Eko Nurhuda's Blog, page 28

April 19, 2016

Wak Doyok, Jadi Seleb Gara-Gara Cambang dan Kumis Unik


NAMA aslinya Tengku Muhammad Azwan Shah, tapi ia lebih populer dengan panggilan Wak Doyok. Dulunya pemuda keturunan Jawa ini bukanlah siapa-siapa. Cerita berubah setelah ia menumbuhkan cambang dan kumis di wajahnya yang klimis. Peruntungannya berubah. Berkat bantuan media sosial ia menjelma sebagai selebgram, selebriti Instagram, lalu menjadi ikon fashion Malaysia.

Mulanya saya kira Wak Doyok itu hanya merek obat penumbuh cambang yang sempat jadi produk ngetren beberapa tahun belakangan. Sejumlah toko online menjajakan obat alami ini, bahkan ada yang sampai membuat situs khusus menyediakan obat penumbuh rambut bermerek Wak Doyok. Tidak ada produk lain. Eksklusif.

Acara Tonight Show di NET TV pada Senin (18/4/2016) malam lalu membuka mata saya. Muhammad Azwan jadi bintang tamu pertama di acara yang dipandu duo Vincent Rompis dan Desta. Saya jadi tahu, rupanya Wak Doyok itu nama orang, atau tepatnya julukan seseorang. Bukan orang sembarangan pula.

Mundur lima-enam tahun ke belakang, Muhammad Azwan agaknya masih bingung memilih untuk terjun di pekerjaan yang terkait dengan jurusan semasa kuliah atau gairahnya di bidang fashion. Pria berusia 33 tahun ini bergelar sarjana teknik sebuah universitas di Jerman. Namun ia memiliki gairah tinggi di bidang fashion, utamanya modern style (Mods).

Karenanya ia sempat luntang-lantung tak karuan, bekerja apa saja asalkan dapat uang. Ia bahkan pernah menjadi kuli, pekerjaan yang dilakoninya hingga 2010. Rasanya tak banyak yang menyangka fakta ini. Ya, seorang sarjana teknik lulusan Jerman bekerja sebagai kuli?

Tahun 2011, Muhammad Azwan mendapat informasi bahwa Ben Sherman akan membuka cabang di Kuala Lumpur. Ben Sherman adalah perusahaan men's clothing ternama asal Inggris. Muhammad Azwan yang menggilai fashion pria sangat ingin bekerja di butik ini. Ia pun mengajukan surat lamaran. Sayang, aplikasinya ditolak mentah-mentah.

Waktu itu Muhammad Azwan masih berpenampilan klimis, tanpa cambang apalagi kumis melengkung khas miliknya itu. Ia hanya mengandalkan kemampuannya dalam memadu-padankan pakaian sebagai tambahan dalam CV-nya.

Diterima Kerja Berkat Cambang
Muhammad Azwan tak patah arang. Ia mempelajari filosofi Ben Sherman, melihat-lihat gambar promosi perusahaan ini dengan bantuan internet. Dari sana ia paham bahwa Ben Sherman ingin menampilkan kesan lelaki maskulin. Ini terlihat dari beberapa model yang dipakai dalam media-media promosi, di mana kebanyakan adalah lelaki bercambang.

Sejak itulah Muhammad Azwan membiarkan cambang dan kumis menghiasi wajahnya. Awalnya ia ragu bulu-bulu tersebut malah akan merusak penampilan. Apalagi di masa-masa awal saat cambangnya belum lebat sehingga terlihat kurang rapi. Berjalan beberapa bulan, barulah ia bisa memiliki cambang rapi dan menambah kesan maskulin di wajahnya.


Transformasi penampilan Wak Doyok, dari klimis sampai bercambang lebat seperti sekarang.
Kesulitan belum berlalu. Cambang dan kumis panjangnya kerap memberikan kerepotan tersendiri saat makan. Pasalnya, makanan yang tengah ia santap seringkali tersangkut di rambut-rambut tersebut. Ia jadi punya kegiatan tambahan selepas makan: membersihkan cambang dan kumis dari sisa-sisa makanan.

"Saya sendiri mengalami kesulitan ketika pertama kali memelihara cambang, sehingga terpaksa menggunaan sendok dan garpu untuk membersihkan sisa makanan yang melekat," tuturnya saat diwawancarai Kosmo! pada 2013.

Toh, semua kesulitan ia ia lalui dengan baik. Cambangnya semakin lama semakin terlihat menarik. Terlebih ia sengaja memanjangkan kumis dan melentikkan ujung-ujungnya sehingga menyerupai kumis kucing. Dengan penampilan baru tersebut Muhammad Azwan kembali mengajukan lamaran ke Ben Sherman, dan diterima. Tentu saja ia girang bukan main.

"Saya diterima bekerja di butik itu saat mengajukan permohonan kedua. Malah banyak yang memuji penampilan terbaru saya ini," kenangnya.

Dari sinilah perubahan nasib Muhammad Azwan dimulai. Ia kerap membagikan foto-fotonya dengan tampilan gaya tahun '60-an, lengkap dengan cambang dan kumis melengkung, di akun Instagram. Penggemar musik ska rasanya tak asing dengan gaya dandanan begini. Dandanan rapi jali lengkap dengan jas dan dasi, serta sepatu mengkilat.

Semakin lama follower Instagram Muhammad Azwan semakin banyak, sampai akhirnya menembus angka 900.000 pada akhir 2015 - kini 1,1 juta. Gaya dandanannya jadi role model, diikuti oleh anak-anak muda tak hanya di Malaysia, tapi juga hingga ke beberapa negara termasuk Indonesia. Statusnya sebagai selebriti media sosial dikukuhkan dengan penghargaan dari Johara Era FM yang memasukkan nama Muhammad Azwan dalam daftar 10 Personaliti Sosial Media Paling Berpengaruh 2013.

Pandai Melawak
Tenar di Instagram, Muhammad Azwan memanfaatkan momentum ini untuk memulai bisnis. Mula-mula ia mengeluarkan produk-produk T-shirt di bawah merek The Garment. Menariknya, awalnya kaos-kaos The Garment tidak banyak dikenal di Malaysia, tapi sudah banyak dipesan oleh pembeli dari negara-negara lain.

"Sebelum The Garment dikenal luas di Malaysia, peminat gaya fesyen Mods di Inggris, Jepang, Singapura dan berbagai negara lain sudah lama memakainya. Cuma baru sekarang ada permintaan dari penggemar lokal," tuturnya seperti dikutip dari Malaysian Reviews .

Sukses dengan T-shirt, Muhammad Azwan bersiap melebarkan lini produk The Garment dengan meluncurkan pakaian pria seperti kemeja dan celana. Tentu saja yang sesuai dengan gaya dandanan modern style sebagai ciri khas. Tak lupa, ia melepas produk penumbuh cambang dengan merek Wak Doyok yang tak lain merupakan julukannya.

Produk inilah yang lantas membuatnya kian lekat dengan julukan Wak Doyok. Foto dirinya terpampang di setiap kemasan Wak Doyok, sehingga nama tersebut semakin lekat dengan sosoknya.

Menariknya, nama Wak Doyok ada kaitannya dengan Doyok, pelawak Indonesia bernama asli Sudarmadji yang tenar di era '80-an. Di mata teman-temannya, Muhammad Azwan dikenal pandai melawak seperti Doyok. Film-film komedi Doyok dan Kadir rupanya juga diminati di Malaysia, sehingga Muhammad Azwan pun diberi nama panggilan Wak Doyok.

Bagaimana tanggapan Muhammad Azwan dengan panggilan tersebut? "Kebetulan saya sendiri keturunan Jawa, jadi tidak ada masalah diberi panggilan seperti itu," jawab pria kelahiran Klang, Selangor, tersebut.

Gara-gara nama Wak Doyok ini Muhammad Azwan sempat dianggap berasal dari Indonesia. Dalam acara Anugerah MeleTop Era pada Februari 2014, artis top Malaysia bernama Noor Neelofa Mohd Noor keceplosan mengira Wak Doyok adalah orang Indonesia. Ucapan Neelofa yang menyebut Wak Doyok sebagai "Indonesia" rupanya memicu kesalah-pahaman. Wak Doyok mengira Neelofa mengejeknya, padahal hanya bertanya.

"Suka mengata orang? Kan dah kena diri sendiri? Aku lahir di Malaysia dan bangga jadi rakyat Malaysia. Suke!!" Demikian tulis Wak Doyok di akun Instagram-nya menanggapi ucapan Neelofa.

Sayap bisnis Wak Doyok kian berkembang. Ia meluncurkan produk pomade yang juga berlabel Wak Doyok, lalu kopi, dan kemudian barber shop yang tersebar di seantero Malaysia. Namanya kian terkenal. Sosoknya kemudian terlihat di sejumlah iklan - termasuk sebagai endorser Samsung, serta sering diundang dalam acara-acara televisi. Tonight Show di NET TV yang saya tonton kemarin malam salah satunya.

Dan rupanya sebelum itu ia sudah terlebih dahulu tampil di talkshow Sarah Sechan, Indonesia Morning Show, hingga Ini TalkShow yang dipandu Sule dan Andre Taulany. Kesemuanya merupakan program-program milik NET TV.

Desember 2015, Wak Doyok menyabet penghargaan Top Fashion Influencer (Malaysia) dalam ajang Influence Asia 2015 yang digelar di Singapura. Ini adalah penghargaan khusus bagi influencer sosial media di Asia, yang meliputi sosok-sosok berpengaruh di Twitter, Facebook, Instagram dan YouTube.

Kini, Wak Doyok adalah seorang konsultan fashion ternama di Malaysia. Jasanya disewa sejumlah public figure Negeri Jiran itu, mulai dari artis hingga pejabat negara. Tentu saja rejekinya mengalami peningkatan pesat. Dari awalnya pergi kemana-mana paling keren hanya naik sepeda motor biasa, kini ia punya koleksi motor gede dan motor antik, serta mobil mewah.



Referensi lainnya:
- Liputan6.com
- CariGold.com
- SensasiMalaysia.com
- influence-asia.com
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 19, 2016 06:37

April 14, 2016

Menelusuri Kota-Kota Tua di Turki bersama Cheria Travel

BAGI penyuka sejarah seperti saya, Turki adalah surga. Di sini bertabur situs-situs kuno bersejarah. Mulai dari bangunan-bangunan peninggalan jaman Yunani Kuno, Romawi, dan Kekhalifahan Islam Turki Utsmaniyah. Bahkan konon bahtera Nabi Nuh AS masih ada di salah satu gunung di negara ini!

Itulah sebabnya saya menempatkan Turki di urutan ketiga dalam daftar negara impian untuk dikunjungi. Kenapa bukan urutan pertama? Maaf, saya punya janji pada diri sendiri untuk tidak keluar negeri sebelum mengunjungi Al-Haramain, dua Tanah Suci, yakni Makkah dan Madinah di Arab Saudi. Syukur-syukur bisa langsung berhaji, tapi umroh terlebih dahulu juga tak masalah.

Lalu, urutan kedua negara mana? Masih Tanah Suci juga, yakni Yerusalem. Jadi, daftar negara impian saya adalah: (1) Arab Saudi, (2) Israel, (3) Turki, (4) Inggris. Kalau nomor satu dan dua karena alasan reliji, nomor tiga motifnya sejarah berbalut reliji, sedangkan nomor empat murni hobi. Hehehehe...

Kembali ke Turki. Untuk menjaga impian berkunjung ke Turki, saya hapus sebagian besar berkas lagu dalam laptop dan digantikan dengan musik-musik klasik jaman Turki Ottoman. Setiap kali saya mengetik atau blogwalking, musik-musik ini menemani. Malam hari saat mata sulit terlelap, alunan musik dari ratusan tahun lalu ini selalu sukses membuai saya ke alam mimpi.

Saya pun jadi akrab dengan komposer-komposer agung Turki Ottoman. Sebut saja Dimitri Cantemiroglu, Tanburi Büyük Osman Bey, Leyla Saz, atau Âşık Ali İzzet Özkan. Koleksi paling banyak di laptop saya milik Cantemiroglu, yang sebagian besar saya dapatkan dari mengonversi video YouTube.

Cara lain untuk menjaga impian ke Turki adalah dengan menempel kartu pos bergambar Masjid Biru Istanbul, satu lagi bergambar suasana pantai Antalya, di dinding kamar. Posisinya tepat di hadapan saya saat tengah mengetik begini. Kedua kartu pos tersebut pemberian teman yang pernah mengunjungi Turki sewaktu bekerja sebagai kru kapal pesiar.


Dua kartu pos pemberian teman. Satu bergambar Masjid Biru di Istanbul, satu lagi sebuah pantai di Antalya.
7 Destinasi Favorit
Meski entah kapan bisa berwisata ke Turki, saya sudah punya daftar tempat-tempat mana saja yang ingin dikunjungi. Daftar ini saya susun setelah banyak membaca referensi tentang Turki di internet, juga buku. Karena saya penyuka sejarah, jangan heran ya kalau daftar saya ini kebanyakan berisi tempat-tempat wisata bernuansa sejarah.

1. Masjid Biru, Istanbul
Ini tempat wajib kunjung bagi saya. Saya sangat ingin sekali salat di dalam masjid ini, sama seperti saya ingin salat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, juga Masjid al-Aqsha. Bagi saya, rugi jauh-jauh datang ke Istanbul kalau tidak menyempatkan diri salat di masjid berusia tepat 400 tahun pada 2016 ini.

Oya, Paus Benediktus XVI pernah lho mengunjungi Masjid Biru pada 30 November 2006. Paus tak cuma melihat-lihat keindahan masjid, tapi juga berdoa selama dua menit saat pertama kali menginjakkan kaki di dalam masjid. Saya tentu tak mau kalah dong. Hehehe.

2. Istana Topkapi
Tempat kedua yang sangat ingin saya kunjungi di Turki adalah Istana Topkapi. Hanya berjarak 1,2 kilometer dari Masjid Biru, di sebelah utara. Kunjungan ke istana ini menjadi wajib karena di sinilah kejayaan Turki Ottoman diawali. Dari istana inilah sultan-sultan Ottoman mengendalikan pemerintahan yang semakin lama semakin membentang hingga ke Eropa Timur, Timur Tengah dan Afrika Utara.

Di dalam istana ini kita bisa menikmati benda-benda peninggalan Ottoman. Mulai dari benda-benda pecah belah dari keramik atau porselen, benda-benda berharga dan perhiasan; sampai persenjataan masa lalu, baju zirah, tameng, juga kaligrafi dan mural. Kekayaan isinya inilah yang membuat Istana Topkapi dijaga ketat oleh tentara.

3. Selat Bosphorus
Kalau ada perairan di luar negeri yang paling ingin ceburi selain Laut Mati di Israel, maka itu adalah Selat Bosphorus. Selat yang menghubungkan Laut Hitam di sisi utara Turki dengan Laut Marmara di sisi selatan Turki. Selat yang memisahkan dua benua, Asia dan Eropa, membuat Turki sebagai satu-satunya negara di dunia yang berlokasi di dua benua.

Dari beberapa literatur yang saya baca, paling asyik menyusuri Selat Bosphorus di waktu malam. Ada layanan cruise yang akan membawa wisatawan menyaksikan keindahan kota-kota di kedua sisi selat. Kalau takut air, duduk-duduk di tepian selat ini juga asyik. Atau bisa juga iseng menyeberang melewati tiga jembatan yang terbentang di atasnya.

4. Cappadocia
Ya, petualang mana yang tidak tahu tentang kota tua nan unik di Cappadocia. Wilayah ini sudah ada sejak Jaman Perunggu, jadi usianya sudah puluhan ribu tahun. Ada banyak cerita yang terpendam di sini, sebab Cappadocia berganti-ganti dikuasai oleh berbagai penguasa besar. Mulai dari Iskandar Agung, Imperium Persia, Kekaisaran Romawi Timur, hingga Turki Utsmani.

Ada dua hal yang menarik minat saya mengunjungi. Satu, kota bawah tanahnya. Dua, balon udaranya. Saya sangat ingin menyusuri kota-kota bawah tanah di kawasan ini, mencari tahu bagaimana orang-orang Cappadocia dulu menghabiskan hari-hari mereka bagaikan semut. Dan, tentu saja bakal rugi berat kalau sampai di sini tidak naik balon udara.



5. Hierapolis
Kota tua sangat menarik minat saya. Semakin tua semakin tertarik saya untuk mempelajari dan syukur kalau bisa mengunjunginya. Termasuk juga Hierapolis yang terletak di Pamukkale, Provinsi Denizli. Hierapolis tak cuma tua, tapi amat sangat tua sekali. Didirikan pada abad kedua sebelum Masehi, berarti situs warisan dunia satu ini berusia lebih dari 2.200 tahun.

Kalau teman-teman pernah mengunjungi Kraton Ratu Boko di selatan Candi Prambanan, Hierapolis adalah Kraton Ratu Boko versi jauh lebih besar dan lebih tua. Di sini terdapat reruntuhan istana, tembok kota, teater, kuil pemujaan, juga kolam renang.

6. Troy
Jujur, awalnya saya kira kota tua Troy yang kisahnya pertama kali saya baca di buku pelajaran sejarah SMP sekarang masuk wilayah Yunani. Rupanya Troy ada di Turki, tepatnya di wilayah Tevfikiye, Provinsi Canakkale. Jaraknya dua jam penerbangan dari Istanbul, atau kalau mau naik bus paling lama lima jam perjalanan darat.

Kota ini jauh lebih tua dari Hierapolis. Menurut referensi, Troy dibangun pada tahun 3000 SM. Sekarang sudah tahun 2016. Berarti Troy berusia 5.000 tahun! Lebih tua dari Piramida Giza di Mesir yang dibangun oleh Kaisar Khufu.

7. Ephesus
Satu lagi kota tua berusia ribuan tahun. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kota ini pertama kali didirikan pada tahun 1000 SM. Dua tahun lebih muda dari Troy. Abad ke-10 SM adalah masa di mana Nabi Daud AS turun dari tahta Kerajaan Israel digantikan Nabi Sulaiman AS. Di abad ini juga Kekaisaran Romawi didirikan.

Konon, di wilayah ini terdapat rumah tempat tinggal Maryam, ibunda Nabi Isa AS, beberapa tahun sebelum beliau meninggal dunia. Menurut kepercayaan Katolik, Rasul Yohanes yang membawa Maryam ke Ephesus setelah Yesus Kristus disalib tentara Romawi. Di tempat ini pula Yohanes menulis Injil Yohanes. Tepatnya di Kuil Artemis, salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia.

Tur Ceria bersama Cheria Travel
Negara tujuan sudah ditetapkan, bahkan daftar tempat-tempat yang akan dikunjungi telah disusun. Selanjutnya apa? Saya iseng-iseng mencari biro travel yang menawarkan paket tur ke Turki. Setelah menelusuri beberapa agen dengan bantuan Google, saya menemukan Cheria Travel. Kebetulan sekali travel satu ini punya paket yang itinerary-nya sangat cocok dengan daftar tujuan wisata saya di atas.


Peta wisata Turki. Ilustrasi: GoTurkey.com
Cheria Travel punya paket bernama Paket Tour Wisata Muslim Turki. Berdurasi 10 hari termasuk hari keberangkatan dan kepulangan, itinerary-nya meliputi Istanbul, Bursa, Troy, Izmir, Kusadasi, Ephesus, Pamukkale, Konya, Cappadocia, dan Ankara. Komplit! Dengan paket ini saya bisa mengunjungi ketujuh tempat yang saya sebutkan di atas, plus beberapa tempat menarik lain!

Ini dia itinerary Paket Travel Tour Wisata Turki Cheria Travel:

HARI 1: Jakarta-Istanbul
Diawali dengan keberangkatan dari Jakarta ke Istanbul. Penerbangan yang diambil malam hari, sehingga hari pertama tiba di Istanbul dihabiskan untuk makan malam dan istirahat di hotel.

HARI 2: Istanbul-Bursa
Esoknya, kita dibebaskan untuk melakukan city tour seharian. Saya tentu bakal menghabiskan banyak waktu di Masjid Biru, lalu mengunjungi Istana Topkapi dan sekalian mengunjungi Hagia Sophia yang terletak dekat istana. Sore harinya kita dibawa menyeberangi Laut Marmara ke Bursa, makan malam dan menginap di sana.

HARI 3: Bursa, Troy, Izmir, Kusadasi
Wisatawan diajak mengunjungi tempat-tempat bersejarah era Ottoman di Bursa. Seperti Ulucami Grand Mosque, Green Mosque dan Green Tomb. Lalu siang harinya rombongan dibawa ke Troy, di mana kita bisa melihat reruntuhan kota tua lengkap dengan patung kuda yang dikenal sebagai Kuda Troya.

Masih di hari ketiga, perjalanan dilanjutkan ke Izmir untuk mengunjungi Clock Tower. Ini tugu jam raksasa, seperti Jam Gadang di Bukittingi. Menurut sejarah, Clock Tower dibangun pada 1901 sebagai peringatan 25 tahun kepemerintahan Sultan Abdulhamid II. Jam pada menara ini merupakan sumbangan dari Kaisar Jerman, Wilhelm II.

HARI 4: Ephesus, Cotton Castle
Tur hari keempat rasanya bakal jadi favorit saya. Pada hari ini agendanya mengunjungi Ephesus, ya kota tua berusia 3.200 tahun yang terletak di Pamukkale. Usai makan siang, perjalanan dilanjutkan ke Hierapolis. Di sini wisatawan juga akan diajak mengunjungi Cotton Castle yang terkenal dengan sumber air panasnya. Hmmm, berendam air hangat sepertinya asyik nih!

HARI 5: Pamukkale, Konya, Sultanhani, Cappadocia
Setelah menghabiskan malam di Pamukkale, keesokan harinya perjalanan diteruskan ke arah timur menuju Cappadocia. Di tengah perjalanan, rombongan akan dibawa singgah ke Konya untuk mengunjungi Mevlana Museum. Siapa Mevlana? Wajar kalau tak banyak yang kenal, sebab beliau lebih popular sebagai Jalaluddin Muhammad al-Rumi atau Jalaluddin Rumi.

Destinasi kedua di hari kelima adalah Sultanhani Caravanserai, sebuah hotel masa lampau berusia ratusan tahun. Caravaranserai adalah penginapan yang biasa dipergunakan oleh para pedagang. Biasanya sebuah caravanserai terletak tepat di pinggir jalan yang dilintasi pedagang. Sultanhani Caravanserai sendiri berada tepat di Jalur Sutera menuju ke Persia.

Sampai di Cappadocia hari sudah malam, saatnya istirahat.

HARI 6: Cappadocia!
Petualangan sehari penuh mengeksplorasi kota bawah tanah baru dilakukan pada hari keenam. Puas-puaskan menyusuri rumah-rumah batu di beberapa lembah, lalu masuk ke dalam lorong-lorong batu di bawah tanah. Jika berminat, kita juga bisa ikut menaiki balon udara. Cheria Travel pernah membawa artis cantik Pevita Pearce naik balon udara di sini lho.

Malamnya menginap di Cappadocia. Jadi kalau masih kurang puas bisa melanjutkan petualangan di malam hari. Tapi jangan lupa istirahat ya, sebab esok pagi perjalanan 3,5 jam menuju Ankara sudah menanti.

Pevita Pearce di antara wisatawan asal Indonesia, naik balon udara di Cappadocia.
HARI 7: Ankara, Istanbul
Menempuh perjalanan menuju Ankara, ibukota Republik Turki. Sesampainya di Ankara, Museum Attaturk adalah destinasi utama, dilanjutkan city tour ke beberapa tempat menarik lain. Sore harinya ke Istanbul.

HARI 8: Istanbul City Tour
Hari ini kita akan diajak berkeliling Istanbul. Tiga bangunan ikonik Masjid Biru, Istana Topkapi dan Hagia Sophia jadi destinasi utama. Juga Hippodrome dan Grand Bazaar, sebuah pasar oleh-oleh. Lalu ada pula kunjungan ke Emirgan Park untuk melihat bunga Tulip. Ternyata nggak perlu sampai ke Belanda untuk melihat bunga ini.

Malam harinya disediakan private yacht untuk menyusuri Selat Bosphorus sembari menikmati makan malam. Wah, bakalan jadi pengalaman romantis nih. Jangan lupa siapkan kamera paling oke untuk mengabadikan momen-momen seru di sini.

HARI 9: Istanbul, Acara Bebas
Hari terakhir. Kita dibebaskan untuk menikmati Istanbul selama sehari penuh. Kalau saya lagi-lagi bakal menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya di Masjid Biru. Ya, kapan lagi bisa ke sana? Jadi mumpung berada di Istanbul kalau bisa salat sebanyak mungkin di masjid ini. Hehehe...

Malam harinya terbang ke Jakarta.

HARI 10: Tiba di Jakarta
Mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, lanjutkan pulang ke rumah masing-masing. Selesai. :)


Umroh Plus Turki
Alasan lain yang membuat saya suka Cheria Travel adalah travel ini menyediakan Paket Umroh Plus Turki! Paket yang pas banget dengan janji saya untuk tidak keluar negeri sebelum ke Tanah Suci. Jangan-jangan owner-nya bisa membaca isi hati orang nih.

Dengan paket ini, saya bisa mengunjungi Turki setelah melaksanakan umroh di Tanah Suci. Sekali jalan. Ada banyak penerbangan langsung Jeddah-Istanbul, dengan waktu tempuh kisaran kurang dari empat jam.

Cheria Travel menyediakan tiga jenis paket bundle umroh + Turki. Masing-masing dibedakan oleh durasi perjalanannya, dan tentu saja harganya jadi berbeda-beda tergantung lama wisata. Berikut daftar harga masing-masing paket (sumber):

Paket 9 Hari
Yang tercepat adalah paket 9 hari dengan biaya mulai dari US$2.200 (quad). Jamaah akan diterbangkan ke Tanah Suci dengan maskapai Turkish Airline, dan diinapkan di hotel bintang tiga. Ada juga pilihan hotel bintang empat dengan biaya mulai dari US$2.500 (quad).

Dengan paket ini jamaah bisa beribadah sepuasnya selama lima hari di Tanah Suci, lalu mampir di Turki tiga hari sebelum kembali ke Jakarta. Di Turki, kita bisa mengunjungi tempat-tempat ikonik di Istanbul, membeli oleh-oleh di Grand Bazaar, juga menikmati malam di atas perahu di Selat Bosphorus.

Paket 11 Hari
Untuk paket 11 hari, penerbangan yang digunakan adalah Saudi Arabian Airlines. Dari Jakarta kita akan diterbangkan langsung ke Jeddah. Dua hari di Jeddah, dilanjutkan dengan wisata 3 hari 2 malam di Turki. Masing-masing semalam di Istanbul dan semalam lagi di Bursa. Selepas itu kembali ke Jeddah dan langsung ke Mekkah untuk menunaikan umroh.

Biaya paket ini dimulai dari US$2.850 (quad) untuk hotel berbintang tiga, dan mulai dari US$3.280 (quad) untuk hotel berbintang lima.

Paket 16 Hari
Ini paket paling panjang. Jamaah akan menghabiskan 7 hari 7 malam di Tanah Suci untuk beribadah, dilanjutkan wisata 7 hari 6 malam di Turki. Paket wisatanya sangat komplit, dengan itinerary tak jauh berbeda seperti yang sudah dijelaskan di atas. Malah pada paket ini ada tambahan destinasi, yakni Bolu.

Bolu adalah sebuah kota kecil ibukota Provinsi Bolu, terletak di tengah-tengah antara Ankara dan Istanbul. Di sini wisatawan biasa menyaksikan keindahan alam nan eksotis, terutama di pagi hari. Oya, harga paket ini mulai dari US$2.790 (quad) untuk hotel bintang tiga, dan mulai dari US$3.090 (quad) untuk hotel bintang lima.



Umroh Pasti bersama Cheria Travel
Kasus jamaah umroh gagal berangkat marak diberitakan televisi akhir-akhir ini. Karenanya kita sebagai calon jamaah harus benar-benar teliti dalam memilih travel umroh. Tak perlu pusing-pusing, cukup hapalkan saja resep 5 Pasti dari Kementerian Agama RI.

Apa itu 5 Pasti?
- Pastikan travelnya berizin, izin umroh dan haji harus diperpanjang setiap tiga tahun.
- Pastikan jadwal keberangkatannya, travel bonafid bisa memastikan tanggal keberangkatan.
- Pastikan penerbangannya, apa nama maskapainya dan jam berapa terbangnya.
- Pastikan hotelnya, jamaah berhak tahu sejak awal di hotel mana mereka diinapkan.
- Pastikan visanya, paling lambat terbit sehari sebelum keberangkatan.

Berita bagusnya, Cheria Travel lolos kelima kriteria tersebut. Perizinan travel ini lengkap, dan khusus perizinan umrah-haji selalu diperbarui setiap tiga tahun sekali. Jika masih ragu dengan kredibilitas Cheria Travel, calon jamaah bisa langsung mendatangi kantor pusatnya di Jakarta. Berikut alamat lengkapnya:

PT. CHERIA - Biro Perjalanan Umroh, Haji & Tour Muslim Halal Syariah
Gedung Twink Lt. 3
Jl. Kapten P. Tendean No. 82 Mampang Prapatan
Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12790

Telepon: 021 - 7900 216 (Hunting)
Mobile: 021 444 610 74

Untuk jadwal penerbangan, calon jamaah sudah sejak awal diberitahu naik maskapai apa, rutenya langsung atau transit, serta jam berapa berangkat dan tiba. Sedangkan mengenai akomodasi, Cheria Travel juga menuliskan nama-nama hotel yang digunakan jamaah selama di Tanah Suci. Demikian pula selama di Turki.


Soal visa, selama ini belum ada keluhan dari calon jamaah Cheria TRavel. Pun tidak terdengar berita calon jamaah gagal berangkat karena visa belum turun, atau terlantar di bandara pada hari keberangkatan. Itu semua karena PT Cheria benar-benar berkomitmen untuk melayani calon jamaah umroh dan paket wisata lainnya.

Cara lain untuk mengusut bagus-tidaknya sebuah travel adalah mencari tahu siapa orang di baliknya. Lacak siapa pendiri atau pemiliknya. Cheria Travel sendiri dirintis oleh pasangan suami-istri Cheriatna dan Farida Ningsih. Kalau kamu tidak kenal Cheriatna, beliau adalah founder Komunitas Bisnis Dari Rumah dan Konsorsium BDR.

Sejumlah media pernah meliput profil Cheriatna, media lainnya mengangkat kegiatannya bersama komunitas BDR. Ada juga yang mengulas kisah berdirinya Cheria Wisata. Berikut beberapa di antaranya:

"Bisnis dari Rumah dengan Hasil Menggiurkan", Majalah Kontan."Keluarga Cheriatna, Profil Sukses Keluarga Sehat Lewat Bisnis", EraMuslim.com.Bisnis dari Rumah Yang Tetap Menggiurkan, Paris van Java TV.Kiat Memulai Bisnis Biro Perjalanan Ala Cheria Travel, Tempo Bisnis.Menjaga Amanah Konsumen, BeritaSatu.com.Cheriatna, Kisah Sukses Pengusaha Travel Halal, situs Commonwealth Live milik Commonwealth Bank.
Tak mau kalah dengan sang suami, Farida Ningsih punya prestasi mentereng sebagai pemenang Agen 1000 Sunlight. Selain menerima hadiah uang tunai Rp25.000.000, wanita yang biasa dipanggil Ida ini juga sempat jadi bintang iklan Sunlight bersama Krisna Mukti.

So, setelah menelusuri profil perusahaan serta membaca-baca referensi tentang pemiliknya, saya tak akan ragu menjadikan PT Cheria Wisata sebagai pilihan utama andai kelak punya rejeki bisa berwisata ke Turki. Ya, tentu saja setelah saya menunaikan ibadah umroh ke Tanah Suci.

Artikel ini diikut-sertakan dalam Lomba Menulis Cheria Wisata 2016.
Baca disclaimer blog ini selengkapnya pada laman berikut.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 14, 2016 21:21

April 13, 2016

Tips Memilih Kado Ulang Tahun


ULANG tahun saya sudah lewat, yang berikutnya juga masih lama sekali datangnya. Tapi kalau diminta menyebut mau kado ulang tahun apa, masa iya harus nunggu ulang tahun? Hehehe... Kalau ini sih jawabnya gampang. Tapi sini saya kasih tips memilih kado ulang tahun biar kadomu kasih kesan mendalam bagi penerima.

Kilas balik sedikit ya.

Sewaktu belum menikah, lebih tepatnya sampai tahun 2009, cuma sekali saya dapat kado ulang tahun. Hadiahnya juga rada gimanaaa gitu. Bagus sih kadonya, tapi untuk ukuran orang seusia segitu kado itu serius banget. Super duper serius. Siapa yang ngasih sepertinya lebih baik saya simpan sebagai rahasia pribadi.

Nah, cerita jadi berbeda setelah saya kenal bakal calon istri. Kami kenalan lewat jalur pertemanan. Maksudnya, kami sama-sama temannya teman kami yang saling berteman. Setelah observasi dengan bertanya-tanya ke teman-teman dekatnya, juga melihat-lihat kesehariannya di kontrakan, saya mantap mengajukan tawaran menikah padanya akhir tahun 2005.

Dia mengiyakan. Saya langsung memboyong keluarga dari Jambi ke Jogja, untuk kemudian bergerak ke Pemalang. Lamaran. Sebelum pertemuan antarkeluarga saya sudah terlebih dahulu datang sih, jadi lamaran versi keluarga besar itu boleh dibilang formalitas belaka. Dasar rejeki, karena satu dan lain hal pernikahan kami baru terlaksana medio 2009. Tiga tahun status kami mentok di pertunangan.

Kembali ke soal kado ulang tahun, sejak punya tunangan inilah saya selalu dapat kiriman hadiah setiap tanggal 10 Desember. Ya, kadonya dikirim karena tunangan sudah kembali ke Pemalang dan saya masih di Jogja. Kado pertama berupa sepasang sandal keren warna coklat. Kenapa sandal? Soalnya dia tahu persis kalau saya kemana-mana sukanya pakai sandal jepit.

Entah kenapa saya nyaman sekali pakai sandal jepit kemana-mana. Biasanya outfit saya kalau keluar dari kos adalah kaos, kadang berkerah kadang oblong, dipadu celana jins dan sandal jepit. Saya pernah membuat Bapak geleng-geleng kepala karena mudik ke Jambi dengan setelan seperti itu. "Mbok ya dandan yang rapi dikit kalau mau pergi jauh," kata Bapak waktu itu.

Kesan saya tentang kado pertama dari tunangan? Tentu saja senang sekali, sebab saya merasa ada yang memperhatikan. Dengan kado sandal keren itu berarti kan tunangan berniat menuntun saya untuk berpenampilan lebih sopan. Bukan berarti sandal jepit tidak sopan lho ya. Tapi sandal begini tidak jamak dipakai di tempat-tempat umum, apalagi ke pertemuan sekalipun itu acara nonformal. Katakanlah kopdar blogger.

Tips Memberi Kado
Ada kata bijak Jawa yang berbunyi, "ajining raga saka busana." Maksud kata bijak ini, penghormatan orang lain pada kita tergantung dari penampilan kita, dari cara berpakaian kita. Tidak perlu dijelaskan to?

Jadi, kado ulang tahun dari tunangan waktu itu benar-benar sesuatu yang bermanfaat bagi kebaikan saya. Kado yang membuat saya berubah menjadi lebih baik, berpenampilan lebih baik.

Sekedar berbagi nih ya, perhatikan hal-hal berikut jika berniat memberi kado pada seseorang. Terlebih jika itu orang yang spesial bagimu. Tapi harap digaris-bawahi, ini tips versi kaum adam ya. Meski saya yakin tips ini sebenarnya sama bergunanya bagi cowok maupun cewek.

1. Berikan Sesuatu yang Membuatnya Tampil Lebih Keren
Ya, ini persis seperti pengalaman saya mendapat kado pertama dari tunangan. Tahu saya kemana-mana hanya pakai sandal jepit, tunangan saya membelikan sandal kulit yang keren. Tentu saja jauh lebih keren dari sandal jepit putih bertali hijau milik saya saat itu.

Meski hanya sandal, tapi efeknya ke penampilan saya secara keseluruhan besar sekali. Karena punya sandal keren, saya harus mengimbangi pemilihan celana dan atasannya. Rasanya agak gimana gitu kalau kakinya pakai sandal keren tapi celana jins yang dipakai belel parah dan nggak jelas apa warna aslinya. Dekil and the kumal.

Naik lebih ke atas, sandal dan celana keren membuat saya jadi lebih hati-hati memilih atasan. Walaupun andalannya ya tetap kaos, setidak-tidaknya saya memilih yang terbaik. Atau lebih rapi. Kalau biasanya langsung comot dari tali jemuran, setelah punya sandal keren kaosnya disetrika dulu biar rapi.

Bukankah kita juga yang senang kalau dia berpenampilan keren?


FOTO: 123rf.com
2. Belikan Barang yang Dia Butuhkan
Karena saling dekat, tahu dong apa yang sedang dibutuhkan si dia. Pasti kalian sering curhat-curhatan, atau paling nggak dia keceplosan ngomong lagi butuh banget sama satu hal. Kalau apa yang dia butuhkan itu belum terwujud, itulah kesempatan kamu untuk memberi kado yang berkesan. Sekaligus menunjukkan kalau dirimu perhatian sama dia.

Misalnya dia sedang menggarap skripsi dan butuh satu buku yang wajib jadi referensi, tapi setelah berkelana dari satu toko buku ke toko buku lain dia tidak juga menemukan buku itu. Kalau kamu bisa dapat itu buku, berikan itu sebagai kado ulang tahun dan jangan kaget kalau dia bakal menyambutnya begini: berdiri menahan napas dengan mata terbelalak dan mulut ternganga, lalu kedua belah tangannya memegangi bagian pipi dekat dagu.

Okelah, biar terkesan romantis tambahkan sebatang coklat dan sekuntum bunga mawar merah.

Kalau dia lagi butuh uang gimana? Mmmm, kalau ini beda jurusan. Tapi kalau dia beneran butuh dan kamu bisa ngasih ya dipinjemin aja dulu. Hehehe...

3. Hadiahkan Apa yang Paling Dia Sukai
Setiap orang tentu punya barang favorit, atau hobi yang berkaitan dengan barang-barang tertentu. Memberi hadiah dalam kategori ini tak cuma menunjukkan kalau kamu perhatian sama dia, tapi juga kamu mendukung apa yang dia lakukan.

Dia hobi koleksi uang lama, misalnya, kamu bisa carikan koleksi yang belum dia punya. Tak perlu mahal-mahal, tidak perlu yang berjuta-juta harganya, asalkan dia belum punya pasti bakal diterima dengan senang hati. Ada banyak uang lama yang bisa diperoleh dengan harga di bawah ratusan ribu. Biar terkesan lebih eksklusif, carikan koleksi set alias seri uang lama tertentu berdasarkan tahun penerbitan.

Atau dia senang sekali mendaki gunung? Hadiah jaket waterproof atau sleeping bag, juga sepatu, bisa jadi pilihan bagus. Perhatikan apakah jaketnya sudah mulai pudar warnanya, atau bolong-bolong mungkin. Lihat apakah sol sepatunya sudah aus dan menipis karena terlalu sering dibawa naik ke pegunungan, atau sleeping bag-nya selama ini sewa di komunitas.

Kalau dia senang membaca, buku adalah kado paling pas. Tinggal sesuaikan saja buku seperti apa yang jadi seleranya. Misalkan dia penggemar penulis tertentu, belikan karya terbaru penulis tersebut. Dijamin, dia pasti senang. Gampang kan?

4. Surprise!!!
Pernah mendapatkan sesuatu yang tidak disangka-sangka saat ulang tahun? Saya pernah.

Tahun 2012, tepat di hari ulang tahun saya, sebuah telepon dari nomor telepon rumah berawalan kode area 0284 masuk ke hape. "Mas Eko ya?" terdengar suara seorang pria di seberang sana. Saya mengiyakan. "Ini ada kiriman untuk Mas Eko, silakan ambil di toko Mahkota hari ini ya," kata pria itu lagi.

Saya bingung. Mahkota itu toko kue, masa iya ada paket untuk saya yang harus diambil ke sana? Kalau memang itu paket, harusnya kan saya ambil di kantor agen jasa pengiriman. Itupun biasanya kurir mengantar sampai alamat rumah. Penasaran, sepulang mengantar beberapa pesanan pembeli saya mampir di toko tersebut.

Namanya toko kue, tentu saja kue-mue yang saya temui di sana. Seorang pria berbadan tinggi besar memakai kaca mata menyambut saya. Begitu saya menyebut nama, pria yang ternyata pemilik toko tersebut langsung membawa saya ke hadapan sebuah kue tar berlapis cokelat berukuran besar. Di salah satu sisi kue tersebut ada tulisan "Happy Birthday Kakakku Tersayang."

Wow! Ternyata adik perempuan saya di Jakarta memesankan kue ulang tahun untuk saya ke toko tersebut. Pesanan dilakukan melalui telepon setelah browsing di Google, lalu pembayaran lewat transfer bank. Saya speechless. Saya tidak pernah merayakan ulang tahun, dan hanya sekali membeli kue tar untuk keperluan tiup lilin. Itupun karena dibelikan istri secara diam-diam.

Hari itu, kejutan besar saya terima dari adik di Jakarta. Kejutan berupa kado berwujud kue ulang tahun. Rasanya tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Setiap orang suka kejutan, kejutan kecil sekalipun. Saat si dia ulang tahun, berikan kejutan padanya dan lihat bagaimana reaksinya. Kejutannya apa? Ya namanya kejutan jangan sampai orang lain tahu dong. Apalagi diajari. Kalau saya beri tahu namanya bukan kejutan, tapi bocoran. Cari tahu sendiri sana!

Kado Idaman
Cukup empat itu saja tipsnya. Semuanya berdasarkan pengalaman pribadi, di mana saya merasa sangat senang sekali sewaktu mendapat hadiah yang sedang saya butuhkan, hadiah yang saya sukai, yang membuat saya tampil lebih baik, juga surprise dari adik di luar kota.

Khusus nomor tiga, istri saya pernah lho memberi hadiah murah meriah tapi benar-benar membuat saya gembira berhari-hari setelahnya. Ini kado ulang tahun kemarin. Bangun tidur ada dua buah bungkusan kado di sebelah bantal. Saya pegang-pegang kok lembut tapi isinya kecil-kecil keras. Apa ini? Pas saya buka ternyata isinya... sebungkus kacang garing kesukaan saya! Horeeeee!!!

Harga sebungkus kacang garing bermerek sama dengan nama salah satu minimarket itu hanya Rp15.000, dua bungkus berarti Rp30.000. Tapi kacang adalah camilan favorit saya, lebih-lebih kacang garing. Jadi meski hanya bernilai Rp30.000, kado itu membuat saya senang bukan kepalang karena sudah lama ingin makan kacang garing.

Nah, itu dia tips memilih kado ulang tahun ala saya. Gampang, bukan? :)
 •  15 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 13, 2016 15:00

April 12, 2016

Orang-orang Bernama Belakang Sungkar Itu...


ENTAH kapan persisnya saya pertama kali berkunjung ke blognya Mbak Muna Sungkar. Kalau tidak salah ingat sih pertengahan atau akhir 2014. Satu hal yang masih saya ingat jelas, setelah kunjungan pertama itu namanya juga alamat blognya langsung menempel di kepala. Begitu pula saat ikut Fun Blogging 9 di Semarang bulan lalu, saya langsung bisa menebak Mbak berjilbab di pojok sana itu sepertinya...

Jangan berpikir yang bukan-bukan dulu ya. Satu hal yang membuat nama Mbak Muna langsung menempel di ingatan saya adalah nama belakangnya, Sungkar. Saat itu saya langsung berpikir, "Apa kaitan blogger satu ini dengan Shireen Sungkar? Atau Rifat Sungkar? Atau Abdullah Sungkar?"

Saya rasa rekan-rekan blogger lain juga pernah berpikir seperti itu. Yang paham sistem marga akan menebak-nebak, Sungkar itu marga apa sih? Batak rasanya kok bukan, Manado juga sepertinya bukan. Marga Minangkabau atau Minahasa? Kayanya sih juga bukan. Dan memang bukan, karena itu rupa-rupanya marga Arab, terpatnya Hadramaut.

Pernah belajar kan kalau di masa lampau banyak pedagang Hadramaut yang merantau ke kepulauan Nusantara? Nah, menurut referensi salah satu dari para perantauan asal Yaman Selatan tersebut adalah marga Sungkar. Siapa Sungkar pertama di bumi Nusantara sepertinya harus kita tanyakan pada pemakai marga ini. Hehehe...

Sama halnya nama keluarga beberapa suku di Indonesia, marga Hadramaut ditentukan berdasarkan kabilah, nama nenek moyang keturunan tersebut, serta tempat asalnya. Sejarah dan kebiasaan suatu suku atau golongan ternyata juga bisa menjadi marga. Cuma saya belum dapat yang mana contohnya.

Mengutip Wikipedia, berdasarkan asal-usulnya marga Hadramaut secara umum dibagi menjadi dua golongan. Pertama, marga keturunan suku Arab Yaman asli. Mereka ini mengklaim sebagai keturunan Hadramaut bin Qahtan, yang jika jalur nasabnya ditelusuri konon akan sampai pada Nabi Nuh AS. Selain Nabi Nuh, Nabi Hud dan Saleh disebut-sebut berasal dan tinggal di wilayah ini.

Kedua, marga Arab pendatang dari daerah-daerah lain. Para pendatang ini menurut sejarah merupakan keturunan Ahmad bin Isa al-Muhajir, atau biasa disebut Alawiyyin atau Ba 'Alawi, beserta para pengikutnya yang pindah ke Yaman sekitar tahun 319 H (898 M). Ba 'Alawi merupakan keturunan Rasulullah SAW dari jalur Sayyidina Hussein. Anak keturunan Ba 'Alawi inilah yang lantas dipanggil Habib karena merupakan keturunan langsung Rasul.

Nama Hadramaut sendiri ada ceritanya. Konon, nama ini merujuk pada seseorang yang paling ditakuti di Jazirah Arab. Bayangkan, orang Arab yang terkenal suka berperang dan saling membunuh pun masih bisa takut pada orang ini. Sosok tersebut adalah Amir Bin Qahtan. Ia seorang petarung yang sangat ditakuti karena keberanian, kejelian dan keperkasaannya.

Setiap kali Amir Bin Qahtan turun dalam sebuah medan perang, maka tempat tersebut berubah menjadi lembah kematian akibat begitu banyaknya korban tewas yang ia bunuh. Amir Bin Qahtan pun dijuluki Hadramaut, berasal dari kata "hadhra" (hadir) dan "maut" (kematian). Maksudnya, di mana Amir bin Qahtan berada di situ pula kematian hadir bersamanya.


Peta Yaman Selatan di abad ke-3 Masehi. Wilayah Hadramaut ditunjukkan dengan warna ungu. FOTO: Wikipedia
Pejabat dan Public Figure
Ada banyaaaak sekali keturunan Hadramaut di Indonesia. Beberapa di antaranya bahkan menjadi tokoh penting dan public figure di negara ini sejak Proklamasi. Sebut saja Abdurrahman Baswedan, eks Menteri Penerangan di bawah Kabinet Sjahrir. Mr. Asaat, Presiden RI di era federal (Republik Indonesia Serikat), juga keturunan Hadramaut.

Lalu di era Presiden Soeharto ada nama Ali Alatas, seorang diplomat ulung yang menjabat posisi Menteri Luar Negeri selama dua periode (1988-1998). Sekabinet dengan Ali Alatas ada Prof. Dr. Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1985-1993. Nama belakang Hassan ini mengingatkan kita pada Ferdi Hassan, presenter kondang sekaligus penyiar radio.

Di era reformasi, lagi-lagi jabatan Menteri Luar Negeri dipegang keturunan Hadramaut ketika Presiden Abdurrahman Wahid menunjuk Dr. Alwi Shihab. Saudaranya, Quraish Shibah, menjabat sebagai Menteri Agama. Dr. Abduraham Saleh, eks Jaksa Agung periode 2004-2007, ternyata juga keturunan Hadramaut. Kemudian di kabinet saat ini ada Anies Baswedan.

Dari kalangan selebriti, siapa yang tak kenal Ahmad Albar? Rocker yang mengawali karier bermusiknya sebagai pedangdut ini terlihat sekali garis Arab di wajahnya. Masih dari genre dangdut, Muchsin Alatas, Camelia Malik, Fahmi Sahab, Fitria Elvy Sukaesih dan Hamdan ATT adalah bintang-bintang keturunan Hadramaut. ATT adalah singkatan dari Attamimi, nama marga.

Okelah, itu seleb jadul. Yang agak kekinian adalah Wanda Hamidah, mantan model dan pemain film yang sempat jadi anggota DPRD DKI Jakarta. Wanda bermarga Syechbubakar. Ashanty istrinya Anang Hermansyah itu juga keturunan Hadramaut. Demikian pula dua anggota JKT48, Ayana Shahab dan Nadhifa Salsabila. Kalau teman-teman dulu suka menyaksikan sinetron Ganteng-Ganteng Serigala, Aliando Syarief itu keturunan Hadramaut.

Masih dari dunia pertelevisian tapi beda jurusan, sejumlah presenter berita dan jurnalis televisi adalah keturunan Hadramaut. Mulai dari yang senior dulu ya? Sebut saja Najwa Shihab, Wapemred Metro TV yang merupakan putri Quraish Shihab. Masih sekantor dengan Najwa ada Fessy Alwi yang nama lengkapnya Fessy Farizqoh Alwi Assegaf dan Zackia Arfan. Sebelumnya ada nama Rahma Sarita, bermarga Al Jufri, yang sudah meninggalkan Metro TV pada Februari 2008.

Bergeser ke dunia olahraga, siapa sih yang tidak kenal pesepakbola ganteng Irfan Bachdim? Orang mungkin mengetahui dirinya sebagai keturunan Belanda, padahal tidak 100%. Ayah Irfan, Noval Bachdim, lahir dan tumbuh besar di Malang sebelum kemudian pindah ke Negeri Kincir Angin.

Masih dari lapangan hijau, eks pemain timnas Rusdy Bahalwan dan Sutan Harharah juga berdarah Hadramaut. Sama halnya Salim Alaydrus dan kini Mahdi Fahri Albaar, mantan anggota skuat timnas Indonesia U-19 yang pada tahun 2013-2014 jadi buah bibir di seantero negeri.


Shireen Sungkar. FOTO: Bintang.com
Sungkar-Sungkar Itu...
Kembali ke marga Sungkar, banyak sekali pemakai marga ini yang menjadi public figure. Yang paling dikenal sepertinya Shireen Sungkar dan saudarinya, Zaskia Sungkar. Kedua selebritis ayu tersebut merupakan putri aktor lawas Mark Sungkar. Rasa-rasanya inilah keluarga Sungkar paling terkenal saat ini.

Sebelum itu masyarakat lebih mengenal keluarga Sungkar dari dunia reli. Dimulai dari Farid Sungkar yang kini jadi promotor event balap. Lalu disusul Helmy Sungkar dan menurun pada anak lelakinya, Rifat Sungkar.

Lainnya? Kita sebut saja Direktur Sales PT Axis Telekom Indonesia Syakieb Sungkar, penulis sekaligus pengusaha Aulia R. Sungkar, dan ustadzah kondang Lutfiah Ali Sungkar. Lalu ada satu pemakai nama Sungkar yang lebih dikenal sebagai pentolan gerakan Islam radikal, Abdullah Sungkar. Bersama Abu Bakar Ba'asyir yang juga keturunan Hadramaut, keduanya mendirikan berbagai gerakan Islam anti-Pancasila termasuk Majelis Mujahiddin Indonesia.

Ini baru dari kalangan public figure ya. Kalau semua pemilik nama belakang Sungkar di Indonesia dikumpulkan, saya rasa Stadion Utama Gelora Bung karno tak cukup menampung.

Lalu timbul pertanyaan, kira-kira orang-orang bernama belakang Sungkar ini bersaudara apa tidak ya? Seharusnya sih bersaudara, karena satu marga berarti satu keturunan. Sama halnya orang Batak bermarga Nasution adalah saudara bagi orang Batak bermarga Nasution lainnya. Sekalipun mereka belum saling kenal, begitu tahu marganya sama bakal akrab luar biasa.

Cuma mungkin garis persaudaraan orang-orang semarga ini sudah sangat jauh menyimpang. Biasanya sih semakin jauh garis keturunan, kadar "saudara" pun ikut berkurang. Kita lebih dekat secara emosional dengan saudara sekandung, lalu disusul saudara tunggal simbah alias satu kakek. Naik lagi mulai berkurang kedekatannya.

Oya, itu tadi pendapat saya pribadi ya. Untuk jawaban lebih valid coba saja tanya sama Mbak Muna Sungkar. :)

Catatan: Foto Mbak Muna dicomot dari blog momtraveler.com.
 •  2 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 12, 2016 08:11

April 10, 2016

Mengisi Liburan di Rumah dengan Memasak

KALAU pas tidak bisa kemana-mana sementara anak libur, hal yang biasanya saya dan istri lakukan adalah mengisi liburan di rumah saja. Ada banyak kegiatan menarik dan menyenangkan kok yang bisa dilakukan di rumah. Tak cuma mengajak bermain bersama, kegiatan lain yang kami lakukan adalah masak bersama.

Bermain bersama sebenarnya sudah jadi menu sehari-hari. Sepulang sekolah, anak lelaki saya biasanya langsung mengajak ke halaman belakang. Permainannya antara petak umpet, sepak bola, atau sekedar melihat dia dan adiknya berkeliling-keliling naik sepeda. Lain saat mereka berdua yang asyik bermain sendiri, saya hanya jadi pengawas.

Tapi kalau waktu libur, katakanlah hari Ahad, permainannya harus berbeda dari biasanya. Ya, sebab dari pagi dia sudah ngajak main bareng sih. Jadi pintar-pintar saja mengakalinya supaya anak-anak tetap enjoy sekalipun seharian itu hanya berada di rumah.

Untuk membunuh kejenuhan mereka, kegiatan andalan saya adalah mengajak anak-anak masak bersama. Masak apa? Ya masak apa saja, tergantung hasil diskusi kami hari itu. Hehehe...

Benar, saya laki-laki. Ya, istri saya pandai memasak. Tapi jangan salah, ada saatnya anak-anak saya justru minta dibuatkan nasi goreng oleh saya ketimbang Ummi-nya. Lain saat kalau pas stok agar-agar atau jeli kesukaan tersedia, saya juga yang diminta membuatkan. Entah apakah rasanya beda kalau saya yang memasak. Hehehe...

Saya tak mau memasak sendiri, jadi sebisa mungkin saya libatkan anak-anak. Tergantung situasi saat itu sih. Tapi sering-seringnya mereka saya libatkan. Mereka biasanya akan sangat senang sekali dimintai tolong mengisi panci dengan air, lalu membuka bungkusan agar-agar dan dituangkan ke dalam panci.

Anak sulung saya malah kerap mengajukan diri untuk mengaduk-aduk ramuan agar-agar sampai mendidih. Tempat kompor yang tinggi dia akali dengan cara menyeret satu kursi, dan ia berdiri di atas kursi tersebut. Meski mengeluh panas, tetap saja ia memutar-mutar centong dengan gembira ria.

Lain saat, saya ajak anak-anak membuat makanan yang lebih rumit. Salah satunya pempek, makanan kesukaan saya sejak kecil. Eh, ternyata meski lahir dan besar di Pemalang anak-anak saya juga sangat suka pempek. Jadilah dapur ramai sekali kalau kami sedang membuat pempek. Seperti di video berikut ini.


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 10, 2016 09:25

Ratu Selfie Sejagat


"MA, ayo cepat kita berangkat!" Mulan berseru pada Mama yang masih sibuk merapikan riasan wajahnya di muka cermin.

Mama tak menjawab. Hanya sesungging senyum tipis terlihat di wajahnya yang tampak mulai keriput. Perlahan Mama menggelengkan kepala melihat tingkah Mulan yang sangat gugup jelang pergantian malam hari itu.

"Acaranya dimulai jam delapan tepat, Mama. Sebelum itu aku harus di-briefing dulu sama panitia, terus make-up lagi. Ini sudah jam setengah tujuh dan kita masih di rumah," kata Mulan lagi, setengah mengeluh.

"Iya, Sayang..." Mama menjawab sekenanya, lalu beranjak dari meja rias.

Mulan tak sabar menggamit lengan mamanya, mengajaknya turun ke lantai bawah di mana Papa sudah menunggu. Rapi dengan setelan jas dan rambut klimis disisir rapi ala mafia Hong Kong.

"Berangkat kita?" Sambut Papa sembari tersenyum lebar.

Mulan dan Mama merasa tak perlu menjawab. Bertiga mereka melangkah ke luar. Sebuah sedan hitam telah disiapkan di halaman oleh Pak Dhani, sopir pribadi Papa. Pria paruh baya itu membukakan pintu-pintu mobil dan mempersilahkan tuan-puannya masuk ke dalam. Sejurus kemudian mobil melaju membelah keramaian jalanan.

Tujuan perjalanan malam itu adalah gedung Jakarta Convention Center di Jl. Gatot Subroto, kawasan olahraga Gelora Bung Karno. Mulan akan menerima penghargaan sebagai juara Lomba Selfie Nasional 2016 di sana. Dalam email yang diterimanya dari panitia, Mulan mendapat bocoran bahwa acara malam itu diliput oleh puluhan jurnalis dari media-media nasional terkemuka ditambah koresponden media asing.

Perjalanan itu dilalui dalam keheningan. Masing-masing penumpang tak bersuara sepatah katapun sepanjang jalan, larut dalam pikirannya sendiri-sendiri.

Pak Dhani memperlambat laju mobil begitu memasuki halaman JCC. Seorang pemuda dengan name tag bertuliskan "PANITIA" menghampiri. Setelah mengetahui mobil berisi rombongan juara, pemuda tersebut menunjuk ke sebuah lajur khusus yang dibuat dari pembatas. Rupanya lajur itu langsung menuju ke pintu masuk gedung.

Halaman JCC sudah penuh. Pak Dhani menjalankan kendaraannya perlahan melewati jejeran mobil aneka jenis dan merek. Mendekati pintu masuk, segerombol orang dengan kamera besar-besar berusaha mendekat. Beberapa di antaranya mengetuk jendela mobil, ingin mengabadikan kedatangan sang juara yang menjadi bintang malam itu.

Mulan tiba-tiba saja merasa gelisah. Ia tak menyangka akan mendapat sambutan seperti ini. Ia bukan artis, hanya seorang mahasiswi tingkat pertama di sebuah kampus tak ternama. Akankah jalan hidupnya berubah malam ini? Hanya gara-gara sebuah foto selfie?

Mama yang melihat gelagat itu tanggap memegang tangan Mulan sembari memberi senyum penuh kedamaian. Seluruh isyarat itu ditangkap Mulan sebagai pengganti ucapan, "It's ok, Honey. Everything will be alright."

Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk. Sebuah karpet merah terhampar dari tempat Pak Dhani menghentikan mobil sampai ke dalam ruang tempat acara berlangsung. Lagi-lagi Mulan dibuat tercekat. Semeriah inikah sambutan untuk seorang juara lomba selfie nasional yang bukan siapa-siapa? Ragu-ragu ia membuka pintu mobil, lalu turun.

Baru saja kakinya menjejak karpet merah, segerombolan jurnalis mengerubuti. Ramai-ramai fotografer mengambil fotonya, sedangkan kameramen kompak menyalakan kamera panggul di bahu mereka. Lalu berpuluh-puluh digital voice recorder bercampur microphone disodorkan ke hadapannya.

Sekilas Mulan melirik beberapa logo yang terdapat pada mik di hadapannya. Napasnya tertahan. Seluruh televisi nasional yang ia tahu ada di sana!

"Mbak Mulan, bagaimana kesannya setelah terpilih sebagai juara pertama?" seorang jurnalis perempuan melontarkan pertanyaan.

Mulan berusaha menenangkan diri. Tersenyum. "Saya sangat terkejut sewaktu pertama kali mendapat pemberitahuan dari panitia. Sampai saat ini pun rasanya seperti mimpi." Itu jawaban pertama yang terpikir di kepalanya.

"Boleh tahu rahasianya apa, Mbak, sampai bisa menyingkirkan ratusan ribu peserta dari seluruh Indonesia dan keluar sebagai pemenang?" tanya jurnalis lain di sisi kanan, berhijab dan berkacamata.

Sembari membalikkan badan ke arah si penanya, Mulan berusaha memikirkan jawaban terbaik. Tapi apa? Tiba-tiba saja ia teringat smartphone yang dipakai berfoto selfie. Smartphone yang dijuluki Selfie Expert oleh teman-temannya, sebab dengan kamera smartphone tersebut foto-foto selfie Mulan selalu terlihat sempurna. Sekalipun tidak diedit.

Dikeluarkannya benda tersebut dari dalam tas. Sebuah smartphone dengan warna putih pada bagian muka dan semu kecoklatan di bagian belakang. Empat aksara yang terdiri dari dua huruf berulang tertera di sana. OPPO.

"Tidak ada rahasia apa-apa kok," jawabnya spontan. "Saya mengambil foto selfie itu memakai smartphone ini. Tanpa diedit pakai aplikasi apapun langsung saya kirim ikut lomba. Hasil-hasil fotonya selama ini memang selalu bagus, tapi saya sendiri tidak menyangka bakal menang."

Terdengar suara orang ramai bergumam. Kini sorotan kamera beralih ke smartphone di tangan Mulan. Jurnalis-jurnalis di sana tahu, itu smartphone yang iklannya dibintangi seorang penyanyi muda berbakat yang tengah naik daun bersama pembalap muda yang baru saja menembus F1. Dua talenta terbaik di bidang masing-masing.


"Itu OPPO Cameraphone yang iklannya dibintangi Isyana Sarasvati dan Rio Haryanto ya, Mbak?" wartawan-wartawan tersebut kompak bertanya.

Mulan mengangguk sembari tersenyum. "Bagi saya, ini smartphone selfie terbaik," ia merasa perlu memberi tambahan dengan kalimat pendek itu.

"Harganya berapa, Mbak?"

Mulan tak percaya mendengar pertanyaan tersebut. Ah, mungkin jurnalis-jurnalis itu hanya ingin mengetesnya, atau benar-benar ingin tahu karena tertarik dengan smartphone yang telah mengantarnya menjuarai Lomba Selfie Nasional. Entahlah.

"Saya tak bisa menyebut nominal, teman-teman bisa mencari informasinya sendiri. Yang jelas saya membeli smartphone ini di Blibli.com. Teman-teman bisa mengecek harga smartphone OPPO F1 ini di sana," jawabnya berusaha diplomatis.

Di saat bersamaan seorang panitia memberinya aba-aba untuk segera masuk ruangan. Mulan meminta maaf pada wartawan yang terlihat masih ingin bertanya banyak, kemudian mengikuti panitia tadi. Papa-Mama berjalan beriringan di belakangnya.

Ballroom rupanya sudah penuh oleh tamu-tamu undangan dan sponsor. Di atas panggung satu kelompok band tengah menyanyikan lagu terbarunya. Mulan dituntun ke deretan kursi paling depan, di jejeran tamu VIP. Tamu-tamu undangan di sana berdiri menyambut kedatangannya. Mulan tersipu.

Di panggung, performa band baru saja selesai. Mereka menjura sebagai ekspresi hormat pada penonton. Setelah itu sepasang MC menuju ke tengah dan memegang mik. Hadirin tenang.

"Selamat datang di malam anugerah Lomba Selfie Nasional 2016. Bersama kita telah hadir seluruh pemenang lomba beserta keluarga masing-masing. Sebentar lagi akan kita saksikan satu demi satu pemenang naik ke panggung untuk mendapatkan penghargaan serta hadiah dari sponsor," ujar MC wanita bersemangat.

Hadirin bertepuk tangan. Dari belakang terdengar suara suitan meningkahi. Mulan memandang berkeliling. Membayangkan reaksi seperti apa yang diberikan penonton saat namanya disebut.

"Juara ketiga diraih oleh Abdul Qadir dari Papua..." MC pria berseru menyebut nama pemenang ketiga.

Penonton kembali bertepuk tangan riuh. Dari deretan VIP berdiri seorang pemuda, usia belasan tahun, memakai kemeja kotak-kotak dipadu celana jins kelabu. Rambutnya keriting. Bergegas ia naik ke panggung. Kedua MC menyalaminya lalu seseorang berpenampilan perlente mendekat, ikut menyalami. Sebuah piala dan bingkisan besar diberikan pada pemuda tersebut.

"Juara kedua dimenangkan oleh Maya Setiawati dari Malang..." kali ini giliran MC wanita menyebut nama pemenang kedua.

Seperti sudah dilatih, penonton menyambut dengan tepuk tangan. Seorang wanita muda berambut lurus sebahu, berpenampilan menarik dengan setelan krem berdiri dan melangkah ke panggung. Urut-urutan kejadiannya sama seperti tadi.

Mulan memperhatikan dengan saksama dari tempat duduknya. Entah mengapa jantungnya semakin berdetak kencang. Sebentar lagi dirinya yang akan naik ke panggung itu, jadi sorotan entah berapa puluh ribu pasang mata yang ada di dalam gedung ini. Jadi bahan berita puluhan jurnalis yang kini sudah menyemut tak jauh dari bibir panggung.

Setelah pemenang kedua dipersilakan meninggalkan panggung, kedua MC kembali mengambil posisi.

"Hadirin yang kami hormati, sebentar lagi kita akan memanggil pemenang pertama Lomba Selfie Nasional 2016," ujar MC wanita. "Namun sebelum itu kami ingatkan kembali bahwa ajang ini merupakan seleksi tingkat nasional. Juara I Lomba Selfie Nasional akan dikirim mengikuti World Selfie Contest yang menurut rencana diselenggarakan di Paris bulan depan."

Deg! Jantung Mulan seakan copot.


Casing OPPO F1 bermotif Menara Eiffel, Paris. FOTO: AliExpress.com
"Serius?" desisnya sembari berpaling pada Mama. Wajahnya kebingungan. "Aku akan dikirim ke Paris dan ikut lomba selfie tingkat dunia?"

Mama dan Papa tersenyum lebar. Bulan depan adalah bulan kelahiran Mulan, dan gadis tersebut sangat menyukai Zlatan Ibrahimovic yang memperkuat Paris Saint-Germain. Sungguh sebuah kebetulan yang tak disangka-sangka.

"Baiklah. Mari kita panggil juara pertama Lomba Selfie Nasional 2016, Mulan Hapsari dari Jakarta..." Kali ini kedua MC kompak bersuara, diikuti gemuruh tepuk tangan seluruh penonton.

Mulan masih terpana. Kalau saja Mama tak menepuk bahunya, tentulah ia masih diam tak bergerak. Buru-buru ia berdiri, melangkahkan kaki cepat-cepat ke arah panggung. Sampai di depan panggung Mulan tampak ragu-ragu melangkah. Ada tangga, dan ia mengenakan rok selutut yang sempit. Tak mungkin ia angkat roknya ke atas hanya agar dapat meniti tangga lebih leluasa. Pahanya akan jadi objek foto.

Saat Mulan tengah menimbang-nimbang, MC pria menghampiri bibir panggung lalu turun ke arahnya. Mengulurkan tangan. Mulan terpojok. Mau tak mau ia menyambut uluran tangan tersebut. Dan itu berarti ia harus naik tangga dengan rok sempitnya. Satu, dua, tiga, empat, lima anak tangga berhasil dilaluinya meski sembari terhuyung-huyung. Tinggal satu anak tangga lagi dan ia sudah di atas panggung.

Tapi hal yang tak diduga-duga terjadi. Begitu sampai di atas panggung, MC pria tersebut melepaskan tangannya dari tangan Mulan. Bergegas bergabung kembali ke rekannya di belakang standing mic. Mulan yang masih terhuyung-huyung kaget, kakinya tidak menapak lantai panggung dengan sempurna. Begitu ia melangkah, GEDUBRAKKK!

Penonton terperangah. Kompak berseru kaget.

*****

"AAAAAAA!!!!!" Mulan menjerit sejadi-jadinya. Tubuhnya bergulingan di lantai, baru berhenti setelah kepalanya membentur kaki kursi.

Sambil meringis memegangi kepalanya, gadis manis ini berusaha mendudukkan diri. Memandang sekeliling. Dari pintu tampak Mama menyerbu masuk dengan wajah cemas, masih mengenakan baju tidur. Lalu diikuti Papa.

"Ada apa?"" tanya Mama khawatir.

Mulan menggeleng. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang baru saja dialaminya.

"Mimpi buruk lagi?" desak Mama. Papa berlutut di sebelahnya.

Mulan hanya tersenyum kecut. Perlahan ia mulai ingat urut-urutan kejadiannya.

"Ya sudah, cepetan mandi terus salat Subuh. Sudah jam lima lewat ini," kata Mama lagi sembari mengusap-usap rambut Mulan.

Begitu Mama dan Papa menghilang di balik pintu, Mulan meraih smartphone OPPO F1 miliknya yang terselip di bawah bantal. Aplikasi WhatsApp dibukanya, lalu mencari nama Maya, sahabat karibnya.

"May, loe tahu nggak barusan gue mimpi apa?" ketik Mulan. "Gila! Gara-gara kita hampir tiap hari latihan dance pake lagu Ratu Sejagat, terus kemarin loe ngasih tahu ada lomba selfie, gue tadi mimpi menang lomba tauk. Tapi terus jatuh di panggung!" Emotikon tertawa lebar.

Dari arah belakang rumah terdengar suara kokok ayam jago. Ayam peliharaan Papa.

Catatan: Kisah ini terinspirasi dari lagu Ratu Sejagat ciptaan Dani Mamesah yang pertama kali dipopulerkan oleh Vonny Sumlang, lalu di-recycle oleh Ratu dan Cherrybelle. Kesamaan nama hanyalah kebetulan belaka. Jangan tersinggung ya...



Posting ini diikut-sertakan pada Blibli.com Creative Writing Competition with OPPO F1 . Baca disclaimer lengkap blog ini pada laman berikut.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 10, 2016 08:43

April 9, 2016

Pengalaman Serumah dengan Makhluk Halus


RASANYA tak ada manusia normal yang suka bertemu makhluk astral dari dunia lain. Tapi terkadang karena sesuatu hal kita dipertemukan. Saya sendiri sejauh ini belum pernah bertemu muka, ataupun sekedar melihat makhluk gaib. Mudah-mudahan jangan sampai deh. Cuma banyak kejadian terkait dengan hal-hal gaib yang masih saya ingat sampai sekarang.

Saya lahir di pinggiran kota Palembang, sebuah daerah yang dikenal sebagai Lebong Siareng di Kecamatan Sukarami. Dulu, di awal 1980-an, menurut cerita Bapak kawasan tersebut amat sangat sepi sekali. Sepanjang mata memandang hanya terlihat jajaran ketela pohon, diseling ilalang tinggi. Rumah masih sangat jarang, Bapak jadi salah satu penduduk awal di sana.

Kata Bapak, begitu saya lahir ada sesosok lelembut yang menunggui saya. Entah bagaimana atau dari siapa Bapak tahu, saya tak pernah bertanya. Makhluk tersebut seorang nenek-nenek yang konon makamnya terletak jauh dari rumah kami. Agak lama saya ditunggui oleh simbah ini, sampai kemudian Bapak didatangi lewat mimpi. Simbah tersebut minta makamnya dibersihkan.

Datanglah Bapak ke makam simbah itu, membersihkan makamnya seperti yang diminta dalam mimpi malam sebelumnya. Setelah itu saya tidak ditunggui lagi oleh beliau. Semoga simbah tersebut tenang di alam kubur dan mendapat tempat yang layak di sisi Allah setelah hisab nanti. Amin.

Seperti pernah saya ceritakan di beberapa posting terdahulu, Bapak kemudian merantau ke Jambi dan Ibu membawa kami ke Batumarta. Tepatnya Batumarta VIII Blok A. Di daerah transmigrasi ini kami (Ibu, saya dan dua adik) tinggal berpindah-pindah karena awalnya tak punya tempat tinggal.

Sebenarnya Ibu punya rumah, pemberian Simbah. Cuma rumah rumah Ibu tersebut sedang ditempati paman, dan Ibu tak mau membuat adiknya susah. Jadilah kami yang berpindah-pindah menumpang dari satu rumah kosong ke rumah kosong yang lain. Ada juga momen kami harus pindah tiba-tiba karena yang punya rumah tiba-tiba juga berubah pikiran. Lalu kami menumpang di rumah orang lain.

Nah, salah satu rumah tumpangan kami itu ternyata ada makhluk halusnya. Pemilik rumah tersebut masih saudara jauh, mereka memanggil Ibu saya bulik atau bibi. Sewaktu mereka masih tinggal di sana, istri saudara jauh tersebut hamil dan keguguran. Jenazah bayi belum sempurna tersebut dikubur tak jauh dari rumah itu.

Sejak itu pasangan muda ini kembali tinggal bersama orang tua mereka, agak jauh dari rumah tersebut. Konon, menurut orang-orang pintar di sana, arwah si bayi masih berkeliaran di sana. Dan kami pernah "diganggu" saat tinggal di sana, sekalipun seingat saya hanya sekali. Entah Ibu berapa kali mengalaminya saya tak pernah bertanya.

Ceritanya, suatu malam kami semua sudah tertidur. Suasana sangat sepi. Maklum, pemukiman kami berada di tengah-tengah hutan dan perkebunan. Jarak antartetangga paling dekat 50 meter. Listrik belum ada. Jadi suasana malam sangat sepi sekali. Kami bisa mendengar suara hewan-hewan malam, mulai dari kepak kelelawar, suara jangkrik, hingga deru burung hantu di kejauhan. Jelas sekali.

Tiba-tiba saya dan Ibu dibuat terkejut oleh suara seperti benda logam terjatuh. Keras sekali. Arahnya dari dapur yang bersebelahan dengan kamar kami -- Ibu, saya dan adik-adik tidur sekamar. Ibu bertanya apakah saya mendengar suara tersebut, saya jawab iya. Saking kerasnya suara itu saya sampai terbangun, begitu juga dengan Ibu.

Sempat timbul pikiran ada orang jahat memasuki rumah tinggal kami dari dapur. Karena gelap ia tak sengaja menjatuhkan kuali atau panci yang digantung di dinding. Tapi setelah itu suasana kembali sepi sekali, seperti tak terjadi apa-apa. Kami lalu diam-diam melanjutkan tidur.

Pagi harinya Ibu yang penasaran dengan suara semalam langsung mengecek ke dapur. Percaya atau tidak, tak ada barang apapun yang tergeletak di lantai. Semua masih rapi di tempatnya, bergantungan di dinding dapur seperti saat ditata Ibu sebelumnya. Saya yang dikabari itu diam-diam merasa takut. Apalagi setelah itu kami dapat cerita tentang arwah bayi tadi. Hiiiyyyyy...


SD Negeri 01 Trans Batumarta VIII, Kec. Madang Suku III, Kab. OKU Timur, Sumatera Selatan. Di sekolah inilah saya menamatkan pendidikan dasar. FOTO: http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/
Tamu Misterius Tengah Malam
Itu belum seberapa. Saat saya menginap di rumah Bulik di Batumarta VI Blok I, ada cerita lebih seram. Kali itu membuat saya tidak bisa tidur semalaman, padahal saya hanya dengar cerita Bulik ke Ibu. Jadi yang mengalaminya Bulik, katanya tak cuma sekali tapi nyaris setiap malam. Tepatnya tengah malam.

Mengenai bulik saya yang seorang bidan, silakan baca posting " Karena Kesehatan adalah Mahkota "

Sama seperti kami, waktu itu Bulik belum punya rumah sendiri dan menumpang di sebuah rumah. Rumahnya jauh lebih bagus dari yang kami tumpangi di Batumarta VIII Blok A. Sudah beton dan bergaya modern. Tapi letaknya di tengah-tengah kebun. Tetangga terdekat hanya ada satu di seberang jalan, kanan-kiri dan bagian belakangnya tegalan kosong sangat lebar, diseling sebuah sungai kecil di sisi barat.

Kami menumpang di rumah Bulik beberapa saat sewaktu saya dan adik-adik libur sekolah. Bulik sebenarnya tinggal bersama kakek saya, yang kami panggil Mbah Ri. Tapi Simbah senang berkeliling dari rumah anaknya yang satu ke rumah anak yang lain. Sehingga Bulik lebih sering sendirian di rumah tersebut.

Malam pertama kami di tempat Bulik, menjelang tidur terjadi percakapan yang kira-kira seperti ini. Percakapan yang membuat saya susah terlelap hingga jauh larut malam.

"Mbak, nanti malam kalau ada yang ketuk-ketuk pintu nggak usah dijawab," kata Bulik dari dalam kamarnya pada Ibu.

Ibu yang bersama saya di ruang tengah tak langsung menjawab. Saya rasa Ibu bisa menangkap apa maksud Bulik. Toh, Ibu juga mengalami hal yang kurang-lebih sama di tempat kami tinggal.

Lalu Bulik bercerita, tanpa diminta.

"Dulu pertama kali tinggal di sini setiap ada yang ketuk-ketuk pintu malam-malam aku buka. Ternyata nggak ada orangnya," kata Bulik. "Ta pikir orang iseng. Tapi lama-lama dikasih tahu Bapak (maksudnya simbah saya) nggak usah dibuka. Misal ada yang bilang 'assalamu'alaikum' pun nggak usah dijawab."

Eng ing eng! Saya langsung merinding mendengar cerita itu. Rumah yang ditempati Bulik bagian depannya merupakan jendela-jendela besar berkaca riben kotak-kotak. Pintunya juga berkaca model serupa. Jadi dari dalam rumah kita bisa melihat jika ada orang atau apapun berada di depan pintu atau bagian depan rumah.

Bayangkan kalau malam-malam ada suara ketukan pintu diiringi salam, tapi saat menuju pintu kita tidak melihat siapa-siapa di luar. Untungnya Bulik seorang wanita pemberani. Pernah lho Bulik menangkap tangan seorang pencopet di terminal lama Palembang yang terletak di bawah Jembatan Ampera. Dompetnya sudah berpindah tangan. Tapi karena yang merogoh kantongnya berhasil ditangkap, Bulik bisa mendapatkan dompetnya lagi.

Cerita tambahan dari Simbah tambah membuat saya mengkeret. Saya jadi tidak betah di rumah Bulik, padahal libur masih lama. Menurut Simbah, suatu malam beliau pernah melihat seorang wanita berambut panjang berjalan di samping rumah. Simbah tak kalah pemberani, bahkan beliau konon bisa berinteraksi dengan makhluk gaib, jadi Simbah mengikuti makhluk tersebut. Terus diikuti sampai kemudian si wanita gaib itu tiba-tiba menghilang di dekat sungai kecil.


Saya menggendong putera saya, Damar, di samping dapur rumah orang tua di Sungai Bahar, Jambi, saat mudik lebaran tahun 2011 lalu. Di dapur rumah papan ini konon dulu ada kakek-kakek gaib.
Kakek Penghuni Dapur
Pindah ke Jambi, cerita tentang makhluk dunia lain yang dekat dengan kami kembali saya dengar. Saat itu kami masih tinggal menumpang di sebuah rumah kosong yang lama tak ditinggali. Menurut cerita adik kedua saya, di dalam rumah tumbuh alang-alang dan rumput saat mereka pertama kali masuk ke rumah yang kelak dibeli Ibu tersebut.

Rumah papan beratap seng, rumah asli dari jaman pembukaan wilayah transmigrasi bernama Sungai Bahar. Di sebelah kanan kebun tetangga, di sebelah kiri tanah kosong yang berjejer dengan kebun karet kecil. Ada dua rumah lagi di sebelah dan seberang kebun karet, lalu agak ke sana sedikit mengalir sebuah sungai.

Saya dan adik perempuan saya baru ikut bergabung tinggal di sana pada medio 1995. Sebelumnya hanya Ibu dan adik laki-laki saya yang mengikuti Bapak. Saya dan adik perempuan ditinggal bersama Bulik di Batumarta karena harus menyelesaikan sekolah hingga kenaikan kelas.

Awalnya saya tidak tahu apa-apa soal makhluk halus di dalamnya. Cuma suatu kesempatan saya mendengar percakapan Ibu dengan Bapak soal "kakek-kakek di dapur." Penasaran, saya lalu bertanya apa maksudnya. Karena kakek kami, Mbah Ri, waktu itu tinggal di Batumarta. Dan setahu saya tak ada kakek lain di rumah.

Ibu lalu bercerita beberapa kali pernah melihat seorang kakek-kakek di dapur saat tengah malam. Tanya ke sana-sini, termasuk pada Bapak yang sedikit punya kemampuan melihat hal-hal semacam itu, diketahui kalau di dapur kami memang tinggal seorang kakek makhluk gaib. Tapi beliau ini tidak suka mengganggu. Buktinya kami sekeluarga tak pernah mengalami kejadian aneh-aneh selama tinggal di sana.

Rupanya si kakek tak sendirian. Di sumur yang terletak tak jauh dari rumah juga ada kediaman makhluk halus. Adik perempuan saya yang kerap melihatnya. Adik saya dulu hobi sekali bermain bola voli sampai magrib, sehingga baru mandi saat hari telah gelap. Sewaktu mandi itulah ia sering melihat berbagai penampakan.

Di belakang rumah waktu itu juga banyak pokok bambu yang menimbulkan kesan angker. Lalu lebih jauh di belakang ada sebuah pohon besar yang menjulang tinggi--sudah lama mati, lagi-lagi memberi kesan seram. Saya jadi ingat isi buku Dialog dengan Jin Muslim tulisan Muhammad 'Isa Dawwud yang sedang saya baca saat itu. Menurut Jin Muslim yang dijadikan "narasumber" si penulis, pohon-pohon yang rimbun dan tinggi adalah beberapa tempat tinggal favorit jin.

Suasana angker bin seram itu hilang begitu Simbah ikut tinggal bersama kami. Simbah rajin berkebun dan tak bisa melihat lahan menganggur meski hanya sejengkal. Karenanya beliau langsung bergerak, mengajak saya dan Bapak yang kebetulan sedang tak ada job menukang untuk membersihkan lahan di sekitar rumah. Pokok-pokok bambu tersebut dihilangkan, pohon mati yang tinggi menjulang tadi dibakar bagian bawahnya sehingga ambruk.

Lahan itu lalu ditanami padi, kemudian jagung. Terlihat menghijau sejuk di mata, jauh dari kesan seram. Hasil bersih-bersih lahan belakang membuat Bapak punya stok kayu berlimpah, yang lantas dipakai untuk memperlebar dapur. Cerita tentang kakek-kakek penunggu dapur pun menghilang dengan tampilan serta suasana dapur baru yang lebih luas.

Masuk ke tahun 2000-an, wilayah tempat kami tinggal kian ramai dengan tambahan 3-4 tetangga baru. Di sebelah kiri rumah ada dua tetangga, yang satu seorang janda pindahan dari RT lain dan satunya lagi keluarga kecil dari Lampung. Jarak antartetangga semakin merapat. Kesan menyeramkan semakin lama semakin menghilang. Apalagi kini sudah ada listrik yang menerangi malam hari.

Btw, menulis posting ODOP hari ke-13 ini membuat saya beberapa kali merinding. Terutama saat menceritakan makhluk halus di rumah Bulik dan arwah bayi di rumah yang kami tinggali di Batumarta VIII. Mudah-mudahan mereka semua hidup tenang di alam masing-masing dan mendapatkan ampunan Allah di hari perhitungan. Allahumma amin.

Foto paling atas adalah anak kedua saya, Diandra, saat tengah berada di dapur rumah eyangnya di Jambi, pada 2014 lalu. Di dapur inilah konon dulu ada kakek-kakek gaib.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 09, 2016 09:22

MelOn Indonesia, Solusi Musik Legal nan Murah Meriah


SIAPA tak suka mendengarkan musik? Bukan cuma musisi, abang becak pun suka. Bagi blogger dan penulis yang setiap hari stand by di depan komputer atau laptop, mengetik terasa tak asyik tanpa iringan musik. Sepanjang monitor masih terbuka, selama itulah alunan musik terdengar dari Winamp atau jetAudio.

Ya, musik memang membuat hidup tambah asyik. Orang cemberut bisa tersenyum karena musik, orang marah bisa reda emosinya gara-gara musik, orang mengantuk jadi segar kembali setelah mendengarkan musik, sebaliknya orang juga bisa jadi tambah mengantuk begitu mendengar musik. Bahkan, menurut dr. Boyke Dian Nugraha, aktivitas bercinta pun bakal lebih nikmat dan bergairah bila diiringi alunan musik syahdu.

Mundur ke 5-10 tahun lalu, kita harus membeli album agar bisa mendengarkan musik dari penyanyi atau musisi idola. Ini jadi satu-satunya yang tidak asyik dari musik. Kok tidak asyik? Bagi saya setidaknya ada dua alasan kenapa membeli album musik jadi tak asyik.

Pertama, harga album baru tidak bisa dikatakan murah.

Jaman saya SMA di awal-awal tahun 2000-an, sebuah kaset berisi 10 judul lagu dijual seharga Rp15.000 sampai Rp20.000. Itu sama dengan 1/6 atau 1/5 uang bulanan saya sebagai anak kos. Kini, ketika teknologi kaset digantikan cakram padat, dari VCD ke DVD, harga sekeping album baru orisinil di kisaran Rp50.000 hingga Rp100.000. Ada pula yang harganya di atas itu.

Itu album musisi lokal lho. Harga album musisi mancanegara lebih mahal lagi karena ada tambahan ini-itu sebagai cukai dan lain-lain. Album Girls Generation yang bertajuk Mr Taxi, sebagai contoh, dibanderol seharga Rp225.000. Sedangkan album Lady Gaga berjudul Born This Way yang berisi dua keping cakram padat dihargai Rp400.000.

Bagi penyuka musik dari golongan ekonomi menengah ke atas mungkin harga berapapun tak ada masalah. En toch, demi artis idola dan lagu kesukaan ini. Masalahnya, membeli album bukan cuma perkara harga. Ada satu poin lagi, poin kedua, yang membuat saya berpandangan bahwa membeli album itu tidak asyik. Apa itu?

Kedua, tak semua lagu dalam album tersebut disukai pembeli.

Contoh, berapa lagu yang kalian suka dari 10 judul dalam album perdana Siti Liza? Lima-enam, atau hanya dua-tiga judul saja? Bagaimana dengan lagu-lagu lainnya yang tidak disukai? Mau dibuang sayang, terus membuangnya juga kemana? Hehehehe. Tapi mau disimpan terus juga percuma orang tidak suka. Ya pasti jarang diputar, namanya juga tidak suka.

Bagi pembeli tentu saja ini pemborosan. Kita harus membeli seharga penuh (satu album), sedangkan kita mungkin hanya suka separuh dari isi album tersebut, atau malah seperempatnya. Tak bisa diingkari, sulit sekali menjumpai sebuah album yang lagunya enak semua. Legenda musik dunia seperti The Beatles, The Rolling Stone, atau legenda musik lokal macam Koes Plus sekalipun tak semua lagunya enak didengar kok.

Penyebabnya tak melulu soal kreativitas musisi, tapi juga strategi pemasaran dari label yang menaunginya. Kalau ada musisi yang bisa menciptakan 10 atau 12 lagu enak, tak mungkin produser merekam semuanya dalam satu album. Akan lebih menguntungkan jika lagu-lagu tersebut dipecah menjadi 2-3 album. Inilah sebabnya mengapa dari 10-12 lagu dalam sebuah album, pasti ada beberapa yang tidak kita sukai.


FOTO: http://putriemochie.blogspot.co.id
Pembajak Online
Nah, karena tak mau membeli kucing dalam karung, penikmat musik lebih suka mengunduh lagu-lagu yang mereka sukai di internet ketimbang membeli album utuh. Daripada beli album tapi ternyata lagunya banyak yang tidak disukai, bukankah lebih baik download lagu yang disukai di internet?

Ya, saat tren berbagi via internet semakin mewabah seperti sekarang, aksi bagi-bagi berkas musik dapat dengan mudah dilakukan. Coba saja cari judul lagu yang kita sukai di Google, maka halaman hasil pencarian bakal menampilkan banyak sekali situs yang menawarkan file lagu tersebut. Baik situs yang dikelola orang luar negeri, maupun situs milik webmaster lokal. Yang lebih menggiurkan, kita dapat mengunduh lagu-lagu tersebut secara gratis tis.

Ini tentu saja menguntungkan penikmat musik. Bayangkan saja, begitu sebuah lagu dirilis, seketika itu juga versi mp3-nya beredar luas di internet. Siapa saja dan di mana saja bebas mengunduhnya kapan saja. Mau pakai handphone bisa, pakai laptop atau PC apalagi. Tak heran jika pembajakan lewat internet jauh lebih mengerikan dibanding pembajakan konvensional.

Semakin mudah dan murahnya akses internet membuat aksi pembajakan online kian meluas hingga ke daerah-daerah pelosok. Tindakan yang melanggar hak cipta ini tentu saja merugikan musisi. Penjualan album sepi. Lha, kalau lagu sang musisi bisa diperoleh secara gratis di internet, mengapa pula harus beli albumnya?

Beberapa musisi berusaha berbesar hati dan menghibur diri sendiri di tengah fenomena ini. Banyak yang berkata tak mempermasalahkan pembajakan online, toh, mereka berkarya memang untuk didengarkan. Mereka mengistilahkan ini sebagai "promosi gratis" yang bisa mendongkrak nama mereka. Selanjutnya mereka berharap undangan tampil berlimpah.

Tapi ya tentu saja musisi-musisi itu ingin karyanya dihargai. Dihargai dalam arti harfiah, yakni yang ingin menikmati karya mereka harus menebusnya dengan harga tertentu. Bukan mengunduh gratis. Selain fee tampil, royalti adalah pemasukan penting bagi musisi. Malah di luar negeri musisi lebih mengandalkan royalti ketimbang uang manggung yang hanya sesekali.

Di luar itu semua, konsep penjualan musik model lama sudah tak sejalan lagi dengan kondisi jaman. Jika dulu pembeli mau-mau saja membayar satu album dan dipaksa menerima seluruh isinya tanpa bisa memilih, sekarang berbeda. Pembeli hanya mau mendengar apa yang mereka mau dengar. Karenanya mereka juga hanya mau membayar apa yang mereka mau bayar.

Banyak strategi penjualan yang ditempuh musisi dan label untuk mendongkrak penjualan album, tapi karena sudah bukan jamannya lagi ya tetap saja tidak laku. Mereka sangka persoalannya adalah jangkauan distribusi, karenanya album baru dititipkan ke minimarket-minimarket, gerai makanan cepat saji, sampai pom bensin! Padahal bukan itu yang diinginkan pembeli.


Win-win Solution
Keprihatinan akan maraknya pelanggaran hak cipta musik di internet, ditambah berubahnya pola konsumsi masyarakat pencinta musik, kemudian melahirkan layanan penjualan musik secara satuan. Ide ini menjadi jalan keluar yang sama-sama menguntungkan bagi musisi maupun penikmat musik. Orang Amerika bilang, win-win solution. Kalau kata orang Suriname, pada-pada batine.

Konsep menjual musik secara satuan, alias per lagu, sudah lama marak di Amerika Serikat dan Eropa. Terlebih sejak diluncurkannya iTunes oleh Apple. Dengan perangkat ini, penikmat musik tak lagi harus membeli satu album utuh. Mereka dapat membeli lagu-lagu yang disukai saja, dan bisa langsung mengunduhnya ke perangkat iPod. Lebih praktis, lebih ekonomis. Musisi pun tak rugi karena karya mereka dihargai, dibayar.

Ketika Apple meluncurkan smartphone yang diberi nama iPhone, tren membeli musik secara ketengan via internet semakin mewabah. Apalagi vendor-vendor lain juga turut mengeluarkan smartphone yang mendukung aktivitas ini. Seiring dengan itu, situs-situs yang melayani penjualan lagu secara satuan bermunculan. Bahkan Amazon.com yang selama ini terkenal sebagai toko buku online pun ikut berjualan lagu dalam format mp3.

Di Indonesia, hadir MelOn yang merupakan hasil kerjasama SK Telecom dan Telkom Indonesia. Situs yang namanya mirip nama buah ini merupakan salah satu pionir dalam kepedulian terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di bidang musik. Nama MelOn sendiri merupakan singkatan dari ‘melody on’, secara langsung mengidentifikasikan dirinya sebagai tempat mencari lagu (melodi) secara online.

MelOn tak cuma menawarkan lagu-lagu dalam negeri. Lagu-lagu mancanegara pun ada di sini. Mulai dari lagu Barat, Korea, Jepang, sampai lagu India. Sesuai tagline-nya pada saat pertama kali diperkenalkan pada 2010 lalu, "Unlimited Music Download", member MelOn dapat mengunduh atau mendengarkan lagu secara online tanpa batas.

Untuk mendaftar pun syaratnya tidak sulit. Cukup masukkan nama, alamat email dan password yang dikehendaki, selesai. Begitu teraktivasi, member baru MelOn langsung mendapat layanan gratis mendengarkan dan mengunduh lagu apapun yang ada dalam database situs tersebut selama sepekan alias tujuh hari.


Terus, kalau masa tujuh hari sudah habis berarti harus bayar dong?

Ya iyalah. Tapi tenang, harga album di MelOn sangat terjangkau. Kita contohkan albumnya Siti Liza lagi ya, itu dilepas dengan harga Rp25.000. Kalau mau beli satuan, pilih saja lagu kesukaanmu dan cukup bayar Rp5.000 per judul.

Saya sendiri langsung mencari album-albumnya Koes Plus di MelOn, dan ternyata ada. Harga albumnya bikin mupeng. Album Koes Plus Platinum Collection yang berisi 20 lagu-lagu berbahasa Jawa, contohnya, hanya dihargai sebesar Rp35.000. Kalau mau download satuan, harga per satu judul lagu sebesar Rp5.000. Jadi, bagi saya si pandemen Koes Plus ini mending beli satu album sekalian. Hehehe...

Bayar Pakai Pulsa
Problem utama penjualan online di Indonesia adalah masih terbatasnya penggunaan online payment gateway, juga kartu kredit. Di luar negeri sistem penjualan online bisa berjalan otomatis karena pembeli rata-rata mau menggunakan pembayaran online seperti PayPal atau lainnya, dan merupakan pengguna kartu kredit. Jadi tak perlu ke ATM atau bank untuk transfer seperti pembeli online di sini.

MelOn mengakalinya dengan menyediakan dua jenis pembayaran, yakni menggunakan kartu kredit atau pulsa. Ya, pembeli bisa membayar lagu atau album yang dibeli di MelOn menggunakan pulsa. Tinggal memasukkan nomor handphone kita pada saat checkout, nanti sistem MelOn yang bekerja sama dengan provider akan memotong pulsa sejumlah harga lagu atau album yang dibeli. Praktis, bukan?



Untuk menggunakan pembayaran dengan pulsa, tentu saja kita harus cek dulu berapa pulsa yang tersedia. Jangan sampai pulsa tinggal Rp10.000 kita pakai beli album seharga Rp25.000, ya nggak akan berhasil transaksinya.

Lagu atau album yang sudah kita beli bisa dilihat di tab My Purchased pada member area. Di sini kita diperbolehkan mengunduh lagu-lagu tersebut ke berbagai perangkat sehingga tak dapat mendengarkannya kapanpun di manapun meski tak terkoneksi dengan jaringan internet.

Nah, dengan layanan yang sedemikian mudah dan murah, rasanya kok malu ya bila masih juga mengunduh lagu gratisan yang melanggar hak cipta. Tidak ada lagi alasan untuk membajak karya cipta musisi. Lagipula tak perlu menabung banyak-banyak kok untuk bisa membeli album. Misal hanya punya pulsa Rp5.000, ya beli single yang sedang hits saja dulu.

Adalah lucu kita mengaku sebagai penggemar, menyukai karya-karyanya, tapi tidak mau berkorban untuk mendapatkan lagu-lagu musisi idola. Kalau memang kita suka lagunya, support-lah musisinya dengan membeli lagunya secara legal sehingga musisi tersebut memperoleh royalti dari karyanya. Itu baru benar. :)

Artikel ini diikutsertakan pada “Musikku Rasaku” Blogging Competition yang diadakan MelOn.co.id. Baca disclaimer blog ini di halaman berikut.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 09, 2016 05:20

April 8, 2016

Sekelumit Kenangan bersama Dodi Rozano


PENONTON setia ajang pencarian bakat The Voice Indonesia pasti tahu nama satu ini. Ya, Dodi Rozano adalah salah satu kontestan yang hingga kini masih bertahan. Dodi baru saja melewati babak Battle Round, mengalahkan Grace Anastasia di Episode 10 pada 26 Maret lalu. Terus, apa hubungannya dengan saya?

Saya sendiri awalnya tak tahu. Saya bukan pemirsa setia The Voice Indonesia, jadi tak tahu-menahu sama sekali seputar acara ini. Boro-boro menghapal siapa saja kontestannya yang berjumlah 79 orang, kapan acara ini tayang dan televisi apa yang menayangkannya saja saya tak tahu. Intinya, saya benar-benar blank dengan The Voice Indonesia.

Cerita jadi lain ketika saya melihat status seorang teman lama di Facebook. Teman semasa SMA di Muara Bulian, Jambi. Namanya Novrian Saputra, adik kelas yang juga eks vokalis band sekolah yang saya jadi salah satu personilnya. Jangan tanya saya dulu pegang alat apa ya.

"Mohon doanya untuk adek kami Dodi Rozano di the voice indonesia 2016... Bagi sepradik yang domisili atau kebetulan berada di jakarta. Kita bisa beri dukungan di konser battle round langsung di studio 8 RCTI kebon jeruk. Jam 11.00wib. Trims."

Begitu bunyi status Rian tertanggal 24 Februari 2016, dan terbaca oleh saya karena nongol di timeline. Saya kontan mengernyitkan kening. "Dodi?" batin saya. Tiba-tiba saja di kepala muncul bayangan seorang bocah kecil berusia sekitar 4 tahun tengah bermain di halaman sebuah rumah yang sangat akrab bagi saya. Rumah tinggal keluarga Rian di Muara Bulian.

Tetangga Sebelah
Sekelebat bayangan tersebut adalah momen-momen di tahun 1998-1999, saat saya kelas II SMA dan Rian baru masuk di SMA Negeri 1 Muara Bulian. Waktu itu saya mengontrak di sebuah rumah mungil di perumahan padat yang dikenal sebagai Perumnas. Banyak pegawai pemerintahan Kabupaten Batang Hari, guru, juga polisi dan tentara tinggal di sini. Termasuk ayah Rian yang pagawai Telkom.

Saya mengontrak rumah di jalan yang kalau tidak salah ingat bernama Jl. Belitung. Kalau nomor jalannya saya masih ingat betul, No. 108. Keluar dari rumah, belok ke kiri akan berjumpa pertigaan. Ambil kanan sedikit lalu belok kiri, di sana terletak rumah orang tua Rian. Saya biasa berkunjung ke sana sepulang sekolah, meski juga tak terlalu sering.

Biasanya Rian mengundang saya ke rumahnya untuk menonton film terbaru menggunakan VCD player. Kadang berdua saja, tapi lebih sering bersama teman-teman yang lain. Beberapa di antaranya kawan sekontrakan saya, Taharuddin, juga kawan sekelas yang tinggal tak jauh dari blok kami, Edi Muslim.

Rian adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya perempuan bernama Novarianti--panggilannya Nova, seorang gadis SMEA yang manis nan menarik saat itu. Lalu Dodi adalah anak bungsu, ketika itu masih bocah dan belum bersekolah. Jadi saya rasa usianya kisaran 4 tahun.

Jaman itu tidak ada handphone, jadi terkadang saat saya datang ke rumah Rian tidak ada. Kalau tidak bertemu Nova, ya saya terpaksa bertanya sama Dodi kecil. "Abang di mano, Dek?" Biasanya pertanyaan itu yang saya ajukan. Dodi kecil menjawab acuh tak acuh, "Dak tau," sembari melanjutkan permainannya bersama teman-teman mungilnya.


Biasanya setelah itu Rian ganti berkunjung ke kontrakan saya. Lalu kami bermain gitar, melatih lagu-lagu yang hendak dibawakan di kompetisi band atau sekedar ngobrol tak karuan ala remaja tanggung. Kontrakan saya seperti base camp, jadi tiap sepulang sekolah atau usai magrib ramai oleh teman-teman sekolah yang tinggal di Perumnas. Rian dan Edi adalah dua pengunjung setianya.

Ada satu kenangan terkait Dodi dan Rian yang tak bisa saya lupakan sampai saat ini. Kalau diingat-ingat sekarang jadi lucu sih. Tiap kali melihat status Rian di Facebook, kejadian ini otomatis terputar di ingatan. Tapi berhubung saya harus meminta persetujuan Rian sebelum mempublikasikannya sebagai konsumsi publik, jadi nantilah di-update saja kalau sudah dapat ijin. Harap maklum, kontennya agak sensitif sekalipun ini kenakalan remaja lumrah sebenarnya. Lagipula sudah berlalu belasan tahun dan tak merugikan siapapun.

Setahun di Perumnas, naik kelas III saya pindah kontrakan. Kembali ke Komplek SMA tempat saya tinggal semasa kelas I, tapi di area berbeda. Kali ini saya mengontrak di sebuah bedeng yang terletak di gang tepat berseberangan dengan gerbang masuk utama sekolah. Induk semang saya pasangan campuran Sunda-Minang dengan tiga anak gadis yang tengah manis-manisnya. Dari ketiganya hanya nama anak kedua yang masih saya ingat jelas, Sri Puspita Sari Ramadhani atau biasa dipanggil Uchi.

Meski sudah pindah kontrakan, hubungan saya dengan teman-teman di Perumnas tetap terjaga. Toh, kami masih satu band. Kami juga membentuk sebuah geng yang berisi aktivis-aktivis sekolah. Saya aktif di band sekolah, mading dan Pramuka; Taharuddin dan Edi Muslim aktif di Pramuka, beberapa lainnya adalah anggota dan pengurus teras OSIS, lalu Rian tetap ngeband bersama saya.

Karena anggota geng kami banyak yang jadi anggota dan pengurus teras OSIS, termasuk Surya Kaur Saputra yang saya ceritakan di posting ini, kami sukses mempromosikan Rian sebagai Ketua OSIS. Hal yang tidak ia sangka-sangka dan sempat ia tolak mati-matian. Tapi kami sudah bulat tekad dan berjuang habis-habisan saat sidang pemilihan.

Sesuai prediksi, setelah berdebat panjang akhirnya disepakati untuk diadakan pemungutan suara. Menang jumlah anggota, dan ternyata juga Rian diam-diam punya simpatisan dari rekan-rekan seangkatannya, jadilah ia Ketua OSIS SMA Negeri 1 Muara Bulian periode 1999-2000. Saya masih ingat betul ekspresi Rian usai dikukuhkan sebagai Ketua OSIS. Tidak gembira. Tapi dia cuma bisa cengar-cengir sembari menyumpahi kami.

Artis Lokal Go National
Lulus SMA di tahun 2000, kami berpencar. Ada yang melanjutkan pendidikan ke Bandung, ada yang ke Padang, ada yang tetap di Jambi, dan tak sedikit yang ke Jogja. Salah satunya saya. Sejak itu saya putus kontak dengan Rian. Hingga belasan tahun kemudian tak tahu kabarnya bagaimana, kerja apa dan tinggal di mana, sampai akhirnya Facebook mempertemukan kami lagi.


Rian (paling kiri) datang bersama keluarga dari Pangkalpinang untuk mendukung langsung perjuangan Dodi Rozano.
Rupanya Rian sekeluarga kembali ke daerah asalnya, Pulau Bangka. Kini ia jadi salah satu komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) daerah setempat. Nova saya tak tahu apa kesibukannya. Sedangkan Dodi jadi petugas keamanan di Bank Sumsel-Babel cabang Pangkalpinang. Ia juga aktif sebagai vokalis Pesirah Band, sebuah band yang seluruh personilnya karyawan Bank Sumsel-Babel.

Saya tak tahu apakah Dodi juga aktif di band sekolah seperti abangnya dulu. Tapi namanya sangat terkenal di Bangka Belitung, khususnya Kota Pangkalpinang. Setiap acara di wilayah pecahan provinsi Sumatera Selatan ini selalu menghadirkan Dodi sebagai pengisi acara, baik solo maupun bersama Pesirah Band.

Penampilan Dodi di acara The Voice Indonesia 2 diawali pada Episode 8 yang tayang di RCTI pada 19 Maret lalu. Ia membawakan lagu Madu 3 gubahan P. Ramlee dengan alunan jazz, dan berhasil mencuri perhatian Agnez Mo. Pujian juga diberikan oleh tiga juri lainnya, yakni Ari Lasso, Judika dan Kaka Slank.

Di Episode 10 yang tayang pada 26 Maret, Dodi dihadapkan dengan Grace Anastasia sebagai lawan di babak Battle Round. Keduanya diminta menyanyikan lagu At Last, sebuah tembang lama ciptaan Mack Gordon dan Harry Warren. Sekali lagi penampilan Dodi lebih disukai coach Agnez Mo sehingga ia lolos ke babak Knockout Round.

Tentu saja kiprah Dodi di The Voice Indonesia 2 membuat namanya kian melambung. Runner up Gelar Bintang Radio Indonesia dan ASEAN 2015 tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini telah naik level menjadi bintang nasional. Saya yakin rejekinya juga ikut naik, dalam artian semakin banyak job menyanyi yang mengalir untuknya.

Jadwal terdekat Dodi adalah tampil di acara Suryanation Live Music di Cafe Steak 88, sekitaran alun-alun Taman Merdeka Pangkalpinang, pada Sabtu (9/4/2016) malam nanti. Dalam poster promosi event ini, nama Dodi tak lagi ditulis Dodi Rozano, juga bukan Dodi Pesirah, melainkan Dodi The Voice Indonesia.

Meski hanya punya sekelumit kecil kenangan bersama Dodi, saya ikut senang melihat pencapaiannya. Mudah-mudahan adik kecil ini terus melaju ke babak-babak selanjutnya, sejauh mungkin yang bisa ia gapai. Amin.

YNWA, Dodi...

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 08, 2016 09:22

April 7, 2016

Kisah Batik Bolong di Kereta Kaligung Ekspres

JUM'AT, 11 Maret 2011. Pagi masih gelap, namun saya dan istri sudah berboncengan naik motor ke Stasiun Pemalang. Saya hendak ke Semarang pagi itu. Sebuah pesan singkat dari Bagian HRD Suara Merdeka meminta saya ke kantor koran terbesar di Jawa Tengah tersebut untuk wawancara kerja.

Mundur sehari sebelumnya, saya dibuat kaget saat hape saya menampilkan pesan singkat dari satu nomor tak dikenal. "Panggilan untuk Sdr.Eko pd hari jumat,10 maret 2011 jam 10.00..Ruang cybernews kantor suara merdeka jl. Pandanaran 30.. -HRD SM-" Begitu isi short message yang ternyata dari Suara Merdeka CyberNews, saya salin plek 100% sama termasuk kesalahan penulisan tanggal.

10 Maret 2011 yang dimaksud dalam pesan singkat tersebut bukan hari Jumat. Maka saya menelepon nomor tersebut, sekedar hendak memastikan. Ternyata betul. Saya bersama enam kandidat lain mendapat panggilan wawancara sehubungan surat lamaran yang saya kirim pada November 2010. Aplikasi yang sebenarnya sudah saya lupakan.

Iseng saja saya mengirim aplikasi tersebut. Suara Merdeka CyberNews membuka lowongan editor, dengan persyaratan begini-begitu yang semuanya tidak saya penuhi. Fresh graduate bukan, pengalaman sekian tahun di media juga tidak punya. Saya hanya memasukkan artikel-artikel yang (saat itu) baru saja dimuat di berbagai media nasional, juga blog ini, dalam curriculum vitae.

Oya, saya juga memasukkan sejumlah nama yang tergolong senior di dunia jurnalistik Jawa Tengah sebagai referensi. Ada nama editor saya sewaktu magang di Harian Jogja, lalu Pemred saya sewaktu magang di Malioboro Ekspres yang juga seorang penyair nasional, juga eks redaktur senior Suara Merdeka sekaligus eks Wapemred Solopos yang kala itu tengah merintis sebuah blog hobiis burung.

Dasar rejeki, rupanya CV saya sukses menarik perhatian bagian rekrutmen Suara Merdeka CyberNews. Ah, atau mungkin lebih tepatnya daftar nama di bagian referensi itulah yang sebenarnya menarik perhatian mereka. Siapa tahu karena kenal tim rekrutmen SMCN menelepon orang-orang hebat yang saya cantumkan tersebut, sekedar konfirmasi apakah saya sok kenal atau benar-benar kenal. Entahlah.

Yang jelas saya bergegas menyiapkan keberangkatan ke Semarang. Malam sebelum tidur saya beres-beres, pakaian apa yang akan dipakai selama perjalanan, pakaian mana yang dikenakan saat wawancara, serta keperluan lain seperti air minum, cemilan dan dompet. Ya, saya tipe orang yang terlalu tegang bila hendak bepergian, sehingga segala sesuatunya saya persiapkan sesempurna mungkin jauh sebelum berangkat.

Kaligung Ekspres
Berbekal uang seadanya untuk beli tiket kereta api, ongkos angkot dan makan, saya diantar isteri ke stasiun. Pas sekali loket tiket baru buka. Waktu itu beli tiket masih bisa langsung di stasiun jelang keberangkatan. Harga tiket KA Kaligung Ekspres kalau tidak salah ingat Rp40.000.

Perjalanan lancar. Belum ada pukul setengah delapan saya sudah sampai di Stasiun Poncol. Ini Stasiun Poncol lama yang dulu di bagian bagunan bundarnya itu ada loket tiket. Setelah tanya seorang Satpam, saya berjalan kaki ke selatan. Mampir sebentar di warung makan untuk sarapan. Bukan, bukan di restoran itu kok. Tapi agak ke selatan sedikit lagi. Hehehehe....

Habis sarapan, saya berjalan lagi sebentar sampai menemukan angkot menuju ke Simpang Lima. Entah karena masih ngantuk atau apa kok saat itu saya turun di Ciputra. Padahal jurusan ke Jl. Pandanaran kan ada di sisi lainnya. Entahlah, mungkin memang trayek angkotnya begitu dan saya tidak begitu memperhatikan.

Karena masih pagi, wawancara dimulai pukul 10.00 WIB, saya memutuskan berjalan kaki mengitari Simpang Lima ke arah Jl. Pandanaran. Rupanya kantor Suara Merdeka CyberNews jauh juga kalau dari Simpang Lima. Sempat ingin memberhentikan angkot lagi, tapi akhirnya saya putuskan tetap jalan kaki. Diselingi mengelap keringat dan minum air dari botol, akhirnya tibalah saya di Gedung Suara Merdeka.

Tapi saya tidak langsung masuk. Karena kaos saya berkeringat parah, saya cari toilet umum untuk membersihkan diri dan ganti baju. Sialnya tak ada toilet umum di sana. Nekat, saya permisi ke sebuah hotel terdekat dan meminjam toilet karyawan. Saya pun cuci muka, membasuh keringat, buang air kecil, lalu berganti pakaian. Lebih tepatnya ganti kaos dengan kemeja batik sih.

Singkat cerita, masuklah saya ke dalam gedung. Tanya Satpam lagi, dan akhirnya sampai di ruang CyberNews. Di sana sudah ada enam orang lain sedang menunggu diwawancara. Untung ruangannya ber-AC, sehingga saya bisa ngadem mengeringkan keringat.

Satu, dua, tiga, empat orang dipanggil masuk ke dalam ruang wawancara. Jam sebelas lewat, giliran saya dipanggil. Dua orang laki-laki yang sedikit di atas usia saya duduk menunggu. Lalu tanya-jawab soal dunia jurnalistik dan tugas-tugas wartawan, utamanya jurnalis online. Semakin ke ujung, saya menangkap mereka sepertinya keberatan menggaji orang luar daerah. Bukan apa-apa, gaji dari SMCN jadi kelihatan kecil karena dipotong biaya mengontrak, makan, dll.

Ada satu momen yang tidak saya lupakan dari wawancara ini. Satu momen ketika saya mengubah posisi tangan duduk, salah satu dari peawancara terlihat berubah mukanya. Matanya tajam melihat ke satu arah di bagian tubuh saya: ketiak. Tapi saya cuek, dan tak berpikir apa-apa selain menjawab pertanyaan yang saat itu diberikan pada saya.

Setelah dijanjikan akan dikabari dan bersalaman saya keluar. Langsung menuju ke Lawang Sewu, menyeberangi lampu merah dan menghentikan mobil tujuan luar kota untuk menumpang hingga Stasiun Poncol. Malang, kereta yang saya kejar sudah berangkat, jadi saya terpaksa naik kereta terakhir. Lebih malangnya lagi, kereta tersebut terlambat satu jam!

Kesialan saya rupanya tak berhenti di situ. Ketika akhirnya kereta datang, saya tak kebagian tempat duduk. Jadilah saya berdiri, berpegangan pada gantungan-gantungan yang disediakan. Setengah capek, setengah pusing karena belum makan.

Lama-kelamaan saya perhatikan beberapa penumpan di dekat dan depan saya memperhatikan saya. Lebih tepatnya ke satu bagian tertentu, bagian sama yang diperhatikan pewawancara di Suara Merdeka tadi: ketiak. Reflek, saya meraba bagian tersebut. Astaga!!! Ketiak kemeja batik saya bolong!!!!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 07, 2016 09:25