Citra Rizcha Maya's Blog, page 9
October 21, 2013
[FFM] A Cup of Love

Kami melewati banyak malam bersama. Namun yang pasti kenangan itu bisa dibukukan. Lembar demi lembar kenangan itu membentuk cerita dan menyentuh sisi emosionalku yang feminim.“Aku hanya mencari udara segar,” aku terkejut mengetahui seseorang berada di atap rumah kos berlantai tiga yang baru kusewa.“Sebelumnya tak ada yang mau menghabiskan waktu di sini. Kalau kau mau kita bisa berbagi.” Dia berbalik, hanya wajahnya bagian lain dari tubuhnya tertutup punggung sofa tua. Dia bangkit mendatangiku, menjabat tangan dan begitulah awalnya mula pertemuan kami. Nyaris lima tahun lalu. Kami bersama hingga sekarang. Entah teman—walau kata itu terdengar menyakitkan. Entah kekasih, itu terdengar sangat tak pasti.Kami memulainya dari berbagi tempat untuk menikmati malam. Berbagi sisi sofa tua yang nyaman sambil menghitung bintang. Berbagi akhir pekan untuk menikmati kesepian. Berbagi cerita, baik sedih juga bahagia, entah berapa banyak tawa dan air mata yang kita bagi bersama. Hingga berbagi ciuman tak terencanakan yang meninggalkan kecanggungan, awal dari terbukanya perasaan yang kuyakin sama-sama kami simpan. Namun, ada satu hal yang tak pernah kami bagi, kopi. Kami menikmati kopi sendiri-sendiri. Aku menikmati kopiku dari mug mungil kelinci lucu yang dibencinya, seperti aku membenci mug kopi Alien hijaunya. Sayangnya sekarang, tak ada lagi si mug kelinci. Salahkan dia dan sikap kekanak-kanakannya. Marah, kesal, dan bersikap menyebalkan untuk menutup kecemburuan hingga si kelinci malang pecah dan menjadi korban. Seorang teman lelaki tak dibiarkan memasuki kehidupanku, betapa egois karena diapun tak memberikan kepastian perasaannya. Bagaimanapun setidaknya sekarang aku tahu dia mencintaiku lebih dari yang kutahu.Lima tahun kami bertahan. Ketika kesibukan kuliah berubah menjadi stres kerja kami masih di sini walau penghuni yang lain datang, pergi dan berganti. Diantara kami, memang tak ada yang ingin mengucapkan selamat tinggal dan lebih-lebih menjadi yang ditinggalkan.“Maaf,”Wajahnya melukiskan penyesalan mungkin maaf bukan jawaban. Lebih dari segalanya aku butuh kepastian atas apa yang sama-sama kami rasakan.Di tangan kanannya tidak ada si Alien hijau, namun sebuah mug keramik berwarna putih. Boleh kukatakan kenapa aku benci si Alien hijau? Karena si Alien hijau bahkan menerima lebih banyak ciuman darinya.“Mau berbagi kopi?”Kata-kata yang pernah kunanti, tak percaya datangnya hari ini.Aku menerima dan menyesap kopi yang terasa lebih nikmat dari kopi-kopi yang pernah kunikmati.“Bagaimana jika...” dia tak meneruskan kata-katanya tapi memberikanku selembar kertas. Harusnya aku mengucapkan selamat, beasiswa S2 di Cambridge, salah satu mimpi terbesarnya. Tapi yang ada aku terdiam, berharap air mataku tak pernah melewati pipi. Kupandang langit malam agar pikiranku teralihkan. Dia meraih mug kopi di tanganku, menyesapnya lalu mengembalikan padaku. Aku menyesap sedikit dan kembali memberikan padanya, beberapa kali kami memindahkan mug itu. Hingga dia berkata.“Kamu yang harus menghabiskannya,” seperti perintah juga permintaan.Kulakukan, kuhabiskan hingga tetes terakhir dan terdiam melihat kalimat di dasar gelas. Aku menatapnya tak percaya.“Aku takkan mewujudkan mimpiku jika tanpa kamu.” Suaranya lemah dan ragu.“I do!” kujawab segera sebelum sesuatu menggagalkannya. Dia memandangku tak percaya namun bahagia.Dia memutar mug-nya dan aku melihat nama kami tertulis di sana. Indah. Di antara gambar mungil gown and tux.
Published on October 21, 2013 19:33
October 19, 2013
Review Film: Barbie in the Pink Shoes
Pesan moralnya: Barbie Krystin memilih menjadi bahagia alih-alih menjadi sempurna untuk hal yang paling dicintainya!
***** Aku tidak pernah terlalu tua untuk nonton film Barbie, dan ketika ada yang menanyakan? Kapan aku berhenti nonton film Barbie dengan senang hati akan kujawab dengan ‘ntar kalo aku sudah dikutuk jadi Barbie yang ketemu Ken yang jadi Prince Charming, hehehe.’ Artinya, takkan pernah! Judulnya saja membuatku jatuh cinta! Barbie in The Pink Shoes! Sepatu?
Petualangan dimulai!Cewek mana sih yang tidak suka sepatu? (tapi aku sebal dengan ukuran kakiku yang membuatku kesulitan mendapatkan sepatu, tapi yeah aku suka sepatu!) Sebelum si Barbie Krystin, beberapa dongeng terkenal lainnya telah menggunakan keajaiban sang sepatu sebagai salah satu benda ajaib dalam kisahnya, sebut saja kisah cinta fenomenal Cinderella dan juga Dorothy dari Wizard of Oz (berharap seperti Cinderella ketika Prince Charmingku melamar, lupakan soal cincin, aku ingin dilamar dengan sepasang sepatu indah! Dongeng sungguh mempengaruhi hidupku! Hehehe). Yeah kejaiban berasal dari sepatu balet berwarna Pink!
Terjebak di kisah Swan Lake Film ini diawali dengan gladi resik sebelum pertunjukan balet yang akan dihadiri pencari bakat untuk itu Madame Natasha benar-benar berharap penampilan anak-anak didiknya harus Semmmmmpurna! Madame Natasha sangat terobsesi dengan kesempurnaan. Cuma seseorang yang membuat Madame Natasha bangga dengan kesempurnaannya, jelas bukan si Barbie Krystin! Tapi Tara. Krystin sama sekali bukan favorite madame Natasha, Krystin sungguh payah! Dia menari sesuka hati, dia membiarkan melodi membiarkan kaki-kakinya menari sendiri. Itu bencana karena madame Natasha benci itu dan....lupakan soal para pencari bakat yang akan memilihnya, masih ada Tara yang sempurna dan juga....sial! di saat gladi insiden menimpah Krystin dan sepatu baletnya rusak. Tidak ada ukuran no 5 di ruang kostum, hingga madame Katerina membawakan sebuah sepatu balet Pink untuk Krystin dan petualangan di mulai! Krystin dan si penata kostum Hailey, sahabatnya terjebak ke suatu tempat dimana banyak kisah balet di dalamnya! Jika kamu pernah menonton semua film Barbie, maka kamu tahu Barbie telah mengisahkan beberapa dongeng balet, seperti The Nutcracker dan The Swan Lake, dan di sini kamu mendapatkan lebih. Ada beberapa kisah di mix di sini! Mulai dari Gisselle, Nutcracker,The Swan Lake, bahkan ada Snow Queen dari Narnia!selain kamu tidak hanya menemukan seorang cowok cakep! Tapi tiga! Satu pangeran aristokrat tampan, satu bangsawan sombong-curang yang cute dan cowok petani keren yang lucu!
Pemandangannya indah, kan? Aku takkan menceritakan kisahnya semua tapi aku cuma ingin siapapun kalian yang suka film Barbie penasaran untuk segera menontonnya. Mungkinkah si Barbie Krystin selamat dari kejahatan Snow Queen? Mungkinkah Barbie Krystin memilih salah satu pangeran tampan? Mungkinkah Barbie Krystin kembali ke dunia nyata tempat dia harus menampilkan tarian gadis pemerah susu yang payah! Tontonlah! Dan harus aku bilang pemandangan setting di film ini sangat indah! Walau aku lebih suka Barbie berwajah klasik dan lembut ala film-film Barbie di awal, seperti Clara di Nutcracker, Rapunzel, Odette hingga di Annalise dan Erika di Princess and The Pauper tapi Krystin yeah cukup manis dan gaun-gaunnya indah. Mau taruhan para penggemar Barbie? Film ini pasti akan jadi favoritemu!

***** Aku tidak pernah terlalu tua untuk nonton film Barbie, dan ketika ada yang menanyakan? Kapan aku berhenti nonton film Barbie dengan senang hati akan kujawab dengan ‘ntar kalo aku sudah dikutuk jadi Barbie yang ketemu Ken yang jadi Prince Charming, hehehe.’ Artinya, takkan pernah! Judulnya saja membuatku jatuh cinta! Barbie in The Pink Shoes! Sepatu?



Published on October 19, 2013 20:35
October 11, 2013
Berbagi Inspirasi Berkat Kosmetik Halal Wardah

Aku dan Lomba Blog KosmetikHalal, yah!Halal is my Life!




Baiklah aku akan memulainya dengan mendefinisikan kata cantik, aku percaya Wardah kosmetik halal ini ingin membawa pesan bahwa kecantikan yang dihasilkannya adalah kecantikan yang menginspirasi. Jadi aku ingin memulai definisiku tentang apa sih kecantikan yang menginspirasi itu? Cantik yang tak hanya datang dari wajah tapi juga dari hati, yang tak hanya memancarkan pesona tapi juga membawa manfaat dan makna serta membagikan perasaan bahagia. Wardah kosmetik halal, memiliki kriterianya. Dan sekarang aku ingin berbagi kisah inspirasi cantikku dengan Wardah kosmetik halal.
Wardah Inspiring Beauty

Setiap pagi aku ingin terbangun dalam rasa syukur, syukur karena masih bisa merasakan nikmat yang diberikan Allah kepadaku. Ada banyak hal yang pantas disyukuri dan salah satu hal kecilnya adalah.... boleh bertanya sebelumnya? Apakah, hey! Kamu para gadis manis, pernah mengeluhkan hal ini ketika bangun tidur? Rambut kusut bakalan bad hair day dan rusak mood seharian! Wajah berminyak dan jerawat yang bikin kehilangan kepercayaan diri? Siapa sih diantara kita yang tidak pernah, tapi aku selalu ingat salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang berbunyi "Laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwiim"artinya : "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." ( Qs. 95 : 4 ) Allah menciptakan kita dengan sebaik-baiknya bentuk. Hey girls you are a work of art ! jadi, apa yang seharusnya kamu lakukan? mensyukurinya dan merawatnya.
1. Menggunakan Cleanser Normal to oily skin yang sesuai dengan kulit normal cenderung berminyakku. Cleanser ini merupakan Susu pembersih dengan PH balance. Ekstrak witch hazel-nya membantu meringkas pori dan mengencangkan kulit. Diperkaya pelembab dan vitamin E. Setelahnya aku akan menyegarkan kulitku dengan Hydrating Toner yang non alkohol yang membuat kulit tidak kering dan iritasi.









Dan yeah mungkin liburan depan aku akan berpetualang ke alam lagi tapi jelas harus mengucapkan selamat tinggal pada short pants and t-shirt! Dan dengan senang hati menggunakan hijab serta tak lupa kosmetik halal kesayanganku. Wardah. Terima kasih Wardah untuk inspirasinya yang bermakna.

Published on October 11, 2013 05:31
September 5, 2013
[FS] Perjalanan Panjang untuk Secangkir Kopi

Hanya perlu 0,013 detik bagiku untuk memutuskan bahwa gadis yang seolah muncul begitu saja di depanku ini sangat menarik. Di detik berikutnya kusadari bahwa caligynephobia Kupikir aku masih beruntung hingga aku sadari alih-alih ke Tepal aku malah berada di Sekongkang! Aku menginginkan suasana pengunungan bukan pantai dengan lautan indah. Penunjuk jalan yang payah dan aku mendapat tawa mengejek sebagai bonus dari sekelompok surferketurunan Aborigin yang setengah jam lalu kutemui di jalan dekat pantai Jelenga yang adalah surganya mereka yang ingin menantang ombak. Dan yang paling kuinginkan sekarang adalah pulang, mengakhiri petualangan! “Aku tak tahu kemana tujuanmu, miss?” “Princess Leia!” “Okay!” “Kemana tujuanmu?” “Harbor...” “Great! Aku berhenti beberapa mil sebelum pelabuhan, bergegas! Aku tak mau melewati sunset di pantai depan.” Dia memukul lenganku dan aku memutar kunci dan trail-pun melaju. Lelah tapi anehnya aku menikmati perjalanan. Kupikir perjalanan ini tak terlalu buruk, bukankah tidak ada yang perlu disesalkan, segalanya memang seharusnya dijadikan bahan pelajaran? Itulah makna memahami kehidupan. “Berhenti!” suaranya tak begitu terdengar tapi bahuku yang terguncak membuatku menghentikan lajuku. Gadis itu melompat dan berlari cepat menuju pantai berpasir putih. Sebaiknya kutinggalkan ataukah... Aku menyusulnya dan duduk di sampingnya yang memandang takjub pada sang langit seolah memberi salam pada alam. “Terima kasih.” Katanya menyadari kehadiranku di sisinya. Aku tersenyum. “Aku berterima kasih untuk kesempatan melihat keindahan ini dan untuk...” suaranya meninggi “Pacar brengsekku pikir aku akan minta maaf dan memohon padanya, kau tahu apa yang kulakukan? Aku keluar dari mobilnya dan kita bertemu di jalanan. Aku melihatmu tadi di sekitar Maluk, kita berpapasan tapi kau tak menyadarinya, wajahmu bingung dan kau seperti tersesat.” Bicaranya cepat dan entah mengapa bibirnya terlihat seperti seiris Mangga berwarna cerah, pasti akan terasa lembut manis dan segar saat aku mencicipinya. “Yeah aku memang tersesat.” Sial, terkatakan oleh bibirku. “Kau tahu? Kenapa aku memilih menumpang padamu? Aku tak punya uang sepeserpun. Tas tanganku di mobil si brengsek itu but thanks God handphone-ku tertinggal di kamar. Tidak ada kendaraan umum dan menumpang pada orang lokal membuat mereka berpikir macam-macam. Menumpang kendaraan orang tak dikenal di sini bukanlah hal yang lazim lagipula aku tak ingin dihakimi siapapun dengan pakaian seperti ini dan minta tumpangan di pinggiran jalan. Aku mengamati pakaiannya, tidak ada yang salah dia terlihat sempurna. Atasan asimetris berwarna Jingga berpotongan dada rendah dengan rok cantik berbahan ringan. Aku mengamati kulitnya, sehat dan cerah. Mungkin beberapa diantara jenis kami menginginkan gadis berkulit cokelat eksotis tapi kulitnya berwarna terang dan terlihat...aku tak ingin melihatnya, aku ingin menyentuhnya. Aku ingin jari-jariku mengirimkan informasi ke otakku tentang seperti apa sensasi kala menikmatinya. Dan rambutnya yang tertiup angin, sungguh mengganggu karena menutupi wajahnya yang tiba-tiba berubah sendu. Aku ingin merampas rambut dari kepalanya, menghilangkannya untuk beberapa saat agar aku bisa menikmati kedipan matanya, hidung mungil dan bibirnya yang membuatku ingin menciumnya, tidak hanya sekali tapi berkali-kali, tidak dengan lembut tapi juga dengan cepat, liar, dan please aku tak ingin dihentikan.Seandainya jiwaku bisa keluar dari ragaku, maka dari atas sana aku bisa melihat bahwa ada moment yang sangat indah yang seharusnya aku manfaatkan. Pantai, matahari tenggelam, hamparan debu kristal dan sang dewi berlengan keemasan yang tertimpa cahaya senja indah. Bolehkah kuminta sebuah ciuman ataukah lebih dari hal-hal liar yang bisa kupikirkan?“Hey!” gadis itu seakan hendak menegur fantasiku. Aku menatapnya dan dia tersenyum “bukankah sangat indah?” dia mendekatiku dan berbisik di telingaku, bisikannya memberi efek seperti suntikan morfin.Aku mengedipkan mata dan seolah berpikir sejenak sebelum mengangguk, senyum lebar yang memperlihatkan deret giginya dan....isi otakku memecah konsentrasiku.“Suasana romantis tidak bisa dirasakan seorang diri, kupikir itu harus dibagi. Jika kau setuju silahkan tutup matamu.” Semacam kado yang ingin pitanya segera dilepas dan kotaknya segera dibuka. Aku menutup mata menunggu hadiah istimewaku. Tercium aroma garam, debur ombak dan bibirku yang tersentuh jemari dengan lembut lalu ada rasa manis dan nikmat yang tak pernah kurasakan sebelumnya, tidak hanya dibibirku, tapi juga di lidah dan bahkan seluruh organ mulutku. “Mereka menyebutnya gula jagung, entah terbuat dari jagung tapi yang jelas terbungkus kulit jagung. Salah satu cemilan tradisional, kupikir kau perlu mencobanya dan coba rasakan di lidahmu, betapa manisnya, seperti cokelat tapi juga seperti gula.” Dia memainkan lembaran kulit jagung kering, meletakkannya di pasir, gula itu masih tersisa sepotong. Matahari nyaris benar-benar tenggelam, dan lihat apa yang kita lewatkan? Sedikit kecewa dan tak mau terlalu rugi, kuambil gula yang tersisa dan kubiarkan rasa manisnya menyebar di mulutku. ***“Kamu mau memaksa untuk melanjutkan perjalanan atau ...seandainya aku jadi kamu, aku akan berhenti dan well mungkin kita bisa menikmati kopi?” kenapa dia harus mengingatkanku dengan tujuan awalku yang sekarang benar-benar gagal.“Kamu benar-benar terlihat lelah, kafein bagus untuk memperbaiki, setidaknya kesadaranmu dan... mungkin tubuhmu butuh massage.” Terdengar menggoda tapi aku tak ingin berekspektasi tinggi.Aku hendak menolak tapi ekspresi wajahnya yang memaksa dengan cara yang begitu manisnya membuatku memasuki ruangan 3X4 meter yang mirip seperti kamar remaja pria yang mengajak pacarnya menginap. Berantakan, kakiku merasakan butiran debu yang kemungkinan berasal dari sel kulit matinya yang berhamburan di seluruh lantai. Aroma kamarnya tak bisa dikatakan pengap tapi tercium aroma campuran seperti masakan dengan bumbu bawang dan merica, aroma dari cucian bersih yang wanginya aneh, tak heran ada setumpuk cucian dalam kemasan plastik yang belum dibuka dan juga bercampur dengan aroma anti serangga elektrik yang buru-buru dicabutnya.“Selamat datang di kandangku.” Wajahnya menampilkan ekspresi konyol yang tetap terihat manis, aneh tapi begitulah ketika jatuh cinta kau takkan melihat hal-hal yang kurang padanya.Dia menjatuhkan dirinya di matras berseprai warna merah Maroon. Tidak ada boneka di sana seperti yang tadinya kupikir akan berada di kamar gadis berwajah seperti penggemar Teddy Bear itu, dan seharusnya tak terlalu terkejut saat aku melihat majalah terbuka yang memperlihatkan rubrik Love and Lust yang disponsori iklan Durex. Tahu pemandangan apa yang ditangkap mataku, dia menutup majalah dan menunjukkan wajah innocent gagal.“Aku hanya membeli majalah ini karena tergiur bonusnya, Shea Butterdan Sooting Gel, aku seperti membeli produk perawatan kulit dengan harga murah dan mendapat majalah secara gratis.” Aku tak perlu alasan, aku bisa menebak gadis ini. Dia menggoda tidak secara nakal tapi secara perlahan. Aku merasakan sebelah alisku terangkat.Aku meletakkan ranselku di lantai dan berpikir untuk sebaiknya duduk dimana dan melakukan apa, tapi dengan gerak cepat seperti ninja, gadis itu bangkit dari tempat tidur mendorongku dan aku terjatuh, punggungku merasakan kenyamanan. Tapi aku tak menolak jika ditawarkan kenyamanan lebih dari ini.“Kuharap kamu mau mencopot jaket dan kemejamu.” Terdengar galak, siapa yang menolak jika gadis seperti ini menyekapmu dalam kamar dan membuat dirimu terjebak. Aku mematuhi perintahnya dan kulakukan secepat yang kubisa. Dia melompat ke tempat tidur, kuharap dia akan duduk dipunggungku dan jari-jarinya akan menggodaku.“Apa yang kamu rasakan?”“Wangi Vanilla manis dan menggoda.” Entah dia baru menyeprotkan parfumnya tapi yang jelas pengaruhnya membuatku kehilangan kendali atas diri sendiri.“Aku bertanya tentang ini!” tangannya menyentuh punggung telanjangku dan aku merasakan sesuatu yang seperti jelly, sejuk mendekati dingin dan segar.“Aloe vera sooting gel, aku kehabisan minyak aromaterapi.” Ada tawa licik yang renyah serta pijatan lembut jemarinya membuat aku percaya lagi pada Tuhan setelah 15 tahun lalu aku memutuskan menjadi Atheis.“Oh...Princess Leia.” Aku tahu aku tak lagi berpijak di bumi.Tawanya seperti hipnotis dan apa yang dia lakukan pada tubuhku membuatku terbang tanpa pesawat, tanpa balon udara.“Maaf soal kopi, dispenserku tak lagi berfungsi dan aku malas merebus air.” Aku tak peduli, karena yang kupedulikan saat ini adalah bagaimana meniru atlet gulat untuk mengunci lawannya. Aku ingin dia menempel pada tempat tidur dan membiarkan aku mengendalikan permainan. Dia mungkin penggoda dan pemain yang berbakat tapi aku memiliki naluri pelatih. Gaya dan gerakanku akan membuatnya memilih untuk menikmati keseluruhan permainan. Aku ingin membuatnya marah karena aku membiarkannya merasakan penasaran yang tak bisa menemukan jawaban. Aku ingin membuatnya mengiba dan meminta apa yang tak ingin kuberikan dengan segera. Aku ingin dia basah dan tenggelam di lautan luas. Aku ingin dia terbang dan terjatuh dan tak merasa jera. Aku ingin dia menangis dan tertawa. Aku ingin membuat dia tersedu dan berteriak, di atas segalanya aku ingin membuatnya puas dan takkan melupakan pengalaman liar kami. Dua orang asing, Princess Leia dan si penjelajah yang tersesat.*** Sekarang aku harus berterima kasih pada artikel di majalah mantan tunanganku tentang bagaimana cara memuaskan seorang wanita. Don't you know how sweet and wonderful, life can be. I'm askin you baby, to get it on with me. I aint gonna worry, I aint gonna push. So come on, come on, come on, come on baby. Stop beatin round the bush....yeah terima kasih Marvin Gaye! Lets Get It On-mu adalah musik keren untuk mengiringi permainan kami yang hebat! Dan....bagaimana bisa tak kusadari saat lagu tersebut terulang lagi, ternyata itu adalah tanda telepon masuk, kulihat di layar handphone photo si Princess Leia dan pria yang membuatku ingin meninju wajahnya tengah berpelukan dan tersenyum bahagia, kata my Honey menjungkirbalikan duniaku. “Selamat pagi!” “Kumohon jangan goda aku lagi, aku lelah dan kehabisan tenaga.” Aku menggerutu lebih karena cemburu. Tawanya lucu dan renyah seakan aku sudah terbiasa mendengarnya. Princess Leia duduk di sisiku membawakan kopi, tujuan awalku. Sebelah tangannya mengusap kepalaku. “Bangun bocah besar!” dia bersikap seperti ibuku, setidaknya mereka sama, yeah sama-sama wanita yang sangat kusayangi. “Kamu tidur terlalu lelap, kamu bahkan tak terganggu dengan dering telepon puluhan kali dari pacarku.” Dia tertawa, tawanya membuatku ingin mengulang... kejadian semalam? Apakah nyata apakah mimpi? Sudahlah! Yang jelas sekarang aku berjanji akan bangun pagi-pagi sekali karena lihatlah apa yang akan kutemui di setiap pagi, seorang dewi berbalut jubah mandi dan secangkir kopi. Dia menyerahkan secangkir kopi, hendak kuraih tapi dia malah menyesap kopiku lebih dulu. “Ini kopi terakhirku, jadi kenapa tidak kita berbagi?” “Duniakupun akan kubagi untukmu.” Kataku pada diri sendiri. “Baiklah saatnya bangkit dari tempat tidurku! Kamu membuatku harus menumpang tidur di kamar sebelah! 20 menit lagi pacarku menjemputku untuk berangkat kerja. Habiskan kopimu dan hati-hati untuk perjalananmu, saranku, jangan memaksakan diri jika terlalu lelah. Aku tak tahu apa yang terjadi padamu jika semalam kamu tetap memaksa berkendara!” Sambil menatap wajahnya di cermin yang sedang menyapukan kuas di pipi, dia bicara cepat. Setidaknya semalam aku mendapatkan mimpi indah dan yeah...akhirnya secangkir kopi juga. “Kamu berhutang 50 dollar untuk civet coffee...” dia menggoda “... dan 10 dollar untuk biaya laundry karena membuat tempat tidurku basah.” Godaannya membuatku malu dan menggila. “Kopinya nikmat.” Kataku pahit dan menutup malu, tapi kemudian memberinya senyuman, kupikir rasa bibirnya tertinggal di cangkir kopi. Aku terpaksa mengenakan lagi kemeja dan jaketku. Memakai sarung tangan dan mengambil helmku, meraih ransel dan siap-siap pergi. “Selamat jalan dan hati-hati.” Pada akhirnya aku mendapatkan senyuman, ucapan selamat tinggal, dan sebuah ciuman di pipi. Hey masih ada sepuluh menit lagi! Cukup untuk satu sesi quicky.
:::THE END:::
Phobia akan wanita cantik
Published on September 05, 2013 22:13
September 3, 2013
Cinta Itu Milikku

Aku siap mencicipi cinta yang jadi milikmu. Aku siap merebutnya darimu, karena aku ingin, karena aku bisa, karena aku mampu untuk itu. Cinta tak seharusnya tercipta hanya untuk mereka; dia dan kamu. Cinta itu sepenuhnya milikku. “Aku menyayanginya, sangat, sungguh, terlalu. Dia satu-satunya hal yang membuatku merasa nyaman menjadi gila.” Aku tertawa kala melihatmu jatuh cinta. Cinta, bukankah pada akhirnya kamu tergoda? Bukankah dulu kamu adalah pengecut yang terlalu takut? Cinta? Aku ingin tertawa! Siapkah kamu untuk jatuh cinta? “Bahagia untuk cintamu.” Bibirku pandai berdusta. Itu terdengar nyaman di telinga, tapi tepat di depan mukamu aku ingin segera muntah, membuatmu merasakan jadi makhluk hina. Cinta? Kamu tak pantas untuk cinta! Aku ingin memutar bola mata saat melihat dia dan kamu saling bertatapan, mata kalian berbicara, tangan kalian bertautan, dan ada aura mesra melayang-layang di udara. Aku ingin tertawa mengejek dan berteriak brengsek, saat kamu menyelipkan rambut di belakang telinga. Membiarkannya berbisik dan menggoda, lalu kamu tertawa dengan manjanya. Aku marah, benci, tak suka. Dan ya, aku mendapatkan milikmu. Cintamu. Sumber kebahagianmu. Lalu kamu datang padaku dan ... akhirnya aku melihatmu ekspresi murka di wajahmu yang jelita. Aku mendengarmu bicara lebih tinggi dari nadamu yang biasa. Aku tahu kamu memiliki perbendaharaan kata-kata itu. Kata-kata yang jika terdengar ibumu, maka mulutmu akan disabuninya hingga lidahmu membiru. Kamu berteriak. “Kalau cinta itu adalah soal seks, pasti yang memenangkan Nobel Perdamaian itu adalah PSK! Kalau cinta itu soal seks pasti banyak lonte yang hidupnya happily ever after!” Aku hanya bisa ngakak. Aku bahagia. Aku merayakan dia yang tadinya milikmu jadi punyaku. Aku bahagia karena aku tahu dan tebakanku benar, kamu sama sepertiku. Manusia yang bisa merasakan emosi negatif yang berbahaya. Aku tahu kamu tak sempurna. Ya aku tahu aku bahagia kamu juga manusia yang tak berbeda. Kenapa aku melakukan itu? Karena cinta itu milikku! Kenapa aku melakukan itu? Karena aku terlalu menyayangimu tapi tak bisa memiliku dan tak mungkin bisa menjadi kamu.
Published on September 03, 2013 22:36
August 31, 2013
Selamat Tim Volly Ganesha, Kami Bangga!

Aku harus bilang betapa beruntungnya aku yang bekerja untuk masa depan para remaja, di Sekolah Menengah Atas kami menikmati bagaimana semangat itu berkembang. Semangat remaja mungkin itulah yang menjadi Inspirasi band grungekeren Nirvana meniptakan salah satu lagu favoriteku Smells Like Teen Spirit. (janji deh .... nggak bakal menulis dengan sudut pandang seorang guru menyebalkan yang akan kesel dan marah-marah kalo siswanya bolos atau nggak ngerjain PR)


Aku bangga dengan keberhasilan mereka dan ta da kejutan berikutnya adalah bahwa dua orang dari Tim Volly kami juga jadi dua pemain terbaik, selamat buat tim Volly Ganesha serta Ardianah dan Subhan, yeay! Kalian hebat! Yang kemaren ga masuk gegara latihan, minggu ini saya tunggu tugasnya! Ooooops :P
Ini hanyalah ekspresi kebanggaan dan ucapan selamat, berhubung saya adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan dan penulis fiksi genre teenlit jadi jelas ini bukan liputan olah raga yang bagus. Perlu belajar dari jurnalis olah raga :D

Published on August 31, 2013 20:13
Desember

Penantian itu tidak pernah menyakitkan, selama masih ada kerinduan, harapan dan kepercayaan. Pada akhirnya, kenanganlah yang akan membawanya pulang.
“Kamu boleh pergi kemanapun kamu pergi, tapi please…janji kalo suatu hari nanti kamu akan kembali…pulang lagi kesini”Air mataku tertahan, dan suara serak terasa menyakitkan di tenggorokkan. Aku telah gagal untuk membuatnya tetap tinggal, tapi aku tak ingin gagal untuk membuatnya berjanji untuk kembali suatu hari nanti. Dia menatapku, sekilas, tapi langsung menatap lagi keluar jendela, sama sepertiku, matanya berkaca-kaca.“I Love You, Re…”Dan dia pergi, tanpa mengucapkan selamat tinggal, karena mungkin dalam hatinya tahu, ucapan itu hanya akan terasa menyakitkan karena mematikan harapan untuk bisa berjumpa lagi, tapi…dia juga tak mengatakan sampai jumpa lagi, mungkin dia hanya tak ingin membuatku tersakiti apabila seandainya kita tak bisa benar-benar berjumpa lagi. Tapi dalam hati, aku yakin dia pasti kembali, pasti, yeah suatu hari nanti.
Dua tahun berlalu…
Aku selalu menunggunya, suatu hari aku percaya dia akan pulang, masuk melewati gerbang itu, dan mengetuk pintu rumahku, seperti dulu. Aku hanya akan pura-pura tidak terlalu antusias dengan berjalan perlahan untuk membukakannya pintu. Di tangannya aku tau pasti ada sekotak cupcake cokelat favoritku, nantinya kita akan menikmatinya bersama kopi mocca di balkon belakang sambil memandangi hujan, matahari yang terbenam atau bintang-bintang di langit malam, kadang dia akan mengambil gitar dan menyanyikan lagu yang sama. December.
December, come to meI hope I can seeYou're not just in dreams
I will let you beWhy can't you believeHow much you really mean?
December, won't you comeBack with snow, even sun?Don't say that it's done
I will carry you homeTake you from the loneliest placeYou have known
I will carry you homeTake me from the loneliest placeI have known
Suaranya selalu indah membelai telingaku, sedikit berat namun halus, aku suka caranya menyebutkan kata perkata, aku suka cara bibirnya bergerak dan ada senyum indah saat dia memandang mataku. Kenangan tentangnya selalu hal yang indah-indah.“Ngapain?” tanya Gheghe, aku tak menyangka tiba-tiba saja dia duduk di hadapanku, dia menyodorkan segelas cokelat hangat.“Minimal ini, bikin loe bisa tetap sadar, gue bosen liat elo over dosis kafein, sist” “Thanks”“Tadi Hendru telepon, katanya loe nggak ngangkat teleponnya.”“Sengaja” aku tersenyum jail lalu menjulurkan lidah “Gue cuma nggak pengen ngasih dia harapan.”Ghegehe memutar bola matanya“Apa kabar Ananta?” pertanyaan menjebak dan akan bermetamorfosis jadi sebuah sindiran.“Kita baru aja abis ngobrol” jawabku asalGheghe memandangku dengan tampang sebal “Bicara via telepati lagi? lewat koneksi hati? Sampe kapan elo mau nipu diri???? Kalo Nanta cinta sama elo, dua tahun ini dia pasti ngirimin kabar! Siapa yang tau apa yang dia lakuin di jauh sana!”Gheghe membuatku ingin menangis tapi aku memaksakan diri untuk menahannya, dan mencoba menampilkan seulas senyum tipis.“Gue percaya sama Nata lebih dari apapun” Aku menguatkan diri saat mengatakkannya.”Dan tebak!” aku berpura-pura ceria! “Desember ini dia akan pulang!” aku berbohong!“Tahun lalu kamu juga bilang begitu” Gheghe meniggalkanku dengan kesal.***Ananta pergi bukan karena ingin pergi tapi karena memang harus pergi, aku percaya dia akan kembali, hari ini, seperti yang dikatakannya semalam dalam mimpi.***Seperti hari-hari yang lalu aku menunggunya dari balik jendela kamar, yeah hari ini dia datang aku tak pernah seyakin ini. Aku sungguh-sungguh mempersiapkan diri hari ini, Gheghe boleh tertawa Hendru boleh berkata aku gila, aku tetap percaya, karena apa yang dikatakan hati tak pernah berdusta.Dibalik jendela di bawah deras hujan, tiba-tiba sesosok orang di bawah payung hitam berjalan, melewati gerbang menuju pintu rumahku, kali ini aku tak ingin pura-pura tak antusias, aku berlari secepat kakiku bisa bergerak, bahkan sebelum suara pintu terketuk aku membukanya lebih dulu. Di balik pintu kulihat sosok itu, genangan air mata mengaburkan pandanganku, entah mengapa secara naluriah aku langsung memeluk sosok yang sangat kurindukan itu.“Maaaaf” Cuma kata-kata itu yang terdengar dari bibirnya. Aku tak peduli, kali ini aku hanya ingin memeluknya, dan merasakannya dalam dekapanku, membuktikan bahwa dia benar-benar nyata. Dan yeah dia nyata.“Re…”suaranya dikalahkan oleh hujan, terdengar berbeda, tapi tak mengapa mungkin memang telingaku bermasalah.“Re…” aku melepas pelukanku, ingin sekali kupandangi matanya yang sangat kurindukan.Kupandangi lagi mata itu, terlihat berbeda, yeah binarnya berbeda, air mataku sederas hujan di luaran sana. Manakala aku akhirnya tersadar dia bukan orang yang sama, karena…Ananta selalu membawa kotak berisi cupcakes, bukan sebuah guci antik.“Mama mau kamu menyimpan sedikit diri Ananta” Guci itu diletakkan di tanganku, ada rasa yang menyakitkan, ketika yang berdiri di depanku, alih-alih Ananta, tapi Ananda, saudara kembarnya. “Ananta, seharusnya pulang awal Desember ini, tapi…maaf dalam keadaan seperti ini” Aku mendengarnya menghela nafas. “Maaf selama ini…” Ananta terdengar serak. “Kecelakaan pesawat merenggut Ananta.” Akhirnya dia mengatakkannya. Aku memandanginya seperti dalam adegan lambat film hitam putih. Ananda merogoh kantungnya. “Harusnya Ananta memberikkanmu ini” Kotak mungil beludru merah berisi cincin berlian. Aku tersenyum dalam tangisku, setidaknya dia pulang, setidaknya di sana dia tak pernah berhenti mencintaiku, aku tau aku merasakannya di sini….di hati.
Gambar : Enakei
Published on August 31, 2013 16:43
August 27, 2013
The Uncensored Confession of a Brownies ( not Browndong Manis but Browndong Najis)

Gue Yazer, umur 17 taon, kelas XI, cakep, keren, sedikit narsis, suka banget ma basket dan KaKaP, bukan ikan Kakap, tapi Kakak-Kakak Pretty, hahaha, gue bangga kok jadi brondong. Ngaku deh loe! Kita, para cowok adalah makhluk yang setiap tujuh detik mikirin seks, cenderung lebih pengen punya partner emosional alias pacar yang memiliki pengalaman luas dibidang tersebut, kan? Tapi lain lagi kalo kata temen gue, menurut otak mesumnya, salah satu manfaat dari macarin KaKaP adalah kita bisa mendapatkan “kursus biologi gratis” Jadi ingat kata-kata novelis jenius Prancis Honore de Balzac “Tidak ada pria yang boleh menikah sebelum mempelajari anatomi atau membedah paling sedikitnya satu perempuan.” Nah kemudian daripada itulah, bahwa akan lebih sempurna kalo kita bisa mempelajari dan membedah sebanyak-banyaknya perempuan, supaya lebih sempurna. Hmmmmm…para cewek, kalian boleh bunuh gue dengan cara nimpuk kepala gue, kayak cara warga Palestina melindungi diri dari warga laknat Israel, mungkin gue emang berotak kotor, tapi gue cuma mau mengungkap fakta, sejujurnya gue emang nggak pernah sayang sama cewek-cewek yang pernah gue pacari, yeah gue cuma pengen dapat “jatah” doank, karena obsesi terbesar gue selain jadi pemain Basket Profesional adalah menjadi Seksolog, itu untuk ke depan, tapi target gue sekarang sih…yeah gue pengen menyandang gelar cowok 16 taon dengan “pengalaman” terbanyak, hahaha, ntar gue pengen nuangin “pengalaman” gue itu ke dalam sebuah buku, hahaha pastinya gue bakalan tenar, en yang pasti buku gue bakalan laku keras di pasaran Kedengarannya payah? Oke gue emang payah! Sejujurnya gue nggak menganggap cinta atau kasih sayang atau apapun namanya itu adalah hal yang penting, oh c’mon! love is whatever you make it to be, love just a word and it means, nothing! Cinta mungkin cuma sekedar reaksi kimia dalam otak yang disebabin oleh dorongan PHENYLETHYLAMINE! Gue nggak percaya cinta sama kayak gue nggak percaya kalo di dunia ini juga terdapat cowok yang nggak brengsek!terserah apa kata orang yang jelas sekali lagi, gue nggak percaya cinta!gue belum pernah jatuh cinta! Dan nggak bakalan jatuh cinta! Karena buat gue cinta itu sama sekali nggak masuk akal, sama kayak cewek! Maaf banget ye…tapi cewek-cewek emang nggak pantes buat dicintai, karena mereka, yeah…RACUN DUNIA…!MAKHLUK PENGGODA yang membuat Adam terusir dari surga. Baiklah, selain payah gue juga bakalan ngaku kalo gue itu juga brengsek! Setelah gue ngegarap satu KaKap, make beberapa kali, gue bakalan putusin deh dan gue bakal pindah lagi ke KaKaP cadangan gue, gue bakal bandingin gaya dan cita rasa antara KaKaP yang satu dengan KaKaP yang lain, ngerekam dalam otak agar ntar bisa gue tuangin ke dalam calon buku gue yang pastinya bakal jadi best seller itu. Kalo gue ingat kejadiannya selalu sama, udah bosen ya tinggal gue tinggalin dan gue selalu punya cara buat mutusin mereka dan biasanya KaKaP nggak banyak protes atau ngambil pusing, karena buat mereka brondong kayak gue cuma dijadiin selingan doank, jadi sebenarnya, gue nggak salah dong, nggak ada pihak yang dirugikan, sama-sama mau, sama-sama enak, sama-sama puas, anggap aja ini kayak simbiosis mutualisme!*** Malam ini gue bakal ke rumah KaKaP baru gue atau gue lebih suka nyebut sebagai korban gue selanjutnya, Namanya Polly, dan dia emang mirip banget sama Polly Pocket mainan favorit adek gue waktu kecil. Gue certain dikit tentang Polly ya; cara dapatin dia tuh gampang banget, nggak ribet dan nyaris tanpa perjuangan, dia kakak sahabat gue sekaligus temen satu tim basket, si Polly kuliah semester akhir di…alah gue lupa lagi…yang jelas di Universitas di Kota lain, ceritanya dia lagi pulang liburan nih, yang jelas entah adeknya yang mendorong kakaknya ke kandang macan atau emang dunia udah gila tapi yang jelas si Abel sendiri yang jodohin gue ama Polly sampe akhirnya kita resmi pacaran. Setelah SMSan, telpon-telponan, chatting-chattingan selama seminggu penuh lalu jalan bareng keluarga en temen-temennya, akhirnya waktu yang gue tunggu datang juga, akhirnya malam ini gue ma Polly bisa berduaan aja di rumahnya yang jarang-jarang sepi, uwiiiiiiiiiiiiihhhh rumahnya tuh ya kadang kalah pasar saking ramenya, maminya suka heboh sih ngadain arisan ma gank gossipnya hampir tiap hari. Tumben nih keluarganya pergi keluar kota semua, nah si Polly jaga rumah yang pastinya bakalan kesepian nah gue sebagai pacar yang baik dan pengertian pastinya bakal nemanin dia dong, cihuy akhirnya dapat juga gue kesempatan buat icip-icip si Polly,,,hahaha How Lucky to be me. Ya ampun kok gue ngerasa KaKaP gue yang satu ini beda banget dari KaKaP yang pernah gue kenal sebelumnya. Tipenya emang beda baget dari yang lain, mukanya imut-imut lucu, cara ngomongnya manja ngegemesin, yeah walaupun secara fisik dia nggak sebohay KaKaP-KaKaP pada umumnya, karena dia emang cenderung kayak cewek-cewek teman sekelas gue, mungkin bedanya dia lebih dewasa secara pemikiran, tau dong cewek-cewek SMA itu selfish dan otaknya nggak jauh-jauh dari make up, gossip, dan hal-hal cetek-childish nggak penting lainnya. Oooops semoga aja gue salah, tapi kayaknya ada sesuatu yang jungkir balik dalam perut gue, anehnya lagi pas gue tatap mata indah Polly, kontan gue ngerasa meriang, nervous berlebihan, dan jantung gue serasa mau meledak, gila…gue nggak tau, apa ini tanda-tanda malaria gue kambuh…atau mungkin…? Nggak mungkin gue jatuh cinta, kan?”*** Polly ngajak gue duduk di sofa ruang tengah sambil nonton Drama Hollywood yang judulnya gue nggak peduli tapi yang pasti ngasih efek pada otak cewek untuk ingin memainkan drama itu pada kehidupan nyata, apalagi suasananya mendukung, adegannya pas banget, ketika Keanu Reaves nge-kiss si Sandra Bullock, gue tau si Polly juga pengen dan kalo gue? Jangan tanya! Dari pertama datang en ngeliat bibir glossy-nya, sumpah bikin gue horny, cuma…gue nunggu timing yang pas dulu, gue nggak mau terlalu cepat di-judge brengsek. Pelan-pelan gue lancarkan aksi, nyoba buat pegang tangannya, eh sial! Dia malah naik tangannya dan membekap mulutnya yang berseru histeris “Omigod! Keanu Reaves romantis banget! Ya kan Beib?” “iya Beib” jawabku terpaksa membenarkannya “Sial!” makiku dalam hati “Seandainya aku punya cowok kayak Keanu Reaves, aku pasti jadi cewek paling happy di dunia, aaaaaaarrrrrrrghhhht Sandra Bullock mah bikin iri!” Komennya lagi “Tapi…kamu kan udah punya aku, Beib?” “Beda lah…semua cewek pastinya pengen punya cowok kayak Keanu Reaves, cakep, pengertian, romantic, dewasa…kamu mesti nunggu berapa lama lagi ya…buat bisa jadi kayak dia?” “Sialan nih cewek”Makiku lagi-lagi dalam hati. Untungnya nggak lama kemudian filmnya abis, dan waktunya gue untuk memulai aksi gue yang tertunda, gue yakin gue bisa bikin dia ngelupain cowok model Keanu Reaves, gila?kok gue bisa ngerasa jealous? “Beib…”Panggil Polly dengan suara manja ngegemesinnya. “Ya” “Kamu bisa nggak ya jadi cowok kayak Keanu Reaves?” “Ya!Tentu aja!Pastinya!” jawabku meyakinkan “dan sekarang akan aku buktiin” kataku dalam hati, dan mulailah kugenggam tangannya dan yes..yes..yes…moment-nya pas banget, aku sudah benar-benar siap buat nyipok dia, but o-oh! “Beib, tunggu dulu” “Shit!”Makiku pelan, huh, apalagi sih? “Aku cuma mau bilang, thanks a lot ya…buat malam in dan buat semuanya, apa yang udah kita lewatin ini, sangat berarti buat aku dan masa depan aku…” “Sial! Nih cewek mikir apa sih? masa depan? Ini pasti…? komitmen? nggak! gue nggak siap buat komitmen yang serius, gue cuma pengen dapetin yang gue mau, udah gitu putus deh, yeah gue bakal putusin dia, tapi rasanya kayaknya gue nggak bisa segampang itu buat ngelepas dia. Otak dan hati gue mulai berdebat, gue mulai frustasi “Loe jatuh cinta !” teriak si hati “Nggak!” tolak si “Loe jatuh cinta?” “Nggak!” “Loe jatuh cinta?” “Nggak! Hey… dodol! Nggak ada yang namanya cinta!nggak ada orang yang saling jatuh cinta, itu boong! Loe pikir kenapa orang hidup berpasang-pasangan?karena cinta?nggak! orang tertarik untuk menjadi pasangan yeah karena dorongan untuk berkembang biak, nggak lebih dari naluri perkawinan alami!” si Otak mulai beragumen “Idiot! Emangnya loe pikir siapa yang bisa nolak buat jatuh cinta? Siapa yang bisa menghentikannya?nggak ada!nggak bisa, sekuat apapun elo ngelak! Sekuat apapun loe berusaha untuk menghentikannya!”si Hati tak mau kalah. “Baiklah, oke…gue jatuh cinta! Puas?” teriak si otak! “Tapi buat komitmen serius?” si hati memang menyebalkan, haruskah dia mengingatkanku tentang komitmen?huh! “Nggak dulu!” bentak si otak “Tapi, yeah…oke, fine! Gue tau gue jatuh cinta, gue udah mutusin buat jalan terus, gue bakal lanjutin hubungan ini, nggak cuma sampe gue dapat jatah doank! Tapi…rasanya kayak bukan gue kalo gue sampe jatuh cinta?” Polly menggengam tanganku, aku tersadar dari drama perang hati dan otak “Hmmmm…..” kelihatannya Polly ingin mengatakan sesuatu, tapi ragu-ragu, dan tiba-tiba sebuah ciuman mendarat di pipi gue, belum sempat gue mikir apa-apa, karena gue masih melayang di angkasa bareng bintang-bintang, Polly bicara lagi. “Thanks banget ya Yaz buat semua yang udah kita lewati, tanpa elo, gue nggak bakal bisa nyiptain karakter buat tokoh novel perdana gue yang mengidap Oedipus Complex, untungnya si Abel ngenalin elo, sorry juga ya…kalo sebenernya selama ini gue cuma manfaatin elo….hmmmmmm” dia tersenyum manis menyebalkan, senyum jail yang mengejek.” Anggap aja ciuman kecil tadi sebagai ucapan terima kasih” Sinting! Jadi gue cuma dimanfaatin untuk tokoh dalam novel konyolnya? Dan saat ini juga gue ngerasa bahwa karier gue sebagai brondong penggaet KaKaP hancur berantakan, padahal gue sudah mulai berpikir bahwa cinta itu bukan sekedar reaksi kimiawi yang terjadi di otak akibat Phenylethylamine, karena saat ini gue sadar bahwa ada sesuatu yang bereaksi di dalam hati gue.
Gambar : Manga (Diedit dikit :P )
Published on August 27, 2013 22:11
July 28, 2013
Ramadhan Terakhir untuk Adinda

(Adinda duduk bersimpuh di atas sajadah, matanya basah tapi binarnya bahagia. Menarik nafas panjang dan tersenyum, berdiri melipat mukenanya dan mengenakan kembali jilbab motif bunganya yang tadinya terlipat rapi di ujung tempat tidur. Membuka pintu kamarnya dan berjalan pelan menuju kamar yang berada di samping kamarnya. Dia tidak mengetuk tapi langsung membuka pintunya. Suara langkahnya terlalu lembut untuk terdengar oleh bocah laki-laki 12 tahun yang terlelap, kedua telinga si bocah tertutup earphone yang sedang memutar musik hip-hop. Adinda mencabut earphone dari telinga adiknya, mematikan musik, dan menyetel alarm pada pukul 3:30 am. Dinda menatap wajah anak laki-laki gembul yang masih memiliki lemak bayi di hampir seluruh tubuhnya) Mbak Dinda, akan selalu anggap Bobby jadi bayi mungil, adik yang paling mbak Dinda sayang, tahun depan kita nggak bisa ketemu lagi, Boo, tapi Boo harus janji ya bakalan betah di pesantren dan belajar jadi anak soleh. Mbak Dinda sebenarnya nggak setuju alasan Papa masukin Boo ke pesantren gara-gara ayah pengen Boo berhenti jadi anak nakal. Boo sebenarnya nggak nakal kan, ya? hanya kurang dapat perhatian. (Adinda menatap lekat-lekat wajah Bobby, membelai rambut membandel di keningnya, mencium puncak kepalanya, merapatkan selimut dan mematikan lampu kamar yang dipenuhi poster jagoan dalam Manga kesayangan adiknya. Adinda keluar dari kamar dan menutup pintu perlahan lalu membuka pinta kamar yang berada tepat di depan kamar adiknya. Adinda memasuki kamar yang dimana wangi dupa aromaterapi Lavender tercium dan instrumen saxophonemengalun lembut, dua hal yang membantu si pemilik kamar agar bisa tertidur. Adinda menatap wajah cantik yang terlelap yang hanya disinari temaram lampu dengan cahaya keemasan) Mbakku sayang, Dinda pasti akan kangenin mbak Laura. Kita emang nggak pernah lagi berbagi banyak waktu seperti ketika kita kecil dulu. Tapi mbak Laura harus tahu kalau kemanapun Dinda pergi, mbak Laura akan Dinda simpan di dalam hati. Mbak Laura selalu bilang, kalau tidak ada lagi yang peduli? Ada mbak...Yang Maha Pengasih. Mbak selalu marah pada hidup dan bilang bahwa hidup nggak adil. Keadilan ada di Yang Maha Adil, mbak, sama kayak cinta tak terhingga di Yang Maha Penyayang. Allah selalu ada untuk mbak Laura, mungkin hanya mbak Laura yang menjauh dari-Nya. Mbak Laura, gadis yang beruntung, mbak Laura punya segala hal yang diinginkan oleh gadis manapun, mbak Laura hanya perlu mencukupkannya dengan syukur. (Adinda meraih jam beker berwarna silver di sisi tempat tidur, memasang waktu berdering nanti di pukul 3: 40 pagi. Memperbaiki letak selimut cashmerekakaknya, dan memberi cium hangat di keningnya. Adinda berbalik dan keluar kamar, lalu menuju ke kamar terakhir yang paling ujung, kamar orang tuanya. Kamar besar, mewah, dan hangat. Suara nafas lembut ayah dan ibunya membuatnya meneteskan air mata. Masing-masing diberikan kecupan hangat di pipi oleh Adinda. Adinda duduk di puff mungil di dekat tempat tidur menatap kedua orang tuanya yang bernafas pelan dan teratur) Dulu, Adinda juga selalu masuk ke kamar mama-papa lewat tengah malam kayak gini, dengan diam-diam. Cuma untuk memastikan kalau mama papa masih hidup, bernafas teratur dalam lelap tidur. Adinda selalu ketakutan kalau-kalau tidak bisa lagi melihat mama-papa keesokan harinya. Lagipula, selain malam hari, Adinda tak tahu waktu yang tepat untuk kita bisa ketemu. Ma....pa... Dinda sangat sayang pada kalian berdua, Dinda berterima kasih atas semua hal yang udah diberikan pada Dinda, tapi ada hal yang belum pernah papa berikan untuk Dinda, kalau boleh lagi Dinda minta satu hal, Dinda ingin diimami sholat sama papa. Seingat Dinda, kita nggak pernah kan, ya? Papa selalu sholat sendiri, itupun hanya sholat jumat dan hari raya dan jika papa sempat dan ingat. Ma... Dinda senang sekali jika mama mau memakai hijab, dan mama pasti akan terlihat sangat cantik. Boleh berhenti kan ma, menganggap diri bisa muda selamanya? Mama cantik apa adanya, tanpa diet berat, perawatan kecantikan di salon mahal ataupun face lift yang menyakitkan. (Dinda mencium kening kedua orang tuanya dan menyetel alarm di beker yang berada di meja sisi tempat tidur. Dinda menutup pintu dan mematikan lampu. Dinda memasuki dapur yang beraroma wangi makanan kesukaan keluarganya, membantu wanita yang mulai menua yang menggantikan fungsi ibunya di rumah. Jelang setengah empat pagi, Adinda duduk di meja makan, membuka laptop-nya dan login di Skype, membuka recent contact tapi seseorang yang dimaksud rupanya sedang offline, jadi dia masuk ke profil dan menatap foto yang menampilkan wajah lelaki berkulit pucat dan berambut merah yang sedang tersenyum padanya) Kiitos, rakas Terima kasih, sayang. Bahasa Suomi.
Published on July 28, 2013 04:53
July 1, 2013
[Review Novel] The Fault in Our Stars: Salahkan Bintang-Bintang

Judul : The Fault in Our Stars (Salahkan Bintang-Bintang)Penulis : John GreenPenerjemah : Inggrid Dwijani NimpoenoPenyunting : Prisca PrimasariProofreader : Yunni Yuliana M.
Blurb:

Mengidap kanker pada umur 16 tahun pastilah terasa sebagai nasib sial, seolah bintang-bintang serta takdirlah yang patut dipersalahkan. Itulah yang dialami oleh Hazel Grace. Sudah begitu, ibunya terus memaksannya bergabung dengan kelompok penyemangat penderita kanker, padahal, Hazel malas sekali. Tapi kelompok itu toh tak buruk-buruk amat. Di sana ada pasien bernama Augustus Waters. Cowok cakep, pinter, yang naksir Hazel dan menawarinya pergi ke Amsterdam untuk bertemu penulis pujaannya. Bersama Augustus, Hazel mendapatkan pengalaman menarik dan tak terlupakan. Tetap saja rasa nyeri selalu menuntut untuk dirasakan, seperti halnya kepedihan. Bisakah Augustus dan Hazel tetap optimis menghadapi penyakit mereka, meskipun waktu yang mereka miliki semakin sedikit setiap harinya? Novel ini membawa kita ke dunia pada karakternya, yang sanggup menghadapi kesulitan dengan humor-humor dan kecerdasan. Di balik semua itu, terdapat renungan mengenai berharganya hidup dan bagaimana kita harus melewatinya.***
Aku sih percaya saja dengan ungkapan “Jangan menilai buku dari sampulnya.” Karena aku menilai buku dari label yang tertulis di sampulnya (nyaris sama tapi tetap saja beda) Bertuliskan #1 New York Times Bestseller dan Best Young Adult Fiction Goodreads Choice Awards 2012 membuat aku tak ragu untuk mengklik gambarnya dan melakukan transaksi online. OMG! Percayalah padaku, tinggal di kampung jauh dari peradaban itu gak enak, untuk sebuah buku kamu harus bayar mahal untuk biaya pengiriman dan waktu pengiriman melebihi normal. Aku harus bilang aku merekomendasikan buku ini! Tapi itu ceritanya pasaran? Penyakitan berurai air mata, menjual kesedihan. Yeah temanya memang pasaran tapi ... cukuplah mungkin tak jauh beda dari My
Sister’s Keeper, Now is Good atau One Litres of Tears. Ini beda! Kayak cokelat! Siapa sih yang tidak suka cokelat? walau itu cokelat, tapi kamu bisa menikmatinya dalam bentuk cokelat hangat dengan marshmallow, praline atau mungkin cokelat batangan gede yang gak rela kamu bagi-bagi. Temanya sama? Yeah tapi tentu saja penyajiannya beda! Aku heran bagaimana seseorang bisa menyukai buku yang menjual kisah orang penyakitan?menjual kepedihan, bukankah itu cara yang dipakai para...penjahat..? harusnya ada cara menghibur untuk ... Tepat sekali kalau membaca buku ini, walau menceritakan kesedihan tapi percayalah padaku, buku ini mempunyai humor cerdas, dan kau takkan bisa tak jatuh cinta pada tokoh Augustus Waters! Aku tak tahu harus memberi berapa bintang untuk buku ini, baiklah empat, karena lima itu sempurna, dan kesempurnaan cuma milik Tuhan (jika ada lima bintang yang kuklik, itu karena jari-jariku yang tremor). Aku tak suka mengomentari apa-apa tentang fiksi, karena fiksi itu lebih mudah untuk dinikmati jadi ... bagaimana kalau kukatakan tentang kekagumanku saja? Green sangat hebat dalam menggambarkan para tokohnya; aku suka Augustus dan jatuh cinta padanya! Aku suka teorinya tentang menjepit kematian di antara bibir, Isaac yang patah hati dan tegar dengan caranya yang sinis, Van Houten yang brengsek tapi menginspirasi dengan fiksi yang dituliskannya, aku benci tapi ingin memeluk si tua pemabuk itu di saat yang sama, Hazel Grace so sorry dia bukan favoriteku! Karena dia mirip Natalie Portman dalam V for Vendetta dan cemburu padanya, karena Augustus mewujudkan mimpinya. Boleh kutanya di mana pria seperti Augustus bisa ditemukan? Selain itu adalah ide luar biasa menggambarkan kejadian romantis (yang mungkin bisa jadi erotis) dalam bentuk diagram Venn!!! Pembaca mana coba yang sempat berpikir akan ada bagian seperti ini??? Dan bagian menyentuh dan paling realistis ada di halaman 85-89. Baiklah aku ingin membagi, kalimat-kalimat favoriteku di sini:Di hari-hari terkelam, Tuhan meletakkan orang-orang terbaik dalam hidupmu.Tanpa penderitaan, bagaimana kita mengenal kebahagiaan?Menyebut kematian di depan orang sekarat adalah kejahatan.Kepedihan menuntut untuk dirasakan (inilah benar merah kisah ini)Terkadangorang tidak memahami janji yang mereka ucapkan ketika mereka sedang mengucapkannya. Cinta adalah memegang janji, tidakkah kau mempercayai cinta sejati?Prosa yang cerdas perlu waktu (Para penulis camkan ini!)Semua orang harus punya cinta sejati, dan cinta itu harus bertahan, setidaknya selama kau masih hidup.Jangan khawatir, khawatir itu tidak berguna.Keinginan sejati itu mungkin tidak akan pernah tiba, tapi setidaknya mereka bisa beristirahat dengan tenang di alam baka, karena tahu bahwa mereka telah memainkan peranan kecil dalam mempertahankan keinginan sebagai suatu gagasan.Kau tidak selalu bisa mendapatkan apa yang kau inginkan.Aku selalu berpikir dunia adalah pabrik pewujud keinginan.Hal ganjil mengeni rumah adalah walaupun sebagian besar kehidupan kita berada di dalamnya, dari luar seakan tidak ada satupun yang terjadi di dalamnya. Aku ingin tahu apakah itu memang semacam tujuan dari arsitektur.Alasan utama hidupnya dan alasan utamaku untuk hidup sangatlah berkaitan erat.Kita menua lebih lambat ketika bergerak lebih cepat, jika dibandingkan ketika kita berdiri diam. Jadi, pada saat ini waktu berlalu lebih lambat bagi kitadaripada bagi orang-orang di bumi.Aku jatuh cinta kepadamu, dan aku tidak mengingkari diriku sendiri dari kenikmatan sederhana berkata jujur. Aku jatuh cinta kepadamu, dan aku tahu bahwa xinta hanyalah teriakan ke dalam kekosongan dan pelupaan abadi tak terhindarkan, dn akan ada hari ketika semuanya kembali menjadi debu, dan aku tahu matahari akan menelan satu-satunya bumiyang kita miliki, dan aku jatuh cinta padamu.Sebagian besar orang menemukan dosa di dalam kebebasan (itulah sebabnya kita membutuhkan nilai dan norma, kan ya?)Datanglah cepat; aku sedang mencicipi bintang-bintang.Orang selalu terbiasa dengan keindahan. Aku belum terbiasa dengan keindahanmu.Matahari selalu terbit dengan cemerlang di matanya yang hilang.Dan, aku takut aku tidak akan bisa memperoleh kehidupan atau kematian yang bermakna (mari rayakan kehidupan dan tetap siap menuju kematian)Semua orang ingin menjalani kehidupan yang luar biasa.Pencerahan ala Whitman, bahwa definisi kemanusiaan adalah peluang untuk mengagumi keagungan penciptaan atau apapun itu. Kau tahu bagian yang itu?Oh, aku tidak keberatan Hazel Grace. Akan merupakan keistimewaan jika kau mematahkan hatiku.Rudolf Otto mengatakan jika kau belum menjumpai yang ilahiah, jika kau belum mengalami perjumpaan non-rasional dengan tremendum mysterium (misteri yang luar biasa) maka karyanya bukanlah untukmu.Novel itu tersusun dari coretan-coretan di atas sehelai kertas, sayang. Tokoh yang ada di dalamnya tidak punya kehidupan di luar coretan-coretan itu. Apa yang terjadi pada mereka? Mereka semua tidak ada lagi begitu novel berakhir.Seperti semua anak berpenyakit lainnya. Kau mengatakan tidak menginginkan belas kasihan, tapi keberadaanmu sendiri bergantung pada belas kasihan itu.Aku tidak tahu bagaimana cara melanjutkan hidup tanpa keluarga.Karena, siapakah yang begitu teguh sehingga tidak bisa dirayu?Aku akan memeranginya. Aku akan memeranginya untukmu. Jangan mengkhawatirkanku, Hazel Grace. Aku baik-baik saja. Aku akan mencari cara untuk bertahan dan menjengkelkanmu untuk waktu yang lama.Kau akan...kau akan ...menjalani kehidupan terbaikmu hari ini. Inilah peperanganmu sekarang.Ketidaktahuan adalah kebahagiaan.Terkadang, tampaknya alam semesta ingin diperhatikan.Membuat orang-orang asing itu mencintaimu...nah, itu adalah tantangan.Aku menginginkan lebih banyak bilangan daripada yang kemungkinan besar akan kuperoleh.Kau selalu memberiku ‘selamanya’ di dalam hari-hari yang terbatas, dan aku berterima kasih.Rasanya seakan kehilangan teman mengenang berarti kehilangan kenangan itu sendiri.Menulis tidak membangkitkan tapi menguburkan (tapi jika aku harus bilang; menulis berarti MENGABADIKAN)Kau akan menjalani kehidupan yang panjang dan menyenangkan, penuh momen indah dan mengerikan yang belum bisa kau bayangkan.Kehidupan menciptakan kehidupanKedukaan tidak mengubahmu, kedukaan mengungkapkan dirimu.

Published on July 01, 2013 23:23