Reffi Dhinar's Blog, page 21

August 14, 2019

Trekking Menantang di Air Terjun Coban Sewu

trekking ke coban sewu

Traveling adalah obat pelepas dahaga ketika kita lelah dengan aktivitas sehari-hari yang selalu menuntut untuk segera diselesaikan. Biasanya dalam setahun, minimal sekali saya akan menjadwalkan kegiatan traveling keluar kota. Jika budget memungkinkan, malah bisa dua kali dalam satu tahun.
Dan pelesir yang cukup mengesankan di akhir tahun 2016 lalu adalah saat saya dan beberapa rekan sekantor memilih untuk menjelajahi B29 dan juga air terjun Coban Sewu atau nama lainnya Tumpak Sewu, namun kali ini saya hanya akan membahas pengalaman seru ke air terjun yang dijuluki mini Niagara ini.
Coban Sewu terletak di Kabupaten Malang dan berada di perbatasan dengan kota Lumajang. Setelah saya puas menikmati pemandangan menakjubkan di Negeri Atas Awan, B29, saya dan teman-teman memutuskan untuk menuju Coban Sewu dengan mengendarai mobil travel. Kami berangkat pukul sembilan malam supaya bisa mencapai B29 sebelum matahari terbit, lalu menuju Coban Sewu sekitar pukul delapan setelah menyantap sarapan pagi.
Butuh waktu sekitar dua jam dari B29 ke Coban Sewu. Perjalanannya pun tidak membosankan karena kita akan melewati jalur penuh pepohonan dan melintasi jalur lintasan lahar Gunung Semeru. Suhu udaranya pun sangat sejuk dan sesampainya di Coban Sewu saya sampai terpukau karena dari lokasi air terjun tersebut, saya bisa menikmati pemandangan gagahnya puncak Semeru.
Tiket masuknya pun sangat murah, hanya lima ribu rupiah saja. Dari loket masuk, kita harus berjalan sekitar 500 meter jika ingin melihat lebih dekat spot air terjun. Tak sampai lima ratus meter, ternyata mata sudah dimanjakan dengan suara air terjun dan juga hawa kesegarannya.
Coban Sewu memiliki makna seribu air terjun. Banyaknya aliran air terjun dari tebing yang tingginya sekitar 180 meter itu membuat air terjun ini seolah memiliki seribu mata air. Pengunjung pun bisa berfoto dengan latar belakang puncak air terjun di spot yang sudah ditentukan.
Nah, karena terbius dengan gemuruh dan keindahan air terjunnya, saya dan teman-teman sepakat untuk menuruni tebing dan berjalan menuju air terjunnya. Menikmati dari kejauhan saja rasanya kurang afdol. Bagi yang ingin trekking menuju air terjunnya, jangan lupa untuk menggunakan alas kaki yang nyaman dan tidak gampang slip.

trekking ke coban sewu Harap jangan melamun,lu mayan di jantung :D

Saya memakai sandal gunung yang nyaman dipakai dan juga membuat saya tidak mudah terpeleset. Usahakan untuk menggunakan outfit yang nyaman seperti kaus katun dan juga celana training. Kalau berbasah-basahan dengan celana jeans malah akan membuat kita tidak nyaman bergerak.
 Trekkingke bagian bawah Coban Sewu sangat tidak disarankan untuk anak-anak dan lansia. Kita harus menapaki jalan berbatu yang dipenuhi lumut dan hampir semuanya dialiri air. Jadi jangan membayangkan kita akan berjalan lewat tangga yang sudah dibangun dengan baik. Saya meniti jalan bebatuan yang licin sambil terus berdoa di dalam hati. Jalan  licin dan kebanyakan dialiri air plus berlumut, membuat saya harus ekstra hati-hati ketika melangkah.

trekking ke coban sewu Harus hati-hati

Bagian paling menegangkan ketika harus menyeberangi sebuah sungai yang debit airnya hampir mencapai betis serta sangat deras. Tanpa disadari saya dan teman-teman saling bergandengan tangan sambil mengikuti kata pemandu. Kami juga menggandeng tangan pengunjung lain sehingga kami membentuk barisan supaya tidak terseret arus.

trekking ke coban sewu Perjuangan menuruni jembatan disambung menyeberangi sungai deras

Lelah pun terobati sesampainya di dekat air terjun. Air yang sangat dingin menghilangkan penat sepanjang perjalanan. Tentunya pengunjung juga harus mempersiapkan baju ganti setelah bermain air di Coban Sewu. Menjelajahi sungai yang deras juga perlu bimbingan pemandu. Kebetulan pemandu tersebut fee-nya sudah masuk dalam satu paket wisata B29-Coban Sewu yang kami pilih.

trekking ke coban sewu Pemandangan Coban Sewu atau Tumpak Sewu dari bawah

Bagi yang mau piknik tanpa menginap bisa mampir ke air terjun cantik ini. Jangan lupa jaga keamanan diri dan tetap fokus di saat trekking. Yuk mampir ke Coban Sewu!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on August 14, 2019 19:32

August 6, 2019

Menulis Adalah Menangkap Hantu Gagasan di Udara


Menulis Adalah Menangkap Hantu Gagasan di Udara

Pada sebuah acara tulis-menulis, salah satu peserta acara bertanya kepada saya,”Kak, tolong ceritakan bagaimana proses kreatif kakak saat menerbitkan buku ini?”

Saya tidak langsung menjawab dan tersenyum lebar. Bagaimana ya menjelaskannya? Meski belum menjadi penulis bestseller, saya memang berhasil menerbitkan beberapa buku. Sebagian buku itu terbit karena lolos seleksi atau menjadi finalis sebuah lomba dan ada satu buku berformat ebook yang diterbitkan salah satu penerbit mayor. Semua karya itu punya sejarah yang berbeda-beda. Sama sekali tidak bisa disamakan. (Baca juga: Menggunakan Teori Bagaimana Kalau Untuk Memancing Ide)

Kalau Anda mengetik kalimat ‘cara kreatif menulis sebuah buku’ di halaman Google, maka akan keluar ratusan link situs yang bisa memberikan tips terbaik. Apalagi jika mencari sumber dari bahasa Inggris pasti akan muncul lebih banyak lagi. Menulis itu sama dengan proses pertumbuhan manusia. Ada masa penulis masih banyak melakukan kesalahan tata bahasa atau malah tidak tahu cara yang tepat meletakkan titik koma. 

Seiring berjalannya waktu, jika Anda terus menulis dan tidak berputus asa, maka perkembangan itu akan terlihat dari karya-karya yang lahir. Dan seperti halnya  manusia yang butuh nutrisi yang baik dan cukup agar bisa tumbuh optimal, penulis juga perlu mengisi intelektualitasnya dengan sumber informasi serta bacaan agar sumur gagasannya tidak kering.

Gagasan atau ide bergerak seperti hantu, tidak tahu kapan datang dan akan segera kabur jika tidak segera kita bekap dalam tulisan. Menulis adalah  kegiatan menguraikan gagasan agar bisa menjadi lebih rinci. Menulis adalah menyampaikan gagasan agar bisa terdokumentasikan dan dibaca banyak orang. 

Gagasan akan terbang di udara, tidak teraba tetapi bisa kita hirup keberadaannya, bisa kita ingat-ingat di kepala, bahkan bisa jadi kita tertegun karena kagum pada sang ide. Dan inilah cara yang saya lakukan agar gagasan itu bisa tertangkap hingga bisa selesai menjadi sebuah tulisan.

1.      Menerima Gagasan Apa AdanyaGagasan menulis bisa dari orang yang kita ajak bicara, keluarga yang berkomentar nyinyir pada artis, atau bahkan dari anak kecil yang menjadi pengamen di jalan raya. Ketika Anda terpukau dengan suatu topik yang mendorong Anda untuk menulis maka segeralah catat. Saya biasa mencatat di smartphone jika mendadak ada gagasan yang mengetuk kepala. 

tips menulis reffi dhinar Sumber: @freegraphictoday (Unsplash)
Catatan itu sangat random dan berbeda-beda topiknya dari yang sangat sepele seperti pohon yang daunnya jatuh karena angin atau agak berat seperti presiden yang dihujat rakyatnya. Tak ada gagasan yang saya hina. Semuanya saya rangkul dan saya catat. Kesalahan pertama seorang penulis adalah menyepelekan gagasan yang ia dapat. Padahal dari gagasan yang sangat sederhana pun bisa menjadi tulisan yang hebat jika dikembangkan, seperti JK Rowling yang mendapat gagasan menulis Harry Potter saat ia melakukan perjalanan dengan naik kereta. (Baca Juga: Menjemput Ide)
2.      Mendeskripsikan Gagasan Menjadi Film di KepalaLangkah berikutnya setelah mencatat gagasan, saya akan memilih satu per satu dan mulai mencari tempat terbaik untuk melamun. Saya melamunkan gagasan tersebut menjadi sebuah film yang saya perankan sendiri. Saya mulai merangkai kalimat inti dan memunculkannya menjadi sebuah gambar bergerak atau visual di kepala. 

tips menulis reffi dhinar Sumber: @dmjdenise (Unsplash)

Jika membuat sebuah cerita fiksi, saya akan mulai merangkai bagian awal, konflik, dan bagaimana karakter tokohnya sejelas mungkin. Sinopsis sudah harus tersusun rapi di otak baru kemudian segera saya tuliskan. Atau misalnya menulis artikel non-fiksi, saya akan mulai membayangkan bagaimana alurnya, tujuan yang ingin saya capai dan bagaimana tulisan itu akan berakhir. Latihan mental ini cukup efektif untuk menanamkan di alam bawah sadar bahwa tulisan saya bisa diimajinasikan, tidak kering dan hidup.
3.      Memulai Komitmen Namun Tidak Narsis dengan Karya SendiriIkatlah gagasan dengan komitmen tetapi jangan narsis mencintainya terlalu berlebihan sampai menyakiti diri sendiri. Di masa awal mulai mempublikasikan tulisan, saya begitu tergila-gila dengan berbagai lomba menulis atau proyek antologi. Hasilnya memang beberapa menang atau lolos, tetapi tubuh saya ambruk kelelahan.

tips menulis reffi dhinar Sumber: @2mduffel (Unsplash)
Kini komitmen menulis saya jalankan tidak lagi sebagai ambisi. Saya juga menemukan banyak kekurangan dari karya yang sudah terbit serta ingin berkarya lebih baik lagi. Tidak narsis dengan karya sendiri, mencintai secara pas dan mengakui kekurangan tanpa mengenyampingkan kelebihan, dan komitmen pada satu gagasan sampai selesai baru melompat ke gagasan lainnya terasa jauh lebih meneyehatkan.
(Baca Juga: Tips Memancing Ide Menulis)
Saya tidak terburu-buru untuk mengerjakan beberapa proyek menulis dalam waktu bersamaan. Di pagi sampai sore, saya akan bekerja dengan fokus di kantor, dan di sela waktu senggang saya baru menulis sesuai dengan deadline yang saya ambil.
4.      Membuat Daftar Pertanyaan tips menulis reffi dhinar Sumber: @glenncarstenspeters (Unsplash)
Ide dasar yang sudah didapat akan saya hadapkan dengan banyak daftar pertanyaan. Baik yang berbentuk artikel non-fiksi hingga fiksi akan saya buat pertanyaan imajiner dalam bentuk 5W+1H untuk menggali isi tulisan lebih dalam. Pertanyaan-pertanyaan itu akan membuat saya fokus pada alur yang lebih terkonsep dan riset detail tulisan supaya lebih dalam.

5.      Mengombinasikan Waktu, Catatan Pendek, Menulis Tanpa Mengedit dan Memperbanyak Bacaan
Gagasan sudah didapat dan terkonsep menjadi ide yang matang maka saya akan membuat deadline sendiri. menulis terus tanpa mengedit wajib dilakukan agar tidak terdistraksi. Di tengah proses menulis, mungkin saya bisa menghadapi kebuntuan, maka menulis random supaya isi kepala tidak macet adalah cara yang cukup ampuh. Jika sudah lancar, lanjutkan proyek awal agar bisa selesai sesuai deadline. Dalam sebuah proyek menulis, saya juga akan menyempatkan diri untuk membaca untuk memperkaya bahan atau kosakata.


Walaupun langkah-langkah di atas terkesan tidak sistematis, itulah yang saya lakukan tiap kali akan menulis hingga selesai. Menulis itu harus dikombinasikan dengan kegiatan mental, merasakan dalam hati dan menambahkan bahan bacaan. Anda bisa memilih mau mulai dari mana atau mencoba yang bagian mana. Tidak ada cara yang baku dan yang paling penting adalah menulislah saja tanpa banyak bertanya.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on August 06, 2019 18:59

July 29, 2019

4 Cara Asyik Mempopulerkan Blog

4 Cara Asyik Mempopulerkan Blog

Blog adalah sarana untuk latihan menulis. Setelah blog berhasil dibuat, kini saatnya mulai memposting tulisan dan juga mempopulerkan blog kita sendiri. Mungkin pada awalnya kita akan merasa malu atau tidak memiliki kepercayaan diri untuk menyebarkan tulisan, tetapi kembali lagi pada tujuan nge-blog ya. (Baca Juga: Blogger Profesi Keren Sepanjang Masa)
Blog dibuat agar orang lain bisa meninggalkan komentar di tulisan kita. Dan agar orang lain tahu apa isi tulisan kita, tentunya kita harus memperkenalkan blog kita, ibaratnya jika ingin ada pembeli yang membeli dagangan, tentunya kita harus rajin berpromosi.
Berikut ini beberapa tips untuk mempopulerkan blog yang sangat mudah dilakukan blogger pemula.
Maksimalkan Media Sosial·         Optimalkan penggunaan media sosial seperti Facebook dan Twitter. Promosikan link tulisan di timeline Anda. Beri caption cuplikan isi tulisan kita agar orang tertarik untuk mengklik dan membacanya. Media sosial masih menjadi media favorit untuk membangun personal branding, jadi jika ingin dikenal sebagai blogger maka mulai rajinlah mengunggah tulisan dan membagi link di medsos.
               Menulis Sesuai Minat·         Menulislah sesuai dengan minat dan keahlian. Jika Anda memiliki minat di bidang psikologi, maka isilah postingan blog dengan artikel-artikel yang berkaitan dengan wawasan Anda di bidang psikologi. Sudah banyak blog-blog khusus yang membahas satu bahasan tema misal serba-serbi gawai, hubungan pernikahan dan lain-lain. 


4 Cara Asyik Cara Mempopulerkan Blog Photo by rawpixel.com from Pexels

       Biasanya blog dengan satu tema (niche) yang berkaitan, akan lebih cepat menarik membaca dan follower. Namun jika memang Anda ingin menggunakan blog sebagai curahan isi hati dan mengisinya dengan beragam tema, hal itu juga diperbolehkan. Kemas semenarik mungkin isi curhatan dan jangan menyinggung nama tertentu atau berbau SARA. Promosikan artikel blog di komunitas blogger yang banyak beredar di dunia maya seperti Warung Blogger, Blogger Indonesia dan masih banyak lagi.


           Meningkatkan Popularitas dari Kontes dan Blogwalking·         Sering-seringlah mengikuti kompetisi blog dari yang berupa giveaway hingga kontes berhadiah besar. Rajin mengikuti kompetisi dan kontes blog itu bisa membuat blog kita lebih sering dikunjungi. Buatlah postingan semaksimal mungkin, meski kalah pun akan menjadi nilai plus untuk branding blog.  (Baca Juga: Tips Memancing Ide Menulis)


4 Cara Asyik Cara Mempopulerkan Blog Photo by rawpixel.com from Pexels
·         Rajin melakukan blogwalking atau mengunjungi blog lain. Tinggalkan komentar dan juga sisipkan link kita agar dikunjungi kembali. Tetapi jangan hanya meminta kunjungan tanpa memberikan komentar yang sesuai. Berkunjunglah secara sopan dan tidak meninggalkan komentar yang menyinggung.


        Menulis Artikel dengan Tema Aktual·         Buatlah artikel blog dengan tema yang aktual. Misalnya, membuat tulisan opini kita terhadap pemilu presiden dan lain-lain. Tetapi yang paling penting adalah konsisten menulis tema yang disukai atau dikuasai.

·         Posting tulisan secara rutin, minima  dua atau tiga artikel dalam seminggu untuk blogger pemula. Seiring berjalannya waktu tingkatkan kuantitas dan kualitas tulisan kita tentunya.  Gunakan bahasa yang kita sukai. Raditya Dika adalah blogger yang sukses dengan gaya bahasa kocaknya, namun jangan berusaha meniru Raditya Dika jika kita tidak nyaman menggunakan bahasa kocak. Jadilah diri sendiri!

Inilah beberapa tips ringan untuk mempopulerkan artikel di blog pribadi kita. Jangan takut dengan kritik! Mari terus berkarya! Nah bagi yang ingin belajar lebih lanjut tentang content writing di dalam blog, yuk join weekend class di Surabaya ini.



Kelas dilaksanakan oleh blogger, penulis 9 buku dan content writer profesional yang punya blog ini hohoho. Kepo soal free workshop yang sudah dilaksanakan? Kamu bisa intip akun IG @wordholic_class sambil intip akun IG @Reffi_dhinar
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 29, 2019 21:27

July 25, 2019

Toxic Masculinity, Masalah Besar Selain Soal Patriarki

Toxic Masculinity, Masalah Besar Selain Soal Patriarki

Suatu sore ketika saya sedang menunggu teman sekantor untuk nebeng ke depan gerbang kawasan industri untuk pulang, salah satu rekan kerja saya (sudah bapak-bapak), mendadak berkomentar. “Bosmu itu aneh ya, kaya perempuan. Mungkin efek dari tindakannya di rumahnya. Masa laki-laki kok yang bagian masak sama belanja di pasar?”

Langsung mulut saya yang pedas dan tidak suka kalau ada orang lain nyinyir dengan pilihan hidup orang yang tidak terlalu dikenal, ingin menyambar. Saya ingin berteriak, “Emang situ sebagai laki udah bener?” Untungnya, bisa saya cegah.


Toxic Masculinity yang MenyebalkanAtasan saya adalah sosok pria yang bekerja keras dan selalu mengedepankan anak serta istrinya di dalam pengambilan keputusan apapun. Saya bisa bicara seperti itu karena beliau selain membicarakan pekerjaan, juga selalu menceritakan perkembangan anak-anaknya. Justru saya kagum dengan atasan saya itu, seperti halnya saya mengagumi Papa.

“Justru kalau saya memiliki suami seperti si Bos, saya bahagia dan bersyukur, Pak. Istrinya tidak bekerja, di rumah sudah mengasuh ketiga anaknya, menjaga anaknya 24 jam. Bos saya bilang, apa salahnya kalau suami membantu memasak dan belanja? Itu hanya sedikit bantuan untuk istri. Mengasuh anak itu sangat melelahkan. Toh dalam rumah tangga, suami istri itu sifatnya harus bekerjasama dengan peran yang sudah ada. Bos saya yang bekerja keras demi memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, itu sudah kewajibannya. Kenapa hanya dengan memasak, lalu kelaki-lakiannya diragukan?” Itu yang saya katakan pada si tukang nyinyir. Mukanya jelas masam karena saya tidak setuju dengan pemikirannya yang toxicsebagai laki-laki.


Toxic Masculinity yang Menyebalkan Source:  Sundry Photography/Shutterstock
Pemikiran-pemikiran sempit inilah yang saya sebut toxic masculinity. Masyarakat kita selalu bilang, “Masa anak laki-laki nangis hanya karena sedih? Jadi laki nggak boleh nangis.” Atau kalimat lain seperti ini. “Laki itu nggak seharusnya masak, itu kan tugasnya istri. Nggak perlu bangun malam untuk menidurkan bayi yang rewel, itu kan tugas ibunya buat menggendong.”
(Baca Juga: Keegoisan Seorang Pria dan Harga Diri Wanita)

Hah? Lucu sekali pemikiran dangkal seperti itu. Memang sudah ada kodrat yang juga saya setujui antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki bertugas mencari nafkah, perempuan menjadi guru pertama untuk anak-anaknya dan menjadi pendukung suami. Hanya dalam beberapa kasus misalnya suami sakit dan mendapat musibah, lalu istri membantu mencari nafkah. Ataupun jikalau suami dan istri sama-sama mencari uang juga bukan hal yang bisa disalahkan, karena sudah sesuai kesepakatan bersama.

Hanya saja yang konyol jika masih saja ada yang membagi tugas keseharian karena gender. Laki-laki pun juga manusia, kenapa dia tidak boleh menangis jika sedang kehilangan? 

Memasak bukanlah hal yang tabu, malah sekarang koki pria itu banyak sekali jumlahnya. Lihat saja bagaimana gagahnya Chef Juna dan Chef Arnold di acara Master Chef. Apa mereka kurang jantan sosoknya? Apa salahnya dengan perempuan yang bisa memperbaiki genteng bocor dan mengganti bola lampu sendiri?

Pelabelan pada pekerjaan sehari-hari adalah produk salah yang dihasilkan dari pemikiran toxic masculinity. Nah, saya pikir dari pikiran inilah makanya budaya patriarki pun menguat. Sosok laki-laki diwajibkan lebih superior dibanding perempuan. Perempuan yang tangguh dan mandiri, menjadi momok menakutkan bagi para pemuja patriarki.


        Peran Keluarga dan Lingkungan Paling Penting dalam Hal KesetaraanKedua orang tua saya adalah wujud rumah tangga yang ingin saya miliki. Papa bekerja untuk mencari nafkah, Mama memang tidak diizinkan bekerja di luar karena kondisi fisik tidak memungkinkan (saat hamil harus bed rest total karena berisiko), namun Mama diizinkan untuk mengikuti kegiatan organisasi di luar rumah.  Mama selalu meminta izin pada Papa jika akan bepergian. Kalau izin didapat barulah Mama pergi.

Karena Papa pulang sampai larut malam dan Mama lebih banyak di rumah, tentu saja memasak dan mengurus kebutuhan rumah itu menjadi tugas Mama. Papa selalu memberikan gajinya sepenuhnya untuk diatur Mama. Jikahendak membeli sesuatu, juga masih meminta pertimbangan dari Mama. Keduanya bekerjasama secara harmonis dengan tugas masing-masing tanpa perlu berkata, “Aku suami, makanya kamu harus begini. Aku istri, kamu harusnya begitu.” Konflik dan perselisihan pendapat dibicarakan secara terbuka agar tidak menjadi masalah berlarut-larut.


Source: @timmosholder (Unsplash)

Hal unik adalah saat ada genteng bocor atau masalah listrik di rumah, Mama selalu mencari orang lain atau tukang untuk membetulkan. Waktu kecil saya bertanya, “Kenapa bukan Papa yang benerin genteng? Ayahnya teman-temanku bisa benerin genteng sendiri, bisa menggergaji kayu sendiri.”

“Papamu tidak bisa pekerjaan menukang, ya kita panggil saja orang yang bsia bantu,” kata Mama. Dan tidak saya lihat tuntutan dari Mama agar Papa mau belajar menukang.

Di saat Mama saya kelelahan dan tidak memasak, Papa akan bilang,”Mama capek, badannya agak nggak enak. Ayo beli lauk di luar aja.”

Tidak ada tuntutan agar Mama wajib memasak kalau memang tubuhnya sedang tidak fit. Tak perlu ada acara mengomel dan menyindir Mama karena memasak adalah tugasnya. Kedua orang tua saya mendorong saya untuk berkarya, bermimpi dan meraih pendidikan terbaik tanpa melihat gender. Dan tentunya saya tetap diajari tata krama sebagai manusia dan calon ibu nantinya. Kesetaraan tanpa menyalahi kodrat. Setara tanpa menghina orang lain. Suami istri harusnya bekerjasama, bukannya melebihkan diri lalu memandang rendah posisi pasangannya.

Jadi jika sebagai perempuan kita sering berteriak soal seksisme, omongan misoginis dan patriarki laki-laki, tak ada salahnya menilik soal toxic masculinity. Perempuan dan laki-laki memang memiliki fungsi dan proporsi berbeda di dalam keluarga, namun untuk soal jenis pekerjaan atau perasaan, tidak seharusnya menjadi batasan kaku yang membatasi ruang gerak masing-masing.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 25, 2019 22:10

July 19, 2019

Waspadalah! Memiliki Ciri-ciri Ini Berarti Anda Mengidap Gejala OCD!

OCD

Pernah mendengar istilah Obsesive Compulsive Disorder (OCD)? Ini bukan nama diet ala Deddy Corbuzier, OCD di sini adalah salah istilah gangguan kejiwaan yang biasanya terjadi tanpa disadari penderitanya. Barangkali Anda juga memilikinya namun masih dalam tahapan yang wajar. Jika berlebihan hingga parah gangguannya, pasti akan mengganggu  hidup si penderita.
Deteksi OCD bisa dilihat dari kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari. Penderita OCD cenderung memiliki ketakutan tertentu atau mengulang-ulang kegiatan tertentu untuk mengusir ketegangan di hati dan pikirannya. Berikut ini ciri-ciri yang biasa terjadi pada penderita OCD.
1.       Fobia kumanPada tingkatan ringan biasanya seseorang yang cinta kebersihan akan rajin membersihkan barang yang telah dipakai dan kalau menjadi semakin parah, maka perilaku mencuci tangan di kamar mandi atau wastafel akan  lebih sering dilakukan. Orang yang menderita OCD akan sangat takut dengan kuman. 
Di kepalanya, ketakutan itu berkembang begitu besar seolah sedikit kuman masuk akan menimbulkan kematian. Jika Anda atau orang yang Anda kenal hobi mencuci tangan berlebihan, terlalu takut dengan kuman bahkan membersihkan semua barang yang dipegang orang lain, bisa jadi sudah mengidap OCD.
menata barang harus rapi dan lurus
@sadswim (Unsplash)
2.       Penyuka kerapian dan sudut simetrisBerbeda dengan sifat perfeksionis, penderita OCD akan memiliki kesukaan berlebihan pada hal-hal yang berbau kerapian. Jika ada barang berantakan lalu dirapikan itu masih wajar. Berbeda halnya jika aktivitas tersebut diakukan berulangkali hanya karena sedikit pergeseran atau perubahan. 
Berkali-kali menata buku, membongkarnya lagi lalu menata ulang lagi adalah salah satu ciri OCD yang sering ditemukan. Selain itu, penderita OCD akan berusaha meluruskan barang yang ia tata, tidak boleh meleset sedikit pun. Sepatu yang ditata di rak harus sejajar dan tidak boleh miring contohnya.
3.       Sulit mengontrol pikiran negatifPernah tidak waktu naik pesawat Anda berpikir yang tidak-tidak tentang pesawat jatuh atau mungkin malah sesak napas karena membayangkan pesawat meledak di tengah perjalanan? Pada penderita OCD, pikiran negatif akan sulit diusir dan akan menguasai otak sampai mungkin impuls yang dikirim sangat berlebihan, seolah kita akan tewas. 
Atau hanya karena anak Anda tidak mencuci tangan sebelum makan, bisa jadi Anda berpikir jika Anak  akan meninggal. Pikiran tentang kejadian buruk seperti kecelakaan, meninggal, takut kehilangan seseorang adalah beberapa hal negatif yang bisa mengganggu produktivitas Anda.

Suka menimbun barang tak penting
@poncho_nj (Unsplash)
4.       Hobi menimbun barang bekas atau tuaPunya hobi mengoleksi barang seperti buku atau sepatu? Hobi mengoleksi bukan termasuk ciri-ciri penderita OCD, beda lagi ceritanya jika Anda suka menyimpan barang-barang tua dan bekas yang sudah rusak dan tidak dipakai lagi. Rasanya sangat sayang jika mau membuang. Hati-hati, jika Anda punya kecenderungan seperti ini, bisa jadi itu gejala OCD.


OCD harus segera diobati karena jelas sekali bisa menurunkan kualitas hidup kita. Jangan malu untuk berkunjung pada ahlinya supaya Anda bisa mendapat terapi yang tepat dan pikiran jadi lebih tenang tanpa siksaan pikiran dan kekhawatiran yang berlebihan.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 19, 2019 02:57

July 16, 2019

4 Cara Menulis Cerita Romance Agar Tidak Monoton

4 Cara Menulis Cerita Romance Tidak Monoton
Romance adalah genre yang paling banyak diminati oleh penerbit dan pembaca. Bahkan di beberapa seleksi naskah yang saya amati akhir-akhir ini, meminta romance menjadi salah satu unsurnya. Memilih untuk menulis  genre romance memang menjadi tema yang sering dipakai oleh penulis pemula ataupun penulis senior. Siapa sih yang tidak pernah mengalami jatuh cinta dan patah hati? Romance adalah sebuah genre yang dialami banyak orang.
Masalahnya, seringkali pembaca genre romance akhirnya bosan dengan cerita cinta yang monoton dan bisa dengan mudah ditebak alurnya. Akhirnya, belum membaca isinya, hanya dilihat dari sinopsis, terkadang calon pembaca berpikiran skeptis terhadap sebuah buku romance.
Padahal jika tahu ramuannya, romance pun bsia diubah menjadi menarik dan tidak mudah ditebak. Contohnya salah satu pembaca novel terbaru saya Red Thread yang mulanya sama sekali tidak pernah membaca genre romancekarena jenuh. Setelah membaca novel saya, dia seolah berada di dunia baru dengan sesak, kegelapan, jatuh cinta yang menggelora sekaligus membuat penasaran. (Baca Juga: Proses Kreatif Novel Red Thread)
 Maka bagi Anda yang ingin membuat naskah romance tidak monoton dan menarik minat pembaca agar mau membuka halaman hingga akhir, cobalah beberapa tips di bawah ini.
Buatlah Karakter UnikAlur boleh mirip dengan naskah romance yang sering Anda baca, misalnya tentang cinta segitiga atau kasih tak sampai. Yang perlu diperhatikan adalah karakter di dalam ceritanya. Jangan membuat karakter terlalu sempurna seperi khayalan Anda atau layaknya aktor di dalam drama korea yang tidak ada cela. Jadikan orang-orang di sekitar Anda sebagai laboratorium tokoh.


Your Character Is Your Own Laboratory

Pilih sikap dan watak yang akan ditonjolkan utama lalu pilih juga sisi lemah yang bisa menjadi ciri uniknya atau bisa memengaruhi jalannya cerita. Misalnya saat saya memilih tokoh Bella di dalam novel Red Thread. Sosok Bella memiliki kecantikan sempurna dan tubuh langsing bak model serta mempunyai kekasih tampan hingga bisnis menjanjikan.

Kelemahan sosok Bella ternyata ada keculasan tersendiri yang digunakan untuk memenuhi keinginan pribadinya, dan pembaca baru bisa menebak di bagian tengah cerita. Buatlah karakter unik dan serealis mungkin yang tentunya sesuai dengan alur yang Anda buat.

      Campuran Genre yang Menjadi Bumbu Penyedap RomancePernah membaca novel Twilight? Jika Anda menggemari film dan novelnya, pasti tahu bagaimana kisah cinta Edwad Cullen dan Bella Swan itu sangat menarik untuk disimak. Sebenarnya formula kisah cinta itu klise, ada kisah cinta segitiga, kisah cinta berbeda dunia (vampir dan manusia), dan konflik batin antara tokoh utamanya.


Yang membuat Twilight menarik, adanya bumbu dunia vampir yang sangat kompleks dan dunia shapeshifter yang diwakili Jacob dengan keluarga serigalanya. Istilah-istilah dunia fantasi turut menambah khayalan pembaca makin berkembang. Edward digambarkan sebagai seorang vampir yang terbiasa makan darah hewan sehingga mudah bergaul dengan manusia biasa tanpa membunuh, ini sudah menjadi ciri unik dari cerita vampir sebelumnya.


Novel Red Thread

Anda bisa menyampurkan romance dengan genre fantasi, thriller, atau komedi. Contoh romance-comedyyang membuat jantung berdebar sekaligus sakit perut karena tertawa di tiap bab adalah novel best-seller Resign. Novel Red Thread yang saya tulis tidak diramu dengan unsur fantasi atau komedi, melainkan unsur suspense (ketegangan) , melodrama, dan twist (kejutan) di tiap bab. Dan dengan ketiga unsur tersebut, saya menyebutnya sebagai dark romance.

       Menonjolkan Profesi TokohJika Anda membaca novel-novel metropop seperti karya Ika Natassa, maka pasti kita akan mengenal sekelumit kehidupan seorang bankir. Latar belakang Ika Natassa sebagai banker itulah yang dijadikan profesi utama tokoh di dalam novel-novelnya. Pembaca pun tak hanya disuguhi kisah cinta, tetapi juga mendapat wawasan baru.


Menonjolkan Profesi Tokoh Tell Your Character's Job

Anda bisa mencari profesi apa yang akan menjadi pekerjaan tokoh. Kalau dia pengangguran misalnya, bakat tersembunyi apa yang dipunyai. Jikalau Anda tidak memiliki profesi khusus, lakukan riset bisa dari mewawancarai sahabat atau mencari referensi dari internet dan buku. Masukkan aktivitas sehari-hari di dunia kerja sebagai salah satu latar pendukung cerita. Pembaca pun akan mendapat insightbaru.

Ending yang Tidak KliseEnding yang tidak klise ini maksudnya tidak sesuai ekspektasi pembaca. Misalnya si tokoh A dan B jatuh hati sejak lama dan mereka digambarkan sebagai pasangan sempurna, namun di akhir cerita mereka malah terpisah bukan karena ada orang ketiga tetapi cinta itu mendadak hilang begitu saja. Ketidaksukaan-ketidaksukaan kecil menumpuk hingga mengikis rasa cinta mereka misalnya. Tugas Anda dari awal hingga akhir adalah menuliskan konflik-konflik kecil itu secara cerdas agar pembaca tidak bosan. Bisa sesekali dibumbui intrik.


novel Red Thread Reffi Dhinar

Nah itulah 4 cara agar cerita romance tidak monoton. Anda juga bisa membaca novel Red Thread sebagai salah satu referensinya. Dan seminggu ke depan saya membuka open PO lagi berbonus kelas menulis gratis tema Dark Romance  di WA group. Anda yang memesan dan membeli di masa PO sampai tanggal 25 Juli berarti berhak mengikuti kelasnya. Buku bisa dipesan melalui

Email: reffi.new2@gmail.comDM IG: @reffi_dhinar

Jangan lupa menuliskan nama, alamat, dan nomor telepon yang memiliki WA. Jangan sampai melewatkan kesempatan ini ya! 
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 16, 2019 21:30

July 10, 2019

Podcast: Menjadi Penulis Harus Siap Gagal dan Siap Berhasil


Satu kalimat ini yang pernah saya dengar dari Dee Lestari, selalu terpatri di kepala saya. Selama ini ketika kita hendak menekuni sebuah passion contohnya menulis, maka semangat untuk menerima keberhasilan terpatri kuat. Tetapi tidak semua orang menyiapkan mental jika di tengah jalan mengalami kegagalan.
Akan lebih mudah memang kalau dari awal kegagalan demi kegagalan itu diterima karena pola pikir masih terkonsep jika setelah kegagalan adalah keberhasilan. Namun bagaimana dengan keberhasilan yang sudah digenggam lama lalu mendadak kegagalan datang? Benarkah diri kita bisa menerima?
Dalam dunia menulis, dinamika dan perkembangan bisa terjadi kapanpun. Untuk lebih jelasnya, yuk mampir di cuap-cuap singkat kali ini. Podcast bisa didengarkan di Spotify akun 'Reffi_D'. Tanpa aplikasi kamu bisa juga mendengarkan, klik di sini dan siapkan headsetmu.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 10, 2019 20:08

July 8, 2019

Menjadi Penulis Buku (Rangkuman Materi Sharing Literaksi)




Tulisan ini adalah rangkuman dari materi yang saya berikan di kelas Literaksi. Dimulai dari proses awal menulis buku, hingga saya bisa menjadi content writer. Perjalanan panjang yang tidak akan berhenti.


Proses Awal Menulis
Jika merunut ke belakang, saya sadar passion menulis ini bisa berkembang salah satunya karena dukungan ortu. Saya akan bercerita sekilas awal mula saya menulis buku.

Sejak kecil, ortu sudah mengembangkan kebiasaan membaca. Papa pembaca akut surat kabar, dalam sehari bisa beberapa jenis surat kabar dibeli sekaligus dibaca. Mama berlangganan majalah perempuan, dan saya selalu dibelikan majalah anak-anak, sehingga di usia 4 tahun berkat bimbingan Mama, saya bisa membaca tanpa mengeja.

Mama sangat disiplin dalam menerapkan aktivitas sehari-hari saya mulai dari kapan harus sekolah, belajar, mengaji dan tidur siang. Waktu bermain di luar tidak banyak (tidur siang itu wajib), dulu sebagai anak kecil saya merasa keberatan. Mau mengomel juga tidak tahu ke mana, makanya akhirnya saya tuliskan keluhan itu di buku catatan mulai kelas 2 SD.
Lucunya, saya ganti nama saya agar Mama tidak tahu kalau yang mengeluh itu saya. Tetap saja Mama tahu, tetapi beliau tidak marah dan menasehati saya kalau peraturan itu dibuat agar saya tidak mudah sakit. Bermain boleh saja tapi ada waktunya, karena saya harus istirahat cukup. Sekarang saya paham hehe.

Dari situlah, perkembangan menulis saya diperhatikan orang tua. Saya mulai menulis cerita fiksi seperti dongeng di belakang buku catatan. Diam-diam, Papa mengumpulkan catatan itu lalu diketik di kantor.  Kawan Papa bilang kalau saya punya bakat besar di dalam menulis. Saya lalu rutin menulis catatan opini singkat di diary.



Saya adalah anak yang sangat kritis, tiap kejadian di sekitar saya selalu memicu pertanyaan, seperti kenapa seorang anak bisa menyukai teman sekelasnya, kenapa teman saya menghina teman lain yang kurang berpunya, dan terus menulis cerita fiksi singkat. Hingga di kelas 4 SD, saya menjual cerita ke teman sekelas. Teman-teman tahu saya jago membuat cerita, jadi saya buatkan daftar judul yang bisa dipilih, lalu akan saya tulis. Buku itu dari buku tulis yang saya ambil beberapa lembar, lalu kovernya pakai kertas warna-warni dari bufalo yang saya jepret menjadi buku saku. Per buku saya jual 500 rupiah, sangat laris sampai saya bisa menabung kas terbanyak di kelas.

Namun saya belum berani mengirimkan cerita ke media meski Papa sangat mendukung. Saya tumbuh menjadi kutu buku dan perpustakaan menjadi rumah kedua. Baru masuk SMP, saya sudah membaca beberapa buku biografi tokoh dan filsafat Freud yang waktu itu sulit saya pahami, karena waktu itu bahan bacaan di perpus belum selengkap sekarang. Saya terus menulis puisi, cerpen, dan opini di diary. Barulah saya sadar jika saya punya bakat menulis ketika kelas 2 SMP. Sekolah mengirim tim OSIS untuk mengikuti bedah film ‘Bend It Like Beckham’ yang diselenggarakan Jawa Pos dan Kabupaten Sidoarjo.

Peserta diminta menulis resensi lalu dihubungkan dengan dunia nyata. Saya pun mengkritisi kenapa perempuan India tidak boleh bermain bola, bukan karena dia tidak mampu tetapi karena gendernya. Saya hubungkan dengan kehidupan sehari-hari yang masih meremehkan kecerdasan dan kemampuan perempuan. Tulisan model begitu sering saya buat di diary jadi rasanya tidak sulit. Tidak disangka ternyata resensi itu dilombakan, dan saya menjadi juara 2 umum, sedangkan juara 1 adalah siswa SMU. Saya mendapat piala dan tabanas.

Saya yang masih dalam proses belajar ini mengenai menulis buku. Saat ini saya sudah menulis 9 buku solo dan belasan antologi bersama, salah satu buku saya diterbitkan di Bentang Pustaka di lini ebook digital.

Proses Menulis Buku
Setelah bertahun-tahun hanya berani menulis di diary, baru di tahun 2012 memasuki masa skripsi, saya mulai menulis lebih serius. Awalnya karena saya bertekad untuk membiayai semua biaya bimbingan skripsi, print, hingga kebutuhan wisuda  dengan jerih payah sendiri. Untuk biaya kuliah sudah dibantu beasiswa dan sokongan ortu. Ketika ada lowongan ghost writer untu sebuah web, saya coba melamar, setelah lolos seleksi saya diterima. Syaratnya sangat ketat. Selama sebulan penulis diberi keyword yang harus dikembangkan menjadi artikel 2000 kata. Sehari harus setor minimal 1 artikel. Biayanya 25000/artikel. Terlambat satu hari, maka semua tulisan tidak akan dibayar, tidak peduli sudah menulis 15 artikel sekalipun.

Alhamdulillah saya bisa melaluinya dan mulai punya tabungan. Saya juga menerjemahkan secara lisan dan tertulis Bahasa Jepang-Indonesia. Lalu pada pertengahan 2013, AG Pressindo mengadakan Sayembara Nasional Novel. Saya tidak pernah menulis novel, tetapi sangat suka membacanya juga, dan karena terbiasa menulis tiap hari maka waktu 30 hari menulis novel 100 halaman tidak terlalu sulit. Yang susah justru dari manajemen waktu karena saya harus kuliah, menjadi penerjemah freelance, ghost writer artikel, dan mengerjakan skripsi juga. Waktu tidur hanya 4 jam sehari.



Akhirnya novel perdana saya selesai, Alhamdulillah lolos sepuluh besar karya terbaik. Karena tidak menjadi juara pertama, naskah tidak diterbitkan mayor, naskah saya diterbitkan indie secara gratis. Novel ‘Triangle’s Destiny’ menjadi debut saya sebagai penulis novel. Di tahun itu saya juga mulai membuat blog. Blog Kata Reffi saya jadikan tempat menulis opini dll menggantikan kebiasaan menulis di diary.  Antologi bersama pun satu per satu mulai terbit.

Setelah lulus dan bekerja, hasrat untuk terus menerbitkan buku pun tidak terbendung. Saya sering mengikuti banyak lomba menulis dari flash fiction, novelet, puisi, dan novel. Sering saya kalah dan beberapa kali juga saya menjadi juara hingga buku saya diterbitkan gratis. Mulai dari uang tunai, piala dan sertifikat sudah saya terima. Saya tidak mau cepat puas, jadi sambil menulis pun saya mengikuti pelatihan menulis baik online atau offline, membaca buku teknik menulis, dan mau menyisihkan uang untuk pelatihan berbayar.

Setelah memenangkan kompetisi menulis di Indscript Creative, blog saya makin berkembang. Karir menulis buku juga berkembang seiring dengan content writing. Blog saya pernah bekerjasama dengan brand-brand terkemuka seperti Traveloka, Matahari Mall.com, Indosat Ooredoo, Hijup, dan yang terbaru adalah Gojek. Beberapa dari agency dan lainnya langsung mengontak email saya karena tertarik dengan konten saya di blog. Kini saya juga merambah di dunia editor buku setelah dilamar oleh Indscript.

Latihan Untuk Konsisten Menulis Buku
Keluhan yang sering muncul dari kawan penulis pemula adalah sulit menjaga konsistensi menulis. Ini saya bagikan agar kita bisa konsisten menulis buku hingga selesai.



1. Banyak membaca buku yang terkait dengan buku yang akan kita tulis. Misalnya ingin membuat novel teenlit, maka carilah novel yang reviewnya bagus atau kita suka, baca 2 atau 3 buku supaya paham bagaimana mengembangkan alur, konflik dll. Namun jangan plagiat.

2. Tentukan deadline dengan jumlah halaman. Ukur kemampuan diri, misalnya jika ikut lomba dan deadline sebulan dengan minimal halaman 100, maka bagi 100 halaman menjadi 25 hari. Tuliskan draft sebebas mungkin, lupakan dulu mengedit. Waktu lima hari sisanya baru dipakai mengedit dan membaca ulang.

3. Pilih waktu dan lokasi nyaman untuk menulis.

4. Istirahat dan selingi olahraga ringan karena duduk terlalu lama serta menulis tanpa makan akan membuat tubuh lemah.

5. Jika ada ide baru, catat saja tanpa perlu dikembangkan, fokus pada satu naskah saja sampai selesai, karena penulis yang baik adalah penulis yang menyelesaikan naskah.

6. Banyak memfollow akun penulis yang sudah lebih populer atau profesional, membaca PUEBI dan berteman dengan editor pun baik. Ikuti juga akun-akun penerbit baik indie atau mayor untuk membaca tips menulis dari mereka.

7. Jangan memikirkan soal bagus atau jelek, buat saja sekehendak kita. Jangan lupa sebelum menulis buatlah outline/kerangka penulisan dari awal-konflik-akhir. Buatlah premis utama cerita untuk menentukan ceritamu tentang apa dalam satu kalimat pendek.

8. Jika menulis nonfiksi tentukan tujuan besar bukunya, lalu buat kerangka per bab. Seperti saat saya menuliskan buku kumpulan blog, saya tidak asal memasukkan semua artikel saja. Saya buat tujuan besarnya dari sebagian artikel blog yang banyak mengundang minat pembaca. Dan artikel itu berkaitan dengan tema perempuan, motivasi kehidupan, kreativitas kepenulisan. Makanya saya pilih artikel yang bisa mewakili untuk 100 halaman saja dalam buku ‘Kata Reffi: Woman, Life Creative’.


Tabel TokohTokoh dalam novel itu penting dan sebagai duta cerita. Sebelum menulis novel biasanya saya membuat deskripsi detail tokohnya, misal siapa tokoh utamanya, nama, ciri-ciri fisik, hobi, gaya berpakaian dan hal lainnya sedetail mungkin.

Demikian rangkuman materi yang berisi tips singkat ketika saya menulis buku. Jangan pernah berhenti menulis ya. Happy writing ❤
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 08, 2019 23:08

July 3, 2019

Proses Kreatif yang Saya Siapkan Sebelum Menulis



Menulis bukanlah pekerjaan yang sulit. Hanya butuh pena, kertas atau cukup gawai canggih. Kalau kita sudah tahu bagaimana asyiknya menulis, maka media tidak menjadi masalah. Saya biasa menulis di laptop, namun jika ada ide datang mendadak yang menuntut saya untuk segera ditulis, maka buku catatan akan siap menampung atau cukup saya ketik di gawai.

Menulis tidak butuh kemampuan khusus, namun jika ingin menjadi penulis produktif, tentunya ada banyak hal yang harus dipersiapkan selain alat-alatnya. Banyak pesan masuk ke dalam media sosial saya untuk bertanya bagaimana saya bisa menghasilkan artikel blog, menulis untuk kompetisi dan juga menulis untuk klien di tengah kesibukan sebagai pekerja kantoran? Proses kreatif apa yang saya lakukan agar ide menulis tidak berhenti?

Bagi saya, menulis itu sama seperti kegiatan seorang peneliti. Ada seni, riset, dan juga kedisiplinan agar ritme menulis tetap terjaga. Inilah proses kreatif yang saya siapkan sebelum menulis baik buku atau artikel blog.

Membaca Kesannya memang sederhana dan sering digaungkan. Padahal ini memang penting. Membaca adalah bagian dari proses kreatif saya untuk mengumpulkan ide dan mencari tambahan sumber tulisan. Sebaiknya jangan asal membaca karena tren. Ada dua hal yang saya tekankan di saat membeli buku atau membaca buku yaitu, memilih genre yang saya suka dan membaca yang bisa memenuhi hasrat ingin tahu saya.

Maka saya terbiasa membaca dua buku berbeda. Untuk mengisi blog yang saya fokuskan untuk nonfiksi, otomatis saya akan membaca sesuai dengan hal yang sedang menarik perhatian saya saat ini. Ketika sedang menulis buku, saya akan mencari bacaan yang mendukung semangat saya untuk menulis. Khususnya jika sedang ingin tahu tentang suatu hal misalnya soal tema perempuan, saya bisa membaca lebih dari sepuluh buku yang terkait dengan isu perempuan entah dari novel atau biografi. Bacalah untuk memenuhi kebutuhan, bukan gaya-gayaan.


Siap Menjadi Reporter di Manapun Ketika sedang memiliki proyek penulisan, saya berusaha untuk menjadi reporter. Buku catatan atau gawai akan selalu siap mencatat kalimat orang lain yang  bagus, momen lingkungan yang bisa menjadi deksripsi cerita, iklan billboard di jalan raya yang bisa menjadi pelengkap setting, apa saja di sekitar saya akan saya tangkap sebagai bahan.

Bahan-bahan random itu kesannya tidak berhubungan, namun ketika otak saya sedang dikondisikan sedang menulis buku romansa misalnya, maka saya akan fokus untuk siap menangkap momen apa saja yang mungkin cocok di dalam cerita. Curhatan teman terutama bisa menjadi tambahan elemen tokoh.


Bertindak Sebagai Peneliti Selain bertindak bak seorang reporter, saya biasanya akan menganggap proyek penulisan sebagai obyek penelitian. Saya berkata pada diri jika sedang dalam proses membuat inovasi baru. Saya ramu tulisan awal dengan bebas, menyelesaikan sesuai deadline pribadi atau disesuaikan dengan deadline lomba contohnya, dan menyiapkan waktu untuk mengedit. Naskah yang baik adalah naskah yang selesai.


Itulah proses kreatif saya dalam menulis. Saya tidak berbicara tentang outline dan aktivitas teknis karena proses kreatif ini membuat otak kanan dan kiri saya bekerja. Semua indera aktif menangkap bahan di lingkungan. Nah, apa Anda punya proses kreatif lain? Let's write.





 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 03, 2019 03:36

June 25, 2019

Podcast: 2 Hal Penting Agar Tulisan Saya Bisa Selesai


Podcast: 2 Hal Penting Agar Tulisan Saya Bisa Selesai

Kali ini saya memutuskan untuk mengunggah podcast saya di blog juga. Tema podcast hari ini adalah tentang dua hal yang saya anggap sebagai proses kreatif penting agar tulisan saya bisa selesai. 
Banyak sekali pesan masuk via WhatsApp dan juga DM Instagram yang bertanya bagaimana saya bisa stick pada sebuah proyek menulis. Klik link untuk mendengarkan via PC, bisa juga didengarkan di aplikasi Anchor dan Spotify ya. Akun podcast saya di Spotify adalah Reffi_D
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 25, 2019 20:34