Covernya sudah bilang, ini adalah novel romantis dengan bumbu mellow. Jadi ketika kita membicarakan novel bergere romantis seperti ini kita nggak usah lagi ngomongin masalah ending. Pasti happy walaupun pada perjalanannya ke sana, si tokoh harus mengalami kepedihan dan dilema seperti yang dialami Freya dan Adrian.
Dua tokoh ini terlambat menyadari mereka saling menyayangi satu sama lain. Memang cinta sesungguhnya bisa datang terlambat. Terlambat ketika tokoh sudah memutuskan untuk tunduk pada cinta pada pandangan pertama. Freya menerima Moses, sahabat Adrian. Dan Adrian jadian sama Gia, sahabat Freya.
Persahabatan menjadikan dilema ketika tokoh-tokoh ini bertemu cinta yang baru. Mereka harus memilih memperjuangkan cinta yang mereka pikir sesungguhnya ini dan memutuskan persahabatan. Atau meneruskan persahabatan seolah cinta baru tidak pernah ada.
Tidak banyak adegan romantis, tapi digambarkan baik, jadi terasa manis. Justru ketika Winna berusaha untuk membuatnya sangat romantis, malah terasa nggak jujur. Untung hanya satu dua adegan. Gaya bahasa Winna memang kalem, tapi mampu membuat perasaan pembaca meledak kemudian larut. Ini yang saya suka dari Winna.
Published on November 07, 2011 00:52