Mawar Safei's Blog, page 103

April 27, 2017

Chris bersama-sama anak-anak pengungsiDalam kejar me...


Chris bersama-sama anak-anak pengungsi
Dalam kejar mengejar dengan tarikh akhir tugasan yang sangat panjang senarainya, semalam saya memaksa kaki tua saya ke wacana di kampus kami tentang Syria, Crisis in Syria: When Will It End. Ada yang memanggil-manggil untuk saya menyelinap masuk menyertai luar biasanya semangat orang berjuang. Saya yakini sekali, kelemahan diri (saya) boleh diampuhkan dengan kekuatan semangat orang yang berjiwa besar. Kata lainnya, saya mahu menumpang sukma juang mereka. Maka bersyukurnya saya dapat mengenali susuk istimewa ini, Chris Lau, anak muda dalam lapangan kewartawanan. Saya tidak melihat keupayaannya ke Syria (malah Afghanistan, Iran, Turki, Lebanon dan Mesir) sebagai susuk anak Cina atau barangkali warga Malaysia (Melayu atau India). Justeru saya fikir dia pergi dengan kaki kemanusiaan yang luhur. Saya percaya tidak ada yang berani ke sebarang negara petaka, seperti mahu menyerah nyawa layaknya, tapi itulah yang dilakukan Chris. Saya tidak sempat bercakap dengannya dalam acara semalam. Nanti akan saya cuba mengundangnya masuk ke dalam ruang narasi saya saja. Subhanallah, kembali menuju ke ruang kerja, saya seperti berjalan tanpa wajah. Betapa malunya saya mengenang Chris, Damsyik mahupun Aleppo. Seperti seruan Brother  Sani Araby al-Kahery, enough for doing nothing!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 27, 2017 12:49

April 26, 2017

Titipan foto dari jauhTerima kasihDon't get attached to m...

Titipan foto dari jauh
Terima kasih


Don't get attached to moment. Good or bad, they all pass- Yasmin Mogahed -
Saya pernah memberitahu mahasiswa. Dan sering juga saya berbisik ke telinga dan kalbu sendiri. Semuanya akan berlalu. Kita bertemu, berbahagia dengannya dan bersedialah kita untuk tidak bersama-sama dengannya lagi. Bukankah itu erti dunia. Segalanya sementara. Segalanya semu. Mirage. Logamaya. Fatamorgana. Dan kita masih mahu bertahan? Dan kita masih mahu membantah? Allah ya Allah.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 26, 2017 14:14

April 25, 2017

Semalam saya mengundang dua tetamu istimewa dalam kuliah....




Semalam saya mengundang dua tetamu istimewa dalam kuliah. PM Dr Kamariah Kamarudin dan Dr Tengku Intan Tengku Mohd Ali, sebenarnya mereka dua sahabat peribadi menggenap sahabat akademik. Saya minta mereka bercakap soal penciptaan merentasi teori, buku dan kritikan sastera. Sebelumnya saya membuka kuliah dengan video sekitar tujuh minit tentang penciptaan - janin kepada diri kita sekarang. Mengapa saya memilih tayangan itu? Apa kaitannya dengan penciptaan dalam kesusasteraan? Saya menjenguk mata kalbu mahasiswa saya. Ini yang saya katakan, kita ini tidak lebih daripada setitis air kotor dan hina (Mursalat: 20), jadi layakkah kita menjalani hidup ini dengan kesombongan. Keangkuhan adalah suatu yang sangat menjengkelkan apabila kononnya kita mencipta suatu yang hebat. Hasil karya kesusasteraan seperti puisi, cerpen atau novel hanyalah pantulan kepada penciptaan dan Pencipta  yang lebih Agung. Apalagi dengan kejadian dari perihal yang hina akhirnya kita menjadi penentang yang nyata (Yassin: 77). Allah ya Allah. 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 25, 2017 14:08

April 24, 2017

FASeH 2017 merupakan himpunan rencana pendek penyeli...


FASeH 2017 merupakan himpunan rencana pendek penyelidikan yang dijalankan di fakulti tempat saya bekerja, Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan. Foto yang dirakam Vivien, teman sefakulti saya ini, sangat memukau. Saya senang dengan ramah senyum Mohammad Zan, lapan tahun dari perkampungan Chuweh 2, Belum, Gerik. Sebuah tulisan saya Becoming Young Writers, antara yang dimuatkan. Saya difahamkan harganya RM30, boleh didapatkan dari Sekretariat Penyelidikan di fakulti. Saya menyelak helaiannya, banyak yang mengilhamkan.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 24, 2017 14:03

April 23, 2017

Foto yang terus berulang: Si debu yang berterbanganAllah ...

Foto yang terus berulang: Si debu yang berterbangan

Allah ya Allah. Sangat benar, al Qur'an itu akan menjadi sahabat apabila kita mendekat. Ia sekali lagi menjadi petunjuk, huda yang menuding arah saat saya berada di tikungan yang luar biasa dalam menuntut sebuah pertimbangan. Waktu dini, menyudahkan az Zumar, saya menyelak surah baru, al Ghafir, surah Pengampunan. Allah ya Allah. Membawa dada yang sarat bertelingkah, masih, tangan tua saya terketar ketika tiba di baris ini, Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan (agama-Mu) dan peliharalah  mereka daripada azab api neraka (al Ghafir: 7). Saya melihat debu yang berterbangan, saya melihat diri sendiri....
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 23, 2017 14:20

Masih dengan pertelingkahan yang belum berhenti, saya men...


Masih dengan pertelingkahan yang belum berhenti, saya meneruskan perjalanan sendiri....
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 23, 2017 08:25

April 22, 2017

Perjalanan menuju Selatan yang dirubah daripada perancang...



Perjalanan menuju Selatan yang dirubah daripada perancangan awal, ternyata merupakan sebuah kurnia. Berhenti untuk Maghrib-Isya' di Masjid Sultan Iskandar, menemukan saya dengan Ustaz Ahmad Dusuki Abd Rani, seorang lagi guru yang saya senangi. Bercakap maudhuk tahunan, Isra' Mi'raj tetapi akhirnya menjawab antara pertelingkahan yang saya alami. Soal membersih hati. Amalan bersalawat, beristighfar dan berinfaq, antara kaedahnya. Allah ya Allah. Lewat kuliah dhuha mingguan juga saya sering disedarkan untuk sekurang-kurangnya mengingati Rasulullah dengan sebutan sebanyak seratus kali sehari. Begitu juga istighfar. Saya fikir, ia bukan soal angka. Akhirnya seratus kali atau berapa sahaja ulangannya itu menjadikan ia sebagai rutinitas. Dua kata yang menggetarkan itu sangat merimbunkan ingatan tekal dan kian melarut dengan sangat alami. Apalagi saat hati mahu sekali menyantuni dengan memberi. Saya hampir tidak melihat saya memberi sebenarnya. Apa yang sedang terjadi adalah saya membeningkan segala yang masih bertelingkah. Ia belum bernoktah rupanya. 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 22, 2017 18:46

April 21, 2017

Senjayang dititip dari selatanSemalam saat menuju senja, ...

Senja
yang dititip dari selatan
Semalam saat menuju senja, saya seperti mahu berlari menuju ke pintu rumah Rasulullah. Dalam dada yang lelah dan sebak yang banyak, saya tahu hanya di sana saya dapat menumpahkan segalanya. Ya, segala-galanya. Betapa saya kacau dengan kepura-puraan. Saya galau dengan muslihat bersahabat. Hampir tidak ditemukan bahawa yang saya ini diterima tanpa apa jua syarat. Segalanya sangat membuncah. Dan akhirnya apa ya saudara, saya memilih untuk bersujud lama. Ya, sekali lagi itulah titik yang paling penuh, paling seluruh, tatkala kasih sayang yang merangkul saya dalam seribu tulus. Berkali-kali saya mengulang antara baris az Zumar tentang menjadi hamba-Nya dengan penuh ketaatan. Atau adakah setiap dusta atau dalih yang saya jumpa adalah isyarat terhadap betapa kerapuhan saya sendiri...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 21, 2017 15:50

April 20, 2017

Muaraperutusan daripadanyaSaya kadangkala terlupa, yang s...

Muara
perutusan daripadanya
Saya kadangkala terlupa, yang saya ini anak kelahiran sebuah pulau. Dan betapa terikatnya (walau secara halimunan atau berjarak) dengan pantai, hanyir angin  dan ikan, atau pasir yang selalu melekat di tumit lalu mengikut pulang ke pintu rumah. Di luar garis sedar, senangnya saya dengan sungai, laut atau kenangan yang sudah sekian lama menghilang tahun. Ya, hingga kini, setiap kali mendepaninya, dada saya menjadi sempit dengan segalanya yang mahu berlumba-lumba mengasak masuk. Antara mahu mengingat atau membiarkan ia pergi dan datang lagi seperti ombak, seperti pawana kering yang terus mengapungkan maksud. Membaca tiap riak, samalah seperti menghitung kononnya pemilikan yang saya punya. Sedang mata kalbu  mahu menuntun terus agar saya selalu cermat dalam mencongak tiap angin yang singgah. Antara masih keliru, saya bersyukur setiap kali melihat karangan laut atau perahu yang tertambat atau  segala yang sebenarnya jauh daripada nyata.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 20, 2017 13:28

MuaraSaya kadangkala terlupa, yang saya ini anak kelahira...

Muara
Saya kadangkala terlupa, yang saya ini anak kelahiran sebuah pulau. Dan betapa terikatnya (walau secara halimunan atau berjarak) dengan pantai, hanyir angin  dan ikan, atau pasir yang selalu melekat di tumit lalu mengikut pulang ke pintu rumah. Di luar garis sedar, senangnya saya dengan sungai, laut atau kenangan yang sudah sekian lama menghilang tahun. Ya, hingga kini, setiap kali mendepaninya, dada saya menjadi sempit dengan segalanya yang mahu berlumba-lumba mengasak masuk. Antara mahu mengingat atau membiarkan ia pergi dan datang lagi seperti ombak, seperti pawana kering yang terus mengapungkan maksud. Membaca tiap riak, samalah seperti menghitung kononnya pemilikan yang saya punya. Sedang mata kalbu  mahu menuntun terus agar saya selalu cermat dalam mencongak tiap angin yang singgah. Antara masih keliru, saya bersyukur setiap kali melihat karangan laut atau perahu yang tertambat atau  segala yang sebenarnya jauh daripada nyata.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 20, 2017 13:28

Mawar Safei's Blog

Mawar Safei
Mawar Safei isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Mawar Safei's blog with rss.