Eko Nurhuda's Blog, page 30

March 30, 2016

Layanan MyCOD JNE Bikin Penjual Nyaman Pembeli Tenang


TEPAT pada 3 Juni 2016 nanti toko online saya genap berusia 7 tahun. Toko online yang saya bangun jelang menikah, dan hingga kini jadi salah satu sumber penghasilan kami sekeluarga. Awalnya hanya iseng sebenarnya, tapi ternyata sampai saat ini kami bisa melayani pembeli dari Aceh hingga Papua, bahkan beberapa kali mengirim ke luar negeri.

Jangan bayangkan toko online ini seperti yang biasa memasang iklan di televisi ataupun di web-web beken ya. Yang saya kelola sebuah toko online sederhana berbasis Blogspot. Jadi pada dasarnya itu adalah blog, namun tampilannya saya modifikasi sedemikian rupa. Sehingga ketika orang berkunjung ke sana langsung disuguhi berbagai foto produk berikut harganya di halaman utama.

Seperti saya bilang di paragraf awal, toko online yang beralamat di uanglama.com ini saya buat secara iseng pada Juni 2009. Tentu ada ceritanya kenapa saya sebut iseng. Waktu itu saya sedang magang di salah satu harian di Jogja dan mendapat tugas liputan mengenai komunitas numismatik. Jadilah saya berkenalan dan kemudian akrab dengan sejumlah kolektor uang lama Jogja. Karena para kolektor itu juga pedagang, saya jadi tahu kalau berjualan uang lama bisa menjadi bisnis. Bisnis bagus malah.

Setelah liputan selesai digarap, saya berselancar di internet untuk survei kecil-kecilan mengenai jual-beli uang lama. Dan ternyata saat itu belum ada satupun toko online yang khusus berjualan uang lama. Kalau pedagang uang lama banyak, tapi mereka berjualan lewat forum-forum tanpa mempunyai web sendiri. Selain itu, kebanyakan dari mereka berjualan uang-uang koleksi. Padahal ada satu kebutuhan akan uang lama yang, menurut saya, tak kalah menjanjikan hasilnya jika digarap.

Ini peluang, batin saya. Ya, saya langsung tertarik berjualan uang lama secara online. Khususnya uang mahar alias uang-uang lama pecahan kecil (Rp1, Rp2, Rp5 dan Rp10) yang biasa dipakai untuk mahar atau mas kawin. Pernah lihat kan teman menikah maharnya uang yang nominalnya sama persis dengan tanggal akad nikah mereka? Nah, calon-calon pengantin seperti itulah pasar yang saya bidik.

Sebagai blogger saya paham betul nama domain akan sangat menentukan jalannya usaha ini. Yang pertama melintas dalam benak saya tentu saja "uang lama", jadi saya ketikkan "uanglama.com" pada situs penyedia nama domain langganan. Voila! Saya beruntung sekali. Nama domain itu belum ada yang punya. Langsung saja saya ambil dan bayar dua tahun sekaligus.

Lalu, isengnya di mana? Di sini: Saat itu saya tak punya uang lama sama sekali! Rencana saya sederhana saja. Karena saya kenal baik dengan salah satu pedagang uang lama di Pasar Klithikan, juga seorang kolektor muda di daerah Sagan, saya cukup mendaftar barang apa saja yang mereka berdua punya. Saya foto beberapa koleksi plus uang-uang lama nominal kecil, kemudian saya pajang di web. Selesai.

Barulah saat ada pembeli saya datangi mereka, ambil uang-uang lama sesuai pesanan pembeli, bungkus dengan amplop khusus yang sudah saya siapkan, tinggal kirim. Pembeli tidak pernah tahu kalau saya tidak punya stok. Hehehehe. Tapi itu cerita lama. Alhamdulillah, usaha ini berjalan lancar sehingga tak sampai setengah tahun saya bisa menyediakan stok sendiri.


Transaksi Tradisional
Karena dibangun dengan platform Blogspot, pada hakikatnya uanglama.com adalah sebuah blog. Karenanya itu tak bisa benar-benar disebut toko online. Saya sendiri mengistilahkannya sebagai blogstore, jadi toko online berbentuk blog. Atau bisa juga blog untuk berjualan.

Proses transaksinya juga masih tradisional, di mana saya tetap harus melayani pembeli layaknya berjualan di warung. Tak ada otomatisasi seperti pada toko-toko online top di luar sana, di mana pembeli cukup klik sana-sini untuk melakukan pembelian. Di toko online saya, calon pembeli melihat-lihat barang di web, kemudian mengontak saya lewat SMS, WhatsApp, email atau telepon. Di sanalah kami bertransaksi.

Pembeli yang teliti biasanya sudah membaca semua ketentuan yang saya buat, sehingga saat mengontak saya cukup satu-dua SMS atau chat WA langsung transfer. Ada juga yang malah sudah transfer, lalu saat SMS/WA hanya memberikan nama dan alamat pengiriman. Nomor rekening memang saya cantumkan di web, bersama prosedur pembelian dan informasi penting lain seperti profil dan cara mengecek ongkos kirim.

Tapi pembeli seperti itu tidak banyak. Lebih sering terjadi saya harus melayani SMS/WA dengan sabar karena calon pembeli bahkan tidak tahu uang lama apa saja yang saya jual. Serius! Pembeli model begini biasanya mengawali kontak dengan SMS/WA berbunyi, "Ini yang jual uang lama ya?" atau "Ada uang lama gan?" Saya langsung tahu bakal sepanjang apa rangkaian SMS atau chat selanjutnya. Hehehehe...

Beres dengan barang yang mau dibeli, urusan selanjutnya adalah mengecek ongkos kirim. Tergantung request calon pembeli, saya akan buka situs jasa pengiriman pilihan mereka untuk mengecek tarif. Biasanya sih calon pembeli lebih prefer ke JNE, jadi saya buka www.jne.co.id . Selesai? Belum. Momen paling dramatis baru terjadi setelah kami menghitung total harga barang plus ongkos kirim.

Ya, benar sekali, momen paling krusial dari transaksi yang saya lakukan di uanglama.com adalah pembayaran. Karena ini usaha pribadi, saya memakai rekening pribadi. Saya buka empat rekening di empat bank berbeda, plus satu rekening di bank istri yang beda dengan milik saya. Jadi total ada lima rekening di lima bank berbeda. Tapi tetap saja banyak calon pembeli yang merasa kurang nyaman melakukan pembayaran dengan cara begini. Maklum, apa sih uanglama.com dan siapa sih Eko Nurhuda di mata calon pembeli? Faktor kredibilitas dan kepercayaan bermain di sini.

Beberapa dari mereka biasanya akan bertanya "Apakah ada cabangnya di kota saya?" Sedangkan beberapa lagi menanyakan kemungkinan melakukan cash on delivery (COD). Jawaban pertanyaan pertama tentu tidak ada. Sedangkan untuk yang meminta COD, kalau calon pembeli berdomosili di Pemalang dan sekitarnya saya minta kesediaannya untuk datang langsung ke alamat rumah yang tertera di web.

Sayangnya, lebih banyak dari calon pembeli ragu-ragu model begini yang akhirnya membatalkan pesanan. Macam-macam alasannya. Tapi saya mafhum, mereka kuatir jadi korban penipuan. Sekalipun mereka bisa melacak saya di Google, melihat buku-buku karya saya di GoodReads, atau stalking aktivitas harian saya di Facebook dan Twitter, kekuatiran mereka jauh lebih besar. Sekali lagi, ini soal kepercayaan.


Solusi dari MyCOD
Masalah ini terpecahkan dengan diluncurkannya fitur MyCOD dari JNE. Layanan ini terintegrasi dalam aplikasi MyJNE yang diluncurkan pada Februari 2016 lalu. Penjual online seperti saya bisa mengunduhnya di Google PlayStore dan memanfaatkan aplikasi ini untuk mengatasi keragu-raguan calon pembeli yang kuatir jadi korban penipuan.

Fitur dalam aplikasi MyJNE sendiri masih banyak lagi. Untuk mengecek tarif pengiriman ada My Tarif. Sedangkan untuk mengecek status pengiriman paket ada My Shipment. Kalau kebetulan berada di luar kota dan tak tahu alamat agen JNE terdekat, lacak dengan fitur My Location/nearby. Bagi saya, jagoannya adalah fitur MyCOD.

Kalau istilah "COD" yang biasa dipakai dalam transaksi online adalah akronim dari cash on delivery atau bayar di tempat, kepanjangan "COD" dalam MyCOD adalah cash on digital. Maksudnya? Fitur ini semacam rekening bersama (rekber). Jadi, MyCOD menjembatani pembayaran dari pembeli kepada penjual untuk meningkatkan kenyamanan bagi kedua belah pihak.



Meski belum sempat menggunakannya, saya rasa fitur MyCOD akan sangat membantu para penjual online seperti saya. Dalam kasus di atas, di mana calon pembeli ragu-ragu mentransfer karena kuatir jadi korban penipuan, kehadiran pihak ketiga yang lebih kredibel seperti JNE merupakan solusi. Pembeli menjadi lebih tenang karena uang mereka tak akan diterima penjual sebelum pesanan mereka sampai.

Sebagai penjual, saya juga diuntungkan karena tidak perlu menagih pembayaran langsung pada calon pembeli. MyCOD yang akan menagihnya lewat aplikasi yang terinstal di smartphone calon pembeli. Saya hanya perlu membuka fitur MyCOD di smartphone, lalu masukkan detil pembelian berisi nomor hape pembeli, harga barang, ongkos kirim, dan biaya lain sesuai kesepakatan. Selanjutnya MyCOD secara otomatis mengirim invoice kepada calon pembeli.

Khusus soal ongkos kirim, penjual juga diuntungkan sebab tak harus mengecek tarif lagi. Sistem MyCOD akan secara otomatis menghitung ongkos kirim berdasarkan data alamat yang diisi calon pembeli pada saat mengaktifkan aplikasi MyJNE di smartphone mereka. Hemat waktu dan tenaga, bukan?

Alur transaksi penjualan akan sedikit berubah, tapi ini sama sekali tak merepotkan. Jika selama ini usai chit-chat dan menghitung total yang harus dibayar saya memberi nomor rekening ke pembeli, sekarang saya tinggal minta bantuan MyCOD untuk 'menagih' pembayaran pada calon pembeli. Jadi berasa punya juru tagih gitu, hahahaha....

Pembeli akan mendapat notifikasi. Dalam invoice yang dikirim MyCOD tertera jumlah yang harus dibayar dan nomor rekening tujuan pembayaran. Setelah pembeli melakukan pembayaran, gantian penjual yang mendapat notifikasi. Sudah, tinggal kirim paket sesuai pesanan pembeli. Kemudian masukkan nomor resi pengiriman ke dalam akun MyCOD. Pembeli sekali lagi mendapat notifikasi begitu nomor resi diinput.


Bebas Rempong
Selain fungsi sebagai rekening bersama, manfaat positif lain dari MyCOD bagi pembeli dan penjual adalah membuat proses jual-beli jauh lebih efektif. Gak ribet. Ini mungkin terjadi karena semuanya berjalan serba otomatis. Begitu pembeli transfer penjual mendapat notifikasi, lalu saat penjual mengirim paket pembeli juga mendapat notifikasi. Langsung, gak pake nunggu ini-itu.

Selama ini pembeli biasanya diminta mengirim foto atau screenshot bukti transfer. Bagaimana kalau kertas di rol struk mesin ATM habis sehingga struknya tidak keluar? Bagaimana kalau tintanya yang habis jadi tulisan di struk kabur? Tak jarang terjadi pembeli lupa, karena kebiasan struk langsung dilempar ke tempat sampah. Waktu mau kasih kabar ke penjual baru ingat struknya tidak disimpan. Iya kalau ATM-nya di sebelah rumah. Lha, kalau jauh?

Saya pernah dengan terpaksa menahan pesanan seorang pembeli selama dua hari. Harusnya dikirim Senin, sampai Rabu baru saya kirim. Soalnya bukti transfer yang dikirim si pembeli tak bisa dibaca dengan jelas. Lalu saya cek di bank lewat internet banking mutasinya belum ada. Padahal pembeli mengaku sudah transfer dari pagi. Saya paham pembeli merasa kecewa, tapi mau bagaimana lagi?

Kini pembeli tak perlu mengirim foto atau screenshot bukti transfer. Kode pembayaran setiap pembeli dibuat unik. Sistem MyCOD dapat segera mengetahui begitu pembeli melakukan transfer. Kalau dana sudah masuk ke rekening MyCOD, sistem akan memberi notifikasi pada penjual. Simpel.

Dari sisi penjual, pernah nggak sih merasa dongkol sama pembeli yang cerewet sekali menanyakan nomor resi? Saya pernah, sering sekali. Transfer jam 08.00 pagi, eh, jam 10.00 sudah tanya resi. Setelah dikasih resi, besoknya nanya lagi, "Paketku sudah sampai mana ya, Kak?" Besoknya lagi tanya, "Kok paketku belum sampe gimana sih ini?" Sebel? Sama. Hahaha...


Pernah lho saya ditelepon pembeli tiga hari berturut-turut. Gara-garanya paket yang saya bilang standarnya tiga-empat hari kerja, ternyata sampai lima hari baru sampai alamat. Usut punya usut, ternyata alamat tersebut jauh dari kota. Tapi kan pembeli tidak mau tahu hal-hal teknis seperti ini. Ya harus sabar saja menerima setiap komplain sampai caci-maki mereka.

Pernah juga saya dapat pesan sadis. "Dasar penipu! Uang sudah ditransfer barang nggak dikirim-kirim juga!" Saya scroll pesan tersebut, dan ternyata saya lupa memberi tahu nomor resi. Padahal paket sudah dikirim sejak dua hari lalu. Nasib.

Semua itu sudah jadi masa lalu. Memanfaatkan layanan MyCOD, penjual bisa lebih tenang setelah mengirim paket. Tak perlu lagi berkirim SMS, WA, atau BBM mengabarkan nomor resi satu-satu ke pembeli. Cukup masukkan semua nomo resi ke dalam MyCOD, sistem yang akan meneruskannya pada pembeli. Tidak ada lagi cerita "diteror" pembeli yang paketnya tak kunjung sampai. Pembeli cukup buka aplikasi MyJNE di smartphone mereka, di sana bisa dilihat sendiri sudah sampai mana paketnya. Praktis.

Mau merasakan kemudahan berjualan online memakai fitur MyCOD? Klik saja banner di bawah untuk mengunduh aplikasi MyJNE di laman Google PlayStore. Semoga membantu!


Disclaimer: Artikel ini diikut-sertakan dalam Giveaway Review Aplikasi MyCOD yang diadakan oleh Fitrian.net. Baca disclaimer blog ini selengkapnya di laman ini.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 30, 2016 22:12

Wisata Hemat di Jakarta Berkat Saudara


LIBUR lebaran tahun 2014 lalu saya mengajak istri dan anak-anak mudik ke Sungai Bahar, Jambi. Setelah puas melepas rindu pada Bapak-Ibu, kamipun kembali ke Pemalang. Rute mudik kami adalah Pemalang-Jakarta via travel atau kereta api, lalu sambung pesawat Jakarta-Jambi. Pulangnya rute tersebut dibalik. Jambi-Jakarta naik pesawat, lalu disambung travel atau kereta ke Pemalang.

Saya sudah pesan tiket pesawat Jambi-Jakarta tanggal 15 Agustus 2014, tapi belum menentukan mau naik travel atau kereta ke Pemalang. Selagi menimbang-nimbang, terlintas pikiran untuk mampir di Jakarta barang 1-2 hari dan mengajak anak-anak keliling ibukota. Mumpung Jakarta sepi jelang Agustusan.

Lalu saya berhitung-hitung. Cukup siapkan biaya transportasi dan uang makan saja. Tidak banyak kok. Lalu, penginapannya bagaimana? Tenang, ada adik yang tinggal di daerah Palmerah bersama suaminya. Jadi rencananya kami nebeng di tempat mereka barang 1-2 malam. Tentu saja adik saya dengan senang hati menerima kami.

Jadilah saya hanya perlu menyiapkan anggaran untuk ongkos taksi dari bandara ke Palmerah. Untuk mengelilingi Jakarta, kami berencana mencobai bus Transjakarta dan itu tidak butuh biaya banyak. Plus tiket masuk ke beberapa objek dan makanan-minuman selama di perjalanan, rasanya uang Rp500.000 sudah lebih dari cukup.

Eh, ternyata Ibu saya ingin ikut. Meski sudah beberapa kali ke Jakarta, tapi Ibu belum pernah berwisata bareng cucunya di ibukota. Jadilah kami berlima (saya, istri, Ibu dan dua anak) terbang ke Jakarta. Sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta, adik saya sudah menunggu di terminal kedatangan. Tak lama-lama di bandara, kami langsung mencari taksi dan meluncur ke Palmerah.

Seharian di Monas
Awalnya adik saya berencana mengajak kami ke sebuah mal malam itu. Mal bagus dan wah yang tidak ada di Jambi, kata adik saya. Tapi melihat anak-anak kelelahan dan sepertinya sudah pewe di depan televisi, rencana itu diganti. Tetap ke pusat perbelanjaan, tapi hanya ke salah satu minimarket untuk membeli es krim kesukaan anak-anak. Hehehe...

Besoknya kami bangun pagi-pagi. Usai mandi dan sarapan kami keluar ke pinggir jalan untuk mencari angkot ke halte Transjakarta terdekat. Melewati Pasar Palmerah, kantor Kompas Gramedia, kantor Jakarta Post dan beberapa gedung lain, kamipun tiba di sebuah halte yang sayangnya saya lupa namanya. Letak halte berada di tengah-tengah (separator) jalan, jadi kami harus naik jembatan penyeberangan menuju ke sana.

Dasar anak-anak, saat berada di bagian jembatan penyeberangan yang tepat di atas jalan raya mereka malah berhenti. Mereka senang sekali bisa melihat berbagai macam kendaraan melaju kencang dari atas. Damar malah sesekali berlarian, terlebih setelah tahu lantai metal jembatan berbunyi keras jika diinjak.

Sampai di halte, bus koridor yang ingin ditumpangi langsung muncul tak lama setelah kami menyerahkan tiket masuk ke petugas. Enaknya jalan-jalan di Jakarta saat libur panjang, suasana di mana-mana sangat lengang. Begitu pula dengan bus Transjakarta hari itu. Kami pun dapat dengan leluasa memilih tempat duduk. Setelah transit sekali, kami akhirnya tiba di Monas.

Letak halte tempat kami turun agak jauh dari pintu masuk Monas. Kami musti berjalan kaki sekitar 10 menit. Tapi belum sampai ke tujuan kami tergoda bus wisata gratis yang haltenya kami lewati. GRATIS! Tulis sebuah plang di halte bus wisata tersebut. Sekitar beberapa menit menunggu, bus berwarna kuning-biru itu tiba. Seorang pramugara menyambut kami dengan ramah sembari membukakan pintu.

Lagi-lagi beruntung kami wisata ke Jakarta saat libur panjang. Bus wisata tersebut nyaris kosong. Oleh pramugara kami diarahkan untuk naik ke lantai atas. "Kosong, Pak," katanya. Anak-anak senang bukan kepalang. Ini kali pertama mereka naik bus tingkat. Apalagi mereka bisa duduk paling depan sehingga pandangan bebas kemana-mana.



Puas naik bus tingkat kami melanjutkan perjalanan ke Monas. Kebetulan sekali di gerbang masuk area Monas ada kereta wisata, jadi kami memilih naik kereta tersebut menuju ke pelataran pintu masuk. Maklum, kami bawa anak-anak jadi harus menghemat tenaga. Sewaktu-waktu mereka mogok tak mau jalan, kami harus siap menggendong dan itu butuh tenaga tidak sedikit. Hehehe...

Singkat kata sampailah kami di pelataran Monas. Karena hari sudah menjelang tengah hari, kami tidak langsung masuk ke dalam. Adik saya mengajak kami ke dekat kolam air mancur untuk mengaso sembari makan siang menikmati bekal yang ia siapkan pagi tadi. Ternyata kami tak hanya sebentar duduk-duduk di samping kolam. Anak-anak sangat senang sekali berada di sana. Melempari kolam dengan batu-batu kecil, memanjat pohon jambu tak jauh dari tempat kami duduk, hingga berlarian ke sana-sini.

Lebih sejam kemudian barulah kami masuk ke dalam. Melewati terowongan, beli tiket, lalu naik ke atas. Semuanya dijalani anak-anak dengan riang. Sampai di dalam Monas pun mereka terus berlari-larian. Turun ke basement, Damar langsung merebahkan badannya ke lantai dingin. Lalu dia mengajak saya main kejar-kejaran. Permainan yang membuat saya berkeringat itu baru berhenti setelah saya mengajaknya melihat kapal dan pesawat kecil dalam kotak diorama.

Menurut rencana awal, seharusnya kami di Monas hanya beberapa jam saja lalu meluncur ke kebun binatang Ragunan. Tapi rupanya anak-anak betah di Monas. Setelah berlari-larian di basement, melihat diorama dua kali putaran, mereka main prosotan di dalam ruang baca teks Proklamasi. Dinding miring yang ada di ruang tersebut rupanya mengingatkan Damar pada mainan prosotan di Pemalang. Susah-payah kami membujuk mereka agar mau berhenti.

Keluar dari dalam bangunan Monas, di pelataran ada gladi resik jelang perayaan 17 Agustus. Hal yang bagi orang dewasa tak menarik itu rupanya membuat Damar dan Dian tak mau beranjak. Barulah setelah acara gladi resik selesai kami berhasil mengajak mereka pulang. Capek yang melanda membuat agenda ke kebun binatang dibatalkan. Apalagi hari sudah menunjukkan jam empat lewat. Kami harus pulang dan istirahat. Besok kereta kami ke Pemalang berangkat jam 08.00 WIB.


Hemat karena Menginap Gratis
Hanya satu hari dan hanya ke Monas, tapi wisata dadakan kali itu membuat saya dan anak-anak menginap dua malam di Jakarta. Saya beruntung punya adik di ibukota, sehingga untuk wisata kali itu hanya keluar uang tak seberapa untuk ongkos, tiket masuk dan jajan. Kalau dihitung-hitung, total paling banyak habis Rp250.000 untuk berlima termasuk Ibu. Super irit!

Bayangkan berapa biaya yang harus saya keluarkan kalau saja tak punya adik di Jakarta. Selain biaya-biaya di atas, saya juga harus memikirkan biaya penginapan. Dan ini membutuhkan uang tidak sedikit. Memakai layanan pencarian hotel milik Traveloka, tarif hotel termurah di kawasan Jakarta Pusat sebesar Rp310.000/malam. Sedangkan tarif hostel ada di kisaran Rp190.000/malam.

Misalkan saat itu kami menginap di hotel termurah versi Traveloka, maka untuk dua malam kami harus keluar uang sebanyak Rp620.000. Itu belum termasuk biaya extra bed karena kami berempat, plus tambahan sarapan. Sedangkan jika menginap di hostel biaya akomodasi yang musti disiapkan sebanyak Rp380.000. Juga belum termasuk pengeluaran esktra yang mungkin timbul.

Oya, itu cuma menghitung kami berempat. Sedangkan saat itu Ibu dari Jambi juga ikut. Ditambah Ibu, perhitungan biaya penginapan jadi berlipat ganda, alias dua kamar dua malam sama dengan Rp760.000 untuk hostel termurah versi Traveloka.

Itu baru penginapan. Bagaimana dengan makanan? Siapapun tahu harga makanan di Jakarta sangat tinggi. Kami sekali makan empat mulut, atau jadi lima kalau Ibu juga dihitung. Katakanlah kami makan di gerai makanan cepat saji dan ambil menu yang satu porsi harganya Rp15.000, maka sudah habis Rp75.000 sekali makan. Dikurangi sarapan di hotel, untuk dua kali makan butuh anggaran setidak-tidaknya Rp150.000 sehari.

Hitung punya hitung, andaikan saat itu kami tak menginap di tempat adik saya, untuk wisata dua hari dua malam di Jakarta harus ada budget minimal Rp 1,5 juta. Sedangkan dengan menginap di tempat adik, biayanya paling banyak Rp250.000. Penghematannya sampai Rp1.250.000 sendiri. Ini bukan uang sedikit!

Jadi, beruntunglah kita yang punya banyak saudara tersebar di mana-mana. Karena sewaktu-waktu ada kesempatan berwisata ke kota mereka, kita sudah tidak perlu pusing dengan biaya penginapan. Dan biasanya penginapan di tempat saudara itu juga termasuk makan-minum lho. Hematnya dobel, hehehe...

Ngomong-ngomong, saya jadi ingat kalau punya paman di perbatasan Situbondo dan hanya berjarak 30 menit dari kota Banyuwangi. Bukankah wisata Banyuwangi tengah hit? Saya juga punya saudara jauh dari pihak Ibu yang tinggal di Denpasar, Bali. Sepertinya dua tempat tersebut bakal jadi destinasi wisata keluarga kami selanjutnya.

Tolong bantu aminkan ya...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 30, 2016 08:37

March 29, 2016

Es Cincau Hijau, Minuman Segar dengan Aneka Khasiat


PUASA masih sekitar 60 hari lagi, tapi anak-anak saya sudah minum es cincau setiap hari. Kemarin sore, selesai bermain bola di halaman belakang Damar minta dibuatkan cincau hijau setelah melihat batang cincau hijau perdu yang merambat di pohon jambu biji. Jadilah saya bertiga dengan Damar dan Diandra mengeringkan peluh sembari memetik daun cincau.

Itu merupakan kali kedua saya memetik daun cincau tersebut dalam tiga hari terakhir. Sebelumnya saya sudah membuatkan cincau hijau untuk Damar, tapi begitu habis dia langsung minta dibuatkan lagi. Padahal tak sampai sepekan sebelum itu saya juga membuat cincau hijau. Tapi dia sangat doyan sekali melahap es cincau hijau racikan Abi dan Ummi-nya ini. Mungkin dia tahu, kami membuatnya dengan penuh rasa sayang. Cieeee....

Setelah dipetik, daun direndam dalam air bersih sebentar. Sebenarnya langsung dicuci saja tak masalah. Tapi daun cincau hijau perdu di halaman belakang banyak yang kotor oleh sarang laba-laba, debu, dan tak jarang ada kotoran serangga atau burung menempel. Jadi harus direndam barang 10-15 menit agar kotorannya lunak dan mudah dibersihkan saat dicuci.

Sembari menunggui anak-anak mandi, saya mencuci daun cincau perdu tersebut bersih-bersih dan membuang tangkainya. Dasar anak-anak, waktu mandipun dimanfaatkan untuk bermain-main. Saya tentu tak mau membuang kesempatan itu. Alih-alih meminta mereka cepat-cepat menyelesaikan mandinya, saya lebih memilih merampungkan pembuatan cincau hijau.

Cara membuatnya cukup mudah. Saya dapat ilmu pembuatan cincau hijau ini dari adik perempuan saya sewaktu kami masih tinggal di Sungai Bahar, Jambi. Daun cincau hijau perdu yang sudah dicuci bersih lalu ditaruh dalam wadah sedang, tambahi air hangat, lalu remas-remas sampai daunnya lembut selembut-lembutnya.

Dari remasan ini daun cincau mengeluarkan semacam gel (jeli) disertai aroma khas. Biasanya juga akan keluar buih dan air berubah mengental. Ini tandanya cincau hijau sudah hampir jadi. Langkah terakhir adalah memeras atau menyaring air perasan agar terpisah dari ampas. Ya, kita buang saja ampasnya karena kalau ikut dimakan tidak enak.

Diamkan air perasan daun tadi di wadah selama beberapa saat. Tutup rapat agar tak dimasuki debu atau serangga. Selama didiamkan itu gel yang keluar dari daun akan bersenyawa dengan air sehingga membentuk semacam agar-agar. Kenyal, hijau, kalau dimakan rasanya segar tak terkira.


Nah, kalau saya kebagian membuat cincau hijaunya, maka pelengkapnya disiapkan istri. Tergantung ketersediaan bahan di rumah saat itu, istri akan membuat juruh (cairan kental terbuat dari air dicampur gula merah) dan santan kepala, atau hanya juruh saja. Damar tak terlalu mempermasalahkan hal ini, jadi dia tak pernah protes. Hehehe...

Dan.... Jadilah cincau hijau ala Keluarga Bung Eko. Cara penyajiannya sangat gampang. Potong dadu cincau hijau, bisa juga langsung disendok saja, masukkan ke dalam gelas. Campurkan juruh dan santan, lalu tambahkan es batu jika suka. Kalau tidak cukup taruh di dalam kulkas selama beberapa menit. Beres! Selanjutnya tinggal menikmati. Segar.

Tanaman Berkhasiat
Rupanya es cincau hijau tak cuma segar dan nikmat di mulut. Daun cincau hijau perdu (Premna oblongifolia Merr.) menyimpan aneka khasiat bagi kesehatan tubuh. Satu yang jelas kelihatan adalah tanaman ini mengandung klorofil. Zat pemberi warna hijau pada daun ini bisa berfungsi sebagai antioksidan, antiperadangan dan antikanker.

Mengutip penelitian Prof. Dr. drh. Clara Meliyanti Kusharto, M.Sc. dari Departemen Gizi Masyarakat IPB, kandungan klorofil daun cincau hijau perdu sangat tinggi, yakni 1.709 ppm. Angka ini jauh lebih tinggi dari jenis daun lainnya, misalnya daun katuk (1.509 ppm), daun murbei (844 ppm), atau daun pegagan (832 ppm). Baca lebih banyak mengenai penelitian Prof. Dr. Clara di laman http://dauncingcau.innov.ipb.ac.id/.

Selain itu, daun cincau hijau mengandung senyawa dimetil kurin-1 dimetoidida, isokandrodendrin, alkaloid bisbenzilosukuinolin, S,S-tetandrin. Gabungan ketiga senyawa ini membuat cincau hijau mengandung khasiat untuk mengendurkan otot, mencegah perkembangan sel tumor ganas, baik bagi ginjal, menurunkan tekanan darah tinggi dan kolesterol.

Bagi yang ingin menurunkan berat badan, cincau hijau sangat cocok dikonsumsi sebagai salah satu sarana diet. Daun cincau hijau perdu diketahui sangat rendah kalori dan tinggi serat. Mirip snack yang biasa nongol di iklan televisi itu tuh, yang katanya kalau ngemil itu tidak bakalan bikin gendut. Bedanya, Premna oblongifolia Merr. tentu lebih alami dan terjamin ketimbang makanan buatan pabrik.

Daun cincau hijau juga kaya mineral, terutama kalsium dan fosfor. Kita tahu kalsium sangat dibutuhkan tulang dan gigi, sehingga bagus dikonsumsi anak-anak yang tulang dan giginya masih bertumbuh. Jadi, mudah-mudahan Damar dan Diandra tulangnya kuat serta giginya bagus karena hampir setiap hari minum es cincau hijau.

Penelitian terhadap daun cincau hijau perdu tak cuma dilakukan Prof. Dr. Clara dan IPB. Sejumlah universitas ternama lainnya pun pernah mengadakan kajian terhadap kandungan dan khasiat tanaman ini. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Dea Avrilda Kariza, mahasiswi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Dea menemukan bahwa kandungan pektin dalam daun cincau hijau bisa dimanfaatkan untuk membuat gel pengharum ruangan. Skripsi Dea bisa diunduh melalui laman http://lib.unnes.ac.id/21350/.

Skripsi bertema daun cincau hijau perdu juga dilakukan oleh Rudi Hermansyah, mahasiwa Universitas Andalas. Judul skripsinya Karakteristik Mutu Ekstrak Liquid Klorofil Daun Cincau Hijau (Premna Oblongifolia Merr) Serta Aplikasi Pada Minuman Teh Hijau , disusun pada 2012 lalu. Sedangkan Ananda Eka Astirani dan Hesti Murwani Rahayuningsih dari pendidikan pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro menyusun tesis berjudul Pengaruh Pemberian Sari Daun Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr) Terhadap Kadar Kolesterol HDL dan Kolesterol LDL Tikus Sprague Dawley Dislipidemia pada Februari 2013.

Hasil penelitian Prajwalita Rukmakharisma Rizki, Rizca Dwi Jayanti dan Tri Dewanti Widyaningsih dari Universitas Brawijaya menyuguhkan fakta lain. Dimuat dalam Jurnal Pangan dan Agroindustri Unbraw, riset ketiganya menyoroti efek daun cincau hijau perdu terhadap glukosa darah. Hasilnya, konsumsi cincau hijau secara rutin dapat membantu mengontrol kadar gula dalam darah. Silakan baca artikelnya di laman http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/202.

Dengan demikian, merangkum seluruh hasil penelitian akademisi yang telah disebutkan di atas, daun cincau hijau perdu memiliki beragam manfaat seperti:
Kandungan tinggi klorofil dalam daun cincau hijau perdu saja sudah menghadirkan begitu banyak manfaat: meningkatkan kualitas darah dalam tubuh, mencegah kanker, mengobati infeksi, mencegah batu ginjal, sebagai antioksidan, menurunkan berat badan, dan detoksifikasi tubuh.Membantu menurunkan berat badan berkat kandungan tinggi serat serta begitu rendahnya kalori dalam daun cincau hijau perdu.Kandungan kalsium dan fosfor daun cincau hijau perdu sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tulang dan gigi anak-anak.Mencegah penyakit diabetes melitus, karena daun cincau hijau perdu dapat mengontrol kadar gula dalam darah.Menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.
Okelah, kalau begitu mulai sekarang membuat es cincau hijau tak sekedar untuk menyenangkan anak. Mengingat begitu beragamnya khasiat daun cincau hijau perdu, saya tak keberatan jika harus membuatkan cincau hijau setiap hari.

Semoga bermanfaat!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 29, 2016 08:17

March 28, 2016

Menunggu Film Wiro Sableng

GENERASI 70' dan 80'-an pasti kenal pendekar satu ini. Ya, dialah Wiro Sableng, Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Setelah lama hanya menjadi gosip di forum-forum penggemar sang pendekar, kabar mengenai bakal dibuatnya film Wiro Sableng jadi kenyataan. Menurut kasak-kusuk yang beredar dari forum ke forum, film ini bakal tayang pada 2017 mendatang.

Saya salah satu generasi 80'-an yang sangat menggemari Wiro Sableng. Berawal dari nemu secara tak sengaja, saya lalu rutin membeli kisah-kisah petualangan pendekar bernama asli Wiro Saksana ini. Meski tinggal di desa transmigrasi -- dari Batumarta di (waktu itu) Ogan Komering Ulu hingga pindah ke Sungai Bahar di Jambi, saya tetap setia mencari edisi-edisi terbaru Wiro Sableng.

Seperti pernah saya ceritakan di posting ini, saya pertama kali berkenalan dengan Wiro Sableng pada kelas V Sekolah Dasar. Waktu itu saya sedang berkunjung ke rumah salah satu pakdhe di desa tetangga, di rumah itulah saya pertama kali membaca petualangan pendekar karangan Bastian Tito tersebut.

Judul novel Wiro Sableng pertama yang saya baca adalah Singa Gurun Bromo. Petualangan Wiro kali ini berkisah tentang putri bangsawan yang menjadi jahat karena dibakar cemburu. Sang putri rusak wajahnya dicakar harimau saat diajak ayahnya berburu ke hutan. Sejak itu sang putri harus mengenakan cadar untuk menyembunyikan wajah cacatnya. Tak ada lelaki yang tertarik padanya sekalipun ia putri seorang bangsawan.

Namanya hati, siapa yang bisa menahan orang jatuh cinta? Dalam kesepiannya, putri tersebut jatuh cinta pada seorang ksatria. Tentu saja cinta terpendam. Ndilalah, ksatria pujaan hatinya itu rupanya tengah menjalin asmara dengan seorang wanita bernama Larasati. Keduanya sudah merencanakan pernikahan.

Di sinilah drama bermula. Dibakar api cemburu, sang putri menculik Larasati untuk disiksa agar batal menikah dengan si ksatria. Ksatria itu pun lantas jadi musuh bersama. Kemana pun ia pergi selalu dimata-matai pendekar bayaran sang putri. Kejadian berikutnya adalah ksatria bergelar Singa Gurun Bromo itu berkenalan dengan Wiro Sableng di sebuah warung makan. Lalu keduanya berhasil membebaskan Larasati dari sekapan sang putri. Tamat.

Motivasi Menulis
Saya tak ingat apa judul berikutnya yang saya baca setelah Singa Gurun Bromo. Yang jelas saya lantas keranjingan dengan petualangan pendekar satu ini. Awalnya hanya pinjam ke teman, lalu saya beli sendiri setiap kali edisi baru terbit. Tidak mau ketinggalan pokoknya.

Hmmm, sebenarnya bukan edisi terbaru sih. Waktu itu saya masih tinggal di Batumarta VI. Jauh dari Baturaja, ibukota Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU). Apalagi dari Palembang, ibukota provinsi Sumatera Selatan. Akses saya ke bahan bacaan adalah Pasar Unit VI yang hanya ramai pedagang sepekan sekali, yakni tiap hari Kamis. Saat itulah pedagang dari kota datang menyesaki pasar. Saat itu pulalah saya bisa membeli Wiro Sableng.

Tergantung ketersediaan stok penjual, terkadang saya bisa mendapatkan Wiro Sableng edisi terbaru. Tetapi lebih sering tidak. Jadi mau tidak mau harus puas dengan stok yang ada. Saya tentu saja memilih judul-judul yang belum saya baca.

Jaman itu Wiro Sableng tengah bertualang ke Negeri Latanahsilam. Saya dengan sabar mengumpulkan episode demi episode petualangannya di negeri masa silam yang berselisih 1.200 tahun lebih tua dari peradaban Jawa era Wiro. Episode pertama dari serial Latanahsilam yang saya baca adalah Peri Angsa Putih. Ya, meloncat beberapa episode karena petualangan ini dimulai dari episode Bola-bola Iblis.

Lalu saya dan adik-adik diboyong ke Jambi oleh Ibu, menyusul Bapak yang sudah terlebih dahulu merantau ke sana. Kondisinya kurang-lebih sama seperti di Batumarta. Bedanya, hari pasaran di Sungai Bahar VI adalah hari Sabtu. Perbedaan lain, letak pasar kali ini jauh dari sekolah saya. Jika semasa di Batumarta saya bisa memanfaatkan waktu istirahat kedua untuk ke pasar, kali ini harus menunggu sekolah usai jika tidak mau bolos.

Untungnya pelajaran lebih sedikit di hari Sabtu, sehingga saya pulang lebih cepat dari hari biasa. Tapi perjalanan dari sekolah ke pasar lumayan jauh. Kira-kira sepeminuman teh, pakai ukuran waktu sekarang ya kurang-lebih 10-15 menit. Jalan kaki.

Harga novel Wiro Sableng dipatok Rp1.500 per judul. Tapi penjualnya memberi harga khusus, Rp3.000 dapat tiga judul. Saya tidak setiap hari punya uang saku. Hanya sesekali saja diberi uang oleh Bapak, terkadang Rp5.000, lain kali Rp10.000, tergantung rejeki beliau. Kalau ada uang seringkali saya habiskan untuk memborong Wiro Sableng. Saya tawar, Rp5.000 dapat enam judul boleh tidak. Biasanya sih boleh. :)

Saya masih ingat betul wajah pedagang langganan saya membeli Wiro Sableng. Terakhir kali ke pasar ini pada liburan lebaran tahun 2014, saya lihat bapak-ibu pedagang tersebut masih berjualan di tempat yang sama. Saya yakin mereka tidak lagi mengingat saya yang sudah jauh berubah dari saat SMP dulu.

Di Jambi-lah saya melanjutkan pengumpulan episode demi episode seri Latanahsilam. Bola-Bola Iblis, Hantu Jatilandak, Rahasia Bayi Tergantung, Hantu Tangan Empat, Hantu Muka Dua, dan berakhir di Rahasia Kincir Hantu. Selepas itu saya pindah ke Muara Bulian, masuk SMA. Meski bergeser ke kota, nyatanya saya malah tak bisa mendapatkan Wiro Sableng di sini. Kemudian episode Latanahsilam terlewati dan saya melompat ke serial Kembali ke Tanah Jawa dan Badik Sumpah Darah.

Oya, selain bahan bacaan, novel-novel Wiro Sableng juga merupakan motivasi saya dalam menulis. Kalau kamu pernah baca Wiro Sableng episode Latanahsilam, di sana ada foto almarhum Bastian Tito di ruang kerjanya. Duduk dengan wajah menyungging senyum tipis, pengarang idola saya tersebut menghadap sebuah benda semacam laptop di atas meja kayu.

Foto itu telah menginspirasi saya. Setiap kali melihat foto Bastian Tito tersebut, saya sontak membayangkan kalau sayalah yang terlihat di foto tersebut. Dan nama sayalah yang tercetak di sampul buku tersebut. Saya bayangkan seorang remaja seusia saya rela berjalan kaki dari sekolahnya ke pasar untuk membeli novel silat karangan saya. Senyum tipis pun turut tersungging di bibir saya. Saya duduk di kelas I SMP saat itu.

Ya, Bastian Tito melalui Wiro Sableng-lah yang telah memotivasi saya untuk menjadi seorang penulis. Saya awali impian itu dengan menjiplak cerita-cerita Wiro Sableng. Menggunakan buku tulis, saya biasanya mengambil plot salah satu judul lalu mengubah konflik, latar belakang dan nama tokoh-tokohnya. Lalu lahirnya duo pendekar yang saya beri nama Kuda Wihara dan Gajah Pura. Hahaha, jangan ketawa ya.

Hasrat menulis saya kian menjadi-jadi saat pindah ke Jambi. Ada peningkatan karena kemudian saya tidak lagi menjiplak cerita Wiro Sableng. Mungkin karena sudah terlalu kenyang dengan novel-novel pendekar satu ini, saya akhirnya "mahir" mereka tokoh pendekar sendiri. Lalu lahirlah novel Jawara Loreng, serial Soko Gendeng si Pendekar Clurit Emas yang sampai 10 episode berbentuk tulisan tangan di buku tulis, dan beberapa kisah pendekar lain. Sayang, semua karya awal saya tersebut dibawa seorang teman kuliah dan tak pernah kembali.


Film Wiro Sableng
Oya, suka baca novelnya tentu saya juga suka menyaksikan filmnya. Seingat saya, saya malah lebih dahulu menonton film Wiro Sableng ketimbang membaca novelnya. Film Wiro Sableng sudah saya tonton saat saya kelas III atau IV SD semasa di Palembang. Tapi waktu itu saya tidak tahu itu pendekar apa dan bagaimana ceritanya. Yang masih teringat saya menyaksikan film tersebut bersama ibu dan sejumlah tetangga.

Saat saya pindah ke Jambi, Wiro Sableng tengah tayang sebagai sinetron setiap akhir pekan di RCTI. Saya tak begitu menyukai versi layar kaca ini. Entah mengapa saya tidak sreg dengan Ken Ken dan Abhie Cancer yang menurut saya tidak pas memerankan Wiro Sableng. Atau kemungkinannya adalah, Ken Ken dan Abhie tidak sesuai dengan sosok Wiro Sableng yang selama ini ada dalam imajinasi saya. Juga persoalan adaptasi yang membuat cerita versi sinetron berbeda jauh dengan versi novel.

Selain Wiro Sableng, Bastian Tito juga menciptakan tokoh rekaan lain. Ada yang namanya Mahesa Kelud, lalu untuk segmen remaja diciptakan tokoh Boma Gendenk. Saya suka mengikuti serial yang terakhir ini. Selain tokohnya seumuran dengan saya, ceritanya juga tentang anak SMA, yang dicampur dengan tokoh-tokoh jaman Wiro Sableng yang juga sangat familiar bagi saya.

Di sampul belakang novel Boma Gendenk ini biasanya terpampang foto Vino G. Bastian dan terkadang seorang gadis, mungkin adiknya. Dulu namanya hanya ditulis Vino saja. Saya tak terlalu mengingat nama ini. Sampai bertahun-tahun kemudian Vino G. Bastian tenar sebagai aktor, saya masih juga tak tahu kalau dia anak Bastian Tito. Pada satu kesempatan adik saya memberi tahu kalau Vino adalah anak Bastian Tito yang fotonya dulu selalu ada di sampul belakang novel Boma Gendenk.

Tiba-tiba saja saya jadi fan Vino G. Bastian. :D

Eh, siapa sangka jika belasan tahun kemudian Vino memerankan tokoh rekaan ayahnya ini. Tentu bukan cuma faktor ayah-anak. Dalam hemat saya Vino sangat cocok memerankan Wiro Sableng. Postur tubuhnya, juga garis wajahnya. Tambahan lagi, Vino tumbuh besar bersama Wiro Sableng. Bastian Tito punya lukisan Wiro Sableng besar di rumahnya, tentulah Vino sudah akrab dengan pendekar satu ini sejak kecil. Character building dan chemistry terhadap tokoh satu ini harusnya lebih mudah dilakukan oleh Vino.

Satu hal yang bakal agak mengganggu mungkin faktor suara. Vino bertipe suara serak-serak basah, agak kurang cocok memerankan pendekar jenaka yang identik dengan nada suara riang. Ini menurut pendapat saya lho ya...

Oya, bocoran mengenai film Wiro Sableng didapat langsung dari Sheila Timothy. Produser Lifelike Pictures ini membagikan gambar Kapak Maut Naga Geni 212 di akun Twitter-nya pada 11 Januari lalu. "Mari kita mulai kerja," tulis kakak ipar Vino ini disertai tagar #WS212 yang merupakan akronim Wiro Sableng 212.

Sehari berselang, Lala membagikan foto dirinya bersama Vino, Yayan Ruhian dan Cecep Arief Rahman. Tidak ada bocoran apakah kedua aktor laga tersebut bakal dilibatkan sebagai aktor, menjadi sutradara laga, atau malah hanya melatih Vino. Tapi jika Yayan dan Cecep terlibat, film Wiro Sableng dijamin bakal seru. Setidaknya adegan laganya bakal menyamai The Raid atau Merantau yang membawa nama Indonesia ke pentas dunia.

Saya sangat tidak sabar menantikan film ini. Kamu?

Sumber foto: @lalatimothy
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 28, 2016 21:30

March 27, 2016

Putra Jawa Kelahiran Sumatera



DULU sewaktu pertama kali datang ke Jogja untuk masuk kuliah, pertanyaan yang biasa ditanyakan orang-orang sekitar tempat kos adalah, "Dari mana, Mas?" atau "Aslinya mana, Mas?" Saya tentu saja langsung menjawab "Jambi" karena memang saya berasal dari Jambi. Atau setidaknya saat itu kami tinggal di Jambi.

Reaksi si penanya biasanya mengerutkan kening sambil mengamati wajah saya dalam-dalam. Ya, saya tahu wajah saya jawa banget. Apalagi kalau menyebut nama, Eko, tambah satu poin lagi kejawaannya. Karenanya orang suka heran bertemu seorang pemuda berwajah dan bernama Jawa tapi mengaku dari Jambi.

Lalu pertanyaan lanjutan yang biasa mereka lontarkan adalah, "Dulu orang tuanya ikut transmigrasi ya?" Jawaban saya bikin mereka kaget, "Tidak." Cerita selanjutnya akan sangat panjang sekali.

Saya 100% berdarah Jawa. Bapak dan Ibu saya dua-duanya Jawa, juga 100%. Terus diurut setidaknya sampai simbah buyut, saya tahu semuanya Jawa totok. Jadi tak heran kalau wajah saya jawa banget. Memang orang Jawa, mau bagaimana lagi?

Meski Jawa tulen, saya tidak lahir dan dibesarkan di Jawa. Kakek-nenek dari pihak bapak saya sudah merantau ke Pendopo (kini masuk daerah administratif Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan) sejak jaman penjajahan Hindia Belanda. Saat itu, Pendopo berkembang pesat sebagai pusat pengeboran minyak terbesar di Asia Pasifik.

Bapak saya tidak bisa memastikan kapan kedua orang tuanya masuk Pendopo. Yang jelas ia dan seluruh saudara-saudaranya lahir dan tumbuh besar di Pendopo. Satu hal yang diingat Bapak, kakek saya yang bernama Suwardi ketika itu bekerja sebagai penjaga gudang perusahaan kilang minyak Belanda. Sayang, lagi-lagi Bapak tidak tahu apa nama perusahaan tersebut. Tapi menelusuri beberapa referensi, satu-satunya perusahaan kilang minyak di Pendopo masa itu adalah Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM).

Dari Jawa ke Sumatra
Menurut cerita Bapak, Kakek Suwardi kemudian berhenti dari perusahaan tersebut. Lalu ekonomi keluarga yang sempat jaya gilang gemilang perlahan surut sampai ambruk. Keluarga kakek pun cerai-berai. Anak sulungnya pergi merantau ke Pulau Jawa dan tak pernah pulang. Kabarnya baru didapat beberapa tahun belakangan. Ternyata pakdhe saya itu sudah meninggal belasan tahun lalu dan anak keturunannya tinggal di Pringsewu, Lampung.

Bapak yang hanya sempat mengenyam sekolah hingga bangku kelas II SD lantas merantau ke kota Palembang. Jaraknya kira-kira empat jam perjalanan dari Pendopo. Kota yang kelak melahirkan saya dan dua adik, sebelum kami sekeluarga pindah ke Jambi di tahun 1995.

Dari pihak Ibu jalan ceritanya tak kalah berliku. Dari cerita salah satu adik kakek, saya baru tahu kalau kakek saya dari pihak Ibu ternyata lahir dan besar di Malang. Selama ini kami tahunya beliau berasal dari Wonorejo, Situbondo. Semasa muda kakek -- nama lahirnya Kaseri, tapi beliau memilih nama dewasa Suro Karso -- merantau dan sampailah di Wonorejo, di mana beliau kemudian menikahi nenek saya dan melahirkan ibu dan pakdhe serta paman-bibi saya.

Sama seperti kakek dari pihak Bapak yang hidup makmur sebagai karyawan perusahaan kilang minyak, Mbah Kaseri terkenal sebagai petani sukses. Saya beruntung sekali sempat tinggal bersama Mbah Kaseri, baik semasa di Batumarta (kini masuk Kab. OKU Timur) maupun di Jambi. Dari beliau saya banyak diajari mengolah lahan dan bercocok taman. Juga belajar lagu-lagu Jepang yang sayangnya sekarang sudah saya lupakan semua.

Mbah Kaseri sangat senang bercerita. Mulai pengalaman beliau ditangkap serdadu Jepang, pengalaman memanen aneka tanaman di kebunnya yang maha luas, sampai mendongeng. Menurut beliau, sekali panen ia bisa mengangkut cabe berkarung-karung yang untuk membawanya ke pasar tak cukup dibawa 2-3 cikar (semacam dokar, andong).



Lalu persoalan asmara membuat keluarga Mbah Kaseri berantakan. Nenek saya tidak mau dimadu, sehingga memilih pergi ke Sumatera menyusul pakdhe-pakdhe saya yang sudah terlebih dahulu merantau ke sana. Ibu saya masih kecil harus tinggal bersama dua adiknya yang juga masih kecil-kecil. Barulah saat drop out di kelas II SMP Ibu memutuskan pergi dari rumah.

Ibu mula-mula merantau ke Malang, baru kemudian menyusul ibu dan kakak-kakaknya ke Sumatera. Ibu bekerja sebagai mandor perusahaan perkebunan. Di daerah yang kelak bernama Batumarta itulah Ibu bertemu Bapak. Batumarta tengah membangun saat itu. Bapak yang bekerja sebagai mandor di perusahaan kontraktor milik saudaranya mendapat jatah proyek di sana. Mereka lalu berkenalan, menikah dan akhirnya tinggal di Palembang.

Saya dan dua adik lahir di kota ini. Kehidupan kami ditopang oleh perkejaan Bapak yang diuntungkan oleh hubungan kekerabatan dengan gubernur Sumatera Selatan jaman itu. Hubungan tersebut didapat dari sepupu Bapak yang dinikahi adik gubernur tersebut. Adik si gubernur inilah yang mempunyai perusahaan kontraktor dan menarik Bapak sebagai salah satu mandor.

Sungai Bahar, Jambi
Perusahaan kontraktor tempat Bapak bekerja perlahan-lahan "mati" ketika jabatan gubernur berganti. Sudah jadi rahasia umum, beda gubernur beda pula perusahaan kesayangan yang sering diberi proyek. Bapak pun menganggur. Keungan keluarga kami morat-marit. Saya ingat betul nyaris setiap hari Bapak dan Ibu bertengkar di pagi hari. Ibu sembari menghadap kompor entah memasak apa, Bapak memasang alat-alat pertukangannya di boncengan sepeda, dan saya menangis sembari menyapu lantai rumah sederhana kami.

Kemudian datang info dari pakdhe di Batumarta, akan ada pembukaan lokasi trasnmigrasi baru di Jambi. Lokasinya bernama Sungai Bahar. Bapak diajak transmigrasi ke sana, sedangkan pakdhe-pakdhe berniat mencari lahan sebagai investasi. Bapak pun merantau ke Jambi pada tahun 1990, meninggalkan kami di Palembang dengan segunung harapan.

Saya lupa detilnya, tapi kemudian Ibu mengajak saya dan adik-adik pindah ke Batumarta. Saya baru saja naik ke kelas V SD. Kami pun berkumpul dengan nenek dan pakdhe-pakdhe. Mbah Kaseri juga sudah pindah ke sana, meski statusnya dengan nenek menggantung. Ibu punya jatah kebun karet, dengan hasil kebun itulah Ibu menghidupi saya dan adik-adik.

Singkat cerita, Bapak kemudian menyusul kami ke Batumarta. Kepada Ibu beliau mengatakan sudah mendapat tempat di Jambi. Setelah tarik-ulur beberapa saat, kami kembali boyongan pada tahun 1995. Dari sebuah desa transmigrasi bernama Batumarta Unit VI di Sumatera Selatan, kami pindah ke desa transmigrasi lainnya bernama Sungai Bahar VI di Jambi. "Jadi sebenarnya kita tidak pindah, kan sama-sama Unit VI," kelakar Bapak waktu itu.

Dua tahun di Sungai Bahar, saya melanjutkan sekolah ke SMA di Muara Bulian. SMA yang lebih dekat ada, tapi saya ngotot minta disekolahkan di SMA terbaik di Kabupaten Batang Hari tersebut. Alhamdulillah, pendidikan saya lancar sehingga di tahun 2000 saya lulus. Bersama beberapa kawan sekolah, saya melanjutkan pendidikan ke Jogja.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di Jogja inilah pertanyaan soal asal-usul kerap dilontarkan pada saya. Menjawabnya tentu mudah. Karena saya berasal dari Jambi, ya saya jawan saja saya orang Jambi. Tapi hal unik kemudian terjadi. Saya yang "orang Jawa" oleh penduduk setempat disebut sebagai "orang Sumatra." Padahal semasa SMA di Muara Bulian, saya selalu dipanggil "jowo" oleh kawan-kawan yang penduduk asli. Padahal saya lahir dan besar di Sumatera.



Perjalanan pendidikan dan pekerjaan kemudian membuat saya sempat tinggal si Solo selama enam bulan, lalu Padangsidimpuan selama dua bulan, serta bolak-balik ke Surabaya, Jakarta, Purwokerto, dan beberapa kota lain. Sampai kemudian saya menikahi seorang perempuan Pemalang dan kini menetap di kabupaten ini.

Jadi, leluhur saya dari Jawa yang kemudian merantau ke Sumatera. Sedangkan saya lahir dan besar di Sumatera, lalu merantau ke Jawa.

Warna-warni asal-usul ini membuat saya seringkali disebut sok akrab atau sok pedekate. Kalau ketemu orang Blora atau Cepu, saya langsung merasa ada kesamaan karena kakek dari pihak Bapak berasal dari sana. Lalu kalau berkenalan dengan orang Malang, kakek dari pihak Ibu lahir dan besar di Malang. Teman kos-kosan orang Banyuwangi yang tinggal di perbatasan Situbondo, saya bisa dengan cepat ngobrol tentang daerah tersebut bermodal cerita masa kecil Ibu.

Lain saat saya berkenalan dengan seorang penulis asal Palembang. Tentu saja saya mendapat proximity kuat karena saya pun kelahiran Palembang dan tumbuh besar di kota tersebut. Anda orang Jambi? Saya menyelesaikan SMP dan SMA di Jambi, lalu setiap dua tahun sekali mudik ke Jambi. Orang Pendopo? Itu tempat kelahiran Bapak dan saya sempat beberapa kali ke sana. Adik bungsu Bapak juga masih tinggal di sana.

Oya, ada yang berasal dari Trenggalek? Oooo, ini merupakan daerah asal-usul nenek dari pihak Ibu. Sampai saat ini masih banyak saudara yang tinggal di sana. Namun karena sudah kepaten obor, saya tidak satupun kenal dengan keluarga di Trenggalek. Demikian pula di Blora dan Cepu. Keluarga di Situbondo jadi satu-satunya yang pada akhirnya berhasil kami kenali kembali karena masih ada paman yang tinggal di sana.

Well, dengan latar belakang seberagam ini, saya kadang sulit menentukan saya ini orang mana. Berdasarkan suku saya orang Jawa, tapi saya lahir di Palembang. Berdasarkan daerah, saya lahir di Sumatera Selatan tapi kemudian juga pernah tinggal di Batumarta, Jambi, Solo, Jogja dan akhirnya Pemalang. Jadi, saya orang mana?

Beginilah lika-liku jadi seorang putra Jawa kelahiran Sumatera. :)
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 27, 2016 23:01

March 25, 2016

Mau Melacak Blogger Sedaerah? Begini Caranya...


SAAT mengikuti Fun Blogging 9 di Semarang sepekan lalu, saya mendapat surprise karena sederetan blogger yang duduk di sebelah kanan saya ternyata berasal dari eks Karesidenan Pekalongan. Ada yang dari Tegal, lalu lebih banyak lagi dari Pekalongan baik kotamadya maupun kabupaten. Salah satunya ternyata satu gerbong dengan saya saat pulang naik KA Kamandaka yang berangkat dari Stasiun Poncol sore itu.

Oya, ada juga yang dari Pemalang. Satu daerah dengan saya, beda kecamatan saja. Mas Hanan namanya. Putra asli Pemalang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Semarang. Kalau saya sih statusnya bukan asli. Pendatang. Tapi tetap cinta Pemalang seperti cinta saya pada istri yang orang Pemalang. Hehehehe.

Sesama blogger asal Pemalang, tapi malah baru saling kenal di Semarang. Rasanya agak gimana gitu ya? Mungkin teman-teman ada yang pernah mengalami kejadian seperti itu.

Lalu saya berandai-andai, bagaimana ya cara mengetahui blogger sedaerah? Kan asyik tuh kalau bisa saling kenalan, lalu berkumpul dan boleh jadi ujung-ujungnya membentuk komunitas sebagai wadah silaturahim sekaligus berbagi ilmu dan info seputar blogging. Katakanlah kumpulan blogger Pemalang membentuk Blogger Sintren atau Blogger Usek.

Setelah googling dengan berbagai variasi kata kunci, saya pun menemukan caranya. Mudah sekali rupanya. Cukup dengan menuliskan sebaris alamat URl tertentu, maka kita bisa melihat siapa saja blogger yang satu daerah dengan kita.

Misalkan saya mau mencari blogger-blogger senegara, maka cukup ketikkan alamat URl berikut ini di browser:

http://www.blogger.com/profile-find.g...

Perhatikan, "ID" adalah kode Indonesia. Jadi misal iseng mau mencari blogger-blogger asal Korea Selatan, maka kodenya diganti jadi "KR". Kalau teman-teman suka Bollywood dan ingin berteman dengan blogger asal India, ganti kode tersebut menjadi "IN". Penggemar sepakbola dan mau mencari kenalan blogger asal Italia? Ganti saja kodenya jadi "IT".

Nah, untuk mencari blogger-blogger seprovinsi, alamat URl tadi harus ditambah dengan nama provinsi. Misalnya saya mau melacak blogger asal Jawa Tengah, maka saya ketikkan alamat berikut di browser:

http://www.blogger.com/profile-find.g...

Tentu saja teman-teman bisa mengotak-atik alamat URl ini menyesuaikan provinsi masing-masing. Cukup ganti saja "Jawa+Tengah" tadi dengan nama provinsi yang diinginkan. Misalnya "Jawa+Barat" atau "Nusa+Tenggara+Timur" atau "Jambi", dan seterusnya.

Sekarang kita sempitkan ke wilayah kabupaten. Alamat URl-nya masih sama, tapi ditambahkan dengan kode kabupaten bersangkutan. Sebagai contoh saya mau melacak blogger-blogger di Pemalang, inilah yang saya ketikkan di browser:

http://www.blogger.com/profile-find.g...


Hasilnya, ternyata ada sebanyak 3.900 blogger dengan lokasi Pemalang. Wow! Banyak juga ya?

Tentu saja tak semua blog tersebut aktif. Karenanya langkah selanjutnya adalah blogwalking ke blog-blog yang ada dalam daftar ini untuk mengecek masih aktif atau tidak. Kalau aktif, tinggalkan komentar dan berkenalan deh. Siapa ada kesempatan bertemu, jadilah kopi darat.

Selamat mencoba!


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 25, 2016 02:46

March 24, 2016

7 Alasan Kenapa Saya Harus Punya Samsung Galaxy S7


SAAT yang dinanti-nantikan oleh maniak gadget dan smartphone itu pun tiba. Perangkat terbaru besutan Samsung sang raksasa teknologi asal Korea Selatan akhirnya resmi diperkenalkan ke publik. Yap, sambutlah kehadiran SAMSUNG GALAXY S7 bersama "saudara kembarnya" SAMSUNG GALAXY S7 Edge.

Acara peluncuran SAMSUNG GALAXY S7 sudah berlangsung sebulan lalu, tepatnya pada 22 Februari 2016. Kota Barcelona dipilih sebagai lokasi rilis oleh pabrikan smartphone nomor satu di dunia ini. Dihadiri ratusan media dari seluruh penjuru dunia, satu demi satu petinggi Samsung naik ke atas panggung menjelaskan fitur-fitur canggih apa saja yang mereka sajikan dalam perangkat terbaru ini.

Sebelum itu, empat layar besar di atas panggung dalam gedung Centre de Convencions Internacional de Barcelona memutar video yang mengingatkan kita pada rangkaian evolusi handphone Samsung dari masa ke masa. Mulai dari handphone sebesar batu bata dengan antena seukuran pena di awal era 1990-an, Samsung terus menghadirkan inovasi baru pada gadget-gadget produksinya.

Perubahan pertama adalah membuat ukuran handphone menjadi lebih kecil. Generasi yang lahir di tahun 1980-an pasti pernah melihat iklan handphone masa itu, di mana ukuran handphone rata-rata sebesar kotak pensil anak sekolah. Tentu saja ukuran sebesar ini sangat tidak praktis. Bukankah istilah handphone itu berasal dari kata "hand" (tangan) dan "phone" (telepon) yang kemudian disadur oleh bahasa Indonesia menjadi telepon genggam? Jadi, sudah seharusnya ukuran handphone pas dalam genggaman tangan.

Evolusi perangkat Samsung terus berlanjut. Masih ingat handphone berbentuk jam tangan yang sempat hits pada medio 1990-an? Samsung pernah memproduksi gadget keren seperti itu. Lalu publik juga diingatkan bahwa pabrikan inilah yang memproduksi handphone dengan fitur televisi terkecil di dunia. World's smallest tv phone.

Ah, tak pandai saya menggambarkan kemeriahan acara bertajuk Samsung Galaxy Unpacked 2016 tersebut. Lihat saja sendiri kemeriahan berbalut kemegahan acara ini lewat video di kanal YouTube resmi Samsung berikut ini.



To the Next Level
DJ Koh, President Mobile's Division Samsung, yang tampil pada kesempatan pertama menekankan apa yang bisa dilakukan SAMSUNG GALAXY S7 bagi penggunanya. Sejak awal menggagas handphone, Samsung selalu menekankan soal value dan kegembiraan bagi penggunanya. Dengan kata lain, Samsung ingin menghadirkan perangkat yang bisa menjadi solusi bagi penggunanya. Sebuah perangkat yang membawa perubahan, yang akhirnya memberi kepuasan sehingga si pengguna merasa gembira memakai Samsung.

Ini pula yang ada dalam pikiran para teknisi Samsung saat merancang SAMSUNG GALAXY S7. Saya paling terkesan saat hadirin terlihat sangat antusias ketika layar di atas panggung menampilkan gambar SAMSUNG GALAXY S7. Beberapa penonton terlihat bingung antara ingin menyaksikan secara langsung di layar, atau menggunakan RV Gear yang disediakan panitia.

Lalu keriuhan semakin menjadi ketika DJ Koh kembali ke atas panggung. Di tangan kanannya tergenggam SAMSUNG GALAXY S7 Edge yang berukuran sedikit lebih besar, sedangkan di tangan kirinya terdapat SAMSUNG GALAXY S7. Tepuk tangan hadirin mengiringi senyum tipis DJ Koh.

Setelah itu DJ Koh memanggil rekannya, Justin Denison yang merupakan Senior Vice President Product Strategy Samsung. Denison menjelaskan panjang-lebar fitur-fitur apa saja yang terdapat di perangkat terbaru perusahan tempatnya bekerja. Hadirin terlihat khusyuk mendengarkan, sembari sesekali melepas atau memasang RV Gear tergantung tampilan apa yang terlihat di layar raksasa.

Saya sendiri ikut terpesona menyimak paparan fitur-fitur tersebut. Dari ulasan Justin Denison, saya mencatat ada beberapa poin yang membuat saya merasa wajib mempunyai - atau setidaknya mencobai barang sebentar saja - SAMSUNG GALAXY S7. Berikut 7 alasan kenapa saya harus punya SAMSUNG GALAXY S7:

1. Kapasitas Baterai Besar
Baterai adalah nyawa sebuah smartphone. Secanggih apapun sebuah ponsel pintar, sehebat apapun fitur-fitur di dalamnya, tanpa baterai tangguh semuanya sama saja bohong. Semakin banyak aplikasi berjalan, semakin boros konsumsi baterai. Aktifkan semua notifikasi media sosial dan aplikasi messenger, paling tidak baterai harus dicas dua kali sehari. Rakus.

Kalau kehabisan baterai di rumah tentu tak ada masalah. Tinggal ambil charger dan colok ke stop kontak, selesai. Tapi kita tentu pernah mengalami baterai habis saat sedang dalam perjalanan jauh. Pas tidak bawa powerbank pula. Pengalaman tak mengenakkan seperti ini tak akan terjadi jika handphone memiliki kapasitas baterai besar.

SAMSUNG GALAXY S7 dibekali baterai berkapasitas super besar. Tipe biasa memakai baterai 3.000 mAh yang cukup untuk digunakan secara aktif seharian penuh. Sedangkan tipe Edge kapasitasnya lebih besar lagi, yakni 3.600 mAh. Sekalipun kapasitas besar, bentuk fisik baterainya tetap tipis.

Bagi saya yang lebih sering berada di luar rumah, handphone dengan kapasitas baterai besar adalah sebuah keharusan. Kan ada powerbank? Iya sih, tapi bukankah lebih praktis dan ringan kalau tidak membawa terlalu banyak barang?

2. Super Fast Charging
Masalahnya, baterai berkapasitas biasanya lama penuh kalau dicas. Tak ada gunanya punya baterai berkapasitas besar kalau waktu charging-nya lama. Itu sama saja punya baterai kapasitas kecil yang harus berulang-kali dicas. Sama-sama bikin rempong bambang. Ujung-ujungnya lebih bergantung pada powerbank.

Nah, teknisi Samsung memperhatikan betul masalah ini. Mereka sadar calon pengguna SAMSUNG GALAXY S7 adalah orang-orang yang sangat menghargai waktu, dan kecepatan pengisian daya baterai menjadi pertimbangan penting mereka saat memilih smartphone.

Dengan teknologi quick charging, kapasitas baterai yang besar milik SAMSUNG GALAXY S7 diimbangi dengan kemampuan pengisian daya super cepat. Dijelaskan oleh Justin Denison, waktu pengisian daya untuk baterai tipe biasa hanya memerlukan waktu 90 menit alias 1,5 jam. Sedangkan tipe Edge butuh waktu 100 menit atau 10 menit lebih lama.

Jika mengingat kapasitasnya yang sebesar 3.000 dan 3.600 mAh, waktu pengisian tersebut tergolong cepat. Uji coba yang dilakukan CNN Money malah menunjukkan proses charging tipe Edge hanya berlangsung kurang dari 80 menit. Super cepat!


3. Kameranya Super Keren
Setelah baterai dirasa oke, pertimbangan kedua saya dalam memilih sebuah smartphone adalah kualitas kamera. Maklum, saya sangat suka mendokumentasikan perjalanan ke berbagai tempat baik dalam bentuk foto maupun video. Dan kelemahan utama kamera ponsel pintar yang saya gunakan sekarang adalah keterbatasannya dalam pengambilan gambar.

Dengan ponsel yang sekarang, saya tidak bisa melakukan zoom karena hasil foto/videonya bakal pecah tak karuan. Kalau bisa mendekati objek tentu tak jadi masalah. Tapi bagaimana jika memang harus melakukan zooming dari jarak jauh? Ambil contoh mengambil foto asap yang mengepul di kawah Gunung Slamet saat tengah jalan-jalan pagi di desa saya yang berjarak lebih dari 100 meter dari puncak.

Selain itu, kamera kebanyakan smartphone saat ini adalah kurang bagus dipakai memotret dalam kondisi minim cahaya. Ponsel saya tentu saja masuk dalam kategori ini. Karenanya saya tak bisa mengambil foto atau merekam video di malam hari, atau bahkan di dalam ruangan tertutup saat siang hari. Padahal tak jarang momen-momen terbaik justru hadir di malam hari.

Keluhan ini dijawab oleh Samsung. Kamera SAMSUNG GALAXY S7 memperkenalkan kamera dengan lensa F1.7 yang tetap dapat menangkap gambar secara jernih di malam hari. Lensa ini memungkinkan kamera menerima lebih banyak cahaya sehingga menghasilkan gambar lebih detil. Tambahan lagi, Samsung menyediakan fitur Optical Image Stabilization. Ini berfungsi agar sensor kamera lebih fleksibel dan tepat mengarah ke objek foto meski ada objek lain yang dapat mengganggu fokus. Fitur ini terdapat pada kamera depan dan belakang.

4. Video Kualitas 4K UHD
Sebagai YouTuber amatir, saya sangat mengandalkan handphone untuk pengambilan gambar. Meski punya handycam, saya lebih nyaman memakai kamera ponsel. Terutama untuk mengabadikan momen dalam perjalanan. Lebih praktis saja. Sayangnya, seperti sudah saya ungkapkan di poin sebelumnya, kamera ponsel saya memiliki keterbatasan sehingga sulit menghasilkan foto atau video tajam berkualitas tinggi.

Khusus untuk pembuatan video, rasanya saya bakal sangat dimanjakan dengan kemampuan SAMSUNG GALAXY S7 yang mampu merekam video kualitas 4K UHD! Ya, sekarang sudah tidak jaman lagi sekedar HD. YouTuber sudah mulai membuat video 4K UHD agar subscriber mereka dapat menyaksikan video dengan baik memakai televisi layar jumbo.

Memang hanya 30 frame per second sih. Tapi ini sudah sangat wah untuk pembuatan video YouTube. Jika ingin sering-sering bermain slow motion, setel saja kualitas videonya ke level 1080p (60 fps) atau 720p (240 fps) agar mendapat rekaman lebih detil sehingga tidak buyar saat dilambatkan.


5. Slot MicroSD Card
Kualitas kamera bagus tentu saja membutuhkan kapasitas penyimpanan besar. Sebab ukuran file hasil foto dan lebih-lebih video akan sangat besar, sehingga rakus ruang. Berita baik bagi pengguna setia Samsung, seri S7 menghadirkan inovasi yang sejak lama disuarakan: kapasitas memori lebih besar.

Seperti ditekankan DJ Koh dalam presentasinya, SAMSUNG GALAXY S7 adalah wujud kemauan Samsung untuk mendengar keinginan konsumen. Maka, berbeda dengan tipe S6 yang memorinya sudah paten dan tak bisa ditambah sedikitpun karena tak punya slot MicroSD eksternal, S7 membuka lebar-lebar kesempatan tersebut.

Slot yang lama diidam-idamkan pengguna Samsung Galaxy tersebut berada pada bagian atas handphone. Seperti driver DVD di laptop, cukup tekan sedikit dan slot ini akan keluar memperlihatkan wadah di mana kartu memori eksternal bisa ditaruh. Butuh berapa gibabit? Samsung mengijinkan pengguna untuk menambah memori eksternal hingga 200GB.

Bagi penyuka fotografi dan video maker, ini sebuah impian yang jadi kenyataan. Bayangkan berapa juta foto yang bisa saya simpan dalam MicroSD berkapasitas 200GB? Berapa ratus ribu video yang bisa saya simpan dalam handphone ini? Saya tak perlu lagi khawatir kehabisan memori saat mengabadikan momen indah dalam perjalanan bersama orang-orang tercinta.

6. Tahan Air
Dalam sebuah vlog-nya, seorang YouTuber yang saya subscribe pernah harus menyudahi pengambilan gambar karena tiba-tiba turun hujan. Ia harus buru-buru menyimpan kamera mungilnya karena lupa membawa waterproof case. Padahal ia sedang dalam perjalanan dan masih jauh dari tujuan. Akibatnya, vlog tersebut jadi terputus jalan ceritanya. Tahu-tahu saja pemirsa sudah berada di tempat lain. Tidak asyik.

Air memang jadi musuh utama berbagai perangkat elektronik. Tapi menurut Justin Denison hal tersebut sudah menjadi masa lalu. SAMSUNG GALAXY S7 diciptakan sebagai smartphone tahan air. Jangankan hanya terkena air hujan, Justin Denison mengatakan perangkat ini masih dapat berfungsi dengan baik meski terendam dalam air sedalam semeter selama 30 menit.

Jika kalian ragu dengan ucapan Justin Denison, tak apa. Wajar saja. Toh, Justin Denison seorang petinggi Samsung dan dia sedang berjualan. Karenanya Samuel Burke, koresponden bisnis CNN, melakukan pengujian sendiri untuk membuktikan kebenaran klaim waterproof ini. Caranya, Samuel Burke membawa SAMSUNG GALAXY S7 dan S7 Edge berenang di sebuah kolam renang.

Hasilnya? Samuel Burke dapat merekam video di bawah air. Ia juga bisa menerima panggilan telepon sembari berenang. Saksikan sendiri videonya di bawah ini.



7. Always On Display
Ini fitur sederhana tapi sangat membantu. Justin Denison mengatakan ini juga merupakan jawaban bagi pengguna yang harus menjaga etika ketika hendak melihat jam atau notifikasi di handphone dalam sebuah rapat.

Smartphone kebanyakan mengharuskan kita menekan tombol untuk mengaktifkan layar ponsel agar bisa melihat jam, kalender atau notifikasi tertentu. Hal ini tidak jadi masalah saat sedang sendiri. Tapi bayangkan jika kita tengah dalam sebuah meeting membicarakan proyek dengan relasi. Mengaktifkan ponsel sekedar melihat jam bisa jadi tidak sopan.

Jangankan dalam pertemuan resmi urusan pekerjaan. Bermain-main dengan layar smartphone ketika diajak mengobrol oleh teman saja sudah cukup untuk membuat suasana berubah tidak nyaman. Bayangkan kita tengah asyik bercerita, lalu teman meraih handphone dan menghidupkan layar untuk melihat jam. Rasanya gimanaaa gitu kan?

Hal sepele seperti ini diperhatikan oleh Samsung. Karenanya SAMSUNG GALAXY S7 dibekali dengan fitur Always On Display (AOD). Fungsinya memungkinkan layar menampilkan informasi dasar seperti jam, kalender dan lain-lain yang bisa diatur pengguna meski layar dalam keadaan tidak aktif. Tak perlu menekan tombol ataupun meraih handphone kalau hanya mau melihat jam. Cukup lirik saja, jam sudah tertera di monitor.

Agar tak terkesan monoton, Samsung melengkapi fitur ini dengan customized screen. Pengguna dapat mengunduh tampilan screen sesuai keinginan dari pihak ketiga. Sebagai contoh dalam presentasi di acara Global Unpacked di Barcelona, layar raksasa menampilkan screen bergambar Big Ben, alien dan mobil.


Lainnya?
Itulah tujuh alasan kenapa saya sangat ingin memiliki SAMSUNG GALAXY S7. Sebenarnya masih banyak lagi fitur tak kalah menarik yang ditawarkan perangkat satu ini. Misalnya tampilan layar lengkung khas yang ternyata disiapkan untuk fitur shortcut. Dengan fitur ini pengguna dapat mengakses aplikasi-aplikasi dengan mudah.

Bagi gamers, smartphone terbaru Samsung ini mempunyai jeroan dengan performa level atas. Lihat saja spesifikasinya. Chipset Exynos 8890 Octa Core 2.3 GHz, RAM 4GB, plus graphic processing unit Mali-T880 MP12 bakal membuat gamers lupa waktu memainkan Clash of the Titans. Apalagi layar selebar 5.1 inci milik S7 tipe biasa dan 5.5 inci milik tipe Edge mengusung teknologi Super AMOLED 1440 x 2560 piksel, sehingga ketajaman warnanya sangat memanjakan mata.

Menurut Justin Denison, kinerja prosesor S7 lebih cepat 30% dari seri S6. Sedangkan GPU-nya mempunyai kinerja 60% lebih baik dari pendahulunya. Review CNN Money menyebut kinerja smartphone satu ini sangat cepat, spontan. Dan ini menjadi keunggulannya dibanding perangkat selevel milik kompetitor.

Mengutip ulasan dari laman TrustedReviews.com, bodi SAMSUNG GALAXY S7 terlihat lebih mulus dari salah satu ponsel pintar yang merupakan pesaing head-to-head produk ini, memiliki kamera lebih baik dari kamera smartphone pesaing lain, serta sebuah layar yang tidak dipunyai kompetitornya.

Bagi saya yang tengah mencari sebuah kamera untuk keperluan pembuatan video YouTube, tujuh alasan di atas sudah lebih dari cukup. Perangkat ini akan sangat terbantu saya membuat video lebih baik dari sekarang. Saya bisa merekam video kualitas terbaik kapan saja momen tersebut datang. Tak peduli siang maupun malam, cuaca cerah ataupun mendung, di dalam ruangan dan luar ruangan. Rekam, rekam, rekam. Edit, lalu upload.

Oya, anak-anak saya sangat suka berenang. Kami biasa pergi berenang ke laut atau kolam renang. Sayang, selama ini saya hampir tak pernah mengabadikan momen tersebut. Ya, saya takut ponsel terkena air dan rusak. Tapi dengan S7, saya bahkan bisa merekam video sembari menyelam seperti yang dilakukan Steve Burke di atas.

Menyajikan video-video berkualitas bagus tentu akan sangat mempengaruhi "karir" saya sebagai YouTuber. Konten memang hal utama, tapi penyajian video juga sangat penting. Tema bagus menjadi tidak menarik ditonton jika kualitas videonya buruk. Untuk itu, saya sangat membutuhkan sebuah kamera yang handal untuk merekam video-video di kanal YouTube saya. S7 memiliki jawaban atas permintaan saya ini.

Silakan kulik sendiri spesifikasi lengkap SAMSUNG GALAXY S7 di situs resmi Samsung berbahasa Indonesia di sini. Saksikan juga video unboxing di bawah untuk mengetahui lebih jauh wujud perangkat impian saya ini. :)

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 24, 2016 08:17

March 23, 2016

Hilang Fokus di Jl. Pandanaran Semarang (Kenangan Fun Blogging 9)


YA, saya tahu ini sudah berlalu empat hari. Tapi kenangan mengikuti event Fun Blogging 9 di Semarang pada 19 Maret lalu masih melekat kuat dalam ingatan. Terlebih saya sempat salah arah. Dari Jl. MH Thamrin seharusnya belok kiri ke arah Simpang 5, eh, lha kok malah belok kanan menuju Tugu Muda. Mana jalan kaki pula! :)

Seperti saya ceritakan di posting sebelumnya (baca di sini ya), keinginan untuk mengikuti acara Fun Blogging sudah saya pendam sejak tahun lalu. Tapi berhubung selalu diadakan di kota-kota yang tak bisa sehari sampai dari Pemalang, saya harus menahan diri. Barulah ketika ada info bahwa Fun Blogging 9 diadakan di Semarang, saya berburu info.

Dari web Fun Blogging saya dapat kabar kalau kuota Semarang sudah penuh. Menyerah? Nanti dulu. Saya coba "jalan belakang" karena kalau harus menunggu mana tahu baru 2-3 tahun lagi Fun Blogging diadakan di Semarang. Alhamdulillah, berkat kebaikan hati Mbak Haya Aliya Zaki, cs. saya pun mendapat tempat di Gedung Indosat Ooredoo Semarang pada Hari-H.

Jalan Kaki Poncol-Pandanaran
Ini bukan kali pertama saya ke Semarang. Tapi kalau naik kereta dari Pemalang, ini baru kali kedua dari total lima kunjungan ke kota yang dulunya bernama Asem Arang ini. Pengalaman pertama naik kereta Pemalang-Semarang dan seharian di Jl. Pandanaran terjadi saat saya dapat panggilan wawancara dari Suara Merdeka CyberNetwork pada 2011. Silakan baca kisah lengkapnya di posting ini.

Jika pada lima tahun lalu saya bisa langsung datang ke stasiun dan beli tiket menjelang keberangkatan kereta, pada kesempatan kali ini saya bahkan sudah memesan tiket sejak awal bulan. Sekitar dua pekan dari Hari-H, saya manfaatkan layanan Bebas Bayar untuk melakukan pemesanan tiket lewat laptop.

Beruntung pula PT KAI tengah mengadakan promosi. Harga tiket KA Kaligung yang biasanya Rp50.000, bisa dibeli seharga Rp30.000 jika kita melakukan pemesanan lebih dari tujuh hari sebelum hari keberangkatan. Saya pun memilih kereta ini untuk keberangkatan ke Semarang. Sedangkan untuk kembali ke Pemalang saya memilih KA Kamandaka jurusan Purwokerto pukul 17.45 WIB. Tak ada harga diskon, tapi tak apalah. :)

Berangkat dari Pemalang pukul 05.26 WIB, KA Kaligung sampai di Stasiun Poncol tepat pukul 07.19 WIB. Tepat seperti yang tertera pada tiket. Tepat waktu. Acara Fun Blogging sendiri dimulai pukul 08.30 WIB, jadi saya masih punya waktu 71 menit alias satu jam 11 menit. Sangat luang sekali. Saya pun memanfaatkannya untuk mampir sejenak di musala stasiun.

Selepas itu, saya menunaikan keinginan untuk berjalan kaki dari Stasiun Poncol menuju Jl. Pandanaran. Hari masih pagi, angin laut sepoi-sepoi berhembus, dan cuaca belum begitu panas. Kaki saya langkahkan satu demi satu menyusuri Jl. Tanjung menuju ke selatan. Lalu lintas masih belum terlalu ramai di sepanjang jalan tersebut.

Jalan kaki saya lakukan bukan semata-mata untuk menghemat ongkos. Lagipula, ongkos angkot yang Rp3.000 masih lebih murah dari harga sebotol air mineral ukuran 1,5 liter seharga Rp7.000 yang saya beli di warung pinggir jalan. Alasan paling asasi adalah ingin mendapatkan kenangan lebih kuat dari kunjungan kali ini. Dari berkali-kali ke Semarang, tak sekalipun saya bisa menghapal daerah-daerah yang saya lalui. Dengan berjalan kaki, akan lebih mudah merekam nama-nama jalan dan kampung yang dilewati.

Satu contoh kawasan pusat jajan Kampung Batan. Sebagai salah satu pembaca setia karya-karya NH Dini, saya tidak asing dengan nama ini. Nama Kampung Batan beberapa kali disebut dalam buku Seri Kenangan NH Dini. Karenanya, begitu melewati depan gapura bertuliskan "Pusan Kuliner Batan Selatan" memori saya langsung menuju pada buku Sebuah Lorong di Kotaku, Padang Ilalang di Belakang Rumah dan serial kisah kenangan masa kecil NH Dini.

Sampai di lampu merah, barulah terlihat keramaian Semarang. Setelah menyeberangi jalan, perjalanan saya lanjutkan menyusuri Jl. MH Thamrin. Terik matahari dan minimnya trotoar membuat saya harus berkali-kali pindah dari sisi timur jalan ke sisi barat dan sebaliknya. Tak sampai 25 menit kemudian, saya pun sampai di Jl. Pandanaran. Tepatnya di lampu merah paling timur yang di sisi selatannya ada Patung Warag Ngendog.


Hilang Fokus
Nah, di lampu merah ini saya tiba-tiba saja seperti kehilangan fokus. Memori berjalan kaki dari Simpang Lima menuju kantor Suara Merdeka lima tahun lalu entah kenapa masih menempel ketat. Sehingga alih-alih belok kiri seperti yang ditunjukkan Google Maps, saya malah belok kanan. Harusnya mengambil jalan menuju Simpang 5, saya malah melanjutkan perjalanan ke arah barat yang menuju Tugu Muda dan Lawang Sewu.

Okelah, saya memang tak meneguk air sedikitpun setelah berjalan sejauh sekira 2 kilometer. Tapi tak seharusnya saya lupa pada peta penunjuk jalan yang saya lihat sehari sebelum berangkat. Beruntung saya kemudian bertemu dengan seorang ibu-ibu pedagang di depan sebuah bank swasta. Si ibu menawari kopi, saya yang antara mulai kecapaian dan iba kemudian berhenti di lapaknya yang hanya berupa gerobak seng kecil. Tak ada tempat duduk, saya pun meletakkan pantat di cor-coran yang tepat berada di sisi jalan.

Saya minta dibuatkan teh panas, tapi ternyata si Ibu hanya menyiapkan berbagai minuman kopi sachet. Mata saya jeli melihat satu sachet minuman rasa jeruk dalam kantong plastik milik si Ibu. Lalu saya tanya apakah si Ibu punya es, dan jawabannya melegakan saya. Jadilah saya melepas penat sembari makan tahu susur dan es rasa jeruk.

Sembari menikmati dagangan si Ibu saya mengajaknya ngobrol. Berbasa-basi tentang asal-usul dan tempat tinggal, kemudian beliau menceritakan anak-anaknya yang sebenarnya melarang beliau berjualan seperti itu. Tapi anak-anak merantau di luar kota, meninggalkannya sendiri di Semarang. Seperti kucing-kucingan, ibu tersebut tetap berjualan di Jl. Pandanaran. Tapi saat anak-anaknya mudik beliau cuti.

Lalu saya teringat Gedung Indosat yang - herannya - sampai saat itu masih saya kira berada di arah Tugu Muda alias Jl. Pandanaran sisi barat. Si Ibu mengoreksi, menurutnya Gedung Indosat sudah lama pindah ke dekat Simpang 5. Tepat di seberang Gramedia, kata beliau.

Saya pun dibuat melongo. Bagaimana tidak? Persimpangan Tugu Muda bisa saya lihat dengan jelas dari tempat saya duduk saat itu, dan si Ibu mengatakan Gedung Indosat ada di dekat Simpang Lima! Paling tidak sekitar satu kilometer jarak yang terbentang antara tempat saya duduk dengan Gedung Indosat. Tak bisa saya bayangkan kalau harus menambah sekilo lagi berjalan kaki. Maka saya memutuskan untuk naik angkot ke arah Simpang Lima.

Antara lelah, bingung dan khawatir terlambat datang, saya tegang melihat satu demi satu gedung-gedung yang dilewati angkot. Saya tidak punya clue di mana Gedung Indosat berada. Setengah berspekulasi, saya meminta diturunkan di dekat Masjid Raya Baiturrahman. Saya ingat betul masjid satu ini. Dulu saat studi tur bersama kawan-kawan Akademi Komunikasi Yogyakarta (AKY) di tahun 2007, bus kami berhenti di pelataran masjid ini.

Eh, dasar rejeki anak saleh. Begitu saya membalikkan badan melihat-lihat situasi, ternyata Gedung Indosat tepat berada di seberang jalan. Rejeki kedua yang saya dapatkan hari itu, acara belum dimulai saat saya masuk ke dalam ruang pertemuan di Lt. 10 gedung tersebut. Alhamdulillah...

Oya, berikut video rekaman perjalanan saya dari Pemalang sampai ke Gedung Indosat Semarang untuk mengikuti acara Fun Blogging 9. Enjoy!

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 23, 2016 00:37

March 6, 2016

Daftar Fun Blogging 2016


AKHIRNYA saya bisa juga ikut event keren satu ini! Belum kejadian sih sebenernya. Tapi email dari panitia yang masuk ke inbox saya pada Ahad (6/3/2016) lalu memastikan bahwa saya telah resmi terdaftar sebagai peserta Fun Blogging 2016 di Semarang, 19 Maret 2016, nanti.

Blogger mana yang tak tahu Fun Blogging. Komunitas yang digawangi oleh trio blogger wanita (Mbak Haya Aliya Zaki, Shintaries dan Ani Berta) ini sudah berulang kali menggelar event bertajuk "Dari Hobi Menjadi Profesi". Kegiatan yang bakal saya ikuti di Semarang nanti merupakan gelaran yang ke-9.

Saya awalnya termasuk blogger yang kurang suka kumpul-kumpul. Dulu sewaktu masih tinggal di Yogyakarta, komunitas blogger di sana rutin berkumpul di Bundaran UGM setiap malam Jumat kalau tidak salah ingat. Tapi saya tidak pernah ikut meskipun sangat aktif di dunia maya saling bertukar komentar dan blogwalking dengan blogger-blogger lain.

Satu-satunya event blogger yang saya ikuti sejauh ini adalah sebuah workshop di sela-sela pameran komputer di gedung Jogja Expo Center, tahun 2008. Waktu itu kebetulan saja pas lagi cari-cari sesuatu, terus lihat ada acara itu. Langsung saja duduk di kursi kosong yang tersedia di sana. Blogger narsis Atika Nurkoestanti alias Tikabanget yang jadi MC.

Selebihnya, saya lebih memilih sendiri. Kalaupun ingin sharing dengan sesama blogger, biasanya lewat telepon, SMS, atau email. Sempat beberapa kali mengadakan kopi darat dengan sejumlah blogger lain sewaktu hendak merintis majalah Internet di penghujung tahun 2008 itu, tapi tak banyak kesan yang saya dapat. Saya juga lebih banyak diam dan pasif, meskipun saat itu saya dianggap master karena beberapa tutorial saya bertema make money online banyak disukai :)

Pindah ke Pemalang pada medio 2010, semakin terbenamlah saya karena di sini blogger tak seramai di Jogja. Coba sebut blogger asal Pemalang yang kalian kenal? Saya sendiri hingga saat ini belum mengenal satupun blogger serius asal Kota Ikhlas ini. Pun tak pernah mendengar ada event-event seputar dunia blog dan blogger.

Telat, Tapi Nekat Daftar
Kembali ke Fun Blogging. Saya mulai tertarik dengan event ini setelah membaca posting Pakdhe Abdul Cholik. Beliau mengikuti Fun Blogging sesi 7 di Surabaya pada November 2015 lalu. "Hmmm, saya harus ikut acara ini!" Gumam saya waktu itu.

Tapi rupa-rupanya Fun Blogging selalu berpindah-pindah kota dan selalunya jauh dari Pemalang. Saya iseng tanya pada Pakdhe Andul Cholik via FB Messenger, sekiranya beliau dapat info kapan dan di mana Fun Blogging terdekat akan diadakan, lalu adakah biaya pendaftaran yang dikenakan serta berapa besar? Pakdhe kasih bocoran, Fun Blogging 2016 salah satunya akan diadakan di Semarang.

Tentu saja saya senang, karena Pemalang-Semarang bisa ditempuh dengan kereta api dan waktu tempuhnya tidak terlalu lama. Terpenting lagi, tiketnya terjangkau kantong. :)

Saya pun meluncur ke situsnya Fun Blogging. Sayang, rupanya pendaftaran sudah ditutup karena kuota sudah penuh. Yang ada tinggal yang di Jogja dan Jakarta. Hmmm, tak apalah ke Jogja, pikir saya. Tapi coba tanya dulu mana tahu bisa nyempil di Semarang. Lalu saya berkirim email untuk menanyakan kemungkinan ikut event di Semarang. Padahal jelas-jelas tertulis kuota sudah penuh, hihihihi.

Alhamdulillah, jawaban dari Mbak Haya Aliya Zaki sangat cepat. Kabar baik pula, karena rupanya masih ada kursi kosong satu. Dalam email itu dicantumkan pula syarat pendaftaran, biaya pendaftaran sebesar Rp100.000, serta nomor rekening untuk pembayaran biaya pendaftaran. Karena email itu masuk akhir bulan Februari, saya harus menunggu kalender berganti bulan Maret untuk melihat rekening ada isinya. Baru deh bisa transfer dan mendaftar.

Penantian selanjutnya tak kalah bikin deg-degan. Karena jarak antara email balasan Mbak Haya Aliya Zaki dan hari saya transfer cukup lama, 3 hari, saya sempat kuatir kursi kosong tadi sudah ada yang mengisi. Ingin kirim email bertanya, tapi setelah mengecek fanpage Fun Blogging rupanya beliau tengah ada acara. Okelah, kita tunggu saja dulu.

Dan.... Pas hari libur ada notifikasi Facebook, seorang user bernama Haya Aliya Zaki add friend. Saya langsung paham. Cek email dan tebakan saya benar sekali. Isinya konfirmasi pendaftaran dan detil acara. Ini dia kilasan isinya:

Acara: Fun Blogging “Dari Hobi Menjadi Profesi”
Hari dan tanggal: Sabtu, 19 Maret 2016
Waktu: pukul 08.30 - 15.30 wib
Lokasi: Gedung Indosat Semarang, Jl. Pandanaran no. 131 Jawa Tengah

Rundown acara:
Registrasi
Writing Great Content (Haya Aliya Zaki)
Advancing Your Blog Platform (Shintaries)
How to Monetize Your Blog (Ani Berta)

Fasilitas:
- sertifikat
- lunch
- experience untuk user berupa SP Freedom + paket M
- goodie bag
- lomba blog berhadiah gadget



Oke, saya jadi lega karena bisa "pulang hari" alias berangkat pagi lalu langsung pulang selepas acara selesai. Dari Pemalang ambil kereta Kaligung paling pagi, dan pulang dengan kereta Kaligung paling sore. Saya belum tahu letak persis Gedung Indosat Semarang, tapi kalau Jl. Pandanaran siapa sih yang tidak tahu? Saya pernah mengikuti wawancara editor Suara Merdeka Cybernews yang kantornya terletak di jalan sama sekitar lima tahun lalu. Insya Allah tak akan tersesat.

Baca juga: Sehari di Semarang

Setelah tahu alamat venue acara, saya jadi bisa memutuskan tiket kereta turun di Stasiun Semarang Poncol. Menurut Google Maps sih jarak Stasiun Poncol dengan Gedung Indosat sejauh 2,1 KM. Jalan kaki pun insya Allah masih kuat. Apalagi nanti keretanya sampai di Poncol masih sangat pagi, pukul 07.19, sedangkan acaranya dimulai 08.30. Masih banyak waktu untuk olahraga. :)

Hmmm, sudah tidak sabar ingin mendapatkan ilmu bermanfaat dari Mbak Haya Aliya Zaki, Mbak Ani Berta dan Mbak Shintaries. Semoga silaturahmi ini memberi manfaat bagi kami semua. Amin.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 06, 2016 11:42

March 3, 2016

Bebas Bayar Apa Saja, di Mana Saja, Pakai Perangkat Apa Saja


TIAP awal bulan begini biasanya menjadi momen paling sibuk bagi ibu-ibu rumah tangga. Bapak-bapak juga sih. Sibuk apa? Membagi-bagi uang bulanan untuk bayar tagihan ini-itu. Sebab biasanya berbagai tagihan harus dibayar di awal bulan. Selain memang aturannya begitu, kalau ditunda-tunda sampai pertengahan bulan jangan-jangan uangnya keburu dipakai untuk kebutuhan lain. :)

Coba ingat-ingat, tagihan apa saja yang harus dibayar tiap awal bulan. Kalau saya sih tagihan terpenting adalah Speedy. Saya mencari uang full time 100% dengan internet, jadi layanan satu ini tidak boleh terhambat. Apalagi sampai diputus sama Telkom gara-gara selalu telat bayar. Saya usahakan untuk melunasi tagihan Speedy sebelum tanggal 10.

Lalu ada pula tagihan listrik dan air alias PDAM yang juga harus dibayar sesegera mungkin. Telat berarti denda dan tagihan semakin membengkak. Jangan biasakan menunggak, apalagi sampai hitungan bulan. Ya, kecuali memang tidak butuh listrik dan air.

Kebutuhan lain yang tak kalah penting adalah pulsa. Meski di rumah sudah terpancar jaringan wifi dari Speedy, tetap saja tiga hape yang saya dan istri punya harus diisi pulsa. Terlebih dua hape digunakan untuk mendukung toko online, dan calon pembeli seringkali lebih suka mengirim SMS ketimbang BBM atau WhatsApp. Harus sedia pulsa untuk membalasnya, bukan?

Itu baru empat pos. Ada juga keluarga yang masih punya cicilan kendaraan, cicilan rumah, iuran asuransi, kartu kredit atau tivi kabel. Bayangkan betapa repotnya membagi-bagi waktu untuk setor sana setor sini, dari satu tempat ke tempat lain. Iya kalau masing-masing tempat pembayaran dekat. Kalau berjauhan bagaimana? Bisa-bisa menghabiskan seharian hanya untuk membayar ini-itu.

Hanya Dapat Struk
Okelah, sekarang pembayaran bisa pakai auto debet rekening. Bisa juga lewat ATM, tak perlu antri lama-lama di loket pembayaran. Atau bisa juga sembari berbelanja di Indomaret, Alfamart dan minimarket lain yang kini juga menerima pembayaran berbagai macam. Oya, kantor pos pun sekarang sudah berubah jadi loket pembayaran lho. Tapi tetap saja kita butuh menyisihkan waktu tidak sedikit karena biasanya kita musti antri terlebih dahulu.

Lalu, membayar lewat kantor pos, Indomaret, Alfamart, auto debet rekening, ATM, semuanya membebankan biaya admin. Rata-rata antara Rp5.000 hingga Rp7.500 per transaksi. Sedikit? Kalikan jumlah tagihan, lalu kalikan jumlah bulan, kalikan lagi dengan jumlah tahun sejak pertama kita membayar tagihan-tagihan tersebut.

Katakanlah kita membayar tagihan internet, listrik, air ledeng, pulsa, tivi kabel dan cicilan kendaraan tiap bulan. Itu artinya ada enam tagihan, enam transaksi. Masing-masing dibebani biaya admin Rp5.000, jadi tiap bulan untuk biaya admin saja sudah habis Rp30.000. Kalikan 12 maka dalam setahun angkanya menjadi Rp360.000. Mulai deh kelihatan banyak.

Itu belum menghitung pembelian pulsa lho. Belum lagi kalau kita hendak bepergian keluar kota, memesan tiket pesawat atau kereta api juga ada biaya adminnya. Booking tiket di situs resmi PT KAI dan bayar lewat BCA Klikpay, misalnya, harga tiket Rp100.000 masih ditambah biaya admin Rp7.500. Mau bayar di kantor pos atau minimarket juga bisa, kena biaya admin Rp5.000.

Siapa yang menikmati uang itu? Ya kantor pos, bank penyedia layanan auto debet dan bilik ATM, Indomaret, Alfamart, dan loket-loket pembayaran lainnya. Itu baru dari satu keluarga. Ada berapa juta keluarga yang setiap bulan membayar berbagai tagihan? Tak ada data resmi, tapi melihat bagaimana bank, kantor pos, Pegadaian dan minimarket juga merangkap sebagai loket pembayaran berbagai tagihan, ada uang besar yang beredar di sini.

Pertanyaan pentingnya, kita yang rajin membayar tagihan tiap bulan dapat apa? Hanya struk dan terkadang kalau beruntung bersama ucapan terima kasih. :)


Bebas Bayar di Manapun, Kapanpun
Sekarang bayangkan kalau biaya admin tersebut kita yang menikmati. Setiap kali kita membayar tagihan, kita juga yang mendapatkan uang. Tak usah banyak-banyak, katakanlah Rp500 atau Rp1.500 per tagihan. Kecil? Mainkan lagi ilmu perkalian. Kalikan jumlah tagihan tiap bulan, kalikan 12 dalam setahun, barulah terlihat banyak.

Setiap kali kita membeli pulsa, kita dapat bonus. Beli tiket pesawat, dapat cashback. Beli tiket kereta, ada komisi. Beli voucher game, dikasih uang. Enak, bukan?

Memangnya ada yang begitu? Kalau Anda bertanya begitu, berarti Anda belum tahu layanan yang satu ini: SobatBayar.com .

SobatBayar.com adalah sebuah layanan pembayaran online. Di sini kita bisa membayar SEMUA tagihan bulanan, mulai dari listrik-air-internet sampai cicilan kendaraan dan pajak. Kita juga bisa membeli pulsa, booking tiket kereta api dan pesawat, atau hotel. Bagi yang rutin menyisihkan rejekinya untuk zakat dan sedekah, SobatBayar.com sudah bekerja sama dengan sejumlah lembaga amil zakat ternama.

Dengan layanan SobatBayar.com kita bisa mendapatkan cashback setiap kali melakukan transaksi. Beli pulsa cashback-nya Rp25/pembelian, bayar PDAM Rp400, bayar Speedy Rp700, bayar listrik Rp900, bayar presmi asuransi atau iuran tivi kabel Rp1.000. Lalu beli tiket pesawat cashback-nya Rp37.000 lebih.

Kok cuma segitu? SobatBayar.com mempunyai dua jenis keanggotaan, yakni Free dan Premium. Pendaftaran Free Member gratis selamanya, dan di atas tadi adalah cashback yang akan didapat setiap kali melakukan transaksi. Sedangkan Premium Member ada tambahan biaya pendaftaran sebesar Rp150.000 sekali seumur hidup, tapi dengan nilai cashback jauh lebih besar.

Untuk member Premium, bayar Speedy mendapat cashback Rp1.000. Bayar berbagai cicilan Rp1.100, bayar listrik Rp2.400 dan beli tiket pesawat cashback-nya Rp74.000 lebih.

Masih kurang banyak? Tenang saja. SobatBayar.com juga mempunyai program afiliasi. Anda yang paham internet marketing tentu sudah familiar dengan istilah dan cara kerja program afiliasi. Singkatnya, sebagai member Anda juga akan mendapat komisi jika member lain hasil referensi Anda melakukan transaksi. Seberapa banyak? Free Member komisinya Rp100/transaksi, sedangkan Premium Member Rp500/transaksi.


Rp 2 Juta Sebulan Modal Jempol
Kita coba hitung-hitungan sejenak. Kita umpamakan ada lima tagihan yang harus dibayar tiap bulan: Speedy, PLN, PDAM, pulsa hape dan cicilan kendaraan. Taruh kata kita hanya berstatus Free Member di SobatBayar.com , maka dari masing-masing transaksi kita akan mendapat cashback sebesar Rp700, Rp900, Rp400, Rp25 dan Rp800. Totalnya Rp2.825.

Sedikit? Memang. Tapi kita kemudian bisa merefensikan SobatBayar.com pada 10 teman yang juga membayar lima tagihan setiap bulan seperti kita tadi. Maka dari masing-masing teman kita mendapat komisi afiliasi sebesar Rp100 dikali 5 transaksi dikali 10 teman, sama dengan Rp5.000. Lumayan.

Oya, kita juga berhak mendapat komisi jika teman kita tadi merefensikan teman-temannya dan semuanya melakukan transaksi. Katakanlah 10 teman kita tadi masing-masing mereferensikan 10 orang juga, jadi total jumlah afiliasi kita ada 110. Maka hitungan komisinya menjadi Rp100 dikali 5 transaksi dikali 110 teman. Jumlahnya Rp55.000. Semakin lumayan.

Karena SobatBayar.com tidak membatasi jumlah member afiliasi kita, maka kita boleh mereferensikan layanan ini pada sebanyak mungkin kenalan. Semakin banyak member afiliasi, semakin banyak pula potensi komisi yang dihasilkan.

Coba saja andai ke-100 teman hasil referensi teman kita tadi juga masing-masing mereferensikan 10 teman lagi, maka ada tambahan 1.000 orang dalam jaringan afiliasi kita. Jumlah total afiliasi kita menjadi 1.110. Komisinya? Rp100 dikali 5 transaksi dikali 1.110 teman, jumlahnya Rp555.000. Anda bahkan sudah bisa melunasi sebagain tagihan bulanan dari komisi SobatBayar.com , bukan?

Masih kurang juga? Upgrade ke Premium Member untuk mendapatkan nilai komisi lebih besar.

Selamat mencoba! :)
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 03, 2016 08:49