Mawar Safei's Blog, page 80

September 17, 2018

Sendiri itu mungkin sepi. Sendiri itu mungkin dicari. Ata...



Sendiri itu mungkin sepi. Sendiri itu mungkin dicari. Atau sendiri itu adalah latihan alami. Sendiri itu ada magisnya. 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 17, 2018 01:10

September 16, 2018

Musim bunga di taman kecil kami. Dari kemuning, kemboja d...


Musim bunga di taman kecil kami. Dari kemuning, kemboja dan kenanga. Hanya kesidang yang terus melilit tiang dengan daun dan sulur yang subur. Kebetulan semuanya bunga "k".  Sangat kena meneduhkan hati orang tua.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 16, 2018 03:37

September 14, 2018

Saya jarang menulis kritikan atau ulasan puisi. Namun&nbs...

Saya jarang menulis kritikan atau ulasan puisi. Namun  Kemerdekaan Itu, menawarkan ruang yang tersendiri. Terima kasih SDD. Terima kasih Pendaftar UKM yang memberi sanjungannya terhadap kesusasteraan di kampus kami. 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 14, 2018 20:14

September 13, 2018

Bunga sering mengirim makna cinta. Apalagi kalau maw...


Bunga sering mengirim makna cinta. Apalagi kalau mawar.  Bunga juga tanda terima kasih. Apalagi sebagai mewakili kemaafan. Kelmarin si putih ini menyiram wangi taman kecil di hadapan rumah. Ia sangat merangkul saat saya pulang dengan memikul lelah dan perih menjelang azan dari surau.  Dulu AM sesekali memetiknya dan meletak di meja tulis saya. Sekarang saya sudah jarang menerima bunga. Apalagi untuk memujuk saya yang sudah tua dan selayaknya tidak lagi dititip apa jenis bunga sekalipun. 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 13, 2018 02:21

September 12, 2018

Kami kian berjarak. Saya sedar kabut tipis antaranya kian...



Kami kian berjarak. Saya sedar kabut tipis antaranya kian menjadi tabir hijab kenangan. Segala yang ada menjadi perca-perca delusi yang sangat remang. Saya akhirnya sendiri dan pasti merasakan ada yang hilang ketika saya menoleh ke luar tingkap kecil pesawat senja itu. Jalan berkeluk, tikungan di tanah beralun, angin yang ternyata membawa berita atau hawa yang bertukar nada. Semuanya berhimpun lama hingga kesedihan saya tumbuh menjadi gunung atau mungkin hiba saya merayap menjadi hutan belantara yang panjang. 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 12, 2018 07:12

September 10, 2018

Saya fikir rindu kami menggenap saat saya melebarkan buka...


Saya fikir rindu kami menggenap saat saya melebarkan bukaan pintunya. Kami seperti mahu saling merangkul setelah dia menghilang tahun. Dan saya tahu betapa hangat nanti saya jadinya antara dingin angin gunung dan perbukitan apabila berada dalam dadanya. Sekali lagi, saya fikir rindu kami menggenap saat saya menuruni tangga kecil menghala ke jalan pulang. Ya, benar ternyata ia belum terpenuh. Rindu kami masih tumbuh antara dahan, daun, kabut dan keliru yang mengepung. 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 10, 2018 00:49

September 6, 2018

Saya terbang lagi. Bagus sekali halanya ke perbukita...



Saya terbang lagi. Bagus sekali halanya ke perbukitan dingin. Nyaman dan memujuk. Banyak yang perlu diamankan sebelum kuliah dan rutinitas yang lebih mencengkam bermula pertengahan bulan nanti. Sebelum lebih banyak yang membuat saya menangis lagi. Sampai jumpa.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 06, 2018 01:51

September 5, 2018

Minggu ini saya seperti diberikan ilham. Melihat ragam di...


Minggu ini saya seperti diberikan ilham. Melihat ragam di jalanraya dan karenah manusia, bagaimana saya mendepani mereka. Misalnya, melihat motorsikal yang memberi lampu isyarat ke kiri tapi  tiba-tiba membeluk ke kanan. Pasti saya geram dan mahu marah. Tapi dengan ilham, saya jadi ketawa sendiri. Aduhai lucunya! Atau geram dihubungi ketua setengah jam sebelum harus mewakilinya ke mesyuarat, saya berseloroh dan ketawa. Seraya memberitahu ketua saya mahu berdandan dahulu. Atau bagaimana saya dengan pihak yang asyik lupa setelah diperingat berkali-kali. Saya akan ketawa sendiri. Lucu sekali, bagaimana dia masih lupa. Ya, begitu cara menangani tekanan. Ketawa sendiri. Atau sebenarnya masih ada yang belum boleh saya ketawa sendiri, saat ada gurauan yang perih dan meremukkan. Canda yang tidak pernah sama sekali saya terfikirkan akan berbuat sedemikian. Ya, mungkin saya belum boleh ketawa sendiri untuk merawat hati dalam banyak hal lagi. Sebaliknya dengan kelucuan itu, saya berasa saya ini lebih debu daripada debu di tepi jalan pohon sukma yang tidak difahami sama sekali walau dilalui setiap petang dan pagi. Benar, saya belum mampu ketawa sendiri, rupanya. 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 05, 2018 08:01

September 3, 2018

Ia tempat menitip banyak ucapan. Selamat jalan. Selamat t...



Ia tempat menitip banyak ucapan. Selamat jalan. Selamat tinggal. Selamat berjumpa kembali. Ia lingkungan berhimpunnya  setiap gelisah, perih, airmata dan segala yang menjadikan dada penuh. Maka ada yang menamakannya labuhan sukma. Singgahnya setiap yang mengguncang dada. 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 03, 2018 07:44

September 2, 2018

Hari ini mahasiswa baru mendaftar. Melihat waja...




Hari ini mahasiswa baru mendaftar. Melihat wajah anak-anak ini. Melihat wajah ayah ibu yang menghantar. Saya melihat harapan. Saya melihat rindu. Saya melihat pengorbanan. Kasih sayang juga yang berselang seli. Sekurang-kurangnya untuk tiga tahun ini. Begitulah, banyak yang menguji saat dekat, apalagi dalam jarak yang menjauh, kian panjang. Tabah semuanya.  
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 02, 2018 00:32

Mawar Safei's Blog

Mawar Safei
Mawar Safei isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Mawar Safei's blog with rss.