Reffi Dhinar's Blog, page 25
November 12, 2018
Review Amni Face Lotion with Sunscreen

Gosong adalah hal yang tidak saya sukai. Kalau sedang traveling di alam bebas, maka sunscreen untuk muka dan tubuh pasti wajib saya bawa. Untuk memilih bedak wajah saja saya suka yang kandungan SPF-nya cukup tinggi. Kenapa saya begitu heboh soal sunscreen? Dari membaca artikel tentang kecantkan, saya jadi tahu kalau efek sinar matahari berlebihan bisa mempercepat penuaan dini, kulit kusam dan flek hitam.
Setelah mendapat bingkisan cantik yang isinya Amni Face Lotion with Sunscreen, saya coba deh untuk aplikasi di wajah saya yang termasuk jenis kulit kombinasi. Sebelum menggunakan Amni, saya sempat menggunakan produk dengan sunscreen SPF 25 namun harganya termasuk mahal sebesar Rp308.000,00.
Lalu saya coba untuk membeli pelembab dengan harga yang jauh lebih miring dari merk lokal. Hasilnya wajah tidak kering tetapi saya kurang suka untuk wadahnya yang mudah pecah meski tidak terjatuh.
Dan produk Amni menjawab kebutuhan yang ingin saya dapatkan dalam satu produk sunscreen yaitu harga cukup terjangkau, wadah praktis namun tidak mudah pecah dan kandungan SPF yang lumayan tinggi sebesar SPF 30. Untuk mencoba manfaat nyatanya, saya coba pakai selama satu minggu. Satu minggu ini biasanya waktu yang pas buat saya mengetahui apakah kulit wajah saya cocok atau malah berjerawat.

Kemasan, Tekstur dan AromaTidak seperti produk sunscreenwajah lainnya yang biasanya di dalam tubeataupun botolan yang harus diguncang ke bawah supaya krimnya keluar, Amni Face Lotion with Sunscreen dikemas dalam botol airless pump 15 ml. Jika ingin memakai, cukup pencet bagian atas pelan-pelan. Dengan sistem airless pump, saya bisa mengatur berapa banyak krim yang akan dioleskan.

Warna krimnya hijau muda dengan tekstur lembut. Tidak lengket dan aromanya segar, saya suka. Sekilas aromanya seperti body lotion hanya saja lebih lembut dan ringan.

Hasilnya di WajahHasilnya setelah ditempelkan ke wajah sangat sejuk. Kulit saya relatif nyaman. Setelah menunggu beberapa menit, kulit juga tidak oily bahkan ketika saya tambah CC Cream, rasanya lembut di muka dan krim sunscreentidak mengganggu aplikasi CC Cream. Makin perfectsetelah dipulas bedak tipis-tipis. Krim ini juga bisa digunakan bersamaan dengan krim pagi tanpa tabir surya dan ekstrak alganya bisa memperbaiki tekstur kulit wajah.

(Aslinya di foto nggak terlalu jelas, tapi yang pasti di wajah jadi lebih soft)
Setelah satu minggu menggunakan krim ini, tidak ada jerawat muncul di wajah yang berarti cocok untuk kulit kombinasi saya. Oya, produk ini juga bisa dipakai pria dan aman bagi ibu mengandung serta menyusui. Ada bahan Aqua di komposisi krim sehingga berbasis air dan bagi yang sensitif dengan paraben perlu diperhatikan karena di dalam krim juga ada parabennya.

Langsung nge-blend di muka
Sejauh ini sih saya tidak masalah dengan adanya paraben di dalam krim kecantikan contohnya saja di Viva Cosmetics yang relatif aman buat kulit orang Indonesia juga cocok buat saya. Yang utama juga Amni Face Lotion with Sunscreen ini sudah terdaftar di BPOM. Karena produk masih baru diluncurkan, untuk pemesanan bisa langsung kontak akun Instagram @iso_cosmetic dan harganya 75 ribu rupiah saja. Ke depannya produk ini akan dijual di beberapa web e-commerce, segera kepoin akunnya ya.
Published on November 12, 2018 21:03
November 2, 2018
Interpreter Journey: Persiapan Menentukan Segalanya

Kembali lagi di postingan tentang dunia interpreter di blog ini. Karena banyak sekali utang postingan sebelumnya, jadi artikel tentang dunia interpreter pun agak terabaikan. Nah, kebetulan karena tanggal 31 Oktober lalu saya mendapat mandat dari kantor untuk mendampingi salah satu atasan Jepang ke Jakarta, berangkatlah saya ke ibukota untuk meeting satu hari.
Aslinya, saya tidak begitu sreg di tugas waktu itu. Tugas interpreting di bulan April lalu berjalan selama 4 hari, tetapi saya masih merasa enjoy karena waktu istirahat cukup. Dan untuk meeting di akhir Oktober lalu, saya berasa sedang ikut lari maraton. Semuanya terbatas waktu dan juga praktis waktu santai hanya ketika di pesawat serta mobil.
Meski bisa rileks sebentar di pesawat dan naik di maskapai yang nyaman, bukan berarti enak. Saya adalah penderita SINUS. Tubuh saya harus istirahat dulu setelah naik pesawat meskipun hanya satu jam penerbangan. Perubahan ketinggian mendadak pasti akan sangat berpengaruh. Makanya dokter menyarankan untuk tidak terlalu sering terbang dan menyelam. But I have a big responsibility to do my task. Karena saya dipilih untuk mendampingi atasan di meeting yang penting, jelas saya sudah mendapat kepercayaan istimewa yang tidak boleh saya sia-siakan. Bagi orang Jepang, selain ketepatan waktu yang dinilai baik, maka tanggung jawab juga sangat diperhatikan.
Apa saja yang bisa saya pelajari dari one day business trip lalu?
Interpreter Harus Punya Kondisi Fisik PrimaSeorang interpreter biasanya dibutuhkan di meeting, konferensi, seminar bahkan di lingkungan outdoor. Selepas wisuda, saya terjun menjadi karyawan penuh waktu di bidang interpreter dan translator sebuah industri. Kalau menerjemahkan di tempat yang panas dan juga penuh polusi, tentu kita harus siap dengan kondisi fisik yang baik.
Saat menerima pekerjaan baik freelance atau di sebuah industri, kita harus mengecek bagaimana kondisinya dan mempersiapkan perbekalan yang dibutuhkan. Ketika bertugas di lingkungan yang panas, saya membekali diri dengan air mineral supaya tidak dehidrasi. Dan sebelum bertugas selama satu hari kemarin dengan naik pesawat, di mana akan membuat sinusitis saya kambuh, saya rajin olahraga sampai browsing apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah sinusitis kambuh ketika terbang. Cukup istirahat dan makan teratur juga saya lakukan. Hasilnya, sinusitis saya tidak kambuh di hari-H. Meeting berjalan lancar hingga kembali ke Surabaya.

Interpreter Harus Siap dengan Kondisi Tak TerdugaSaya memang telah mempersiapkan kondisi fisik serta mempelajari materi yang akan dibahas di dalam meeting, tetapi yang perlu diingat, kadang kondisi dan situasi tak terduga di lapangan bisa membuat konsentrasi kita buyar jika tidak siap. Saya membawa bekal roti isi serta melahap semua camilan di dalam pesawat. Ini untuk mencegah asam lambung kambuh karena saya tidak sempat sarapan nasi. Ternyata setelah mendarat, saya terpisah dengan si Bapak Bos. Akhirnya saya turun dari tempat parkir mobil di Terminal 3 Soekarno-Hatta dan menyusul para atasan dari Jepang di Gate 5.
Waktu makan siang pun habis dan kami langsung menuju lokasi meeting supaya tidak terlambat. Untung saja saya membawa bekal, jadi tidak sampai pingsan karena tidak makan siang. Selain sinusitis, saya memiliki lambung sensitif sehingga tidak boleh telat makan. Kejadian tidak terduga ini bisa diantisipasi karena saya mempersiapkan kemungkinan terburuk sebelumnya. Jakarta yang terkenal macet membuat saya merencanakan sampai hal terkecil seperti membawa bekal. Ketika pulang pun, makan malam harus saya lakukan secepat kilat karena ternyata saya harus menuju gate 25 untuk terbang kembali ke Surabaya.
Interpreter Tidak Boleh CengengKenapa ini penting? Karena saat menjadi interpreter bagi orang asing yang belum awam dengan kondisi dan situasi di Indonesia, maka kita harus siap menjadi guide, siap menjawab semua pertanyaan remeh-temeh yang kadang tidak ada hubungannya dengan meeting, siap menjadi penyambung lidah dan menahan emosi di antara orang lokal dan orang asing. Kita berada di tengah dan tidak boleh memihak salah satu. Penyampaian penerjemahan yang salah bisa memicu pertengkaran hingga memutus hubungan kerjasama antara dua belah pihak. Kalau kita tidak bisa rileks, bisa-bisa ikut stres lalu blaaar menangis di tempat (untung saja sejauh ini saya bisa melakukan manajemen stres cukup baik ketika sedang menerjemahkan).
Itulah secuplik tantangan saat bertugas menjadi interpreter. Profesi ini sungguh saya cintai, di samping aktivitas menulis. Pekerjaan yang mempertemukan saya dengan beragam karakter dan tantangan tak terduga, turut mengasah kemampuan saya dalam menghadapi masalah yang lain. Ganbarimasu!
Published on November 02, 2018 02:56
October 13, 2018
Mewujudkan Hasrat dan Tetap Waras Lewat Blog

Menulis itu memang bisa menjadi katarsis dan melegakan jiwa. Kalau kata para ahli karena kita bisa menuangkan semua kegelisahan dan juga kenangan buruk lewat tulisan. Menulis telah mewujudkan banyak impian dan hasrat terpendam saya. Dan setelah ganti-ganti alamat domain karena lupa pasword email atau bosan, pada 2013 saya memutuskan untuk lebih serius ngeblog.
Sebelum ngeblog, saya rutin menulis di buku diary atau jurnal. Lalu setelah mempunyai laptop, menulis di buku diary atau jurnal rasanya kurang asyik. Ada bagian diri saya yang kurang puas jika hanya membaca tulisan-tulisan itu sendirian. Lalu dimulailah perjalanan blog Kata Reffi yang dalam perjalanannya hingga kini, membukakan kesadaran saya akan banyak hal mengapa akhirnya setia untuk terus menulis di blog.
Bisa Berinteraksi Langsung dengan Pembaca
Merry Riana, Mario Teguh dan pembicara inspiratif lain yang sering saya tonton di channel Ted Talk membuat saya berhasrat ingin menjadi motivator. Ada yang menyarankan saya untuk membuat channel Youtube lalu mulai bicara di sana. Tetapi, meski saya sering didapuk menjadi MC, merekam diri sendiri untuk menjadi motivator masih menjadi momok buat saya.

Maka lewat tulisanlah saya bisa berbagi banyak hal, entah itu motivasi atau tulisan sederhana lainnya. Perlahan blog Kata Reffi memiliki banyak pembaca. Dari yang meninggalkan pesan di kolom komentar sampai curhat di email setelah membaca artikel blog menjadi hal yang biasa. Hei, tanpa harus berbicara di atas panggung, saya bisa menebarkan inspirasi. Kadang malah saya yang belajar lagi dari komentar yang sifatnya saran atau kritik dari pembaca. Blog menjadi ruang diskusi digital yang berharga buat saya.
Melatih Disiplin
Saya adalah tipe penulis yang tidak bisa berhenti terlalu lama. Misalnya baru saja menyelesaikan tulisan novel yang butuh satu sampai dua bulan, biasanya hanya istirahat sebentar baru akan menulis lagi. Masalahnya, kalau tidak ada paksaan untuk menulis dan terlalu lama istirahat, bisa-bisa masa libur akan membuat saya keenakan untuk tidak menulis. Bahaya!

Lalu lewat blog saya bisa terus disiplin menulis tentang hal-hal yang berbeda namun sesuai minat. Mau membahas film, buku, keluhan akan kehidupan yang penuh tantangan ini atau berbagi catatan perjalanan, bisa saya tuangkan di dalam blog. Disiplin menulis pun tetap terjaga.
Supaya Tetap Waras
Asyiknya ngeblog itu membuat pikiran saya sibuk dan terus-menerus belajar hal baru. Saya adalah tipe perempuan dengan tingkat curiosity tinggi. Jika tidak ada proyek menulis atau hal baru yang menarik untuk dipelajari, wah isi kepala ini bisa bosan. Kalau bosan terus dipupuk menjadi jenuh, lama-lama saya merasa tertekan.

Membaca buku hanya menyelamatkan sejenak, lalu jenuh akan datang lagi. Ngeblog membuat saya belajar sedikit-sedikit tentang SEO, Webmaster, Analytic, mengulik template blog yang warna-warni sesuai selera. Untuk belajar blog saya membeli buku dan ikut workshop. Hasil belajar dari berbagai sumber akan saya aplikasikan pelan-pelan di blog. Dunia digital yang terus berkembang membuat saya terus berusaha update.
Menambah Rezeki
Setelah setahun ngeblog, pada 2014 saya mulai berpikir untuk menambah rezeki dari blog. Membeli nama domain adalah langkah pertama saya agar lebih serius untuk me-monetize blog. Namun rupanya kepala saya pusing ketika berhadapan dengan ragam bahasa koding dan Adsense. Saya hanya kuat memperbaiki konten.

Setelah menang kompetisi One Day One Article di Indscript Creative sebanyak dua periode, mulailah job review itu saya terima. Tanpa terasa kini sudah banyak brand yang minta produknya direview atau membuat artikel dengan tema pesanan klien. Saya juga menerima job mengisi konten blog orang lain. Konten kini menjadi kunci utama saya untuk menarik pembaca sekaligus klien.
Dengan beragam manfaat yang saya rasakan, saya harap ngeblog menjadi salah satu hobi yang makin dilirik banyak orang. Blog adalah media yang kini makin sering dijadikan rujukan pembaca dalam mencari tips dari hal ringan sampai urusan membuat dokumen juga bisa didapat. Harapan saya, semoga blogger makin cerdas dalam membuat postingan, tidak mudah membuat artikel hoax dan terus menebarkan inspirasi lewat ranah digital.
Ngeblog telah membuka jalan buat saya untuk mewujudkan impian-impian lainnya. Saya bisa menjadi inspirator lewat blog, mendokumentasikan hal-hal yang saya sukai di dalam blog, hingga memperoleh rezeki tambahan yang lumayan. Kalau saja lima tahun lalu saya tidak nekat untuk serius ngeblog, mungkin saat ini saya hanya menjadi netizen nyinyir yang rajin update status di medsos ketika sedang tidak menulis novel. Blogging is the essential part of my life now!
Published on October 13, 2018 01:56
October 9, 2018
10 Tips Praktis Menulis Fiksi

Menulis adalah salah satu kegiatan mengasyikkan yang tidak butuh biaya dan waktu yang bisa disesuaikan dengan keinginan kita. Menulis dapat menghasilkan penghasilan tambahan, contohnya saja menulis artikel di surat kabar, penulis novel, cerpen dan lain-lain. Mungkin Anda adalah seorang penggila buku namun merasa tidak berbakat dalam menulis? Jawabannya, SALAH BESAR...
Tiap orang tidak perlu bakat alam untuk tumbuh menjadi penulis profesional, modal menjadi penulis yang baik adalah gemar membaca, mau belajar dan siap berlatih menulis. Dalam materi kali ini, saya akan membedah beberapa kendala menulis fiksi, dan inilah beberapa tips praktis menulis kreatif fiksi yang telah saya rangkum dari beberapa sumber.
1. JudulMungkin Anda sering mendengar pepatah Dont’t judge a book by it’s cover, pepatah ini mungkin sangat sesuai bila Anda ingin mencari kualitas, bukan hanya pembungkus yang mengkilap namun miskin manfaat. Tetapi kita juga tidak boleh memungkiri, bahwa judul yang menarik dan membuat penasaran tentunya akan membuat mata kita tertarik untuk membelinya, apalagi saat ini di berbagai toko buku, semua buku yang dijual telah dilapisi plastik pembungkus agar tidak bisa dibaca.
Jadi buatlah judul yang membangkitkan rasa ingin tahu pembaca, menggelitik, tidak menimbulkan makna ambigu namun tetap mewakili keseluruhan isi cerita.
2. Pembukaan MenarikParagraf pertama dari cerita harus menimbulkan minat dan hasrat bagi pembacanya. Memilih kata-kata yang tidak terlalu bertele-tele serta membawa pembaca untuk masuk ke tema cerita yang anda buat. Poin ini sangat penting, karena biasanya editor naskah akan membaca secara keseluruhan sebuah naskah jika paragraf atau bagian pembuka cerita sangat menarik dan menggelitik rasa penasaran pembaca.
Berikut adalah salah satu contoh paragraf pembuka dari cerpen saya yang berjudul “Ada Cinta di TPA”,, “Bocah kecil itu menatapku dengan bola matanya yang jernih. Pakaiannya yang compang-camping, badannya yang hitam dan bau tak menutupi pesona matanya yang menjeratku. Lalu aku direngkuhnya dan aku dipeluknya erat-erat. Aku tak lagi merasa jijik. Ada kehangatan yang menyergap dalam sanubariku. Aku yang mula-mula berencana perlahan mati di sudut gelap tempat ini, disebuah sudut kecil di kotaku yang kucintai, kini seolah menemukan setitik cahaya.”
3. Penutup yang Memberikan PesanJangan terburu-buru untuk menuntaskan cerita. Buatlah cerita yang senatural mungkin hingga akhir. Penutup yang baik dapat memberikan pembaca sebuah perenungan atau amanat yang tersirat. Buatlah ending cerita yang membuat pembaca bebas untuk beropini atau mengembangkan imajinasinya. Bila membuat ending yang jelas, hindari pemilihan kata-kata yang seolah mendikte jalan pikiran pembaca.

Image Source: @victor_g (Unsplash)
4. AlurAnda bisa menggunakan alur maju, mundur atau campuran. Yang paling penting adalah buat alur yang mudah dipahami dan runtut. Andah boleh menggunakan alur campuran, asal pembaca tidak kebingungan untuk membacanya. Posisikan diri anda sebaga pembaca atau minta orang lain sebagai pembaca pertama anda.
5. Seting yang PasUntuk membuat cerita yang terasa nyata dan membangkitkan imajinasi pembaca, Anda harus melakukan riset secara detail dan menyeluruh mengenai setting yang anda gunakan dalam cerita. Jangan hanya mengandalkan pengetahuan Anda yang terbatas. Lakukan riset melalui media internet, buku atau terjun langsung ke lokasi.
6. Sudut PandangSudut pandang dalam naskah fiksi bisa berbentuk kata ganti orang pertama dan orang ketiga. Untuk penulis pemula, biasanya sering menggunakan kata ganti pertama untuk mendalami karakter. Semuanya terserah Anda, pakailah yang menurut Anda paling cocok digunakan dalam cerita.
7. Kesesuaian BahasaLihat tema cerita yang Anda buat, apakah isinya mengenai percintaan remaja, komedi, dan lain-lain. Sesuaikan gaya bahasa sesuai dengan tema yang Anda buat. Dan sesuaikan juga dengan logika cerita, misalnya seorang siswa SMU yang biasa memakai bahasa gaul saat berbicara dengan temannya tentu akan memakai bahasa sopan ketika bicara dengan gurunya di sekolah.
8. KonflikKonflik adalah bumbu cerita yang paling ditunggu oleh pembaca. Ramu konflik cerita dengan bumbu yang menarik dan buat senatural mungkin, jangan terlalu banyak membuat kalimat hiperbol. Buatlah seolah-olah pembaca ikut merasakan permasalahan yang dialami tokoh dalam cerita.

9. Karakter yang Hidup
Karakter atau tokoh adalah bagian terpenting dalam cerita fiksi. Konflik, alur dan bagian lain dari cerita fiksi bisa gagal atau berhasil meraih atensi pembaca dari kekuatan tokoh-tokohnya. Dee Lestari mengatakan bahwa tokoh adalah duta dalam sebuah cerita fiksi. Buatlah karakter yang natural, jelas sifat dan kebiasaannya hingga jelas juga cara bicara dan berpakaiannya supaya bisa hidup di benak pembaca. Jangan terlalu membuat tokoh protagonis yang sempurna misalnya. Buatlah kekurangan dan kelebihan tokoh atau karakter tersebut secara manusiawi.
10. Logika CeritaLogika cerita adalah kelogisan dalam mengurai alur dan jalannya cerita. Misalnya Anda membuat cerita berlatar belakang tahun 60-an, tentu akan sangat tidak masuk akal bila di dalam cerita menyebutkan iklan masa kini atau telepon Blackberry.
Inilah beberapa tips singkat menulis kreatif fiksi untuk Anda. Semoga bermanfaat untuk Anda yang berniat menjadi penulis fiksi. Teruslah berlatih dan tetap belajar
Published on October 09, 2018 10:00
October 8, 2018
Bahagia Sesungguhnya Dimulai Dari Bahagia Untuk Orang Lain

Sering saya dengar kalimat bijak yang menyatakan bahwa sebelum berusaha membahagiakan orang lain, maka kita harus bahagia pada diri sendiri terlebih dahulu. Hal ini masuk akal karena bagaimana kita mau membuat orang lain bahagia kalau diri sendiri masih sering susah atau gundah? Saya setuju dengan anggapan itu maka saya lakukan banyak hal yang bisa membuat diri ini bahagia seperti traveling, menonton film di bioskop, membaca buku dan menulis. Efeknya setelah kebahagiaan diri ini tercukupi, saya menjadi merasa penuh dan siap memberikan dukungan untuk orang-orang tersayang.
Hingga pada suatu kejadian, ada teman yang mendapat beasiswa di luar negeri dan ada pula yang bisa mendapatkan cinta sejatinya, namun ada suatu riak di dalam hati saya. Saya tidak pernah mendiskusikan masalah riak aneh itu pada siapapun. Akhirnya saya jadi rajin scrolling medsos si kenalan itu sambil dalam hati bertanya-tanya, kenapa hidupnya bisa bahagia semudah itu sementara saya masih begini-begini saja? Mendadak semua pencapaian yang saya miliki terasa kecil.
Saya merasa tidak benar-benar bahagia dengan kebahagiaan orang lain. Wah ini tanda bahaya!

Untungnya saja saya segera menyadari gejala buruk itu. Coba bayangkan jika saya tidak merasa salah dan terus berlarut dalam emosi negatif, pasti lama-lama kebahagiaan saya akan terkikis dan saya akan menjadi orang paling nyinyir di semua media sosial. Ih amit-amit! Lalu kembali lagi dengan pendapat bahwa bahagia itu harus dimulai dari diri sendiri, agaknya kurang pas kalau bercermin dari pengalaman yang saya alami. Bahagia itu seharusnya dimulai dari kita merasa benar-benar ikut tulus bergembira dengan kebahagiaan orang lain. Kalau untuk kebahagiaan orang lain saja sudah tulus, pasti diri sendiri sudah benar-benar bahagia terlebih dahulu.
Apakah saya punya formula khusus untuk menjadi orang yang hatinya selapang itu? Tentu saja tidak! Tetapi saya tahu di saat kapan seharusnya saya bisa mengatur pikiran agar bisa berubah positif jika ada aroma dengki mulai menyusup.
Orang Lain Mencapai Sesuatu yang Kita InginkanNah ini yang paling sering memicu alarm cemburu pada diri saya dan mungkin bagi sebagian besar orang. Cemburu dan iri itu manusiawi karena kita bukan nabi yang ditakdirkan suci. Apalagi jika kita sudah bekerja keras dalam kurun waktu yang lama demi impian tertentu, tetapi hasilnya masih belum memuaskan, tiba-tiba ada kenalan yang mengumumkan keberhasilannya. Awalnya mata kita akan silau dan bibir berdecak kagum. Lalu kita akan bertanya-tanya dalam hati,”Kok dia bisa ya? Kenapa aku nggak?”
Lalu jika masih tidak ditanggulangi, kita mulai mencari pembenaran atas rasa cemburu itu. Kita merasa lebih layak atas keberhasilan itu daripada dia. Kita mulai mencibir bahwa dia hanya orang yang kebetulan beruntung dan ingin pamer. Wah, kalau sudah mulai begini maka sadarlah kalau kita mulai memasuki fase tidak bahagia.
Saya punya pengalaman lucu. Jadi ada teman lama yang bisa melanjutkan pendidikan master di luar negeri yang notabene menjadi salah satu impian saya sejak dulu. Karena banyak pertimbangan, kini saya mengesampingkan impian itu dan fokus untuk membangun impian di negeri sendiri. Bisa dibilang saya sangat iri dengan postingannya selama belajar di luar negeri. Namun pada suatu kesempatan, kami saling berkirim pesan dan dia berkata,”Aku merasa hidupku segini-segini aja dan aku salut banget sama kamu yang udah nerbitin banyak buku dan keren banget di acara-acara literasi.”

Yah, dia rupanya kagum dengan aktivitas literasi saya sementara tanpa dia ketahui, saya iri dengan pengalamannya. Kami memiliki hal yang diinginkan satu sama lain. Dari situlah saya sadar jika Tuhan punya maksud sendiri. Yang saya inginkan belum tentu saya butuhkan. Keinginan bersekolah di luar negeri itu tidak butuh-butuh amat buat karir saya. Passion saya adalah di bidang bahasa asing dan literasi, jadi inilah yang harusnya saya kembangkan. Bukan sekadar ikut gaya-gayaan sekolah di negeri seberang.
Saat Kita Susah dan Orang Lain GembiraNamanya hidup pasti ada masa naik turun. Mustahil kita akan terus bahagia dan tidak merasakan sedih. Pernah tidak Anda mengalami di saat hati sedang marah, sedih atau kesal lalu ada teman yang datang dengan wajah gembira menyatakan pencapaiannya? Rasanya kita ingin marah dan juga barangkali minimal memasang wajah masam.
“Kamu itu nggak peka! Ngapain sih datang-datang bawa berita kalau kamu mau tunangan? Aku tuh lagi patah hati, tahu!” (Salah satu contoh kasusnya). Padahal si teman ini tidak tahu kalau kita baru saja patah hati. Bagaimana bisa tahu kalau kitanya tidak mau cerita?

Memang kita harus belajar berempati dan harus belajar peka agar bisa memahami kondisi lawan bicara kita. Bagaimana kalau posisi itu dibalik? Sebagai orang yang sedang bersedih, kita mau menghargai kebahagiaan orang lain. Kedengarannya sulit, saya saja kadang-kadang gagal. Meskipun sulit, tetapi jika kita mau memiliki dua mindsetitu, maka ego bisa diminimalisir. Kita harus berempati dan tahu bagaimana berbicara jika kenalan menunjukkan wajah sedih atau tidak berminat. Sebaliknya, kalau sedang susah maka jangan mengajak orang lain sama-sama susahnya. Boleh curhat tapi jangan bermental korban yang apa-apa ingin didahulukan atau dikasihani. You are not the center of the world!
Itulah dua hal yang menjadi bahan renungan saya soal bahagia untuk orang lain. Bahagia untuk diri sendiri itu penting, namun level bahagia tertinggi jika kita juga punya ketulusan, salah satunya tidak iri dengan kebahagiaan orang lain. The real happiness comes from your sincere heart!
Published on October 08, 2018 01:01
September 25, 2018
Sukses Itu Bukan Bakat Melainkan Mindset

Sukses adalah frase manis yang diinginkan tiap orang. Tidak ada orang yang ingin mencicipi kegagalan dan kekalahan, namun yang namanya kesuksesan itu pasti akan melewati rangkaian hal pahit. Ada yang mengatakan jika sukses adalah perpaduan dari 1% bakat dan 99% kerja keras. Hal tersebut tidak salah, namun selain kerja keras ada faktor penting yang turut berpengaruh yaitu mindset.
Mindsetatau nama lainnya pola pikir, mempengaruhi cara pandang seseorang dalam menilai dirinya dan juga bagaimana ia akan mengambil sikap. Bahkan mindset juga bisa berpengaruh pada kebiasaan seseorang. Kebiasaan itu yang membentuk tingkah laku. Lantas bagaimana bisa mindset punya andil dalam menentukan kesuksesan?
Mindset Tumbuh Lebih Baik Dibanding Mindset TetapPara ahli membagi mindset manusia dalam dua jenis yaitu mindset tumbuh (growth mindset) dan mindsettetap (fixed mindset). Mindset tetap adalah sebuah anggapan mengenai tingkah laku, kecerdasan hingga tingkah laku tidak akan bisa berubah (tetap). Sedangkan mindset tumbuh menganggap bahwa seseorang bisa mengubah tingkah laku, kebiasaan dan tingkat intelegensianya karena proses belajar dan pengamatan yang berkelanjutan.

Carol S Dweck, seorang profesor di bidang Psikologi bahkan melakukan penelitian panjang terkait mindset. Hasil penelitian tersbeut ditulis dalam bahasa yang renyah dan membuka pemikiran banyak orang. Di dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success, Carol menjelaskan jika keberhasilan dan kegagalan seseorang itu terkait erat dengan mindset.
Seorang siswa yang memiliki mindset tetap dan mendapat nilai bagus, pada akhirnya akan menjadi mudah depresi hanya karena satu nilai buruk. Berbeda dengan siswa yang memiliki mindset tumbuh, nilai jelek tidak akan menjadi momok buruk mereka, sedih hanya sebentar lalu siswa tersebut akan belajar lebih keras lagi.
Sama dengan perjalanan menggapai sukses. Seseorang yang memiliki mindset tumbuh akan menganggap kegagalan sebagai bumbu dan ibarat game, maka mereka akan terus mengulang atau mencari strategi baru agar goal bisa tercapai. Kegagalan dianggap sebagai hal lumrah.
Mindset Akan Berpengaruh Pada Kondisi Kejiwaan dan MentalBanyak sekali orang-orang yang ingin sukses secara instan contohnya ingin menjadi penulis terkenal tetapi enggan untuk melewati jatuh bangunnya. Mindset yang tak suka dengan proses belajar agak lama dan malas usaha ini juga memicu banyaknya orang-orang yang melakukan kecurangan. Banyak ditemukan penulis terkenal yang ternyata hasil tulisannya dari hasil plagiat.

Atau sebaliknya setelah mendapatkan keseuksesan besar, orang yang mindsetnya tidak bisa menangani dengan baik masa keberhasilannya, malah akan terlena, mengalami star syndrome dan akhirnya malas untuk terus belajar. Ketika jatuh, stres beratlah yang akan terjadi. Jika tidak memiliki mindset positif, tentunya depresi bisa mengganggu kondisi kejiwaan serta mental.
Orang Berbakat Bisa Kalah Dengan PembelajarBakat adalah karunia Tuhan, namun semangat belajar yang akan menentukan berhasil tidaknya seseorang. Mungkin ada anak yang punya bakat melukis sejak kecil, namun jika tidak diasah, maka besar kemungkinan ia akan kalah bersinar oleh anak kurang berbakat yang berlatih melukis terus-menerus.

Dalam penelitiannya, Carol S Dweck membandingkan kasus nyata pada orang yang tidak jago menggambar. Diambil beberapa sampel orang-orang yang hasil gambarnya tidak berbentuk dan sangat buruk, namun setelah menjalani proses latihan rutin dan mereka mau belajar, maka hasil gambarnya semakin membaik hingga mendekati sempurna.
Inilah beberapa hal mengenai pengaruh mindset pada kesuksesan. Setelah membacanya, semoga Anda mau mengubah mindset negatif menjadi positif dan siap mencapai impian yang masih ditunda. Keep believe in your dream!
Published on September 25, 2018 02:42
September 21, 2018
5 Alasan Perempuan Harus Menulis

Perempuan adalah makhluk yang diberi banyak kesempatan dan kekuatan khusus. Bayangkan saja, sejak muda, perempuan dihadapkan pada beragam jenis tantangan. Tantangan perempuan itu bisa dari kondisi fisiologisnya, emosi dan pikiran. Nyeri di kala menstruasi, sakit ketika melahirkan, lelah di saat menjalankan tugas rumah tangga yang tak kunjung usai atau segudang hal lainnya turut menambah beban pikiran serta perasaan.
Lantas apa hubungannya dengan menulis?
Dengan menulis sebenarnya perempuan bisa memanifestasikan segala kelebihan energi dan mencari katarsis. Hal-hal yang mengganggu pikiran bisa diluapkan lewat tulisan. Selain itu masih banyak manfaat lain yang harus diketahui oleh perempuan.
1. Melatih Pikiran Kritis
Perempuan memiliki tantangan sesuai dengan profesi dan apa yang sedang dikerjakan. Dan rasanya sudah menjadi hal natural jika pikiran perempuan itu bisa bercabang dalam satu waktu bersamaan. Contohnya, seorang ibu rumah tangga akan memikirkan pembagian pos keuangan keluarga, berpikir besok masak apa, menyusun rencana pendidikan anak di rumah sembari mengecek kebersihan rumah.
Kadangkala terlalu banyak berpikir bisa menimbulkan stres. Coba semua list tugas itu ditulis seluruhnya lalu mulai dipilah tingkat kepentingannya. Jikalau ada masalah juga bisa ditulis untuk dilihat lebih jelas hingga lebih mudah mencari solusi. Secara tidak langsung Anda akan melatih diri untuk berpikir kritis dan mencari problem solving.

(Image Source: Unsplash.com)
2. Terapi Psikologis
Sudah dijelaskan sekilas di atas jika perempuan itu mudah terkena stres. Baik perempuan lajang atau yang sudah menikah pasti punya sumber stres sendiri-sendiri. Agar beban stres tidak menumpuk hingga berujung depresi, maka banyak pendapat dari para ahli psikologi menyarankan agar kita menuliskan semua beban pikiran tersebut. Tuliskan secara bebas apa saja dan siapa saja yang membuat Anda marah dan kecewa tanpa sensor. Tulisan itu bisa disimpan atau malah disobek sampai Anda puas. Hal ini diyakini dapat mengurangi tekanan di dalam pikiran.
3. Mengenali Diri Sendiri
Sesungguhnya hal ini tidak hanya dibutuhkan bagi perempuan saja, tetapi juga bagi semua orang. Hanya saja mengingat kompleksitas pikiran perempuan yang mudah bercabang dan multitasking, maka dengan menulis akan mudah menggali apa yang ada di dalam diri.
Kegiatan yang terlalu banyak dan kesibukan mendera sebagai ibu dan tugas lainnya, kadang membuat kita kehilangan waktu untuk lebih ramah dengan diri sendiri. Seorang perempuan berhak untuk memiliki impian, terlepas dengan perannya di dalam keluarga. Ketika anak sedang tidur, pasangan telah beristirahat dan Anda ingin menguraikan suara-suara di kepala, bisa saja dari ide hingga kritik sosial, maka menulis bisa menjadi jalan yang tepat. Atau hanya sekadar ingin menguraikan keruwetan pikiran karena banyaknya pertanyaan tentang diri yang belum terjawab? Tuliskan semua, baca kembali lebih detail dan mulailah momen berharga setelah lebih mengenali diri sendiri.
4. Membongkar Diskriminasi Gender
Mungkin hal ini terlihat sedikit berat. Tetapi tidak bisa dipungkiri jika perempuan masih sering dianggap sebagai manusia kelas kedua di bawah laki-laki. Hal ini karena budaya patriarki yang terlanjur melekat di tengah masyarakat. Maka dengan menulis, perempuan dapat menunjukkan jika dirinya tidak pantas dianggap rendah.
Kita punya RA Kartini yang menguraikan secara cerdas meski bernada sedih mengenai posisi perempuan pada masa kolonial yang tidak dianggap penting, lalu kini kita punya banyak penulis perempuan yang juga berani menyuarakan pendapatnya tak hanya soal diskriminasi gender tetapi juga kritik terhadap kondisi politik, contohnya novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Anda bisa memulai dengan tema yang lebih ringan misalnya mengapa perempuan karir dianggap tidak bisa menjadi ibu yang baik buat keluarga atau mengapa perempuan lajang disebut belum sempurna jika tak kunjung menikah. Hal-hal di sekitar bisa menjadi topik untuk diangkat dalam sebuah karya.

5. Menambah Pemasukan
Alasan ini dimasukkan sebagai pilihan terakhir karena Anda harus menulis secara tulus dan baik dulu, jangan memandang materi sebagai tujuan awal. Menambah pemasukan dari tulisan itu tidaklah mustahil, tetapi butuh usaha dan latihan rutin agar tulisan bisa memiliki struktur yang baik serta isi yang bergizi. Anda bisa menjadi content writer, copy writer, blogger, atau menulis buku. Asyiknya, bekerja menjadi penulis bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja tanpa harus meninggalkan rumah. Pilihan karir yang menjanjikan, bukan?
Inilah lima alasan mengapa perempuan harus menulis. Semuanya penting bagi kewarasan diri sendiri hingga memberi manfaat positif buat lingkungan. Jadi, kapan Anda mau menulis?
Published on September 21, 2018 19:27
September 13, 2018
Review Kelana: Perjalanan Petualang Perempuan Lewat Darat dan Laut

Judul : Kelana, Perjalanan Darat dari Indonesia Sampai ke AfrikaPenulis: Famega Syavira PutriJumlah Halaman: 264 halamanISBN: 978-602-424-8918Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Juli 2018Penerbit: Comma Books (Penerbit KPG)
Perjalanan untuk menantang diri sendiri, inilah yang menjadi fokus utama Famega dalam perjalanannya dari Indonesia hingga Afrika. Untuk perjalanannya kali ini, Famega bertekad untuk tidak menggunakan pesawat sebagai alat transportasinya. Perempuan ini ingin menggunakan jalur darat dan laut saja. Meski memakan waktu lebih lama dan pasti penuh dengan ketidakpastian, Famega ingin berpetulang lebih dekat pada bumi, tanpa harus mempersingkat waktu di udara.
Seperti halnya buku traveling bergaya feature lainnya, Famega menuliskan ciri khas masing-masing daerah, namun yang lebih ditonjolkan dalam bukunya ini adalah bagaimana ia berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Tiap lokasi yang ia kunjungi selalu memiliki cerita berbeda, tergantung dari pengalaman orang yang ia temui tidak sengaja.
Di dalam pertemuan-pertemuan baru itulah Famega mencatat kebaikan-kebaikan orang, meresapinya dalam hati, kadang kala ikut menangis namun akhirnya memunculkan rasa syukur pada hidupnya sendiri.
Berpetualang sendirian dengan hanya satu ransel di punggung sungguh praktis. Famega melakukan hitchiking (menebeng mobil orang) untuk menghemat uang, berpindah dari bus ke angkutan kota, kadangkala naik kereta. Ia juga menginap di hostel murah dan mengandalkan aplikasi Couchsurfing agar bisa menginap di sesama anggotanya tanpa harus membayar sewa.

Famega juga memberikan tips bepergian bagi perempuan. Misalnya kita harus melihat referensi kawan Couchsourfing itu apakah baik atau tidak, sebaiknya pilih yang sesama perempuan atau keluarga lengkap, hindari laki-laki lajang yang menuliskan keinginan untuk memberi penginapan bagi wanita lajang saja. Selalu waspada di tiap negara manapun dan jangan mudah memberitahukan alamat hotel atau tempat menginap pada orang asing.
Di salah satu bab bahkan saya ikut terharu dan bersedih. Famega bertemu seorang cucu korban Holocaust di kota Krakow. Karena ia tidak pernah membuat daftar tempat yang ingin dikunjungi, Famega menyetujui ajakan Paul Hoffman untuk mengunjungi Krakow, di Polandia. Paul bercerita jika kakek dan neneknya adalah kaum menengah atas yang cukup disegani dahulu. Saat Nazi mulai mencari kaum Yahudi, ayah dan kakek neneknya menyamar menjadi kaum non-Yahudi. Sayangnya penyamaran mereka gagal dan ayah Paul pun kabur di usia anak-anak.
“Jurek bersembunyi di hutan dan jalanan, berusaha bertahan hidup dengan memakan apa saja yang bisa dimakan. Kadang-kadang dia ditemukan oleh keluarga petani dan ikut tinggal bersama mereka, tapi dia sulit mempercayai orang lain.” (Halaman 180)
Jurek, ayah Paul akhirnya sampai di Inggris dan bertemu gadis yang akhirnya menjadi ibu Paul. Paul selalu mengunjungi Krakow demi mengenang leluhur yang tidak pernah ia temui. Hal itu untuk membuktikan jika ayah dan dirinya masih hidup sehat dan perdamaian selalu memenangkan peperangan. Sebuah potret kemanusiaan yang menyentuh hati Famega dan saya sebagai pembaca.
Buku ini merupakan monumen pencapaian Famega yang sempat tidak percaya diri untuk melakukan solo traveling. Perlahan kakinya melangkah untuk menempuh perjalanan yang tidak ia ketahui akan memberikan apa di masa berikutnya. Tetapi Famega membuktikan jika dirinya mampu dan bertemu dengan banyak kebaikan dari orang-orang yang baru ia temui di perjalanan.
Published on September 13, 2018 13:00
September 12, 2018
4 Tips Ampuh Manajemen Waktu Menulis

Kehabisan waktu, itulah yang sering menjadi alasan saya dan mungkin juga Anda untuk mau menulis. Pekerjaan utama dan kesibukan lain yang mungkin membutuhkan fokus lebih banyak kadang menguras energi dan waktu.
Apa yang saya rasakan saat sedang jarang menulis? Tentu saja gelisah, perasaan sebal tanpa sebab dan juga sedikit stres. Tiap hari saya terbiasa menulis minimal dua halaman microsoft word. Kalau memang sedang sibuk, biasanya saya menyicil satu tulisan pendek untuk dikembangkan di sela istirahat kerja. Ditambah lagi jika sedang penuh deadline lomba, bisa dibilang stresnya makin bertambah.
Mungkin sebagian dari teman-teman penulis yang juga memiliki pekerjaan utama di kantor atau mengurusi bisnisnya sendiri bertanya-tanya, bagaimana sih cara mengatur waktu yang tepat untuk menulis?
1. Ukur Kemampuan DiriPertama, Anda harus mengetahui kemampuan diri sebelum membuat time schedule. Anda bisa mencobanya dengan menghitung kecepatan menulis dengan penghitung waktu atau stopwatch. Hitung seberapa lama bisa benar-benar fokus menulis. Misalnya Anda benar-benar bisa fokus selama lima belas menit, hitung jumlah kata yang bisa ditulis atau ketik dalam jangka waktu tersebut. (Baca Juga: Travel Writing Ala Trinity The Naked Traveler)

2. Jauhkan Diri Dari GangguanJauhkan diri dari gangguan berupa telepon, SMS, media sosial selama lima belas menit produktif Anda. Ini menulis bebas tanpa edit loh. Anda baru boleh mengedit kalau tulisan utuhnya sudah benar-benar selesai. Jika ukuran yang pas sudah ditemukan, jadikan sebagai patokan waktu wajib menulis Anda tiap harinya. Lalu tingkatkan target jumlah kata sekaligus waktu sesuai dengan kebutuhan.
3. Membuat Challenge Mingguan hingga BulananTiap minggu selalu bertebaran lomba serta event menulis di facebook dan juga media sosial lainnya. Temukan satu challenge dengan deadline yang pas untuk kesibukan Anda. Misalnya kalau saya, tiap bulan selalu mencari challenge berupa penulisan naskah solo yang berhadiah terbit gratis atau event menulis yang temanya sesuai dengan genre favorit. Saya lihat ketentuan lombanya serta deadlinenya, kemudian saya susun jadwal menulis tiap hari atau full menulis di akhir pekan ketika sedang libur. Tantanglah diri dengan satu atau beberapa challenge yang membuat anda terpacu untuk menulis. (Baca Juga: Cerita Movie Blogger, Elbert Reyner)

4. Membuat Idea Bucket ListKumpulan ide seringkali terlintas tanpa sengaja di kepala. Anda bisa mencatat secuplik ide dari padatnya lalu lintas, keramaian mal, atau mungkin memasukkan karakter fiksi dari tokoh nyata klien anda. Saya biasa membuat idea bucket list atau kumpulan ide singkat yang bisa dikembangkan menjadi satu tulisan utuh. Jangan sampai ide unik dan bagus menguap tanpa Anda catat.
Menulis adalah sebuah kemampuan yang tak hanya ditentukan lewat bakat. Asah terus minat dan passion Anda dan nikmati prosesnya.

Published on September 12, 2018 13:00
September 5, 2018
Stop 4 Hal Penghancur Keharmonisan Keluarga Ini!

Keluarga adalah permata. Siapa sih,yang tidak ingin hubungan dalam keluarganya tetap hangat dan stabil? Di tengah kesibukan kerja yang semakin mendera, kadang tanpa sadar kita menjauhkan diri dari pasangan atau anak-anak. Tumpukan deadline tugas kantor dantanggung jawab yang luar biasa banyak, hanya menambah kelelahan dan akhirnya keluargalah yang menjadi korban. Tapi tahukah Anda, jika ada hal-hal lain di luar kesibukan kerja yang juga bisa menjadi penghancur keharmonisan keluarga?
Bercermin dari orang tua saya yang memiliki karakter bertolakbelakang dan sering berbeda pendapat, namun masih memiliki hubungan yang hangat seperti sahabat, maka poin-poinnya bisa dijabarkan seperti di bawah ini.
1. Tak Ada Kehangatan dengan Pasangan

Salah satu penghancur keharmonisan keluarga ini disebut sebagai pemicu krusial konflik muncul. Keturunan menjadi bagian penting dalam pernikahan. Setelah anak-anak lahir, kita akan melakukan banyak hal agar kebutuhan mereka tercukupi. Namun, apakah Anda juga sudah menyeimbangkan perhatian dengan pasangan? Hubungan ayah dan ibu yang dingin merupakan contoh negatif bagi buah hati, terutama mereka yang sudah menginjak remaja. Maka, penting untuk menunjukkan perhatikan pada suami di depan anak-anak.. Kestabilan hubungan suami istri menjadi dasar sehatnya relasi dalam keluarga. Ibu saya selalu mencium pipi ayah sebelum ayah bekerja, dan kami sebagai anak-anaknya sudah terbiasa dengan afeksi hangat seperti itu. Malah terkadang Ayah menggoda Ibu dengan kejutan ala anak kecil yang membuat kami tertawa.
2. Lupa Meminta Maaf

Pernah tidak Anda lepas kontrol sampai berteriak kasar pada anak-anak? Walau beberapa saat kemudian menyesal, kadangkala kita lupa untuk meminta maaf pada mereka. Anak-anak adalah kertas putih yang menunggu untuk diisi, dan tugas orang tua untuk menuliskan hal-hal baik di kepala dan jiwa mereka. Buang rasa gengsi, dan ajarkan pada anak-anak bahwa siapapun yang merasa telah melakukan kesalahan tidak boleh malu untuk meminta maaf terlebih dahulu.
3. Komunikasi yang Buruk

Berapa kali Anda benar-benar berkomunikasi secara intens dengan suami dan buah hati? Bagi ibu pekerja, komunikasi adalah hal yang krusial dalam kehidupan rumah tangga. Luangkan waktu untuk bisa saling menyapa, menanyakan agenda, atau mendengarkan keluhan masing-masing. Ingat! Komunikasi yang buruk dapat merenggangkan keharmonisan keluarga. Meski Ibu tidak bekerja pun, beliau selalu rutin menanyakan kabar Ayah hari ini dan menceritakan aktivitasnya sendiri. Orang tua saya juga membiasakan saya dan adik untuk mengabari ketika hendak kemanapun.
4. Membandingkan dengan Orang Lain

Dengan banyaknya media sosial seperti Facebook dan Instagram yang memaparkan kehidupan serba menyenangkan orang lain, tanpa sadar kita akan terpaku dan mulai membandingkan dengan diri sendiri. Melihat anak artis A yang jago main musik klasik, kita jadi kepincut lalu mulai memaksa anak yang hobinya melukis untuk belajar main piano, misalnya. Atau contoh kasus lainnya, ketika melihat suami artis B yang rajin mengajak keluarga kecilnya liburan ke luar negeri, lalu Anda mulai merengek ke suami untuk diajak liburan ke luar negeri juga. Padahal kondisi keuangan belum memungkinkan, cicilan masih banyak namun Anda terus menuntut, lama-kelamaan anggota keluarga pasti akan jengah. Ibu selalu membagi anggaran untuk pos pendidikan, kebutuhan pangan, listrik, dan pos darurat. Jika ingin berlibur, kami pergi ke kota terdekat dengan membawa bekal. Yang terpenting adalah momen bersama tanpa perlu ke tempat yang mahal.
Saya dan adik dibiarkan tumbuh sesuai dengan bakat dan minat kami. Saya yang tertarik dengan bahasa asing dan menulis, diizinkan mengambil kuliah Sastra Jepang dan aktif menulis hingga sekarang bisa menerbitkan beberapa buku. Adik yang berganti-ganti hobi dari olahraga dan musik, juga difasilitasi dengan alat musik yang ia suka seperti gitar. Orang tua berusaha mendukung hobi tetapi tetap mengawasi pendidikan formal kami dan lingkungan pergaulan.
Itulah hal-hal yang berpotensi merusak hubungan dalam keluarga dan bagaimana cara kedua orang tua saya untuk meminimalisir faktor risiko tersebut Jangan sampai karena ego dan prideyang terlalu tinggi,malah mengganggu stabilitas hubungan, ya. Be wise and love your family wholeheartedly!
Published on September 05, 2018 20:19