Roslan Hamid's Blog, page 65
February 4, 2021
Jamadilakhir 23, 1442: Kenapa kasihi yang cantik sahaja? (U)
DENGAN nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang; selawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w.
Renungan
"Masukkan kami dalam golongan hamba-Mu ya Allah, yang Kau sebut dalam al-Quran: 'Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan-Mu dalam keadaan reda dan diredai. Masukkan kami ke dalam syurga-Mu ya Allah'." (Maksud ayat 27-30 Surah Al-Fajr)
KATA bijak pandai sebagai makhluk setiap daripada kita adalah pengemis. Mungkin ada orang terutama yang kaya, berkuasa, ternama dan berpangkat tidak dapat menerima hakikat ini, jadi moleklah saya mengutarakan hal ini yang diharapkan dapat membuka mata dan hati kita semua.
Sekarang heboh kisah seorang artis cantik kehilangan seekor kucing yang juga 'cantik'. Ya, ramai orang 'menyayangi' kucing. Ini kisah seorang daripadanya, tetapi bukanlah membabitkan artis itu. Di rumah orang ini ada sejumlah kucing; dan apabila diberi kucing-kucing makan di luar, maka adalah seekor dua kucing termasuk 'kucing kurap' datang untuk menumpang makan. Apa yang menyedihkan, hanya kucing-kucing kesayangan diberi makan sebaliknya si kucing kurap diusir. Ya, kucing-kucing cantik milik sendiri disayangi tetapi yang kurap tidak dikasihani.
Kenapa manusia membeza-bezakan layanan sesama binatang; menyayangi yang comel dan cantik tetapi membenci yang kurap? Mungkinkah orang ini bukan penyayang binatang tetapi menyayangi 'kecantikan dan kecomelan'. Hanya Allah Yang Maha Berkuasa Mengetahui; kepada-Nya kita meminta pengampunan.
Apa yang kita amat kita bimbang, jika kita tidak mengasihi makhluknya di bumi atau melakukannya secara terpilih-pilih, yang di langit (seperti malaikat-Nya) apatah lagi Allah SWT tidak mengasihani kita atau melakukan sikap terpilih-pilih pula. Inilah yang amat kita takuti. Jika kita mengusir si kucing kurap tanpa belas kasihan, ingatlah Yang Maha Berkuasa pada bila-bila masa boleh menjadikan kita 'manusia kurap'.
Misalnya, sekali Dia tarik satu 'suis' di tubuh kita, maka menderitalah kita dengan penyakit angin ahmar. Lumpuh satu badan. Terbaring kaku di katil tetapi nafas masih ada. Berhari-hari koma kemudian bertukar minggu dan bulan.
Bahagian bawah badan akhirnya bertokak. Seluruh tubuh mula berkudis. Kerana lama kita dirawat, banyak harta dan wang kita habis. Boleh jadi kita akhirnya jatuh miskin, papa kedana. Orang termasuk anggota keluarga menjadi benci - mereka bertanya, bila 'orang tua ni' nak mati?
Demikianlah akhirnya kita menjadi 'orang kurap'. Dulu kita mengusir si kucing kurap, kini kita pula menjadi 'manusia kurap'. Takutilah, wahai pembaca budiman terutama diri ini, Allah pada bila-bila masa boleh menjadikan kita 'manusia kurap'. Apabila sudah menjadi 'manusia kurap' apakah masih ada harapan kepada kita?
Jawapannya, insya-Allah harapan masih ada, kerana Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bertaubatlah dan merintihlah seperti apa yang ucapkan doa pada awal celoteh ini: "Aku memohon kepada-Mu umpama si miskin yang meminta-minta, aku juga tunduk di hadapan-Mu sebagai orang yang berdosa dan hina. Aku memanjatkan doa kepada-Mu umpama orang yang dicengkam rasa takut dan bahaya sebagai hamba yang patuh dan tunduk di hadapan-Mu."
Selain penyakit; sejarah mencatatkan berapa banyak orang kaya, ternama dan masyhur akhirnya menjadi tinggal sehelai sepinggang atau menjadi pengemis disebabkan bencana seperti berlakunya kebakaran dan bencana alam malah 'dijual' sendiri oleh anak-anak, suami atau isteri dan rakan masing-masing. Malah ada yang 'lingkup' kerana kemerosotan ekonomi dan jenayah kewangan mereka sendiri.
Emperor Moghul yang masyhur dan kaya raya, Shah Jahan, yang terkenal dengan 'Taj Mahal'nya, pada penghujung hayatnya dikatakan 'dikurung' sendiri oleh anaknya. Dari 'kamar tahanan', dia melihat penuh sedih Taj Mahal; kuasa akhirnya sudah terlerai daripadanya; dia hidup penuh kesepian dan kehinaan kerana dunia sudah terlepas dari tangannya sekalipun dia belum mati!
February 3, 2021
Jamadilakhir 22, 1442: Transferring' people's money into our pockets, accounts...(U)
In the name of Allah, the Beneficent, the Merciful; blessings and peace be upon Prophet Muhammad s.a.w.
Reflection
The Declining Day (Al-'Asr)
1. By the declining day,
2. Lo! Man is in a state of loss,
3. Save those who believe and do good works, and exhort
one another to truth and exhort one another to endurance.
MANY, many years ago a motivator cum business manager told me: "There's a lot of money around us - they are inside people's pockets, in their wallets, in the banks, in the drawers of shopkeepers and even under the beds of some people - the 'problem' is how are we going to 'transfer' them into our own pockets, wallets or bank accounts!
He said there are two ways to do it - one is the 'haram' (forbidden) way and the second is the 'halal' (permissible) way. Simple examples of the 'haram' ways are like robbing or cheating people of their money and examples of 'halal' ways are like coxing them into buying our 'trustworthy products' or rendering them our services or work for them.
By doing 'those work', - money from their pockets would eventually 'be moved' into our pockets! But it is up to you; to do it the 'halal' or 'haram' ways! Generally the harder you work or win their hearts, more money would be transferred from their pockets into your pockets.
I felt interested and started thinking how 'nice' it would be if I have 'the power' to 'withdraw' money from other people's pocket and made them mine. The motivator then coaxed me into joining his multi-level business, selling a product.
It was a direct selling job; one has to be a member of the said company. I became a member of that company after paying RM10 for registration. Then after a simple briefing and paying another RM50 for the company’s products that were multipurpose detergent in plastic containers, I was on my journey ‘to become a rich and famous businessman one day’.
Yes, I was naive in the thinking that it was easy to make people pull out their money from their pockets to buy my 'wares'. For six consecutive days I sold nothing during my rounds and on day 7; I went to the business manager's office, returned the wares and got my money back.
From that day, I realized that business was not my line of work. I was no good in coaxing people in giving up their money. That experience gave a great impact on me; the pain of failure in business scared me and I realized that it was not that easy to made people searched for money inside their pockets and 'surrendered' them to me!
After that, I tried to do a few more business ventures such as selling books and opening a tuition centre but they all failed, I was convinced that my hands did not suit businesses; perhaps they are good at other fields such as writing. I admitted I did not had 'the skill' or bold enough to pull people's money by doing business.
If I fail badly in making people 'surrendering' their money to me, I was amazed at certain people who could coaxed me into giving my money to them.
For example years ago, a team of young women came to my mother's house and after examining some kitchen wares, told my mother that her cooking utensils such as frying pans and pots were too old and needed to be change. They unveiled some new and shinning cooking utensils which they claimed all were priced at RM1,000 but they would gladly sell them at half the price, RM500.
My mother agreed, but as she did not have enough money, she turned to me who was busily attending to other chores at that time. Without checking the items, I 'surrendered' RM500 to the ladies. Later on that evening only I realized that I had been conned...the items they sold to my mother could not be more than RM200!
After working for about 25 years in the media industry, I opted to retire at the age of 50. I started gardening in a small plot of land owned by my wife. I planted 'easy to grow' plants such as 'serai' (lemon grass), 'ubi kayu' (tapioca) and 'tebu' (sugarcane).
About five years ago, I had planted some 'rambutan' trees - only two 'survived' on the 'hard and barren land'. A few years back, they started 'producing' fruits by the 'abundance'. 'Syukur' alhamdulillah (All praise be to Allah), He had given me the opportunity 'to make money' with the 'new ventures' but sadly, I was no good in doing business - I failed in marketing 'my products'. Yes, once again I must admitted that I was no good in making people 'surrendering' their money to me.
When the rambutans were ripe and 'abundance' in the trees, I placed I notice board on a side of the tree which read: "These rambutans are for 'sadaqah', please pluck them yourself."
I read a 'hadith' with the meaning: "If a Muslim plants a tree or sows seeds, and then a bird, a person or an animal eats from it, it is regarded as a charitable gift (sadaqah) for him." - Imam Bukhari
In Sahih Muslim, it was reported: "Our Prophet (peace be upon him) said: “Never does a Muslim a plants a tree, but that he earns the reward of charity because what is eaten from it; and likewise what is stolen from it, what the wild beasts eat out of it, what the birds eat out of it, and what people take from it is charity for him.”
Well, only now at 'old age' I realized that 'money is not everything'; perhaps during my younger years, I was greedy for money and wealth but it seemed that Allah did not wish 'fast and huge' amount of money 'to fell into my hands'.
About greediness, I was not alone because men are men, they are greedy for material wealth; in a hadith narrated by Anas bin Malik, the Prophet s.a.w. said: "If Adam's son had a valley full of gold, he would like to have two valleys, for nothing fills his mouth except dust. And Allah forgives him who repents to him." (Bukhary)
For some of us having a lot of money would spoiled us for one of the most wisest person in the world, Sayidina Ali bin Abi Talib said: "Learned men live after death; ignorant men are dead although alive." He also said that you need to guard your property and wealth but if you have knowledge it would protect you.
Subhanallah, why think a lot about money and properties, why not have a thought on what's the purpose we are sent into this world? In 'ayah' 56 Surah of Surah l-dhāriyāt (The Wind that Scatter) Allah SWT says: "And I did not create the jinn and mankind except to worship Me."
Our journey in this world is to please Allah SWT before 'we met' Him in the Hereafter; therefore should we burdened ourselves with having a lot of money (at old age our needs such as food is so little) especially which is not ours. What's the point of having billions and billions of ringgit transferred into our accounts if it involved 'haram' transaction!
Rabiulakhir 22, 1442: Transferring' people's money into our pockets, accounts...(U)
In the name of Allah, the Beneficent, the Merciful; blessings and peace be upon Prophet Muhammad s.a.w.
Reflection
The Declining Day (Al-'Asr)
1. By the declining day,
2. Lo! Man is in a state of loss,
3. Save those who believe and do good works, and exhort
one another to truth and exhort one another to endurance.
MANY, many years ago a motivator cum business manager told me: "There's a lot of money around us - they are inside people's pockets, in their wallets, in the banks, in the drawers of shopkeepers and even under the beds of some people - the 'problem' is how are we going to 'transfer' them into our own pockets, wallets or bank accounts!
He said there are two ways to do it - one is the 'haram' (forbidden) way and the second is the 'halal' (permissible) way. Simple examples of the 'haram' ways are like robbing or cheating people of their money and examples of 'halal' ways are like coxing them into buying our 'trustworthy products' or rendering them our services or work for them.
By doing 'those work', - money from their pockets would eventually 'be moved' into our pockets! But it is up to you; to do it the 'halal' or 'haram' ways! Generally the harder you work or win their hearts, more money would be transferred from their pockets into your pockets.
I felt interested and started thinking how 'nice' it would be if I have 'the power' to 'withdraw' money from other people's pocket and made them mine. The motivator then coaxed me into joining his multi-level business, selling a product.
It was a direct selling job; one has to be a member of the said company. I became a member of that company after paying RM10 for registration. Then after a simple briefing and paying another RM50 for the company’s products that were multipurpose detergent in plastic containers, I was on my journey ‘to become a rich and famous businessman one day’.
Yes, I was naive in the thinking that it was easy to make people pull out their money from their pockets to buy my 'wares'. For six consecutive days I sold nothing during my rounds and on day 7; I went to the business manager's office, returned the wares and got my money back.
From that day, I realized that business was not my line of work. I was no good in coaxing people in giving up their money. That experience gave a great impact on me; the pain of failure in business scared me and I realized that it was not that easy to made people searched for money inside their pockets and 'surrendered' them to me!
After that, I tried to do a few more business ventures such as selling books and opening a tuition centre but they all failed, I was convinced that my hands did not suit businesses; perhaps they are good at other fields such as writing. I admitted I did not had 'the skill' or bold enough to pull people's money by doing business.
If I fail badly in making people 'surrendering' their money to me, I was amazed at certain people who could coaxed me into giving my money to them.
For example years ago, a team of young women came to my mother's house and after examining some kitchen wares, told my mother that her cooking utensils such as frying pans and pots were too old and needed to be change. They unveiled some new and shinning cooking utensils which they claimed all were priced at RM1,000 but they would gladly sell them at half the price, RM500.
My mother agreed, but as she did not have enough money, she turned to me who was busily attending to other chores at that time. Without checking the items, I 'surrendered' RM500 to the ladies. Later on that evening only I realized that I had been conned...the items they sold to my mother could not be more than RM200!
After working for about 25 years in the media industry, I opted to retire at the age of 50. I started gardening in a small plot of land owned by my wife. I planted 'easy to grow' plants such as 'serai' (lemon grass), 'ubi kayu' (tapioca) and 'tebu' (sugarcane).
About five years ago, I had planted some 'rambutan' trees - only two 'survived' on the 'hard and barren land'. A few years back, they started 'producing' fruits by the 'abundance'. 'Syukur' alhamdulillah (All praise be to Allah), He had given me the opportunity 'to make money' with the 'new ventures' but sadly, I was no good in doing business - I failed in marketing 'my products'. Yes, once again I must admitted that I was no good in making people 'surrendering' their money to me.
When the rambutans were ripe and 'abundance' in the trees, I placed I notice board on a side of the tree which read: "These rambutans are for 'sadaqah', please pluck them yourself."
I read a 'hadith' with the meaning: "If a Muslim plants a tree or sows seeds, and then a bird, a person or an animal eats from it, it is regarded as a charitable gift (sadaqah) for him." - Imam Bukhari
In Sahih Muslim, it was reported: "Our Prophet (peace be upon him) said: “Never does a Muslim a plants a tree, but that he earns the reward of charity because what is eaten from it; and likewise what is stolen from it, what the wild beasts eat out of it, what the birds eat out of it, and what people take from it is charity for him.”
Well, only now at 'old age' I realized that 'money is not everything'; perhaps during my younger years, I was greedy for money and wealth but it seemed that Allah did not wish 'fast and huge' amount of money 'to fell into my hands'.
About greediness, I was not alone because men are men, they are greedy for material wealth; in a hadith narrated by Anas bin Malik, the Prophet s.a.w. said: "If Adam's son had a valley full of gold, he would like to have two valleys, for nothing fills his mouth except dust. And Allah forgives him who repents to him." (Bukhary)
For some of us having a lot of money would spoiled us for one of the most wisest person in the world, Sayidina Ali bin Abi Talib said: "Learned men live after death; ignorant men are dead although alive." He also said that you need to guard your property and wealth but if you have knowledge it would protect you.
Subhanallah, why think a lot about money and properties, why not have a thought on what's the purpose we are sent into this world? In 'ayah' 56 Surah of Surah l-dhāriyāt (The Wind that Scatter) Allah SWT says: "And I did not create the jinn and mankind except to worship Me."
Our journey in this world is to please Allah SWT before 'we met' Him in the Hereafter; therefore should we burdened ourselves with having a lot of money (at old age our needs such as food is so little) especially which is not ours. What's the point of having billions and billions of ringgit transferred into our accounts if it involved 'haram' transaction!
February 2, 2021
Jamadilakhir 21, 1442: Keghairahan ada tandas dalam bilik (U)
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang, selawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w.
Renungan
"Dan janganlah kamu menghampiri zina, sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji dan satu jalan yang jahat yang membawa kerosakan." - Maksud Ayat al-Quran Surah al-Israa': 32
SEORANG anak saudara saya yang berusia 10 tahun mengemukakan soalan ini dan saya gagal menjawabnya. Dia bertanya kenapa tandas rumah-rumah moden sekarang ini ditempatkan dalam bilik. Biasanya tandas ada dalam bilik utama selain di bahagian belakang (dapur).
Katanya, ustaznya memberitahu setiap kali azan, syaitan akan terkentut-kentut dan cirit birit, melarikan diri ke dalam tandas. Pendeknya syaitan suka duduk di tempat-tempat kotor seperti tandas.
Tetapi kenapa rumah-rumah sekarang ini, tandasnya ada dalam bilik? Takkah itu bermakna kita membela syaitan dalam bilik, katanya membuatkan saya bingung.
Betul juga cakap budak ini. Orang sekarang makin teruk dan degil, mungkin salah satu sebabnya membela syaitan dalam bilik. Sebab dalam biliknya ada tandas. Punyanya malas orang kita, kalau nak ke bilik air, tak perlu jauh-jauh, di sebelah katilnya sudah ada bilik air.
Nampaknya orang Islam nak ikut stail orang Barat. Mereka nak jadikan rumah mereka macam hotel.
Dalam bilik hotel ada tandas, jadi orang Islam yang membina mahligai mereka pun mahu buat macam itu - ada jamban dalam bilik.
Orang dahulu, kalau bina tandas, mereka cari tempat jauh-jauh dari rumah.
'Bank kecil' ini memang berasingan daripada rumah mereka.
Tetapi kini, orang bukan saja membina tandas dalam bilik, malah ada melengkapkan tandas mereka sebegitu hebat seolah-olah macam tempat tidur! Tandas pun berbatu marmar, ada wangian pula!
February 1, 2021
Jamadilakhir 20, 1442: Merajuk tiada dalam kamus pejuang tulen...(U)
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang, selawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w.
Renungan
"Dan janganlah kamu menghampiri zina, sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji dan satu jalan yang jahat yang membawa kerosakan." - Maksud Ayat al-Quran Surah al-Israa': 32
ADA sejumlah perkataan Melayu yang sukar diterjemahkan secara tepat ke dalam bahasa asing termasuk Inggeris. Misalnya 'amuk'; jika dirujuk kamus Melayu-Inggeris perkataan itu dikekalkan, kadang-kadang dieja 'amuck'.
Demikian juga rajuk (merajuk), diterjemahkan dalam bahasa Inggeris sebagai 'to show unhappiness' yang dirasakan kurang tepat bagi menggambarkan seseorang yang berkecil atau retak hati seterusnya membawa atau memencilkan diri sehingga datang seseorang atau pihak untuk memujuknya!
Dalam persaingan politik, ramai pemimpin disingkir, tersingkir, difitnah dan pelbagai perkara negatif lain menyebabkan kebanyakannya merajuk lantas mengundurkan diri. Nama mereka beransur-ansur hilang daripada persada politik.
Namun bagi pejuang sebenar, merajuk tiada dalam kamus hidup mereka. Marilah kita renung sejenak akan kisah Nabi Muhammad s.a.w. yang membuktikan bahawa baginda tidak pernah merajuk (patah hati) dalam perjuangan menegakkan Islam. Sekalipun begitu berat beban dan fitnah ditanggung termasuk dihina kaum keluarga sendiri seperti dicop gila dan diboikot, Nabi Muhammad s.a.w. terus istiqamah dalam perjuangannya.
Apabila kaum Quraisy melihat Nabi Muhammad tidak sedikit pun merajuk atas segala tindak tanduk mereka, mereka mengemukakan tawaran yang sangat istimewa kepada Nabi Muhammad iaitu jawatan pemerintah Makkah, harta dan wanita dengan syarat Nabi s.a.w. menghentikan dakwahnya. Namun semuanya ditolak oleh baginda dengan berkata kepada bapa saudaranya Abu Talib...jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan sekali-kali menghentikan dakwahku...
Sepanjang sejarah dunia, ramai 'orang baik-baik' termasuk ulama dipenjarakan kerana perjuangan mereka. Mereka termasuklah Imam Ahmad bin Hambal dan di rantau kita Buya Hamka. Apakah Imam Ahmad, pengasas Mahzab Hambali dan Hamka merajuk. Jawapannya tidak sekali-sekali kerana apabila dipenjarakan semangat mereka semakin kental misalnya Hamka dapat menyiapkan Tafsir Azhar dalam penjara!
Demikianlah, merajuk tiada dalam kamus seorang pejuang. Kita bagaimana? Kerap benar kita merajuk (patah hati), dalam perjuangan, hatta dalam hidup pun...
January 31, 2021
Jamadilakhir 19, 1442: King Midas dan wang haram jutaan, bilion ringgit...(U)
DENGAN nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang; selawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w.
Renungan
"Kalau sekiranya perempuan ahli syurga (termasuk bidadari) datang kepada penduduk bumi, nescaya akan disinarinya dunia antara langit dan bumi dan terpenuhinya dengan bau harum semerbak. Sesungguhnya tutup kepalanya lebih baik daripada dunia dan isinya." (HR. Bukhari)
SEORANG sahabat saya yang agak terkenal juga dalam dunia penulisan dan sekarang sudah menjadi arwah, ketika berjumpa saya sebelum meninggal dunia, memberi nasihat bahawa untuk merasai kenikmatan hidup, kita tidak perlukan wang dan harta yang banyak.
Allahyarham memberikan contoh mudah - antara kenikmatan hidup adalah soal makan; katakanlah makanan paling sedap seseorang itu adalah KFC...dengan jumlah wang yang sedikit katakan RM10 dia boleh menikmati makanan itu bagi makan tengah harinya, selepas itu apakah dia boleh makan KFC lagi untuk makan malamnya? Bagi kebanyakan orang tak mungkin dia makan KFC lagi kerana sudah muak, mungkin boleh muntah jika dia memaksa dirinya makan.
Bijak pandai ada menceritakan seorang hartawan ketika mahu makan bertanyakan doktor peribadinya - daging kambing bakar itu boleh saya makan, doktornya berkata tidak; burger itu boleh saya makan, jawapannya juga tidak; nasi lemak itu boleh saya makan, tidak juga jawapannya. Jadi apa boleh saya makan, tanya orang kaya berpenyakit kronik itu. Makanlah KULIT ROTI, kata si doktor selamba.
Demikianlah sebenarnya keperluan manusia seperti makan amat sedikit tetapi kebanyakan orang terlalu tamak; seboleh-boleh mereka mahu wang dan harta menimbun setinggi gunung, malah ada hadis Nabi Muhammad SAW menyebut kalau manusia itu sudah ada satu lembah emas, dia mahu dua, kemudian tiga dan seterusnya. Dia hanya berpuas hati selepas 'mulutnya dipenuhi tanah' (matilah)!
Kerana sifat tamak manusia, tidak hairanlah jika akhir-akhir ini kita mendengar seorang pengarah dan timbalannya di Sabah ditangkap dengan wang haram (rasuah) bertimbun-timbun bernilai ratusan juta ringgit di rumah dan pejabat mereka. Kedua-duanya boleh dianggap sebagai 'anak jerung'; jika mereka 'songlap' ratusan juta ringgit, bayangkan berapa banyak yang boleh 'dibaham' 'bapak jerung'...mahu berbilion-bilion ringgit jawapnya.
Sungguh menghairankan apa yang hendak dilakukan oleh seseorang yang hidup dalam timbunan duit itu. Adakah dia 'mendapat' bahagia atau 'derita' dengan wang terlalu banyak itu? Sayidina Ali yang bijaksana itu ketika ditanya yang mana lebih utama harta atau ilmu; beliau berkata ilmu menjaga kita sebaliknya jika harta kita yang menjaganya...siang malam kita tak senang kerana memikirkan harta kita 'dikebas' orang. Ilmu jika digunakan (diajar) akan bertambah, tetapi harta jika dipakai akan berkurangan dan habis!
Apakah nikmat memiliki wang berjuta-juta atau berbilion ringgit yang diperolehi secara haram atau dimasukkan dalam akuan bank kita secara tak sah? Seorang teman memberitahu 'nikmat wang' adalah apabila kita bekerja keras secara halal untuk mendapatkannya kemudian kita membelanjakannya pada jalan yang sah.
Tetapi bagi orang yang mendapat wang secara haram walaupun banyak, tidak akan tenang hidupnya. Dia akan sentiasa bimbang...apabila berbelanja seperti membeli perhiasan, kereta atau rumah mewah, orang ramai malah pihak berkuasa akan bertanya daripada mana dia dapat wang itu. Adakah gaya hidup dia, isteri dan keluarganya berpadanan dengan gaji yang diterimanya sebagai pengarah, menteri hatta perdana menteri sekalipun.
Apakah hidup penuh kerisauan ini adalah bahagia? Bagi mereka yang sudah 'terlajak jauh' dalam menghimpun harta terutama mendapatkannya secara haram, marilah kita renung-renung balik kisah teladan seperti 'King Midas and the Golden Touch' yang bagi saya diajar oleh guru sekolah rendah saya puluhan tahun lalu.
King Midas gila emas, suatu hari seorang pari-pari membuat tawaran dia boleh menukar apa saja menjadi emas dengan sentuhan tangannya. Almari, bangku, semuanya jadi emas selepas disentuhnya. Kemudian roti pun menjadi emas, akhirnya puteri tunggalnya pun jadi emas.
King Midas panik, rupanya emas dan harta bertimbun tidak membawa bahagia...oleh itu ingatlah semua terutama orang diamanahkan kuasa sebagai pengarah dan menteri, bahawa wang berjuta-juta atau berbilion-bilion ringgit apatah lagi diperolehi secara haram termasuk yang dimasukkan dalam akuan kita secara tidak sah, tidak akan membahagiakan kita! King Midas pun akhirnya 'bertaubat', kita bila lagi?
January 30, 2021
Jamadilakhir 18, 1442: Perlukah 'berbogel' apabila bersukan? (U)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang; selawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w.
Renungan
Orang-orang yang meninggal dunia di antara kamu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (beredah) empat bulan 10 hari." (Maksud ayat 234 Surah Al-Baqarah)
SESEKALI ketika menghadiri kelas-kelas agama hatta mengikuti rancangan agama di radio atau televisyen, terasa diri 'terpukul' dengan 'kebodohan' dan 'kejahilan' diri sendiri dan masyarakat dalam melayari kehidupan dunia fana ini.
Pada suatu ceramah, seorang ustaz menyentuh bab sukan - katanya 'apa ke bendanya' ketika suatu-suatu temasya sukan terutama yang 'besar-besar' bermula dengan larian membawa obor. "Ini budaya mana ni?" katanya.
Sang ustaz berkata: "Upacara membawa lari api dan menyalakan api dalam acara sukan adalah daripada ajaran Majusi, dan jika diikuti oleh orang Islam boleh merosakkan akidah..."
Yalah, orang Greek, Yunani, orang Majusi berlari membawa api atau menyembahnya...jadi tak jahilkah kita jika sama-sama hidupkan budaya mereka?
Syukur alhamdulillah, baru-baru ini kita mendengar kerajaan negeri Terengganu akan mengemukakan sukan mengikut kehendak agama seperti melaksanakan konsep pemakaian patuh syariah bagi atlet sukan negeri itu bermula tahun hadapan.
Pengerusi Jawatankuasa Pembangunan Belia, Sukan dan Badan Bukan Kerajaan negeri, Wan Sukairi Wan Abdullah berkata langkah itu selaras dengan dasar kerajaan negeri yang meletakkan Islam sebagai tonggak utama pentadbiran termasuk dalam aspek sukan bagi memastikan ia bertepatan dengan tuntutan agama Islam.
Lebih 10 tahun lalu Ruqaya Al-Ghasara, atlet Qatar melalui Sukan Asia telah membuktikan pemakaian menutup aurat (hijab) tidak menghalang beliau bersukan malah bergelar juara pula. Ruqaya adalah sebutir permata yang bersinar dalam selutan lumpur. Mungkin ada seorang Ruqaya dalam 1,000 atau satu juta insan yang mendabik dada mengaku Muslim.
Ruqaya yang aktif membabitkan diri dalam masyarakat adalah lebih baik daripada Ruqaya yang beruzlah - menjalankan tanggungjawab agama tetapi menyepikan diri, tidak bercampur gaul dengan masyarakat.
Penulis percaya untuk menjadi Ruqaya yang muncul di kaca TV dan dada-dada akhbar sebagai seorang juara lengkap dengan identiti Muslimahnya, pasti melalui 1,001 ranjau dan duri. Biarlah Ruqaya menjadi idola baru, menjadi contoh kepada anak-anak termasuk anak gadis penulis sendiri dalam bidang sukan. Tidak salah untuk bersukan - renangkah, gimramakah, larian pecutkah, bola jaringkah, bola tampar pantaikah - semuanya boleh dengan syarat mematuhi syariat agama.
Dulu ketika remaja, penulis seronok melihat aksi sang juara badminton, Misbun Sidek. Tetapi ketika asyik menyaksikan pukulan pancung jagoan badminton dari Banting ini, terfikir pula penulis alangkah bagus jika Misbun pakai seluar panjang. Kalau pakai seluar panjang, aurat dapat jaga, juara pun boleh dapat. Pada fikiran penulis, sebagai juara tentulah Misbun ada suara untuk memakai pakaian menutup aurat. Ketika 'top', dia boleh 'demand', tentulah pegawai-pegawai sukan dan penganjur kejohanan akan ikut cakapnya. Penulis fikir Misbun layak berseluar panjang sebab ketika dia 'top' dulu ramai orang cakap Misbun ini warak orangnya. Kalau dah warak, tentulah dia akan fikirkan penampilannya.
Demikian juga masa bersukan. Kalau dah warak, takkan boleh 'start' permainan jam 7.00 malam. Solat maghrib bagaimana? Masa tengah 'top' buatlah 'demand'. Desak agar permainan dimulakan lebih lewat lagi bagi memberi peluang pemain, pegawai dan penonton Muslim untuk solat. Tetapi ahli sukan Muslim kita tidak buat begitu, tidak 'demand', jadi dari dulu sampai sekarang ada permainan bermula jam 7.00 atau 8.00 malam.
Atlet atau sesiapa saja yang terbabit dalam sukan, kalau ada semangat keislaman seperti Ruqaya, tentulah hal ini dapat diatasi. Kecintaan mereka untuk menunaikan suruhan agama akan mencairkan pembuat dasar dan peraturan yang bersikap kuku besi.
Hakikatnya dalam kehidupan harian seorang Muslim, kebanyakan daripada kita pandai 'menyesuaikan' dirinya dengan suasana, hidup bagaikan sumpah-sumpah. Apabila suasana memerlukan kita jadi baik, maka kita jadi baik. Tetapi apabila suasana memerlukan kita jadi jahat, kita pun jadi jahat.
Ambil kisah haji dan umrah sebagai contoh. Semua jemaah baik-baik belaka. Semua bertudung litup. Yang lelaki pula ramai yang berjubah macam syeikh Arab. Tidak ada yang dedah aurat.
Tetapi apabila kembali ke tanah air, lain halnya. Ada sesetengah itu, sudah tidak lagi memakai tudung. Bukan saja tidak bertudung, ada yang berani dedah sana, dedah sini. Di Makkah kenapa tak buat benda yang sama, bukankah Tuhan itu ada di mana-mana saja.
Di masjid orang patuh suruhan agama. Yang perempuan bertudung. Yang lelaki juga menutup aurat. Tiada orang perempuan yang pergi masjid dalam keadaan 'togel'. Tetapi itu di masjid saja. Keluar masjid, seolah-olah peraturan agama sudah tak ada lagi.
Orang pergi kelas agama pun baik-baik belaka. Tetapi kenapa di kelas agama saja, tidak di pejabat dan tempat lain seperti pasar, kompleks beli belah dan stesen bas dan jalan raya.
Kerana mengamalkan hidup bagai sumpah-sumpah ini, ketika membicara hal agama, kita macam orang baik-baik tetapi di pejabat dan jalan raya, kita melakukan perkara mungkar seperti rasuah. Kemungkaran ini berleluasa seolah-olah agama itu terkurung dalam masjid, dalam amalan khusus seperti solat, haji dan puasa. Selain daripada itu, kita tidak terikat kepada hukam-hakam agama.
Berhubung tindakan terpuji Ruqaya, penulis syorkan kepada Pertubuhan Kerjasama Islam (OIC) supaya memperjuangkan hak wanita Islam untuk berpakaian serupa (menutup aurat) dalam kejohananan antarabangsa lebih besar seperti Sukan Dunia, Olimpik dan Komanwel. Kalau hal ini pun tidak dapat diperjuangkan oleh OIC, entahlah, OIC mahu perjuangkan apa agaknya? Jangan lari daripada tanggungjawab ini!
January 29, 2021
Jamadilakhir 17, 1442: Refleksi 5 - Hikmah di sebalik Tragedi 13 Mei
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang; selawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w.
Renungan
Bersabda Rasulullah s.a.w. bermaksud: "Sesiapa yang membaca Ayat Al-Kursi pada penghujung setiap solat fardu (iaitu selepas solat), tidak akan menegahnya daripada masuk syurga melainkan ianya meninggal dunia." - Hadis diriwayatkan oleh Imam Nasai' dan Ibnu Hibban di dalam sahihnya daripada Abu Umamah.
TRAGEDI 13 Mei 1969 menyebabkan negara dikenakan perintah berkurung (undang-undang darurat). Ketika itu usia saya tujuh tahun, baharu memulakan pengajian darjah satu di sebuah sekolah Inggeris di bandar.
Hanya satu peristiwa saya ingat, apabila dikenakan 'curfew' (berkurung), kami duduklah dalam rumah. Tak boleh keluar. Mak saya berkata tempohnya di daerah kami selama seminggu.
Sejumlah trak tentera bergerak di jalan raya utama di depan rumah kami yang dipisahkan beberapa petak sawah padi. Mak saya berkata orang kampung makanlah apa yang ada di rumah.
Namun ada yang terdesak, mencuri-curi keluar rumah mencari sayuran kampung seperti pucuk ubi, pucuk pakis dan kangkung longkang. Mak saya tak terkecuali, tetapi bapa saya telah melakukan sesuatu yang menyebabkan sejumlah anggota askar lengkap bersenjata berkejar ke rumah kami.
Suatu maghrib ayah saya membakar longgokan sabut di bawah rumah. Asap bakaran sabut dapat menghalau nyamuk yang banyak. Masa itu keluarga kami tak kenal 'ubat' (lingkaran) nyamuk apatah lagi semburan atau 'vape' antiserangga seperti sekarang.
Askar-askar yang garang menyergah bapa saya; beliau diberi amaran dan diperintahkan memadamkan api itu dengan segera. Kami kecut perut, sejak hari itu, selain terpaksa bercatu dalam bab makan, kami juga perlu berperang dengan nyamuk.
Alhamdulillah, keamanan dapat dikembalikan dengan segera dan saya kembali ke sekolah. Sebagai 'budak kenit' manalah saya tahu pasal bab-bab yang hanya saya tahu bertahun-tahun kemudian seperti penyusunan semula masyarakat, memperkemas dasar pendidikan dan yang paling terkenal Dasar Ekonomi Baru (DEB).
Apa yang saya ingat di sekolah kami begitu sibuk dengan Rukun Negara. Ada pertandingan untuk mendeklamasi dan mengikrarkan Rukun Negara yang bermula dengan kata-kata: "Maka kami rakyat Malaysia....dan disebut lima prinsipnya iaitu 1. Kepercayaan kepada Tuhan, 2. Kesetiaan kepada raja dan negara, 3. Keluhuran perlembagaan, 4. Kedaulatan undang-undang dan 5. Kesopanan dan kesusilaan.
Turut mendapat perhatian istimewa ialah lagu 'Muhibbah' - ada pertandingan nyanyian; saya taklah masuk pertandingan, hanya menyanyikannya beramai-ramai dalam perhimpunan.
Sekalipun 'budak kenit', saya perasan dalam buku teks kami sering ada watak budak tiga bangsa - Melayu, Cina dan India. Biasanya Melayu diwakili oleh Ali manakala Cina oleh Ah Chong manakala India oleh Muthu.
Demikian betapa hebatnya 'panahan' daripada Tragedi 13 Mei. Mulai 1970, mata pelajaran Sains dan Matematik sekali pun diajar di sekolah Inggeris sudah menggunakan bahasa Melayu manaka subjek Ilmu Alam (Geografi) dan Tawarikh (Sejarah) yang dimulakan pada darjah empat juga sudah menggunakan bahasa Melayu.
Tragedi itu juga mempercepatkan penubuhan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada 1970 sebagai usaha pendaulatan bahasa Melayu sebagai bahasa ilmu.
Anak bangsa dipersiapkan untuk menerima pendidikan daripada peringkat paling rendah sehingga tertinggi. Saya turut menerima manfaat apabila sekolah (Kementerian Pelajaran) menyediakan bantuan buku teks.
Murid-murid Melayu juga semakin terbuka peluang mereka untuk melanjutkan pelajaran. Ketika itu di kalangan kami murid-murid, digembar-gemburkan dengan kehebatan sekolah-sekolah berasrama penuh ternama. Dikhabarkan kepada kami di sekolah-sekolah ini sentiasa dapat makan sedap seperti ayam (dahulu jarang dapat makan ayam) dan diberi biasiswa pula!
Maka, menitilah di mulut-mulut kami akan sekolah glamor seperti Malay College Kuala Kangsar (MCKK), Sekolah Tuanku Abdul Rahman (STAR) dan Sekolah Dato' Abdul Razak (SDAR). Kami diberitahu hanya dengan mendapat 5A dalam Peperiksaan Penilaian Darjah Lima kami 'digerenti' (dijamin) dapat ke sana.
Daripada mulut orang-orang tua, saya dengar jika dapat ke sekolah-sekolah ini, peluang untuk ke 'oversea' (seberang laut) amat cerah jika cemerlang dalam pelajaran...kamu tak ingin ke England ke? tanya mereka. "Ya, untuk jadi 'engineer', doktor atau 'loyar' (lawyer).
Demikianlah, berpandukan dasar baharu selepas Tragedi 13 Mei, anak-anak Melayu (bumiputera) diperlengkapkan untuk bersama-sama mengisi kemerdekaan negara salah satu caranya melalui kecemerlangan dalam bidang pendidikan.
Sekolah rendah adalah permulaannya...maka berusaha keraslah sebahagian anak-anak murid Melayu untuk cemerlang dalam pelajaran; salah satu indikatornya mendapatkan 5A dalam peperiksaan Penilaian Darjah Lima. Ya, dapat 5A 'gerenti' dapat ke sekolah asrama penuh!
January 28, 2021
Jamadilakhir 16, 1442: Kaya, kacak, cantik semuanya akan hancur...(U)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang; selawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w.
Renungan
"Dialah (Allah) yang menciptakan bagi kamu pasangan-pasangan (jodoh) daripada makhluk (jenis) kamu sendiri agar kamu condong kepadanya dan berasa tenteram dengannya. Kemudian Allah menciptakan kasih dan sayang antara kamu." (Surah Ar Rum: 21)
PADA usia 'tak berapa muda' ini, suatu hari saya terjumpa sebuah buku lama - 'Kesah Sa-ribu Satu Malam' - Penggal X (buku ini menggunakan ejaan lama). Saya pernah membacanya pada zaman kanak-kanak dulu; mengulang membacanya kali ini membawa pengertian baharu.
Kisah pertama adalah mengenai Saudagar Masror dan Zainul Mawasif. Diceritakan betapa cantiknya Zainul Mawasif sehingga Saudagar Masror sanggup berbuat apa saja untuk memilikinya. Harta,pangkat, kedudukan semuanya digadaikan untuk memenangi Zainul Mawasif. Hatta dia sanggup menjadi hamba Zainul Mawasif asalkan dia dapat menatap wajah si jelita itu sepanjang masa.
Zaman muda dulu saya membaca kisah ini dengan penuh perasaan dan perasan - akulah Saudagar Masror alangkah bagusnya jika aku berjaya dapat menakluk wanita cantik seperti Zainul Mawasif. Kisah ini terbawa-bawa dalam kehidupan, kita bagaikan terawang-awangan di alam fantasi dengan segala 'syok sendiri' dan 'mahysuk'nya.
Tetapi membacanya pada ketika usia 'tak berapa muda' ini - 'saya menjadi tak berapa suka'. Kisah-kisah seperti ini 'auta' saja - tak berpijak di alam nyata, fikir saya. Ia menghabiskan waktu saya yang amat berharga itu. Umur semakin 'suntuk', tak ada masa lagi untuk melayan 'kisah angau' seperti ini. Tak ada masa untuk layan kisah 'cintan-cintan sebegitu rupa'. Lantas saya 'mencampakkan' buku 1,001 malam itu, tidak melihatnya lagi sehinggalah saya menulis celoteh ini bagi menjadikannya sebagai rujukan.
Dulu masa muda, saya 'syok' dengan kisah-kisah 'merapu' ini, sebahagiannya disebabkankan kurang ilmu. Mengisafi kejahilan diri, membawa saya menadah ilmu di surau, masjid dan di mana dan ketika saja jika ada kesempatan.
Ya, suatu malam ketika membicarakan satu bab dalam kitab 'Hikam', terpegun saya apabila Tuan Guru bersyarah, menyatakan tiada sesuatu yang baru boleh kekal, semuanya akan musnah. Perkara baru dimaksudkan di sini seluruh alam ini (selain daripada Allah SWT). Jadi kaya, kacak, tampan, cantik, lawa, 'cun' - semuanya akan berakhir dan musnah...untuk apa dikejar bagai nak gila akan hal-hal yang akan musnah ini.
Tersentak saya daripada tidur yang panjang apabila Tuan Guru berkata, orang berakal tidak melihat pada apa-apa yang bersifat kebendaan, semuanya tidak kekal, semuanya akan hancur, semuanya akan musnah. Hanya orang tidak berakal yang menyanjung kehebatan kebendaan, memikirkannya tidak akan musnah, mahukan ia kekal dan terus kekal.
Bukan individu dan hal berkaitan dengannya seperti kecantikan, kekayaan dan sebagainya akan musnah, sesebuah kerajaan hatta sebuah empayar pun akan musnah apabila sampai waktunya.
Dalam al-Quran ada kisah kaum-kaum hebat, yang membina bangunan dan tamadun tinggi tetapi musnah akhirnya. Kaum Tsamud begitu hebat, mengukir bangunan dalam batu gunung akhirnya lebur juga. Demikian juga kerajaan Sabak di Yaman, begitu hebat projek pembangunannya termasuk membina empangan Ma'rib yang masyhur itu, akhirnya musnah.
Firaun dan Haman yang mendakwa diri hebat itu akhirnya musnah juga. Demikian juga Qarun, Abu Jahal dan sebagainya. Bagi yang cantik dan perasan cantik seperti Cleopatra, Helen of Troy, Marilyn Monroe dan Puteri Diana menjadi mayat, busuk dan hancur.
Ya, Zainul Masawif (heroin dalam 1,001 Malam) yang cantik jelita itu juga akan tua kerepot,seterusnya mati. Jadi apa nak 'disyokkan' sangat dengan Zainul Masawif ini seperti ditunjukkan Saudagar Masror.
Dunia akan hancur, apa nak dihairankan, kata Tuan Guru. Semua barang berharga atau tidak berharga, akan hancur, akan rosak.
Orang ada akal, kata Tuan Guru akan mengejar akhirat. Ini kerana semua yang ada di dunia akan rosak. Semua kehebatan dunia akan hancur. Bangunan akan hancur, Mercedes yang kita sayangi akan binasa, tiada apa yang akan tinggal. Bini kita yang 'cun melecun' itu pun akan menjadi tua kerepot malah kita yang 'handsome' ini juga akan masuk tanah, di makan ulat.
Orang yang sempurna akal, kata Tuan Guru tidak menganggap dirinya warga dunia. Dia rindu menjadi warga akhirat. Dia siapkan dirinya untuk menjadi warga akhirat. Orang paling rugi dan tak berakal adalah yang tidak menyiapkan bekalannya ke akhirat, asyik dan gila dengan kelazatan dunia yang akan musnah. Oleh itu tiada ertinya gila Saudagar Masror kepada Zainul Masawif...membaca kisah ini membuang masa saja!
January 27, 2021
Jamadilakhir 15, 1442: Berjaya, kecundang adalah cerita biasa manusia...(U)
DENGAN nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang; selawat dan salam ke atas junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w.
Renungan
"Masukkan kami dalam golongan hamba-Mu ya Allah, yang Kau sebut dalam al-Quran: 'Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan-Mu dalam keadaan reda dan diredai. Masukkan kami ke dalam syurga-Mu ya Allah'." (Maksud ayat 27-30 Surah Al-Fajr)
SELAMAT menyambut tahun baharu 2021. Pada hari-hari terawal tahun baharu ini, adalah bermanfaat kita merenung dan bermuhasabah prestasi kita sepanjang tahun lalu, terutama usaha kita untuk mendekati Yang Maha Kuasa.
Sebagai makhluk-Nya yang lemah, ada kehendak dan impian kita tercapai dan ada yang tidak. Ya, pada tahun lalu betapa banyak azam kita tidak tercapai-capai jua. Kita merancang, yang menentukannya Allah SWT.
Tidak lama dulu, ketika tertonton 'highlight' (babak menarik) sebuah drama Cina di televisyen, tersentak hati saya sebentar ketika mendengar perbualan dua gadis. Seorang daripadanya merungut-rungut kerana banyak kehendaknya tidak tercapai. Jawapan si temannya mengejut dan menyentak jiwa saya. Antara lain katanya, "kalau kamu mahu semua kehendak kamu dipenuhi kamu jadilah tuhan!"
Ya, Allah-lah Yang Berkuasa, kita tidak ada (punya) apa-apa. Tidak semena-mena saya menjadi insaf...sekalipun kata-kata ini diucapkan oleh seorang gadis Cina tanpa tauhid, terasa terpukul diri ini bahawa kita ini hanya HAMBANYA; Namun kita 'berlagak', berperasan kita boleh buat itu dan ini, berperasan kita berjaya kerana usaha kita.
Kita terlupa Allah SWT-lah penentu segala-galanya. Dia boleh memberi kita berjaya atau tidak, Dia juga penentu sama ada kita boleh mendapatkan sesuatu atau tidak. Semuanya terletak pada-Nya...namun kita selalu terlupa. Kita nakkan berjaya saja, tak dapat terima gagal atau segala perkara yang dianggap negatif lain seperti jatuh sakit, dibuang kerja dan hilang pangkat dan jawatan.
Adakah dalam hidup ini kita mahu terima yang 'best' (baik-baik saja)?Benarkah kehidupan di dunia ini ada bahagia selama-lamanya? Semakin tuanya diri ini, semakin sedarlah saya bahawa kehidupan ini sebenarnya dilalui secara pergiliran - ada kehendak kita dipenuhi ada yang tidak; ada bahagia ada derita, ada senang ada susah, ada masa gembira dan ada masa berduka - semuanya berlangsung silih berganti ibarat siang dan malam; gelap dan terang.
Pemikir Melayu-Islam yang tersohor di Nusantara, Allahyarham Buya Hamka dalam salah sebuah buku yang pernah saya baca (tak ingat lagi tajuknya) ada mengungkapkan bahawa jika kita melihat istana yang tersergam indah; janganlah ingat di dalamnya penghuninya sentiasa hidup berbahagia dan bersukaria - di sana juga ada derita dan air mata! Jadi janganlah kita tertipu dengan apa yang kita lihat.
Hidup adalah satu perjalanan menuju noktahnya, kematian. Masalahnya kita tidak tahu bila dan bagaimanakah noktah itu. Apa saja boleh berlaku dalam perjalanannya;ada ulama mengkategorikan kehidupan seperti berikut: kita bermula dengan baik tetapi bertukar buruk dan akhirnya mati dalam kejelekan (su'ul khatimah); kita bermula dengan buruk tetapi hujung hayat menjadi baik dan mati dalam kebaikan (husnul khatimah); kita bermula dengan baik dan mati dalam baik (inilah yang terbaik) dan kita bermula dengan buruk dan mati pun dalam keadaan buruk (ini paling teruk).
Kemudian ada sebuah hadis menyebut: Daripada Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: beliau diberitahukan Rasulullah s.a.w. bersabda: "...Sesungguhnya salah seorang antara kamu beramal amalan ahli syurga sampai antara dia dengan syurga tinggal sejengkal, kemudian didahului ketentuan sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka dan masuklah ia ke dalam neraka; dan salah seorang kamu melakukan amalan ahli neraka sampai antara dia dan neraka tinggal sejengkal, kemudian didahului ketetapan, sehingga dia melakukan amalan ahli syurga sehingga dia masuk ke dalam syurga.“ - Imam Bukhari
Ya, wahai pembaca, kita tidak tahu nasib kita pada masa depan; jadi pada kesempatan ini inginlah saya yang daif ini mengingatkan diri sendiri dan pembaca usahlah kita berlagak sombong mengecop seseorang itu banyak dosalah; dia, hatta bekas mayat dia pun tidak layak dibawa pulang dan sebagainya kerana sebagai insan serba lemah kita tidak tahu hakikat seseorang termasuk dia sudah beriman atau tidak; yang tahu hanya dia dan Allah SWT saja.
Bukankah kita sudah biasa mendengar taubat seorang penjahat yang telah membunuh 99 orang; kemudian melengkapkannya menjadi 100 orang; tetapi taubatnya diterima Allah SWT dan dia dimasukkan ke dalam syurga; jadi apakah kelayakan kita untuk berkata itu dan ini mengenai seseorang itu sedangkan dosa kita sendiri bertimbun; sekarang ini Allah SWT 'sembunyikannya' jika Dia 'mendedahkannya' habislah kita! Kemudian kita juga tahu ada 'ahli syahid' yang dihumbankan ke neraka!
Kita perlu sedar dunia dan segala isinya sentiasa berubah. Ada pasangan yang bahagia pada awal perkahwinan, kemudian kerap berlaku 'perang Teluk' yang membawa kepada perceraian. Pasangan yang kekal ke akhir hayat pun bukan sentiasa 'happy' saja; ada masa bahagia ada masa derita - bukanlah peribahasa Melayu ada menyebut "sedangkan lidah lagi tergigit ini pula suami isteri..."
Ya, dunia sentiasa berubah dan sejarah (dunia) biasanya dirakamkan oleh pihak yang menang (berkuasa). Ada sebuah peribahasa Afrika berbunyi: “Until lions have their historians, tales of the hunt shall always glorify the hunters” (sehinggalah sang singa mempunyai penulis sejarah, kisah perburuan akan hanya menggambarkan kehebatan si pemburu).
Kini kita digembar-gemburkan segala yang muluk-muluk mengenai si pemburu; singa di hutan siapa peduli? Pemburu berlagak 'hero' sedangkan di hutan tadi, dia lari lintang pukang menyematkan diri hanya selepas mendengar bunyi 'deheman' raja rimba. Tetapi di kampung, dia berlagak, bercerita dia telah menikam sang singa!
Roslan Hamid's Blog
- Roslan Hamid's profile
- 2 followers

