Citra Rizcha Maya's Blog, page 2

July 4, 2017

[Review] Komik Serial Cantik Throbbing Tonight: Ketika Para Setan Menyelamatkan Dunia dengan Cinta



Koleksinya Pujia Muksita



Keterangan Komik:

Judul Asli: Tokimeki Tonight
Judul terbitan Indonesia: Throbbing Tonight
Komikus: Koi Ikeno
Alih Bahasa: Patsian T. Sofyan
Penerbit: PT. Elex Media Kimputindo
Tahun Terbit: 2001


Ringkasan cerita:
Tak ada yang istimewa dari tokoh Ranze Etoh, dia hanya seorang cewek SMP biasa yang sedang jatuh cinta pada cowok berandalan bernama Shun Makabe … tapi, sebenarnya ayah Ranze adalah Drakula dan ibunya seorang Manusia Serigala, keluarga mereka adalah penghuni Dunia Setan yang pindah ke dunia manusia dan menjalani kehidupan senormal manusia biasa. Suatu hari kenormalan Ranze punah, Ranze yang jatuh cinta pada manusia biasa malah mengeluarkan talenta monsternya, Ranze bisa berubah menjadi wujud apapun yang digigitnya. Korban pertamanya adalah Yoko, putri Yakuza yang juga cinta mati pada Makabe. Perjuangan cinta Ranze mengejar cinta Makabe tak mudah, ini lebih dari sekedar komik soal cewek konyol yang mendambakan cinta cowok cool. Ini adalah komik legenda, bagaimana ketika setan, yakuza, monster, hingga mafia justru menyelamatkan dunia manusia dengan kekuatan cinta. Ada Ranze dan Makabe, yang menyelamatkan Dunia dari Zone, Rinze dan Narumi yang menyelamatkan Dunia dari Duza, juga Aira dan Kairi yang menyelamatkan dunia dari Meteor Berwajah.
Tokoh-Tokoh:

Ranze Etoh : Gadis polos, monster manis, blasteran Drakula dan Manusia Serigala. Baik hati dan penuh cinta. Tokoh utama di generasi Throbbing Tonight generasi pertama.Shun Makabe: Cinta pertama dan satu-satunya Ranze, berandalan pecinta tinju yang sebenarnya adalah Pangeran Dunia Setan yang terbuang.Yoko Kamiya: Putri Yakuza, saingan Ranze yang cinta mati pada Shun Makabe.Aron Forester: Pangeran dari Dunia Setan kembaran Shun Makabe.Fira: Pacar Aron, mirip Medusa jika marah.Mori Etoh: Ayah Ranze.Shira Etoh: Ibu Ranze.Dirk Carlo: Keturunan Raja Dunia Setan yang jadi mafia di Dunia Manusia.Rinze Etoh: Adik laki-laki Ranze, yang memiliki kekuatan luar biasa, nyaris sempurna, kecuali dia bisa berubah jadi monster serigala.Narumi Ichihashi: Tokoh utama generasi kedua, memiliki kekuatan dari Dunia Setan, setelah minum the dengan bunga dari Dunia Setan.Mana: Adik Tiri Narumi yang ternyata putri dari Dunia PeriCippul: Pangeran dari Dunia PeriTaku Makabe: Anak laki-laki Ranze dan Makabe, sifatnya mirip ayahnya.Coco : Putri Aron dan Fira, sifat serupa ayahnya tapi versi cewek dan itu parah.Aira Makabe: Putri Ranze dan Makabe, sifatnya baik dan periang. Diramalkan jadi penyihir besar Dunia Setan, dilarang jatuh cinta. Tokoh utama di generasi ketiga.Kairi Minakami: Cinta pertama Aira, misterius.Mumu Kamiya: Anak Yoko Kamiya, saudara kembar Fu. Seperti ibunya, cinta mati pada Taku.Fu Kamiya: Anak Yoko Kamiya, saudara kembar Mumu. Kalem dan baik, harusnya tak lahir di keluarga Kamiya. Sayang dan peduli pada Aira.Leon Forester: Putra Aron dan Fira, jahil dan rese.Mevius: Nenek sihir Dunia SetanAkimi Shinjo: Pelatihnya Taku galak dan disegani, cowok yang disukai Aira.
Review: Ranze dan Makabe

            Rasanya seperti memasuki mesin waktu ketika mengulang lagi membaca komik ini. Pertama kali membaca pada tahun 2002, jaman SMP, yang harus nyisihin uang saku untuk minjam di rental komik. Saya rindu masa-masa itu, dan sekarang sekalinya punya waktu (serasa jadi manusia super sibuk) saya mengulang membaca komiknya, pinjam koleksi adik yang sama-sama suka serial ini. Serial ini sangat berarti buat saya, ini komik favorite juga komik terbaik buat saya.
            Khas serial cantik, tokoh-tokohnya memiliki penampakan cantik-keren-cakep versi komik; mata gede, rambut panjang lurus buat yang cewek, yang cowok sedikit gondrong dengan poni jatuh-jatuh, hidung dan bibir mungil serta dagu lancip, juga pakaiannya yang imut dan trendy. Padahal, komik serial berjudul asli Toki Meki Tonight ini terbitan tahun 1982 tapi gak nampak jadul sedikitpun.            Ceritanya tak terkesan sepele sedikitpun, walau kisah cintanya punya drama menyenangkan, saya mendapat pelajaran bahwa cinta bisa menyembuhkan berbagai hal bahkan menyelamatkan dunia, dan yang nyindir banget adalah, manusianya mana nih? Yang justru menyelamatkan dunia adalah para monster dan setan, walau kesannya horror tapi komik ini seger dengan berbagai kenkonyolan. Selain itu bahwa penjahat sekalipun pasti memiliki kebaikan, lihat saja para Yakuza dan Mafianya, daaaaaan, tidak adaaaaaa tokoh yang benar-benar jahat. Semua keburukan dan kejelekan bisa disembuhkan dengan cinta dan dukungan keluarga.             Narumi dan Rinze
Seri satu hingga enam belas, tokoh utamanya adalah Ranze Etoh dan Shun Makabe, bercerita tentang bagaimana gadis polos bernama Ranze mengejar-ngejar cinta cowok manusia biasa yang cenderung berandalan bernama Shun Makabe, saingannya sangar cuy, anak mafia yang agresifnya luar biasa. Di generasi pertama serial ini ceritanya seru, bagaimana perjuangan Ranze mendapatkan cinta Makabe sekaligus berkorban tak hanya untuk cintanya tapi juga untuk dunia. Dan aaaah pokoknya Makabe, tokoh komik idola sepanjang masa, karakternya kuat dan gak pengen dilupakan pembaca.

Lalu di seri 17 hingga 22 ada cerita Narumi dan Rinze, perjuangan mereka untuk menyelamatkan Dunia Peri bersama Mana dan Cippul, serta pengorbanan Rinze yang luar biasa untuk memberikan ‘hidupnya’ pada Narumi. Narumi pun memiliki banyak fase galau karena mencintai Rinze, tapi cinta kan selalu bisa menyembuhkan segalanya.
Aira dan Kairi
Generasi ketiga dari seri 18 hingga 30 plus satu seri khusus, bercerita tentang Aira Makabe putri, Ranze dan Makabe yang ditakdirkan menjadi penyihir besar, padahal Aira jatuh cinta pada Kairi di masa kanak-kanak juga dengan Akimi Shinjo di masa remaja, lalu ada juga kisah Taku Makabe dan Putri Coco yang romantis brutal. Selain itu di beberapa seri ada beberapa cerita sisipan semacam spin off begitu yang romantis tapi juga kocak. Saya selalu suka karakter-karakter ala tokoh komik. Mungkin karena teracuni serial ini di masa remaja, saya sampai kapanpun akan tetap seperti tokoh-tokohnya yang komikal dan menolak tua. Manusia Dunia Setan kan gak bisa menua :P

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 04, 2017 20:08

February 25, 2017

[REVIEW] Landline: Jika Kau Punya Kesempatan Kedua Untuk Cinta, Apa Kau Akan Mengambil Keputusan yang Sama?



Keterangan Buku: Judul               : LandlinePenulis             : Rainbow RowellPenerjemah      : Airien KusumaardaniDesain Sampul : Chyntia YanethaPenerbit           : Penerbit SpringTanggal Terbit : Depok, 2016ISBN               : 978-602-743221-1-5Jumlah halaman: 372
Blurb: Sebagai mesin waktu, sebuah telepon ajaib tidak terlalu berguna.Penulis acara TV Georgia McCool tidak benar-benar mengunjungi masa lalu−satu-satunya yang bisa ia lakukan hanya menelponnnya, dan berharap masa lalunya menjawab.Dan berharap pria itu menjawab.Karena begitu Georgie sadar ia memiliki telepon ajaib yang bisa menghubungi masa lalu,  ia hanya ingin memulihkan hubungannya dengan sang suami, Neal.Mungkin Georgie bisa memperbaiki berbagai hal di masa lalu mereka yang sepertinya sudah tidak bisa diperbaiki di masa sekarang. Mungkin telepon konyol itu memberi Georgie kesempatan untuk mengulang semua dari awal lagi …Apa Georgie ingin mengulang semua dari awal?

“Aku mencintaimu. Aku mencintaimu lebih dari aku membenci segalanya. Kita akan buat arti ‘cukup’ bagi kita sendiri−maukah kau menikah denganku?”

Itu adalah kata-kata yang diucapkan Neal empat belas tahun yang lalu, ketika melamar Georgie. Padahal, beberapa saat sebelumnya mereka putus dan Georgie kehilangan harapan untuk terus dicintai Neal. Namun, di hari Natal Neal berada di depan pintu Georgie dan memintanya untuk menikah.Selang waktu berlalu Neal dan Georgie menikah, mereka memiliki dua putrid; Alice dan Noomi. Sejauh ini, mereka berhasil membangun pernikahan mereka. Jika pernikahan adalah tembok bata, maka di tengah-tengah tembok bata milik Georgie dan Neal terdapat lubang; akibat bata yang tanggal ataupun patah. Jika terus dibiarkan, maka tembok bata itu akan luruh.Menjelang Natal, keluarga mereka hendak bertolak ke Omaha untuk mengunjungi ibu Nealdan tentu saja merayakan Natal. Namun sayang, Georgie harus tertinggal di LA untuk urusan pekerjaan. Project ini merupakan mimpi besarGeorgie dan Seth−sahabat Georgie yang Neal pernah cemburu padanya setengah mati!Natal yang adalah kesempatan menghangatkan suasana keluarga seharusnya tepat sebagai moment untuk merungangi kebekuan diantara mereka yang mendingin, sayang kesempatan ini sepertinya harus berlalu begitu saja. Georgie sepertinya kehilangan kesempatan untuk menyelamatkan pernikahannya.Satu-satunya hal yang bisa dilakukan oleh Georgie adalah menelpon dan berbicara pada Neal−sayang bukan Neal suaminya sekarang. Namun Neal yang berada pada masa empat belas tahun yang lalu. Neal yang sebelum melamar Georgie.Obrolan Georgie dan Neal di masa lalu bisa menentukan kelangsungan masa depan pernikahan mereka.Saya sudah menyukai cara bercerita Rainbow Rowell sejak membaca Eleanor & Park. Rowell memiliki kekuatan mampu menambahkan pesona pada hal-hal yang sederhana.Saya terpikat paca cara Rowell bercerita juga membangun kisahnya. Yang perlu digarisbawahi, sebenarnya apa yang Rowell ungkapkan dalam pernikahan Neal dan Georgie bukanlah hal sepele. Pelajaran buat saya (juga perempuan usis panik yang ngebet nikah) bahwa akhir bahagia bukanlah pada saat lamaran diterima. Pernikahan adalah …. Nanti saya saja katakana ketika saya sudah menikah.Tokoh-tokoh yang ‘dilahirkan’ Rowell juga sangat memikat, saya menyukai Georgie dengan ketidaksempurnaannya dan Neal adalah sosok lelaki yang paling layak untuk dinikahi perempuan manapun. Siapa yang sanggup menolak lelaki yang berkata, “Merawat anakku sendiri bukanlah pengorbanan,. Itu kewajiban orang tua.” Selain itu tambahan Seth, ibu Georgie yang sensual beserta suami ketiganya yang hanya tigatahun lebih tua dari Gerorgie menambah suasana hidup dalam novel ini, demikian pula Heather adik beda ayah Georgie yang memberi kejutan kecil.Saya selalu suka novel yang mengantarkan pesan pada pembacanya, dan pesan dari novel ini adalah, “Apakah cinta sudah cukup. Bagaimana seseorang tahu apakah cinta sudah cukup? Itu pertanyaan yang sangat bodoh. Misalnya, waktu kau jatuh cinta, waktu kau seberuntung itu, menurutmu siapa dirimu berani-beraninya bertanya apakah cinta cukup untuk membuatmu bahagia? Cinta tidak selalu cukup. Hanya karena mencintai seseorang itu bukan berarti kalian cocok untuk hidup bersama-sama.Cocok bersama adalah sesuatu yang harus di usahakan. Itu adalah sesuatu yang harus diwujudkan−karena kau saling mencintai.”Terima kasih Rowell! Saya suka buku ini!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 25, 2017 22:20

February 14, 2017

[REVIEW] Dan Damai di Bumi!: Damainya Dunia Jika Tanpa Prasangka




Keterangan Buku: Judul               : Und Friede auf Erden! (Dan Damai di Bumi)Penulis             : Karl MayPenerjemah      : Agus Setiadi dan Hendarto SetiadiDesain Sampul : Teguh Tri Edyan dan Deborah Amadis MawaPenerbit           : Kepustakaan Populer GramediaTanggal Terbit : Jakarta, 2016ISBN               : 978-979-91-0991-0Jumlah halaman: 599
Blurb: “Ternyata selama ini saya hidup di tengah wabah yang mengerikan. Penyebabnya adalah prasangka ….”***Inilah salah satu novel paling gemilang karya penulis cerita petualangan terkemuka di dunia, Karl May (1824-1912). Sedikitnya dari proses penulisan dan segi penceritaan, Dan Damai di Bumi! Boleh dibilang amat berbeda dengan kisah-kisah petualangan Karl May sebelumnya, termasuk yang pernah terbit dalam Bahasa Indonesia. Novel ini tidak lagi bertumpu pada data pustaka, tapi petualangan Karl May selama berkunjung ke negeri-negeri Timur, mulai dari Mesir, Pakistan, Sri Lanka, Semenanjung Malaya sampai Tiongkok, Maret 1899 hingga Juli 1900. Dari segi penceritaan, novel ini juga jauh lebih matang; tidak melulu mengandalkan aksi fisik, tapi juga mengolah pergolakan batin tokohnya.
Dengan gaya bertuturnya yang menawan, Karl May mengajak para pembaca untuk melihat lebih dekat sisi kelam kolonialisme. Ia juga berhasil menghidupkan sikap toleran dan lapang dada dalam perbedaan, baik budaya, agama, maupun warna kulit. Membaca Dan Damai di Bumi! Anda tidak hanya terhibur tapi juga akan memperoleh semangat baru untuk menghadapi kehidupan yang hingga kini msih diliputi rasa prasangka dan curiga.
Review:Bawalah warta gembira ke seantero duniaTetapi tanpa mengangkat pedang tombakDan jika engkau bertemu rumah-ibadah,Jadikanlah ia perlambang damai antarumat
            Saya membaca novel ini nyaris satu bulan lamanya. Tebal dan tidak praktis jika dibawa kemana-mana, sementara hari-hari belakangan ini tuntutan pekerjaan tengah menyiksa. Sehingga, setidaknya ada lima novel lain yang saya baca dan terselesaikan lebih dulu. Selain itu karena bagi saya ini buku mahal, jadi saya tak mau melahapnya dalam tempo singkat. Dinikmati perlahan dan mendalam. Dari Karl May saya belajar bahwa dunia akan lebih baik jika manusianya mulai berprasangka baik dan menganggap semuanya setara terlepas dari kekurangan dan kelebihannya. Kita sama terlepas dari suku bangsa mana kita berasal. Kita tak berbeda jika saja kita mau melihat dengan mata dan hati terbuka.            Karl May menampilkan sosok Charley yang saya iri padanya karena dia telah melakukan perjalanan hebat mengelilingi separuh bumi. Mari tebak berapa banyak pelajaran dan pengamalan yang Charley miliki dalam hidupnya? Hebatnya Karl May sang penulis, tak pernah melakukan perjalanan yang sesungguhnya, senjatanya adalah ensiklopedia, kamus, buku-buku tentang geografi, etnologi, kamus ilmiah, peta dan laporan dari para pengelana. May memiliki riset yang juara.            Karakter kesayangan saya dalam novel ini adalah Sejjid Omar, pelayan sang Sihdi atau Charley. Dia adalah seorang muslim yang baik, pembelajar gigih, dengan kesetian pada tuannya yang tak diragukan. Hanya sayangnya, Sejjid Omar karena ‘diberi’ karakter pelayan sehingga entah kedunguan atau saya anggap saja kepolosan tetap melekat padanya. Dalam bayangan saya Sejjid Omar lebih mirip seperti perpaduan Sinbad dan Aladin. Dari SejjidOmar saya belajar tentang persamaan dan toleransi. Hal yang kita lupakan belakangan ini. “Kita semua bersaudara. Kalaupun kita berbeda iman, apakah itu berpengaruh pada tubuh kita? Bagaimana mungkin diri kita ternoda melalui sentuhan yang tidak ada sangkut paut dengan kepercayaan?”Itu hal pertama. Hal terpenting kedua yang saya pelajari darinya adalah tentang kebijaksanaan seperti berikut ini; “Apa gunanya hukuman jika perbuatan masih terus diungkit?” Bukankah ini pelajaran besar bahwa kesalahan bukan hanya berakhir pada proses sekadar memberi hukuman dan pengampunan. Dan yang ketiga, tentunya ini pun sangat penting, “Dan kalau sang ibu tak sanggup mengajari anak-anak, maka sang ayah juga takkan sanggup, sebab barang siapa mengambil harem tanpa roh tentunya tak cukup pandai membagi-bagi kepandaiannya kepada anak-anaknya?” Perhatikan cara SejjidOmar berbicara, dia tak memberi pernyataan tapi sebalik bertanya agar kita-kita bersama untuk menjawabnya, artinya selalu terbuka kesempatan bagi orang lain untuk tak selalu setuju dengannya.            Buku ini mengajak pembaca berkenalan dengan berbagai karakter yang berasal dari suku bangsa di dunia yang berbeda; Seperti Misionaris Amerika, Waller dan putrinya Mary yang pemahaman keliru seperti yang ditangkap Waller memberi pelajaran untuk tidak menggunakan prasangka dalam melihat dunia. Kelembutan Mary putrinya, berkali-kali menyelamatkan sang ayah dari jurang masalah.  Sepasang ayah-anak Fu dan Tsi yang bijak dan berpengetahuan luas, Tsi sendiri adalah seorang dokter lulusan Eropa. Kemudian ada Raffley dan Sang Gubernur dari Inggris. Serta sedikit tentang pemuka Adat Melayu yang membuka anggapan pria Amerika dan Eropa terhadap negeri bagian timur ini. Seperti yang terangkum dalam kalimat berikut: “Betapa berbeda pandangan saya mengenai orang Melayu dulu dan sekarang, mereka orang terbaik di dunia, gagah, cerdas, bertenggang rasa, lembut, pemaaf, tidak egois, adil, dan terutama ramah. Makin lama saya makin yakin bahwa kita seharusnya mencontoh mereka!
            Untuk para matrealistis yang menilai seseorang berdasarkan benda yang dimiliki saya rasa akan malu dengan kalimat ini, “Mereka tidak miskin, hanya saja kebutuhan mereka tidak banyak.” Buku ini bagus dan sarat pesan moral, saya merekomendasikan buku ini untuk mereka yang menginginkan pelajaran untuk dapat memiliki pandangan terbuka. Dan saya percaya bahwa, “Takdir selalu memilih orang yang tepat, yang kemudian akan muncul pada waktu dan tempat yang tepat pula.” Seperti halnya buku ini yang saya baca di saat saya melihat didepan mata ketika manusia mulai saling menghancurkan karena prasangka.
1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 14, 2017 21:10

February 10, 2017

[REVIEW] Rooftoppers: Jangan Pernah Mengabaikan Kemungkinan




Keterangan Buku: Judul               : Rooftoppers (Para Penghuni Atap)Penulis             : Katherine RundellPenerjemah      : Ambhita DhyaningrumDesain Sampul : Fatimah ZahraPenerbit           : MetamindTanggal Terbit : Solo, 2016ISBN               : 978-602-9251-31-9Jumlah halaman: 299
Blurb :Tidak ada yang percaya bahwa ibu Sophie selamat dari kecelakaan kapal yang terjadi ketika Sophie masih bayi. Kemungkinan selalu ada dan Sophie tidak kehilangan harapan untuk dapat bertemu dengan ibunya kembali. Saat lembaga keejahteraan melayangkan surat kepada pengasuh Sophie agar mengirimkannya ke panti asuhan, Sophie melarikan diri ke Paris. Ia mencarinya dengan satu petunjuk, alamat yang tertulis di boks cello yang menyelamatkan nyawa Sophie saat masih bayi. Sophie pun bertemu para penghuni atap (rooftoppers) dan menjelajahi  atap-atap kota Paris untuk mencari keberadaan ibunya sebelum harapan hilang selamanya.
Review :            Bolehkah saya memulai dari sampulnya ? Pemandangan kota Paris yang cantik terlihat dari tempat Sophie memandangnya. Hanya saja, Sophie memiliki rambut menyala, Sophie berambut petir. Ataukah cahaya bulan meredupkan warnanya?  Sophie menurut saya adalah versi pra remaja dari Amelie Poulain.            Pernahkah seseorang membayangkan merayakan ulang tahun pertamanya terapung di kotak cello di tengah-tengah Selat Inggris? Itulah yang terjadi padaeorang bayi mungil  yang menggemaskan namun tentu saja dalam bahaya. Adalah Charles Maxim yang menyelamatkan bayi itu dan memutuskan untuk merawatnya.

            Seorang pria terpelajar dengan bayi dalam pelukannya. Itu pemandangan indah! Di bab-bab awal sulit sekali bagi saya mengendalikan diri untuk tak jatuh cinta pada ayah angkat si bayi Sophie ini. Pastilah Charlie agak ‘unik’, karena pada seorang bayi dia mengatakan hal seserius ini, “Sungguh, aku takut, memahami buku jauh lebih mudah bagiku ketimbang memahami orang. Buku sangat mudah untuk diajak bersahabat.” Kau tahu Charlie, itupun yang kurasakan. Tapi, aku tak memiliki ‘Sophie-ku’ untuk mengatakan hal tersebut!            Sayang, menurut Agen Perlindungan Anak Nasional, Charlie bukanlah ayah asuh yang sempurna. Namun, sebagai pembaca cara mengasuh Charlie tentulah sangat menyenangkan. Okay, Charlie dan Sophie hidup berantakan, fiuh toh ketidakrapian juga tak berbanding lurus dengan kebahagiaan. Akan tetapi tak mudah untuk membuat Miss Eliot si petugas Perlindungan Anak untuk terus membiarkan Sophie berada diasuhan papa Charlie. Miss Eliot berpikir Sophie adalah milik Negara. Negara bukanlah orang, Negara tak bisa mencintai siapapun.Hingga suatu hari di ulang tahunnya yang ke-12. Para pecinta buku akan iri atas kado ulang tahun yang diberikan Charlie pada Sophie. Sophie mendapat selusin buku layak koleksi bersampul kulit. Buku-buku itu adalah buku kesayangan Charlie. Charlie menganggap bahwa usia dua belas tahun adalah saat yang tepat untuk mengumpulkan benda-benda. Sayang, hal terbaik di hari ulang tahun Sophie harus berakhir manakala surat dari Agen Perlindungan Anak memutuskan untuk mengambil Sophie dari Charlie. Di sini saya seerti membaca adegan dalam film I am Sam. Itu salah satu film terbaik yang pernah saya tonton. Kisah berlangsung seru, karena tentu saja Sophie dan Charlie tak akan patuh. Mereka kabur ke Prancis, selain untuk menghindari Agen Perlindungan Anak. Sophie percaya bahwa selalu ada kemungkinan untuk menemukan ibunya yang nyaris sulit dipercaya bahwa ibunya masih hidup sejak kecelakaan kapal di ulang tahun pertamanya. Jangan pernah mengabaikan kemungkinan, setidaknya kalimat itu beberapa kali terulang dalam buku ini.Petualangan Sophie menemukan ibunya ini mempertemukannya dengan para penghuni atap (rooftoppers) adalah Matteo, yang mengingatkan saya pada Scipio dari Pangeran Pencuri. Petualangan Sophie dan Matteo bikin deg-degan apalagi ketika mereka melompati atap-atap gedung untuk membelah malam.Ini yang saya sukai dari cerita anak-anak. Bahwa ada kekuatan untuk membuat pembaca percaya untuk meyakini harapan. Karena untuk orang dewasa mempercayai itu semacam bakat yang menguap seiring bertambahnya usia.Mengenai Matteo, saya merasa ditampar dengan caranya menjalani kehidupan. Begitu sederhana dan membuat saya merasa sebagai orang dewasa manja. Terima kasih nak, saya memang membutuhkan tamparan sekeras ini. Selain itu juga ada Anastasia serta Safi dan Gerard. Mereka anak-anak terlantar yang tak gentar menghadapi kerasnya hidup.Saya ingin member tepukan meriah untuk Katherine Rundell atas kisah yang sangat indah ini. Seorang pembaca tak selalu beruntung untuk menemukan buku yang menghangatkan hati semacam buku ini. Selain itu, buku ini membuat saya kembali mengenang betapa indahnya perasaan penuh keyakinan yang dimiliki setiap anak yang dulunya kitapun pernah merasakannya. Indah dan menyenangkan untuk dibaca. Seperti membaca buku anak-anak klasik. Banyak kalimat yang saya sukai.Salah satu favorit saya adalah berikut ini; “Cinta bukan untuk membuatmu merasa istimewa. Cinta membuatmu merasa berani.”Selamat Charlie, dengan cintamu kamu telah menumbuhkan gadis seberani Sophie. Agen perlindungan anak harusnya menghargaimu!Membaca Rooftoppers adalah sebuah pengalaman membaca yang indah!          
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 10, 2017 02:53

REVIEW] Under the Blue Moon: Cewek Pemimpi, Cowok Seniman, dan Satu Malam yang Panjang dan Gila





Keterangan Buku

Judul Asli : Graffiti Moon
Penulis : Cath Crowley
Peerjemah : Ingrid Nimpoeno
Penyunting : Jia Effendie
Penyelaras Aksara : Susanti Priyandari
Perancang Sampul : Dwiannisa & Elhedz
Digitalisasi : Elliza Titin
ISBN : 139786020989730
Paperback :  312 pages
Published October 2015 by Noura Books (first published August 1st 2010)

Blurb:

Kuharap aku tidak terlambat.
Semoga aku bertemu Shadow.
Cowok misterius yang melukis dalam kegelapan. Melukis burung-burung yang terperangkap di tembok bata dan orang-orang yang tersesat di hutan hantu.
Dia membuatku jatuh cinta.
Setengah mati.

Malam ini aku harus bertemu dengannya.
Apa pun yang terjadi.



Literary AwardsNew South Wales Premier's Literary Award for Ethel Turner Prize for Young People's Literature (2011), Children's Book Council of Australia Award Nominee for Older Readers Book of the Year (2011), Prime Minister's Literary Awards for Young Adult Fiction (2011), Victorian Premier's Literary Award Nominee for Prize for Writing for Young Adults (2011), The Inky Awards Nominee for Gold Inky (2011) The Inky Awards Shortlist for Gold Inky (2011)



Review:
Tidakkah deretan penghargaannya luar biasa? Dan saya harus menyatakan bahwa setelah Looking for Alibrandi, yang saya baca di tahun 2002,saya baru merasakan kepuasaan yang sama dalam pengalaman membaca (dalam genre Young Adult lho ya) Hal terbaik dari buku ini adalah cara penulis menceritakan kisahnya.
Adalah Lucy Dervish yang terobsesi pada seni grafiti karya seseorang yang menyebut dirinya sebagai Shadow. Di malam perayaan kelulusan,bersama dua sahabat ceweknya; Jazzy dan Daisy, mereka justru menghabiskan waktu bersama sekelompok cowok 'payah'; Dylan-pacar yang ingin diputuskan Daisy, Leo-seseorang yang ditaksir Jazzy, dan Ed-cowok yang pernah dipatahkan hidungnya oleh Jazzy di kencan pertama mereka yang gagal. Yang terburuk adalah bahwa tanpa Lucy sadari, cowok yang membuatnya terobsesi justru ada di hadapannya,dan malam itu satu-satunya hal yang ingin Lucy lakukan adalah menemukan Shadow.
Bagaimana cara Ed menjelaskan bahwa Shadow yang mereka cari adalah dirinya sendiri?

Menggunakan dua sudut pandang, Lucy dan Ed yang diselipi oleh puisi Leo. Buku ini sangat artistik mendekati keren. Bahwa tokoh dengan kekurangan dalam dirinya justru sungguh terlihat nyata. Seperti Ed yang menderita disleksia yang 'bicara' melalui gambar-gambarnya yang ternyata justru menghasilkan makna yang sangat dalam. 
Remaja-remaja dalam buku ini memiliki masalah sendiri-sendiri dan pada akhirnya kadang mereka harus menyelesaikan masalahnya dengan cara yang sedikit gila, semisal merampok sebuah sekolah. Orang-orang dewasanya, kadang begitu kekanakan, kadang begitu menghangatkan. Bert dan Al adalah favorit saya, mereka seperti 'guru' yang seharusnya ditemukan oleh setiap remaja yang kebingungan. Dan, cerita orang tua Lucy yang semacam tengan menghadapi krisis pernikahan menurut saya hubungan mereka memberi pelajaran penting bagi pembaca tentang; kadang kita perlu memberi ruang untuk pasangan kita. Saya pikir saya memiliki banyak kesamaan dengan ibunya, hehehe.

Cara Crowley mendeskripsikan membuat pembaca seakan ikut melihat seni jalanan hasil karya Ed, favorit saya adalah gambar jantung yang diretakkan oleh gempa dengan kata-kata dibawahnya: 'melampaui skala Richter'. Kalimat-kalimat dalam buku ini sangat puitis tapi tidak terdengar picisan.
Nuansa artistiknya sangat berasa di buku ini; Ada Ed si seniman grafiti, ada Lucy si seniman kaca, juga Leo si penulis puisi. Penggemar Young Adult harus membaca buku ini! Tidak seperti kebanyakan novel remaja tentang para geek charming (merujuk pada tokoh-tokoh John Green, kecuali Augustus Waters-nya lho ya) ternyata cowok artistik bisa jadi tokoh terbaik, seperti dalam novel ini. Dan para penulis genre YA, jika tak menginginkan pembaca bosan, mungkin kalian harus berhenti menciptakan tokoh yang sudah pasaran. 


Yang saya tidak mengerti adalah kenapa judulnya harus diganti? saya lebih suka Graffiti Moon karena lebih mewakili  kisahnya, dan ini masalah selera sih, cover aslinya jauh lebih catchy dan simple, latar belakang hitam dengan sebotol spray paint warna kuning. Cover versi ini rasanya agak kurang pas saja buat saya.
Dan menemukan  buku ini serupa menemukan seseorang untuk dicintai.Empat bintang untuk Crowley!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 10, 2017 02:38

February 5, 2017

[Review] We Were Liars: Kepalamu Menolak Mengingat Kebenaran



Keterangan Buku: Judul               : We Were Liars (Para Pembohong)Penulis             : E. LockhartPenerjemah      : Nina AndianaDesain Sampul : Martin DimaPenerbit           : PT. Gramedia Pustaka UtamaTanggal Terbit : Jakarta, 2016ISBN               : 978-602-03-0671-1Jumlah halaman: 290
Blurb:
Keluarga yang menawan dan disegani.Pulau pribadi.Gadis cerdas yang risau; pemuda politis yang penuh semangat.Empat sahabat−Para pembohong−dengan pertemananYang kemudian menjadi destruktif.Kecelakaan. Rahasia.Kebohongan demi kebohongan.Cinta sejati.KebenaranPara Pembohong merupakan novel suspense modernKarya E. Lockhart, finalis National Book Award dan penerima Printz Award.Bacalah.Dan jika ada yang bertanya bagaimana akhir cerita ini,JANGAN BERITAHUKAN.


Review:

            Saya tengah terjebak dalam kesibukan kerja. Membaca adalah kemewahan yang bisa saya dapatkan di hari hujan tanpa aliran listrik, atau ketika mengantri di dokter gigi, dan separuhnya saya tuntaskan dalam bus pengap beraroma keringat dan minyak angin di perjalanan Sumbawa-Seteluk. Suspense seharusnya bukanlah genre favorit saya, tapi karena kepala tak mau dewasa saya selalu menyukai genre Young Adult jadi sedikit bumbu suspense tak masalah. Ibarat sebagai penyegar di kala sebagian besar kisah remaja yang saya baca belakangan hanya berisi cowok culun yang jatuh cinta pada cewek eksentrik. Saya juga menyukai drama dan rahasia keluarga yang dituangkan dalam kisah ini.            Adalah keluarga Sinclair yang membuat saya iri setengah mati. Siapa keluarga Sinclair itu?             Mari kita dengarkan sambutan dari Cadence ‘Cady’ Sinclair Easton/Easman (?) cucu perempuan tertua keluarga Sinclair. “Selamat datang di keluarga Sinclair yang sempurna. Di sini tidak ada kriminal. Di sini tidak ada pecandu. Di sini tidak ada yang gagal.             Eh tapi di sini ada banyak kebohongan pun para pembohong… Oooops!            Pada awalnya E. Lockhart bercerita tentang betapa sempurnanya keluarga pendukung Partai Demokrat ini; mereka memiliki wajah cantik dan tampan, bertubuh atletis, memiliki senyum lebar, dagu persegi, juga serve tenis yang selalu agresif. Yang membuatku iri bukan itu semua, tapi kepemilikan mereka atas pulau pribadi yang bernama Beechwood, pulau yang dilengkapi empat rumah di dalamnya; Clairmont, Red Gate, Cuddledown, dan Windmere, tempat keluarga ini menghabiskan musim panas mereka.             Harris dan Tipper Sinclair memiliki tiga putri nyaris sempurna; Carrie, Bess, dan Penny−yang sayangnya tak memiliki kemampuan untuk mempertahankan pernikahan mereka. Di setiap musim panas keluarga-keluarga yang telah terkoyak ini berkumpul di Beechwood untuk merayakan musim panas. Carrie akan membawa Johnny dan Will putranya, ditambah kekasihnya, pria India yang tak akan dinikahinya, Ed beserta keponakan Ed, Gatwick Matthew Patil. Bess akan membawa empat anaknya; Mirren, si kembar Liberty-Bonnie, dan Taft. Sementara si bungsu dan anak kesayangan−Penny akan membawa putri tunggalnya Cady, si tokoh utama yang dari sudut pandangnyalah cerita ini sampai ke pembaca.            Cerita ini dimulai pada musim panas ke lima belas Cady, tak lama setelah ayahnya kabur bersama wanita lain. Pada awalnya saya pikir Cady hanya anak manja yang tak bisa bertahan setelah keretakan keluarganya, saya menyangka Cady akan bercerita tentang tekanan yang dialaminya sebagai anak korban perceraian, Cady akan menjadi anak penderita schizophrenia atau semacamnya. Saya takkan lupa deskripsinya saat ayahnya menembakinya, melukainya, meninggalkannya dalam rasa malu dan ketidakpercayaannya bahwa dia ditinggalkan karena tidak dicintai. Tapi dia keluarga Sinclair, maka dia hanya perlu mengangkat dagu perseginya tinggi-tinggi dan melanjutkan hidup senormal mungkin.            Tak ada anak usia belasan yang normal setelah ditinggalkan, baik untuk sementara maupun selamanya. Baik dalam jarak yang terbatas ataupun tanpa batas. Baik oleh binatang peliharaan ataupun oleh mereka yang dicintai.             Kehilangan tak pernah mudah. Kehilangan mengubah apapun menjadi tak lagi sama seperti sediakala. Kehilangan begitu pedih. Sebagai pembaca, buku ini mengirimkan kepedihan sekaligus keindahan.            Saya tak ingin bercerita banyak, selain bahwa saya mendapat pelajaran penting dari anak-anak perempuan Sinclair, kekayaan dan pendidikan terbaik tak membuatmu terlatih dalam membangun pernikahan. Dampak terburuk dari perceraian adalah anak-anak yang tak lagi mendapat haknya sebagai anak dan para orang tua yang tenggelam dalam kekecewaan. Perempuan, berhati-hatilah ketika jatuh cinta!             Saya menyayangi para pembohong ; Johnny, Mirren, Gat, dan Cady.  Johnny, dia seperti bola yang memantul, penuh energi, dan sarkastis. Mirren; manis, selalu ingin tahu, dan suka air, Gat; dia bagai kontemplasi dan antusiasme,. Ambisi dan kopi kental. Lalu Cady, saranku berpura-puralah menjadi dirinya agar kamu sebagai pembaca menyatu dalam kisahnya.

            Novel ini diceritakan dalam kalimat-kalimat indah yang kadang terlalu manis hingga saya merasa bisa meleleh bagai es krim di musim panas. Seperti apa yang dikatakan Gat pada Cady ketika ingin menggengam tangannya, “Saat ini jagat raya terlihat begitu besar. Aku butuh sesuatu untuk berpegangan.” Kadang saya berharap, kisah cinta Gat dan Cady adalah cerita cinta remaja yang dangkal. Tragedi sebesar ini terlalu mengerikan untuk kisah cinta pertama yang seharusnya manis.            Saya suka moto-moto dari para pembohong. Mirren dengan, “Berbaik hatilah lebih daripada yang perlu kau lakukan.” Johnny dengan, “Jangan pernah makan apapun yang lebih besar dari bokongmu.” Gat dengan, “Jangan pernah menerima keburukan yang bisa kauubah.” Dan Cady dengan, “Selalu lakukan apa yang takut kau lakukan.” Seperti menghadapi kebenaran yang terlalu pening ketika harus diterima otaknya.            Cady cerdas, tipe gadis yang kamu ingin menjadi sepertinya. Tapi manusia selalu memiliki kelemahan-kelemahan, memiliki batasan dan mudah terseret dalam kekeliruan yang mungkin tak sempat diperhitungkan yang nantinya akan menimbulkan penyesalan yang teramat dalam. Saya suka caranya dalam mengatasi kehilangannya, dengan project giveaway-nya, tak menyembuhkan memang namun berguna bagi orang lainnya.            Covernovelnya yang membuat jatuh cinta pada pandangan pertama (selain deretan penghargaan yang diterima buku ini yang menggodaku sehingga harus membelinya) adalah bentuk yang diabadikan yang merupakan salah satu adegan paling mengiris hati yang berada di halaman 189. Oh Cady yang malang, saya benar-benar ingin memeluknya.             Sebuah novel yang mengisahkan kelamnya keluarga kaya Amerika yang memegang tradisi dan tingginya harga diri. Sebuah karya hebat yang harusnya saya sesali karena menghadiahkan saya dengan akhir yang tak boleh saya katakann dan payahnya, seharusnya kisah cinta Cady dan Gat akan lebih sederhana dan sangat remaja jika saya boleh menyenandungkan soundtrack Grease, “summer fling, don’t mean a thing. But, uh oh those summer nights.”



 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 05, 2017 00:15

February 4, 2017

[REVIEW] Sing Me Home: Pada Akhirnya Semua Akan Menemukan Jalannya





Keterangan Buku: Judul               : Sing Me HomePenulis             : Emma GraceDesain Sampul : Orkha CreativePenerbit           : PT. Gramedia Pustaka UtamaTanggal Terbit : Jakarta, 2016ISBN               : 978-602-03-3571-1Jumlah halaman: 272
Blurb: Selain menghadapi ibu yang tidak setuju dirinya menjadi penari. Gwen harus menerima fakta yang lebih menyakitkan: Hugo, cowok yang selama ini dekat dengannya, ternyata memilih gadis lain. Gwen sadar ia mesti mempertahankan impiannya menjadi penari professional, meski masih patah hati.            Di tengah  situasi itu, Gwen harus mengikuti audisi tari yang sangat penting. Dan di sana, ia bertemu Jared yang mengabadikan tariannya dalam selembar foto. Sejak itu, nyaris tiap kali, Jared menemaninya latihan tari. Cowok itu memasuki hidup Gwen, dan hidup Gwen tenang kembali.            Namun, bagaimana kalau jauh di dalam hati Gwen, Jared hanyalah pengganti Hugo? Bahwa Hugo-lah yang sebenarnya ia inginkan.
Review:           Beruntungnya menjadi Gwen, memiliki keluarga; Ma dan Pa yang menyayanginya, memiliki Hanna, sahabat terbaik yang mungkin bisa dimiliki seorang remaja seusianya, memiliki bakat menari hebat dan yang terpenting adalah memiliki Hugo, seorang cowok yang dekat dengannya dan yang menunjukkan bahwa cowok itu memiliki perasaan sayang padanya.            Hanya saja, kesempurnaan kadang tak menjadikan sebuah kisah menarik dan di sinilah ‘bumbu’ dramanya. Ma, tak mendukung bakat menari Gwen, tak peduli seberapapun berbakatnya putrinya itu. Dan, ada Corrine, sahabat masa kecil Hugo yang menyayanginya Hugo lebih dari rasa sahabat. Hugo yang baik dan (yaampun tipe cowok idaman banget) memilih untuk bersama Corrine yang tengah sekarat.            Bagi saya, cerita ini memiliki hal-hal yang saya sukai. Keluarga multi culture, bakat seni dalam diri tokohnya, saya harus bilang saya penggemar komik seri Mari-Chan dan Marrionate yang membahas tari khususnya balet, sahabat perempuan yang berhasil melewati saat-saat kritis sebagai remaja, juga tentu saja cowok tipe Hugo. Hanya sekadar tambahan bahwa novel remaja pertama yang menjadi favorite saya, yaitu Looking for Alibrandi juga seperti novel ini ber-setting di Australia.            Ceritanya ringan saja, gaya bertuturnya manis namun mengena. Hanya satu sayangnya, mungkin saya sudah terlampau tua untuk bacaan ala remaja, karena saya yang berpikir terlalu matang menganggap bahwa ‘dengan membiarkan waktu dan perasaan’ menyelesaikan masalah cenderung terlalu ajaib bagi saya yang kadang terlalu sok untuk berpikir ‘segala sesuatu butuh usaha nyata’. Agak greget ketika Jared dan Corrine melepas Gwen dan Hugo hanya karena perasaan yang tak mungkin dipaksakan. Eh, kan jadi spoiler.            Namun, bagi pembaca yang tengah berusaha meraih mimpi seperti Gwen, novel ini bisa memberi inspirasi. Seperti kalimat di halaman 191 yang mengatakan. “Cita-cita bukanlah sekadar cita-cita.Mereka mendefinisikan siapa dirimu yang sesungguhnya.” Dan untuk Jared tersayang (hehehe) saya suka sekali sih caranya merebut hati cewek dengan memberinya buku, kenapa nggak semua cowok di dunia berpikiran sama dengannya? Jika belum menemukan gadis untuk diberikan The Hunger Games Series-nya, boleh deh bukunya dikirim buat saya. Sayang Jared tak saya temukan di dunia nyata.
            Dan, dalam hubungan yang menyangkut perasaan, saya sependapat dengan penulis yang mengatakan,” Hati mengerti siapa yang mereka izinkan tinggal di sana. Seperti hati juga mengerti siapa yang tak dapat menetap, walaupun orang itu sudah berusaha keras.”
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 04, 2017 22:23

January 21, 2017

[REVIEW] A Untuk Amanda: Menjadi Sempurna Bukanlah Segalanya



Keterangan Buku:
Judul : A Untuk Amanda
Penulis : Annisa Ihsani
Editor : Yuniar Budiarti
Proofreader : M. Aditiyo Haryadi
Desain Sampul : Orkha Creative
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit : Jakarta, 2016
ISBN : 978-605-03-2631-3
Jumlah halaman: 264

Blurb :
Amanda punya satu masalah kecil: dia yakin bahwa dia tidak sepandai kesan yang ditampilkannya. Rapor yang semua berisi nilai A, dia yakini karena keberuntungan berpihak padanya. Tampaknya para guru hanya menanyakan pertanyaan yang kebetulan dia tahu jawabannya.
Namun tentunya, tidak mungkin ada orang yang bias beruntung setiap saat, kan?
Setelah dipikir-pikir, sepertinya itu bukan masalah kecil. Apalagi mengingat hidupnya diisi dengan serangkaian perjanjian psikoterapi. Ketika pulang dengan resep antidepresan, Amanda tahu masalahnya lebih pelik daripada yang siap diakuinya.
Di tengah kerumitan dengan pacar, keluarga, dan sekolahnya. Amanda harus menerima bahwa dia tidak bias mendapat nilai A untuk segalanya.


Review:
Menurut saya ketidaksempurnaan itulah yang menjadikan kita manusia. Tapi gadis tokoh utama dalam kisah ini berpendapat sebaliknya.
Amanda gadis remaja yang merupakan tokoh utama dalam buku ini merupakan tokoh yang saya sebagai pembaca menaruh perhatian besar padanya. Untuk membahasa buku ini saya akan memandang Amanda sebagai seorang guru, seperti profesi saya yang sebenarnya. Kenapa saya menggunakan sudut pandang ini? Karena sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari, salah satu kesalahan para pendidik adalah cenderung kurang memperhatikan kesehatan mental peserta didiknya.
Kebanyakan orang pada umumnya, barangkali berpendapat bahwa tokoh Amanda ini adalah gadis remaja yang tidak bersyukur, dimana seperti yang diceritakan dalam bukunya bahwa Amanda adalah gadis jenius dengan IP nyaris selalu 4.00, masuk di Klub Komputer yang bergengsi, Ibunya menyayanginya, gurunya meletakkan harapan besar padanya, memacari cowok cute (tidak ada cowok yang suka diberi label cute, tapi bagi saya Tommy sungguh cute! Se-cute hubungan mereka yang telah terbangun sejak mereka masih anak-anak) memiliki Helen/Helena gadis populer di sekolah sebagai seorang yang bisa dikatakan nyaris sebagai sahabatnya. Akan tetapi, si Amanda ini tak percaya dengan apa yang dimilikinya itu. Dia merasa bahwa dia hanya beruntung, itu saja. Selain itu Amanda adalah seorang agnostik juga feminis, pendapat-pendapat pribadi Amanda cukup meneguhkan bahwa dia adalah seorang agnostik-feminis-yang-hidupnya-adalah-untuk-mencapai-impiannya-sebagai-seorang-ilmuan.
Sebagai guru, saya tahu bahwa apa yang dialami Amanda adalah hal yang alami bagi anak dengan bakat di atas rata-rata. Pernah mendengar istilah, “orang bodoh (maaf, sebenarnya bagi saya kata bodoh sungguhlah kasar) terlalu percaya diri dan orang pintar selalu diliputi keraguan.” Begitulah yang kira-kira ingin penulis sampaikan melalui novel ini. Ketidakpercayaan tokoh Amanda atas apa yang dimiliki dalam hidupnya. Dan yang saya lihat selama nyaris tujuh tahun menjadi guru, sindrom ketidakpercayaan diri dan kecenderungan terobsesi akan prestasi kerap menjangkiti anak-anak semacam Amanda ini.
Tokoh Amanda menurut saya seperti versi remaja Sylvia Plath. Penulis lumayan berhasil mengajak pembaca menjadi sedepresif Amanda dengan cara yang mampu dicerna pembaca remaja. Saya suka idenya untuk “menciptakan” setting yang merupakan di negera tropis entah bernama apa, ataukah saya melewati Negara mana tempat Amanda ini berada. Berdasarkan cara penuturan novel ini semacam novel terjemahan yang khas negeri Paman Sam, namun dari pemilihan nama tokoh merupakan campuran nama lokal, Barat, dan Timur Tengah. Walau menurut saya agak ‘nanggung’ tapi tak menjadikan kekurangan dalam buku ini.
Pesan moral yang disampaikan kisah ini jelas merupakan pembelajaran yang baik bagi pembaca terutama pembaca remaja yaitu tentang ‘betapa tertekannya menjadi sempurna dan menjadi pribadi yang ambisius’ pada akhirnya yang seseorang perlu lakukan adalah memaafkan kekurangan dan berdamai dengan hal-hal yang tak bisa diubah. Remaja yang tengah “membangun” jati dirinya perlu membaca buku ini (saya menyuaki kata “membangun” dibanding “mencari” jati diri)
Sebagai seorang pendidik, agaknya tekanan yang dialami oleh Amanda lebih karena sistem pendidikan yang ’lupa’ bahwa pengetahuan bukanlah tentang mengejar “capaian” tertentu, tapi bagaimana menjadikan siswa mau memenuhi dirinya dengan pengetahuan yang bermanfaat sebagai modal untuk kehidupan di masa depan mereka. Beban anak-anak sekolah jaman sekarang sungguh mudah menjadikan mereka terserang depresi. Tuntutan orang tua dan sekolah kadang menyiksa anak-anak kita, mari kita kembalikan peran keluarga dan sekolah seperti yang dibutuhkan oleh mereka, anak-anak kita.
Hampir saja lupa mengatakannya, bahwa saya menyukai sampulnya. Tekanan yang dialami Amanda terlihat jelas di sana.


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 21, 2017 08:54

January 12, 2017

[Review] The Lover’s Dictionary: Setiap Pasangan Kekasih Memiliki Pilihan Kata-Katanya Sendiri




KeteranganBuku:
Judul                           : Kamus Sang Kekasih  (The Lover’s Dictionary)Pengarang                   : David LevithanPenerjemah                  : Rosi L. SimamoraDesain Sampul            : Marcel AWPenerbit                       : PT. Gramedia Pustaka UtamaCetakan Kedua           : Juni 2015Jumlah Halaman          : 232ISBN                           : 978-602-03-1454-9



Blurb: Bagaimana  seseorang menjelaskan cinta? Mungkinkah kita menggambarkan hal yang begitu lazim dan istimewa padasaat bersamaan? Tentang sesuatu yang memiliki kekuatan untuk menguasai hidup kita sepenuhnya, yang membuat kita merasa menjadi bagian yang lebih besar diri kita sendiri?Dengan gaya yang unik, The Lover’s Dictionary smembangun kisah senuah hubungan dalam bentuk kamus. Melalui entri-entri David Levithan member kita gambaran mengharukan tak terlupakan tentang cinta di era modern.Yearning,kb/ks. hasrat; Di pusat hasrat ini adalahkeyakinan bahwa segalanya bias sempurna.Abyss, kb. jurang yang sangat dalam. Ada saatnya aku meragukan segalanya. Ketika aku menyesali segala sesuatu yang telah kauterima dariku, segala sesuatu yang telah kuberikan padamu, dan segenap waktu yang kusia-siakan untuk kita.


Review:             Saya pikir saya jatuh cinta pada ide Levithan. Dia menulis potongan-potongan kisah cinta dalam bentuk kamus. Brilian! Setiap entri menurut saya menjadi judul dari barisan-barisan kata yang mewakili kepingan-kepingan kehidupan sepasang kekasih tanpa nama (jika boleh menamakan aku ingin tokoh laki-lakinya bernama Heath dan tokoh perempuannya bernama Sara) Sepertinya mereka baru dua tahun untuk memutuskan hidup bersama. Di kepala saya, “Heath” memiliki rambut berwarna cokelat terang dengan mata teduh serta senyum hangat dan Sara memiliki rambut sewarna jerami sebahu yang berantakan, senyuman memikat, dan tawa  yang menularkan kebahagiaan pada pendengarnya.Inilah yang saya sukai dari buku ini, pembaca semacam saya seolah diberi kesempatan untuk memilih semacam apa tokoh untuk cerita ini. Tak ada alur yang jelas, tak ada banyak deskripsi, sedikit berantakan tapi sebagai penggemar hal-hal berantakan saya menyukainya, sangat!


“Heath” adalah pria romantis menurut saya, karena dia menuliskan hal-hal dalam ini untuk “Sara”. Ada beberapa hal yang ada dalam ‘potongan’ cerita mereka yang mungkin juga menjadi beberapa hal yang sama bagi beberapa pasangan kekasih lainnya. Dalam kasus saya pada entri inadvertent. Entri favorite saya adalah cache, dan pada entri lover … seharusnya saya mengutipnya untuk saya kirimkan kepada orang terakhir yang saya putuskan karena kita berdua toh gagal untuk kembali ke ‘akar’ kata ini. Jika suatu hari nanti saya memutuskan untuk menikah (bukan hidup bersama seperti dalam buku ini) maka saya akan mengajukan apa yang tertulis di entri autonomy, tentu saja setelah saya bersedia mengungkapkan seperti apa yang tertulis pada entri catharsis.



Buku ini akan jadi jenis buku yang akan saya bawa dalam perjalanan. Buku yang selalu bisa dibaca kapan saja tanpa pernah bosan.


Harus saya katakan sejujurnya bahwa alasan saya memilih buku ini lebih karena penulisnya pernah menulis 10 Things I Hate About You, walau sebenarnya ketika saya membaca novel kolaborasinya dengan John Green agak sedikit mengecewakan. Bagi saya, walau keduanya penulis hebat tapi akan lebih baik jika saya menikmati karya mereka secara terpisah.Membaca Kamus Cinta Sang Kekasih merupakan pengalaman membaca yang romantis dan manis. Saya menyukainya. Dan seperti yang saya tuliskan pada judul bahwa “Heath” telah memilih “kata-kata-nya” sendiri untuk mengisi kamusnya dengan “Sara” dan jika saya harus membuat “Kamus Sang Kekasih” saya sendiri, kemungkinan besar saya akan memilih kata-kata yang juga dipilih “Heath” hanya saja yang pasti ada di kepala saya sekarang, saya akan meletakan kata favorite saya; serendipity.


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 12, 2017 05:25

January 10, 2017

[Review] Gempa Waktu: Membuatmu Bijaksana Dan Menggila Disaat Yang Sama



KeteranganBuku:
Judul                           : Gempa Waktu (Timequake)Pengarang                   : Kurt VonnegutPenerjemah                  : T. HermayaPenyunting                  : Chandra GautamaDesain Sampul            : Teguh Tri Erdyan dan Deborah Amadis MawaPenerbit                       : Kepustakaan Populer GramediaCetakan Kedua           : Februari 2016Jumlah Halaman          : 250ISBN                           : 978-979-91-1143-2
Sebuah buku bagus tak perlu Blurb atau Sinopsis jika buku ini memiliki sederet pujian seperti berikut ini: “(Vonnegut) Seorang kartunis kata-kata, orang bijak, seorang subversif sejati! … Vonnegut membuat orang yang angkuh tampak tolol dan orang yang santun dan menyenangkan tampak sebagaimana adanya … (Gempa Waktu) adalah pemerenunganyang amat memikat tentang hubungan antara kehidupan sang penulis dengan khayalannya. Karya ini merupakan suatu berkah.”−Valerie Sayers, New York Times Book Review
“Pertunjukkan yang menakjubkan tentang kejujuran pengarang …sup kental yang terdiri dari fakta dan khayalan … catalog perlengkapan yang disarankan oleh Vonnegut untuk mengarungi eksistensi yang penuh bahaya: humor, kejujuran, kemurahan hati, dan keberanian untuk hidup dan mengada.”−Detroit Free Press
“Paduan otobiografi, permenungan, satir … Vonnegut pada puncak kepengarangannya.”−Atlanta Journal-Constitution
“Gempa waktu adalah novel yang ditulis dan dibintangi Vonnegut … Apa yang dilakukan Vonnegut, yang orang lain tak mampu menandinginya, adalah memperlihatkan ketidakacuhannya yang luar biasa pada zaman pascamodern … Anda tentu menyukainya.”−Washington Post Book World
“Lucu, pedas… Gempa Waktu adalah bacaan yang sangat menarik, penuh dengan kebenaran yang lebih penting ketimbang yang dikisahkan. Tak ada permenungan moral yang lebih kocak.”−Chocago Sun-Times
“Menyenangkan … menggoncangkan … menggembirakan … karya ini merupakan suatu berkah.”−Valeri Sayers, New York Times Book Review
“Suatu campuran yang aneh antara kebijaksanaan dan kepahitan, kecerdikan dan kepasrahan, dan ejekan terhadap Alam Semesta.”−San Diego Union-Tribune
Sebuah buku bagus tak perlu review dari pembaca dan penulis review amatiran ini, jika si pembaca dan penulis review amatiran mau repot-repot menuliskan kalimat-kalimat menariknya, sebagagai berikut:
·         “Anak-anak muda Booboo tak lagi melihat faedahnya mengembangkan imajinasi, sebab yang mereka lakukan hanyalah menghidupkan saklar dan melihat segala maca sampah yang mencolok mata.” Dia berbicara tentang televisi. ·         “Adakah orang yang pernah menyadari kehidupan saat mereka menempuhnya−menit demi menit?”·         “Tak ada yang lebih efektif merusak segala bentuk kasihketimbang mengetahui bahwa tingkah laku Anda yang dulu diteria kini menjadi menggelikan.”·         “Bila Anda betul-betul ingin menyakiti hati orang tua Anda, dan Anda tidak memiliki keberanian untuk menjadi seorang homo, setidaknya Anda dapat terjun ke dunia seni.” Jadi ketika beberapa orang menyebut pengecut dengan sebutan homokarena ketidakberanian mereka, seharusnya mereka membaca kalimat ini. Menjadi homo perlu keberanian, bukan?·         “Satu-satunya kejahatannya adalah membiarkan monster itu berejakulasi di saluran peranakannya. Hal yang sama terjadi pada perempuan-perempuan terbaik.” Ketika si Trout menulis tentang Eva Braun, kekasih Hitler.·         “Saya adalah penderita depresi monopolar, keturunan orang-orang yang menderita depresi monopolar pula. Itulah sebabnya saya begitu pandai menulis.” Semua penulis adaah penderita depresi monopolar, tidakkah begitu?·         “Ilmu pengetahuan tak pernah membahagiakan siapapun. Kebenaran situasi manusia terlampau mengerikan.”·         “Semua perempuan gila, semua lelaki bajingan.” Perempuan mana yang tak jadi gila karena harus selalu menghadapi para bajingan?ooops!·         “Bila masih ada jiwa yang terpenjara, saya belum bebas.”
Baiklah, walau pendapat saya tak begitu penting tapi terinspirasi dari salah satu kalimat Vonnegut saya harus mengatakan sebaris hal berikut ini:
Adakah pembaca yang pernah menyadari apa isi buku ini saat mereka membacanya –kata demi kata?” karena sesungguhnya disepanjang saya membaca, saya hanya dibuat seolah menjadi pemikir bijaksana dan sebaliknya menjadi tak waras karena tertawa semacam orang gila.
 Vonnegut berhasil membuat saya sebagai pembaca untuk merenung sekaligus terbahak-bahak. Karya yang cerdas, pedas, dan menghibur. Bacaan saya ditahun ini diawali dengan buku yang hebat!





 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 10, 2017 00:19