Reffi Dhinar's Blog, page 26
September 13, 2018
Review Kelana: Perjalanan Petualang Perempuan Lewat Darat dan Laut
Judul : Kelana, Perjalanan Darat dari Indonesia Sampai ke AfrikaPenulis: Famega Syavira PutriJumlah Halaman: 264 halamanISBN: 978-602-424-8918Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Juli 2018Penerbit: Comma Books (Penerbit KPG)
Perjalanan untuk menantang diri sendiri, inilah yang menjadi fokus utama Famega dalam perjalanannya dari Indonesia hingga Afrika. Untuk perjalanannya kali ini, Famega bertekad untuk tidak menggunakan pesawat sebagai alat transportasinya. Perempuan ini ingin menggunakan jalur darat dan laut saja. Meski memakan waktu lebih lama dan pasti penuh dengan ketidakpastian, Famega ingin berpetulang lebih dekat pada bumi, tanpa harus mempersingkat waktu di udara.
Seperti halnya buku traveling bergaya feature lainnya, Famega menuliskan ciri khas masing-masing daerah, namun yang lebih ditonjolkan dalam bukunya ini adalah bagaimana ia berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Tiap lokasi yang ia kunjungi selalu memiliki cerita berbeda, tergantung dari pengalaman orang yang ia temui tidak sengaja.
Di dalam pertemuan-pertemuan baru itulah Famega mencatat kebaikan-kebaikan orang, meresapinya dalam hati, kadang kala ikut menangis namun akhirnya memunculkan rasa syukur pada hidupnya sendiri.
Berpetualang sendirian dengan hanya satu ransel di punggung sungguh praktis. Famega melakukan hitchiking (menebeng mobil orang) untuk menghemat uang, berpindah dari bus ke angkutan kota, kadangkala naik kereta. Ia juga menginap di hostel murah dan mengandalkan aplikasi Couchsurfing agar bisa menginap di sesama anggotanya tanpa harus membayar sewa.
Ketika Famega di MongoliaFamega juga memberikan tips bepergian bagi perempuan. Misalnya kita harus melihat referensi kawan Couchsourfing itu apakah baik atau tidak, sebaiknya pilih yang sesama perempuan atau keluarga lengkap, hindari laki-laki lajang yang menuliskan keinginan untuk memberi penginapan bagi wanita lajang saja. Selalu waspada di tiap negara manapun dan jangan mudah memberitahukan alamat hotel atau tempat menginap pada orang asing.
Di salah satu bab bahkan saya ikut terharu dan bersedih. Famega bertemu seorang cucu korban Holocaust di kota Krakow. Karena ia tidak pernah membuat daftar tempat yang ingin dikunjungi, Famega menyetujui ajakan Paul Hoffman untuk mengunjungi Krakow, di Polandia. Paul bercerita jika kakek dan neneknya adalah kaum menengah atas yang cukup disegani dahulu. Saat Nazi mulai mencari kaum Yahudi, ayah dan kakek neneknya menyamar menjadi kaum non-Yahudi. Sayangnya penyamaran mereka gagal dan ayah Paul pun kabur di usia anak-anak.
“Jurek bersembunyi di hutan dan jalanan, berusaha bertahan hidup dengan memakan apa saja yang bisa dimakan. Kadang-kadang dia ditemukan oleh keluarga petani dan ikut tinggal bersama mereka, tapi dia sulit mempercayai orang lain.” (Halaman 180)
Jurek, ayah Paul akhirnya sampai di Inggris dan bertemu gadis yang akhirnya menjadi ibu Paul. Paul selalu mengunjungi Krakow demi mengenang leluhur yang tidak pernah ia temui. Hal itu untuk membuktikan jika ayah dan dirinya masih hidup sehat dan perdamaian selalu memenangkan peperangan. Sebuah potret kemanusiaan yang menyentuh hati Famega dan saya sebagai pembaca.
Buku ini merupakan monumen pencapaian Famega yang sempat tidak percaya diri untuk melakukan solo traveling. Perlahan kakinya melangkah untuk menempuh perjalanan yang tidak ia ketahui akan memberikan apa di masa berikutnya. Tetapi Famega membuktikan jika dirinya mampu dan bertemu dengan banyak kebaikan dari orang-orang yang baru ia temui di perjalanan.
Published on September 13, 2018 13:00
September 12, 2018
4 Tips Ampuh Manajemen Waktu Menulis
Kehabisan waktu, itulah yang sering menjadi alasan saya dan mungkin juga Anda untuk mau menulis. Pekerjaan utama dan kesibukan lain yang mungkin membutuhkan fokus lebih banyak kadang menguras energi dan waktu.
Apa yang saya rasakan saat sedang jarang menulis? Tentu saja gelisah, perasaan sebal tanpa sebab dan juga sedikit stres. Tiap hari saya terbiasa menulis minimal dua halaman microsoft word. Kalau memang sedang sibuk, biasanya saya menyicil satu tulisan pendek untuk dikembangkan di sela istirahat kerja. Ditambah lagi jika sedang penuh deadline lomba, bisa dibilang stresnya makin bertambah.
Mungkin sebagian dari teman-teman penulis yang juga memiliki pekerjaan utama di kantor atau mengurusi bisnisnya sendiri bertanya-tanya, bagaimana sih cara mengatur waktu yang tepat untuk menulis?
1. Ukur Kemampuan DiriPertama, Anda harus mengetahui kemampuan diri sebelum membuat time schedule. Anda bisa mencobanya dengan menghitung kecepatan menulis dengan penghitung waktu atau stopwatch. Hitung seberapa lama bisa benar-benar fokus menulis. Misalnya Anda benar-benar bisa fokus selama lima belas menit, hitung jumlah kata yang bisa ditulis atau ketik dalam jangka waktu tersebut. (Baca Juga: Travel Writing Ala Trinity The Naked Traveler)
source: https://unsplash.com/photos/8K-yogT4nR02. Jauhkan Diri Dari GangguanJauhkan diri dari gangguan berupa telepon, SMS, media sosial selama lima belas menit produktif Anda. Ini menulis bebas tanpa edit loh. Anda baru boleh mengedit kalau tulisan utuhnya sudah benar-benar selesai. Jika ukuran yang pas sudah ditemukan, jadikan sebagai patokan waktu wajib menulis Anda tiap harinya. Lalu tingkatkan target jumlah kata sekaligus waktu sesuai dengan kebutuhan.
3. Membuat Challenge Mingguan hingga BulananTiap minggu selalu bertebaran lomba serta event menulis di facebook dan juga media sosial lainnya. Temukan satu challenge dengan deadline yang pas untuk kesibukan Anda. Misalnya kalau saya, tiap bulan selalu mencari challenge berupa penulisan naskah solo yang berhadiah terbit gratis atau event menulis yang temanya sesuai dengan genre favorit. Saya lihat ketentuan lombanya serta deadlinenya, kemudian saya susun jadwal menulis tiap hari atau full menulis di akhir pekan ketika sedang libur. Tantanglah diri dengan satu atau beberapa challenge yang membuat anda terpacu untuk menulis. (Baca Juga: Cerita Movie Blogger, Elbert Reyner)
4. Membuat Idea Bucket ListKumpulan ide seringkali terlintas tanpa sengaja di kepala. Anda bisa mencatat secuplik ide dari padatnya lalu lintas, keramaian mal, atau mungkin memasukkan karakter fiksi dari tokoh nyata klien anda. Saya biasa membuat idea bucket list atau kumpulan ide singkat yang bisa dikembangkan menjadi satu tulisan utuh. Jangan sampai ide unik dan bagus menguap tanpa Anda catat.
Menulis adalah sebuah kemampuan yang tak hanya ditentukan lewat bakat. Asah terus minat dan passion Anda dan nikmati prosesnya.
Published on September 12, 2018 13:00
September 5, 2018
Stop 4 Hal Penghancur Keharmonisan Keluarga Ini!
Keluarga adalah permata. Siapa sih,yang tidak ingin hubungan dalam keluarganya tetap hangat dan stabil? Di tengah kesibukan kerja yang semakin mendera, kadang tanpa sadar kita menjauhkan diri dari pasangan atau anak-anak. Tumpukan deadline tugas kantor dantanggung jawab yang luar biasa banyak, hanya menambah kelelahan dan akhirnya keluargalah yang menjadi korban. Tapi tahukah Anda, jika ada hal-hal lain di luar kesibukan kerja yang juga bisa menjadi penghancur keharmonisan keluarga?
Bercermin dari orang tua saya yang memiliki karakter bertolakbelakang dan sering berbeda pendapat, namun masih memiliki hubungan yang hangat seperti sahabat, maka poin-poinnya bisa dijabarkan seperti di bawah ini.
1. Tak Ada Kehangatan dengan Pasangan
Salah satu penghancur keharmonisan keluarga ini disebut sebagai pemicu krusial konflik muncul. Keturunan menjadi bagian penting dalam pernikahan. Setelah anak-anak lahir, kita akan melakukan banyak hal agar kebutuhan mereka tercukupi. Namun, apakah Anda juga sudah menyeimbangkan perhatian dengan pasangan? Hubungan ayah dan ibu yang dingin merupakan contoh negatif bagi buah hati, terutama mereka yang sudah menginjak remaja. Maka, penting untuk menunjukkan perhatikan pada suami di depan anak-anak.. Kestabilan hubungan suami istri menjadi dasar sehatnya relasi dalam keluarga. Ibu saya selalu mencium pipi ayah sebelum ayah bekerja, dan kami sebagai anak-anaknya sudah terbiasa dengan afeksi hangat seperti itu. Malah terkadang Ayah menggoda Ibu dengan kejutan ala anak kecil yang membuat kami tertawa.
2. Lupa Meminta Maaf
Pernah tidak Anda lepas kontrol sampai berteriak kasar pada anak-anak? Walau beberapa saat kemudian menyesal, kadangkala kita lupa untuk meminta maaf pada mereka. Anak-anak adalah kertas putih yang menunggu untuk diisi, dan tugas orang tua untuk menuliskan hal-hal baik di kepala dan jiwa mereka. Buang rasa gengsi, dan ajarkan pada anak-anak bahwa siapapun yang merasa telah melakukan kesalahan tidak boleh malu untuk meminta maaf terlebih dahulu.
3. Komunikasi yang Buruk
Berapa kali Anda benar-benar berkomunikasi secara intens dengan suami dan buah hati? Bagi ibu pekerja, komunikasi adalah hal yang krusial dalam kehidupan rumah tangga. Luangkan waktu untuk bisa saling menyapa, menanyakan agenda, atau mendengarkan keluhan masing-masing. Ingat! Komunikasi yang buruk dapat merenggangkan keharmonisan keluarga. Meski Ibu tidak bekerja pun, beliau selalu rutin menanyakan kabar Ayah hari ini dan menceritakan aktivitasnya sendiri. Orang tua saya juga membiasakan saya dan adik untuk mengabari ketika hendak kemanapun.
4. Membandingkan dengan Orang Lain
Dengan banyaknya media sosial seperti Facebook dan Instagram yang memaparkan kehidupan serba menyenangkan orang lain, tanpa sadar kita akan terpaku dan mulai membandingkan dengan diri sendiri. Melihat anak artis A yang jago main musik klasik, kita jadi kepincut lalu mulai memaksa anak yang hobinya melukis untuk belajar main piano, misalnya. Atau contoh kasus lainnya, ketika melihat suami artis B yang rajin mengajak keluarga kecilnya liburan ke luar negeri, lalu Anda mulai merengek ke suami untuk diajak liburan ke luar negeri juga. Padahal kondisi keuangan belum memungkinkan, cicilan masih banyak namun Anda terus menuntut, lama-kelamaan anggota keluarga pasti akan jengah. Ibu selalu membagi anggaran untuk pos pendidikan, kebutuhan pangan, listrik, dan pos darurat. Jika ingin berlibur, kami pergi ke kota terdekat dengan membawa bekal. Yang terpenting adalah momen bersama tanpa perlu ke tempat yang mahal.
Saya dan adik dibiarkan tumbuh sesuai dengan bakat dan minat kami. Saya yang tertarik dengan bahasa asing dan menulis, diizinkan mengambil kuliah Sastra Jepang dan aktif menulis hingga sekarang bisa menerbitkan beberapa buku. Adik yang berganti-ganti hobi dari olahraga dan musik, juga difasilitasi dengan alat musik yang ia suka seperti gitar. Orang tua berusaha mendukung hobi tetapi tetap mengawasi pendidikan formal kami dan lingkungan pergaulan.
Itulah hal-hal yang berpotensi merusak hubungan dalam keluarga dan bagaimana cara kedua orang tua saya untuk meminimalisir faktor risiko tersebut Jangan sampai karena ego dan prideyang terlalu tinggi,malah mengganggu stabilitas hubungan, ya. Be wise and love your family wholeheartedly!
Published on September 05, 2018 20:19
August 20, 2018
Loka Media, Dari Sejarah Berdirinya Hingga Masa Depan Penulis Blog
Penulis adalah profesi keren. Akhir-akhir ini banyak orang termasuk generasi muda yang melirik profesi penulis. Workshop kepenulisan banyak menjaring peminat dan buku teknik menulis juga diburu. Semuanya demi meningkatkan kemampuan tulis-menulis. Sosok terkenal seperti Dee Lestari, Tere Liye, Asma Nadia dan nama-nama lain memiliki basis penggemar yang cukup besar. Menulis kini tak lagi dianggap sebagai kegiatan cupu tanpa manfaat.
Namun setelah menekuni kegiatan kepenulisan, tidak semua berhasil seperti yang dibayangkan. Menerbitkan satu buku di penerbit mayor (yang bukunya dijual di toko buku seperti Gramedia), membutuhkan antrean yang sangat panjang. Tak jarang naskah penulis akan ditolak begitu saja. Mengirimkan tulisan ke media massa pun butuh kesabaran dan mental karena persaingannya sangat ketat.
Menyikapi hal tersebut, maka muncullah penerbit indie. Penerbit indie akan menerbitkan karya apa pun dari penulis, tetapi penulis hanya butuh membayar sesuai paket penerbitan yang diminati. Namun ini semuanya berbeda dengan Loka Media. Loka Media adalah penerbit indie yang menggunakan sistem seleksi dalam menjaring naskah. Unik bukan? Dalam kesempatan kali ini, kita akan banyak mengungkap soal perjalanan Loka Media yang mencapai banyak prestasi sejak didirikan tahun 2016 lalu langsung dari founder-nya Devi Cahyani Eka Putri atau biasa dipanggil Devi.
Latar Belakang Berdirinya Loka Media“Mulanya, mungkin karena kesal pada salah satu penerbit indie yang sudah mengecewakan saya. Juga semakin kesal ketika ada yang komentar naskah yang diterbitkan di indie tidak berkualitas. Akhirnya, dengan amarah yang sudah semakin besar, saya nekat membuka penerbitan.” Tulis Devi melalui Wattpad Loka Media.
Latar belakang keluarga Devi yang memang menjadi entrepeneur, turut mendorongnya untuk membuka bisnis sendiri. Sempat bimbang dengan pilihan usaha yang ingin dijalankan, dan setelah berdiskusi dengan beberapa rekan yang juga berkecimpung di dunia penerbitan indie, Devi mulai mendirikan penerbitannya sendiri. Jadinya Loka Media berdiri pada 17 Februari 2016.
Suka Duka Menjalankan Loka MediaDevi sempat kelimpungan dalam mencari tim yang akan diajak bekerja sama membesarkan Loka Media. Dalam sebuah penerbitan tentu saja dibutuhkan editor, layouter, desainer kover yang pasti tidak bisa dikerjakan jika hanya mengandalkan satu orang. Tak lama kemudian, ia menemukan beberapa partner yang sejalan dengan visinya untuk menjadi satu tim.
Masalah pertama adalah dari branding. Waktu itu Loka Media memberikan paket penerbitan yang murah, namun ada saja cibiran yang menilai jika kualitas penerbitan Loka Media pastilah buruk. Meski ada cibiran seperti itu, Devi bersama tim tetap percaya dengan penerbitan indie yang baru ia bangun. Bahkan penulis pertamanya yang menerbitkan buku di Loka Media ternyata tertarik untuk menerbitkan karena logo Loka Media yang dianggap keren. Untuk desain kover bisa dibilang Loka Media punya kekuatan yang unik dan pastinya sangat memanjakan mata.
Devi saat diundang di Berita SatuMasalah berikutnya adalah pada penerbitan ISBN sebagai pendaftaran buku terbit di Perpusnas. Karena waktu awal berdiri Loka Media masih tergabung di penerbit indie lain, waktunya cukup lama sampai ISBN bisa keluar. Devi juga mulanya merasa pusing dengan naskah masuk yang luar biasa kacau. Tetapi dengan semangat untuk membantu penulis yang tertolak atau kesulitan menerbitkan buku di penerbit mayor agar bisa memiliki buku, tim Loka Media berusaha membantu agar penulis merevisi naskahnya sesuai petunjuk dan menjadi enak dibaca. Cukup banyak suka duka yang dialami sampai akhirnya Loka memutuskan untuk lepas dari penerbit indie yang menaunginya dan mengurus akta notaris agar bisa berdiri sendiri.
Kover Loka Media yang Keren, ada buku saya juga Smart Kokila :DPopularitas Loka Media terus meningkat. Devi pernah diundang di sebuah acara televisi Berita Satu untuk menceritakan seluk-beluk bisnisnya. Buku-buku terbitan Loka Media selalu dibanjiri peminat dan bahkan salah satu bukunya ada yang dipinang penerbit mayor. Ini membuktikan jika penerbit indie pun punya kualitas yang tidak kacangan.
Beberapa buku terbitan Loka MediaSeleksi Naskah yang Masuk ke Loka MediaKini Loka Media telah menghapus sistem berbayar dari penerbitannya. Naskah yang masuk akan diseleksi dan jika layak maka akan mendapat kontrak penerbitan. Inilah sebabnya Loka Media juga disebut sebagai penerbit indie rasa mayor. Selain mengadakan seleksi berkala, Loka Media juga berburu naskah dari Wattpad. Tak hanya itu, naskah dari blog jika memang layak dan menjual untuk diterbitkan, maka bisa juga dijadikan sebuah buku. Loka Media tidak menutup diri pada berbagai kategori.
Novel Loka Media yang juga berhasil go mayorKhususnya jika ingin menerbitkan naskah dari blog, Devi menyatakan bahwa selain isinya bagus serta menjual, yang penting adalah penulis mau berusaha menulis sebaik mungkin. Baik itu mulai dari ejaannya yang tidak berantakan, kalimat yang padu dan mudah dipahami serta unsur lainnya. Oleh sebab itu sebelum seorang blogger menerbitkan karyanya, akan lebih baik ia melakukan self editingdan membaca beberapa kali naskahnya. Mau satu genre seperti traveling atau gado-gado, asal naskahnya ditulis dengan baik dan memikat maka kans diterbitkan di Loka Media cukup tinggi.
Loka Media memang bukan penerbit indie biasa. Semangat dari founder dan timnya, membuat Loka Media terus berkembang dari tahun ke tahun. Impian berikutnya adalah menjadikan Loka Media penerbit mayor. Sebuah impian besar yang sedang dirintis oleh penggawa Loka Media.
Published on August 20, 2018 18:48
August 18, 2018
Bedah Buku dan Content Writing Workshop Bareng IDN Times
Menulis itu sulit, kata sebagian orang yang ingin mendulang rezeki dari menulis. Padahal kalau ingin berhasil, kuncinya adalah mau bersabar dan terus berkarya tentunya.
Untuk mendapatkan keuntungan finansial dari menulis memang tidak mudah namun bukan berarti itu mustahil dilakukan. Saya buktikan, saat menjadi content writer sebuah website, biaya skripsi bisa sangat terbantu. Meski belum sepenuhnya bekerja dari menulis, namun untuk traveling ke luar kota juga bisa saya hasilkan dari blog dan content writing.
Sekarang malah banyak bermunculan website yang membayar penulisnya, salah satunya IDN Times. Dan di tanggal 25 Agustus, IDN Times berkolaborasi dengan FAM Surabaya untuk menyelenggarakan bedah buku serta workshop content writing langsung dari kontributor IDN Times. Gratis dan kamu dapat snack juga lhoo. Pendaftaran hubungi aja narahubung di banner yaa
Untuk mendapatkan keuntungan finansial dari menulis memang tidak mudah namun bukan berarti itu mustahil dilakukan. Saya buktikan, saat menjadi content writer sebuah website, biaya skripsi bisa sangat terbantu. Meski belum sepenuhnya bekerja dari menulis, namun untuk traveling ke luar kota juga bisa saya hasilkan dari blog dan content writing.
Sekarang malah banyak bermunculan website yang membayar penulisnya, salah satunya IDN Times. Dan di tanggal 25 Agustus, IDN Times berkolaborasi dengan FAM Surabaya untuk menyelenggarakan bedah buku serta workshop content writing langsung dari kontributor IDN Times. Gratis dan kamu dapat snack juga lhoo. Pendaftaran hubungi aja narahubung di banner yaa
Published on August 18, 2018 17:50
August 14, 2018
One Week One Book, Gerakan Literasi yang Digandrungi Anak Muda
Logo Gerakan One Week OneBookMembaca adalah jendela dunia. Peribahasa itu sudah melekat di benak kita mungkin sejak masih kanak-kanak, tetapi buktinya lebih banyak yang memilih untuk menghabiskan waktu dengan asyik di media sosial sembari menepiskan aktivitas membaca. Sudah banyak diketahui jika Indonesia adalah negara yang minat bacanya tak setinggi negara maju lain contohnya Jepang. Di Jepang, kita akan mudah menemukan orang-orang yang berdiri atau duduk di angkutan umum sambil membaca buku.
Lintang, founder komunitasMelihat dari minimnya aktivitas membaca itulah, Lintang Indra Listika, seorang penggemar buku asal Sidoarjo ini nekat mendirikan komunitas online Gerakan One Week One Book. Komunitas online yang lahir pada 4 Januari 2018 ini kini sudah menjadi sebuah tren baru di kalangan para kutu buku.
Sebuah Gerakan yang Terbentuk Karena Rasa Miris
Lintang memiliki komitmen untuk setidaknya bisa membaca habis satu buku dalam satu minggu. Merasakan manfaat dari membaca buku dan ingin mencari kawan-kawan yang serupa, ia pun mencari komunitas online yang senada dengan semangat membacanya. Kita tahu jika sudah bertebaran komunitas menulis, fotografi atau handicraft di media sosial yang tentunya terus mendorong anggotanya untuk berkarya, namun Lintang belum menemukan komunitas online yang mengajak komunitasnya untuk rajin membaca.
Dari temuan itulah, Lintang memutuskan untuk mendirikan komunitas Gerakan One Week One Book di Instagram. Berangkat dari rasa miris dengan fenomena lingkungan juga membuat Lintang bersemangat untuk menyebarkan virus membacanya. Ia ingin banyak orang yang lebih banyak menyisihkan waktu untuk membaca daripada berselancar di media sosial atau menonton acara TV yang tidak bermutu.
Tantangan Komunitas dan Proses Pengenalannya Meskipun tujuannya positif, tenyata Gerakan One Week One book juga menuai pro dan kontra.“Respon awal kehadiran komunitas ini 80% pro 20% kontra. Saya sangat bersyukur banyak teman-teman yang tertarik bergabung menjadi anggota kami, bahkan ikut mempromosikan komunitas ini secara sukarela, ikut memberikan sumbangsih secara tidak terduga.” Kata Lintang.
Pihak yang kontra dengan komunitas membaca ini tak selalu memberikan kritik yang halus, ada juga yang mengkritik dengan kalimat nyinyir yang cukup menyinggung. Mungkin karena berbasis virtual, ada yang beranggapan jika Gerakan One Week One Book adalah komunitas yang berjalan dengan main-main.
“Padahal meskipun virtual, saya dan para admin berusaha keras membuat para anggota merasa secara nyata kehadiran komunitas ini.” Imbuh Lintang lagi.
Proses pendaftaran anggota baru dilakukan dengan memposting ulang banner komunitas di akun Instagram dan wajib menyetor review singkat buku yang dibaca minimal satu buku dalam seminggu. Admin akan mencatat dan memberikan nomor keanggotaan untuk para member komunitas.
Komunitas ini memang diperkenalkan lewat Instagram mengingat banyak generasi muda yang kini tertarik untuk menjadikan Instagram sebagai media kreatif mereka. Sudah banyak terlahir bookstagramer, istilah untuk pereview buku di Instagram dengan mengkreasikan foto bukunya seapik dan seunik mungkin. Review yang ditulis juga bebas, bisa saja kutipan paling menarik dalam buku atau hal berkesan yang didapat usai membaca. Tidak ada patokan pakem khusus dalam membuat review.
Event One Week One Book dengan IDN Times Community
Kegiatan Selain Membaca Buku Sekali SemingguHebatnya lagi, komunitas ini sudah memiliki peserta yang cukup besar apalagi sudah ada lima orang admin di beberapa kota yang bertugas untuk menghandle antara lain di wilayah Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Sidoarjo dan Malang.
“Admin komunitas ini hanya ada 5 orang. Saya sendiri, Ajoy, Dini, Reni, dan Jihan. Kunci utama solidnya admin bagi saya pribadi ialah rasa saling memiliki, kepercayaan, kekeluargaan, komunikasi dan saling pengertian,” ujar Lintang.
Selain review buku di Instagram, komunitas juga memiliki agenda lainnya yaitu One Day One Post (ODOP), Bincang Literasi, Bincang Buku, Giveaway Buku, Consistent Reader Challenge, The Best Photo Challenge dan Kelas Moco Bareng. Ada grup WA khusus untuk melakukan aktivitas tersebut. Anggotanya sangat antusias dengan kegiatan Gerakan One Week One Book karena mereka memiliki wadah khusus bagi sesama pembaca dan bisa berdiskusi dengan para penulis yang baru saja menerbitkan karya.
Perkembangan Literasi di Tengah Generasi MudaSebagai pendiri Gerakan One Week One Book, Lintang optimis dengan naiknya minat baca dan perkembangan literasi di tengah generasi muda. Sudah banyak bermunculan program yang terkait dengan literasi di Indonesia seperti aplikasi buku digital gratis semacam Ipusnas dan Ijakarta. Kita tidak perlu membeli buku, cukup meminjam dalam batas waktu tertentu di dua aplikasi tersebut dan dapat memperpanjang masa pinjaman jika diinginkan. Di sekolah juga mulai diterapkan gerakan literasi membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
Membaca kini bukan lagi menjadi kegiatan membosankan yang dianggap cupu. Dengan inovasi dan teknologi yang membantu kita untuk membaca, maka ini bisa menjadi lifestyle yang keren. Buat kalian, baik muda atau tua, mari membaca agar pikiran lebih terbuka serta waktu tidak terbuang sia-sia untuk aktivitas kurang bermanfaat. Let’s read like a breath!
Published on August 14, 2018 20:01
August 8, 2018
Ingin Move On? Hadapilah Kenyataan!!
Di beberapa kesempatan bertemu sahabat dan kenalan, mereka sering bertanya apa resep saya selalu terlihat bahagia dan passionate. Ditambah lagi saya adalah orang yang sering jadi sasaran tempat curhat. Padahal ada masa di mana saya juga pernah down sampai makan saja malas, salah satunya patah hati atau ada masalah di tempat kerja.
Namun life must go on, hidup harus jalan terus. Untungnya orang tua menanamkan prinsip untuk berani bertanggungjawab atas apapun pilihan hidup dan berani menerima kesalahan. Sayangnya, tidak semua beruntung menerima pembelajaran bagaimana mengakui kesalahan yang telah dilakukan.
Betapa banyak yang di luar berkoar-koar jika dirinya kuat, tetapi jauh di dalam hati hancur berantakan. Bahkan jika ada yang membahas soal penyebab sakit hatinya, berpura-pura itu tidak masalah. Atau malah sebaliknya, ada yang sudah tahu jika keputusan yang diambil berdampak tidak baik buat diri, hanya saja bersikap naif dengan pikiran kita akan mampu mengubah yang buruk menjadi baik. Bodoh dan tabah tipis sekali perbedaannya.
Dari beragam pengalaman kawan yang mau berbagi kepada saya dan menyaring apa yang pernah terjadi di dalam hidup saya, ada beberapa hal yang seharusnya ditanam dalam pikiran supaya kita tak menjadi Pasukan Gagal Move On.
1. You Are Not Superhero! Be Smart!Pernah dengar komentar begini dari seseorang yang sedang kasmaran sampai buta mata hatinya?
“Dia itu mungkin sering bohong, tapi aku pasti bisa ngubah kebiasaannya.”
“Kalau aku sabar, pasti hobinya buat ngomong kasar bakal hilang.”
Atau di bidang pekerjaan seperti ini.
“Mungkin bosku ini melatihku supaya aku jadi tangguh.” (Padahal tidak ada penghargaan baik secara finansial dan moral, si bos hobi memaki tanpa mengajari)
Manusia itu diciptakan cerdas kok. Dan memang tiap kali kita menerima kesulitan, tidak boleh langsung berpindah haluan atau menyerah. Tetapi jika sebuah keadaan yang berusaha kita perbaiki itu membuat kualitas hidup terus menurun, maka sudah seharusnya kita berhenti. Mencoba beberapa kali itu harus, namun kalau berisiko melemahkan semakin parah maka angkat kaki dan katakan selamat tinggal. Kamu bukan superhero!
Kalau hubungan cintamu lebih banyak membuatmu menangis berember-ember, putuskan hubungan. Jika orang yang kamu percaya, tega berbohong ratusan kali, maka putuskan untuk tidak percaya lagi. Jika seseorang sering tidak menghargaimu, putuskan untuk berhenti akrab dengannya.
Tiap orang memang berhak dengan kesempatan kedua, tetapi tidak untuk kesempatan keempat hingga kelima. Kesalahan yang dilakukan berulang kali itu bukan khilaf, melainkan watak. Jangan repot-repot berusaha mengubah, waktu kita lebih berguna untuk menjalin hubungan baru yang lebih suportif.
2. Jujur Menerima Konsekuensi Keputusan yang Kita AmbilPernah salah mempercayai orang atau gagal di sebuah hal yang kita tekuni itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Kita tidak bisa memprediksi situasi dan kondisi yang akan terjadi di masa depan, yang bisa kita kendalikan adalah bagaimana respon dalam menghadapinya. Bersikap baik memang tidak boleh pilih-pilih, tetapi kalau apa yang kita pilih rupanya salah, jangan malu mengakui. Jujur pada diri sendiri itu yang paling penting. Kalau sudah tahu bahwa keputusan itu keliru, maka segera berhenti melanjutkan dan berpindah ke langkah baru.
3. Tidak Berusaha Melupakan, Jangan Hanya Menikmati DiamSemakin berusaha melupakan, maka pasti akan sulit move on. Terus menyimpan dendam, maka hidup akan semakin tidak tenang. Memaafkan tanpa memberi kesempatan kedua kali itu hak kita. Tidak membenci itu pilihan utama, lalu terus upgrade diri agar menjadi pribadi yang selangkah lebih maju.
Carilah bidang baru yang bisa kita pelajari, buatlah target impian yang ingin kita capai dari hal paling sederhana. Datangi tempat baru dan perbanyak kegiatan. Mendekatkan diri pada Tuhan tentu wajib. Kita awalnya mungkin akan berpura-pura kuat, sampai akhirnya menjadi kuat hanya pilihan yang bisa diambil. Meresapi masa lalu yang pahit dengan stalking, malas makan, membenci semua orang hanya akan meredupkan aura diri. Menangislah hari ini, lalu besok berjalanlah dengan gagah.
Apakah sudah tahu pilihan mana yang ingin kamu ambil agar menjadi lebih tangguh? Tentukan sekarang, jadilah pejuang bukannya pecundang!
Published on August 08, 2018 01:20
July 30, 2018
Flash Fiction Competition Blog Kata Reffi
Hai teman-teman penulis kece, sudahkah kamu menulis hari ini? Akhirnya seperti yang saya tulis di status FB minggu lalu, the day comes. Waktunya pengumuman info lomba flash fiction!!!!!
Kompetisi ini adalah sebagai salah satu bentuk syukuran saya yang baru saja menerbitkan buku tunggal ketujuh yang berjudul Mr Secret and Miss Cuek di Storyclub. Novel ini bisa terbit setelah menjadi salah satu naskah terpilih Event Novel Romance Storyclub. Nah, salah satu hadiah yang saya dapat adalah dua voucher penerbitan gratis di Storyclub. Saya akan menggunakan voucher itu satu, dan satunya lagi ingin saya bagi buat teman-teman.
yuhuu,novel saya terbaru :DNah berhubung hanya ada satu voucher, tentu nggak afdol dong kalau saya kasih ke orang tertentu. Kesannya nanti pilih kasih, hehehe. Maka saya buat challenge ini supaya banyak teman yang bisa bergabung. Hadiahnya apaa?
1 Pemenang Utama akan mendapatkan- Voucher penerbitan novel romance minimal 100 halaman (wajib genre romance, boleh saja kamu gabung dengan genre lain asal unsur romance masih kental). Voucher ini valid sampai 31 Desember 2018 di Penerbit Storyclub.- Paket buku koleksi pribadiku
1 Pemenang KeduaPulsa sebesar Rp50.000
Cara kompetisinya bagaimana?Like Fanpage Blog Kata Reffi & Moviereffi, klik di siniLike Fanpage Storyclub, klik di siniBuat flash fiction berdasarkan prompt gambar yang tertera di sini. Kamu bebas membuat genre apa saja, pokoknya ada unsur kalimat di dalam gambar ini di dalam tulisan kamu dan beri underline atau dibuat bold (tebal) ya supaya saya bisa mudah menemukan.
Jumlah kata 300-500 kata. Hanya boleh mengirimkan satu cerita saja.Wajib ditulis di dalam blog platform wordpress dan blogspot. Jangan memakai selain kedua platform itu.Di akhir tulisan, sertakan kalimat ini “Tulisan ini diikutsertakan dalam Flash Fiction Competition Blog Kata Reffi”Jika sudah selesai, laporkan linknya di kolom komentar postingan fanpage Blog Kata Reffi yang akan dibuatkan khusus. Bukan di halaman blog wordholic.com ya.Format laporan link adalah
Nama:Judul:Link:
Yang tidak memenuhi step-step di atas akan langsung didiskualifikasi. Waktu penulisan dari 31 Juli sampai dengan 20 Agustus 2018 jam 23.59 WIB Pengumuman pemenang 30 Agustus 2018.
Kalau ada yang tanya:
1. Misal voucher nggak dipakai sampai hangus gimana? Ya itu sudah hak kalian, jadi kalau tidak dimanfaatkan bukan saya yang rugi, hehe
2. Menulis novel itu susah kakaak!Nanti kan ada waktu dari akhir Agustus sampai Desember niih, menulis minimal 100 halaman saja masa tak sangguup? Katanya mau jadi penulis, eh.
3. Kak, aku belum sanggup nulis novel, boleh nggak ikut tantangan ini?Bebas. Kan namanya penulis itu harus menjajal kemampuannya dong. Menang kalah urusan belakang, yang penting nuliss.
4. Kak, aku nggak punya blog.Bikin dong. Udah banyak tutorial cara bikin blog wordpress dan blogspot. Saya nggak minta website aneh-aneh. Penulis harus mau belajar untuk upgrade dirinya.
Yuk buruan nulis ya teman-temaaan!!!
Published on July 30, 2018 18:22
July 29, 2018
Interpreter Journey 1: Rasa Ingin Tahu Adalah Kunci!
Sekitar dua minggu lalu saya membuka poling di fanpage Blog Kata Reffi & Moviereffi tentang pembahasan apa yang pengin diketahui pembaca. Dan yah, tips menjadi interpreter menempati ranking teratas poling. Jadi saya akan membuat tulisan berseri dalam kategori tips dan akan selalu saya awali di judul dengan ‘Interpreter Journey’.
(Baca Juga: My Interpreter Journey Sharing)
Mengapa memilih judul seperti itu? Karena ini murni pengalaman saya yang masih balita di dunia interpreting, sekitar 5 tahun pasca menjadi sarjana di jurusan Sastra Jepang Universitas Dr Soetomo Surabaya.
Okey, I start it with the first skill that you should have to be the good interpreter, it is HIGH CURIOSITY.
Rasa ingin tahu menjadi dasar utama. Sebenarnya tak hanya menjadi interpreter juga sih, tetapi baik translasi atau menerjemahkan naskah dan pekerjaan lain juga butuh rasa ingin tahu. Namun, karena koridor pembahasan saya soal interpreting, dari postingan part pertama ini fokuskan pandanganya ya.
Sebenarnya, menjadi interpreter atau translator di dunia industri bukanlah cita-cita utama saya. Saya ingin menjadi news anchor, jurnalis hingga menjadi duta besar. Benang merahnya, sama-sama ingin menggunakan kemampuan berbahasa asing dan mencari kesempatan lebih luas lagi. Namun, ketika saya gagal SNMPTN untuk masuk jurusan Hubungan Internasional, pikiran saya langsung menjurus untuk belajar bahasa asing satu lagi selain Inggris. Bahasa Inggris sudah cukup bisa saya kuasai. Untuk berkomunikasi pun tak buruk-buruk amat.
Kalau kamu mau membuat kesempatan lebih luas, ya kuasailah satu bahasa asing lain selain bahasa Inggris. Terutama bahasa asing yang banyak digunakan di Indonesia seperti mandarin dan Jepang. Misalnya kamu memilih satu bahasa asing saja juga tidak masalah. Fokus sampai jadi ahlinya.
Kenapa saya akhirnya pilih Jepang?
Simple, karena saya terpapar kamus Jepang sejak usia sekolah dasar. Sounds funny, right? Papa pernah iseng membeli satu kamus percakapan kecil bahasa Jepang-Indonesia lalu buku itu terlupakan. Saya buka, eh kok aneh? Saya bisa baca ejaan latinnya, tapi terkesan aneh. Lalu tiap selesai menonton film kartun macam Inuyasha, lagunya berbahasa Jepang dengan tulisan tak bisa saya baca. Ini membuat sebal karena saya ingin tahu artinya.
Buku ini saya beli ketika sama sekali ga hapal kanjiDan ternyata setelah belajar lebih dalam di bangku kuliah serta menjalani dunia interpreter, rasa ingin tahu bisa menjadi modal awal yang sangat penting.
Curiosity Membuatmu Jadi Tabah
Belajar bahasa yang non-latin macam Jepang itu bukan hal mudah. Kalau motivasi kamu setengah-setengah, pasti dijamin akan putus asa di tengah-tengah. Mau lancar ngomong aja pasti bisa, tetapi kalau kamu mau menjadi interpreter jelas harus banyak membaca. Mulai dari membaca materi di luar buku kuliah dan membaca isu populer. Saya biasanya akan membaca artikel terbaru soal Jepang dalam bahasa Indonesia dan berusaha mencari kosakata dalam bahasa Jepang.
Kamu harus ingin tahu soal huruf kanji, kamu harus tahu soal budaya juga. Setidaknya dengan materi yang penuh, kamu nggak akan gagap sewaktu benar-benar terjun di dunia interpreter. Lama-lama kamu akan semakin tabah ketika mendadak mendapat tugas penting saat menerjemahkan. Kalau menghapal kanji dan menambah kosakata saja kamu sudah tabah, apalagi kalau diminta menerjemahkan di sebuah event atau meeting? Ini bisa jadi petualangan menyenangkan.
Rasa Ingin Tahu untuk Meminimalisir Kesalahan
Di awal menjadi interpreter, saya membekali diri dengan ketabahan. Lalu belajar menggali informasi dari beragam sumber. Jangan hanya mengandalkan sumber benda mati seperti buku dan internet, cari sumber hidup yaitu manusia. Misalnya, saya akan tanya ke teknisi lokal bagaimana cara menggunakan sebuah mesin. Saya catat lalu saya coba terjemahkan. Saya cari padanan kata bagian mesin dalam bahasa Jepang. Jadi ketika si orang Jepang bertanya atau minta diterjemahkan ke orang lokal, saya tinggal mengkroscek apakah yang dimaksud ini sudah benar atau tidak. Delivery akan lebih smooth dan kamu bisa menambah nilai plus karena sudah mempersiapkan diri.
Itulah dua hal yang penting dengan adanya curiosity atau rasa ingin tahu. Nah kamu sedang belajar bahasa asing apa nih? Tunggu seri selanjutnya ya
Published on July 29, 2018 10:00
July 23, 2018
Cinta Membuat Elbert Reyner Menjadi Movie Blogger
foto dok. Elbert ReynerFilm adalah hiburan sejuta umat. Sudah menjadi kodrat bagi manusia untuk mencari hiburan berupa tontonan selepas bekerja atau sekadar mengisi waktu luang. Lihat saja perkembangan film di Indonesia dan mancanegara. Dulu tiap kali ada pagelaran layar tancap di kampung-kampung, pasti tidak akan pernah sepi peminat. Film dalam negeri pernah mengalami masa jaya-jayanya di medio 80 sampai 90-an lalu memasuki masa mati suri hingga digebrak kembali dengan film remaja Ada Apa dengan Cinta, Petualangan Sherina dan Jailangkung di awal 2000-an.
Bioskop menjadi salah satu tempat menarik untuk pergi bersama keluarga hingga berkencan dengan orang terkasih. Kini pergi nonton sudah menjadi semacam lifestylekeren semacam ngopi di kafe. Dan semakin banyaknya pecinta film yang tumbuh juga mendorong sebuah hasrat untuk mengabadikannya dalam sebuah tulisan seperti lewat blog. Salah satu movie blogger Indonesia yang terbilang sukses dalam membangun blog filmnya adalah Elbert Reyner. Dan kali ini Elbert akan berbagi apa alasannya membuat blog film dan bagaimana ia mengembangkannya hingga sesukses sekarang.
Menulis Review Film Karena Suka
Menonton film sudah menjadi hobi Elbert. Menariknya lagi tiap selesai menonton sebuah film, ia berhasrat untuk meluapkan opininya tentang film itu dan berdiskusi dengan sesama penyuka film. Blog adalah platform paling awal yang ia kenal. Ia menganggap jika menulis di blognya A Cinephile's Diary, itu sama dengan menulis di buku harian. Mengawali dari hal yang disukai lalu berlanjut untuk ingin mengembangkannya adalah langkah awal yang baik.
Bagaimana Membuat Review yang Baik
“Waktu nulis review, saya selalu memulai dari summary di paragraf pertama. Ini memudahkan saya dan pembaca juga buat kasih introduction tentang film yang akan dibahas sebelum masuk ke topik utama yaitu tentang kualitas filmnya.” Jawab Elbert di dalam email yang dia tuliskan untuk menjawab pertanyaan saya.
Introduction ini sangat penting agar pembaca bisa paham dengan apa isi yang akan dibahas. Elbert mengibaratkan bagian ini sebagai pengenalan tokoh atau karakter di sebuah film. Pembaca yang tidak paham hanya akan mengecek rating tanpa peduli isi reviewnya seperti apa.
Langkah berikutnya adalah membahas terkait plot dan premis sesuai dengan opini Elbert. Apa yang ia sukai dan tidak ia sukai akan dijabarkan di bagian tersebut. Dan di bagian akhir akan dibuat kesimpulan reviewnya dengan memberikan bintang dari skala 1 sampai 5.
foto dok. Elbert ReynerKetertarikan Pembaca Indonesia pada Film Menurut Elbert
Menurut Elbert seiring dengan membaiknya industri perfilman nasional saat ini turut mendorong tingkat kepercayaan penonton pada karya anak negeri. Berbeda halnya di tahun 2011 lalu saat industri film sedang turun drastis serta angka penurunan penonton di bioskop yang semakin lesu. Kasus tingginya pajak film di tahun 2011 sempat membuat film dari beberapa studio besar tidak bisa masuk. Merembet ke anggapan nasionalisme untuk lebih mencintai film nasional daripada asing, malah mendorong masyarakat untuk anti film Indonesia. Syukurnya, permasalahan tersebut makin terurai dan kualitas film nasional turut meningkat.
Prospek Movie Blogger di Masa Depan
Elbert tidak pernah berniat untuk menggantungkan hidupnya dari blog,” Tujuan saya bikin blog itu cuma tiga dan nggak pernah berubah: sebagai media untuk berpendapat, untuk mencari teman sesama pecinta film dan membangun network di dunia film.” Katanya.
foto dok. Elbert ReynerPendapat lain dari peraih penghargaan Indonesia Piala Maya ini adalah agar dalam menulis harus menikmati prosesnya serta jujur. Meski Elbert terkadang menerima kritik atau rasa tidak suka dari seorang film makerkarena reviewnya, ia beranggapan itu adalah bagian dari proses menulisnya secara jujur dan apa adanya. Terbukti, dengan ketulusannya dalam berproses, Elbert meraih pencapaian yang melebihi nilai materi. Mulai dari berkenalan dengan para sineas film, aktor dan aktris sampai prestasi terbarunya menjadi bagian dari produksi film Buffalo Boys yang baru tayang di bioskop sejak 19 Juli 2018 lalu.
Kriteria Movie Blogger yang Baik dan Tools-nya
Elbert biasa menggunakan Pages dari Macbook Pro dan blogger sebagai media review filmnya. Tulislah sesuai gaya kamu, cocok dengan kata hati dan jangan terlalu baper saat membuat ulasan. Tontonlah beragam genre sampai yang film klasik seperti di Netflix agar wawasan kamu lebih berkembang. Ulasan sepanjang 400 sampai 500 kata sudah cukup menarik asal diimbangi dengan pengaturan gambar yang sesuai agar pembaca tidak jenuh. Biasanya Elbert akan menyisipkan gambar setelah satu atau dua paragraf.
Itulah penjelasan Elbert Reyner terkait aktivitas bloggingnya. Kecintaannya pada film telah mendorongnya untuk mau berbagi lewat blog dan mencapai banyak prestasi. So Inspirative!
(Baca Juga: Writing Insight Trinity, The Naked Traveler)
Published on July 23, 2018 23:11


