Yang bener aja!” katanya sambil terkekeh tidak percaya. Ketika orang lain histeris mengenaliku, cewek ini malah tidak percaya kalau aku Jung Woo.
“Jangan tertawa! Cepat ngebut! Jangan sampai mereka mengejar kita,” kataku. Sepertinya dia agak berlebihan menanggapi kalimatku. Kecepatan mobil ini membuat jantungku seperti bergeser ke tempat lain. “Jangan sekencang ini,” kataku. Jujur, aku agak ketakutan dengan cara menyetir cewek ini. Kami ada di jalan raya, bukan sirkuit balap.
“Tadi suruh ngebut, sekarang suruh pelan, gimana sih?” tanya cewek itu sewot sambil memperlambat kecepatan. “Mau pelan apa ngebut?”
“Jung Woo Oppa!” suara itu menembus kaca jendela mobil. Aku melihat spion dengan ngeri. “Saranghae!!!” Gila! Mungkin si Keriting Sebelah itu habis menelan pengeras suara.
“Ngebut!” kataku. Tidak perlu disuruh dua kali, cewek di sampingku menekan pedal gas dalam-dalam dan aku menutup mata. Semoga saja aku tidak mati. Aku beruntung kalau aku hanya jadi gila.
yuk nonton book trailernya di http://youtu.be/1muPt4SD50A
Kesalahan Umum Penulis dalam Launching - End
Kurang mengerti pasar. Akibatnya tidak mungkin membuat keputusan yang tepat untuk launching atau membuat keputusan marketing. Kamu harus menggunakan fakta untuk membuat keputusan. Strategi promosi apa yang penulis lain lakukan, mana yang berhasil, mana yang tidak, di mana ada celah/kesempatan, ke mana trend dan arah pergerakan pasar.
Berpendapat bahwa peluncuran buku hanya untuk penulis yang sudah punya nama atau orang yang punya dana besar. Membatasi diri seperti ini hanya membuat kamu mundur. Padahal, penulis dengan perencanaan yang matang, tujuan yang jelas bisa lebih sukses daripada yang berdana besar tapi tidak fokus.
Demam panggung dan tidak tahu apa yang akan kamu katakan. Sebelumnya, kamu harus mengambil waktu untuk mengenali dirimu sendiri. Penulis seperti apa kamu, apa yang membuat kamu berbeda. Lalu, kamu juga harus tahu siapa pembaca atau audiencemu. Ketika kamu sudah mengenal siapa kamu dan siapa audiencemu, tidak perlu khawatir. Kita tidak mungkin gugup ketika berbicara dengan teman yang kita kenal, segalanya akan berjalan lancar. Ketika kamu tidak tahu lagi apa yang harus kamu katakan, daripada bilang, “Beli buku saya!” lebih baik pikirkan apa yang kira-kira audience ingin dengar darimu, apa yang mereka butuhkan dan hanya kamu yang dapat menyediakannya. Jika kamu tidak yakin, tanyakanlah.
Terlambat. Buku kamu sudah terbit. Kamu bisa mempertimbangkan untuk re-launching atau bisa mengikutkan pada promosi bukumu selanjutnya. Banyak kesempatan yang bisa sekaligus digunakan sebagai promosi seperti mengisi seminar, interview podcast, media lokal, dan event lain yang dengan membuat sebuah buku membuatmu memiliki kualifikasi untuk berpartisipasi.
Berpendapat bahwa manfaat bukumu bisa menjual dirinya sendiri tanpa promosi. Anggapan seperti ini biasanya membuat kecewa. Tidak ada yang peduli padamu dan bukumu. Kepedulian mereka sejauh kepedulianmu pada promosi bukumu. Tugasmulah untuk menunjukkan manfaat bukumu pada mereka.
Istirahat setelah launching. Seharusnya kamu melakukan analisa launching, apa yang berhasil, apa yang tidak, berterima kasih pada semua pihak yang membantu dan memfollow up kesempatan-kesempatan baru.
Launching buku memang mendebarkan. Ikuti saja perencanaan yang sudah di buat dan hindari kesalahan-kesalahan yang sudah disebutkan. Semoga acara launchingmu sukes! Jangan lupa kirim undanganya ke sini ya :)
disarikan dari yourwriterplatform.com
June 17, 2015
Kesalahan Umum Penulis dalam Launching Bukunya
Seringkali penulis hanya fokus pada menulis dan mengedit buku, mereka menunda merencanakan strategi untuk launching bukunya hingga akhirnya terlambat. Saya juga begitu sih :)
Padahal, kesuksesan sebuah launching diperlukan perencanaan detail, langkah demi langkah yang memakan waktu lama. Launching buku malah jadi malapetaka buat penulis karena kesalahan penulis itu sendiri. Beberapa kesalahan penulis menurut yourwriterplatform.com
Tidak merangkul pembaca potensial. Meskipun masih dalam tahap awal penulisan, sebaiknya penulis merangkul pembaca potensial buku mereka. Bukan hanya mendapatkan input dari para calon pembaca, tapi hal ini juga memastikan bukunya akan mendapatkan perhatian ketika terbit.
Perencanaan launching yang tidak matang. Setelah berbulan-bulan atau mungkin bertahun-tahun menulis buku, akhirnya tiba saatnya buku terbit. Penulis pasti ingin bukunya sesegera mungkin berada di tangan pembaca. Namun, ketergesaan membuat perencanaan yang buruk dan persiapan launching dan promosi yang kacau. Untuk menghindari hal ini, mulailah perencanaan sejak awal. Idealnya saat kamu mulai menulis atau mengedit.
Lupa menentukan specific goals. Sulit untuk menentukan apakah sebuah launching buku sukses atau tidak kalau tidak ada goal yang jelas dari awal. Tentukan specific goals, contohnya berapa eksemplar buku yang terjual saat launching, jumlah orang yang masuk dalam email list, atau jumlah tamu yang datang ke acara launcing.
Tidak tahu siapa target pembaca bukumu. Poin yang satu ini fatal. Bagaimana mungkin kamu bisa meraih mereka kalau kamu saja nggak bisa melihatnya? kalau begini, bisa dipastikan launching jadi tidak fokus, melibatkan target yang salah, pesan jadi terlalu general, nggak jelas atau nggak berarti. Penulis cenderung membuat target yang sangat umum. Mereka merasa tidak perlu mengerucutkan target dengan pendapat, ‘kenapa mengecualikan beberapa orang? Mungkin saja mereka tertarik membaca? Jadi targetkan saja semuanya!’ Pada kenyataannya, semakin spesifik target, semakin dekat kamu dengan pembaca ideal kamu.
Menjadi the Lone Wolf. Tidak bisa dipastikan bahwa penulis kebanyakan introvert. Jangan terjebak dengan stereotype ini. Ada penulis yang memang melakukan proses penulisan hingga promosi sendirian. Namun, kebanyakan penulis yang sukses menggunakan kekuatan tim untuk menaikkan penjualan.
lainnya, menyusul ya...
Mohon maaf
Dua tahun ini adalah tahun yang berat untuk saya. Saya membuat langkah besar untuk hidup saya, yang tentu saja memindahkan saya dari sana ke sini. Dari naungan bapak saya ke gandengan tangan suami saya. Dari fearless single jadi seorang ibu dengan berjuta kekhawatiran. Pertemanan yang memang sewajarnya merenggang. Punya keluarga baru yang berbeda adat, kehilangan orang-orang tersayang. Tanggung jawab baru yang nyaris merombak rutinitas saya. Semua sunguh menakutkan. Astaga… baru beberapa kalimat saja saya hampir menitikkan air mata. Baik, kita persingkat saja.
Seperti layaknya perpindahan, selalu menuntut adaptasi dan saya tidak pernah mudah beradaptasi. Saya gugup dan gagap. Saya melakukan banyak kesalahan, dan mungkin tanpa sengaja melukai. Saya tidak bermaksud melukai orang lain, saya hanya tidak mengerti apa yang saya lakukan, seperti anak saya yang 9 bulan, kami sedang beradaptasi dengan dunia baru. Percayalah, saya sedang berusaha melewati fase membingungkan ini.
Mohon maaf untuk segala kata dan perbuatan yang tidak menyenangkan dan janji yang terabaikan. Semoga kita semua bisa memulai bulan yang suci dengan hati yang suci. Amin.
June 15, 2015
gelisah
Kegelisahan ini membuatku hanya berani duduk berjam-jam tanpa melakukan apa-apa. Semua tampak begitu berantakan dan aku ketakutan. Jika bisa, aku hanya ingin tidur, tanpa memikirkan apa-apa. Aku tahu itu menunda, tapi setidaknya aku terbebas dari gelisah. Kakiku menjejak pada keraguan yang mengombang-ambing, membuatku tak bisa melangkah. Sementara aku melihat di sekelilingku orang-orang lalu-lalang dan melakukan banyak hal. Aku tertinggal. Mungkin aku perlu sejenak dengan diriku saja, menangis agar kebimbangan tumpah, lalu aku bisa menyekanya.
Cha Jung Woo, Artis & Penyanyi Perasaanku mulai tida...
Cha Jung Woo, Artis & Penyanyi
Perasaanku mulai tidak enak. Di sampingku, cewek Korea dengan kepala di dalam alat steam rambut sudah melirik-lirikku curiga. Kuraba atas bibirku, kumis palsuku masih menempel dengan sempurna. Matanya penuh hasrat ingin tahu. Pandangannya berganti-ganti, sebentar padaku, sebentar pada laki-laki di poster iklan cat rambut yang modelnya cowok Korea dengan tatapan memikat. Ya, itu adalah aku sendiri hi … hi … hi ….Sungguh, baru kali ini, aku merasa membutuhkan kreativitas anti-fans-ku untuk membuat posterku jadi bungkus ddong ppang (1) saja. Siapa sih orang kurang kerjaan yang membingkai posterku semewah itu? Dia mau bikin salon atau galeri?
“Tolong kepalanya agak diangkat, Ahjussi (2),” kata sang Petugas Salon yang nggak tahu situasi. Sial! Aku menaikkan daguku sedikit. Antena waspada menyala sementara dia menutup rambutku dengan handuk hangat. Ah … enaknya .... Aku suka ini! Aku selalu memilih handuk hangat daripada steam rambut. Selain panasnya kadang suka kelewatan, steam rambut juga bisa membuat rambut kering. Handuk hangat lebih bersahabat dan nyaman.
Hal penting lainnya, yaitu pijitan kapster yang enak dan krim creambath alpukat yang bagus. Aku selalu creambath dengan krim alpukat, meskipun tidak sewangi krim buah lainnya, tapi alpukatlah yang paling efektif untuk menjaga kelembapan rambut. Rambut jadi tidak kering meskipun sering ditempa hair streightener atau curling iron. Dua benda itu, kan tidak mungkin dihindari setiap kali aku akan tampil di panggung.
Kyung Ro Hyung (3) benar, salon ini lumayan juga. Biasanya, aku tidak percaya selera Hyung, tapi mengingat dia sudah lama di Indonesia, kupikir, sebagai turis, tak ada salahnya aku mengikuti rekomendasinya. Hyung bilang, hairstylist di sini bisa berbahasa Inggris dengan baik, jadi kita bisa diskusi masalah tatanan rambut yang sesuai. Bahkan, beberapa hairstylist bisa berbahasa Korea. Mereka selalu update dengan tren rambut Asia dan sudah hapal mana yang cocok dengan bentuk dan lekuk wajah orang asia. Hyung bilang, inilah salon pilihan orang-orang Korea yang ada di Indonesia. Orang-orang Indonesia yang ingin bergaya ala hallyu star pun datang ke salon ini.
Untukkku, bahasa Inggris, Korea, bahkan bahasa Indonesia pun, tidak masalah. Mendiang ayahku orang Indonesia, Hyung sudah lima tahun ini tinggal di Indonesia, masa kecilku pun di Indonesia dan kelebihanku, aku bisa dengan mudah menguasai banyak bahasa. Jadi, jangan heran kalau aku bisa membuat lagu dan menyanyikannya dalam berbagai bahasa. Inilah salah satu kelebihanku dibandingkan penyanyi lainnya.
Cewek di sampingku masih melirik-lirik seperti rubah pemangsa yang mengintai. Sialnya, akulah mangsanya. Dari cermin, aku melihat cewek di belakangku, dia lebih mencurigakan lagi. Awalnya hanya curi-curi pandang dari cermin. Lama-lama mulai intens. Dia melihatku terang-terangan. Setelah itu, matanya melakukan hal yang lebih jauh lagi, dia benar-benar memelototiku. Perasaanku semakin nggak enak. Aku menajamkan telingaku. Si Perempuan yang rambutnya sedang dicatok keriting itu menyolek temannya yang duduk di sampingnya. “Heh … kamu lihat deh cowok di belakangku,” cewek itu mendesis. Maksudnya berbisik, tapi suaranya terlalu keras untuk bisa dibilang berbisik. Jangankan aku, objek yang sedang dibicarakannya, beruang di kutub utara saja bisa mendengarnya.
Si Cewek yang dibisiki memutar lehernya seratus delapan puluh derajat demi melihatku, entah bagaimana dia melakukannya. Mata kami bertemu, dia kemudian melotot, mulutnya terbuka lebar hingga lumba-lumba bisa masuk ke dalamnya. Dia memegang pipinya dengan dramatis dan segera memutar kembali lehernya, menoleh pada teman di sampingnya. “Ya ampun, cowok itu mirip banget sama Jung Woo!”
Dadaku berdetak. Di cermin kulihat janggut dan kumis palsuku masih terpasang dengan baik. Bagaimana mereka bisa mengenaliku? Kemudian, aku menyetel wajahku dengan ekspresi normal, jangan sampai membuat curiga. Cewek di sebelahnya kemudian mengangguk-angguk bersemangat. Untung saja curling iron itu tidak mengenai pipinya. “Iya itu maksudku. Jangan-jangan dia emang Jung Woo Oppa (4)!”
“Ah nggak mungkin, habis konser kemarin, dia langsung balik ke Korea.”
“Itu kan berita di Internet. Gimana kalo cuma gosip?”
“Betul kok. Aku, kan nguntit rombongannya sampai bandara. Aku lihat sendiri kok, dia masuk ke check in counter di bandara.”
Mereka berdua kemudian serempak menoleh padaku. Pembicaraan mereka berdua didengar juga oleh perempuan berkepala steam di sampingku. “Oh ... Jung Woo-rang neomu dalmeusyeotneyo (5).” katanya sambil beranjak dari kursi steam dan menghampiriku. Gawat! “Jung Woo matjiyo? (6)” perempuan itu bertanya.
“Saram jal mot bosyeonabwayo (7),” kataku. Ups … harusnya aku diam saja. Wajah perempuan itu kini di depanku. Hidungnya hanya beberapa senti dari hidungku. Dia pasti bisa melihat pori-pori hidungku. Nah, sekarang dia tahu, hidung mancungku ini memang asli, bukan plastik. Perlahan aku menarik kakiku yang tadi kuluruskan, siap untuk lari jika perlu. Dua perempuan yang ada di belakangku juga beranjak dari tempatnya dengan rambut keriting sebelah.
Salah satu dari mereka tiba-tiba menjerit, “Jung Woo Oppa! Oh, Jung Woo Oppa! Saranghae8!” Sekarang, bukan hanya tiga pasang mata plus stylist kami masing-masing yang menoleh padaku. Semua pengunjung salon menatapku. Suara hairdryer yang tadinya memenuhi ruangan tiba-tiba hilang.
Ini sungguh bahaya.
footnote(1) Disebut juga poop bread adalah jajanan khas Korea yang berbentuk kotoran. Biasanya dibungkus dengan kertas yang bertuliskan petunjuk cara memakannya. Di Korea, seseorang yang bermimpi tentang poop, dipercaya akan mendapatkan keberuntungan.(2) Paman.(3) Panggilan oleh laki-laki untuk laki-laki yang lebih tua.(4) Panggilan oleh perempuan untuk laki-laki yang lebih tua.(5) Eh … kamu emang mirip banget sama Jung Woo.(6) Kamu Jung Woo?(7) Kamu salah, aku bukan Jung Woo.
Alea Kei, Pengangguran
Bahaya! Peringatan untuk cewek-cewek yang tidak pernah akrab dengan stiletto, jangan pernah memakai yang sembilan senti kalau tidak punya muka cadangan. Itu pelajaran yang kudapat—sialnya—hari ini. Hari di mana interviu kerja berlangsung. Interviuku di Accent Mobile memalukan, mereka seperti akan mendepakku saat itu juga waktu aku terjengkang di depan direktur mereka. Kesialanku hari ini, tidak berhenti sampai situ, masih ada episode lanjutannya. Saat di mal, troli belanjaan tiba-tiba macet di ujung lapangan parkir, sedangkan mobilku—mobil induk semang, tepatnya—tadi kuparkir di ujung dunia. Mau enggak mau, aku harus menenteng semua belanjaan ini seperti babu merangkap kuli.
Tangan kiriku menenteng belanjaan, sementara siku kananku mengepit koran lowongan kerja dan tangan kananku masih menggenggam kantong belanjaan. Stilleto sialan ini membuat langkahku seperti kepiting. Belum lagi di bahu kiriku menggantung tas kerja, begitulah sebutannya, meskipun sebenarnya aku belum pernah menggunakan tas itu untuk bekerja. Setelah lulus dari jurusan Sastra dan Budaya Korea, aku menganggur.
Sudah hampir enam bulan aku kerja freelance sebagai translator bahasa Korea. Kadang, ada kerjaan kadang tidak. Menurut versi ibuku, itu bukan pekerjaan. Pekerjaan itu adalah sesuatu yang dilakukan dari pagi hingga sore, dan dibayar bulanan. Beberapa hari ini bisa bertahan hidup karena induk semangku sakit pinggang. Dia menyuruhku menggantikan tugas-tugasnya, termasuk belanja. Tentu saja, ada tip untuk itu.
Dengan susah payah, akhirnya aku tiba di ujung lapangan parkir. Segera aku memencet alarm mobil dan memasukkan semua barang-barang belanjaan dalam bagasi belakang. Tiba-tiba ada seorang cowok dengan kepala berhanduk berlarian di tempat parkir. Aku waspada, sepertinya dia orang gila. Orang gila itu meneriakkan sesuatu padaku. Coba saja kalau dia berani mendekatiku! Aku ini pernah jadi juara karate dan stiletto-ku ini bisa bikin lubang di kepalanya. Orang gila berkepala handuk itu terus menuju ke arahku.
Tiba-tiba dia membuka pintu mobilku dan duduk begitu saja di jok penumpang belakang. “Cepat masuk! Ayo!” dia berteriak padaku. Seolah ini mobilnya dan aku sopir yang lelet. Aku masih berdiri di dekat bagasi belakang dengan bingung. Ya ampun, cobaan apa lagi ini? Setelah stiletto sembilan senti, troli macet dan sekarang, orang gila. Aku segera menutup bagasi dan menggedor pintu mobil, “Keluar!” bentakku.
Dia benar-benar keluar. Namun, dia malah merampas kunci mobil dari tanganku, duduk di jok pengemudi dan menyalakan mesin mobil, “Ayo cepat masuk kalau mau ikut! Aku harus pergi dari sini!” Lho, emangnya ini mobil siapa?
Jangan-jangan dia maling! Panik melanda. Aku membuka pintu mobil dan menarik paksa dia ke luar. Kepala handuk terlihat panik. Dia celingukan, “Oke, kamu yang nyetir!” Dia bukannya pergi, malah masuk lagi ke mobil melalui pintu penumpang sebelah kiri. Dia menoleh ke sana kemari. Aku mengikuti arah pandangnya.
Gerombolan cewek-cewek berlarian ke luar mal, menuju ke arahku. Beberapa ada yang berambut basah, ada yang rambutnya masih dipasang rol, ada yang keriting sebelah. Apa ini? Tawuran! Tanpa bisa berpikir lagi, aku langsung masuk mobil, tancap gas cari selamat.
...... bersambung besok ya :)
Cuplikan Mermaid Melody #1
Cha Jung Woo, Artis & Penyanyi
Perasaanku mulai tidak enak. Di sampingku, cewek Korea dengan kepala di dalam alat steam rambut sudah melirik-lirikku curiga. Kuraba atas bibirku, kumis palsuku masih menempel dengan sempurna. Matanya penuh hasrat ingin tahu. Pandangannya berganti-ganti, sebentar padaku, sebentar pada laki-laki di poster iklan cat rambut yang modelnya cowok Korea dengan tatapan memikat. Ya, itu adalah aku sendiri hi … hi … hi ….Sungguh, baru kali ini, aku merasa membutuhkan kreativitas anti-fans-ku untuk membuat posterku jadi bungkus ddong ppang (1) saja. Siapa sih orang kurang kerjaan yang membingkai posterku semewah itu? Dia mau bikin salon atau galeri?
“Tolong kepalanya agak diangkat, Ahjussi (2),” kata sang Petugas Salon yang nggak tahu situasi. Sial! Aku menaikkan daguku sedikit. Antena waspada menyala sementara dia menutup rambutku dengan handuk hangat. Ah … enaknya .... Aku suka ini! Aku selalu memilih handuk hangat daripada steam rambut. Selain panasnya kadang suka kelewatan, steam rambut juga bisa membuat rambut kering. Handuk hangat lebih bersahabat dan nyaman.
Hal penting lainnya, yaitu pijitan kapster yang enak dan krim creambath alpukat yang bagus. Aku selalu creambath dengan krim alpukat, meskipun tidak sewangi krim buah lainnya, tapi alpukatlah yang paling efektif untuk menjaga kelembapan rambut. Rambut jadi tidak kering meskipun sering ditempa hair streightener atau curling iron. Dua benda itu, kan tidak mungkin dihindari setiap kali aku akan tampil di panggung.
Kyung Ro Hyung (3) benar, salon ini lumayan juga. Biasanya, aku tidak percaya selera Hyung, tapi mengingat dia sudah lama di Indonesia, kupikir, sebagai turis, tak ada salahnya aku mengikuti rekomendasinya. Hyung bilang, hairstylist di sini bisa berbahasa Inggris dengan baik, jadi kita bisa diskusi masalah tatanan rambut yang sesuai. Bahkan, beberapa hairstylist bisa berbahasa Korea. Mereka selalu update dengan tren rambut Asia dan sudah hapal mana yang cocok dengan bentuk dan lekuk wajah orang asia. Hyung bilang, inilah salon pilihan orang-orang Korea yang ada di Indonesia. Orang-orang Indonesia yang ingin bergaya ala hallyu star pun datang ke salon ini.
Untukkku, bahasa Inggris, Korea, bahkan bahasa Indonesia pun, tidak masalah. Mendiang ayahku orang Indonesia, Hyung sudah lima tahun ini tinggal di Indonesia, masa kecilku pun di Indonesia dan kelebihanku, aku bisa dengan mudah menguasai banyak bahasa. Jadi, jangan heran kalau aku bisa membuat lagu dan menyanyikannya dalam berbagai bahasa. Inilah salah satu kelebihanku dibandingkan penyanyi lainnya.
Cewek di sampingku masih melirik-lirik seperti rubah pemangsa yang mengintai. Sialnya, akulah mangsanya. Dari cermin, aku melihat cewek di belakangku, dia lebih mencurigakan lagi. Awalnya hanya curi-curi pandang dari cermin. Lama-lama mulai intens. Dia melihatku terang-terangan. Setelah itu, matanya melakukan hal yang lebih jauh lagi, dia benar-benar memelototiku. Perasaanku semakin nggak enak. Aku menajamkan telingaku. Si Perempuan yang rambutnya sedang dicatok keriting itu menyolek temannya yang duduk di sampingnya. “Heh … kamu lihat deh cowok di belakangku,” cewek itu mendesis. Maksudnya berbisik, tapi suaranya terlalu keras untuk bisa dibilang berbisik. Jangankan aku, objek yang sedang dibicarakannya, beruang di kutub utara saja bisa mendengarnya.
Si Cewek yang dibisiki memutar lehernya seratus delapan puluh derajat demi melihatku, entah bagaimana dia melakukannya. Mata kami bertemu, dia kemudian melotot, mulutnya terbuka lebar hingga lumba-lumba bisa masuk ke dalamnya. Dia memegang pipinya dengan dramatis dan segera memutar kembali lehernya, menoleh pada teman di sampingnya. “Ya ampun, cowok itu mirip banget sama Jung Woo!”
Dadaku berdetak. Di cermin kulihat janggut dan kumis palsuku masih terpasang dengan baik. Bagaimana mereka bisa mengenaliku? Kemudian, aku menyetel wajahku dengan ekspresi normal, jangan sampai membuat curiga. Cewek di sebelahnya kemudian mengangguk-angguk bersemangat. Untung saja curling iron itu tidak mengenai pipinya. “Iya itu maksudku. Jangan-jangan dia emang Jung Woo Oppa (4)!”
“Ah nggak mungkin, habis konser kemarin, dia langsung balik ke Korea.”
“Itu kan berita di Internet. Gimana kalo cuma gosip?”
“Betul kok. Aku, kan nguntit rombongannya sampai bandara. Aku lihat sendiri kok, dia masuk ke check in counter di bandara.”
Mereka berdua kemudian serempak menoleh padaku. Pembicaraan mereka berdua didengar juga oleh perempuan berkepala steam di sampingku. “Oh ... Jung Woo-rang neomu dalmeusyeotneyo (5).” katanya sambil beranjak dari kursi steam dan menghampiriku. Gawat! “Jung Woo matjiyo? (6)” perempuan itu bertanya.
“Saram jal mot bosyeonabwayo (7),” kataku. Ups … harusnya aku diam saja. Wajah perempuan itu kini di depanku. Hidungnya hanya beberapa senti dari hidungku. Dia pasti bisa melihat pori-pori hidungku. Nah, sekarang dia tahu, hidung mancungku ini memang asli, bukan plastik. Perlahan aku menarik kakiku yang tadi kuluruskan, siap untuk lari jika perlu. Dua perempuan yang ada di belakangku juga beranjak dari tempatnya dengan rambut keriting sebelah.
Salah satu dari mereka tiba-tiba menjerit, “Jung Woo Oppa! Oh, Jung Woo Oppa! Saranghae8!” Sekarang, bukan hanya tiga pasang mata plus stylist kami masing-masing yang menoleh padaku. Semua pengunjung salon menatapku. Suara hairdryer yang tadinya memenuhi ruangan tiba-tiba hilang.
Ini sungguh bahaya.
Alea Kei, Pengangguran
Bahaya! Peringatan untuk cewek-cewek yang tidak pernah akrab dengan stiletto, jangan pernah memakai yang sembilan senti kalau tidak punya muka cadangan. Itu pelajaran yang kudapat—sialnya—hari ini. Hari di mana interviu kerja berlangsung. Interviuku di Accent Mobile memalukan, mereka seperti akan mendepakku saat itu juga waktu aku terjengkang di depan direktur mereka. Kesialanku hari ini, tidak berhenti sampai situ, masih ada episode lanjutannya. Saat di mal, troli belanjaan tiba-tiba macet di ujung lapangan parkir, sedangkan mobilku—mobil induk semang, tepatnya—tadi kuparkir di ujung dunia. Mau enggak mau, aku harus menenteng semua belanjaan ini seperti babu merangkap kuli.
Tangan kiriku menenteng belanjaan, sementara siku kananku mengepit koran lowongan kerja dan tangan kananku masih menggenggam kantong belanjaan. Stilleto sialan ini membuat langkahku seperti kepiting. Belum lagi di bahu kiriku menggantung tas kerja, begitulah sebutannya, meskipun sebenarnya aku belum pernah menggunakan tas itu untuk bekerja. Setelah lulus dari jurusan Sastra dan Budaya Korea, aku menganggur.
Sudah hampir enam bulan aku kerja freelance sebagai translator bahasa Korea. Kadang, ada kerjaan kadang tidak. Menurut versi ibuku, itu bukan pekerjaan. Pekerjaan itu adalah sesuatu yang dilakukan dari pagi hingga sore, dan dibayar bulanan. Beberapa hari ini bisa bertahan hidup karena induk semangku sakit pinggang. Dia menyuruhku menggantikan tugas-tugasnya, termasuk belanja. Tentu saja, ada tip untuk itu.
Dengan susah payah, akhirnya aku tiba di ujung lapangan parkir. Segera aku memencet alarm mobil dan memasukkan semua barang-barang belanjaan dalam bagasi belakang. Tiba-tiba ada seorang cowok dengan kepala berhanduk berlarian di tempat parkir. Aku waspada, sepertinya dia orang gila. Orang gila itu meneriakkan sesuatu padaku. Coba saja kalau dia berani mendekatiku! Aku ini pernah jadi juara karate dan stiletto-ku ini bisa bikin lubang di kepalanya. Orang gila berkepala handuk itu terus menuju ke arahku.
Tiba-tiba dia membuka pintu mobilku dan duduk begitu saja di jok penumpang belakang. “Cepat masuk! Ayo!” dia berteriak padaku. Seolah ini mobilnya dan aku sopir yang lelet. Aku masih berdiri di dekat bagasi belakang dengan bingung. Ya ampun, cobaan apa lagi ini? Setelah stiletto sembilan senti, troli macet dan sekarang, orang gila. Aku segera menutup bagasi dan menggedor pintu mobil, “Keluar!” bentakku.
Dia benar-benar keluar. Namun, dia malah merampas kunci mobil dari tanganku, duduk di jok pengemudi dan menyalakan mesin mobil, “Ayo cepat masuk kalau mau ikut! Aku harus pergi dari sini!” Lho, emangnya ini mobil siapa?
Jangan-jangan dia maling! Panik melanda. Aku membuka pintu mobil dan menarik paksa dia ke luar. Kepala handuk terlihat panik. Dia celingukan, “Oke, kamu yang nyetir!” Dia bukannya pergi, malah masuk lagi ke mobil melalui pintu penumpang sebelah kiri. Dia menoleh ke sana kemari. Aku mengikuti arah pandangnya.
Gerombolan cewek-cewek berlarian ke luar mal, menuju ke arahku. Beberapa ada yang berambut basah, ada yang rambutnya masih dipasang rol, ada yang keriting sebelah. Apa ini? Tawuran! Tanpa bisa berpikir lagi, aku langsung masuk mobil, tancap gas cari selamat.
...... bersambung besok ya :)
footnote
(1) Disebut juga poop bread adalah jajanan khas Korea yang berbentuk kotoran. Biasanyadibungkus dengan kertas yang bertuliskan petunjuk cara memakannya. Di Korea,seseorang yang bermimpi tentang poop, dipercaya akan mendapatkan keberuntungan.(2) Paman.(3) Panggilan oleh laki-laki untuk laki-laki yang lebih tua. (4) Panggilan oleh perempuan untuk laki-laki yang lebih tua.(5) Eh … kamu emang mirip banget sama Jung Woo.(6) Kamu Jung Woo?(7) Kamu salah, aku bukan Jung Woo.
June 11, 2015
Book Trailer Mermaid Melody
Book trailer ini adalah cuplikan dari novel saya Mermaid Melody. Tentang mencintai laki-laki yang akan menikah. Pilihan yang terisa adalah menikmati perasaan itu hingga waktunya habis atau meningglkannya lebih dulu dan mengabaikan perasaan itu saja.
Mudah-mudahan book trailer ini bisa membangkitkan hasrat untuk membeli novelnya hihihi....
June 10, 2015
Kaset Jihan dan Bapak
Kembali kehilangan, dan masih juga menangisi kehilangan, meski sudah berniat untuk lebih tegar kali ini.
Beliau, Bapak Soghibi dipanggil Tuhan pagi tadi. Almarhum memang tidak memiliki hubungan darah dengan saya, tapi dia bapak saya. Dulu, waktu saya kecil, saya sering dititip ke rumah almarhum. Saya memanggilnya Bapak dan Ibu Soghibi 'Ibu' dalam arti yang sebenarnya bukan sapaan.
Kebetulan mereka punya dua anak yang umurnya tidak jauh dari saya dan adik perempuan saya, jadi kami selalu bermain bersama, hingga saat ini, meskipun dalam frekuensi dan permainan yang tidak lagi sama.
Dulu kami senang sekali kalau Bapak menyetelkan kami kaset Jihan. Karenanya, Bapak menyetelnya berulang-ulang, sampai kami berempat hapal satu album. Kami bahkan berkreasi menciptakan tarian untuk lagu Jihan itu. Entah siapa Jihan itu sekarang.
Sekitar dua minggu lalu, Bapak sakit. Saya menengok begitu mendapat kabar. Ia pangling melihat saya. Terakhir kami bertemu mungkin lebaran tahun lalu. 'Ini anakku yang satu lagi,' ingatnya sambil tersenyum. Ia memang terlihat lemah seperti orang sakit pada umummya. Tapi ia masih bisa ngobrol seperti orang sehat. Jadi saya pikir mungkin lusa ia bisa pulang.
Ternyata kesehatannya makin memburuk dengan diagnosis ini-itu yang saya tidak mengerti. Akhirnya beliau berpulang pagi tadi. Baris-baris doa kami mengantar semoga beliau mendapat kebahagiaan abadi di sisi-Nya, sebahagia kami dulu, bocah-bocah kecil yang diseteli lagu Jihan.
Foto: saat pesta ulang tahun saya, bapak juga datang. Ini kue untuk Bapak.


