Pandji Pragiwaksono's Blog, page 27

May 31, 2012

Canda Asyik


Kalau kamu komika dari kota Semarang, Samarinda, Surabaya, ada kesempatan untuk bisa jadi pembuka ketika tur Merdeka Dalam Bercanda datang ke kotamu


Ikutan aja #CandaAsyik kolaborasi saya dengan Acer Indonesia


Kegiatannya adalah kompetisi menulis materi stand-up, sesuai dengan 10 pedoman anakasyik


Yang terbaik dan tentunya sesuai dengan pedoman tadi bisa jadi opener lokal kota masing masing, akan diunggah videonya di website Acer Indonesia dan akan saya masukkan dalam bonus feature DVD Merdeka Dalam Bercanda


10 pedoman anak asyik juga ga ribet ribet amat kok, bisa dibaca di sini


Teknisnya begini:


Pendaftaran dan pengiriman materi stand-up berupa naskah akan dilakukan di anakasyik.com mulai 2 juni


Nanti, diantara semua komika yg uda masukin skripnya, tetep admin kota masing masing bersama pihak Acer yg akan milih


Admin melakukan semacam audisi di openmic masing masing. Nanti pada openmic tersebut akan dipastikan siapa 3 komika kota masing masing yang akan membuka saya di tur Merdeka Dalam Bercanda


Inisiatif ini dijalankan sebagai bagian dari misi pribadi saya yang sejalan dengan misi kampanye anakasyik bahwa kita harus bijak memanfaatkan kebebasan berpendapat dengan paham garis tegas antara mencela dan mengkritik.


Saya ingin komika komika muda Indonesia, naik panggung Stand-Up dengan tujuan menghibur dan mengedukasi. Bukan hanya sekedar bicara kasar dan mengumpat secara bebas.


Merdeka Dalam Bercanda bukan serta merta kita bebas menyakiti perasaan orang. Kebebasan kita sesungguhnya dibatasi oleh kebebasan sesama umat manusia.


Saya tunggu keikut-sertaannya di CandaAsyik :)


;


3 peserta terbaik dari tiap kota tadi akan membuka tur gue

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 31, 2012 19:00

May 30, 2012

Jawab si koboi sambil berlalu dengan kudanya…

Industri rokok penting untuk ekonomi Indonesia? Coba dibaca baik baik tulisan yang saya dapatkan dari ylki.or.id



industri tembakau hanya memberikan kontribusi sebesar 1 persen dari total output nasional dan menduduki peringkat ke-34.
Sedangkan dari sumbangan terhadap lapangan kerja pada tahun yang sama (2007) industri rokok hanya menduduki peringkat ke-48, sedangkan pertanian tembakau menduduki peringkat ke-30 diantara 66 sektor.
Secara nasional, jumlah tenaga kerja industri tembakau dan petani cengkeh adalah kurang dari 2 persen  dari jumlah pekerja di semua sektor.
Sedangkan dari upah yang diterima, pekerja industri tembakau menduduki peringkat ke-37 dengan rata-rata upah Rp 662.000 perbulan. Upah buruh tersebut sama sekali tidak menjamin mobilitas vertikal ekonomi para buruh, karena hanya cukup untuk biaya makan. Seharusnya terdapat studi lebih lanjut untuk melihat berapa belanja iklan perusahaan dibandingkan dengan biaya untuk upah buruh. Komparasi ini akan menjadi penting guna melihat bagaimana industri rokok membelanjakan pendapatannya.
Sementara petani tembakau pendapatannya lebih rendah lagi, yaitu Rp 81.397 per bulan. Dari upah yang sangat rendah tersebut dapat diketahui bahwa petani tembakau dari jaman Belanda hingga sekarang relatif stagnan status ekonominya, selalu dalam kemiskinan struktural.
Selain itu, nilai kompetitif tembakau dengan produk pertanian lainnya juga dipertanyakan, karena sekarang ini hasil pertanian produk pangan seperti beras, jagung dan kedelai, sawit, kopi dan sebagainya sedang tinggi-tingginya di pasar dunia.
Dari sisi penerimaan negara dari cukai rokok. Dengan menerapkan cukai rokok sebesar 37 persen, Indonesia masuk dalam kategori terendah nomor 2 dalam hal cukai, hanya lebih tinggi sedikit dari Kamboja yang mematok 20 persen. Sedangkan dalam Undang Undang Cukai Indonesia menetapkan batas cukai maksimal sebesar 57%. Sementara rata-rata cukai gobal adalah 65%, artinya dengan cukai maksimal di Indonesia masih berada dibawah rata-rata global. Bandingkan dengan Thailand yang sudah memasang cukai sebesar 63 persen, atau Singapura yang bercukai hampir 90 persen.

Dari studi tersebut dapat dilihat bahwa industri rokok bukanlah industri yang secara signifikan dapat menyejahterakan rakyat Indonesia. Bahkan pertumbuhan industri rokok tersebut harus dibayar mahal oleh rakyat Indonesia berupa semakin tingginya biaya kesehatan masyarakat dengan perkiraan mencapai Rp 81 trilyun per tahun (TCSC IAKMI UI).


Di luar data di atas yang membuktikan signifikansi industri rokok, saya mau mengangkat beberapa fakta tambahan


 



Argumen bahwa rokok mensponsori banyak event olahraga dan seni-budaya mudah dipatahkan. Terbukti SEA games yang skala internasional saja bisa jalan tanpa sponsor rokok. Lihat NBL Indonesia, bisa jalan tanpa sponsor rokok. Padahal lebih mewah penyelenggaraannya dibandingkan ketika namanya masih IBL.  Ketika rokok sudah tidak mendominasi acara, banyak yang sudah menanti ingin masuk. Salah satunya yang pertumbuhannya semakin besar dari potensinya semakin mengkilap di masa depan: Telekomunikasi


Indonesia, aktif dalam penyusunan FCTC (Framework Convention on Tobacco Control). Satu kesepakatan dasar yang akan diimplementasikan di seluruh dunia terkait industri tembakau. Indonesia aktif dalam penyusunan di tingkat dunia, dan aktif di tingkat regional. Lucu sekali kini ternyata 90% penduduk dunia yang tinggal di 172 negara sudah meratifikasi FCTC, sementara Indonesia yang aktif menyusunnya ternyata malah belum. Negara mana lagi yang belum? Sedikit sekali, di antaranya Somalia dan Zimbabwe  -_-* Indonesia satu satunya negara Asia Pacific yg belum meratifikasi FCTC. Aneh ya, sok sok eksis ikut nyusun giliran implementasi malah ga ikutan.. Mengapa bisa terjadi, perkiraan saya karena banyak pelobi dari perusahaan rokok dalam negeri dan terutama luar negeri yang meminta (bahkan membayar) agar Indonesia tidak meratifikasi.
Terbukti dari dihukumnya Ibu Ribka Tjiptaning sebagai ketua koimsi IX DPR RI yang dianggap bertanggung jawab terhadap hilangnya secara misterius pasal dalam RUU Tembakau yang menyatakan rokok itu adiktif.
Ini fakta terakhir untuk membuat anda berpikir, perusahaan rokok di Indonesia banyak yang merupakan perusahaan Amerika dan Inggris. Sementara di Amerika dan Inggris sendiri masyarakatnya sudah dilarang keras untuk merokok. Nggak percaya? Baca sendiri di sini. Coba bayangkan,  Amerika menjual kepada Indonesia dengan gencar produk yang oleh negaranya sendiri sudah ditinggalkan. Tidakkah itu membuat masyarakat Indonesia jadi tampak bodoh? Ibaratnya, kita nurut sama Ustadz yang bilang supaya kita setia kepada 1 istri, sementara dia sendiri istrinya 4.

Bayangkan ada Koboi datang dan berkata “Hey orang Indonesia, hisaplah ini… enak skali!” . Orang Indonesianya menghisap lalu berkata “wah benar enak sekali, anda suka juga?”.  “Ooh saya tidak suka, karena tidak baik untuk kesehatan saya..” jawab si koboi sambil berlalu dengan kudanya -_-*


 


 


 

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 30, 2012 18:48

May 26, 2012

Siapa yang mau follow mereka?

Ketika DKI Jakarta dan Palembang jadi tuan rumah bersama SEA games, sempat ada keramaian kecil.


Tidak sempat jadi berita heboh tapi sempat mendapatkan perhatian sebagian masyarakat Indonesia. Yaitu ketika sejumlah anak sekolah ketauan dibayar untuk mendukung Negara lain.


Banyak yang terkejut dan marah karena merasa itu tidak pantas dan memalukan.


Alangkah lucunya mengingat kita diam diam saja nonton acara musik di TV sementara penontonnya dibayar untuk mendukung sebuah band dengan berjoged dan bergoyang karena mereka memang tidak cukup kenal band band yang beraksi untuk bisa menyanyikan lagu mereka.


Tujuan PSK (pekerja studio komersil) dan pendukung bayaran di SEA games menurut saya sama, supaya terkesan seru dan ramai (terutama di TV). Yang menarik adalah, masih ada di antara masyarakat Indonesia yang tidak tahu bahwa penonton di acara acara musik itu sesungguhnya dibayar.


Banyak yang bahkan tidak tahu acara “reality show” di TV itu tidak benar benar “real”.


Surprise!


 


Hari ini, twitter juga menyimpan fakta tersendiri. Ada beberapa orang di twitter yang dibayar untuk ngetweet pesan tertentu. Lazim disebut “tweet berbayar”.


Ini adalah cara merk milik perusahaan perusahaan tertentu beriklan di twitter. Misalnya merk sepatu A ingin beriklan di twitter maka biasanya mereka mencari orang yang citranya cocok dengan merk sepatu tersebut atau mencari orang dengan followers yang banyak, orang orang ini biasanya disebut “influencer”. Perusahaan lalu membayar influencer tadi untuk ngetweet iklan mereka dengan bahasa masing masing influencer.


 


Praktek ini sangat umum di seluruh dunia, dan sangat umum di Indonesia. Seumum iklan di TV , seumum iklan di Koran, seumum iklan di radio, seumum iklan yang ada di media apapun termasuk di social media.


Saya sendiri sering menerima pekerjaan tweet berbayar ini. Saya selalu enggan dengan yang hard sell alias jorjoran ngiklan, dan saya lebih senang dengan yang soft sell, yang tidak terlalu “jualan banget” dan tentunya yang menurut saya produknyapun saya sukai. I will not promote products I don’t like or I don’t believe in. Coz that would be lying.


 


Tweet berbayar ini, prakteknya mulai melebar. Mulai banyak akun akun anonym / pseudonym yang dibayar untuk mengarahkan opini public. Saya tahu persis fakta ini karena beberapa, saya kenal dekat.


Dibalik identitas yang tidak jelas dan citra yang dibuat buat (misalnya jadi intel, dll) mereka melemparkan tweet tweet kontroversial untuk menggeser sebuah opini, mengarahkan opini bahkan mengalihkan opini.


Sialnya, pengguna twitter termakan.


Kini, lebih melebar lagi penggunaan tweet berbayar. Dengan modal dana yang luar biasa besar mulailah para calon kepala daerah membayar influencer untuk berkampanye. Mereka ngetweet prestasi, ngetweet pembelaan, dan beberapa bahkan ngetweet serangan.


Beberapa pelakunya bahkan teman saya sendiri, yang saya tahu persis bahkan tidak akan memilih orang yang mereka “dukung” di twitter. Istilahnya Sammy @notaslimboy: Ambil uangnya, jangan pilih orangnya” . Lucu memang, mendukung karena dibayar. Bukan mendukung karena percaya.


Bagi saya ini masalah integritas: Di dunia maya bicara A, di dunia nyata bicara B. Tidak punya integritas. Di twitter orang tanpa integritas itu sangat umum. Biasanya di twitter mencela dan menghina saya, pas ketemu malah minta foto bareng.


Tapi saya belajar untuk tidak menilai cara orang cari penghasilan, kalau itu pilihan mereka ya silakan saja


Toh saya sendiri, juga melakukan tweet berbayar untuk perusahaan.


 


Masalah mulai muncul bagi saya (dan mulai menyebalkan) adalah ketika orang pikir tweet dukungan tulus saya adalah tweet berbayar. Seperti suatu kali saya pernah komplen di twitter mengenai Pizza Hut karena kirimannya tidak sesuai dengan pesanan saya. Mungkin ada pihak Pizza Hut yang baca, 15 menit kemudian, mereka mengirimkan pesanan yang benar dan diberikan gratis untuk saya. Atas dasar etika, maka saya juga ngetweet usaha mereka untuk memperbaiki kesalahan mereka.


Saya rasa cukup adil, kalau saya ngetweet ketika mereka berbuat salah harusnya saya ngetweet ketika mereka berbuat benar.


Sialnya, rangkaian tweet tadi disangka followers adalah tweet berbayar.


 


Bahkan tweet dukungan saya terhadap Faisal Basri, dianggap merupakan tweet berbayar. Padahal dukungan saya terhadap Faisal Basri adalah bagian dari keyakinan saya. Ini sebuah gerakan. Ini sebuah harapan. I don’t care if people say we don’t have a chance to win. Im not a glory hunter. I do this because I believe it’s the right thing to do.


 


Lama saya berpikir, bagaimana saya bisa memperbaiki keadaan yang mengganggu ini


 


Tiba tiba, saya melihat @alandakariza ngetweet dengan tanda pagar (tagar) #SPON


 


Saya hubungin Alanda via whatsapp dan bertanya apakah tagar tersebut menandakan bahwa tweet tersebut berbayar, dia membenarkan. Tercerahkan otak dan hati saya.


 


Sekarang saya tahu apa yang harus saya lakukan.


 


Mulai sekarang, saya akan beri tahu followers saya, mana tweet yang berbayar dengan membubuhkan tagar #SPON yang berarti SPONSORED TWEET


 


Bahkan, saya berharap semua influencer melakukan hal yang sama (saya berharap, bukan memaksa) karena bagi saya, ini adil. Its fair. Secara etika, ini benar. Bahkan di Amerika dan Eropa yang notabene memulai trend tweet berbayar sudah umum menambahkan tagar #SPON dalam tweet berbayar.


Alanda pernah berdiskusi dengan dosen yang praktisi etika dan beliau berkata kalau tidak ada penanda / disclaimer bahwa ini tweet berbayar, bahwa kita dibayar untuk ngetweet iklan ini, maka sesungguhnya tidak etis kepada para followers. Followers bisa saja tidak tahu mana yang opini dan mana yang kita dibayar untuk tweet itu. Lha wong banyak yang tidak tahu penonton Dahsyat itu dibayar dan reality show itu nggak real.


Walaupun mungkin opini kita sejalan dengan opini yang dibayarkan kepada kita tapi tetap saja lebih adil kalau kita terang terangan bahwa ini iklan.


Contoh: Hati  saya selalu untuk League. Sepatu olahraga merk Indonesia. Saya rela mempromosikan mereka tanpa dibayar. Tapi ketika saya dibayar untuk mengiklankan mereka, maka followers saya berhak untuk tahu. Walaupun mereka tahu saya pribadi memang mendukung produk tersebut.


 


Followers saya, memfollow saya karena mereka percaya kepada saya. Kepada ucapan saya. Kepada tweet saya.


Sudah saatnya saya membayar kepercayaan mereka dengan melakukan yang benar.


Tentu ada resiko pekerjaan tweet berbayar saya berkurang. Banyak brand yang tidak mau saya membubuhkan tagar #SPON pada tweet saya. Mungkin mereka lebih ingin saya berbohong. Mereka bilang “Bukan bohong, tapi nggak bilang bilang”. But we all know its the same thing :)


Mereka kuatir, efeknya akan berkurang kalau orang tahu itu iklan, saya jawab berarti ada yang salah dengan produk dan pesan anda ketika anda harus bersembunyi dibalik setiap influencer.


Resikonya kan di tangan para influencer, bukan di tangan brand. Ambil contoh kasus “Misteri Ernest Prakasa dan jebakan ruang sempit”


Yang sempat tercoreng namanya kan Ernest, bukan brand yang membayar mereka. Untung Ernest bijak menyikapi ini sehingga karirnya bukan hanya hidup tapi melaju dengan tur Merem Meleknya.


Dalam konteks politik, bayangkan  influencer para kepala daerah. Resiko terhadap influencer besar sementara atasan mereka yang membayar mereka, ongkang ongkang kaki karena tidak kena resiko yang prajurit mereka alami seperti sindiran, cemoohan, karena dukungan terhadap kepala daerah harusnya merupakan sebuah gerakan berdasarkan kepercayaan bukan perkataan berdasarkan bayaran.


Truly a case of Lions for Lambs.


A bit unfair. But hey, when you entered politics, fairness goes out the window


 


Maka saya sudah katakan pada manajemen untuk setiap tawaran tweet berbayar, saya akan bubuhkan tagar #SPON. Mungkin pekerjaan berkurang, tapi saya tidak kuatir. Saya sejak lama menolak pekerjaan dari perusahaan rokok. Saya kehilangan potensi pemasukan uang yang luar biasa besar, saya kehilangan kesempatan manggung di Java Soulnation Festival, acara musik favorit saya, dan kesempatan untuk kerja di acara Russel Peters. Sebesar itu saja saya bisa jalankan, apalagi urusan tweet berbayar.


 


Lagipula, kalau orang orang mulai lazim menambahkan tagar #SPON pada tweet berbayar mereka, maka dalam praktek politik akan mulai terlihat siapa yang dibayar untuk mendukung kepala daerah tertentu dan siapa yang tulus karena percaya.


Siapa akun pseudonym yang dibayar untuk menyerang lawan politik tertentu dan siapa yang menyerang karena mereka percaya kritik perlu dilancarkan. Dan kalau mereka tidak membubuhkan tagar #SPON dalam tweet berbayar mereka, maka kita tahu, secara etika mereka salah.


 


Kalau ada orang yang tidak beretika, siapa yang mau berkawan dengan mereka?


Siapa yang mau follow mereka?


 


 

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 26, 2012 02:32

May 24, 2012

Jangan takut

Kepada siapapun yang ingin meniti karir sebagai Stand-Up Comedian:


1. Jangan kuatir kalau belum tau apa personanya, ingat Jerry Seinfeld


2. Jangan takut kalau tidak bisa atau tidak mau beract-out ketika Stand-Up, ingat Mitch Hedberg


3. Jangan takut untuk mengutarakan hal hal yang kasar atau diluar norma, selama punya alasan dan argumen yang kuat, ingat Louis CK


4. Jangan takut kalau tidak bisa sound effect atau tidak bisa impersonation, ingat Chris Rock


5. Jangan kuatir kalau merasa hanya kuat di verbal, ingat Jimmy Carr


6. Jangan takut dibilang lebay dalam act out, ingat Robin Williams


7. Jangan takut untuk mengutarakan keresahan secara sosial politik, ingat George Carlin


8. Jangan kuatir kalau materinya dianggap tidak berisi, ingat Nick Swardson


9. Jangan takut untuk mencolek hal hal tabu dan normatif, ingat Ricky Gervais


10. Jangan kuatir kalau ga bisa riffing, ingat.. wah, banyak yang ga pernah riffing penonton. Kecuali Jimmy Carr, nama nama di atas jarang sekali bahkan ada yang tidak pernah riffing penonton.


Intinya, jangan kuatir, jangan takut. Nama nama di atas besar karena 1 hal: Mereka mengasah kelebihannya sehingga orang lupa bahkan tidak melihat kekurangan mereka. Lebih penting lagi, mereka melatih dan mendisplinkan diri untuk menjadi sangat lucu.


Jadi, temukan, fokus, asah kelebihanmu dan jangan takut.


 


 

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 24, 2012 23:00

May 22, 2012

Menang atas pembajakan

Hari itu saya hadir untuk presentasi tentang strategi saya dalam memasarkan album ke 3 berjudul Merdesa di tahun 2010.


Saya diminta Acer untuk berbagi tentang bagaimana saya menggunakan teknologi dalam berkarya. Lokasinya di Epicentrum Walk. Waktu itu masih banyak area yang kosong dan dijadikan semacam kelas untuk tiap pembicara presentasi.


Seperti biasa, saya ngetweet untuk mengajak followers datang kalau ingin tahu tentang strategi saya tadi.


Ketika saya presentasi saya memperhatikan, ada Pak Hermawan Kartajaya mengintip dari pintu ruangan. Untuk yang belum kenal atau belum pernah baca buku buku pemasaran yang beliau tulis, beliau ini adalah Presiden World Marketing Association dan oleh The Chartered Institute of Marketing yang berkedudukan di Inggris beliau dinobatkan sebagai 50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing. Saat ini beliau menjabat sebagai Presiden MarkPlus&Co


Dari mengintip di depan pintu, tiba tiba beliau maju dan duduk paling depan.


Agak grogi saya, karena saya membicarakan pemasaran di depan 1 dari 50 guru pemasaran terbaik dunia.


Beliau mengangguk angguk dan sesekali matanya tertuju ke blackberrynya.


Usai presentasi saya, beliau berdiri, tepuk tangan, dan maju ke depan. Beliau bilang “This is the future of marketing..”


Selesai beliau menjelaskan bahwa yang saya lakukan sesuai dengan New Wave Marketing yang beliau gagas, kami berjalan keluar ruangan. Beliau harus segera pergi untuk kesibukan lain. Ketika saya cek Twitter, ternyata beliau ngetweet seperti ini..



FREE LUNCH METHOD bukanlah sesuatu yang baru, bahkan ia adalah nama yang saya berikan untuk rangkaian strategi panjang yang di dalamnya mencakup konsep: Freemium, community building, online activation.


Orang pikir saya typo dan bermaksud menulis LAUNCH. Padahal yang benar memang LUNCH.


Ada ungkapan yang berkata “There’s no such thing as a free lunch”. Alias tidak ada yang gratis di dunia ini. Waktu muda, saya dan teman teman mahasiswa sering crashing ke resepsi pernikahan mencari makan gratis. Padahal, makan itu tidak gratis tapi dibayarkan oleh yang punya acara.


Musisi sejak lama menggratiskan karyanya, padahal sebenarnya tidak gratis. Musisi tersebut yang “membayarkan” di depan supaya penikmat musiknya bisa mendapatkannya secara gratis. Sebuah lagu dengan format digital, terdiri dari banyak rincian biaya. Ada biaya listrik yang dipakai untuk rekaman, biaya sewa studio atau minimalnya beli laptop dan mikrofon yang dipake untuk rekaman, ada biaya software (apalagi kalau gratis, cukup besar biayanya) dan terpenting ada biaya kreatif.


Maka ketika musisi menggratiskan karyanya, itu tidak benar benar gratis. Kebanyakan musisi tidak menganggap itu sebagai biaya tapi sebagai investasi promosi.


Saya, berpikir sebaliknya. Saya ingin walaupun musik saya digratiskan, harus ada pemasukan supaya sebagai musisi saya tidak rugi rugi amat. Atau setidaknya balik modalnya lebih cepat ketimbang harus menunggu dapat job manggung dari gratisan tadi. Maka mulailah saya berpikir…


Saya mulai baca sejumlah buku, meng-amati Twitter dan membaca laporan statistik dari think.web (konsultan saya dalam online personal branding) terhadap buku-e NASIONAL.IS.ME saya yang menunjukkan peningkatan grafik yang signifikan.


Buku buku saya lahap, dari “Predictably Irrational”-nya Dan Ariely, “Pirate’s Dilemma”-nya Matt Mason, dan Buku FREE karya Chris Anderson meng-ajarkan bahwa kekuatan utama gratis adalah ia menghilangkan risiko kerugian. Kalau suka mereka simpan, kalau tidak mereka akan buang. Itu juga mungkin yang membuat buku-e NASIONAL.IS.ME begitu banyak diunduh orang. Prediksi saya, kalau yang saya gratiskan musik pasti akan lebih banyak lagi yang mengunduh. Saya berpikir ini pasti ada nilainya bagi perusahaan atau merk pengiklan. Ide utuhnya baru muncul ketika saya mempelajari tweet berbayar.


Saya dengan mudah bisa pahami beberapa akun yg memiliki follower banyak dianggap cukup pantas untuk dibayar perusahaan. Namun saat itu saya baru sadar mengapa ada akun akun yang followersnya dikit tapi bisa dibayar oleh perusahaan untuk tweet berbayar alias untuk beriklan.


Contohnya adalah @infosuporter yang walau saat itu memiliki ‘hanya’ 4000 follower tetap dipercaya untuk mengiklankan produk. Kenapa? Karena 4000 follower tersebut spesifik. Semuanya adalah pecinta sepak bola. Maka ketika Coca Cola yang saat itu sedang gencar mempromosikan Piala Dunia menunjuk @infosuporter, investasi mereka sesuai karena mereka berhasil mendapatkan komunitas yang tepat.


Saya belajar bahwa, “Yang penting bukan berapa follower Anda, tapi siapa follower Anda.” Baru saya menemukan free lunch method yang pada dasarnya berprinsip sederhana: Saya menyediakan lagu lagu saya untuk diunduh gratis. Mengapa menggratiskan musik adalah cara mengalahkan pembajakan? Apa lagi yang lebih murah dari gratis? Sesuatu yang gratis akan menarik traffic yang tinggi, dan itu yang saya tawarkan ke merk. Yang didapatkan oleh merk, selain banner dan kesempatan beriklan di komunitas yang spesifik, adalah merk terafiliasi dengan musisi yang menurut mereka mewakili karakteristik merk mereka. Di album Merdesa, saya bekerja sama dengan sebuah merk. Perjanjiannya adalah pemasangan banner hingga halaman tersebut mencapai 10.000 pageview. Untuk semua itu, nilai yang saya tawarkan adalah, RP 100.000.000,- . Saya rilis album tanggal 1 November. Pada tanggal 11 November, 10.000 pageview tersebut saya capai. Rp 1oo juta yang dijanjikan jadi milik saya. Setelah itu, banner diturunkan.


Setelah terbukti bahwa teori itu bisa berjalan dengan saya sebagai buktinya, saya melakukan peluncuran metoda Free Lunch Method di kantor MarkPlus di hadiri oleh Pak Hermawan Kartajaya



Belakangan saya dapat kabar bahwa Eric Schmidt, ex CEO Google yang sekarang jadi Chairman ketika datang ke Indonesia sempat menyebut nama saya dan memuji cara saya menggunakan internet terutama Google Analytics untuk membantu menstrategikan pemasaran musik saya. Eric Schmidt meng-endore strategi saya, Free Lunch Method.


Orangnya yang ditengah..



Adalah Anan dan Rama dari thinkweb yang mengajarkan saya bagaimana membaca data dari Google Analytics. Data yang disediakan, sangat banyak, mendalam dan menarik.


Dari google analytics saya bisa tahu kebanyakan unduh lewat laptop atau mobile, apa provider mereka, dari kota mana saja, bahkan saya bisa tahu pakai mobile phone apa mereka ketika mengakses ke website saya.


Ambil contoh, untuk album ke 4 saya “32″ kebanyakan yang mengakses ke 32.pandji.com menggunakan laptop dengan menggunakan provider speedy, lalu urutan ke dua opera dan RIM ada di urutan ke 3


Untuk mobile device, yang masuk ke 32.pandji.com di urutan teratas menggunakan BB onyx, yang kedua menggunakan iPhone


Untuk browser nomor satu pake firefox, kedua chrome, lalu safari, opera mini, internet explorer lalu android browser.


Kota, urutan teratas Jakarta, lalu berurutan Surabaya (ini menarik karena penonton paling gila kalau saya manggung memang di kota Surabaya), Bandung, Jogja, Semarang


Bahkan saya bisa sampai tahu behavioral mereka, recency & frequency, Engagement, dll


Semua di atas adalah data, penerjemahan dari data tersebut yang menjadi informasi berharga dalam menyusun strategi pemasaran album. Contoh sederhananya, mengingat ternyata banyak yang melakukan pengunduhan dari mobile devices maka kualitas MP3 yang saya sediakan juga disesuaikan dengan kemampuan mobile device yang digunakan oleh penikmat musik saya. Sampai sekarang, saya masih lihat banyak musisi yang menyediakan albumnya dalam bentuk zip atau dalam ukuran yang besar sehingga memberatkan banyak penikmat musik.


Juga contoh, karena ternyata ketika saya pelajari banyak yang mengakses ke merdesa.pandji.com (album ke 3) dari referral di twitter maka di album ke 4 saya pasangkan autotweet yang memberikan tautan menuju halaman 32.pandji.com, terbukti sejak diluncurkan tgl 21 Mei jam 9.30, sampai hari ini yang mengunduh tidak putus putus. Autotweet ini juga memuat akun twitter @pandjimusic yang sekarang mendapatkan penumbuhan followers yang pesat.


Tapi banjirnya orang yang mengunduh di 32.pandji.com bukan hanya karena autotweet, bukan hanya karena gratis, bukan hanya karena followers saya banyak, tapi karena saya melakukan aktivasi terhadap followers saya. Saya mengkondisikan mereka. Saya membangun antusiasme mereka.


Salah satu contoh, bukan hanya saya terus mengingatkan dan melakukan engagement dengan followers @pandjimusic (yang memang militan dalam menyebarkan informasi berkaitan musik saya) saya bahkan ikut minta bantuan mereka dalam memilih desain album “32″. Masukan mereka saya perhatikan dan salah satu desain di revisi dan hasilnya seperti ini, desainhasil rembukan bareng followers @pandjimusic :



saya juga merilis sebuah wawancara khayalan antara Pandji rapper dengan Pandji presenter. Isi dari wawancara tersebut adalah sebenarnya promosi terhadap album ke 4, namun dikemas dengan cara yang absurd. hehehe. Pembaca setia pandji.com pasti langsung membaca. Untuk menambah tinggi pembacanya, saya membuat video di mana saya mewawancara di saya sendiri. Di akhir video tersebut saya menaruh tautan menuju pandji.com/the-interview


Ini terbukti berhasil karena terjadi lonjakan terhadap pandji.com pada hari saya merilis video tadi.


Untuk album “32″, saya tidak lagi merilis seluruh 14 lagu dalam 1 hari. Waktu itu yang terjadi adalah trafficnya meledak di awal, kemudian secara perlahan menurun. Saya ingin coba sesuatu yang baru, yaitu merilis 2 single perbulan selama 6 bulan dengan harapan traffic bisa stabil dan saya bisa memperkenalkan setiap lagu dengan fokus.


Pada dasarnya, saya senang bereksperimen. Senang belajar dan mendapatkan hal baru. Mungkin karena waktu sekolah otaknya jarang dipakai.


Semoga dari eksperimen saya ini, banyak teman teman musisi yang bisa mengadaptasi bahkan menyempurnakan untuk menuai hasil terbaik bagi dirinya.


Sehingga kita semua sebagai musisi bisa berhenti berharap bajakan akan berhenti, merengek dan memohon orang untuk tidak membeli bajakan atau mengunduh secara ilegal. Kita bisa berdiri tegak, dan sadar walau ada bajakan di antara kita tapi kita bisa menang atas pembajakan.


 

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 22, 2012 21:18

May 21, 2012

Press Release Album ke 4 Pandji Pragiwaksono: “32″

PRESS RELEASE


Pada  tanggal 21 Mei 2012, bertepatan dengan 14 tahun turunnya Soeharto, Pandji Pragiwaksono mulai meluncurkan album hiphop ke 4-nya berjudul “32” yang bisa diunduh gratis di 32.pandji.com



Seperti album album terdahulu, kali inipun album “32” sarat dengan pesan semangat kebangsaan, sosial dan politik. Namun di album ini, semuanya terkait dengan konsep besar album


“Konsep besar dari album 32 adalah 32 tahun rezim Soeharto yang berdampak kepada 32 tahun kehidupan saya”


Lagu lagu seperti “Demokrasi Kita” dan “Indonesia Free” adalah musikalisasi dari pidato Mohammad Hatta yang menurut Pandji perlu untuk diketahui oleh generasi muda Indonesia. “Banyak di antara anak muda di Indonesia yang enggan membaca, padahal isi dari pidato pidato ini bukan hanya mengagumkan, tapi juga relevan dengan kehidupan di Indonesia jaman sekarang. Karena itu saya putuskan untuk memusikalisasi pidato tersebut dalam lagu hiphop”, ujar Pandji.


Lagu “Berani Mengubah” , “Menolak Lupa” dan “Terjebak” feat Reptamasta dari Jogja sangat mewakili konsep album “32” ini dengan pesan yang mengajak pemuda untuk tidak lupa apa yang terjadi di masa lalu dan tidak dengan mudah merasa bahwa era Soeharto lebih baik. Karena banyak hal hal yang terjadi di masa itu yang merupakan bagian kelam dari Republik Indonesia.


Berkaitan dengan 32 tahun hidup seorang Pandji, album “32” juga berisi lagu seperti “Selamat Pagi“, “Ge Er” feat Abenk Ranadireksa (Soulvibe) tentang isi kepala pria yang menikah, lalu  “Untuk Sahabatku” feat Davinaraja (The Extralarge) yg ia tulis sebagai persembahan kepada para penikmat musik Pandji selama 5 tahun berkarir. “Bertahanlah” menceritakan masa masa berat kehidupan seorang Pandji dan lagu “Ode Untuk Ayah” feat Teddy Adhitya (BLP dan BoyzIIBoyz) yang Pandji tulis pada malam setelah Ayahnya dimakamkan.  Ada “Lagu Putus” feat Ryan Valentinus sebagai antidot terhadap lagu lagu cengeng. Juga ada lagu “Selamanya” feat Gamila Arief tentang hari hari yang diisi oleh teman teman Pandji dari kecil hingga kini. Total berisi 12 lagu.


Pandji kembali menggunakan FREE LUNCH METHOD dalam memasarkan albumnya. Sebuah metoda yang sudah dia gunakan pada album ke 3 dan mendapatkan pengakuan dari Hermawan Kertajaya (MarkPlus) dan Eric Schmidt (ex CEO Google, Chairman Google).


Dalam metoda ini, Pandji menggratiskan musiknya namun tetap mendapatkan pemasukan uang dari music gratisan tersebut. Musik gratis disuguhkan dalam sebuah website, traffic  tinggi karena banyak penikmat musik berbondong bondong menyedot gratisan tersebut, traffic tadi ditawarkan kepada pihak ke 3 yaitu sponsor yang beriklan di website tadi. Dengan metoda ini, album ke 3 Pandji yg rilis secara digital tahun 2010 memberikan Rp 100.000.000,- dalam 10 hari. 1 tahun kemudian, Pandji merilis album tersebut dalam bentuk double disc CD + DVD, album tersebut tetap laris dibeli para penikmat musik Pandji.


Tahun ini Pandji juga melakukan hal yang sama, namun dia merilis 2 lagu perbulan setiap tanggal 21 sampai total 12 lagu selesai diunggah ke 32.pandji.com


Ketika ditanya mengapa musik seorang Pandji tidak seterkenal musisi lainnya yang regular tampil di acara acara musik TV nasional, Pandji menjawab:


“My music isn’t for 10.000 Lambs, it is for 100 Lions”

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 21, 2012 01:18

May 20, 2012

Amazing Year

Sejak meledaknya Stand-Up Comedy pertengahan tahun lalu, begitu banyak perkembangan menyenangkan di Indonesia.


Mulai dari lahirnya 60an komunitas Stand-Up Comedy di Indonesia sampai ke kedatangan Russel Peters yang saya yakin sangat terkait dengan meledaknya Stand-Up Comedy di Indonesia


Namun yang lebih membanggakan adalah kiprah sejumlah komika Indonesia yang mulai menelurkan karyanya dalam bentuk tur keliling Indonesia dan juga Stand-Up Special.


Berikut adalah beberapa penampilan spesial yang tidak boleh ditinggalkan:



Siapapun yang tahu Stand-Up Comedy, tahu Ryan Adriandhy


Siapapun yang tahu Ryan Adriandhy, tahu bahwa dia adalah satu dari sangat sedikit komika Indonesia yang memiliki kemampuan terlengkap. Sampai hari ini, kalau ada orang yang merasa jago impersonation akan seketika merasa minder kalau melihat Ryan impersonate.


His swag, his thoughts, his all around performance is a joy to watch


As a performer, he has grown so much now and performs with authority. Like a boss.


Catat dalam agenda anda:


FROM TINY TO FUNNY


Stand-Up Specal Ryan Adriandhy


14 Juni 2012 jam 19.00 di Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta.


***



Sammy, adalah komika pertama yang membuat saya berpikir “Nah, ketemu nih comic favorit gue..”


Sangat produktif dalam menulis materi, bahkan open mic aja udah mateng, sementara yang lain openmic masih meraba karena sedang melatih materi baru.


Dalam hal kualitas materi, Sammy sangat berkelas. Witty, thought provoking, daring. Same description you would describe Chris Rock


Jangan ketinggalan:


TANPA BATAS


Stand-Up Special Sammy DP @notaslimboy


23 Juni 2012 jam 19.30 di Auditorium RRI, Medan Merdeka Barat, Jakarta


***



This man, might just be the hardest working man in Indonesia’s Stand-Up Comedy scene.


Bukan hanya karena dia adalah komika Indonesia pertama dalam sejarah yang membuat tur ke 11 kota di Indonesia, dia juga penyambung nyawa komunitas Stand-Up di Indonesia


He’s like Lukman Sardi to Indonesian movies


Like Raffi Ahmad to Indonesian TV shows


He is the Tyler Durden of Stand-Up Comedy


Di antara semua komika di Indonesia, saya paling mengagumi Ernest. Etos kerjanya mengagumkan. He takes this seriously.


Secara materi, Ernest punya pengamatan yang mengagumkan, diracik dalam silogisme yang ngehe, diantar dengan penyampaian yg tanpa cacat.


Must watch:


MEREM MELEK


Stand-Up Special Ernest Prakasa (Penutup Tur Merem Melek)


10 Juli 2012, Jam 19.00, Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jakarta


***


Setelah Kota Padang dan Denpasar, tur Merdeka Dalam Bercanda akan melanjutkan perjalanannya. Kali ini dengan penambahan personil di setiap kota.


Semarang, 9 Juni. Guest comic:: Randhika Jamil


Samarinda, 15 Juni. Guest comic: Gilang Bhaskara


Balikpapan, 16 Juni. Guest comic: Gilang Bhaskara


Medan, 7 Juli. Guest comic: Topenk


Surabaya 14 Juli. Guest comic: Boris Bokir


Pekanbaru: 1 September. Guest comic: Kemal Palevi


Yogyakarta: 8 September. Guest comic: Kukuh


Bogor: 15 September. Guest comic: Wanda Urban


Bandung: 6 Oktober. Guest comic: Adjis Doaibu


Setiap kota tentunya juga akan dibuka oleh 3 komika dari kota masing masing. Jadi setiap pertunjukan akan ada 5 komika termasuk saya yang akan Stand-Up.


Untuk info terkait harga tiket, beli tiket di mana, lokasi pelaksanaan acara, silakan follow akun twitter komunitas Stand-Up kota terkait.


Saya tidak akan kasih tahu apa saja komunitasnya, salah sendiri tidak follow sejak lama. Seneng Stand-Up tapi kok ndak mau dukung komunitas kotanya sendiri. Silakan tanya tanya sama temanmu :)


Jakarta akan jadi kota terakhir tapi tanggal dan tempat belum bisa dipastikan. Kisarannya ada di November atau Desember. Komika pembuka di kota Jakarta namanya sudah ada, tapi diumumkannya nanti saja :)


***


Terlihat sekali, ini adalah tahun yang hebat untuk Stand-Up Comedy di Indonesia. Di setiap Special yang saya tulis di atas, saya sudah memastikan diri akan menonton. Jadwal sudah saya kosongkan.


Sampai berjumpa di sana :)



What an amazing year.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 20, 2012 00:03

May 18, 2012

Abu abu…

Suatu siang, ketika saya dan beberapa teman sedang asik ngobrol, salah satu teman masuk ke warung roti bakar tempat kami nongkrong dan mengajak Shalat.

Reaksi saya adalah “Emang ini udah hari Jumat ya?”


-_-*


Kisah nyata di atas cukup menggambarkan betapa jarangnya saya Shalat.

Saking jarangnya, ketika ada yg ajak Shalat di siang hari saya pikir dia ngajak Jumatan.

Bukan sesuatu yg patut untuk dibanggakan tentu, tapi setiap kali saya cerita selalu yg mendengar tertawa minimalnya tersenyum. Sebagian lain akan mengelus dada, menggelengkan kepalanya sambil berkata “Astaghfirullaaah..”


Saya adalah muslim yg anda akan bilang sembarangan memang, Shalat jarang, mengaji terbata bata, saya jauh dari hafal Al Quran


Tapi tidak ada keraguan sedikitpun akan Allah SWT dan Rasulullah SAW.


Urusan JIL vs TanpaJIL ini membuat saya tertarik utk berbagi tentang beberapa hal


Saya tidak menganggap saya liberal dalam urusan beragama. Saya cenderung mengikuti apa yg sejak lama diajarkan kepada saya.

Saya tidak berusaha menalarkan isi Al Quran lebih karena saya tidak percaya kepada penalaran diri saya sendiri


Bagi saya Babi dalam bentuk apapun adalah haram. Dari daging sampai minyak babi, saya hindari. Mitos daging babi itu enak banget sudah saya bantahkan. Biasa aja. Daging babi ya kayak daging pada umumnya. Saya tau karena pernah tdk sengaja makan daging babi beberapa kali (i know what you think, ga sengaja kok berkali kali. Tapi percaya deh sama saya, itu semua ga sengaja. Panjang kalau diceritakan)

Terhadap segala perintah dan larangan agama, tidak ada yg ingin saya bantahkan

Because basically i dont mind.

Saya tipe org yang di pesawat selalu mematikan HP sampai ke dalam gedung bandara.

Banyak orang yang mempertanyakan dan berargumen. Saya tidak. Coz i dont mind. Ga ada masalah kalau HP harus mati selama beberapa jam.

Saya kalau di POM bensin tidak pernah memfoto atau menerima telfon. Karena diminta pengelola untuk tidak melakukan itu. Saya turuti. Coz i dont mind.


Seperti itulah saya memandang agama.

Saya tidak keberatan akan perintah dan larangan agama, maka tidak ada keinginan utk mempertanyakan atau mengingepretasikan beda.


Tapi, saya juga bukan tipe orang yg akan keras melakukan pembelaan terhadap agama dan terutama terhadap Tuhan. Bagi saya, Allah SWT tidak perlu dibela, kekuatan dan kekuasaannya jauh melebihi apapun di luasnya tata surya.


Membela Allah itu seperti nolongin Iko Uwais berantem. Ga ngaruh.

Saya hajar lawan bertubi2, Iko hanya akan senyum, meminta saya minggir dan merobohkan lawan dalam 1 kali sikat.

Lalu dia berlalu sambil senyum dan menepuk punggung saya.

Kayak ngajarin Mike Mohede nyanyi.

Kayak ngajarin Ciputra cara nyari duit.

Kayak ngajarin Raditya Dika nulis komedi

Ga mbantu.


Beberapa kesempatan saya ditanya “Emang elo ga marah melihat agama lo dihina? Emang elo akan diem aja melihat Tuhan lo dijelek2in? Muslim macam apa lu?”

Saya jawab “Muslim yg santai” :)


Masalahnya, saya tidak melihat JIL melakukan penghinaan. Saya melihat JIL sebagai kalangan yg mengintepretasikan Al Quran berbeda dgn saya. Tapi mereka tidak menghina keyakinan saya


Bedakan kalimat berikut ini


“Rasulullah SAW bukan yg terakhir kaleeeee hahahahaha, salah lo slama ini..”


Dan


“Menurut saya Rasulullah SAW bukan yg terakhir, saya punya argumen mengarah ke sana”


Yang satu cenderung melecehkan yg lain, yg kedua lebih ke pernyataan sikapnya sendiri.


Saya melihat JIL sebagaimana saya melihat agama Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu dan kepercayaan lain.

Itu keyakinan mereka, ya sudah. Saya tidak ada urusan utk bilang mereka salah dan saya tidak kuatir mereka akan melakukan penyebaran keyakinan mereka dgn alasan bahwa mereka menyebarkan sesuatu yg salah kpd anak2 saya.

Mengapa?Saya tinggal jaga baik2 iman anak anak saya.


Kalau ada org Islam yg tidak toleran terhadap JIL, saya kuatir mereka tidak akan toleran terhadap Ahmadiyah, bahkan terhadap agama lain.


Karena kalau anda bisa mempraktekkan prinsip toleransi thd satu hal, harusnya bisa ke yang lain juga.


Sekarang gini deh, kalau argumen byk umat muslim terhadap JIL adalah “Dia melakukan penghinaan krn keyakinannya beda dgn Islam yg kami yakini” lah trus gimana dengan agama Katolik dan Kristen yg juga beda keyakinan dgn Islam yg kita yakini?


Di sinilah saya cenderung kuatir kpd tanpaJIL. I sensed so much hate.

Saya lihat mereka di video, di demo, saya dengar mereka berbicara, ada kebencian dalam diri mereka. Sementara JIL tidak benci siapapun. Mereka tidak benci AllahSWT, Rasulullah SAW.. Mungkin mereka benci tanpaJIL. Hehehehe..


Memang teman teman tanpaJIL dan JIL berhak utk saling benci, tapi saya juga punya hak utk ga stuju thd saling bencinya mereka


Seorang followers berkata “Anda tidak berani bersikap. Hitam ya hitam. Putih ya putih”


Saya jawab “Pernahkah terpikir oleh anda mengapa Tuhan menciptakan warna abu abu di dunia? Karena memang tidak semua harus hitam dan putih”


Kalau dia tidak percaya, jangan protes sama saya. Tanyakan saja sendiri kpd Tuhan mengapa diciptakan warna abu abu :)

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 18, 2012 19:59

May 15, 2012

Who knows…

Nama saya Pandji Pragiwaksono


Waktu saya mewawancarai orang orang atheis, saya dicap pro atheism


Waktu saya mewawancarai FPI dengan mengundang Habib Riziq yg kemudian dioper ke Munarman dan batal hingga akhirnya dapat ketua DPP DKI Jakarta Habib Selon, saya dicap pro FPI


Waktu saya mewawancari JIL dengan Mas Ulil sebagai narsum, saya dicap pro JIL


Malam ini saya mewawancarai IndonesiaTanpaJIL saya dicap pro Bigot.


Aneh, kenapa nggak ada yang ngasi saya label: Langsing


Atau: Ganteng.


Mendapatkan cercaan dan cemoohan bukan hal biasa


Bahkan, saking terbiasanya, saya sangat hafal bahwa kebanyakan mereka yang mencemooh saya dari SMS ke radio ataupun ke twitter saya, rata rata tidak berani mengucapkannya langsung kepada saya.


Dalam beberapa kesempatan, yang menghina paling lantang, justru ngajak foto bareng.


Hehehe


Malam ini, serupa. Tidak ada yang beda.


Yang baru, adalah sebuah penyadaran baru yang hinggap di kepala saya.


Mari saya ceritakan…


Malam ini, karena penasaran yang memuncak saya memutuskan untuk membahas #IndonesiaTanpaJIL


Salah satu alasan utamanya adalah, karena tagar tersebut lahir sebagai reaksi dari #IndonesiaTanpaFPI


Saya bingung, mengapa Indonesia Tanpa FPI melahirkan Indonesia Tanpa JIL..


Ada yg tidak nyambung.


Apakah kalau saya tidak setuju dengan FPI lalu saya otomatis JIL?


Maka kami undang teman teman #IndonesiaTanpaJIL diwakili oleh Akmal dan supaya imbang, kami undang perwakilan dari JIL yaitu Mas Abdul Moqsith Ghazali. Keduanya memastikan akan hadir dengan kesadaran penuh akan ada pihak yang berseberangan


Keduanya kami hubungi sejak Jumat tanggal 11 Mei. Acara kami tanggal 15 Mei.


Mendadak, Mas Abdul Moqsith siang tanggal 15 Mei mengabarkan tidak bisa hadir karena istrinya sakit.


Khawatir karena takut jadi tidak imbang diskusinya, tim Provocative Proactive Radio menghubungi Mas Ulil. Mas Ulil sendiri berkeberatan. Saya cukup paham karena waktu itu Mas Ulil pernah berkata bahwa beliau lelah berdiskusi soal JIL karena rata rata tidak ada ujungnya. Mas Ulil menawarkan Mas Guntur Romli. Ketika kami hubungi, Mas Guntur Romli menyarankan nama lain. Akhirnya, kami berhasil mendapatkan konfirmasi Mas Assyaukanie.


Merasa aman karena diskusi ini akan imbang, tiba tiba 30 menit sebelum acara, Mas Assyaukanie membatalkan karena enggan berdebat dengan #IndonesiaTanpaJIL.


Tim kami coba hubungi Mas Ahmad Syukron Amin untuk wawancara via telfon, beliau menolak karena mrasa tidak pantas mewakili JIL.


Terpaksalah kami berjalan dengan tanpa pihak dari JIL untuk menyeimbangkan.


Sampai sini, saya ingin menjelaskan, terutama kepada Mas Guntur Romli yang dalam beberapa tweetnya merasa kami berusaha tidak jujur dengan diam diam akan kehadiran pihak berlawanan dan bahwa kami tidak professional karena mepet, mungkin bisa konfirmasi ke Mas Ulil. Nama beliau kami dapatkan dari Mas Ulil yang tahu bahwa Mas Moqsith mendadak membatalkan. Tidak ada diam diam lha wong di twitter saja sudah saya ungkap keberadaan 2 sisi tersebut.


Banyak yang mention saya terhadap tweet Mas Guntur, tapi saya rasa tulisan ini akan menjelaskan.


Kembali ke wawancara, Mas Akmal yang mewakili #IndonesiaTanpaJIL ternyata adalah teman main basket di ITB dulu (walaupun saya berwajah model pakaian musim dingin, tapi saya beneran kok kuliah di ITB. Tepatnya di FSRD ITB)


Saya membuka pertanyaan dengan “Kenapa tagar #IndonesiaTanpaFPI kemudian diimbangi dengan #IndonesiaTanpaJIL? Memangnya kalau saya tidak setuju FPI maka saya otomatis JIL?”


Akmal menjawab dengan, tagar kami tidak ada hubungannya dengan IndonesiaTanpaFPI.


Saya tanya lagi, lalu kenapa diplesetkan dan kenapa nyambungnya ke JIL?


“karena pada demo IndonesiaTanpaFPI tanggal 14 februari, ijin kepolisiannya atas nama JIL”


Dalam hati saya berpikir “Lah katanya ga ada hubungannya sama IndonesiaTanpaFPI”


Lalu saya bertanya “Berarti yang anda coba untuk serang adalah JILnya dan bukan orang orang yang kontra terhadap FPI?”. Akmal mengiyakan, dalam satu kesempatan dia juga berkata di dalam #IndonesiaTanpaJIL ada juga yang kritis terhadap FPI.


Dalam penggalian saya, ditemukan bahwa #IndonesiaTanpaJIL adalah wujud dari kekesalan yang terpendam begitu lama.


JIL memang sejak lama dibenci orang karena dianggap “sembarangan” dalam menafsirkan isi Al Quran dan mempertanyakan hal hal yang harusnya mutlak tidak didebat, bahwa Islam agama terakhir, Rasulullah SAW adalah yang terakhir dan Allah SWT adalah Tuhan yang kita yakini


Mas Ulil dalam wawancara kami juga menyatakan beliau sempat dianggap darahnya halal, karenanya banyak yang berusaha membunuh beliau.


Not the kind of life I’d call comfortable.


Dalam diskusi saya, sayapun berkesimpulan tidak setuju dengan pendekatan yang JIL ambil. Sama dengan pendapat yang dimiliki Akmal, BEDANYA, saya tidak mengharapkan JIL utk bubar. Sementara, Akmal dan #IndonesiaTanpaJIL ingin “mematikan” JIL.


Here’s  an illustration to explain my stand point :


Saya setuju saja dengan pernikahan sesama jenis, karena banyak sahabat saya yang gay dan saya rasa kalau 2 orang saling mencintai ya boleh boleh saja menikah.


Saya nggak ada urusan melarang mereka, karena itu kehidupan mereka. Namun saya, merasa itu disalahkan oleh agama. Tapi kalaupun ada dosa, itu ditanggung mereka dan saya rasa merekapun tahu resikonya.


Saya tidak paham kenapa ada yang benci gay dan lesbian. Bagi saya, ini adalah pilihan. Seperti saya yang memilih untuk lebih suka Jay Z dari pada Justin Bieber.


Orang yang suka Bieber, ya biarlah. Toh kalau mereka ingin meyakinkan saya untuk jadi belieber, pendirian saya teguh. Saya pilih Jay Z.


Kalau saya tidak ingin anak saya jadi gay, ya saya urus anak saya. Bukan melarang orang lain.


Jadi dalam hal ini, saya tidak setuju dengan beberapa pandangan JIL tapi saya tidak setuju dengan pendekatan #IndonesiaTanpaJIL


Saya tidak setuju dengan pembubaran karena tidak ada satupun yang bisa membunuh sebuah gagasan.


Kalau JIL bubarpun, akan lahir lagi dalam nama yang beda. Misalnya Neo JIL atau JIL perjuangan.


Lagipula, lawan ide dengan ide. Lawan gagasan dengan gagasan. Lawan buku dengan buku.


Jangan lawan ide dengan pemasungan.


Saya lebih senang kalau #IndonesiaTanpaJIL berkegiatan dalam bentuk penyuluhan kepada masyarakat, daripada “pembunuhan” kepada organisasi.


Tapi sekali lagi, itu keputusan teman teman di #IndonesiaTanpaJIL,  walau saya berseberang dengan mereka tapi mereka berhak memiliki pendapat itu.


Saya sempat katakan kepada Akmal, saya rasa kekesalan orang terhadap #IndonesiaTanpaJIL adalah karena mereka dianggap anti Liberalisme.


Dalam beberapa tweet, ada yang bilang “Para liberal tidak berani datang! Hapuskan liberal” dan semacamnya. Yang menurut saya aneh, karena Liberal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah”Bersifat bebas, Berpandangan bebas”


Dengan definisi tersebut, kita semua adalah penikmat liberalism. Termasuk yang tadi ngetweet “Hapuskan liberal” karena kebebasan dia berpendapat adalah karena praktek Liberalisme.


Dalam sejarahnya, Liberalisme hadir sebagai perlawanan terhadap sistem kerajaan dan sistem keagamaan yang mengekang.


Di buku The Future Of Freedom-nya Fareed Zakaria (editor newsweek international) dijelaskan bahwa “masalah” mulai muncul ketika dipisahkan antara State dan Church.


Constantine memindahkan pemerintahan dari Roma menuju kota yang kemudian dinamai Konstantinopel. Semua dibawa pindah termasuk segala perangkat pemerintahannya. Yg dia tinggal, adalah The Bishop of Rome.


Masing masing tumbuh dan menguatkan kuasanya dengan korban rakyat di bawahnya. Kondisi gereja inilah yang akhirnya melahirkan apa yang kita kenal dengan Kristen Protestan tapi dunia mengenalnya dengan Christianity yg jadi opsi terhadap mereka yang tidak setuju dengan Catholic pada jaman tersebut


Liberalisme lahir sebagai perlawanan dan membawa kebebasan kembali kepada rakyatnya. Liberalisme lahir untuk mengembalikan hak dasar manusia, di antaranya: Kebebasan berpendapat dan berasosiasi. Sesuatu yang dinikmati oleh teman teman #IndonesiaTanpaJIL


Akmal menjawab, “Kami tidak anti Liberal, kami anti Islam Liberal dan dengan itu kami anti terhadap organisasi yg mengusung dan menyebar luaskan Islam Liberal”


Saya tanya lagi “Kalau begitu mengapa kalian ikutan demo Anti Liberal?”


Akmal menjawab “Kami hanya berpartisipasi tapi juga menyayangkan terhadap penggunaan nama Anti Liberal”. Menurut Akmal, penggagas demo tersebut adalah FUI.


Akmal berargumen, lebih banyak yang mendukung #IndonesiaTanpaJIL daripada #IndonesiaTanpaFPI. Saya tanya data statistic jelasnya dari mana, Akmal kurang bisa memberikan jawaban yang memuaskan saya.


Sayapun bilang “Terus terang gue kuatir dengan ucapan elo tadi. Karena kalau ada 1 pihak bilang dia paling banyak dukungan dan yang lain tidak, maka nanti pihak yang lain akan berlomba lomba menambah dan menunjukkan banyaknya dukungan. Kemudian elo juga akan melawan dengan menambah dukunga. The next thing you know, you have a country devided in 2”


Terus terang, saya sedih.


Keinginan saya hanya satu, kita tidak berantem


Saya tidak ingin kita semua sependapat


Saya tidak ingin kita semua mempercayai hal yang sama, berkeyakinan yang sama.


Saya tetap ingin ada perbedaan


Yang saya tidak inginkan adalah, orang orang berantem gara gara perbedaan tersebut


Dari kecil, saya selalu berada di antara permusuhan Ayah dan Ibu saya di rumah.


Saya tidak benar benar di antara mereka berdua yang berantem, tapi kami tinggal di rumah yang sama.


Bahkan ketika berceraipun, saya masih ditengah tengah permusuhan mereka. Hanya saja jaraknya melebar. Tapi saya masih di tengah tengah.


Rasanya, sangat sangat tidak menyenangkan. Apalagi karena saya sangat menyayangi mereka berdua.


Hari ini, menjadi bagian dari bangsa Indonesia, saya merasakan hal yang sama.


Saya di tengah tengah, dan di sekeliling saya di rumah besar bernama Indonesia ini orang orang berantem.


Saya sangat menghormati Mas Ulil, bahkan saya sangat menggemari ngobrol dengan beliau. Sebagai teman diskusi, beliau membantu saya memahami banyak hal  terutama akan politik.


Saya berteman dengan Akmal, kami main basket bareng, kami sama sama suka NBA dan saya juga berteman dengan Anggy Umbara seorang Sutradara yang pernah kerja sama dengan saya dalam membuat iklan. I like them, they’re a great company.


Di antara mereka, saya seperti anak kecil yang menoleh ke atas sambil berkata lirih “why do you guys fight?”


………


Saya lelah melihat orang orang berpikiran tertutup.


Saya ingin melihat lebih banyak orang berpikiran terbuka, dalam arti saya mungkin tidak setuju dengan pendapat anda, tapi saya bisa menerima. Saya tidak harus keras melawan pendapat anda. Dan kita bisa terus berteman.


Indonesia, terutama di twitter, penuh dengan orang orang keras yang gatal kalau bertemu dengan orang lain yang beda pendapat. Gatal ingin membenarkan.


Selesai wawancara ini, twitter ramai membahas ini dan itu.


Mereka yang mendukung JIL kecewa dan mencap saya tidak seimbang, mencap saya fundamentalis, mencap saya licik dan lain lain.


Saya tidak kesal, bukan itu yang ingin saya bahas.. yang ingin saya bahas adalah bahwa ternyata simpatisan JIL sama insecurenya dengan simpatisan #IndonesiaTanpaJIL


Waktu saya wawancara JIL tanpa ada pihak lain untuk menyeimbangkan, saya dihajar bertubi tubi oleh mereka yang kontra JIL


Waktu saya wawancara pihak kontra JIL tanpa ada pihak JIL untuk menyeimbangkan, ternyata saya juga dihajar bertubi tubi para simpatisan JIL


Ternyata, kelakuan mereka sama.


Santai aja lah, saya berhak untuk wawancara siapapun dan saya memang berteman dengan siapapun.


Saya tidak pilih pilih dalam berteman, tapi saya juga tidak serta merta bisa dicap sama dengan mereka.


Saya berteman dengan atlet tidak lantas membuat saya jadi atlet.


Saya berteman dengan model tidak lantas membuat saya jadi model.


Saya berteman dengan Mas Ulil tidak lantas membuat saya jadi JIL


Saya berteman dengan Akmal tidak lantas membuat saya menjadi #IndonesiaTanpaJIL.


Santai.


Ga perlu panik


Ga perlu marah marah


Im talkin to both of you, JIL and IndonesiaTanpaJIL


You both turned out to be one of a kind.


You both are bigots in your own way. You are bigots, fanatics in what you both believe in because you hate those who oppose you. You hate them enough for you to say bad things about them.


And you DID say bad things about each other, I know, i read your tweets :)


Saya berusaha untuk tidak benci siapapun.


Mungkin karena hidup saya terlalu bahagia untuk saya rusak sendiri dengan repot repot membenci orang.


Its okay, you both can hate me


At least you have 1 thing in common


Who knows, maybe it’ll grow into more things in common


Who knows, maybe you wouldn’t have to fight each other


Who knows, we may have peace after all


Who knows..

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 15, 2012 13:05

May 10, 2012

Bukan masalah nonton apa, tapi sama siapa.

Pertama kali nonton Russel Peters, saya kagum Ketawa, tapi juga sambil kagum


Komika satu ini ceruknya membicarakan ras, dan pemahamannya akan berbagai macam ras, sangat menarik untuk diikuti.


Act outnya pol, riffingnya gokil. I enjoyed his performance.


Maka ketika dapat kabar dia akan datang ke Indonesia via twitter, saya langsung meminta manajemen untuk mencari tahu siapa yang membawa Russel Peters dan agar manajemen menawarkan saya untuk jadi pembuka. Ketika ditemukan ternyata Ismaya, saya langsung memberikan DVD Bhinneka Tunggal Tawa kepada mereka dengan harapan saya dianggap pantas untuk membuka Russel Peters.


Usaha saya, ditanggapi positif. Saya diminta untuk mengosongkan jadwal pada tanggal 10 Mei, tanggal pertunjukan Peters dilaksanakan. Walau belum tanda tangan kontrak, saya cukup yakin akan diterima. Bahkan saking yakinnya, saya tidak ikut mengantre untuk membeli tiket.


Its not that im cocky or anything, I was so sure. I think im qualified, and I put effort to make sure I can be affiliated with this show


Kabar datang bahwa Peters bawa pembuka, tidak apa. Saya ditawarkan untuk jadi “penghangat” di panggung luar bersama beberapa komika lain. Selain dibayar saya juga mendapat 2 tiket Silver Class. Keyakinan saya terbuktikan. Saya menghubungi istri, Gamila membawa kabar bahwa kami dipastikan akan nonton. She was excited.


Hingga suatu hari, representasi manajemen saya bernama Anes tiba tiba menelfon. Dia sedang bersama pihak Ismaya, bersiap siap untuk menanda tangani kontrak kerja ketika dia menemukan sebuah fakta: Sponsor acara Russel Peters World Tour adalah merk rokok.


Sejak yayasan pita kuning anak Indonesia saya dirikan bersama teman teman, saya tidak pernah lagi mengambil pekerjaan untuk merk rokok. Selain karena tidak etis mengingat rokok adalah salah satu faktor pemicu kanker, juga karena bertolak belakang dengan keyakinan saya yang tidak merokok ini. Berat memang dari sisi penghasilan karena banyak sekali potensi pekerjaan datang dari acara acara yang disponsori rokok. Tapi itulah keputusan yang saya ambil dengan segala kebaikan dan keburukannya


Terpaksa, saya minta Anes untuk menyatakan permohonan maaf kepada Ismaya dan mengundurkan diri. Dengan itu otomatis, saya batal mendapatkan tiket Russel Peters. Ketika saya cerita ke Gamila, dia tidak tampak sedih. Biasa saja. “Ya sudahlah” katanya. Saya dengar tiket sudah habis, kalaupun ada dari calo dan saya tidak pernah beli dari calo. Beberapa komika lain yang kerja di acara Peters dapat jatah tiket gratis, tapi tiket jatah mereka sudah diberikan kepada yg lain. Akhirnya saya menerima kenyataan tidak akan menonton. Pahit, tapi ya sudahlah..


Hari ini, saya seharian di Plaza Senayan karena ada sejumlah rapat yg sengaja saya kumpulkan di tempat tesebut. Agak sempaut kalau harus muter muter kota. Plaza Senayan ini tidak jauh dari Istora Senayan tempat Russel Peters World Tour dilaksanakan. Sore hari setelah rapat, saya dapat pesan whatsapp dari Boris (Boris Bokir komika asal Bandung dengan persona Batak, peserta Stand-Up Comedy Indonesia KompasTV musim II) bahwa 2 tiket Silver Classnya tidak dipakai. Saya langsung hubungi dan menyatakan akan membeli dari Boris. Borispun memberikan harga normal. Kalau dia dapatkan tiket itu secara gratis, sudah untung besar. Hehehe.. Setelah dapat info tersebut, saya langsung telfon Gamila


“Mil, aku dapat tiket Silver Class 2 untuk Russel Peters! Nonton yuuk!”


“Aku nggak bisa, nggak ada yg jagain Shira..”


Shira adalah anak kami yang ke 2, anak perempuan berusia 6 bulan


“Kamu nonton aja sendiri gapapa…” Tidak terdengar nada sedih, bahkan justru tenang. Terlalu tenang. Ketenangannya mengganggu benak saya.


I know she’s a huge fan of Russel Peters. Setiap kali kami nonton DVD “Red, White, Blue and Brown” Gamila selalu ngakak sambil memaki maki Peters, hehehe. Dia harusnya kecewa tapi tadi tidak terdengar, pasti dia menahan supaya saya bisa nonton dengan tenang.. Tapi saya tahu, kalaupun saya nonton rasanya tidak akan tenang, tidak akan nyaman, mengingat sahabat anda yang juga sangat menggemari Russel Peters tidak bersama anda


Saya sms dia “It doesn’t feel right going without you, should I cancel it?”


Ini balasannya via whatsapp..


“Do what feels right to u. I have a huge respect for Russell Peters, it’s almost as if he was my long lost friend. Sayang banget kalau kedatangan dia nggak bisa diapresiasi dgn hadirnya aku di sana. But i made peace to myself. I said my “see you later” in my own way. I believe I’m doing the right thing. I may not be able to explain what I’m doing.


But deep in my soul, my brain telling me, I have to do this: not watch RP, take care of the kids. Ini ada suster pengganti yg ternyata belum pernah kerja jadi baby sitter sebelumnya. Wati (PRT kami) bisa banget tapi dia nggak mungkin sendirian. Kamu mah terserah mau apa. Aku masih bisa Mempertahankan benteng di sini. Kamu masih bisa bertualang di lini depan. I can handle this.”


Selesai membaca itu, saya putuskan. Saya ingin pulang.


Saya batalkan menonton Russel Peters. She wants to hold the fort, I’ll stand beside her. We’re a couple, partners. I should be by her side. She sacrificed and so I have to repay her


Saya serahkan tiketnya kepada Adik saya. Dia bertanya “Udah lah gapapa.. Gue juga ga nonton sama istri gue..” . “Iya, tapi bedanya istri lo emang ga suka stand-up comedy, nah ini Gamila suka banget Russel Peters” jawab saya.


Maka pulanglah saya, di jalan saya tidak bisa menahan membayangkan seperti apa pertunjukkan Russel Peters.


Dia adalah komika kelas dunia pertama yang datang ke Indonesia.


Mungkin dia tidak akan kembali lagi.


Mungkin saya tidak akan dapat kesempatan yang sama lagi.


Malam ini setelah anak anak tidur, kayaknya saya akan nonton DVD Russel Peters lagi bersama istri saya DVD yang sudah kami tonton berkali kali


Its going to be the same set


Same jokes


Same improvs


Same laughters


But its okay coz its not about the show, its the company


Bukan masalah nonton apa, tapi sama siapa.

:)

 •  1 comment  •  flag
Share on Twitter
Published on May 10, 2012 06:51

Pandji Pragiwaksono's Blog

Pandji Pragiwaksono
Pandji Pragiwaksono isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Pandji Pragiwaksono's blog with rss.