Ayuwidya's Blog, page 11
November 18, 2011
Vintage Living Room
http://vintageindie.typepad.com/vinta...
http://modernfurnituresgallery.com/75...
http://modernfurnituresgallery.com/75...
Published on November 18, 2011 00:56
November 17, 2011
Wuthering Heights
Kelam. Itulah Wuthering Heights dalam satu kata, seperti yang disajikan di covernya. Banyak tokoh di dalamnya tanpa malu-malu digambarkan dengan sifat lair, egois, dengki sebagai sifat dominan, termasuk tokoh-tokoh utama yaitu Heathcliff dan Catherine. Penulisinya seakan tidak takut bahwa sifat liar -yang memang sebenarnya alami ada dalam dalam setiap manusia ini- akan membunuh simpati pembaca. Justru saya merasa tokoh utama membawakan lakon antagonis ini jadi satu kelebihan novel ini. Meskipun tak bersimpati pada Heathcliff, ia bisa tetap mengikat minat saya pada alur cerita.
Heathcliff adalah anak yang tak jelas asal usulnya, yang kemudian ditemukan dan diangkat anak oleh Mr. Earnshaw. Sebagai anak yang buruk rupa dan tak terpelajar, Heathcliff tak di sukai di rumah barunya, terutama sepeninggal Mr. Earnshaw. Salah satu anak Mr. Earnshaw, Catherine yang tadinya juga tak menyukai kedatangan Heathcliff, semakin lama semakin terpikat pada keliaran Heathcliff. Ia tahu ia jatuh cinta padanya. begitupun Heathcliff.
Namun pinangan datang dari Edgar Linton, lelaki tampan dan terpelajar. Ini membuat Catherine berada dalam dilema antara otak dan hati yang tidak sinkron dalam mengambil keputusan. Seperti banyak alur yang berkembang di cerita roman, si perempuan harus memilih cinta yang sejujurnya atau kebahagiaan yang tampak sebagai sebuah keputusan benar. Catherine mengambil keputusan tergesa dan ia menerima Edgar. Heathcliff patah hati dan pergi dari rumah.
Beberapa tahun kemudian ia kembali, mengunjungi Catherine yang sudah menikah dengan Edgar. Heathcliff yang memang tidak tahu diri mengganggu rumah tangga Catherine sehingga terjadi perseteruan dengan Edgar. Edgar tidak membolehkan Catherine bertemu Heathcliff lagi. Ini siksaan berat untuk Catherine yang egois. Ia menginginkan kebaikan dan kelayakan hidup dengan Edgar sementara di sisi lain ia juga tidak mau melepaskan cinta Heathcliff. Catherine jatuh sakit hingga akhirnya meninggal. Heathcliff menuntut balas, ia menghancurkan keluarga Edgar Linton dan Earnshaw yang dulu kasar padanya. Tak ada belas kasih bahkan pada anak Edgar dan Catherine, juga pada anaknya sendiri.
Alur mengalir dengan baik, meskipun dibuat sebagai nasrasi yang sedang di ceritakan oleh Ellen Dean, seorang pelayan di rumah itu. Penyebutan nama sering membingungkan karena ada nama dan panggilan yang sama. Sesekali menimbulkan kebingungan hubungan keekrabatan antar tokoh karena plot berada dalam rentang waktu tiga generasi dan tokohnya saling terkait.
Novel ini disebut-sebut sebagai karya sastra Inggris klasik yang terkenal, satu-satunya novel yang dibuat oleh Emily Bronte semasa hidupnya.
Heathcliff adalah anak yang tak jelas asal usulnya, yang kemudian ditemukan dan diangkat anak oleh Mr. Earnshaw. Sebagai anak yang buruk rupa dan tak terpelajar, Heathcliff tak di sukai di rumah barunya, terutama sepeninggal Mr. Earnshaw. Salah satu anak Mr. Earnshaw, Catherine yang tadinya juga tak menyukai kedatangan Heathcliff, semakin lama semakin terpikat pada keliaran Heathcliff. Ia tahu ia jatuh cinta padanya. begitupun Heathcliff.
Namun pinangan datang dari Edgar Linton, lelaki tampan dan terpelajar. Ini membuat Catherine berada dalam dilema antara otak dan hati yang tidak sinkron dalam mengambil keputusan. Seperti banyak alur yang berkembang di cerita roman, si perempuan harus memilih cinta yang sejujurnya atau kebahagiaan yang tampak sebagai sebuah keputusan benar. Catherine mengambil keputusan tergesa dan ia menerima Edgar. Heathcliff patah hati dan pergi dari rumah.
Beberapa tahun kemudian ia kembali, mengunjungi Catherine yang sudah menikah dengan Edgar. Heathcliff yang memang tidak tahu diri mengganggu rumah tangga Catherine sehingga terjadi perseteruan dengan Edgar. Edgar tidak membolehkan Catherine bertemu Heathcliff lagi. Ini siksaan berat untuk Catherine yang egois. Ia menginginkan kebaikan dan kelayakan hidup dengan Edgar sementara di sisi lain ia juga tidak mau melepaskan cinta Heathcliff. Catherine jatuh sakit hingga akhirnya meninggal. Heathcliff menuntut balas, ia menghancurkan keluarga Edgar Linton dan Earnshaw yang dulu kasar padanya. Tak ada belas kasih bahkan pada anak Edgar dan Catherine, juga pada anaknya sendiri.
Alur mengalir dengan baik, meskipun dibuat sebagai nasrasi yang sedang di ceritakan oleh Ellen Dean, seorang pelayan di rumah itu. Penyebutan nama sering membingungkan karena ada nama dan panggilan yang sama. Sesekali menimbulkan kebingungan hubungan keekrabatan antar tokoh karena plot berada dalam rentang waktu tiga generasi dan tokohnya saling terkait.
Novel ini disebut-sebut sebagai karya sastra Inggris klasik yang terkenal, satu-satunya novel yang dibuat oleh Emily Bronte semasa hidupnya.
Published on November 17, 2011 22:31
November 14, 2011
So sad to know that
There was time when I have to striving for the day after, make a mistake where I get lesson from, and then proud because I had done goodly.
Someone else in that way now. I want to tell her so much that I ever standing in her way and I ever hoping that won't make her stand there.
For some reason I can't tell her, but I always can pray for her step. It is true that experience is the best teacher.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Someone else in that way now. I want to tell her so much that I ever standing in her way and I ever hoping that won't make her stand there.
For some reason I can't tell her, but I always can pray for her step. It is true that experience is the best teacher.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Published on November 14, 2011 07:10
November 7, 2011
Remember When
Covernya sudah bilang, ini adalah novel romantis dengan bumbu mellow. Jadi ketika kita membicarakan novel bergere romantis seperti ini kita nggak usah lagi ngomongin masalah ending. Pasti happy walaupun pada perjalanannya ke sana, si tokoh harus mengalami kepedihan dan dilema seperti yang dialami Freya dan Adrian.
Dua tokoh ini terlambat menyadari mereka saling menyayangi satu sama lain. Memang cinta sesungguhnya bisa datang terlambat. Terlambat ketika tokoh sudah memutuskan untuk tunduk pada cinta pada pandangan pertama. Freya menerima Moses, sahabat Adrian. Dan Adrian jadian sama Gia, sahabat Freya.
Persahabatan menjadikan dilema ketika tokoh-tokoh ini bertemu cinta yang baru. Mereka harus memilih memperjuangkan cinta yang mereka pikir sesungguhnya ini dan memutuskan persahabatan. Atau meneruskan persahabatan seolah cinta baru tidak pernah ada.
Tidak banyak adegan romantis, tapi digambarkan baik, jadi terasa manis. Justru ketika Winna berusaha untuk membuatnya sangat romantis, malah terasa nggak jujur. Untung hanya satu dua adegan. Gaya bahasa Winna memang kalem, tapi mampu membuat perasaan pembaca meledak kemudian larut. Ini yang saya suka dari Winna.
Published on November 07, 2011 00:52
November 2, 2011
October 28, 2011
Novel Mestakung, masalah alur
Syukurlah, sambutan buat film Semesta Mendukung bagus. Gala Premierenya pun rame. Saya juga berharap novelnya juga disambut baik, *ya iyalah yang nulis, gitu! Seneng deh tiap ke toko buku novel ini udah mejeng di rak buku baru. Apalagi kalo ada yang pegang-pegang terus bawa ke kasir.
Selang beberapa hari, mulai muncul review-review film ini di web. Dari yang saya baca, secara garis besar, orang-orang sangat apresiatif dengan tema film ini, memotivasi dan inspiratif. Mereka juga suka dengan unsur budaya Madura yang dipasangkan di sini. Tentu saja, film sebagus apapun tak terlepas dari kritik, salah satunya, yang banyak adalah adegan-adegan yang dinilai dipotong kasar sehingga alur terputus, nggak nyambung. Biang keladinya mungkin karena durasi. Saya nggak begitu ngerti masalah ngedit film, tapi seharusnya ngedit pun bisa menjaga alur.
Nah, saya rasa, satu poin tambahan buat novel ini, ada di sini. Novel Semesta Mendukung menjelaskan apa yang hilang dari filnya. Tentu saja, karena ini adaptasi dari sekenario, nggak ada setan durasi jadi bisa diungkapkan dengan sebenar-benarnya alur *kagaaakk gue kagak lagi prumusiii, tenang! Novel ini melengkapi alur di film supaya lebih halus. Kita jadi tahu kenapa di film, Bima yang tadinya jahat tiba-tiba jadi baik, kenapa tiba-tiba Salmah, Ibu Arif yang dicari-cari setengah mati nggak ketemu eh malah udah nongol di rumah. Buat yang peka dan nangkep cepet, nggak kayak saya, mungkin bisa langsung tanggap kenapa begini kenapa begitu di filmnya. Tapi kalau saya, waktu nonton saya berharap ada adegan yang menjelaskan ini.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, saya masih merekomendasikan film ini. Novelnya juga, pasti. Lupakan itu segala masalah editing. Pesan yang ada di dalamnya sungguh bagus buat generasi muda. Haha, bahasa saya klise banget... gimana ya, maksudnya konsep mestakung ini, memang harus diperkenalkan sama mereka-mereka itu, konsep ini, minimal bisa bikin kita percaya sama diri kita sendiri.Itu yang paling penting buat abg-abg jaman sekarang supaya bisa berdiri yakin diatas kakinya sendiri. Sebab, semesta pasti mendukungmu untuk mencapai cita-cita itu, semustahil apapun itu.Caranya? baca sendiri novelnya ya adek adek manis.... masa saya mesti nulis ulang di sini.
Selang beberapa hari, mulai muncul review-review film ini di web. Dari yang saya baca, secara garis besar, orang-orang sangat apresiatif dengan tema film ini, memotivasi dan inspiratif. Mereka juga suka dengan unsur budaya Madura yang dipasangkan di sini. Tentu saja, film sebagus apapun tak terlepas dari kritik, salah satunya, yang banyak adalah adegan-adegan yang dinilai dipotong kasar sehingga alur terputus, nggak nyambung. Biang keladinya mungkin karena durasi. Saya nggak begitu ngerti masalah ngedit film, tapi seharusnya ngedit pun bisa menjaga alur.
Nah, saya rasa, satu poin tambahan buat novel ini, ada di sini. Novel Semesta Mendukung menjelaskan apa yang hilang dari filnya. Tentu saja, karena ini adaptasi dari sekenario, nggak ada setan durasi jadi bisa diungkapkan dengan sebenar-benarnya alur *kagaaakk gue kagak lagi prumusiii, tenang! Novel ini melengkapi alur di film supaya lebih halus. Kita jadi tahu kenapa di film, Bima yang tadinya jahat tiba-tiba jadi baik, kenapa tiba-tiba Salmah, Ibu Arif yang dicari-cari setengah mati nggak ketemu eh malah udah nongol di rumah. Buat yang peka dan nangkep cepet, nggak kayak saya, mungkin bisa langsung tanggap kenapa begini kenapa begitu di filmnya. Tapi kalau saya, waktu nonton saya berharap ada adegan yang menjelaskan ini.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, saya masih merekomendasikan film ini. Novelnya juga, pasti. Lupakan itu segala masalah editing. Pesan yang ada di dalamnya sungguh bagus buat generasi muda. Haha, bahasa saya klise banget... gimana ya, maksudnya konsep mestakung ini, memang harus diperkenalkan sama mereka-mereka itu, konsep ini, minimal bisa bikin kita percaya sama diri kita sendiri.Itu yang paling penting buat abg-abg jaman sekarang supaya bisa berdiri yakin diatas kakinya sendiri. Sebab, semesta pasti mendukungmu untuk mencapai cita-cita itu, semustahil apapun itu.Caranya? baca sendiri novelnya ya adek adek manis.... masa saya mesti nulis ulang di sini.
Published on October 28, 2011 18:48
October 25, 2011
Novelisasi pertama
Ini pertama kalinya saya mengerjakan novelisasi film. Filmnya pun bukan film yang tanggung-tanggung. Kombinasi antara Mizan Production dan John de Rantau bikin saya jiper. Apa iya novelisasinya bisa jadi sehebat yang mereka bikin? Ya... walaupun waktu itu filmnya belom jadi tapi buat saya kombinasi itu satisfaction guarantee lah. Liat aja film mereka sebelumnya, Denias, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, *garuk garuk tanah
Namun, saya tahu, keraguan nggak akan membawa kita kemanapun. Maka dengan muka tebel saya baca sekenario itu. Saya langsung jatuh cinta. Jatuh cinta saya tidak tahu amau saya apain lembaran-lembaran ini?
Dalam waktu singkat, sebulanan kalo nggak salah, skenario ini harus jadi novel. Seiring berjalannya waktu, saya tahu bahwa pekerjaan ini bahkan tidak semudah kedengarannya. Mentang-mentang ide, plot, konflik, latar sudah tersusun, lantas tinggal diubah formatnya. Nggak begitu. Bisa sih begitu. Tapi akan jadi kering. Itu konsep sekenario, skenario bisa dinikmati kalau sudah di filmkan. Sedangkan novel, ia sendiri harus bisa membuat pembacanya nikmat.
Akhirnya dari segala informasi itu, saya ambil intinya, alurnya saya rapikan lagi, kalau perlu ada adegan tambahan supaya penokohannya lebih kuat. Latar budayanya pun saya riset lagi. (beberapa catatan mengubah sekenario jadi novel di psoting selanjutnya)
Semesta mendukung. Saya beruntung ada temen, Putri, yang mau bantu riset. Pihak Mizan production pun sangat membantu. Mbak Olien, Pak Kris, orang-orang sibuk ini kok ya mau-maunya saya recokin dengan pertanyaan seputar cerita. Editorku Mbak Esthi, well... sampai novel ini selesai nggak ketemu orangnya, tapi rasanya dia orang yang hangat, sungguh editor yang menentramkan dikala kelabakan.Si Mas Peter tentunya nggak ketinggalan, dia yang buka pintu, dia editor yang kayak kutu menclak menclok, dia ini jembatannya. Jadi... kalau novel ini selesai, ini adalah kerja semua orang ini, bukan saya seorang.
Namun, saya tahu, keraguan nggak akan membawa kita kemanapun. Maka dengan muka tebel saya baca sekenario itu. Saya langsung jatuh cinta. Jatuh cinta saya tidak tahu amau saya apain lembaran-lembaran ini?
Dalam waktu singkat, sebulanan kalo nggak salah, skenario ini harus jadi novel. Seiring berjalannya waktu, saya tahu bahwa pekerjaan ini bahkan tidak semudah kedengarannya. Mentang-mentang ide, plot, konflik, latar sudah tersusun, lantas tinggal diubah formatnya. Nggak begitu. Bisa sih begitu. Tapi akan jadi kering. Itu konsep sekenario, skenario bisa dinikmati kalau sudah di filmkan. Sedangkan novel, ia sendiri harus bisa membuat pembacanya nikmat.
Akhirnya dari segala informasi itu, saya ambil intinya, alurnya saya rapikan lagi, kalau perlu ada adegan tambahan supaya penokohannya lebih kuat. Latar budayanya pun saya riset lagi. (beberapa catatan mengubah sekenario jadi novel di psoting selanjutnya)
Semesta mendukung. Saya beruntung ada temen, Putri, yang mau bantu riset. Pihak Mizan production pun sangat membantu. Mbak Olien, Pak Kris, orang-orang sibuk ini kok ya mau-maunya saya recokin dengan pertanyaan seputar cerita. Editorku Mbak Esthi, well... sampai novel ini selesai nggak ketemu orangnya, tapi rasanya dia orang yang hangat, sungguh editor yang menentramkan dikala kelabakan.Si Mas Peter tentunya nggak ketinggalan, dia yang buka pintu, dia editor yang kayak kutu menclak menclok, dia ini jembatannya. Jadi... kalau novel ini selesai, ini adalah kerja semua orang ini, bukan saya seorang.
Published on October 25, 2011 20:56
October 21, 2011
Percaya
Mempercayai seseorang itu perlu bukti
Apalagi kalau menyangkut masalah hati
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Apalagi kalau menyangkut masalah hati
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Published on October 21, 2011 06:10
October 20, 2011
Langkah-Langkah Menulis Biografi
Tulisan ini saya buat sebenarnya lebih untuk reminder diri sendiri ketika saya mengerjakan novel biografi lagi.
1. Pelajari data narasumber sampai ketemu, apa yang jadi tema besar biografinya.
2. Pecah jadi beberapa bagian jadi outline
3. Kelompokkan data-data tadi ke dalam outline tsb
4. Jika data-data sudah memadai, Bikin data-data tadi jadi tulisan, beri comment hal-hal yg perlu jadi pertanyaan wawancara
5. Jika data belum memadai, jangan bikin tulisan dulu. Bikin point-point kerangka paragraf. Jadikan point point ini pertanyaan wawancara
6. Kirim pertanyaan wawancara, masukkan jawaban-jawaban narsum ke dalam tulisan
7. Jadilah bab 1,
8. Kadang setelah wawancara ada satu bab yg ternyata datanya sangat banyak, pecah jadi dua, dengan tema mendekati sama, tapi berbeda. Sehingga jelas kita lagi ngomongin apa
9. Kadang juga ada data yg kurang, masukkan dalam bab lain dengan tema yg hampir sama.
10. Untuk filing lebih mudah, patuhi penomeran outline, kalo pecah, bikin 5a misalnya. Alternatif lain, no yg di outline yg di ganti. Jadi ketika wawancara ada info, atau ada perkembangan baru, kita bisa cepat insert ke bab yg pas dng panduan outline td
Powered by Telkomsel BlackBerry®
1. Pelajari data narasumber sampai ketemu, apa yang jadi tema besar biografinya.
2. Pecah jadi beberapa bagian jadi outline
3. Kelompokkan data-data tadi ke dalam outline tsb
4. Jika data-data sudah memadai, Bikin data-data tadi jadi tulisan, beri comment hal-hal yg perlu jadi pertanyaan wawancara
5. Jika data belum memadai, jangan bikin tulisan dulu. Bikin point-point kerangka paragraf. Jadikan point point ini pertanyaan wawancara
6. Kirim pertanyaan wawancara, masukkan jawaban-jawaban narsum ke dalam tulisan
7. Jadilah bab 1,
8. Kadang setelah wawancara ada satu bab yg ternyata datanya sangat banyak, pecah jadi dua, dengan tema mendekati sama, tapi berbeda. Sehingga jelas kita lagi ngomongin apa
9. Kadang juga ada data yg kurang, masukkan dalam bab lain dengan tema yg hampir sama.
10. Untuk filing lebih mudah, patuhi penomeran outline, kalo pecah, bikin 5a misalnya. Alternatif lain, no yg di outline yg di ganti. Jadi ketika wawancara ada info, atau ada perkembangan baru, kita bisa cepat insert ke bab yg pas dng panduan outline td
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Published on October 20, 2011 10:32
My Lepito!!!
Kyaaaaa laptop nyari perhatian lagi! Habis kena virus, terus terjun bebas beberapa bulan lalu, sekarang LCD rusak.
Iya sih, saya belinya yang second waktu ganti LCD ori yg rusak. Waaaahhh nggak lagi-lagi beli second deh.
Batrenya juga sekarang cuma tahan 5 menit. Apa yg bisa dikerjain dalam waktu 5 menit? Nyalain doang.
Udah gitu kenapa panas ya? Padahal bawahnya selalu pake kipas... Heu...heu...heu... Anyone would help?
Well... Ini penting, sepertinya harus menabung buat beli baru. Pengen yang super enteng biar enak kalo di bawa nulis di luar. Sometimes, I need to writing outside there, dan sangat merepotkan kalo bawa laptop berat, apalagi kalo mesti naek angkot...
Kalo kata Robert Kiyoshaki, laptop untukku bukan termasuk barang beban tapi aset, karena ini bakal dipake untuk menghasilkan uang. Jadi ini penting untuk di perjuangkan!
Kesimpulannya, batasi jajan dan tabunglah uang untuk laptop idaman ;(
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Iya sih, saya belinya yang second waktu ganti LCD ori yg rusak. Waaaahhh nggak lagi-lagi beli second deh.
Batrenya juga sekarang cuma tahan 5 menit. Apa yg bisa dikerjain dalam waktu 5 menit? Nyalain doang.
Udah gitu kenapa panas ya? Padahal bawahnya selalu pake kipas... Heu...heu...heu... Anyone would help?
Well... Ini penting, sepertinya harus menabung buat beli baru. Pengen yang super enteng biar enak kalo di bawa nulis di luar. Sometimes, I need to writing outside there, dan sangat merepotkan kalo bawa laptop berat, apalagi kalo mesti naek angkot...
Kalo kata Robert Kiyoshaki, laptop untukku bukan termasuk barang beban tapi aset, karena ini bakal dipake untuk menghasilkan uang. Jadi ini penting untuk di perjuangkan!
Kesimpulannya, batasi jajan dan tabunglah uang untuk laptop idaman ;(
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Published on October 20, 2011 07:36


