Pandji Pragiwaksono's Blog, page 29

March 15, 2012

Sekotor apapun itu..

Satu hari, saya berkesempatan untuk bersama Pak Anies Baswedan untuk sebuah acara.

Dalam jamuan makan siang, saya iseng bertanya apakah beliau akan mencalonkan diri kelak menjadi Presiden.


Jawaban beliau, membuat saya berpikir panjang akan demokrasi di Indonesia


Beliau menjawab "Candidates, win to govern. Not win to win elections"


Menang pemilu adalah 1 hal, tapi menjalankan kepresidenan adalah hal yang lain.


Seorang Presiden, akan berhadapan dengan sekitar 1000 orang orang partai yang siap mengacaukan kerjanya.


Kenapa mengacaukan? Karena mereka tidak akan pernah suka dan terima dengan siapapun yg ada di atasnya, apalagi kalau datang dari (misalnya) independen


Dalam pemilu, seorang capres harus memenangkan hati 250juta orang

Dalam pemerintahan, seorang Presiden harus memenangkan hati 1000 orang


Kalau pemilu memenangkan hatinya dengan citra, karisma dan penampilan di hadapan publik

Sementara dalam pemerintahan, hati dimenangkan lewat makan siang, makan malam dan coffee break


Pak Anies kemudian menambahkan,

"The working president, negotiates. The ceremonial president is the one we have right now"


Presiden kita saat ini adalah Presiden seremonial, yang lebih peduli terhadap hal hal seperti citra, penampilan dan hal hal seremonial ketimbang substansi


Seketika kita semua teringat bagaimana "terganggu"nya Pak SBY di upacara pembukaan SEA Games di Palembang tahun 2011 kemarin ketika hujan turun

Sementara nampaknya dia "santai" saja dalam hal skandal korupsi wisma atlet


Baginya, hal hal yang sifatnya seremonial itu penting.

Itulah The Ceremonial President


Apa bedanya Pemimpin Upacara dan Pemimpin?


Pemimpin Upacara dapat penghormatan

Pemimpin dapet kehormatan


That's why, a Presidents job is to make phone calls. By means to make deals. To negotiate.


Now here's the tricky part: When you negotiate and when you make deals, you have to have something to offer

:)


Kelihatannya, Pak Anies berusaha berkata bahwa untuk jadi Presiden, seorang calon memang harus siap berpolitik


Sekotor apapun itu

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 15, 2012 18:10

March 7, 2012

You know what I mean?

Kadang sedih juga, ada banyak followers saya yg tidak tahu bedanya dokumenter dan biopic


Banyak yang tidak tahu kepanjangan Orba


Juga banyak yang tidak bisa berbahasa inggris


Saya ngetweet pake bahasa inggris, banyak yg langsung membalas "Apa itu artinya?", "Pake bahasa Indonesia dong. Ga ngerti nih.."


Ketidak bisaan mereka dalam berbahasa inggris ditutupi dgn dalih "Saya cinta Indonesia! Tidak perlu belajar bahasa asing"


Kasihan


Bung Karno itu jago banget bahasa asing. Bahasa inggris dan belanda


Bung Hatta juga jago berbahasa asing. Justru karena bisa bahasa belanda beliau bisa menyerang balik para penjajah dgn pledoi "Indonesia Vrij"


Bung Sjahrir berpidato di PBB dgn bahasa inggris yg apik membuat beliau kemudian dijuluki "Bung kecil yang besar" karena kehebatannya berpidato


Di Gontor aja, pesantren terkenal yang memiliki lulusan semacam Hasjim Muzadi, Din Syamsuddin, sampai novelis terkenal Ahmad Fuadi mereka mewajibkan utk menggunakan bahasa inggris (dan bahasa arab) dalam keseharian karena mereka berkeyakinan, mampu bahasa inggris akan membantu membuka cakrawala


Language Barrier atau hambatan bahasa, menghalangi banyak di antara kita untuk bisa mengakses banyak ilmu yg (sayangnya harus diakui) tersedia hanya dalam bahasa inggris.


Contoh paling dekat yg bisa saya rasakan adalah dalam stand-up comedy.

Sejak meledaknya stand-up comedy di Indonesia, kemanapun saya pergi selalu ketemu dengan KWnya comic comic senior seperti Ernest, Ryan, Akbar dan terutama, Raditya Dika


Ini terjadi, karena referensi mereka dalam belajar stand-up comedy hanyalah lewat video video youtube. Padahal ada banyak buku buku tersedia di internet utk belajar. Masalahnya, buku tersebut dalam bahasa inggris


Selain, untuk membuka batasan dalam belajar, bahasa inggris juga perlu kita pelajari untuk bisa "bertarung" secara intelektual dgn orang asing, supaya tidak "dibego bego-in"


Who knows what they might say about us behind our backs.


You know what I mean?

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 07, 2012 00:25

March 5, 2012

SBY might be right after all

Semua buku yang saya baca menyatakan hal yang sama:


Political reform starts from Economical reform.


Saya ingin cerita tentang apa yang saya baca dari buku "The Future Of Freedom"nya Fareed Zakaria (lumayan, ilmu gratisan utk anda yg belum beli hehe)


Dari jaman kerajaan dulu, hingga hari ini. Berlaku sama.


Yang dulu disebut sebagai bourgeoisie di abad ke 17 adalah yang kita sebut sebagai kelas menengah.

(borjuis disini maknanya beda dgn pemahaman borjuis yg kita kenal. Tapi toh kita memang sering salah paham akan istilah. Cth: Anarkisme yg dipikir artinya "kekerasan" atau "kerusuhan" padahal sama skali bukan)


Kebebasan, diawali dari lahirnya Kapitalisme.


Pemahaman kapitalisme yg saya tulis di sini juga sesuai dgn definisi dasar di Oxford Encyclopedia, bukan pemaknaan negatif yg byk org miliki dlm benak mereka


Kapitalisme: Sistem Ekonomi berbasis kompetisi di mana produksi, distribusi, dan perdagangan dimiliki secara individual dan / atau perusahaan


Kapitalisme, lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem terdahulu di mana semua dimiliki oleh kerajaan.


Semua milik raja. Hak distribusi dan lain lain ada ditangan raja


Namun pada abad ke 17, ada perubahan besar dalam teknologi pangan sehingga terjadi stok berlebih yg harus dibarter atau dijual daripada jadi busuk.

Ditambah dgn lahirnya sistem perbankan pada era tersebut dan terutama sistem angka dari Arab yg tersebar ke seluruh dunia, maka perdagangan yang tadinya sekedar kegiatan kecil kecilan antar rumah berkembang jadi sebuah kegiatan besar.


Lahirlah, kaum bourgeoisie itu tadi. Yang disebut sebagai "A group of ambitious, aggresive small capitalists"


Kelak merekalah yg memperjuangkan sistem kenegaraan yg lebih adil dan terbuka kepada rakyat. Agar mereka bisa lebih bebas dalam berusaha.

Wajar karena keadaan mereka baik secara ekonomi ataupun wawasan membuat diri mereka bisa berpikir lebih dari hanya "mencari makan".


Kebebasan yg mereka perjuangkan, berdampak langsung kepada masyarakat luas.


Barrington Moore Jr seorang peneliti Harvard dalam Kebebasan mengatakan:

"No bourgeoisie, No democracy"


Peran para borjuis pada era itu, kurang lebihnya sama dgn peran para kelas menengah jaman sekarang


Pertanyaanya kemudian, lalu apa yang harus kita lakukan untuk Indonesia?


Pak Anies Baswedan pernah berkata dlm satu presentasi, Bangsa Indonesia menuntut Indonesia utk berbelok dgn cepat. Padahal Indonesia bukanlah perahu kecil.


Lihat ukuran Indonesia. Besar sekali.


Ibarat kapal, Indonesia adalah kapal tanker sepanjang 1km. Bukan kapal speedboat yang kecil


Kapal speedboat apabila diputar kendalinya akan langsung bereaksi. Tapi kapal tanker membutuhkan banyak putaran dlm kendali, dan baru terlihat belok di km ke 10 (tentu ini belum tentu akurat dgn kenyataan tapi ini sekedar kiasan)


Pak Anies berkata, Indonesia sebenarnya sudah mulai mengambil langkah tepat untuk berubah. Hanya saja, prosesnya akan sangat panjang.


Harus diingat:

Cina, jadi kekuatan ekonomi seperti sekarang karena melakukan keputusan utk merubah sistem perekonomian mereka sejak 1970an. Antara tahun 1980-2000 pendapatan perkapita meningkat 3 kali lipat dan sekitar 170juta masyarakat Cina keluar dari garis kemiskinan.


Sementara Indonesia sampai 98 masih dibawah rezim Soeharto.


Kapankah mulai terasa perubahan dlm ekonomi Indonesia?


Ya diingat saja kapan secara ekonomi kita mulai dipuji2 dunia?


You got it. Ketika SBY jadi Presiden :)


Mungkinkah apa yang SBY lakukan ternyata slama ini benar?


Mungkinkah pada suatu hari, SBY berkata "Saya hanya akan fokus pada makro ekonomi"


"Saya tidak akan fokus pada hal hal lain, saya hanya akan lakukan yang saya bisa supaya secara ekonomi terjadi perubahan drastis, terserah apa kata orang"


Maka beliau menutup mata thd hal lain termasuk kepada praktek busuk politik yang ada di hadapannya


Jelas dengan ukuran Indonesia yang kelewat besar, untuk bisa melakukan semua dgn baik teramat berat


Sebuah pemerintahanpun harus memiliki fokus.


Tujuan akhir?

Ya itu tadi…


"Political reform starts from Economical reform"


Hanya ada 1 hal yang menghalangi niat tersebut:


Presiden 2014.


Di tangan yang salah, arah Indonesia ini bisa diputar balikkan


Tapi skali lagi, ini hanya ke-sotoy-an saya.

Sebuah dugaan tanpa bukti.


All I know is I have this thought in my mind:


Who knows, SBY might be right after all.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 05, 2012 17:16

March 2, 2012

Ayah

Hal terbesar yang beliau ajarkan adalah kegigihan.


Apabila ada 1 hal yang saya dapatkan dari beliau, adalah mentalitas pantang menyerah.


Ayah saya, Koes Pratomo Wongsoyudo, adalah orang yang eksentrik.


Jiwanya keras. Tidak punya sedikitpun ruang untuk kompromi.

Beliau terkenal mulutnya pedas, tapi orangnya juga dikenal senang bercanda


Foto foto mudanya sering bergaya dgn wajah yg dibikin lucu


Tapi kenangan saya akan beliau adalah teriakan teriakannya yang keras.


Sebagai anak tertua di keluarganya, Ayah saya sudah jadi pemimpin bagi adik adiknya. Merasa paling dekat dgn ibunya, karena itu ketika ibu kandungnya meninggal dunia dan Ayahnya menikah lagi, Ayah saya susah untuk bisa menerima Ibu "baru"nya


Ayah saya, teramat cerdas terutama dalam eksakta.

Dapat beasiswa untuk kuliah di UGM. Belum selesai kuliah di UGM dapat tawaran kuliah ke ITB. Belum selesai kuliah di ITB dapat tawaran untuk kuliah ke jepang. Jurusan Electrical Engineering.


Makanya beliau hanya bisa geleng geleng liat anaknya dapat nilai 2 di raport untuk pelajaran Matematika.


Sejak kecil, Ayah saya dikenal nyalinya besar. Karena itu walaupun bertubuh relatif kecil dibandingkan kawan kawannya, Ayah saya kalau main bola selalu jadi kiper karena berani menerjang lawan dan senang salto saltoan


Mungkin nyali inilah yang membuat beliau ketika di Jepang selalu dapat perintah untuk jadi divisi keamanan. Karena ini pula, Ayah saya belajar Karate, dari murid langsungnya M.Nakayama.

M.Nakayama, adalah murid langsung dari Gichin Funakoshi, pencipta Karate di Okinawa sana.


Pulang ke Jakarta bersama 7 rekan mahasiswa Indonesia lainnya yang juga berlatih Karate, Ayah dan yang lainnya jadi orang orang pertama yang mendirikan Karate di Indonesia.


Waktu saya kuliah di ITB, nama Ayah saya keluar di ujian mata kuliah olahraga


Saya, anaknya, ikutan Karate hanya sampai ban hijau.


Kisah hidup Ayah saya kalau dari penuturan beliau, sangat penuh masalah dan problema. Ditambah wataknya yg keras membuat keadaan jadi semakin runyam.


Ayah saya bermasalah dgn orba karena menolak kehadiran Jendral era-nya Soeharto yang dipasang jadi ketua FORKI. Menurut Ayah saya, INKAI adalah organisasi karate pertama di Indonesia, kehadiran FORKI di atas INKAI dan dengan diketuai Jendral adalah cara Soeharto menguasai kekuatan kekuatan sipil..


Ayah saya bermasalah dgn pernikahannya dgn Ibu saya. Hingga akhirnya bercerai.


Dari situ, hidupnya tidak lebih mudah.


Lucunya, walaupun beliau bercerai dgn Ibu saya, namun kehadiran beliau sebagai Ayah tidak pernah terasa hilang


Bahkan, kalau bukan karena Ayah saya, bisa saja saya tidak bisa masuk SMA..


Saya lulus dari SMP dengan nilai paspasan. Saya tidak diterima di semua SMA yang saya incar. Saya mau masuk sekolah negeri tapi diminta nyetor uang yang jumlahnya terlalu besar bagi kondisi ekonomi kami saat itu.


Ayah saya, membawa saya ke Kolese Gonzaga. Saya ujian masuk dan ternyata hanya bisa masuk ke kelompok cadangan 3. Artinya, kalau yg keterima ada yg batal, langsung ambil calon murid dari kelompok cadangan 1. Saya kelompok cadangan 3.


Sejujurnya, saya kurang yakin bisa diterima :p


Ayah saya, selama seminggu mendatangi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Melobi.

Selama seminggu penuh Ayah selalu ke Gonzaga.

Entah apa yang beliau katakan. Yang pasti ga mungkin disogok pake uang karena kami tidak punya uang sama sekali..


Hari Jumat/Sabtu saya diajak datang ke Gonzaga dan dikabari bahwa saya diterima masuk sekolah.


Kisah kisah kegigihan, keuletan seperti ini, berulang kali terjadi thd hidup Ayah saya.


Ayah saya bilang "Kita ini Wongsoyudan, sudah takdir kita untuk hidup dgn penuh perjuangan"


Wongsoyudo adalah nama keluarga saya yg diturunkan dari Ayah.

Nama beliau Koes Pratomo Wongsoyudo

Nama saya Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo


Wongsoyudan, artinya secara harafiah adalah bangsa perang. Namun yg dimaksud dgn wongsoyudan adalah para ksatria. Kalangan yang berjuang. Seperti Spartan yang dilahirkan untuk berperang, dipilih, dididik dari kecil karena nasibnya adalah utk berperang


Perjuangan terbesarnya, adalah untuk menerbitkan buku.


Selama nyaris 8 tahun Ayah saya lewat bantuan saya mencari cara agar bukunya bisa diterbitkan. Ada beberapa judul yang sudah beliau selesaikan.

Namun tidak ada satupun yg tembus penerbit.


Sekalinya Bentang Pustaka dgn baik hati menerima untuk menerbitkan, Ayah saya kurang sreg dgn hasil editan yang diberikan Bentang. Sifat keras kepalanya muncul lagi.


Kini, beliau sudah tiada.


Menyisakan penyesalan yg teramat besar dalam hati saya


"Ayah hanya minta 1 hal. Buku Ayah terbit sebelum Ayah meninggal"


Untuk 1 permintaan terakhir beliau, saya gagal.


Sedih rasanya, saya tidak bisa segigih beliau, seulet beliau, dalam memperjuangkan yang beliau cita citakan..


Sampai detik saya menulis ini, saya tidak berhenti menyalahkan diri sendiri atas kegagalan ini..


….


Aneh.. Saya tidak tahu mau menulis apa lagi..


Malah mau nangis lagi..


Am I writing this to ease my pain?


Was I looking for someone to talk to?


Is this my effort trying to reach out to someone? Anyone?


I don't really feel like talking so where's the sense in sharing all this?


….


Ayah, Mas Pandji mohon maaf.


Bukan hanya Mas Pandji gagal memberikan yang Ayah minta, Mas Pandji tidak ada di sana ketika Ayah menghembuskan nafas terakhir.


Mas Pandji tahu Ayah pasti ingin aku ada di sana.


Mas Pandji ingin dengar apapun yg Ayah mau ucapkan untuk terakhir kalinya kepada Mas Pandji


Maaf karena aku tidak bisa menggenggam tangan Ayah ketika menutup mata


Aku tahu Ayah pasti juga ingin ketemu Dipo dan Shira..


Aku tahu Ayah selalu bahagia ngobrol dengan Dipo.


Aku bisa lihat dari senyum Ayah


Maafkan Mas Pandji karena selalu lama membalas SMS Ayah


Maafkan Mas Pandji karena selalu terlalu sibuk dan tidak bisa sesering yg aku mau untuk ngobrol ngobrol bersama Ayah


Maafkan karena Mas Pandji belum selesai sebenarnya mencoba membuat Ayah bangga


I love you Ayah


I do even if I never say so


I'm proud of you


And hoping that you feel the same for me


Goodbye Ayah


You're my best friend.


Love, Mas Pandji


PS: I hope they have free wifi in heaven so u can read this

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 02, 2012 03:05

February 29, 2012

FPI

Saya akui, penilaian saya terhadap FPI sedikit berubah.


Obrolan saya di Provocative Proactive Radio dgn Mamot (bukan nama aslinya) seorang mantan anggota FPI, Pak Tamrin Tomagola seorang sosiolog dan Ketua FPI DPD Jakarta Habib Selon sangat menambah wawasan saya akan FPI


Awalnya, alasan mengangkat FPI ke PP radio adalah karena isu penolakan FPI di Kalimantan. Penolakan yg memicu penolakan-penolakan lain di sejumlah kota di Indonesia


Wacana pembubaran FPI muncul, banyak dukungan dalam bentuk tagar (tanda pagar) #IndonesiaTanpaFPI muncul di twitter. Ratusan orang aksi damai di jalananan menunjukkan penolakannya


Kalau anda bertanya kepada saya, saya pribadi akan jawab tidak setuju terhadap pembubaran FPI.


Mengapa?


3 alasan:


1) Karena pembubaran FPI hanya akan membuat mereka muncul kembali dgn nama yg baru


2) Karena negara membebaskan siapapun untuk berkumpul dan berserikat. Menghalangi itu, hanya akan berdampak buruk kpd diri kita sendiri


3) Kalau FPI melakukan kegiatan2 yg melanggar hukum, ya pelakunya yg ditindak. Sama aja seperti misalnya POLRI ada yg melanggar hukum, ya pelakunya yg ditindak. Bukan POLRInya yg dibubarkan


Dengan semangat "Mencoba memahami sebelum membenci" maka saya mengundang sejumlah orang utk dialog


Munarman, jubir dan pengacara utk FPI yg sudah confirm akan datang tiba tiba membatalkan sepihak


Tapi gantinya adalah Habib Selon tadi, ketua DPD FPI Jakarta


Kepada beliau, saya bertanya persis seperti ini "Habib, selain mukul2 pake bambu kegiatan rutin FPI itu ngapain aja?"


Habib menjawab "Ah tidak pernah itu mukul2 pake bambu. Kami di FPI rutin pengajian, membantu masyarakat, dll"

Habib lalu cerita tentang peran FPI jadi tameng bagi masyarakat thd hal hal yg menyimpang dari ajaran agama.


Menurut Habib, dibalik setiap "penyerangan" selalu ada pelaporan kpd kepolisian berkaitan dgn tempat2 "melenceng" tersebut. Kepada RT setempat. Dan FPI memberikan peringatan 3 kali kpd tempat tersebut


Apabila Polisi tidak maju dan tidak ada perubahan, maka FPI akan ambil tindakan.


Kata Habib, setiap terjadi kekerasan adalah karena tempat yg didatangi biasanya melawan balik dgn preman preman bayaran tempat tersebut.


Murni "self defense" menurut pengakuan Habib.


Saya lalu bertanya "Kenapa Alexis nggak pernah diserbu, Bib?"


Kata Habib Selon "Alexis itu Hotel. Kami tidak pernah menggerebek hotel karena di hotel Alexis ada keluarga yg menginap bersama anak anak.."


…..


Saya langsung bertanya balik "Habib. Mana ada keluarga nginep di Alexis? Kecuali ada yg berkeluarga dgn orang Uzbek"


FPI sendiri dilahirkan oleh para Jendral. Ini bukan isapan jempol. Surat kesepakatan antar Jendral tersebut dipegang almarhum Munir. Selain ada Nugraha Djayoesman selaku Kapolda saat itu dan di dalamnya ada tanda tangan Wiranto.

Itu loooh, Wiranto "Takkan Khianat Hidup Mati Bersama Rakyat"

Hehehe


Para Jendral mendirikan itu karena mereka butuh sesuatu utk menekan lapisan masyarakat yg "melawan"


Karena aparat vs rakyat = kejahatan HAM


Sementara ormas vs rakyat = kerusuhan biasa


Indonesia sudah diawasi dunia urusan kejahatan HAM.


Maka diciptakanlah FPI


Ketika saya tanya ini kepada Habib Selon, beliau menjawab "Jendral jendral itu adalah pendukung Islam. Boleh boleh saja mereka mendukung Islam. Semua orang Islam pasti mendukung FPI"

Saya memotong dan berkata "Tidak semua lho Bib. Saya aja tidak mendukung FPI.."

Dia menyahut "Mereka yang ga stuju FPI, bukan org Islam!"


I got that on air. On tape.


Kepala DPD FPI Jakarta berkata "Tidak mendukung FPI berarti bukan orang Islam"


Habib baru saja mencoreng wajah FPI dgn ucapannya sendiri


Apalagi, tidak lama setelah itu Habib Selon berkata "Lihat tuh Gus Dur si Buta Dari Goa Hantu. Pengen bubarin FPI malah dirinya sendiri yang bubar!"


Saya kaget.

Terhenyak.


Orang yang menurut Mamot (mantan anggota FPI yang juga saya wawancara) setiap rabu kalau pengajian selalu lucu dan jenaka, baru saja menghina mantan Presiden Republik Indonesia

Yang tidak bisa melihat dgn matanya, tapi hatinya melihat lebih dalam daripada sekedar kulit di permukaan


Bagaimana bisa, orang orang seperti ini kita biarkan?


Pertanyaan lebih besar lagi, siapa yang membiarkan mereka mereka ini?


Para Jendral yang pada awalnya mendirikan mereka, kini sudah tidak bisa menguasai FPI lagi


FPI seperti anak macan piaraan Jendral yang kini sudah jadi besar dan tidak bisa diatur lagi


Dipuncak, adalah Habib Rizieq yang mengatur ini dan itu.

Markas FPI adalah rumahnya Habib yang besarnya keterlaluan.


Dari mana uang FPI? Dari orderan banyak sekali pihak.


Adik saya kerja di event organizer, dia mengaku pernah mau digerebek FPI lalu FPInya dikasi uang. Niat FPI menggerebek langsung hilang. Ngga jadi.


Bisa dibayangkan, "orderan" kepada FPI sangat banyak tergantung kebutuhan

Pengalih isu? Persaingan bisnis? Persaingan Politik? Perusakan citra?


Asal ada fulus, ada akal bulus


Pertanyaannya kemudian, dikemanakan saja uang tersebut?


Disinilah bagian TERPENTING dari tulisan saya.


Uang uang yang masuk ke FPI, sebagian diberikan kepada rakyat Indonesia yg membutuhkan uang.


Saya akan ceritakan, bagaimana dan mngapa FPI bisa subur.


Kalau anda nonton film Fast 5 (Vin Diesel, Dwayne "The Rock" Johnson, dll) ada tokoh antagonis. Seorang pengusaha jahat yg menguasai Brazil.


Di salah satu adegan, tokoh jahat ini berkata "Saya tidak suka dengan cara anda berbisnis. Anda bisnis dengan kekerasan. Kalau rakyat anda serang dengan kekerasan kelak mereka akan melawan balik. Karena mereka terdesak. Saya, memilih untuk memberikan mereka uang. Saya beri mereka "kemewahan" yang tidak bisa mereka dapatkan sebelumnya. Dan bisa mereka dapatkan kini lewat saya. Uang, pendidikan, kesehatan. Saya beri kepada mereka. Kini, saya MEMILIKI mereka. Mereka ingin terus merasakan hal hal yang saya berikan. Maka mereka jadi setia kepada saya"


Inilah prinsip yg FPI lakukan


Di Indonesia, masih sangat banyak rakyat rakyat yang membutuhkan bantuan


Pemerintah lalai dalam membantu mereka, masyarakat kelas menengah dgn starbucks di tangan kanan dan iphone di tangan kiri tidak peduli kepada masyarakat sekitar


Akhirnya, kekosongan ini diisi oleh FPI


Rakyat ada yg butuh uang Rp50.000? FPI berikan kpd rakyat


Ada yg susah masuk sekolah karena tidak punya dana? FPI buatkan surat sakti agar dimudahkan


Tidak punya biaya berobat? FPI buatkan surat agar diringankan biayanya.


Semua ini, dibenarkan Mamot dan diakui oleh Pak Thamrin.


Mamot bilang, banyak orang tua senang menitipan anak anaknya ke FPI. Daripada anak anak tersebut nongkrong ga jelas di gang gang dan menggunakan obat obatan terlarang..


Ketika pengajian, para Habib sangat sangat simpatik. Bahkan Mamot bilang, Habib Rizieq sangat hebat dalam berorasi. Mengingatkan Mamot akan kehebatan Sukarno.


Apalagi menurut Pak Thamrin, gaya hidup para Kyai dan Habib yang membuka pintunya utk siapapun memberikan akses kpd masyarakat yang butuh bantuan.


Sementara para kelas menengah (termasuk saya) seringkali curiga ketika ada orang tidak dikenal ketok ketok pagar rumah kita..


Pak Thamrin juga bilang, ini salah ormas ormas seperti Muhammadiyah dan NU yang lebih dekat ke elit politis daripada ke rakyat


Bahkan satu waktu, Habib ditelfon dan diberi kabar bahwa pintu air (entah yg mana) akan dibuka dan banjir akan datang. Habib langsung keluar dan perintahkan masyarakat sekitarnya utk bersiap dan mengungsi. Ketika banjir datang, Habib langsung dipandang sebagai orang "sakti" yg dapat wejangan dari Yang Maha Kuasa.


Kekosongan yang terjadi, dimanfaatkan oleh FPI dgn sangat baik

Di satu sisi apa yang mereka lakukan adalah baik.

Di sisi lain, mereka memanfaatkan rakyat yg mereka beli untuk jadi basis massa yang kelak mereka manfaatkan untuk kepentingan kepentingan pribadi


Ketidak pedulian kelas menengah kepada sekitarnya, telah berbalik dalam wujud yang lebih membuat resah.


Membubarkan FPI, bukanlah solusi.


Solusi yang benar, adalah dengan mulai peduli kepada sesama rakyat Indonesia yg membutuhkan


Isi kekosongan yg dimanfaatkan FPI


Jangan lemahkan mereka dgn sekedar memberi uang seperti yg FPI lakukan


Perkuat mereka. Empower.

Beri pendidikan karena itulah sayap yang akan membawa mereka terbang


Susah? Ya memang!


Justru yang benar itu seringkali susah


Cara yg gampang biasanya solusi gampangan


Walaupun susah, tapi pasti bisa


Secara makro, ekonomi kita luar biasa.

Fakta bahwa kelas menengah kita melebar adalah benar. Tapi berapa banyak di antara kita yg membagi segala kelebihan kelebihan yg kita punya?

Kapan kita pernah berbagi uang? Waktu? ILMU?


Teruslah membohongi diri sendiri anda sibuk, anda tidak punya waktu, anda sendiri masih susah.


Kalau anda mau dan anda niat. PASTI ada jalan.


Dibawah anda, ada masyarakat pra-sejahtera terus merana dan sengsara dan itu salah bangsa Indonesia. Rakyatnya DAN pemerintahnya


Anda memilih utk tidak peduli? Silakan, tapi anda tidak pantas lagi ngomel ngomel tentang FPI

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 29, 2012 21:15

February 26, 2012

We all know the answer

Bingung saya..


Dulu susah banget disuruh baca buku, sekarang kerjanya baca buku mulu


Membaca bagi saya jadi sebuah kebutuhan karena saya penasaran akan banyak hal. Rasa penasaran ini akan terus mengganggu kecuali saya cari jawabannya


Buku, menyimpan banyak jawaban.


Dari sini, saya menarik kesimpulan bahwa nampaknya memang ada yang salah dengan sistem yg diterapkan waktu saya sekolah.


Sekolah di Indonesia (mungkin hingga hari ini) banyak yang membuat murid mengikuti pola yang disediakan sekolah dan bukan sekolah yang mengikuti pola yang dibutuhkan murid.


Setiap anak adalah spesial


Saya bukannya ga suka baca buku, kini saya menyadari bahwa minat saya bukan pada buku buku yg disodorkan sekolah


Semua anak pasti suka baca buku, asal tahu minatnya apa


Pertanyaannya, sistem sekolahan di Indonesia didesain utk menggali minat anak atau engga?


We all know the answer

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 26, 2012 16:32

February 25, 2012

Saya Setuju :)

"whatever you say, someone will claim it's offensive. And to that I say, offense is taken, not given. It's up to you whether you're offended. And I'll add one more thing: Just because you're offended, doesn't mean you're right"


-Ricky Gervais, diwawancarai oleh David Daley utk Salon.com-


Saya tulis diblog karena

A) lebih dari 140 huruf sehingga ga bisa saya tweet

B) Saya ingin mengingat kutipan ini karena pada prinsipnya, saya setuju :)

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 25, 2012 19:43

February 22, 2012

The choice is yours

Saya lagi baca2 buku "Creating A World Without Poverty"nya Prof Muhammad Yunus. Peraih Nobel Perdamaian utk Grameen Bank.

Kebiasaan saya dalam belajar adalah menulis ulang apa yg saya pelajari biar lebih paham..

Jadi saya mau oret oret di posting ini :p


Prof Yunus bilang bahwa Kapitalisme itu konsep yg belum selesai dikembangkan

(Menarik karena sebuah pemikiran itu harusnya berevolusi dan bertumbuh. Tidak mati sampai disitu)


Kapitalisme membuat pelakunya hanya melihat 1 tujuan akhir dan itu adalah profit.


Prof Muhammad Yunus berargumen bahwa karena manusia itu bukan 1 dimensional, maka menjalankan perusahaan dgn 1 tujuan akhir (profit) tidaklah sesuai dgn kodrat kita.


Manusia itu multidimensional, emosi, keyakinan, prioritas, perilaku dan segala karakteristik kita beragam dan tidaklah membosankan


Bahkan kapitalis terbesar di duniapun berhenti hanya memikirkan profit dan mulai memikirkan hal hal lebih besar dari profit. Dalam hal ini, The Melinda & Bill Gates Foundation yg menggunakan dana mereka ditambah uangnya Warren Buffet utk kebaikan umat manusia.


Intinya, kebahagiaan bukan tentang punya banyak uang.

Tapi dari punya hidup yg bermakna.


Hidup yg bermakna tentu ada unsur uang dan kepemilikan di dalamnya, tapi juga ada unsur pencapaian dan persahabatan dgn sesama umat manusia..


You can live your life chasing money (only)

Or you can do the things that makes you happy


The choice is yours

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 22, 2012 18:37

February 21, 2012

= Kreatif

Semakin lama semakin nyata

Bahwa orang yang kreatif adalah orang yg memiliki 2 hal.


Kemampuan utk menghargai semua yg dia lihat, dengar, rasa sebagai sebuah wawasan


Tidak semua orang menghargai apa yg dia lihat dan baca.

They look but didn't see

Hear but didn't listen

Read but didn't learn


dan


Kemampuan utk menarik segala informasi tersebut dari brankas bawah sadar dalam otak apabila dirasa sesuai dgn situasi dan kondisi yg diberikan


Banyak yang tidak terlatih utk mengingat kembali pengalaman hidup dan wawasan untuk diaplikasikan dlm kondisi yg beda atau baru

Seperti belajar tapi tidak terbiasa mempraktekkan

Maka semakin sering mempraktekkan, semakin kreatif jadinya


Rumusnya berarti


(Belajar + Berbuat) X 100 = Kreatif

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 21, 2012 02:26

February 18, 2012

hidup dengan nyaman dan tenteram, bersama

"Imagine there's no heaven

It's easy if you try

No hell below us

Above us only sky

Imagine all the people living for today"


Argumen John Lennon sebenarnya adalah, sebuah realita yang susah dipungkiri.

Agama sering kali jadi dasar perseteruan bahkan peperangan. Masing masing merasa paling benar. Penguat alasan berperang, adalah keinginan untuk masuk surga dan menghindari api neraka.


Menurut pengamatan saya, hal ini, ditambah dengan argumentasi lain yang pada akhirnya jadi alasan beberapa teman memilih untuk jadi atheist.


Untuk orang yang beragama dan berkeyakinan seperti mayoritas pengisi planet Bumi, orang orang yang tidak percaya Tuhan itu aneh. Bagi mereka yang tidak percaya Tuhan, mayoritas isi Bumi itu aneh.


Sebelum kita berjalan lebih jauh, mari saya terangkan 2 hal yang seringkali tertukar, saya berusaha untuk menerangkan sesederhana mungkin:


Atheisme: Tidak percaya akan adanya Tuhan


Agnostic: Percaya Tuhan, tapi tidak percaya adanya Agama


Orang yg Agnostic masih bisa saya pahami pemikirannya. Menurut mereka, Tuhan itu ada, tapi Agama adalah ciptaan manusia yang penuh dengan ketidak sempurnaan, kekolotan, bahkan penuh dengan hipokrit dan korupsi


Orang yang Ateis tidak percaya sama sekali dengan Tuhan. Bagi mereka, Tuhan itu tidak ada. Sebuah rekayasa umat manusia yang mendambakan sesuatu yang lebih besar dari dirinya


Posting ini, adalah hasil obrolan dengan 2 orang Atheis ketika kami berbincang di Provocative Proactive Radio Show di Hard Rock FM. Sofie, adalah admin dari facebook group "Asosiasi Atheis Indonesia" dan Sindhu , seorang mahasiswa filsafat dari Universitas Indonesia.


Saya memang, belakangan ini penasaran dengan Atheisme, saya punya sebuah bit stand-up yang membahas Atheisme, berangkat dari kejadian penganiayaan Alexander Aan, pegawai negri yang mengaku Atheis di Facebook lalu dipukuli di kantor.


Saya sendiri bingung kenapa ada orang yang merasa sebal, benci, kesal dan bahkan sampai kepada menganiaya orang yang Atheis.

Itu kan pilihan dia.

Kenapa orang orang itu harus kesal?

Kenapa harus memukuli?

Rata rata bilang, mereka kuatir kalau orang orang Atheis ini akan menyebarkan pemikiran mereka dan membuat orang lain jadi Atheis. Ada juga yang bilang bahwa orang Atheis ini jangan dikasi panggung untuk bicara karena "Masyarakat Indonesia masih banyak yang labil dan mudah terpengaruh"


……


Krik krik…


Ya itu mah salah iman mereka sehingga mereka labil dan mudah terpengaruh.

Kalau pede dengan imannya, maka harusnya tidak kuatir akan terpengaruh

Kalau takut anggota keluarga kita terpengaruh, ya berarti focus kita pada penebalan iman anggota keluarga kita. Bukan malah menggebuki orang yang atheis.


Seperti halnya FPI yang siang siang menggerebek warung makan dengan alasan "Minta agar yang puasa dihormati "

Lah orang yang puasa mah kalau kuat imannya mah ga masalah kalo ada yang makan didepannya. Kalau masih goyah sama orang yang lagi makan, ya silakan perkuat imannya.

Saya sendiri 3 tahun di sekolah katolik terbiasa liat orang makan di depan saya ketika saya puasa. Saya tidak terganggu sama sekali.

Hakeem Olajuwon puasa tetap main basket kok walaupun yang lain pada minum Gatorade.

Ga ada tuh Olajuwon nendang nendangin dispenser Gatorade di lapangan.


Memang, masyarakat Indonesia harus benar benar belajar menyikapi perbedaan

Bhinneka Tunggal Ika itu kan maknanya berbeda beda tapi tetap (ber)satu.

Berbeda beda bisa dalam suku, ras, golongan, agama dan termasuk tidak beragama.


Dalam rangka mencoba memahami, maka saya ngobrol dengan Sofie dan Sindhu soal menjadi Atheis.

Sindhu jadi atheis baru 2 tahun, kuliah Filsafatnya mengajarkan salah satunya mengenai Atheisme. Dia tertarik dan merasa menemukan jawaban jawaban atas rasa gundah dan penasarannya. Sementara Sofie mengaku dari SMP sudah atheis. Keluarganya cukup terbuka dan pertanyaan pertanyaan kritis Sofie mengarahkannya kepada Atheisme

Saya bertanya kepada mereka, kalau begitu apakah Agama dan Tuhan di mata mereka.

Keduanya menjawab bahwa agama adalah bagian dari sejarah dan merupakan bagian dari ragamnya budaya yang ada di dunia. Titik.

Tuhan di mata mereka adalah sebuah rekayasa yang diciptakan manusia sendiri atas dasar 2 hal. Pertama, manusia cenderung memuja hal hal yang tidak dipahami. Dulu manusia menyembah matahari, lalu pohon lalu kini Tuhan yang lebih abstrak sehingga lebih "sempurna". Alasan kedua adalah bahwa manusia menciptakan Tuhan sebagai kontrol sosial.

Lalu saya tanya kepada mereka, lalu bagaimana mereka menyikapi permasalahan hidup dan menyikapi hal hal diluar kemampuan mereka. Mereka menjawab (kurang lebihnya) yang pasti tidak meminta kepada sesuatu yang mengawang awing, bahwa semua permasalahan ada solusi yang nyata dan membumi.

Mereka sendiri bertanya apa pendapat saya akan orang atheis, saya menjawab, biasa saja

Dan memang orang atheis dibenak saya biasa saja.

Saya belajar untuk melihat apapun perbedaan yang ada sebagai ragamnnya umat manusia

Saya melihat orang buta, orang atheis, orang yang kakinya buntung, orang gay, sama saja seperti saya melihat orang ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang rambutnya kriting, ada yang botak, dll.

Bagi saya, semua itu hanyalah perbedaan manusia yang sangat bisa dimaklumi.

Saya tidak melihat mereka sebagai sesuatu yang aneh.

Mungkin dasar pemikiran ini pula yang membuat mereka terbuka kepada saya dalam ngobrol.

Saya juga tanya mereka soal Alexander Aan tadi, menurut Sofie harusnya yang menganiaya juga dijerat pasal karena jelas penganiayaan adalah pelanggaran. Sementara mengungkapkan pendapat bukanlah sebuah pelanggaran. Mengapa Alex dijerat pasal penghinaan agama. Saya tanyakan hal ini on air kepada seorang teman yang juga pengacara, Taufik Basari. Dia membenarkan bahwa harusnya orang orang yang menganiaya ditangkap dan dapat diproses secara hukum dan bahwa sebenarnya, hukum Indonesia tidak bisa menangkap orang yang atas pemikirannya. Artinya dalam hal ini, Alex harusnya tidak bisa dihukum 5 tahun penjara atas dasar penghinaan agama.

Alex juga terjerat pasal "pemasuan identitas" karena di KTP tertulis Islam padahal Atheis.

Bagi saya ini lucu, lha wong Negara tidak menerima atheisme. Gimana caranya dia mau mengaku di KTP?

Apalagi kalau bikin e-KTP tidak ada pilihan "Atheis" atau minimalnya seperti yang tersedia kalau kita bikin KTP biasa: "Kepercayaan lain"

Orang orang seperti Sofie dan Sindhu secara teknis tidak diterima oleh Negara. Negara tidak mengakui adanya mereka. Lebih sedih lagi, Indonesia tidak mengakui mereka yang berkeyakinan diluar yang diterima Negara: Hindu, Buddha, Konghucu, Katolik, Kristen, Islam. Padahal seperti yang kita tahu, di Indonesia ada banyak sekali keyakinan tradisional.

Contohnya, masyarakat Mentawai punya keyakinan sejak lama yang tidak diterima Negara. Mereka juga percaya akan Tuhan yang banyak. Bayangkan, masyarakat seperti ini banyak di Indonesia. Sedih sekali kalau Negara tidak mengakui keberadaan mereka. Lalu mereka warga Negara apa?

Sofie sempat mempertanyakan soal Pancasila kepada saya. Dia bertanya bagaimana dengan sila pertama "Ketuhanan yang maha Esa" dan konsistensinya kepada Hindu yang memiliki banyak dewa dan dewi. Saya terangkan bahwa "Ketuhanan yang maha Esa" itu banyak disalah artikan. Kalimat tadi bukan berarti percaya dengan 1 Tuhan. Kalimat tadi menerangkan bahwa setiap orang harus punya 1 buah konsep ketuhanan. Alias , harus punya sebuah agama / kepercayaan.

Tulisannya "Ketuhanan" bukan "Tuhan" dan bukan pula "Keagamaan". Indonesia menyadari bahwa setiap orang punya konsep Ketuhanan masing masing dan Indonesia menginginkan masyarakatnya percaya dengan sebuah keyakinan. Itulah mengapa Hindu bisa diterima, namun inilah juga mengapa Atheisme tidak diterima di Indonesia.

Di akhir wawancara, saya tadinya berusaha untuk menemukan orang yang bisa kontra dengan mereka tapi bisa berdebat dgn sehat, bukan debat kusir dan terpenting, tanpa bawa bawa dalil agama.

(LHO? Kenapa tanpa bawa Agama?)

Ya, karena mereka tidak percaya agama. Percuma bawa bawa dalil agama wong mereka tidak percaya kok. Seperti berusaha mematikan api yang terpicu dari listrik dengan menggunakan air. Nggak ngaruh. Yang musti dilakukan adalah mematikan sumber listriknya.

Tapi ternyata susah mencari orang yang bisa seperti itu, sayapun susah untuk mendebat mereka karena pada dasarnya saya tidak punya masalah dengan mereka. Akhirnya, saya memutuskan untuk memutar balik keadaan. Saya minta mereka berdua, untuk meyakinkan saya, bahwa Tuhan itu tidak ada.

Usul ini, diterima dengan baik oleh Sofie dan Sindhu.

Mereka membuka dengan pertanyaan

"Mengapa agama elo Islam?"

Saya tahu arah pertanyaan itu, pertanyaan itu berusaha menyadarkan saya bahwa agama yang saya pilih diturunkan dari orang tua saya dan kalau orang tua saya beragama Hindu kemungkinan besar saya akan beragama Hindu, itu menandakan, tidak ada iman dan keyakinan dalam pilihan saya karena itu semua by default.

Saya menjawab "Karena cara berkomunikasi dengan Tuhan yang ditawarkan dengan Islam sesuai dengan yang saya suka"

Saya melihat agama sebagai ragam jenis cara berkomunikasi dengan Tuhan. Saya bahkan percaya bahwa kita semua berdoa kepada Tuhan yang sama sebenarnya dan siapapun nama yang umat manusia sebut dalam doanya, yang menjawab adalah Tuhan yang sama. Banyaknya agama adalah pilihan akan banyaknya cara berkomunikasi dan berinteraksi dan hidup atas ajaran Tuhan. Di antara semua yang ada, saya menyukai cara Islam.

Mereka tanya "kenapa sukanya Islam?". Saya jawab "karena di sekolah katolik saya belajar banyak agama (bahkan kelas 1 di Gonzaga ga ada pelajaran agama, adanya pelajaran Etika) dan saya suka dengan caranya Islam. " Ini selera seleraan, sama seperti mengapa ada yang suka jazz ada yang suka rock ada yang suka hiphop. Selera.

Lalu mereka bertanya lagi,

"Apakah anda percaya Tuhan dan apa bukti keberadaan Tuhan?"

Saya jawab saya percaya Tuhan dan saya tidak perlu bukti lain karena saya merasakan kehadiran Tuhan.

Ditanya lagi oleh mereka "Bagaimana anda bisa tahu Tuhan itu ada, apakah anda bisa melihat, pernah ketemu?" . Saya jawab "Saya tidak pernah melihat udara tapi saya tahu udara itu ada" dan saya juga tidak pernah melihat wujud cinta, tapi ketika saya melihat istri dan kedua anak saya, saya yakin cinta itu ada. Argumentasi saya sama.

"Udara itu bisa dibuktikan keberadaannya dengan sains. Tuhan tidak bisa". Itu adalah karena sains kita belum sampai kesana dan bahkan mungkin tidak akan sampai ke sana. "Lalu buktinya apa?" tanya mereka "Masak percaya begitu saja tanpa ada bukti?" mereka bertanya itu dengan dasar bahwa kitab suci juga rekaan manusia. Saya jawab "Terlalu sering dalam hidup saya, terjadi sesuatu yang lebih dari sekedar kebetulan. Kalau kebetulan, ini terlalu ekstrim kebetulannya. Saya meyakinkan itu bukan kebetulan dan bahwa itu adalah campur tangan Tuhan"

Mereka bertanya apa kejadian itu. Saya jawab, "Banyak banget. Contohnya, gue pengen banget punya anak ke 2. Gue berusaha terus menerus tapi tidak ada hasil apa apa. Lalu gue berdoa dengan amat khusyuk, meminta, berserah diri, dan pada masa itu, Gamila hamil." Sofie bertanya "Tapi hamil karena kalian bercinta kan? Kalau tidak bercinta mana mungkin hamil kan?" . Saya jawab, dari dulu juga saya bercinta tapi tidak jadi apa apa, namun setelah meminta, langsung hamil. Makanya saya bilang, its too much of a coincidence. Kejadian seperti ini banyak sekali terjadi dalam hidup saya. Karenanya saya merasakan sekali kehadiran Tuhan"

Mereka lalu bertanya, "Okay, elo percaya Tuhan karena doanya dikabulkan. Bagaimana dengan doa orang miskin yang kelaparan di banyak sekali daerah di dunia, bolehkah mereka tidak percaya Tuhan? Apakah Tuhan tidak mau mengabulkan doa mereka? Mengapa Tuhan pilih kasih? Mengapa justru orang yang teramat sangat butuh bantuan tidak dikabulkan doanya, mengapa orang seperti anda (mungkin maksudnya yang hidup lebih enak dan tidak mendesak kebutuhannya) malah dikabulkan? Memangnya anda lebih baik daripada mereka?"

Saya jawab, "Di mata saya, Tuhan memberi keadaan keadaan seperti ini sebagai sebuah ujian bagi saya. Saya harusnya merupakan jawaban dari doa mereka. Bahwa Tuhan akan menjawab doa umatnya lewat tangan dan kaki umatnya yang lain. Doa orang orang kelaparan itu, harusnya dijawab oleh saya. Karena Tuhan memberi tahu saya akan keadaan mereka." Seringkali, ketika saya berbicara di depan umum tentang kanker pada anak, saya selalu menutup dengan kalimat "Kita semua percaya Tuhan kan? Artinya kita semua percaya semua dalam hidup kita adalah karena kuasa Tuhan?" Semua penonton mengangguk "Maka berarti, dengan kesepakatan tadi maka kita sama sama sepakat hari ini Tuhan menginginkan anda tahu tentang keadaan anak anak pasien kanker ini. Pertanyaan saya untuk anda, kalau anda tahu Tuhan yang memberi tahu ini kepada anda, maka… apa yang akan anda lakukan?"

Artinya, kalau mereka yang kemiskinan, dan hampir mati kelaparan sudah berdoa kepada Tuhan tapi keadaan mereka tidak berubah, maka bukan salah Tuhan. Tapi salah saya yang SADAR akan keadaan itu tapi tidak berbuat apa apa.

Mereka bertanya kembali "Mengapa ada Neraka yang jahanam dan mengapa Tuhan senang menghukum kalau memang katanya Tuhan Maha Baik?"

Saya menjawab, konsep Neraka yang kebanyakan orang percayai, itu terdistorsi oleh buku anak anak yang menggambarkan neraka itu sebagai tempat di mana lidah akan dipotong, kulit akan disayat, mata akan dicongkel. Sementara keyakinan saya, Neraka tidak seperti demikian. Sebagaimana menurut saya, Surga bukanlah tempat di mana sungai sungai coklat mengalir (itu mah di Jakarta ada, namanya Kali Ciliwung. Coklat cenderung hijau, hehehe)

Bahwa Neraka adalah tempat kesalahan kesalahan kita ditebus adalah benar namun bahwa isinya penuh siksa yang mengerikan adalah akibat penuturan yang ditulis untuk disesuaikan dengan kondisi dan jaman tempat surat dan ayat tersebut diturunkan

"Lalu mengapa harus ada hukuman? Kenapa yang salah manusia? Kan Tuhan maka kuasa termasuk kuasa untuk membuat manusia tidak berbuat kesalahan?"

Disinilah saya menganggap Tuhan adalah pemimpin terhebat di muka jagad raya.

Dari yang saya tahu, pemimpin yang baik tidak menyuruh anak buahnya. Pemimpin yang baik mengkondisikan sedemikian rupa, sehingga anak buahnya tahu apa yang benar untuk dilakukan. Anak buah tersebut akan melakukannya atas kesadaran penuh dan bukan karena keterpaksaan disuruh suruh.

Kalau misalnya anda seorang pemimpin dan anda ingin anak buah anda menyapu, maka pemimpin baik tidak akan menyuruh. Tapi dia mengajak anda berbincang dan bertanya serangkaian pertanyaan seperti "Sudah berapa lama tinggal di sini?

"Enaknya tinggal di sini kalau kondisi rumahnya bagaimana?"

"Oiya? Anda senang kalau rumahnya bersih? Saat ini rumahnya bersih atau kotor?"

"Kalau anda sadar kotor, maka sebaiknya musti diapain biar bersih?"

"Kalau menyapu akan membuat rumah ini bersih sementara cuman anda yang tingga di sini, maka harusnya gimana biar rumah ini bersih?"

Si anak buah akan menjawab dengan mulutnya sendiri "harusnya saya sendiri yang sapu rumah ini biar bersih dan saya nyaman tinggal di sini…"

Pemimpin yang baik akan mengungkap fakta sebanyak banyaknya, memberikan pilihan seluas luasnya, dan dengan kemampuannya, membuat anak buahnya sadar.

Itulah yang Tuhan berikan kepada kita. Fakta, kejadian, kenyataan, pilihan ditunjukan semua kepada kita. Dan kita disuruh untuk memilih.

Saya percaya, kalau ada 1 hal yang diserahkan kepada diri kita, adalah pengambilan keputusan.

Sisanya, dibawah kuasa Tuhan. Ambillah keputusan lalu kita hanya perlu untuk menjalankan. Kalau terasa berat, jalani terus karena Tuhan sudah berjanji tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan kita sendiri.

"Lalu mengapa harus ada hukuman?"

Untuk orang yang sadar akan pilihan yang benar tapi tidak menjalankan, maka itu bukan hukuman. Itu konsekuensi.

Saya rasa, cara paling mudah untuk memahami adalah seperti ini.

Anggaplah, anda punya anak.

Okay, itu poin pertama: Anda punya anak.

Lalu anda tentunya tidak akan mau anak anda meninggal.

Poin pertama, anda punya anak

Poin kedua, anda tidak mau anak anda meninggal.

Nah sekarang situasinya:

Kalau anda punya anak, lalu anak anda suka ngencingin colokan listrik lalu memasukkan jari ke colokan yang basah itu, maka pasti anda akan menahan anak tersebut lalu menerangkan apa yang akan terjadi atas kelakuannya.

Anda terangkan sejelas jelasnya, anda berikan contoh contoh kejadian serupa, lalu anda yakin anak anda mengerti. Kemudian anak anda melakukan hal yang sama karena badung. Alias karena sadar dia salah tapi dia tetap mau melakukannya.

Apa yang anda lakukan?

Ingat bahwa ini anak anda dan anda tidak mau anak anda celaka apalagi meninggal.

Maka pilihannya adalah menghukum anak tersebut.

Agar anak tersebut jera.

Hukuman itu sama sekali tidak berarti kita benci, justru adalah karena kita sangat mencintai anak kita. Bukanlah takdir orang tua untuk mengubur anaknya.

Toh setelah hukuman tersebut, kita akan tetap mencintai anak kita.

Begitulah, neraka di mata saya.

Ini baru ilustrasi kalau anaknya satu, sekarang bayangkan anda adalah orang tua dengan jumlah anak 7 miliar (jumlah populasi manusia di Bumi)

Bayangkan memimpin dengan baik anak anak sebanyak itu.

Itulah mengapa Tuhan adalah pemimpin terbaik yang oleh kita umatnya tidak akan bisa dipahami.

Karena banyak yang tidak paham, maka banyak yang enggan untuk menurut dan enggan untuk percaya.

Di benak orang orang yang tidak percaya, saya pasti tampak bodoh dan naïf.

Lucunya dibenak kita yang beragama, mereka yang tidak percaya Tuhan adalah bodoh dan naïf.

Lalu kita musti bagaimana?

Gampang.

Kita harus menerima.

Kita harus terbuka.

Terbuka artinya, kita mungkin tidak setuju dengan opini dan pilihan mereka, tapi kita bisa memahami.

Bahwa perbedaan bukan hanya merupakan pilihan, tapi juga keadaan yang diciptakan Tuhan

Bukan urusan kita membuat seisi Bumi jadi seragam.

Tugas kita adalah hidup, nyaman, damai, bahagia dengan perbedaan tersebut.

Biarlah, ada orang orang yang tidak percaya Tuhan. Tapi mari kita yang percaya akan kuasa Tuhan, yang membantu menjamin, merekapun bisa hidup dengan nyaman dan tenteram, bersama

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 18, 2012 08:18

Pandji Pragiwaksono's Blog

Pandji Pragiwaksono
Pandji Pragiwaksono isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Pandji Pragiwaksono's blog with rss.