Reffi Dhinar's Blog, page 28
May 19, 2018
Bagaimana Mengembangkan Ide Cerita dari 5W+1H

Konsep 5W+1H adalah konsep dasar agar tulisan kita memiliki isi yang pas. Seringkali konsep ini lebih banyak ditekankan pada tulisan reportase, liputan atau artikel lainnya. Hal ini tentunya sudah sesuai dengan kaidah jurnalistik agar tulisan tidak kehilangan arah dan tidak terlalu bertele-tele.
Padahal meski lebih banyak ditekankan pada konsep penulisan artikel reportase atau berita, 5W+1H ini juga bisa menjadi kerangka ide dasar yang membantu sebelum kita membuat cerita fiksi.
1. What (Apa)
Apa yang ingin Anda tulis? Cerita tentang apa? Apa yang menjadi tema utama dan pesan utama ceritanya? Apa genre ceritanya? Apakah ingin menulis cerita romance, fantasi, atau lainnya? Hal ini menjadi bagian pertama ketika Anda ingin menulis sebuah cerpen, novel atau flash fiction misalnya.
2. Who (Siapa)
Siapa saja tokoh yang akan muncul di dalam cerita? Siapa yang menjadi tokoh utama dan tokoh sampingan? Siapa yang menjadi tokoh antagonis, protagonis, atau malah tokoh dibuat berkarakter abu-abu? Tokoh memegang peran penting dalam sebuah cerita fiksi. Dee Lestari pernah mengatakan bahwa tokoh adalah dutanya cerita. Isi tersampaikan lewat karakter, dialog, dan monolog tokoh selain juga dari narasi.
3. When (Kapan)
Kapan cerita ini terjadi? Waktu yang dijelaskan di dalam cerita bisa berupa latar pagi, sore dan malam. Bisa juga dijelaskan dari aturan jam atau situasi saat tokoh sedang beraktivitas, contohnya cerita tokoh bertemu kekasih saat hendak berangkat kerja.
4. Where (Di mana)
Di mana cerita ini berlangsung? Penulis bisa mengembangkan lokasinya sebagai penguat deskripsi cerita. Biasanya penulis novel akan menjelaskan suasana tempat sampai suhu udara untuk menjelaskan sebuah kondisi lokasi. Hal ini akan memudahkan pembaca larut dalam cerita.
5. Why (Mengapa)
Mengapa masalah itu terjadi? Mengapa harus tokoh utama yang kalah? Mengapa harus terjadi di tempat itu? Kata kunci ini biasanya saya gunakan untuk menggali lebih dalam ide cerita yang saya dapat. Kata tanya ini juga menjadi kunci sebab akibat dalam cerita, terutama dalam cerita yang memiliki banyak bab. Buatlah list mengapa sebanyak mungkin, lalu rangkai menjadi gagasan cerita secara berkesinambungan.
6. How (Bagaimana)
Bagaimana cerita bermula? Bagaimana konflik berawal? Bagaimana masalah selesai? Bagaimana tokoh saling bertemu? Bagaimana sudut pandang cerita yang ingin digunakan? Kata tanya ini akan menjelaskan cara kita mengeksekusi cerita.

Itulah kegunaan 5W+1H yang bisa kita pakai untuk membuat premis, sinopsis dan outline cerita. Bahan dasarnya jika sudah diolah secara matang, maka mengembangkan ide menjadi cerita fiksi pun tidak akan terlalu sulit lagi. Selamat mencoba!
Published on May 19, 2018 17:22
May 18, 2018
Bagaimana Mendapatkan Ide Menulis di Tengah Kesibukan

Menulis adalah aktivitas yang menyenangkan. Kita tidak perlu membutuhkan modal besar untuk menulis. Sebagian orang berpendapat, jika dengan menulis maka perasaan akan jauh lebih tenang. Atau jika memiliki ide yang berkelesatan di kepala, maka dengan menuliskannya ide tersebut tidak akan lekas hilang.
Masalahnya, bagaimana jika ide itu tidak kunjung ditemukan? Misalnya, kita ingin membuat cerita fiksi, bagaimana cara menangkap ide yang bagus jika tidak punya stok cerita menarik?
Inilah beberapa cara yang biasa saya lakukan ketika ide menulis mendadak buntu di tengah jalan
1. Membaca Buku
Seorang penulis wajib membaca. Pilih bacaan yang menarik hati dan tema bacaan yang jarang kita pilih atau tidak kita suka. Saya lebih senang membaca novel petualangan, fantasi atau thriller serta buku motivasi, namun demi menambah asupan gizi ide, maka sesekali saya beli novel romance yang bagus.
2. Menonton Film
Menonton film yang berkualitas akan menggiring kita untuk mempelajari alur cerita, karakter dan ending. Ini sangat bagus untuk membuat sebuah cerita fiksi. Kadang saya memilih untuk menonton film-film pendek di Youtube jika sedang kering ide.
3. Memekakan Kelima Indera
Ini yang paling penting. Pekakan kelima indera ketika kita ada di mana pun. Saat sedang mengobrol dengan tukang sayur, perhatikan cara bicaranya dan gerak-geriknya, itu bisa jadi referensi salah satu tokoh cerita. Ketika sedang naik angkot, coba dengarkan dialog orang-orang di dalamnya. Saat ada sahabat yang curhat, lebih banyaklah mendengar dan serap semua ceritanya.

Ide bisa ditangkap di mana saja, bukan? Segera bawa catatan atau tulis saja di notes smartphone agar ide yang mendadak muncul tidak akan lenyap begitu saja.
Published on May 18, 2018 16:10
May 8, 2018
Sepenggal Perjuangan Sederhana Seorang Gadis di Desa Tembakau

Judul : Genduk
Penulis : Sundari Mardjuki
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ke :1
Jumlah Halaman : 219 halaman
ISBN : 978-602-033-219-2
Memotret kondisi masyarakat di sebuah desa yang diceritakan berlokasi di tepat paling puncak Gunung Sindoro, tahun 70-an, bukanlah hal yang mudah. Namun Sundari Mardjuki, si penulis novel Genduk ini berani menyampaikan ketimpangan sosial dan juga apa yang membuat masyarakat desa kesusahan pada masa itu lewat novelnya. Walau bukan untuk pertama kali tema sosial seperti ini diangkat, namun penulis tetap membawa warna baru lewat potongan-potongan bab yang dihadirkan.
Anisa Nooraini, nama asli Genduk, tokoh sentral novel ini, dikisahkan sebagai gadis yatim yang tidak pernah bertemu dengan Pak’e, sebutan untuk ayah kandungnya. Yung, sebutan Genduk untuk ibunya, selalu terlihat emosi saat Genduk menanyakan perihal ayah kandungnya. Saat si gadis mencari kebenaran lewat orang-orang sekitar, tetap saja tidak ada gambaran jelas. Genduk tumbuh besar dengan kerinduan berat kepada Pak’e.
“Mungkin Pak’e sedang bekerja entah di mana. Mengumpulkan duit buat kita,” kataku lirih,
Yung terkekeh,”Kamu terlalu polos, gendukku... bapakmu menghilang setelah sekian lama tanpa tahu rimbanya. Meninggalkan kita dalam ketidakpastian,” (halaman 26)
Kepolosan Genduk dan harapan tentang kepulangan ayahnya selalu dicibir bahkan oleh ibunya sendiri. Walaupun begitu, dari Genduk ini kita akan diajak untuk bersyukur karena keluarga yang lengkap dan harmonis bisa menjadi sumber kecemburuan untuk anak-anak yang keluarganya tidak lengkap. Genduk seringkali iri pada kawan-kawannya yang bisa bercengkerama hangat dengan ayah masing-masing. Kerinduan itu juga mendorongnya untuk berpikiran positif dan terus maju supaya suatu hari bisa bertemu dengan ayah kandungnya lagi.
Lewat kehidupan sehari-hari dari tokoh Genduk, kita akan diajak berkenalan dengan perjuangan hidup para petani tembakau di Desa Ringinsari. Sebagian besar penduduk di desa itu menggantungkan kehidupan kepada penjualan tembakau. Kekejaman tengkulak yang membeli dengan harga terlalu murah lalu dijual ke pedagang pasar dengan harga tinggi, juga disisipkan lewat novel ini. Kita bisa mengetahui fragmen kehidupan wong cilik para petani tembakau yang mungkin prakteknya masih ada hingga sekarang.
Ada beberapa kelebihan yang bisa dilihat dari novel ini. Yang paling menonjol adalah kekuatan riset yang cukup mendetil mengenai kehidupan petani tembakau. Penulis melakukan riset di Desa Mranggen Kidul, Temanggung, Jawa Tengah demi bisa mengetahui bagaimana proses penanaman bibit tembakau sampai dijual kepada para juragan tembakau.
Gundukan-gundukan panjang yang didatangkan dari Kota Parakan pun semakin memadati desa. Keranjang berepok-kepok pun ditata dengan rapi, dialasi dengan daun pelepah desa kering, dan gulungan tembakau pun diletakkan dengan penuh khidmat. (Halaman 95)
Bagi pembacaa awam yang tidak pernah mengetahui bagaimana asal mula tembakau itu dibuat, pasti akan lebih bersimpati dan menghargai etos kerja mereka. Selain menghadapi cuaca yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tembakau, mereka juga harus menghadapi fluktuasi harga pupuk yang sudah cukup memusingkan, ditambah kehadiran tengkulak yang curang. Genduk, hadir sebagai tokoh remaja yang meskipun harus melewati pengalaman getir demi keberhasilan ibunya menjual tembakau, tetap berusaha berpikiran ke depan dan memberikan jalan yang yang tak hanya baik untuk ibunya tetapi juga untuk petani tembakau di desanya.
Selain itu, penulis cukup berani mengulik sisi kejawen dari penduduk desa yang dalam beberapa hal cenderung bertentangan dengan syariat agama Islam. Tokoh Pak’e, saat masih di Desa Ringinsari, adalah seorang yang getol memberi pencerahan kepada penduduk desa agar meninggalkan tindakan ritual yang tidak diajarkan Rasulullah dan tidak tercantum di dalam Alquran. Tentu saja gesekan dari para tetua desa membuat tokoh Pak’e tidak terlalu disukai. Yung dan Pak’e menikah tanpa restu kakek Genduk. Sang Kakek melarang putrinya menikah dengan seorang alim ulama yang mengancam kepercayaannnya.
Namun ada beberapa hal yang mengganggu dari novel ini. Banyaknya istilah bahasa Jawa memang menunjukkan kekentalan budaya dan sanggup menghidupkan cerita, namun karena keterangan artinya diletakkan di halaman paling belakang, pembaca yang tidak paham bahasa Jawa harus membolak-balik ke belakang baru kembali ke halaman yang sedang dibaca sehingga tidak praktis. Akan lebih baik jika arti kata diletakkan di catatan kaki supaya lebih mudah. Dan alur yang agak dibuat terlalu cepat di bagian Genduk kabur dari desa untuk mencari jejak Pak’e, seolah dibuat terlalu mudah dan serba kebetulan. Karena Genduk seumur hidup tidak pernah meninggalkan desanya, tentu pergi ke kota yang lebih ramai tidaklah semudah itu. Untungnya, penulis memperbaikinya dari bagian klimaks menuju akhir yang lebih kuat secara alur.
Novel ini layak dibaca apalagi oleh generasi muda yang hidup di masa serba modern dan mudah. Perjuangan dan kesabaran Genduk sangatlah menginspirasi.
Published on May 08, 2018 06:41
April 27, 2018
Pengalaman Warna-Warni dengan Canva
Menulis adalah salah satu passion dan sarana saya untuk meluapkan ide. Isi kepala saya yang kecil ini mudah sekali terpantik untuk nyinyir atau mengomentari apa saja yang memang memicu untuk dikomentarin. Dan lewat tulisan, salah satunya via blog, semua kenyinyiran itu ada wadahnya dan bisa ditumpahkan lebih elegan.
Coba saja kalau misal pas saya nyinyir sama orang yang drama-queen di status FB, pasti pecah nih perang komen di akun saya. Kalau ada hal yang memancing emosi atau curiosity, biasanya saya akan mencari artikel yang membahas tentang topik itu, gali lagi dari tanya-tanya ke orang yang juga pernah mengalami hal yang sama, lalu cari gambar di Google.
Apa hubungannya antara ide, sumber informasi dan gambar?
Jelas ada. Kalau mau membuat tulisan yang bergizi sekaligus eye catching, saya pasti akan mencari gambar pendukung yang bisa dicari di internet. Hobi saya adalah mencari foto quote yang ada hubungannya dengan isi tulisan. Hal yang sangat wajar jika di dalam artikel blog, segi visual itu juga harus diperhatikan. Minimal ada satu atau dua gambar, kecuali kalau saya memang sedang malas dan hanya menulis untuk menumpahkan ide tanpa berharap ada banyak yang baca. Artikel yang berupa opini atas masalah tertentu, tips dan review pasti akan saya selipi gambar. Dan setelah mengenal Canva setahun lalu, kini saya bisa berkreasi dengan banyak elemen, bentuk serta warna untuk mendesain gambar quote yang saya inginkan hingga membuat ebook.
Sebelumnya saya sama sekali buta soal Canva dan baru setelah membaca salah satu ulasan di blog seseorang, saya mencoba untuk membuat akun dan mengutak-atik fiturnya. Amazing! Saya yang tidak jago photoshop tapi punya sense of colour yang lumayan, bisa mendesain banner buat workshop sendiri, bikin kover simple di online novel hingga yang paling favorit adalah bikin quote dari tulisan sendiri. Yang dibutuhkan hanyalah kesabaran untuk belajar mencoba berbagai tools dan fitur Canva dan juga kuota internet karena editingnya berbasis online.
Enaknya Menggunakan Canva
Canva sudah menyediakan layout dan template gratis yang bisa dijadikan background gambar atau kita bisa juga mengupload foto pribadi untuk diberi font-font menarik sesuai keinginan. Yang mulanya sayahanya mencomot background gratis, kini bisa juga membuat desain dari awal. Asyik deh saya bisa membuat ebook untuk keperluan workshop atau bisa juga buat infografis yang mungkin akan saya gunakan.


Aplikasi ini jadi sangat penting karena:
1. Bisa membantu internet marketing
Misalnya kita mau berjualan online via Instagram atau mengadakan seminar, pasti butuh membuat desain banner yang menarik calon pembeli. Promosi buku pun sekarang dibutuhkan lewat Instagram dan Pinterest. Banyak penulis atau pecinta buku yang membuat kutipan dari buku untuk dipajang di media sosial. Ini bisa menjadi alat promosi menarik buat karya kita.
2. User friendly
Seperti yang saya tulis di atas, untuk membuat desain apa saja dari undangan, banner, kover buku, ebook, kover blog, instagram quote dan lain-lanya sangatlah mudah. Berbasis fitur drag and drop jelas sangat user friendly. Canva model aplikasi android bisa dilihat di video singkat di bawah ini.
3. Bahasa bermacam-macam
Salah satu kekhawatiran yang biasanya muncul dari pengguna adalah fiturnya yang berbahasa Inggris. Aplikasi yang lahir dari Australia ini memiliki ratusan bahasa dan salah satunya dalam bahasa Indonesia. Kita bisa mengunduh aplikasi Canva berbahasa Indonesia di Playstore, jadi jangan cemas dengan kendala bahasa bagi pengguna non-English. Peluncuran Canva untuk pengguna di Indonesia juga menjadi bagian promosi yang dilakukan oleh head of management team-nya. Aplikasi bisa diakses via komputer dan smartphone berbasis iOS serta Android.
4. Hemat
Buat yang tidak jago Corel dan Photoshop, Canva akan sangat membantu user hingga memangkas tenaga, hemat waktu dan gratis. Memang ada beberapa fitur layout yang harus dibyar, tapi masih banyak ribuan lainnyayang cuma-cuma. Kita tak perlu membayar orang untuk jasa membuat banner atau layout ebook contohnya.
Dengan Canva, saya bisa berkreasi dengan banyak warna juga bentuk yang menunjang hobi menulis saya. Coba saja berkunjung ke websitenya untuk mengintip sedikit dan bisa jadi kamu akan jatuh cinta.
Published on April 27, 2018 20:08
April 23, 2018
Perempuan Itu Mahadaya

Sejenak saya berpikir apakah judul tulisan kali ini terlalu puitis atau malah terlalu berlebihan? Mahadaya berarti memiliki segala kelebihan. Tapi di sini yang akan saya tekankan adalah kelebihan untuk membagi waktu dan energinya pada segala hal yang menuntut fokus secara bersamaan. Bagi ibu rumah tangga adalah pembagian waktu dan energi untuk mengurus suami, mendidik anak, memikirkan besok akan masak apa, atau semacam menghitung duit belanja apakah akan cukup untuk seminggu ke depan. Perempuan yang masih lajang dan baru membangun karir akan dihadapkan pada bagaimana meladeni tuntutan lingkunganya yang terus-menerus meneror dengan pertanyaan kapan menikah dan juga materi meeting yang harus disiapkan di kantor.
Bukan berarti laki-laki tak memiliki tantangan, tetapi buat perempuan yang hidup di negara setengah maju setengah patrilineal ini, maka tentu akan selalu muncul sindian negatif jika ada yang dinilai tidak sesuai kodrat. Tiap hari akan selalu saja muncul kontroversi apakah seorang perempuan boleh bekerja atau mengurus rumah tangga saja. Jikalau seorang adis meneruskan untuk melanjutkan pendidikan sampai S2 apalagi sampai S3 maka yang ditakutkan adalah akankah ada lelaki yang berani melamar?
Kesetaraan yang sudah diteriakkan oleh banyak pihak, sayangnya masih sebatas pada praktek kulit luarnya saja. Saya pun setuju jika seorang perempuan itu wajib menjadi madrasah pertama buat anak-ananya, tetapi juga bukan hal yang salah jka ada seorang ibu yang tetap ingin berkarir. Tentu saja pilihannya akan menjadi semakin berat karena ibu harus membagi waktu yang seimbang antara pekerjaan dan keluarga. Melihat dan mengamati betapa mahalnya harga kebutuhan saat ini dan juga biaya pendidikan yang selangit, saya jadi berpikir bahwa perempuan tak boleh hanya duduk manja di rumah tanpa menghasilkan apa-apa.

Banyak bisnis online yang bisa dijalankan dari rumah dan mengandalkan gawai. Saat ini menjadi mompreneur adalah hal yang tak asing di telinga. Kita tak pernah tahu bagaimana kondisi keuangan keluarga. Seorang ayah tetaplah menjadi tulang punggung utama buat keluarga, hanya saja di zaman serba sibuk seperti sekarang maka istri yang memiliki sumber penghasilan sekunder bisa membantu ketika ada darurat keuangan melanda. Minimal jika ada penghasilan meski tak sampai gaji UMR, perempuan bisa membeli perawatan kecantikan lebih baik buat dirinya sendiri atau sesekali memberi hadiah buat orang tua di ulang tahun mereka. Menjadi berdaya bukan berarti jadi tak menghormati laki-laki. Dan seharusnya laki-laki justru mendukung perempuan untuk berkarya, bukannya serba takut atau malah rendah diri. Ibu yang cerdas akan mendukung anaknya agar tahu apa yang mereka mau serta mengarahkannya menjadi manusia yang punya cita-cita tinggi.
Orang tua saya adalah contoh bagus bagaimana kerjasama antara perempuan dan laki-laki berjalan suportif tanpa ada maksud saling mengungguli. Ayah menjadi pencari sumber nafkah utama dan selalu mendukung ibu saya untuk berkegiatan sosial di desa. Ibu memang tidak bekerja, namun sejak kecil beliaulah yang mengajarkan saya membaca dan berhitung untuk pertama kali. Ibu jugalah yang melecut sikap saya yang pesimis agar menjadi lebih berjiwa besar lagi. Dan masih banyak hal lainnya yang saya pelajari dari kedua orang tua tersayang.
Selain peran orang tua, saya juga memiliki idola di bidang perempuan inspiratif. Di antara banyak perempuan yang saya kagumi, ada dua nama dari Indonesia yang saya amati kiprahnya dan bisa menjadi inspirasi buat perempuan masa kini. Mereka adalah Indari Mastuti dan Aulia Halimatusadiah atau sering disapa Ollie.
Indari Mastuti

Indari Mastuti adalah seorang penulis puluhan judul buku dan artikel di berbagai media dan kini menjadi seorang entrepeneur sukses. Saya tertarik untuk mengikutinya di Facebook setelah membaca satu artikel di Jawa Pos tentang grup Ibu-Ibu Doyan Nulis. Indscript Creative adalah bisnis pertama yang ia bangun dan berkonsentrasi sebagai agensi naskah yang memeprtemukan penulis dengan peenrbit. Bisnisnya sempat mengalami masa surut, namun dengan semangat kuat ia berhasil bangkit.
Indari Masuti adalah seorang pebisnis sekaligus ibu rumah tangga. Ia memiliki jadwal dan disiplin baik agar bisa membagi waktu antara membesarkan bisnisnya dan mengurusi keluarga. Saya mulai mengikuti training onlinenya yaitu Writerpeneur dan mendapat job di blog pertama setelah mengikuti serta memenangkan kompetisi One Day One Article.
Torehan prestasi berhasil ia peroleh seperti Perempuan Inspiratif Nova 2010, Juara 3 Kartini Awards 2012 dan lain-lain. Ia terus mengembangkan tim Indscript sampai memiliki program pemberdayaan perempuan untuk berbisnis dan menulis. Training-training online yang berkaitan dengan teknis berbisnis dan menulis telah banyak membantu perempuan agar bisa berkarya dan menghasilkan uang dari rumah.
Aulia Halimatussadiah

Saya mengagumi perempuan yang juga dipanggil Ollie ini semenjak mengetahui berita tentang Nulis Buku. Nulis Buku adalah platform online pertama yang menjadi wadah bagi siapapun untuk bisa melakukan penerbitan bukunya sendiri (self publishing). Sempat bekerja di dunia IT, Ollie sukses mengkolaborasikan dunia tulisan yang ia cintai dengan teknologi. Penulis yang aktif menerbitkan buku ini terus berkarya dan salah satunya yang menjadi karyanya adalah mendirikan Zetta Media, sebuah digital network yang membawahi portal-portal website berbasis konten informatif serta bermanfaat. Ia menjadi contoh buat perempuan muda yang berani berkarya di dunia maskulin. IT atau teknologi selama ini dikenal lebih banyak dikuasai oleh laki-laki, dan Ollie berhasil menggusur stigma itu. Ia juga aktif di komunitas Girls in Tech. Ollie berani menantang dirinya untuk terus belajar hal baru dan berusaha memberikan solusi lewat bisnis yang ia kembangkan.
Inspirasi bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk dari seorang perempuan. Saya ingin menjadi perempuan yang berdaya tanpa takut menghasilkan karya. Siapapun kita dan apapun yang kita kerjakan, maka lakukanlah dengan sepenuh hati dan CINTA.
Published on April 23, 2018 15:15
April 11, 2018
Menjadi Wordpreneur Telah Mendobrak Keterbatasan
Tak banyak orang paham dengan apa makna wordpreneur yang sering saya sebutkan. Kebanyakan mengira jika seorang wordpreneur hanya berkutat di bidang tulis-menulis saja. Padahal, wordpreneur yang saya maksud di sini adalah sebagai seorang penyuka beragam bahasa dan juga tentunya dalam dunia menulis. Wordpreneur adalah jiwa saya.
Bukankah berbicara pun merupakan bagian dari berkomunikasi? Seharusnya kita tak mengkotak-kotakkan kata wordpreneur dalam seni menulis saja, seseorang yang juga mahir mengolah kata secara verbal atau lisan seperti public speaker dan interpreter pun sepatutnya disebut juga sebagai wordpreneur. Dan saya tak bisa lepas dari bahasa asing maupun menulis. Lewat dua hal itulah saya mengalami perjalanan yang luar biasa serta mengatasi keterbatasan dalam pendidikan hingga mencari nafkah.

Saya menguasai dua bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan Jepang, serta masih akan mempelajari bahasa-bahasa asing lain. Mulanya ketika mempelajari bahasa Jepang di masa kuliah, banyak orang yang mencemooh pilihan studi saya.
“Bahasa asing yang utama itu bahasa Inggris aja. Emang lulusan Sastra Jepang bisa kerja apa? Siapa yang mau nerima lulusan Sastra Jepang? Mau jadi TKW?”
Komentar-komentar miring itu tak membuat saya surut dalam belajar. Saya berusaha dua kali lebih keras dari kawan-kawan yang lulus dari jurusan bahasa di SMU-nya. Beasiswa yang saya peroleh adalah pada mulanya, hingga saya bisa mencari kerja sambilan di semester akhir dan terjun di dunia interpreter yang semula saya pikir akan sangat sulit dicapai. Kondisi ekonomi keluarga yang kencang di segala sisi, membuat saya tak ingin menjadi sarjana gagal yang kesulitan mencari kerja. Saya bertekad untuk menjadikan bahasa yang saya pelajari dan dunia menulis yang saya cintai sejak kecil akan menjadi ladang keberkahan. Dan itu tak semudah yang saya kira.
Awal Mula Menjadi InterpreterSemula saya pikir jika menjadi English atau Japanese Intrepreter akan berpakaian formal dan dalam situasi meeting yang tenang. Ternyata setelah terjun di dunia interpreter yang sesungguhnya, saya harus beradaptasi dengan beragam karakter klien yang tak selalu mudah dan belajar berada di lingkungan yang tak selalu kondusif, serta mempelajari hal-hal yang semula saya hindari. Di tahun terakhir kuliah, saya mengumpulkan dana untuk skripsi, biaya bimbingan dan persiapan wisuda. Dan job sebagai Japanese Interpreter adalah sumber dana yang sangat lumayan waktu itu.
Lokasi job pertama berada di sirkuit balap motor yang juga menjadi event nasional pada 2013. Saya harus bisa bertahan di tengah cuaca Surabaya yang super panas dan menjadi satu-satunya perempuan di sirkuit. Selama kuliah, saya belajar soal budaya dan sastra, bukan soal mesin motor. Saya tak suka dengan onderdil, bahkan mengendarai sepeda motor pun tak becus, tapi kali ini saya dipaksa untuk memahami sistem kerja mesin motor serta bagian-bagiannya dalam bahasa Jepang. Apalagi saya adalah interpreter kedua, menggantikan orang sebelumnya yang demam tinggi setelah dua hari terpapar panas di sirkuit.

Rasa tak percaya diri dan takut harus saya kalahkan. Jika tidak bertanya kepada teknisi dan tim lokal di situ, mana bisa saya paham dengan sistem sebuah mesin motor untuk balap? Rasanya saya ingin lari dan tidak kembali, tetapi lagi-lagi karena terdesak kebutuhan saya tak mau menyerah di tengah jalan. Jelas saja banyak sekali suara-suara menggoda dari pekerja pria, ingin mengajak saya berkenalan hingga memandang dengan sorot mata ingin tahu hanya karena saya satu-satunya perempuan. Tapi saya berusaha acuh. Malah saya merasa nyaman dengan tim klien pertama waktu itu. Karena saya dianggap sebagai tim, tak ada yang memandang saya remeh. Mereka bilang,”Meski mbak ini satu-satunya perempuan, tapi posisimu penting di sini. Teknisi utama dan pembalap kami dari Jepang. Jika kami tak bisa bekerjasama karena kendala komunikasi, maka kami sudah kalah sejak awal.”

Ternyata saya semakin menikmati pekerjaan sebagai interpreter di dunia yang sangat maskulin. Selepas wisuda, saya diterima bekerja di sebuah perusahaan peleburan baja. Bayangkan saja yang menjadi tempat kerja saya lingkungannya sangat panas dan juga hanya saya yang menjadi satu-satunya perempuan di lapangan. Bekerja di lingkungan yang challenging membuat saya lebih memperhatikan kondisi tubuh. Saya jadi rajin olahraga agar tidak mudah keok saat lama berdiri mendampingi tenaga kerja asing di lapangan, rajin minum air putih karena bahaya kalau sampai dehidrasi, serta belajar untuk membawa diri di tengah dunia maskulin. Rekan kerja saya pun bersikap profesional.
Beberapa tahun bekerja di perusahaan peleburan baja, saya pindah ke sebuah perusahaan Jepang yang memproduksi part mesin traktor. Meski tak sepanas di tempat kerja pertama, saya harus sering naik turun tangga untuk mengecek kondisi lapangan dan menyelesaikan pekerjaan berbau administrasi di kantor. Saya tak hanya menjadi interpreter tetapi juga mempelajari bidang kerja lain seperti soal General Affair dan Purchasing. Jelas saja ilmu saya makin bertambah. Uniknya, ketika menjadi pekerja, saya jadi lebih jarang sakit ketimbang saat masih kuliah. Mungkin karena menyadari jika lingkungan kerja sangat menantang, maka saya jadi tak sembrono soal kesehatan

Menulis Membawa Petualangan BaruMenulis telah membawa saya ke banyak petualangan baru. Tak hanya merasakan senang ketika buku atau artikel terbit lalu disukai pembaca, tetapi juga saya bisa menjadi seorang trainer di dunia yang saya sukai. Beberapa kesempatan menarik seperti menjadi trainer untuk mengajari anak-anak menulis, menjadi trainer online kepenulisan fiksi atau bisa berinteraksi dengan pembaca lewat blog adalah hal-hal yang saya impikan. Dulu saya bepikir jika untuk menjadi trainer harus menunggu umur lebih tua, tetapi saya kini bisa merasakan menjadi seorang writing trainer di usia yang terhitung masih muda.

Saya yang dulu sempat menjadi pemalu tapi punya ide berlebih yang menunggu dibicarakan, kini juga bisa menyalurkan semua ide serta pengalaman lewat sharing kepenulisan. Saya menjadi lebih percaya diri dan bersemangat untuk terus menulis agar memiliki pengalaman yang bisa dibagikan. Tak harus menunggu usia tua untuk memberi pelatihan.

Itulah pengalaman saya menjadi wordpreneur. Ada yang mengira saya bekerja sebagai full-time writer, ada pula yang penasaran saya ini bekerja sebagai interpreter di perusahaan apa karena saya tak pernah menyantumkan nama perusahaan di medsos, kecuali akun LinkedIn. Memang saya ingin dikenal dari kemampuan saya berbahasa asing serta menulis, bukan dari bekerja di perusahaan tertentu. Keterbatasan bisa saya atasi dengan tak takut untuk belajar dan menghadapi kesulitan dengan semangat. Perempuan pun bisa berkarya pada bidang apapun yang ia cintai.
Penulis:
Reffi Dhinar, seorang wordpreneur (Japanese Interpreter, blogger, public speaker, writing trainer, penulis buku). Tulisan ini diikutkan dalam kompetisi Perempuan Juara di Lingkungan Kerja.
Published on April 11, 2018 01:17
April 7, 2018
Mini Ebook: How To Be The Interpreter
Apakah kamu suka belajar bahasa asing? Tidak salah memang jika kemampuan bahasa asing disebut sebagai salah satu skill yang dibutuhkan di zaman globalisasi saat ini.
Bagaimana jika kamu sudah menguasai satu atau dua bahasa asing lalu ingin mengubahnya menjadi pekerjaan?
Peluang karir terbuka lebar buat kamu yang gemar dan piawai berbahasa asing, saya pun sudah merasakan banyak manfaatnya.

Manfaatnya antara lain: 1. Bisa membuka kursus bahasa asing. Ini cocok sekali buat kamu yang punya jiwa entrepeneur dan buat perempuan yang nantinya ingin membuka bisnis dari rumah. 2. Menjadi interpreter. Saya sudah merasakan banyak manfaat ketika terjun menjadi seoran interpreter. Pekerjaan satu kece lho, dan buat yang menjadi freelancer interpreter berpengalaman bisa dapat banyak rupiah per harinya. Atau jika bekerja di perusahaan, bisa menambah skill ilmu lain di luar bahasa asing. 3. Menjadi translator. Banyak buku asing, film dan serial yang butuh translator untuk menerjemahkan. Kesempatannya pun terbuka lebar.
Oke kan? Nah lewat artikel ini, saya akan berbagi salah satu materi saya tentang pengalaman merintis karir sebagai seorang Japanese Interpreter. Materi ini sudah pernah saya sampaikan di acara meet up Polyglot Surabaya tahun lalu. (Baca Juga: Interpreter Journey)
Silakan download di sini buat kamu yang ingin tahu rahasia menjadi interpreter ya. Kalau ingin bertanya bisa juga tuh kirim email ke saya, ada di kolom contact blog ini ya. ^_^
Published on April 07, 2018 21:48
April 3, 2018
5 Tools Menjadi Orang Sukses

Siapapun kalau ditanya ingin jadi apa, jawabannya beragam, namun intinya adalah INGIN MENJADI ORANG SUKSES. Nah, jika mendefinisikan kesuksesan, ingin menjadi orang yang sukses seperti apa? Pastinya, kesuksesan itu harus dijalani dengan cara yang positif dan tidak merugikan orang lain atau bertentangan dengan norma hukum. Betapa banyak orang, contohnya para pejabat tinggi negara kita yang berhasil memegang kekuasaan, sukses menurut kacamata masyarakat, namun ujung-ujungnya tersandung kasus korupsi milyaran sampai triliyunan. Itulah contoh orang-orang sukses yang menghalalkan segala cara dan ingin cepat berhasil tanpa proses berlelah-lelah ria.
Ada banyak teori yang bisa diterapkan untuk menjadi sukses. Beragam cara agar cepat kaya, berhasil menembus universitas idaman, menjadi pribadi yang lebih disukai, dan cara menarik lainnya telah dibahas di banyak buku atau internet. Tapi kadang masih saja kita masih belum bisa menerapkan atau mendapatkan hal terpenting apa yang bisa membimbing langkah menuju kesuksesan.

Dari berbagai tips dan trik ada beberapa tools penting dan mendasar agar kita menjadi magnet bagi kesuksesan.· Memiliki goal yang jelasTak hanya ingin sekadar menjadi sukses, tapi kita harus bisa menentukan secara spesifik apa dan seperti apa yang ingin kita capai. Mulailah dari hal sederhana, misalnya ingin menurunkan berat badan. Jangan hanya berangan-angan ingin tubuhnya semacam Jennifer Lopez saja, tapi konsultasikanlah dengan ahli gizi atau dokter Anda (jika Anda memang obesitas), lalu pilih diet yang tepat.
Tentukan goal ingin turun berapa kilo dalam beberapa bulan. Buatlah goal yang masuk akal. Goal besar itu lalu dipecah menjadi goal bulanan, kemudian diturunkan kembali menjadi goalharian. Misalnya, mengurangi jatah nasi putih dan mengganti dengan nasi merah dan berolahraga dua puluh menit sehari. Merasa sibuk? Olahragalah di rumah dengan bangun lebih pagi. Ada banyak video yang bisa diunduh mengenai cara berolahraga di rumah tanpa harus pergi ke gym. Kuatkan tekad dan tulis pencapaian harian hingga membuat diri kita bangga. Terapkan cara itu untuk mencapai impian yang lain.
· Seni berkomunikasiSiapapun tak peduli orang itu pendiam, pemalu atau introvert bisa menjadi komunikator ulung. Komunikasi itu sangat dibutuhkan agar kita bisa menjalin relasi bisnis yang baik, memiliki kualitas hubungan yang oke atau mendapatkan kesempatan untuk unjuk kebolehan. Orang yang sukses adalah orang yang paham untuk berkomunikasi dengan orang lain sesuai kepribadian masing-masing. Tak hanya soal berbicara, namun juga bagaimana kita mendengarkan orang lain. Menurut banyak penelitian dan pendapat, kita berbicara secara verbal hanya sekitar 10 sampai 20%, sisanya dikomunikasikan dari gerak tubuh dan mimik wajah.
Jika ingin memikat lawan bicara dan bisa membuat pendapat kita didengar hingga disetujui, kemampuan berkomunikasi ini wajib kita miliki. Tetapi jangan untuk digunakan sebagai alat manipulasi ya.
· LeadershipSeorang leader yang baik bisa membimbing timnya atau orang lan yang bekerjasama dengannya dalam hubungan yang harmonis untuk mencapai tujuan bersama. Jiwa leadership ini penting apalagi jika Anda ingin memiliki perusahaan atau bisnis sendiri yang nantinya pasti akan membutuhkan bantuan orang lain. Atau bisa jadi Anda menjadi leader dari sebuah event di perusahaan serta komunitas? Leadership itu tak hanya soal memimpin dan membina tetapi juga tahu caranya untuk mendistribusikan tugas sesuai visi misi yang sudah dibuat. Menjadi orang tua yang oke juga harus belajar soal leadership, lho. Jadi semua ini penting untuk segala hal di hidup kita.
· CuriousityRasa ingin tahu atau curiousity itu akan mendorong kita agar mau terus belajar. Semakin banyak hal kita pelajari, maka kita menjadi merasa tidak tahu banyak. Jika sudah memiliki goal yang spesifik dan rentang waktu yang dicanangkan, tekuni dengan membaca banyak buku, mengikuti kelas atau mencari sumber di internet soal passion yang kita dalami.
· Good attitudeEmpat hal di atas sudah kita miliki namun bagaimana kalau tingkah kita menyebalkan? Hmm, pasti orang lain akan malas berurusan dengan kita. Padahal untuk menjadi sukses, kita harus memiliki kualitas hubungan yang baik. Attitude adalah hal terpenting. Kita akan mudah membuka kesempatan baik dan semakin dekat dengan kesukesan jika bersikap rendah hati dan mau menerima kritik serta saran tanpa mengecam.
Itulah lima hal yang menurut saya menjadi hal mendasar agar kita bisa menjadi daya tarik kesuksesan. Saya pun masih terus belajar agar bisa menjadi magnet kesuksesan, salah satu caranya adalah mengikuti kelas soft skill. Kelas soft skill yang menurut saya oke yaitu diprakarsai oleh Upgrade Learning Center di Surabaya. Penekanan pembelajarannya tidak pada teori saja, tapi bagaimana kita bisa meng-upgrade diri supaya bisa mendapatkan hasil yang diinginkan.
Saya telah mengikuti beberapa kelasnya dan masih akan mengikuti kelas yang belum sempat saya ikuti di batch sebelumnya. Insight mengenai tools dalam menjadi diri kita lebih berdaya dan sukses diajarkan lewat sharing yang menarik. Suasana kelasnya santai, friendly dan jumlah peserta yang tak terlalu banyak di tiap kelas membuat saya bisa lebih fokus. Dan hasilnya memang tak terlihat secara kasat mata, namun ada wawasan yang saya ketahui untuk mencapai goal yang saya idamkan meski untuk hal-hal kecil.

Jika tertarik untuk belajar, ikutilah kelas terbarunya dengan mengunjungi akun instagram @upgrade_now. Selamat belajar!
Published on April 03, 2018 22:58
April 1, 2018
Belajar Bahasa Asing dan Menulis Membuat Hidupku Berubah
Aku adalah anak aktif yang juga dikenal memiliki rasa ingin tahu tinggi. Prestasi di sekolah kucapai sejak sekolah dasar, namun karena beberapa kejadian, secara perlahan aku memilih untuk tidak terlalu menonjolkan diri. Ya, aku adalah si kutu buku yang tidak memiliki teman dekat.
Sahabat-sahabatku yang baru kutemukan di bangku SMU, meyakinkanku untuk terus menggali kemampuan bahasa asing dan percaya jika suatu hari aku akan menjadi penulis seperti yang kucita-citakan, walau banyak orang berkata jika semua kegemaran itu tidak ada faedahnya.
Selain mencintai buku, aku tergila-gila dengan menulis. Hobi lainnya adalah menekuni bahasa asing. Aku serius belajar bahasa Inggris sampai lumayan fasih lalu berhasrat untuk menguasai bahasa Jepang. Andai ada kelas bahasa di SMU dulu, pasti aku akan masuk kelas itu.
Ketika aku bercerita mengenai hal ini kepada orang tua, yang terlontar dari mereka adalah,”Untung di sekolahmu nggak ada kelas bahasa. Yang bagus itu masuk kelas IPA. Kam mau jadi apa kalau masuk kelas bahasa?”
Mendengar itu aku jadi sedikit kecewa. Selama ini orang tuaku memang tidak melarangku untuk ikut les bahasa asing atau menulis cerita di sela waktu belajar, tetapi jika menjadikan kedua hobi itu sebagai tujuan hidup agaknya akan menimbulkan perdebatan. Profesi yang keren itu selalu identik dengan hal-hal berbau eksakta seperti dokter dan insinyur. Kelas IPA atau Sains dianggap lebih prestisius.
Image Source: Fanpop.com
Belajar Bahasa Jepang Disebut Mau Jadi TKW
Lulus SMU, aku diminta Ayah untuk masuk ke jurusan-jurusan berbau ilmu eksakta. Hasilnya gagal semua. Yang ada di benakku adalah aku ingin menjadi orang yang fasih berbahasa asing dan juga menjadi penulis yang inspiratif. Setelah gagal di berbagai ujian masuk, kunyatakan keinginan kepada orang tua jika ingin masuk jurusan Sastra Jepang. Respons yang kuterima sudah bisa kutebak.
“Mau lulus jadi apa? Anak-anaknya teman Ayah yang masuk jurusan itu bilang kalau Sastra Jepang itu gampang masuknya, sulit keluarnya. Banyak yang mutung di tengah jalan.”
Kecemasan itu memang ada benarnya. Apalagi keluargaku bukanlah keluarga kaya sehingga jika ingin menguliahkanku pasti harus rela mengencangkan ikat pinggang. Singkat cerita, aku berkuliah di jurusan impianku setelah berjanji kepada Ayah,”Lihat deh, Yah. Aku akan menjadi yang terbaik. Aku akan lulus dengan presatasi terbaik.”
Yang menyakitkan adalah kata-kata dari kenalan yang bilang,”Mau apa belajar bahasa Jepang? Mau kerja jadi pembantu di sana? Mau jadi TKW?”
Pikiran orang-orang yang tidak tahu dan awam menghujat pilihan kuliahku. Aku tak peduli. Aku belajar jauh lebih keras dari mahasiswa lain yang berasal dari kelas bahasa dan sempat mengenyam bahasa Jepang lebih lama. Aku pernah ikut kursus bahasa Jepang ketika SMP tetapi hanya sebatas tata bahasa paling dasar dan akhirnya lupa karena kursusnya bubar di tengah jalan. Kuliah bahasa Jepang tak hanya belajar huruf kanji, tata bahasa ratusan, budaya dan sastranya tetapi juga sedikit ilmu psikologi. Kupakai waktu malamku untuk belajar. Hampir tiap hari selalu ada kuis atau tes kecil yang mempengaruhi indeks prestasi. Syukurnya, aku bisa melaluinya dengan sangat baik. Tiap semester aku mendapat nilai terbaik bahkan pernah mendapat indeks prestasi sempurna dua kali. Nilai IP tidak pernah di bawah 3,6. Beasiswa pun sering kuperoleh.
(Baca Juga: Lancar Berbahasa Asing di Komunitas Polyglot Surabaya)
Profesi Penerjemah dan Penulis
Sejak tahun terakhir kuliah, aku mencari banyak pekerjaan freelance, dari menerjemahkan di event, menerjemahkan naskah tertulis dan menulis artikel. Hanya 4 jam waktu tidurku selama sehari sampai tubuhku ambruk karena maag akut dan sinus akut. Profesi penerjemah pun kuperoleh selepas lulus kuliah. Aktivitas menulisku semakin meningkat dari yang hanya sebagai penulis antologi meningkat menjadi penulis buku atas nama sendiri dan blogger. Aku pun belajar content writing secara perlahan. Kini tulisan-tulisanku dan juga kemampuanku dalam berbahasa asing sudah memberiku rezeki yang cukup. Malah kini aku dipercaya untuk sesekali mengisi workshop mengenai kepenulisan. Sungguh sebuah keajaiban!
(Bacs Juga: Berkarya dengan Bahasa Asing)
Dengan menjadi penerjemah, aku juga belajar hal baru di kantor. Mulai dari ilmu manufaktur, bisnis, manajemen dan lainnya. Penerjemah di dunia perusahaan juga dituntut memiliki kemampuan di luar bahasa asingnya.
Kini mulai banyak yang berkeinginan mengasah kemampuan bahasa asingnya dan ingin belajar menulis. Duniaku semakin meluas. Mereka yang dulu mencibir kini bertanya padaku apa aku dulu sudah tahu soal kemungkinan bahasa asing serta menulis akan menjadi kebutuhan saat ini? Jelas saja aku menjawab tidak. Aku tak pernah bisa meramal bagaimana dunia akan berputar. Yang kumiliki adalah rasa percaya dan ketekunan agar dua passionku benar-benar bermanfaat.
Kini aku bukan lagi anak kutu buku yang menutup diri dari dunia. Aku memiliki banyak impian dan semuanya berkat dua hobi yang kujadikan energi dalam hidup, selain karena ingin membahagiakan orang tua. Cintai impian kita dengan tulus, bekerja keras, dan lihat keajaiban apa yang akan kita terima.
Image Source: quora.com
Sahabat-sahabatku yang baru kutemukan di bangku SMU, meyakinkanku untuk terus menggali kemampuan bahasa asing dan percaya jika suatu hari aku akan menjadi penulis seperti yang kucita-citakan, walau banyak orang berkata jika semua kegemaran itu tidak ada faedahnya.
Selain mencintai buku, aku tergila-gila dengan menulis. Hobi lainnya adalah menekuni bahasa asing. Aku serius belajar bahasa Inggris sampai lumayan fasih lalu berhasrat untuk menguasai bahasa Jepang. Andai ada kelas bahasa di SMU dulu, pasti aku akan masuk kelas itu.
Ketika aku bercerita mengenai hal ini kepada orang tua, yang terlontar dari mereka adalah,”Untung di sekolahmu nggak ada kelas bahasa. Yang bagus itu masuk kelas IPA. Kam mau jadi apa kalau masuk kelas bahasa?”
Mendengar itu aku jadi sedikit kecewa. Selama ini orang tuaku memang tidak melarangku untuk ikut les bahasa asing atau menulis cerita di sela waktu belajar, tetapi jika menjadikan kedua hobi itu sebagai tujuan hidup agaknya akan menimbulkan perdebatan. Profesi yang keren itu selalu identik dengan hal-hal berbau eksakta seperti dokter dan insinyur. Kelas IPA atau Sains dianggap lebih prestisius.

Belajar Bahasa Jepang Disebut Mau Jadi TKW
Lulus SMU, aku diminta Ayah untuk masuk ke jurusan-jurusan berbau ilmu eksakta. Hasilnya gagal semua. Yang ada di benakku adalah aku ingin menjadi orang yang fasih berbahasa asing dan juga menjadi penulis yang inspiratif. Setelah gagal di berbagai ujian masuk, kunyatakan keinginan kepada orang tua jika ingin masuk jurusan Sastra Jepang. Respons yang kuterima sudah bisa kutebak.
“Mau lulus jadi apa? Anak-anaknya teman Ayah yang masuk jurusan itu bilang kalau Sastra Jepang itu gampang masuknya, sulit keluarnya. Banyak yang mutung di tengah jalan.”
Kecemasan itu memang ada benarnya. Apalagi keluargaku bukanlah keluarga kaya sehingga jika ingin menguliahkanku pasti harus rela mengencangkan ikat pinggang. Singkat cerita, aku berkuliah di jurusan impianku setelah berjanji kepada Ayah,”Lihat deh, Yah. Aku akan menjadi yang terbaik. Aku akan lulus dengan presatasi terbaik.”
Yang menyakitkan adalah kata-kata dari kenalan yang bilang,”Mau apa belajar bahasa Jepang? Mau kerja jadi pembantu di sana? Mau jadi TKW?”
Pikiran orang-orang yang tidak tahu dan awam menghujat pilihan kuliahku. Aku tak peduli. Aku belajar jauh lebih keras dari mahasiswa lain yang berasal dari kelas bahasa dan sempat mengenyam bahasa Jepang lebih lama. Aku pernah ikut kursus bahasa Jepang ketika SMP tetapi hanya sebatas tata bahasa paling dasar dan akhirnya lupa karena kursusnya bubar di tengah jalan. Kuliah bahasa Jepang tak hanya belajar huruf kanji, tata bahasa ratusan, budaya dan sastranya tetapi juga sedikit ilmu psikologi. Kupakai waktu malamku untuk belajar. Hampir tiap hari selalu ada kuis atau tes kecil yang mempengaruhi indeks prestasi. Syukurnya, aku bisa melaluinya dengan sangat baik. Tiap semester aku mendapat nilai terbaik bahkan pernah mendapat indeks prestasi sempurna dua kali. Nilai IP tidak pernah di bawah 3,6. Beasiswa pun sering kuperoleh.
(Baca Juga: Lancar Berbahasa Asing di Komunitas Polyglot Surabaya)
Profesi Penerjemah dan Penulis
Sejak tahun terakhir kuliah, aku mencari banyak pekerjaan freelance, dari menerjemahkan di event, menerjemahkan naskah tertulis dan menulis artikel. Hanya 4 jam waktu tidurku selama sehari sampai tubuhku ambruk karena maag akut dan sinus akut. Profesi penerjemah pun kuperoleh selepas lulus kuliah. Aktivitas menulisku semakin meningkat dari yang hanya sebagai penulis antologi meningkat menjadi penulis buku atas nama sendiri dan blogger. Aku pun belajar content writing secara perlahan. Kini tulisan-tulisanku dan juga kemampuanku dalam berbahasa asing sudah memberiku rezeki yang cukup. Malah kini aku dipercaya untuk sesekali mengisi workshop mengenai kepenulisan. Sungguh sebuah keajaiban!
(Bacs Juga: Berkarya dengan Bahasa Asing)
Dengan menjadi penerjemah, aku juga belajar hal baru di kantor. Mulai dari ilmu manufaktur, bisnis, manajemen dan lainnya. Penerjemah di dunia perusahaan juga dituntut memiliki kemampuan di luar bahasa asingnya.
Kini mulai banyak yang berkeinginan mengasah kemampuan bahasa asingnya dan ingin belajar menulis. Duniaku semakin meluas. Mereka yang dulu mencibir kini bertanya padaku apa aku dulu sudah tahu soal kemungkinan bahasa asing serta menulis akan menjadi kebutuhan saat ini? Jelas saja aku menjawab tidak. Aku tak pernah bisa meramal bagaimana dunia akan berputar. Yang kumiliki adalah rasa percaya dan ketekunan agar dua passionku benar-benar bermanfaat.
Kini aku bukan lagi anak kutu buku yang menutup diri dari dunia. Aku memiliki banyak impian dan semuanya berkat dua hobi yang kujadikan energi dalam hidup, selain karena ingin membahagiakan orang tua. Cintai impian kita dengan tulus, bekerja keras, dan lihat keajaiban apa yang akan kita terima.

Published on April 01, 2018 01:17
March 5, 2018
Menjadi Pemenang Atau Pecundang Itu Masalah Mental
Seperti biasa saya menjadi tempat curhatan kawan-kawan yang sedang galau dengan masalah hidupnya. Ada yang masalah pekerjaan dan mayoritas soal cinta. Saya sadar kebutuhan curhat adalah sebuah kebutuhan biologis bagi kaum perempuan agar bisa mengosongkan sebagian sampah di pikiran dan perasaannya. Saya sendiri juga pasti akan mencari kawan dekat untuk curhat jika sedang dilanda keresahan. Dari banyaknya curhatan itu muncul rasa miris di pikiran saya. Bersedih adalah hal wajar, namun jika sampai membuat rasa percaya diri runtuh, galau berbulan-bulan hingga menutup diri dari segala hal baru rasanya mulut ini gatal ingin berteriak,”Why do you like to be a looser?”
Tiap kali saya memberikan pesan supaya beberapa orang yang hobinya tenggelam dalam kesedihan sampai ratusan hari itu supaya memilih bahagia, jawaban yang saya dapatkan hampir seragam.
“Kamu enak, karena kamu nggak ada di posisiku.”“Kamu itu kan emang cewek yang punya sisi maskulin, makanya nggak cewek-cewek banget kalau lagi ada masalah perasaan.”

Kalau sudah begitu biasanya saya hanya akan diam lalu bertindak sebagai pendengar saja tanpa memberi pesan apa-apa. Jika orang yang sama datang lagi beberapa minggu kemudian masih dengan masalah yang sama, saya akan memberi ketegasan yang contohnya begini,”Kan sudah kubilang tempo hari, kusaranin kaya gini. Kalau kamu masih menderita karena kamu nggak mau beranjak dan nendang tuh orang brengsek ya itu salahmu, bukan salah dia.”
Rasanya lucu tiap kali mendengar orang yang menganggap saya jauh dari yang namanya kegalauan dan masalah patah hati. Saya adalah orang yang mudah cemas. Patah hati berat sudah pernah saya alami dan jujur waktu itu saya sampai kehilangan semangat untuk beraktivitas apalagi berkarya. Yang menyembuhkan diri saya adalah curhat pada sahabat dan keluarga, membaca banyak buku pengembangan diri, mengunjungi tempt-tempat baru lalu mulai banyak berkarya. Apa yang membuat saya merasa berarti dan saya cintai, pelan-pelan menghapus rasa sedih itu. Efeknya, orang yang menyakiti sampai mengemis untuk diizinkan memasuki kehidupan saya kembali dan karena otak saya sudah sepenuhnya waras, maka permintaan tersebut saya tolak mentah-mentah. Satu hal yang orang itu katakan adalah.
“Ternyata kamu terlihat jauh lebih bahagia ketika jauh dari saya.”
Langsung saya bertepuktangan di dalam hati. Well, I never decided to take a revenge, I chose to move forward step by step. Ketika bersedih dalam hal apapun seharusnya kita bergerak.
Saat sedih dengan berat badan yang terus naik, harusnya kita mulai berolahraga serta menjaga pola makan. Ketika kita dikhianti kekasih atau perasaan kita dipermainkan orang lain, maka cara terbaik adalah tinggalkan orang brengsek itu. Saat orang-orang di tempat kerja sudah banyak memfitnah dan tidak menghargai etos kerja kita, maka carilah tempat baru dengan atmosfer yang lebih baik. Kuncinya adalah bergerak dan berpindah atau kata lainnya hijrah. Hijrah tak harus selalu berpindah ke tempat jauh. Hijrah adalah sebuah bentuk untuk melepas keburukan dan memperbaiki diri.

Dari sumber bacaan yang saya dapat dan juga pengalaman para pejuang kehidupan tangguh yang saya kenal, hidup bahagia itu tanggung jawab kita. Dan menjadi tangguh itu masalah mental.
1. You may act selfishKalau soal memilih kebahagiaan, kita berhak bersikap egois. Bukan berarti egois di sini adalah menghalalkan segala cara dan mengambil hak orang lain lho. Bersikap selfish di sini maksudnya tahu mana yang baik dan buruk untuk diri. Contohnya, kalau seorang perempuan di-PHP gebetannya yang baru saja kenal, lalu sedih terlalu dalam, itu bukan salah pria sepenuhnya. Manusia itu punya dua karakter di dalam hidupnya yaitu menjadi penguji orang lain serta pemberi kebahagiaan buat orang lain. Kita yang unyu-unyu ini bisa jadi pernah menyakiti hati orang lain meski tapa disadari.
Hanya saja ada orang-orang yang hatinya terlanjur mati karena tak mau menerima nasihat hingga bertindak sengaja terus menyakiti orang-orang di sekitarnya. Kalau sudah begini seharusnya perempuan yang merasa disakiti, tak perlulah meratap berlama-lama. Sedihlah satu sampai dua hari, maksimal seminggu. Mulai asah bakat dan belajar banyak hal baru. Masa diri yang cantik dan berharga ini mau menye-menye hanya untuk laki-laki yang kepribadiannya rendah? Please, know your time to act selfish when someone teases you like a sh*t.
2. Move, Walk, Run“Masalahnya aku belum nemu cinta dan pacar baru, mana bisa aku move on?” Sering dengar keluhan macam begini? Kalau kalimat itu ditelaah dalam-dalam, kesannya yang saya dapat ialah kebahagiaan itu ditentukan dari kita memiliki pasangan baru atau tidak. Padahal meskipun punya kekasih baru namun perasaan masih bertahan pada mantan, masih sering kepo ke media sosialnya, apa tidak kasihan pada kekasih baru yang tidak tahu menahu soal kepahitan hati kita? Lama-lama tindakan kita pun berisiko menyakiti pasangan baru. Lingkaran setan tak akan putus. Ya, tiap orang punya masa berkabungnya sendiri-sendiri. Bahkan di saat sudah menjadi pribadi yang lebih berkilau pun, bisa saja terselip rasa pahit akibat masa lalu yang buruk. Bergeraklah, carilah orang-orang dan kawan baru yang mendorong kita berani bermimpi. Sama dengan saat kita mengeluh bahwa tubuh ini gendut. Carilah cara agar bisa langsing dengan cara sehat. Bergerak, berjalan lalu berlari sampai kita bisa menertawakan masa lalu tanpa mengorbankan perasaan orang lain.
3. Berpegang pada TuhanTerdengar klise memang, namun inilah bentuk kepercayaan tertinggi tiap kali saya mengalami kesedihan dalam hidup. Saat saya memiliki masalah berat di dalam pekerjaan, saya terus curhat pada Tuhan sampai menemukan ketenangan. Mulailah saya mencari pekerjaan baru. Lucunya setelah sempat menolak untuk bekerja di tempat baru, tenyata Tuhan mengalihkan saya pada tempat itu lagi. Maka berpindahlah saya ke lingkungan baru dan wajah saya yang terlihat kusam akibat stres mulai menunjukkan keceriaannya kembali. Sebelum itu saya memang beberapa kali dipanggil interview di beberapa perusahaan lain namun masih di lingkungan yang sama dengan tempat kerja baru saya.

Seperti ada getaran yang saya rasa,”Kayanya aku bakal kerja di sini deh.” Sama dengan hubungan yang saya gagal di masa lalu. Tuhan sudah memberikan pertanda dan jawaban dari doa saya. Kami memang tidak cocok dan tidak berjodoh makanya Tuhan menunjukkan ketidakjujurannya pada saya lewat mimpi. Terkesan lucu ya? Alhamdulillah, meski bukan kaum religius yang ndakik-ndakik, saya percaya jika Tuhan akan selalu memberikan apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Berpegang pada Tuhan akan selalu menyelamatkan dibanding menggantungkan kebahagiaan pada sesama manusia.
Mental pemenang atau pecundang itu bisa dipilih. Jikalau masih merasa lemah, maka kita wajib berlatih. Train your mental state, choose your own happiness!
Published on March 05, 2018 18:08