Reffi Dhinar's Blog, page 23

May 15, 2019

3 Hal Utama di Ramadan Kali Ini



Ramadan adalah bulan yang selalu membawa berkah. Siapapun pasti setuju jika bulan suci ini menjadi satu bulan penuh kebaikan. Berkah ramadan juga saya rasakan diiringi dengan banyak perubahan. Perubahan tersebut dimulai dari perubahan jam tidur, pergeseran jam makan, dan tentunya berusaha menjaga kondisi tubuh agar tetap fit selama berpuasa.
Soal limpahan pengamapunan dan pahala, sudah bukan hal yang asing buat kaum muslim, namun berkah ramadan kali ini saya merasakan jika apa yang dulunya terlihat penting, kini telah menjadi hal yang tidak utama lagi. perubahan itu meliputi keinginan berlebih dan perasaan-perasaan lain yang kadang sering mengganggu pemikiran saya.
Tak Perlu Berlebihan makan secukupnya
Photo by Brooke Lark on Unsplash
Ramadan di tahun-tahun sebelumnya selalu identik dengan kudapan, camilan dan makanan berat. Biasanya jika sedang di rumah, saya akan mempersiapkan diri untuk membeli jajanan  atau gorengan baru makan nasi. Sebelum berbuka, kepala saya dipenuhi dengan rencana mau makan apa. Terlebih lagi saya tinggal di tempat kos mulai dari Senin sampai Jumat. Rencana untuk membeli makanan tertentu sekilas menyenangkan, tetapi setelah waktunya berbuka, makanan-makanan kecil malah tak sempat saya sentuh.
Tahun ini frekuensi membeli makanan berlebihan sudah turun drastis. Tiap kali mulai bermunculan ide menu makanan yang ingin saya beli, selalu saya telaah berkali-kali, apakah benar saya ingin makan itu atau hanya sekadar lapar mata?
Menariknya, mungkin karena berkah latihan menahan diri untuk membeli makanan sia-sia, efek lainnya nafsu membeli buku juga perlahan berkurang. Di bulan-bulan sebelumnya, saya sering menghamburkan uang demi buku. Bahkan saya sampai rela membeli buku impor yang harganya mendekati biaya kos saya sebulan. Bulan ini tiap kali jari dan mata bergerilya mencari buku terbaru, saya ingat  kalau masih banyak tumpukan buku yang belum dibaca. Setidaknya di bulan Ramadan kali ini, jika harga buku incaran terlalu mahal, saya dapat menahan diri sampai harganya turun.
Manajemen WaktuBerkah ramadan paling besar selain ibadah yang memiliki kualitas lebih baik, tentunya masalah manajemenwaktu. Manajemen waktu adalah hal yang lekat dengan kehidupan saya bahkan sampai hal terkecil seperti manajemen waktu makan juga harus saya atur. Jujur saja, saya adalah tipe orang yang tidak terlalu menyukai keteraturan. Saya suka spontanitas tetapi karena memiliki masalah kesehatan yang harus dijaga, mau tidak mau disiplin menjadi bagian dari hidup.

Photo by Andrik Langfield on Unsplash

Awal puasa tentu lambung saya agak rewel, tetapi seiring berjalannya waktu, makan di saat sahur dan berbuka membuat pola teratur yang bersahabat buat lambung. Asam lambung hanya naik menjelang waktu berbuka. Saya juga lebih berhati-hati dalam memilih menu sahur, setidaknya saya paham mana makanan yang tidak baik dikonsumsi terlalu banyak.
Selain itu, saya jadi punya jadwal tertaru untuk menulis. Setelah salat tarawih, saya akan menulis setengah atau sampai satu jam. Mata akan mulai mengantuk menjelang jam sepuluh malam. Jam tidur jauh lebih teratur karena saya tidak ingin melewatkan waktu sahur. Sebagai penderita gastritis, sahur adalah kegiatan wajib yang tidak boleh dilewatkan. Orang lain bisa saja puasa tanpa sahur, namun kondisi lambung saya tidak memungkinkan hal tersebut.
Mengurangi yang Tidak PentingSudah mulai dua tahunan ini saya mengurangi ikut kegiatan buka bersama yang saya rasa tidak terlalu mendesak untuk diikuti. Bukannya saya malas silaturahmi, tetapi saya sering merasa jika bukber diisi dengan ngobrol-ngobrol biasa, foto-foto lalu agak susah untuk beribadah. Dan hal yang paling menonjol adalah pemborosan uang.

Berkumpul dengan orang terdekat itu lebih baik
       Photo by british actions on Unsplash

Di bulan ramadan kali ini, saya jauh lebih bahagia. Saya bisa melakukan hal positif seperti menjadi pembicara di luar kota dalam hal menulis, jalan-jalan singkat untuk menambah pengetahuan dan berbuka dengan orang-orang terdekat saja. Hampir tidak ada ajakan berbuka kecuali dari sahabat terdekat. Itu jauh lebih menyenangkan. Waktu bersama keluarga terasa lebih penting karena saya hanya bisa berkumpul dengan mereka di akhir pekan.

Itulah yang saya rasakan sebagai berkah ramadan kali ini. Tiap orang pasti punya kisah dan pengalaman yang berbeda. Apa hal utama di bulan ramadan Anda tahun ini?
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 15, 2019 21:17

May 4, 2019

5 Cara Agar Hidup Lebih Woles

5 Cara Agar Hidup Lebih Woles


Woles adalah kata yang kini menjadi penting di tengah dunia maya atau juga dunia nyata. Lihat saja betapa sering kita temukan orang tidak saling kenal bisa bertengkar hingga menulis komentar menyakitkan untuk saling serang di kolom postingan atau sebuah berita di dunia maya. Berlanjut ke lingkungan sekitar yang hobi merecoki atau mengomentari orang lain hingga membuat kita tidak nyaman.

Betapa sulitnya untuk hidup woles, santai dengan tidak repot berkomentar untuk orang lain. Saya pun merasakan hal yang sama. Maunya rileks, menjalani hidup dengan baik tanpa gangguan, eh seketika niatnya buyar karena komentar julid orang lain. Kini melatih diri untuk berpikir woles memang bisa saya lakukan, meski kadang kalau mood sedang jelek maka usaha woles pun gagal.

Tidak selamanya memang kita mudah untuk bersikap woles. Tetapi seperti yang saya terapkan pada diri, woles itu bisa dilatih. Hal ini harus kita pelajari agar hidup  tidak mudah terganggu hanya karena komentar dan kritik orang yang tidak membangun. Kita pun belajar agar jangan sampai suka nyinyir pada orang lain. Woles meski teman kita ada yang lebih sukses contohnya.

Inilah 5 hal yang bisa kita terapkan agar hidup bisa lebih woles.

Menciptakan Bahasa Optimis Menciptakan Bahasa Optimis

Menciptakan bahasa optimis bukan sekadar diucapkan di lidah. Hal yang paling utama adalah ubahlah persepsi bahasa yang sering muncul di kepala kita. Pilihlah bahasa optimis namun tidak bermakna mengajak berperang. Apa maksudnya?

Pilihan kata seperti, ‘Aku harus mengalahkan si A’ Atau kata seperti ‘Waktunya berjuang di hari baru’, kesan awalnya memberi optimis menyuntikkan semangat juang. Padahal tanpa sadar, jika kita menganggap orang lain sebagai lawan dan menganggap hari esok sebagai medan pertempuran, hidup akan lebih tegang. Stres pun lebih mudah datang.

Ciptakan bahasa optimis yang membuat kita kuat namun juga rileks. Bangkitkan optimisme dalam diri agar bisa santai meski hidup tidak selalu ramah. Yang sering saya lakukan ketika pagi hari adalah membuka mata lalu mengucap syukur. Ketika bercermin saya berkata,”You are great and beautiful, Reffi.”

Mulanya saya tidak tahu jika hal itu ada gunanya. Namun melihat respons saya pada kritik yang kadang-kadang menjatuhkan lalu saya yang tidak terlalu ambil pusing, saya sadar jika saya merasa percaya diri. Saya anggap orang-orang julid itu hanya iseng atau mungkin iri pada apa yang saya hasilkan. Saya akan mendengar kritik dengan bahasa santun yang memberi perbaikan, bukannya menyinggung tanpa dasar.
Melepas Ketegangan melepas ketegangan
Know your mind and body sincerely. Kita harus mengenali tanda-tanda tubuh jika sedang telalu tegang hingga stres muncul. Seperti saya akan tahu jika tubuh ini minta istirahat dari asam lambung naik meski makan teratur, tubuh sakit-sakit karena kurang olahraga, dan mood swing yang mendadak semakin buruk.

Saya dulu tidak tahu jika gejala di atas adalah tanda jika saya sedang stres. Tetapi ketika sahabat tedekat mengingatkan saya agar bisa lebih woles dan tidak moody, baru saya renungkan sebenarnya ada apa dengan saya. Kini meski misalnya saya belum tahu apa penyebab stres, ketika alarm tubuh berbunyi seperti asam lambung tinggi atau badan kurang fit, maka saya matikan internet, berolahraga atau menonton drama korea kesukaan. Tarik napas dalam-dalam lalu merenung. Pilihlah kegiatan apa saja yang tidak memberi beban dan membuat kita lebih tenang.
Hidup di Masa Kini hidup di masa kini
Dengarkan napas, lihat arah langkah kaki, perhatikan apa yang ada di sekitar kita. Biarkan diri sadar sekarang berada di mana, arahkan kesadaran ke hari ini, saat ini, bukannya mengembara ke masa lalu atau masa yang belum kita tahu bentuk dan  rupanya. Saat saya sedang merasa penuh tekanan, saya coba tips sederhana seperti menutup mata lalu bernapas pelan-pelan. Saya hayati napas itu sampai tubuh rileks.
Atau cara yang paing cepat biasanya saya pergi ke tempat khusus body massage. Saya catat apa saja yang sudah saya lakukan hari ini. Kalau kepala terasa penuh dengan tujuan yang akan datang, saya sederhanakan dengan mencatat apa yang bisa saya kerjakan hari ini dari skala prioritas tertinggi. Fokus pada saat ini membantu kita menyederhanakan keruwetan pikiran.
Melepas Emosi Negatif melepas emosi negatif
Melepas emosi negatif seperti iri, tinggi hati, rendah diri dan perasaan lain yang bisa menjadi toxic. Bagaimana cara melepaskan jika curhat, menulis atau melakukan hobi tidak bisa membuang emosi negatif yang bertahun-tahun telah terkumpul? Cobalah cari bantuan ahli. Fokuslah pada apa yang penting buat diri kita, jangan terlampau fokus dengan milik orang lain. Mulai berlatih meditasi atau memperbanyak aktivitas mendamaikan misal beribadah juga diyakini mampu menurunkan kadar emosi buruk.
Bedakan Kebahagiaan dan Pencapaian
bedakan kebahagiaan dan pencapaian
 Kita tidak perlu mencapai keberhasilan tertentu untuk menjadi bahagia. Bedakan kesuksesan dengan bahagia. Dulunya saya juga berpikir untuk menjadi bahagia maka saya harus sukses A, mencapai B atau mendapat Z.  Euforia kebahagiaan ketika berhasil mendapat sesuatu itu kadang semu, hanya berlangsung sesaat. Kalau hati tidak bahagia dan merasa tidak puas, ya sedih lagi pastinya.
Bahagialah dengan kondisi tubuh yang kita miliki. Bahagialah dalam memilih apapun yang kita jalani. Bahagialah ketika pernah kalah dan berduka. Bermimpi lalu mencapai keberhasilan adalah bagian kecil dari kebahagaiaan. Penerimaan diri sepenuhnya dan menciptakan bahagia itu keputusan kita.

Itulah 5 cara agar hidup bisa lebih santai dan woles. Dan semuanya adalah kondisi yang bisa kita ciptakan serta bisa kita kendalikan. Tidak ada lagi nih kalimat,”Gara-gara dia makanya aku nggak happy.” Choose your sanity with being happy!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on May 04, 2019 02:13

April 17, 2019

Pandangan Saya Pada Dunia yang Makin Tidak Ramah


Bullying pada anak

 Mengikuti kasus Audrey, seorang remaja SMP yang diberitakan dirisak oleh segerombolan anak perempuan, membuat saya menangis. Meskipun pada perkembangannnya banyak simpang siur yang menambah berita ini semakin ricuh, yang saya temukan adalah betapa mahalnya untuk menjadi diri sendiri saat ini.
 Kita terpapar dengan banyak film, acara, sinetron yang mungkin tidak bagus ditonton seorang remaja. Katanya, anak-anak yang menjadi terduga perundung ini marah karena kalimat yang diucapkan Audrey juga. Ya, kita belum tahu duduk permasalahannya namun satu hal yang pasti, kalimat dan tindakan buruk dilakukan sebab menjadi seorang yang ‘bad’ terlihat lebih keren daripada ‘good’. 
 Saya pun pernah menjadi seorang abege. Insecurity adalah tema besar yang menjangkiti sebagian abege, selain masalah pencarian jati diri. Saya heran melihat ada anak-anak lain yang punya selera pakaian bagus, saya kagum dengan mereka yang mudah sekali berganti-ganti pacar, saya ternganga melihat mereka yang mempunyai fisik cantik atau tampan dan memiliki barisan pengagum. Lalu, saya merasa jika tak ada yang bisa dibanggakan dari diri saya yang berpipi tembam, tidak berkulit putih cerah dan lebih menyukai perpustakaan ketimbang hang out ke mal. 
Ada masa di mana saya tak sepenuhnya percaya arti persahabatan. Ya ada kejadian-kejadian tidak enak, hingga akhirnya saya terbiasa memasang pagar tinggi. Di masa SMU, baru saya beruntung bisa bersahabat dengan 3 orang perempuan yang tidak pernah memandang saya aneh. Mereka tidak menertawakan saya yang begitu mencintai buku dan bermimpi menjadi penulis.
 Saya bahagia karena tak pernah malu menjadi kutu buku, namun saya juga besyukur karena saya beruntung. 

Barangkali, Audrey yang katanya memicu amarah anak-anak perundung, tidak tahu cara terbaik untuk mengekspresikan ketidaksukaannya secara pas di media sosial. Mungkin, anak-anak yang katanya main keroyok ini akan gemetar hebat jika tidak datang beramai-ramai. Mereka merasa benar dengan tindakan maisng-maing, walau tetap saja mengeroyok dan merundung bukanlah sebuah tindakan yang bisa dilewatkan. Hukum harus berjalan, namun bisakah kita yang dewasa ini tidak turut menambah runyam? 
Andai saja saya tak bertemu sahabat-sahabat saya di masa SMU, mungkin saya masih menjadi kutu buku yang tak punya kehidupan sosial. Mungkin bisa jadi terjadi sebaliknya, karena merasa malu dengan kebiasaan cupu dan ingin dianggap keren, saya ingin menjadi sosok lain yang bukan diri saya sebenarnya.
 Ada yang bunuh diri karena putus cinta. Ada yang merelakan kesuciannya demi tidak kehilangan kekasih. Ada yang membunuh karena sakit hati. Dan saat ini sudah sering terjadi di dunia remaja. Mengerikan, bukan? 
Bullying pada anak Mungkin kita yang menjadi
 contoh buruknya 

Kita Bisa Saja Menciptakan Monster 
Jangan menyalahkan satu sama lain, karena keacuhan kita dan omongan kita yang tidak enak barangkali menancap di hati seseorang hingga membuat dia dendam. Siapa yang tidak pernah sebal dan kesal? Namun, perkara membiarkan dendam itu menjadi bibit kejahatan adalah hal yang sangat berbeda. Kita marah pada suatu tindakan kejam, namun apakah kita tidak pernah melakukan hal yang kejam pada seseorang? Itulah sebabnya dulu saya takut untuk berteman, karena bagi saya manusia adalah makhluk kompleks yang punya banyak topeng, termasuk topeng monster. 
 Mencintai Diri Sendiri Bukanlah Kejahatan 
Tetapi mengisolasi diri bukanlah jalan terbaik. Lewat berteman dengan sahabat-sahabat terbaik, saya belajar untuk mengenali karakter yang sangat berbeda. Mereka mengajari saya untuk memaafkan, untuk menangis, untuk saling marah namun tidak saling membenci. Sebelum bertemu mereka, saya setengah mencintai diri saya sendiri, tetapi setelah berjumpa mereka saya merasa lebih banyak dicintai selain oleh keluarga. 
Jadi buat kalian yang saat ini diajak teman untuk memukuli seseorang, melabrak seseorang atau tawuran bersama atas nama pertemanan, maka itu bukanlah persahabatan sesungguhnya. 


Kalau mereka yang mengaku temanmu, namun mengejek impianmu, melarangmu untuk mencintai passionmu karena dianggap tidak keren, jauhilah mereka dan jadilah orang keren untuk diajak berteman oleh kawan positif lainnya. Orang yang lebih tua, bukanlah musuh yang harus dihindari. Mereka juga pernah seusiamu, pernah menghadapi masalah-masalah remaja sepertimu, jadi coba dengarkan ketika mereka mulai berbicara. 
Mencintai diri sendiri bukanlah kejahatan, selama kamu tidak menganggap dirimu paling baik dan mereka yang tidak sepertimu itu menyebalkan. Mencintai diri berari tahu, kapan saatnya tinggal dengan teman yang memberimu pengaruh positif, dan meninggalkan mereka yang mengajakmu bertingkah buruk. 
Takut tidak akan memiliki teman? Mungkin mainmu kurang jauh dan kamu kurang membuka diri pada banyak komunitas menarik yang menawarkan banyak sosok muda berbakat. 

Dunia bukan hanya tentang keren dan tidak keren, cantik atau kurus, modis atau cupu. Dunia adalah wahana bagi kamu yang masih berusia muda untuk belajar sebanyak-banyaknya, termasuk pembelajaran untuk tidak menyakiti orang lain. 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 17, 2019 06:34

April 15, 2019

Red Thread: Novel Yang berbicara Tentang Topeng-Topeng Manusia




Keterangan foto tidak tersedia.Open PO



Apa yang Anda pikirkan ketika sedang jatuh cinta? Tentu saja sosok si dia nampak serba sempurna. Begitu pula dengan Syl yang jatuh cinta pada Rengga. Meskipun Rengga memeluk perempuan lain di depan matanya, Syl tetap menerima kekasihnya lagi meski hati berdarah-darah. Padahal ada sosok Billy yang menyayangi Syl dengan tulus.
Keruwetan bertambah saat suatu hari Syl menghilang bersama Rengga. Billy yang mulai berusaha merebut hati Syl pun kelimpungan. Ada satu orang yang menjadi sosok kunci untuk mencari Syl, yaitu Bella, perempuan yang juga dicintai Rengga.
Perjalanan Billy dan Bella mengungkap rahasia-rahasia masa lalu yang cukup menyedihkan. Kebohongan demi kebohongan terungkap, membongkar topeng masing-masing tokoh. Sampai mereka menemukan kenyataan yang membuat hidup empat orang hidup itu berubah selamanya.
Jika ingin membaca proses kreatif buku kesembilan saya, silakan klik di sini ya Proses Kreatif Red Thread
Tertarik? Silakan pesan via DM Instagram di @Reffi_dhinar atau FB Reffi Dhinar.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 15, 2019 19:36

April 3, 2019

Menghilangkan Cemas Berkendara dengan GOJEK




Saya adalah perempuan yang tidak bisa mengendarai sepeda motor ataupun mobil, jadi angkutan umum adalah andalan utama jika tidak ada keluarga yang mengantar atau teman nebeng. Sungguh merepotkan apalagi dengan mobilitas tinggi sebagai pekerja dan juga berkomunitas di kota berbeda. Rumah saya di Sidoarjo, bekerjanya di Pasuruan dan aktivitas literasi dengan berbagai komunitas atau workshop yang saya ikuti selalu di Surabaya.Kalau ditanya kenapa tidak belajar mengendarai sepeda motor, jawabannya adalah karena saya pernah jatuh dan masih menyisakan trauma. Sesungguhnya saya pernah belajar naik motor matik, tetapi selain pernah jatuh, Ayah melarang saya mengendarai kendaraan sendiri. Beliau khawatir karena sering melihat korban kecelakaan lalu lintas di jalan itu perempuan. Untungnya akhirnya saya mengenal aplikasi GOJEK.


Selama ini saya sangat nyaman menggunakan GOJEK, bahkan GOJEK adalah satu-satunya aplikasi kendaraan online yang tidak pernah saya uninstal. Setelah melanglang buana dengan beragam aplikasi lain, hati saya sudah terlanjur terikat dengan fitur GOJEK. Masalahnya, meski selama ini saya selalu nyaman pergi ke mana-mana dengan GOJEK, orang tua saya masih saja sering cemas. Maklum saya satu-satunya anak perempuan dari dua bersaudara jadi wajar jika mereka ingin saya selalu naik kendaraan dengan aman.GOJEK adalah aplikasi yang selalu memberikan inovasi untuk penggunanya. Saya yang tinggal di kos selama bekerja, sering terbantu dengan fitur GO-FOOD. Terkadang jika ingin mengirimkan buku atau hadiah untuk kawan dalam jarak yang tidak terlalu jauh pun fitur GO-SEND bisa membantu barang sampai di hari yang sama. Kini banyak fitur tambahan dari GOJEK untuk layanan GO-CAR dan GO-RIDE yang ditujukan untuk menambah rasa aman pengguna selama berkendara.



Penghilang Cemas Untuk KeluargaNah ada dua fitur tambahan dari GOJEK yang bisa membantu keluarga saya tidak perlu cemas saat saya bepergian yaitu Panggil Bantuan Darurat dan Bagikan Perjalanan. Kedua fitur tersebut akan membantu di kala kita sedang butuh bantuan mendesak dan memberi info pada keluarga yang ingin tahu kita akan bepergian ke mana.Jikalau terpaksa kita harus bepergian yang dirasa berisiko ada bahaya semacam jalanan rawan kejahatan pada kendaraan melintas, tidak bagus atau pernah ada peristiwa darurat semisal mobil mengalami gangguan atau kecelakaan, maka tekan tombol Panggil Bantuan Darurat yang baru tersedia di GO-CAR. 

tombol Panggil DaruratTentu saja fitur ini tidak hanya memberi rasa aman bagi penumpang namun juga untuk driver GO-CAR yang sedang bertugas. Setelah tombol ditekan, sinyal tanda bahaya tersebut akan terhubung pada Unit Darurat GOJEK yang siap siaga mengontrol selama 24 jam tiap hari, jadi tak ada hari libur untuk memantau keamanan perjalanan kita. Dan mudah-mudahan sih, kita selalu aman-aman saja di jalan sehingga tidak perlu pakai fitur ini ya. Kabar baiknya, fitur Panggil Bantuan Darurat bisa diakses di seluruh pengguna layanan GO-CAR di seluruh Indonesia sekarang.  Wah, jadi nanti semoga bisa diakses di GO-RIDE juga.Berikutnya adalah fitur Bagikan Perjalanan yang membantu keluarga saat memantau perjalanan kita. Untuk orang tua saya yang termasuk pencemas, saya bisa mengirimkan tautan berisi informasi titik lokasi pickup dan lokasi saya drop off melalui WhatsApp, LINE, aplikasi pesan lain termasuk SMS. Status perjalanan dari lokasi saya sekarang ketika sedang menunggu driver dalam perjalanan hingga tiba juga tercatat di dalamnya. Saat ini fitur Bagikan Perjalanan sudah tersedia di GO-CAR dan GO-RIDE.

Fitur Bagikan Perjalanan
Bagi kalian yang menggunakan GOJEK untuk mengantar anak-anak pergi ke sekolah atau les misalnya juga akan terbantu karena terdapat fasilitas bagikan perjalanan. Dari keterangan bagikan perjalanan tersebut kita bisa mengetahui informasi pengendara secara mendetail (nama, nomor kendaraan, penilaian dan nopolnya) hingga rute perjalanan yang dipilih. Sangat lengkap bukan? Say no to worry anymore!

Informasi bisa dishare

Jaminan Asuransi dan Peningkatan Kualitas PengemudiPada mulanya saya mengira jika menjadi pengemudi atau driver GOJEK maka asal punya kendaraan sendiri dan punya gawai maka mudah saja untuk apply. Tetapi melihat kenyamanan yang saya rasakan selama ini diantar oleh para driver GOJEK, akhirnya menemukan jawabannya. GOJEK tidak asal memilih driver yang ingin menjadi mitra. Dilakukan penyaringan dan seleksi ketat agar driver terpilih dapat memberikan attitude terbaik selama melayani penumpang.Peningkatan kualitas pengemudi tersebut selain dilakukan lewat pemberdayaan kompetensi driver yang disebut Bengkel Belajar Mitra, juga para driver mengikuti program RDL GOJEK. RDL adalah singkatan dari Rifat Drive Labs yakni sebuah latihan untuk para driver yang dibimbing oleh Duta Keselamatan Berkendara, Rifat Sungkar.
asuransi untuk penumpang
Selama kurun waktu 4 tahun terakhir ini, lebih dari 300 ribu driver GOJEK di 20 kota di Indonesia telah memperoleh edukasi mengenai attitude seperti kesabaran dan empati pada penumpang, keamanan berkendara, pengecekan sebelum berangkat, serta uji coba praktik. Driver yang memiliki kualitas pelayanan terbaik serta memiliki kontribusi lebih di masyarakat pun berkesempatan mendapat penghargaan yang disebut Driver Jempolan. Driver terpilih mendapat pin penghargaan Driver Jempolan yang tersemat di jaket GOJEK.

Informasi detail driverPertanyaan berikutnya yang muncul di benak saya sebagai penumpang, kalau para driver telah dijamin segala kompetensi dan keamanannya, bagaimana jaminan untuk penumpang? Apakah penumpang GO-RIDE akan mendapat fasilitas asuransi?Tak bisa dipungkiri jika sedang dalam perjalanan, kita juga menghadapi risiko bahaya di jalan yang tidak terduga. Ternyata GOJEK melengkapi fasilitas asuransi penumpang (Passenger Insurance) bagi pengguna layanan GO-RIDE. Tentu kita tidak berharap akan terjadi musibah seperti kecelakaan atau pencurian, namun adanya asuransi tersebut membuat saya merasa jauh lebih percaya lagi pada GOJEK.Untuk bisa mendapatkan fitur terbaru Panggil Bantuan Darurat di GO-CAR, Bagikan Perjalanan dan Asuransi Penumpang di GO-RIDE ini, jangan lupa update aplikasi GOJEK di gawai kita.Kini GOJEK memiliki semakin banyak keunggulan sehingga layak disebut sebagai aplikasi ojek online terbaik. Hati semakin tenang dan #uninstalkhawatir ketika berkendara. Jadi saya makin setia deh dengan aplikasi ini, Anda juga install sekarang ya!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 03, 2019 19:30

April 1, 2019

Proses Kreatif Novel Red Thread di Loka Media


Blurb:
..
.
Suatu hari aku berjalan menuju rumahmu

Untuk mencari perlindungan

Namun, Kamu malah sedang bertualang

Lupa dengan jalan pulang
.
.
Billy mencintai Syl. Tidak ada yang salah. Hanya saja Syl tidak pernah berpaling pada seseorang yang dia sayang, tunangannya. Di depan mata Syl, lelaki yang dicintainya memeluk perempuan lain. Billy hanya bisa menjadi kawan berbagi kesedihan. Hati Syl hancur dan hati Billy risau.
.
.Lalu ada Bella, perempuan cantik yang menjadi saingan cinta Syl. Bella adalah perempuan yang dicintai kekasih Syl. Billy mencari Bella ketika suatu hari Syl tidak terlihat selama beberapa hari. Dimulailah perjalanan Bella dan Billy untuk mencari tahu keberadaan Syl, hingga terbongkarlah satu demi satu rahasia yang akan memengaruhi hubungan Syl, Bella, dan lelaki yang mereka cintai. Billy menjadi saksi bagaimana kerumitan hubungan itu berujung pada rusaknya kepercayaan dan banyaknya tipuan.
Itulah blurb novel sekaligus buku saya yang kesembilan. Novel ini memiliki kesan khusus bagi saya. Bukannya kedelapan buku solo sebelumnya tidaklah bermakna,tetapi buku ini memiliki waktu perjalanan terpanjang dari sebuah draft di laptop sampai akan menjadi buku. Buku yang membuat saya sesekali berhenti menulis, saya selingkuhi dengan menulis naskah lain, dan proses menyelami hubungan antar manusia dengan lebih detail.
Nafas utama 'Red Thread' memang masih bersoal kisah cinta antara empat orang. Rengga ketiban untung karena dicintai dua perempuan unik, sedangkan Billy ketiban resah karena gadis yang ia sayang malah tak pernah berpaling padanya, ya gara-gara si Rengga ini. Ide utama muncul ketika suatu hari saya makan malam sepulang kerja di sebuah kafe. Waktu itu saya tidak bersama teman, jadi mata sibuk berkeliling mengamati pengunjung.

Masuklah seorang gadis cantik, rambut diurai, yang kelihatannya juga sama baru pulang bekerja. Mata saya yang usil ini tidak berhenti memperhatikan wajah gadis yang tidak saya kenal itu. Sesaat kemudian wajah murungnya berubah semakin mendung, seolah hendak menangis. Mendadak muncul sebuah ide cerita di kepala yang dimulai adegan seorang gadis makan malam sendirian. Lalu ketika sampai di tempat kos, saya membaca novel 1Q84 karya Haruki Murakami. Novel bagus yang bernuansa kesepian, seperti novel Norwegian Wood karya Murakami yang memikat saya sampai saya jadikan bahan skripsi.


Bayangan gadis yang makan sendirian tadi sangat mengganggu saya. Saya tuliskan saja sampai berkembang menjadi konflik dan ending. Draft pun sejak awal saya pilih akan menjadi dua bagian babak utama. Selesai di pertengahan 2016 saya biarkan saja tanpa ending, sampai di 2017 saya sempurnakan lagi hingga naskah tamat. Tidak ada pikiran untuk dilombakan atau dikirimkan. Saat saya baca lagi, ini novel kok suram amat (hahahah), apakah pengaruh Murakami merasuk di cerita? Yang pasti saya biarkan lagi naskah itu dan menerbitkan novel-novel lain yang kisah romancenya lebih ringan. Lalu saya posting di Wattpad dengan judul 'Two Lullabies' di tahun 2017 juga. Bosan karena tidak ada pembaca, naskah saya hapus dari Wattpad.




Di tahun 2018 saya ganti judulnya menjadi 'Red Thread'. Alasannya tokoh-tokoh di dalam novel ini memiliki benang merah satu sama lain. Karakterisasi tokohnya juga tidak saya buat sempurna, semua tokoh punya sisi kelemahan yang membuat novel ini terasa istimewa. Mulai diperhatikan pembaca dan mendapat perhatian editor Storial hingga sempat terpilih sebagai buku pilihan editor
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 01, 2019 19:46

March 21, 2019

Yang Saya Temukan Ketika Berhenti Sejenak



Hari Minggu lalu saya menikmati seblak pedas level 2. Memang selama ini saya memiliki asam lambung tinggi, namun selama pedasnya tidak berlebihan, tidak pernah ada gangguan berarti di lambung. Apesnya setelah makan seblak itu, malamnya rusuk bagian kiri saya nyeri tidak tertahankan. Perut kembung, mual dan pusing tentunya.
Saya kunyah obat antasida yang biasanya manjur meredakan serangan asam lambung, nyatanya tidak mempan. Paginya rasa sakit menusuk-nusuk itu makin parah hingga ketika saya bergerak pun terasa menyiksa sampai BAB sempat mengeluarkan darah. Hasil diagnosanya, lambung sensitif dan dilarang makan pedas, asam, serta bahan lain yang memicu gastritis. 
Tentu saja saya tidak bisa bekerja, menulis saja dilarang oleh orang tua. Ya saya memang bandel, meski sedang tidak bekerja, saya ingin tetap menulis sebab ide di kepala ini butuh dituangkan. Saya mengomel, mengeluh di dalam hati. Kenapa sih hanyasaya saja yang menderita sakit begini?
Padahal Mama dan Adik juga makan menu yang sama, dan mereka juga memiliki lambung sensitif, kenapa saya saja yang sakit? Apalagi karena sakitnya tidak tertahankan, saya tidak sempat ke klinik rujukan untuk BPJS. Saya langsung ke dokter spesialis agar bisa segera ditangani yang tentunya merogoh kocek lebih dalam di tanggal tua begini. Kepala saya makin pusing ketika melihat sisa uang di ATM.
Ternyata saat saya berhenti sejenak, istirahat tanpa melakukan kegiatan seaktif biasanya, saya menemukan banyak keajaiban yang termasuk menjawab semua keluhan-keluhan saya.
BlessSource: Adobe Stock

Soal KeikhlasanSaya ini gengsi jika harus meminjam uang dari orang tua. Semenjak lulus kuliah dan bekerja 2013 lalu, saya memang bertekad untuk tidak pernah meminta uang dari orang tua lagi, sebisa mungkin saya yang bisa memberi. Tetapi ketika sakit dan dan mepet lalu, terpaksa saya utarakan kepada Mama. Jelas saja Mama mau meminjamkan uangnya.
“Nanti waktu gajian tanggal 25 aku balikin, Ma. Tunggu ya,” ujar saya waktu itu.
Saya belajar ikhlas untuk tidak tinggi hati, meminta bantuan pada keluarga di saat kesulitan itu tidak salah. Pride yang terlalu tinggi ini yang memang kadang menyulitkan saya sejak dulu. Tidak mau berbagi kesedihan dan kesusahan padaorang lain sebab mengira ini akan menambah beban mereka, padahal jelas saja hal itu tidak baik. Saya harus ikhlas untuk tidak selalu terlihat kuat dan tangguh, saya harus ikhlas untuk menjadi diri yang ada kalanya rapuh.

Keajaiban berikutnya ketika sedang menunggu antrean periksa, saya memeriksa sisa dana di ATM lewat SMS Banking, ternyata ada dana masuk yang sangat lumayan. Jumlahnya pas pula untuk menebus obat-obat saya yang mencapai setengah juta. Uang dari Mama saya kembalikan, dan saya bersyukur berkali-kali sampai mata saya basah. Uang itu adalah fee editing buku yang saya kerjakan sebelumnya.
Keikhlasan soal rezeki begitu menyentuh hati saya. Ketika saya pasrah dan hanya berdoa dalam hati agar dana cukup untuk berobat, ada rezeki yang datang tidak disangka-sangka. Doa adalah sinyal yang dibawa oleh hati dan otak saya lewat semesta hingga sampai pada Tuhan. Tidak ada yang mengalahkan kekuatan doa.
each day that I wake I give thanks written on windowSaying thanks to my life everyday (Unsplash.com: @tata186)
Soal Mengumpulkan TenagaTerbiasa berlari kencang dari bekerja, menulis dan berorganisasi mungkin membuat tubuh saya kehilangan energi. Bulan lalu saya memang begitu fokus memikirkan acara besar untuk komunitas menulis, ditambah adanya acara ke luar kota untuk pameran buku dan sketsa. Saya begitu tenggelam dalam euforia sampai lupa jika badan juga butuh rehat.
Saya kira jika sedang dalam mode beristirahat dan tidak menulis, maka produktivitas akan menurun drastis. Beberapa buku saya baca ketika sedang cuti bekerja. Laptop saya biarkan tidak menyala. Nyatanya, banyak ide termaktub di kepala setelah saya membaca beberapa buku. Saya pun bsia lebih menikmati momen tidur di kamar tanpa ada kejaran deadline. Tenaga pulih perlahan begitu pula dengan ide di kepala saya.

Kini kondisi lambung saya memang belum sepenuhnya membaik, tetapi saya bisa bekerja dan mulai menulis kembali. Saya tuliskan salah satu ide tersebut ke salah satu website, dan langsung diterima tanpa kurasi terlalu lama. Ini sebuah hadiah istimewa untuk saya pasca sakit beberapa hari. Ketika berhenti sejenak, saya lebih menghargai hal-hal kecil yang selama ini terlewati. Kasih sayang keluarga yang terfokus pada kesehatan saya dan juga belajar untuk ikhlas pun saya peroleh. Tuhan mencintai saya meski saya sedang dalam kondisi lemah, Tuhan memeluk saya ketika saya hanya bisa pasrah dan sebelumnya penuh keluhan. Alhamdulillah!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 21, 2019 23:54

March 8, 2019

3 Hal Keren Milik Perpustakaan Unsyiah yang Bisa Ditiru




Perpustakaan sering dianggap sebagai tempat paling membosankan di dunia. Murid sekolah dan mahasiswa pergi ke perpustakaan jika sedang mencari bahan penunjang tugas atau skripsi. Dulu betapa banyak rekan saya di kampus yang mengaku jika baru menginjakkan kaki di perpustakaan ketika memasuki semester akhir. Saya menyukai perpustakaan karena memang buku adalah cinta pertama sejak kecil, tetapi saya akui jika perpustakaan seringkali memiliki desain membosankan (malah terkesan menyeramkan dengan debu tipis karena jarang dibersihkan), serta penjaga perpustakaan yang jarang tersenyum.

Bagaimana perpustakaan bisa menarik pengunjung jika suasananya suram begitu? Anak kecil saja mungkin akan takut.

Sampai suatu hari saya tahu jika dengan perubahan sedikit saja maka perpustakaan bisa menjadi tempat yang nyaman. Suatu hari perpustakaan kampus saya direnovasi besar-besaran. Setelah penataan beberapa bulan, perpustakaan suram nan membosankan kini berubah seperti outlet di dalam mal. Pendingin udara nyaman, cahaya matahari bebas masuk karena banyaknya kaca, koleksi yang ditata di rak kayu dengan pengkategorian yang tidak rumit. Saya pun terkesima ketika berkunjung di perpustakaan Balai Pemuda Surabaya.

Selain perpustakaan Balai Pemuda tersebut menjadi satu di situs bangunan bersejarah, desain bagian dalamnya juga menarik. Ada bagian untuk anak-anak dan pengunjung bisa berdiskusi. Hanya saja bagi saya sekadar membaca buku, membaca tugas dan diskusi saja kurang cukup. Perpustakaan sebenarnya memiliki potensi lebih besar. Ada banyak hal asyik yang seandainya dilakukan pasti  menarik animo masyarakat untuk berkunjung.

Ternyata setelah saya membaca referensi tentang Perpustakaan Universitas Syah Kuala yang juga disebut UPT. Perpustakaan Unsyiah, pikiran ini serta merta berdecak kagum. Tiga hal utama yang dimiliki perpustakaan kebanggaan Unsyiah ini adalah·         Fulfiling the Curiosity·         Boosting Creativity·         Comfortable Place




Tiga aspek tersebut adalah kunci utama mengapa UPT. Perpustakaan Unsyiah layak menjadi contoh bagi perpustakaan lain.

·        Fulfiling the CuriosityRasa ingin tahu adalah kunci. Jelas saja yang namanya fungsi perpustakaan itu adalah menjadi pusat informasi. Koleksi buku di UPT. Perpustakaan Unsyiah berbaris rapi di rak. Menariknya sistem pencarian buku tidak lagi menggunakan daftar katalog tebal.


Penampakan Website Perpustakaan

Dengan koleksi buku ribuan tentu sistem komputerisasi akan sangat memudahkan pengunjung yang ingin tahu koleksi buku tanpa harus mondar-mandir melelahkan kaki. Bahkan kita juga bisa melakukan request untuk pengadaan buku di web resmi perpustakaan. Situs perpustakaan keren Unsyiah ini memiliki profil yang baik dan tidak ribet.
                        Video Unsyiah TV, sampai bule pun nyaman membaca di sini


·         Boosting Creativity



Lewat event Unsyiah Library Fiesta 2019 menunjukkan kepedulian Unsyiah pada dunia kreatif selain soal literasi. Di event ini diselenggarakan kompetisi membuat video, lomba blog nasional sampai pemilihan duta baca. Perpustakaan bisa menjadi tempat hang-out anak muda untuk berkarya. Alangkah senangnya jika perpustakaan lain bisa turut membuat setting ruangan yang nyaman untuk berkomunitas dan berkegiatan. UPT. Perpustakaan Unsyiah memiliki ruangan pertemuan mini yang bisa dipakai untuk pertemuan lengkap dengan proyektor dan layar putih. Sesekali mengadakan nonton bareng dan diskusi film, pemutaran film indie dari dalam negeri hingga mancanegara, atau melakukan bedah buku akan menambah nilai plus. Untuk menjangkau peserta anak-anak, perpustakaan juga dapat menyelengarakan parade cerita anak atau lomba mendongeng. Perpustakaan akan lebih hidup dan fungsinya bila menyentuh lebih banyak lapisan masyarakat.


·        Comfortable Place


sudut untuk membeli kopi
Perpustakaan dan kafe selama ini selalu terpisah menjadi dua hal berbeda. Di UPT. Perpustakaan Unsyiah tidak berlaku. Pengunjung perpustakaan bisa membaca sambil menyesap kopi nikmat layaknya di rumah sendiri. Membaca sambil diskusi bersama teman tak lagi jenuh karena ada kopi, tak perlu jauh-jauh ke outlet kopi mahal demi lifestyle.


Perpustakaan harus mengikuti perkembangan zaman. Sudah bukan eranya lagi duduk diam dengan membaca buku usang hingga mata mengantuk di perpustakaan. Jika tiga hal di atas diupayakan di perpustakaan lain, alangkah asyiknya untuk hang-out berbonus pengetahuan.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 08, 2019 20:25

March 7, 2019

Maudy Ayunda dan Heboh Soal ‘Keberuntungannya’



Hari ini bertepatan dengan 8 Maret, maka saya ucapkan ‘Happy International Woman’s Day’ untuk seluruh perempuan cantik di dunia. Bicara soal perempuan cantik berkualitas, di kepala saya akan muncul Maudy Ayunda, Emma Watson dan Kim Go Eun. Tiga perempuan beda negara yang begitu saya kagumi tak hanya dari karyanya melainkan juga dari otak cerdas mereka dan juga dari kepribadian yang stunning. Khususnya untuk Maudy Ayunda, sosok perempuan muda yang saya tahbiskan sebagai role model generasi milenial.

Beberapa waktu lalu publik dihebohkan dengan postingan Maudy Ayunda di Instagramnya. Gadis lulusan Oxford itu kini diperebutkan dua kampus terbaik lain untuk melanjutkan jenjang master. Stanford dan Harvard adalah dua kampus super keren yang terkenal dengan kesulitannya untuk ditembus. Seorang lulusan Oxford seperti Maudy Ayunda jelas punya modal tak hanya dari kerennya almamater strata satu tetapi juga aktivitas lain di luar akademik. Dia adalah seorang pemain musik, penyanyi, produser, penulis buku, dan aktris. Selain itu gadis ini jago bahasa Inggris, Mandarin dan Spanyol. Wah jadi kepanjangan saya ceritanya (oke dia kan idola saya, hahaha).

Kabar baik soal dua kampus yang menerima Maudy menuai respons beragam. Mulai dari yang memuji sampai yang bernada iri. Lalu merembet ke kekasih Maudy yang juga lulusan kampus ternama dan kini menjadi CEO di sebuah perusahaan di usia muda. Rata-rata yang cenderung negatif itu isi kalimatnya macam begini.

“Dia kan artis jadi wajar punya pacar model begitu.”
“Yaa, dia anak orang kaya, sekolahnya saja internasional mana tahu perjuangan kita-kita yang kerja mati-matian buat kuliah dan sekolah.”
“Dia lahir dengan sendok emas, mana pernah ngerasain hidup susah?” dan beragam lainnya.


Yah, heran saja dengan serbuan komentar bernada menyalahkan tersebut. Saya memang tidak berhasrat untuk masuk Stanford atau Harvard serta tidak ada rasa iri dengan kehidupan Maudy, semua pencapaiannya malah mendorong saya untuk menulis lebih baik dan berusaha mencapai semua goal yang saya rencanakan. Kok sepertinya para pengomentar negatif tersebut seolah menyalahkan hidup mereka dan benci dengan kesuksesan orang lain? Soal privilege,  misalnya Maudy dilahirkan di keluarga berkecukupan, kok malah jadi sasaran? Banyak contoh artis muda kaya raya yang malah jatuh ke narkoba, free sex atau memberikan contoh buruk di Instagram. Tak ada korelasinya antara anak orang kaya dan artis dengan kesuksesan. (Baca Juga: Leadership Perempuan)

Jikalau Maudy tidak rajin belajar dan berkarya positif, mana mau dua kampus bergengsi memberinya kesempatan masuk? Kalau dibilang dia beruntung sebab kekasihnya pun luar biasa, hei itu kan sudah jalan hidupnya? Mana kita tahu jika Maudy pernah patah hati atau dikecewakan lelaki? Ia memilih untuk posting soal prestasi dan kebahagiaan atas pencapaiannya. Hati kita yang pahit dan bermental korban inilah yang membuatnya mudah tersulut kebencian.

maudy ayunda diterima harvard


No Pain No Gain“Kamu sih pinter makanya kalau pas ujian nggak perlu belajar.”Saya sering mendapat komentar seperti itu. Katanya saya beruntung memiliki otak encer makanya nilai IP bisa dua kali mendapat 4 sempurna dan tidak pernah di bawah 3,6. Yah, saya hanya tersenyum dan berterimakasih. Tiap kali ujian memang saya tidak terlalu menggebu belajar karena proses belajar itu saya lakukan jauh-jauh hari. Tidak ada yang tahu saya belajar dari sebelum subuh dan selepas kuliah. Belajar keras untuk dapat IP terbaik itu karena saya ingin mendapat beasiswa demi meringankan beban orang tua yang ekonominya pas-pasan. No pain no gain.
Begitu pula pastinya dengan Maudy Ayunda. Dia terlihat serba bisa jelas karena proses latihan tiap hari yang tidak kita lakukan. Belajar alat musik, rajin membaca, mengurangi waktu nongkrong kurang perlu, menyicil bahan tulisan, dan segudang aktivitas lainnya di sela waktu bersama orang tercinta. Tidak ada yang ujug-ujug terlahir pintar tanpa belajar.
(Baca Juga: Perempuan Tak Boleh Dilarang Pintar)
Hidup saya jelas berbeda dengan idola-idola saya. Yang saya lakukan adalah terus berkarya seperti mereka yang tak lelah menghasilkan sesuatu yang berguna. Jikalau saat ini kita masih terkungkung di lingkup yang sulit, kenapa tidak menjadikan diri lebih positif dan kuat seperti mereka para orang terkenal yang inspiratif itu? Keberuntungan itu bukan mitos, semua bisa diupayakan. Bersyukur itu keharusan. Saya dan kalian tak perlu menjadi secantik artis dan sekaya konglomerat untuk bisa berguna. Berkarya sesuai kapasitas, menerima semua hasil dengan lapang dada, juga kekurangan yang ada bukan untuk menjadikan kita bermental korban.
Khususnya buat perempuan yang hobi nyinyir dengan sesamanya, jadilah berani untuk menorehkan prestasi bukannya menjadi haters sana-sini.

maudy ayunda diterima harvard
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 07, 2019 23:59

February 18, 2019

Short Solo Trip ke Dataran Tinggi Dieng





Dieng adalah kawasan dataran tinggi yang menggelitik telinga saya ketika pertama kali mendengarnya. Beberapa tahun lalu, saya pernah juga diajak ke dataran tinggi terindah di kota Wonosobo ini namun memang belum pas waktunya. Lalu di bulan September 2018 lalu, sahabat saya Devi mencetuskan ide untuk pergi bersama tiga orang kawan lainnya untuk traveling ke Dieng. Rencananya kami akan menjelajah daerah Dieng sambil mendaki Gunung Prau, tentunya dengan guide berpengalaman di sana.

Persiapan fisik pun dimulai, saya juga memperhitungkan budget untuk membeli sepatu gunung, tas carrier, dana selama traveling dan lainnya. Karena baru pertama kali melakukan pendakian di Gunung Prau di musim penghujan dan jarak yang tidak bisa dicapai dengan kereta api, untuk mempermudah kami melakukan private trip dengan sebuah agen travel. Agen travel Explore Dieng membantu kami nantinya selama perjalanan.

Sayangnya, perjalanan saya terancam batal karena Devi jatuh sakit sampai harus opname. Dua orang lainnya pun memutuskan untuk membatalkan perjalanan. Uang muka yang sudah dibayar pada agen tidak bisa direfund. Berhubung dari pertengahan tahun 2018 saya berpikir ingin sekali-sekali melakukan perjalanan sendirian, maka saya spontan memutuskan untuk tetap lanjut ke Dieng. Tentu saja minus mendaki Gunung Prau karena timnya kurang, namun yang paling penting akhirnya saya akan berangkat sendiri.

Naik Transportasi Favorit
Nah, segala persiapan sudah saya susun. Saya tetap membeli tas carrier dan sepatu gunung karena masih ada rencana mendaki bukit ketika di Dieng. Orang tua saya tahunya kalau traveling kali ini pergi berempat. Mereka belum saya beritahu jika yang lainnya batal. Memang biayanya jadi lebih membengkak, tetapi tidak masalah. Untungnya saya juga bekerja sebagai freelance content writer, fee dari menulis saya sisihkan sebagai tabungan traveling. Tanggal 24 Desember 2018, saya berangkat dari Stasiun Gubeng menuju Stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Hello, I will ride a train again, my best transportation ever!


Ini pertama kalinya saya bepergian jauh keluar kota sendirian. Biasanya untuk traveling minimal saya pergi bersama seorang kawan. Ya jelas agak gugup dan norak (meski dalam hati) :p. Sekitar 6 jam naik kereta, saya dijemput Mas Wahyu dan Mas Amin dari tim Explore Dieng yang akan mendampingi saya selama di Dieng. Mas Wahyu yang nanti  mengemudikan mobil dan Mas Amin menjadi pemandunya.


Dealing With The Breeze

Setelah menempuh enam jam perjalanan kereta dan lima jam perjalanan darat menggunakan mobil dari Yogyakarta ke dataran tinggi Dieng di WOnosobo, akhirnya saya sampai juga di penginapan pukul setengah delapan malam. Suasana cukup ramai sampai mobil harus berjalan pelan karena padatnya pengunjung serta mobil. Saya beristirahat sehabis makan malam. Udara di Dieng jelas sangat dingin, aplikasi temperatur di gawai saya menunjukkan angka 12 derajat.
Sesampainya di puncak Sikunir



Sebelum ke Dieng ini saya mempersiapkan kondisi fisik cukup serius. Seminggu minimal tiga kali saya berolahraga senam aerobik. Karena semula saya mengira akan pergi mendaki gunung, olahraga itu saya lakukan untuk menjaga kondisi tubuh. Saya adalah penginap sinusitis plus sering mengalami asam lambung naik kambuhan jika terlalu stres atau makan tidak teratur. Persiapan sebelum trekking atau hiking akan mencegah penyakit itu muncul.








Syukurlah, tak ada hambatan berarti ketika perjalanan dimulai. Obyek wisata pertama yang saya datangi di Dieng adalah Bukit Sikunir. Dipandu oleh guide, saya berangkat jam 1 pagi. Keberangkatan lebih awal itu supaya kita bisa memperoleh tempat parkir dekat pintu masuk. Karena bukitnya tidak terlalu tinggi, maka saya menunggu di warung setempat sampai sekitar jam 3 pagi. Kesempatan ini saya pakai untuk berbincang dengan salah satu pemilik warung yang juga memproduksi carica, minuman khas Dieng.


Tak dapat sunrise di Sikunir tetap asyik

Bukit Sikunir atau Puncak Sikunir sebenarnya menjadi tempat paling ciamik untuk berburu golden sunrise. Dari puncak bukit ini kita bisa melihat puncak Gunung Sindoro, Merapi, Merbabu dan Gunung Ungaran. Saya mendaki jam 3 dan sampai sekitar satu setengah jam kemudian. Jalurnya tidak terlalu berbahaya, hanya saja penerangan minim sehingga kita harus membawa senter. Sesampainya di puncak, saya dan ratusan pendaki lain menunggu momen sunrise dengan sabar. Sayangnya, penantian itu sia-sia. Sampai jam 5, kami hanya mendapati kabut tebal.


Momen terbaik untuk mendapat sunrise itu pada musim kemarau, mungkin karena Desember masuk musim penghujan makanya kabut menghalangi jarak pandang. Meski kecewa karena tidak mendapat momen golden sunrise, saya merasa gembira karena menikmati cuaca dingin dari ketinggian itu menjadi semacam terapi buat otak dan pikiran saya. Saya juga berbincang singkat dengan pendaki lain dari berbagai kota. Sebaiknya gunakan sepatu gunung dan bawa jas hujan. Ketika perjalanan turun, gerimis menemani perjalanan dan jalanan jadi agak becek dan cukup berbahaya jika hanya menggunakan sandal  jepit atau sepatu keds yang tidak memadai.


Gardu Pandang, Telaga Warna dan Kawah Sikidang

 Sepulang dari Bukit Sikunir, saya kembali ke penginapan untuk beristirahat sebentar dan membersihkan diri. Perjalanan berkutnya menuju Dieng Platheau Theathre. Di dekat teater tersebut terdapat gardu pandang untuk spot foto. Hanya menaiki anak tangga tak terlalu banyak, saya bisa mendapat pemandangan menakjubkan Telaga Warna dan hijaunya dataran tinggi Dieng. Dieng tak hanya dikenal dari tanaman buah carica tetapi juga sebagai salah satu produsen kentang terbaik di Indonesia. Pantas saja di Dieng banyak sekali penjual makanan dari kentang.



Memandangi Telaga Warna dari Gardu Pandang 







Puas berfoto-foto dan menikmati pemandangan, lalu saya masuk ke Dieng Platheau Theathre. Oya, saat sedang menikmati pemandangan di Gardu Pandang, saya tenggelam dalam irama musik perkusi dan angklung yang dimainkan oleh sekelompok anak muda. Sungguh lengkap. Di dalam Dieng Platheau Theathtre pengunjung akan diajak mengenal Dieng di masa lalu dan awal mula perkembangannya. Pernah terjadi tragedi di mana penduduk Dieng tewas karena racun belerang. Oleh sebab itu hingga kini rutin dilakukan pengecekan para ahli untuk mendeteksi level bahaya belerang di kawah sulfur Dieng. Lokasi yang berbahaya juga tidak boleh dihuni.

Gua Semar




Setelah menikmati Telaga Warna dari atas, kini saya dan guide beralih untuk menjelajahi Telaga Warna dari jarak dekat. Telaga Warna ini  mempunyai keunikan fenomena yaitu warnanya bisa berubah-ubah karena pengaruh kandungan sulfur serta cahaya matahari yang menimpa. Telaga Warna tak hanya mempunyai pemandangan telaga dan sekitar yang cantik, tetapi juga ada beberapa gua serta arca yang memiliki nilai sejarah. Gua-gua yang cukup terkenal yaitu Gua Semar, Batu Tulis dan Gua Jaran. Mantan Presiden Soeharto juga disebut sering bersemadi di Gua Semar pada masa kekuasaannya.



Sejuknya Telaga Warna 




Dari Telaga Warna ke daerah gua, pemandangannya keren

Kunjungan terakhir adalah ke Kawah Sikidang. Tak seperti kawah lain yang sering dijumpai di kawah gunung berapi, Kawah Sikidang berada di tanah yang datar sehingga mudah diakses pengunjung. Lumpur panas dan bau belerang yang berpadu udara sejuk adalah daya tarik utama kawah ini. Bahkan ketika saya berkunjung, ada beberapa pengunjung yang merebus telur di kawah. Sayangnya, penataan lokasi penjual masih belum rapi sehingga terkesan membuat sekitar obyek wisata kumuh. Seharusnya penjual diposisikan di luar kawasan kawah, bukannya mendekati obyek utama.


Cuaca mendung dan hujan yang mendadak turun membuat saya harus cepat-cepat kembali ke mobil. Niatnya saya akan melanjutkan penjelajahan di hari ketiga yaitu ke kawsan Candi Arjuna sekaligus jalan pulang. Nyatanya hujan masih terus turun cukup deras sehingga saya langsung meninggalkan Dieng sekitar jam 9 pagi.


Di musim hujan memang curah hujan wilayah DIeng sangat tinggi. Untungnya, saya masih bisa mendaki ke Bukit Sikunir meski tak mendapatkan matahari terbit. Saya tak terlalu kecewa sebab jika ada rezeki dan waktu, berikutnya saya ingin kembali. Dieng menjadi salah satu tempat favorit selain Semarang saat ini. Saya mampir untuk makan mi ongklok, makanan khas Wonososbo. Mi yang dibuat dari mi kuning ini disiram kuah kental menyerupai karamel dan rasanya lezat. Ada sensasi manis, asin, dan gurih. Dilengkapi sate dan tempe mendoan serta segelas teh manis hangat, membuat perjalanan saya terasa lengkap.

Mi Ongklok Longkrang yang paling terkenal di Wonosobo



Inilah solo trip saya ke Dieng yang cukup berkesan. Sebaiknya jika ingin berunjung, pilihlah bulan Juli-Oktober di mana minim hujan dan cuaca lebih stabil. Semoga saya bisa menikmati solo trip lagi di lokasi yang tak kalah bagusnya dari Dieng. Happy traveling!
 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 18, 2019 01:18