Reffi Dhinar's Blog, page 15
August 17, 2020
Tips Memilih Kost untuk Mahasiswa Secara Aman
Bulan ini sedang ramai-ramainya para remaja yang baru lulus SMU dan menunggu hasil SBMPTN 2020. Jangan bersedih ya walau tidak lulus di PTN pilihan, masih banyak kampus keren yang bisa kalian masuki. Menjadi mahasiswa adalah kesempatan untuk mulai hidup mandiri seperti tinggal di kost. Tips memilih kost untuk mahasiswa ini akan membantu agar lebih siap dan aman dalam menemukan hunian kost yang nyaman.
Bagi yang belum pernah tinggal di kost, pasti akan ada perasaan takut sekaligus waswas. Apakah kira-kira bisa hidup jauh dari orang tua? Bagaimana nanti kalau teman baru di kost itu kurang baik sifatnya? Kalau tidak jago masak, apakah bisa hidup hemat dengan uang kiriman orang tua? Serta masih banyak lagi pertanyaan yang memicu keresahan.
Jangan cemas. Takut itu wajar karena tinggal di kost pasti akan menjadi pengalaman berharga apalagi bagi kalian yang menjadi mahasiwa rantau. Yuk simak tips memilih kost untuk mahasiswa di bawah ini.
1. Tentukan Budget dan Harga Kost
Sebelum mulai mencari kost, cobalah untuk membicarakan dengan orang tua terkait budget dan harga kost yang dibutuhkan. Misalnya ingin mencari kost murah di Jakarta bagi kalian yang diterima di sana, sesuaikan budget dan tentukan jarak lokasinya dengan kampus.

Kalau budget kos sudah tahu, mulailah perburuannya. Makin dekat jarak kost dengan kampus, pasti harga kost akan makin mahal. Ketika bertanya pada pemilik kost, pastikan juga apakah harga kost ini bentuknya bulanan atau dalam periode tertentu, perlukah deposit, untuk harga listrik apakah terpisah, berapa tambahan harga jika ingin membawa barang elektronik. Soal biaya ini butuh pembicaraan transparan agar mendapat informasi lengkap sejak awal.
2. Cek Fasilitas
Setelah memastikan hunian kost itu aman di kantong, tips memilih kost untuk mahasiswa berikutnya adalah cek fasilitas yang ada. Fasilitas ini juga menentukan harga sewa kost. Untuk kamar yang menggunakan AC pasti lebih mahal dengan kamar yang hanya menggunakan kipas angin.

Ketika sedang meneliti kos, periksa kebersihan air, sirkulasi udara di dalam kos, kebersihan, dan tempat parkir bagi yang memabwa kendaraan. Selain kenyamanan, keamanan ini sangat penting untuk dipertimbangkan. Coba tanya warga sekitar kost apakah kost yang sedang dicek termasuk aman atau pernah bermasalah.
3. Kamar Kost
Kamar adalah tempat di mana kita akan lebih sering menghabiskan waktu mulai dari belajar, tidur, makan, sampai bersantai. Jadi memeriksa kamar adalah kegiatan yang tidak boleh dilewatkan oleh calon penghuni kost. Sesuaikan dengan keinginan, misalnya butuh kamar tunggal tanpa ada teman dengan kamar mandi di dalam? Maukah berbagi kamar mandi bersama teman-teman kost lainnya jika tidak ada yang pribadi di dalam kamar?

Ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pilihannya. Kalau kita termasuk orang yang sensitif kulitnya dan takut pada risiko penggunaan kamar mandi bersama-sama, maka carilah kamar mandi di dalam kamar. Harganya pasti berbeda. Tentu saja kita harus rajin membersihkan kamar mandi sendirian. Positifnya, kalau menggunakan kamar mandi dan kamar kost bersama teman baru, kita akan belajar bersosialisasi sekaligus kompromi. Biasanya anak-anak kost ini akan membuat jadwal piket membersihkan kamar mandi dan bekerjasama menjaga kebersihan lingkungan kost.
4. Gunakan Teknologi
Seiring perkembangan teknologi, kita juga bisa mencari tempat kost lewat website atau di media sosial. Menggunakan teknologi adalah salah satu cara praktis, contohnya jika masuk ke website khusus mencari kost Jakarta Selatan, pengguna dapat pilihan sesuai budget dan fasilitas yang diinginkan.
Inilah beberapa tips memilih kost mahasiswa yang aman dan nyaman. Semoga dengan ini dapat membantu kalian yang sedang tertarik atau butuh informasi tentang pencarian hunian kost.
July 31, 2020
Wisata Ala Jepang di The Onsen Hot Spring Resort

Bulan Juni lalu saya dan keluarga menyempatkan diri untuk bepergian sebentar ke kota Batu, Malang. Tentunya kami telah mengecek bagaimana situasi di Batu dan kondisi di sana karena baru saja masa transisi setelah PSBB. Sudah lama saya ingin menjajal wisata ala Jepang di The Onsen Hot Spring Resort. Dengan mematuhi protokol kesehatan, kami sekeluarga pun berangkat.
Pilih Hari yang Tepat dan Nikmati Suasananya
The Onsen Hot Spring Resort berlokasi di Jalan Raya Arumdalu No. 98, Batu Malang. Sebelum memasuki area utamanya, pengunjung akan dicek suhu tubuh. Spot utama masuk sekitar 200 meter dengan jalan berbukit dan suasana ala Jepang yang mulai terasa dari desain lampu taman. Suasana pun sejuk dan cenderung sunyi, kebetulan juga masih masa transisi PSBB jadi hanya ada belasan mobil yang diparkir. Saya dan keluarga sepakat untuk tidak bepergian di saat semua tempat wisata dibuka untuk menghindari keramaian dan meminimalisir risiko.
Turun dari mobil, saya langsung tertarik dengan suara gemericik air di dekat lapangan parkir. Ada air terjun kecil buatan yang menyambut kami. Lalu saya dan keluarga pergi ke loket untuk membeli tiket masuk. Kita bisa menginap di resort yang tersedia atau hanya sekadar berfoto-foto sambil jalan kaki di area utama.

Harga menginap di resort lumayan menguras kocek. Bentuknya seperti cottage dengan desain ala Jepang. Saat saya mengecek harga inap per malamnya di akun IG @theonsenresortbatu, ada dua pilihan. Pengunjung bisa memilih harga Deluxe Suite Rp1.800.000 atau Executive Suite Rp2.700.000/malam.

Di dalam cottage telah disediakan onsen privat ala Jepang, jadi tamu bisa berendam sambil menikmati suasana. Cottage tersebut didesain untuk menginap bersama keluarga atau sahabat. Terdapat dua kamar dan tiga kamar dengan lantai dari tatami (lantai ala rumah tradisional Jepang yang mirip tikar). Kalau ingin berhemat, ajak beberapa teman untuk patungan dan menginap semalam untuk merasakan sensasinya.
Bagi yang tidak menginap seperti saya dan keluarga, hanya perlu membayar tiket masuk sebesar Rp50.000. Terkesan mahal kelihatannya tetapi tiket ini sistemnya bundling. Untuk tiket masuk sebenarnya hanya sepuluh ribu rupiah dan sisanya adalah voucher restoran Fushimi yang bisa kita gunakan untuk membeli makanan dan minuman. Karena tujuan utama adalah untuk berfoto ria, kami bergegas ke stan penyewaan yukata dan hakama. Nah, saran dari petugas stan, kalau hari libur biasanya yang menyewa harus antri panjang. Beruntung saya datang di hari-hari sepi jadi tak perlu menunggu lama.

Menjadi Gadis Jepang Selama Dua Jam
Lagi-lagi saya beruntung. Semula saat membaca daftar harga penyewaan yukata dan hakama, tertera harga 150 ribu khusus untuk yukata. Mungkin untuk meningkatkan animo pengunjung, harga sewa yukata komplit dengan aksesoris rambut dan pernak-pernik lainnya dibandrol 100 ribu saja. Penyewa juga boleh mengganti alas kaki dengan geta atau sandal cantik yang cocok dipakai ketika mengenakan yukata. Rambut juga ditata manis oleh petugasnya.

Yukata adalah pakaian tradisional Jepang menyerupai kimono namun bahannya lebih tipis dan tidak berlapis-lapis. Biasanya digunakan di musim panas dan pada acara festival. Hakama adalah pakaian untuk laki-laki. Yukata umumnya menggunakan corak cerah dan ceria khas musim panas. Saya dan Mama saja yang menyewa, lalu kami sekeluarga berkeliling mencari spot foto terbaik.


Karena sudah lama tidak memakai yukata—terakhir kali saat masih kuliah—saya harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Biasa memakai celana panjang jelas saja gaya berjalan saya jadi sangat kaku. Meskipun cuaca terik, saya tak merasa kepanasan. Angin yang bertiup cenderung sejuk dan segar. Spot incaran adalah di jembatan kayu dan dekat gerbang ala Jepang yang juga berwarna merah. Yang saya suka selain spot-spot fotonya, desain bangunan yang memang mengusung suasana tradisional Jepang dengan dominan bahan kayu dan bambu, membuat saya merasa seolah sedang berada di perkampungan kuno Jepang.

Puas mengambil foto-foto narsis, Papa mengajak kami untuk makan siang di Fushimi. Wah, masakan Jepangnya bervariasi dan sesuai selera. Untuk harga per menu termasuk agak mahal. Tenang saja, dengan voucher 40 ribu per orang, lumayan juga diskon yang kami dapat karena semua voucher bisa diakumulasikan.



Acara bepergian singkat ini lumayan menyegarkan tubuh dan pikiran selama beberapa bulan di rumah saja. Bagi teman-teman yang telah memasuki new normal dan ingin jalan-jalan singkat atau staycation, cari tahu kondisi kota tujuan. Hindari tempat yang ramai. Wisata ala Jepang di The Onsen Hot Spring Resort sangat cocok untuk teman-teman yang ingin menyicipi sedikit suasana tradisional negeri sakura.
July 22, 2020
Percuma Berlatih Lama Jika Masih Menjadi Pengecut

Sebuah pertanyaan masuk ke kotak pesan saya, ''Bagaimana menumbuhkan keberanian untuk menjadi penulis? Saya takut gagal dan takut karya saya jelek.''
Saya baca berulangkali dan banyak sekali pesan masuk serupa dalam bahasa berbeda. Jawaban saya tetap sama, ''Untuk melawan takut, maka BERANILAH.''
Betapa banyak di antara kita mengatakan keinginan dan impian yang gemanya kuat sekali di dalam pikiran. Bahkan saking kuatnya, impian itu meneror tidur nyenyak kita. Berlatih tekun diam-diam, mengikuti banyak kelas, lalu berkata, ''Kalau aku berlatih sedikit lagi, aku akan menemukan cara untuk berani.''
Lalu kesempatan atau tantangan pun datang. Masalahnya, bukan soal kemampuan, namun nyali yang seujung kuku kelingking kaki. Kecil. Kita menjadi pengecut seketika.
Dulu, saya pernah menjadi anak kecil yang cerewet dan pemberontak jika melakukan suatu hal yang tidak sesuai kehendak,lucunya saya mendadak penakut di depan sosok kostum boneka berjalan. Ya, saya selalu menangis di depan manusia yang memakai kostum kartun atau hewan seperti Donald Bebek atau lainnya.
Sampai suatu hari, ketika TK saya menyelenggarakan darmawisata, saya ingin mendapat buku dari sosok Pluto versi manusia berkostum. Saya merengek meminta Mama mengambilkan. Saya menangis karena ingin buku tetapi takut dengan si boneka hidup. Mama saya menolak mengambilkan.

Katanya, ''Silakan kamu nangis sepuasnya. Kamu nggak akan dapat buku kalau nggak berani ngajak bonekanya salaman. Mama nggak akan mengambilkan.''
Tangisan saya berubah sesak, namun hasrat saya besar. Akhirnya, dengan masih terisak, saya memberanikan diri menyalami si boneka hidup. Buku pun saya dapat. Ternyata mereka tidak jahat. Walau masih agak takut, perasaan saya mulai berubah. Saya merasa berani untuk melawan ketakutan.
Dan dengan senyum lebar, Mama bilang, ''Bagus. Anak pintar! Jadi anak harus berani kalau kamu nggak salah. Jangan cengeng!''
Tanpa sadar saat kita terbiasa menekan impian dan keinginan untuk mencoba suatu hal baru, pikiran negatif akan mulai mengambil alih. Hanya karena pendapat orang, kegagalan orang lain, dan input negatif lainnya, maka kita menutup diri dari kesempatan. Tertawa diam-diam ketika ada kenalan yang gagal namun diam-diam juga iri karena tidak seberani mereka dalam mencoba.
Sadar tidak, jika sikap menertawakan kegagalan kenalan diam-diam dan iri pada keberhasilan orang lain inilah yang membentuk karakter julid?
Padahal kita sendiri yang malas untuk belajar dan bekerja lebih keras atau kita sendiri yang melewatkan kesempatan karena keraguan hati. Terima itu, jangan menyepelekan keberhasilan orang lain.
Toh sejak lahir, hidup kita itu adalah arena perjudian. Ada yang menjadi jago Matematika sementara nilai kita selalu lima meski belajar sampai pantat menempel di kursi. Ada kemungkinan cinta pertama tidak menjadi cinta terakhir. Kita tahu ada menang dan ada gagal, lantas kenapa tidak berani mencoba demi passion atau impian? Kalau toh gagal mencoba itu sama sakitnya dengan putus cinta, kenapa kita berusaha menghindar?
Sama dengan menjadi penulis. Kecintaan pada buku besar, suka berlatih menulis namun kenapa tidak mencoba mulai ikut lomba atau setidaknya mempublikasikan di media sosial?
Mau memilih apa sekarang? Tentukan, selagi napas masih dikandung badan.
(Postingan ini pernah saya tulis di status FB pribadi dan saya unggah di sini dengan sedikit penambahan)
July 21, 2020
Budaya Kerja di Jepang untuk si Workaholic

Workaholic adalah budaya kerja di Jepang yang sulit dilepaskan. Bagi Anda yang bekerja di perusahan Jepang atau bekerjasama dengan rekan dari negara tersebut, pasti mengenal dengan baik bagaimana budaya workaholic itu sudah mendarah daging. Tak hanya soal ketepatan waktu, orang Jepang dikenal tak menyukai kesia-siaan dalam bekerja dan sangat menjunjung tinggi idiom time is money.
Budaya kerja di Jepang itu bisa didapatkan gambarannya di banyak drama Jepang atau film kartun. Seperti dorama Tokyo Love Story yang baru saja selesai tayang di tahun 2020 ini. Di dalam dorama tersebut, kita akan mengetahui bagaimana budaya kerja di Jepang. Selesai kerja akan ada acara makan malam bersama lalu berangkat pagi mengendarai kereta atau bus. Kesibukan menjadi kegiatan sehari-hari.

Selain acara entertaintment, budaya kerja di Jepang bisa dilihat dari kebiasaan lemburnya. Istilah dalam Bahasa Jepang untuk kebiasaan workaholic adalah hatarakibachi. Kata dasar katanya berasal dari kata kerja dan nama binatang, yaitu hataraku dan hachi. Hataraku maknanya bekerja sedangkan hachi berarti lebah.
Lebah disebut sebagai binatang pekerja keras terutama dalam memproduksi nektar hingga menjadi madu dan juga turut andil dalam proses penyerbukan bunga. Hatarakibachi tak hanya menjadi idiom di mulut tetapi juga menjadi lifestylekehidupan modern di Jepang.
Inilah beberapa hal positif dari budaya kerja di Jepang yang selalu diterapkan oleh para pelaku hatarakibachi.
· Disiplin tinggiTidak ada alasan untuk datang terlambat. Tidak seperti di Indonesia di mana pekerjanya masih menolerir alasan datang terlambat seperti jalanan mendadak macet, terhalang banjir, atau ban kempis di tengah jalan, orang Jepang sulit menerimanya dan malah menyebutnya sebagai iiwake (alasan yang dibuat-buat).
Kalau rumah kita jauh dari kantor misalnya, maka hal yang perlu diperhatikan adalah berangkat bisa dua jam sebelum jam masuk. Salah satu rekan Jepang saya juga berkata jika ia jarang mengambil cuti karena merasa pekerjaan jauh lebih penting. Untuk pulang tepat waktu pun jadi sungkan apalagi kalau atasan masih sibuk dengan pekerjaan.

· Fokus sampai hal paling detail
Rahasia penting mengapa produk buatan Jepang dinilai sangat berkualitas karena mereka fokus sampai hal paling detail di tiap pekerjaan yang dilakukan. Tidak ada yang namanya pekerjaan kecil. Bagian yang sulit ditemukan mata pun menjadi fokus yang tidak boleh dikesampingkan. Kesempurnaan menjadi budaya kerja di perusahaan Jepang.
Contohnya di tempat saya bekerja saya saat ini. Kantor saya memiliki Sembilan mesin untuk machining. Pekerjaan yang dilakukan adalah memproses barang setengah jadi dari spare part traktor pertanian. Untuk bagian proses seukuran 2 cm semacam mur pun dicari dari brand berkualitas yang harganya bisa 100 ribu rupiah ke atas untuk tiap keping. Kualitas sampai bagian yang tidak tampak mata ini selalu diingatkan tiap hari.
· Lembur
Tidak ada pekerja yang bekerja seadanya apalagi malas-malasan. Sisi positif budaya workaholic Jepang ini adalah karyawannya sukarela mengambil lembur jika ada pekerjana yang mendesak untuk diselesaikan. Pekerjaan dianggap sebagai bagian dari tanggung jawab.
Perlu diingat ada kalanya kita boleh lembur tetapi waktunya juga perlu diawasi. Tidak sedikit orang Jepang yang meninggal karena terlalu lama lembur tanpa asupan gizi dan istirahat yang berkualitas. Kematian di kantor akibat budaya gila kerja di Jepang disebut karoshi.
· Sopan santun dan teamwork
Sisi positif yang dapat diambil dari sistem kerja perusahaan Jepang adalah teamwork yang solid. Seorang senior diminta atasan untukmengajari yuniornya sampai bisa. Tidak dianjurkan untuk melakukan budaya perundungan. Sopan santun juga dijunjung tinggi oleh para pakerja Jepang. Yunior terbiasa menghormati seniornya, terlebih lagi pada atasan.
Bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari juga menggunakan bahasa sopan serta formal. Di dalam Bahasa Jepang, kita akan diajari tingkatan kesopanan dalam kalimat. Mereka tidak terbiasa berjabat tangn jadi ketika ada rekan kerja bertemu, biasanya akan menyapa sambil mengangguk atau menundukkan badan sedikit. Kalau bertemu dengan atasan, orang yang lebih dihormati, atau orang yang lebih tua, maka membungkukkan tubuh dilakukan sampai 45 derajat.

Jangan bekerja sambil bicara. Saat sedang bekerja di kantor, kita akan fokus dan hening. Tidak ada yang bekerja sambil mendengarkan musik misalnya (kecuali jika memang perusahaannya bergerak di bidang kreatif). Konsentrasi penuh adalah budaya kerja di Jepang yang dipegang teguh.
· Horenso
Horenso adalah kepanjangan dari houkoku, renraku, soudan. Dalam dunia kerja perusahaan Jepang, tiga prinsip tersebut dimasukkan dalam visi misi. Houkoku artinya menginformasikan, jadi tiap pekerjaan dari progress sampai hasil wajib diberitahukan pada rekan atau atasan yang berkepentingan.
Renraku artinya menghubungi, jadi jika ada masalah atau kebutuhan yang ingin ditanyakan, maka lakukan segera untuk menghubungi pihak terkait. Soudan artinya diskusi. Prinsip horenso menunjukkan pentingnya kerjasama dan komunikasi dalam tim agar tujuan kerja bisa tercapai maksimal.
Budaya kerja di Jepang ini perlu diperhatikan bagi siapapun yang tertarik bekerja di Jepang atau di PMA Jepang. Sisi positifnya dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
July 15, 2020
5 Podcast Tips Penulis Produktif

Adakah yang suka mendengarkan podcast? Podcast kini popularitasnya makin meroket setelah banyak influencer sekaligus tokoh yang menyajikan obrolan atau monolog inspiratif lewat podcast. Podcast membuat kita mudah untuk membuat channel semacam siaran radio sendiri. Saya tertarik membuat podcast sejak setahun lalu dengan nama Wordholic Podcast. Kali ini saya membagikan beberapa link tips penulis produktif yang juga bagus untuk memperbaiki mindset. Podcast juga bisa didengarkan di browser. Jika di Spotify nama akunnya 'Reffi_D'.
Menulis dan Bakat
Ketika menulis atau berbagi tentang tips menulis produktif di medsos, ada pertanyaan yang masuk, “Apakah menulis itu harus memiliki bakat?” Di podcast ini saya menjelaskan jika dalam passion apapun termasuk dalam menulis, bakat adalah hal yang beruntung dimiliki jika seseorang telah mengetahuinya sejak dini. Akan tetapi bakat saja tidak cukup, ketekunan menjadi kunci bagaimana seorang penulis itu sukses atau jalan di tempat.
Bakat adalah sebuah privilege. Jika seorang penulis telah sadar dengan bakat dan memolesnya secara maksimal, langkahnya mungkin bisa lebih cepat. Masalahnya dalam perjalanan menuju kesuksesan, ada yang namanya hinaan, kegagalan, atau rasa lelah. Mengandalkan bakat saja tanpa memiliki growth mindset (mindset yang bertumbuh), pasti akan menghalangi seorang penulis untuk produktif berkarya. Podcast bisa didengarkan di sini.

Suka Duka Blogging
Selain dari menulis novel, saya juga dikenal sebagai bloger. Aktif menulis blog adalah salah satu cara untuk mengungkapkan opini. Seiring berjalannya waktu, saya ingin menjadikan blog bernilai rupiah. Lewat podcast ini, saya menceritakan apa saja suka duka selama membangun blog. Produktif menulis artikel di dalam blog juga beriringan dengan pengalaman yang tidak selalu ramah jika diingat.
Di beberapa kesempatan saat memberikan tips penulis produktif, saya menganjurkan untuk memiliki blog. Jika kita rutin mengisi blog dan tak membiarkan blog kosong berbulan-bulan, otot produktivitas pun akan lebih terasah. Kumpulan artikel blog bisa dibukukan seperti karya saya di Penerbit Ellunar yang berjudul Kata Reffi. Podcastnya bisa didengarkan di sini.
Ada rutinitas yang saya lakukan agar tak hanya produktif dalam menulis tetapi juga bagaimana caranya supaya tulisan bisa selesai. Problem yang sering terjadi di antara para penulis adalah kekurangan waktu, malas, kurang ide, dan segudang alasan lain hingga tak ada satupun tulisan yang dibuat. Coba dengarkan podcast di sini dan cermati apa yang saya lakukan agar tulisan bisa selesai sesuai target.

Menjadi Penulis Harus Siap Gagal dan Siap Berhasil
Hal penting yang perlu diingat dalam strategi menulis apapun termasuk tips penulis produktif adalah camkan di kepala jika keberhasilan serta kegagalan adalah sepaket. Ketika masih merintis karir kepenulisan, jalannya tidak selalu mulus. Ada kalanya kita menang lomba lalu lolos seleksi, ada waktunya karya kita malah tidak dilirik penerbit manapun.
Sekali lagi saya membahas betapa pentingnya mental tangguh dan mindset bertumbuh untuk menjadi penulis profesional. Jika nama besar sudah diperoleh pun, jangan sampai kita sombong dan malah takut untuk membuat karya lebih banyak. Podcast bisa didengarkan di sini.
3 Hal yang Perlu Disiapkan dalam Menulis Konten
Menulis konten atau blog harus dilakukan secara konsisten. Jika ingin blog kita lebih dikenal dan bagus rankingnya di Google, maka kita harus rajin mengupdate isinya dengan artikel baru. Tips penulis produktif untuk menulis konten bisa didengarkan di sini. Tentunya tak hanya jumlah tulisan yang diperbanyak tetapi juga kualitas pun harus diperhatikan.
Kumpulan podcast di atas semoga membantu kalian yang sedang berusaha mencari tips penulis produktif sekaligus belajar mengatur mindset. Tinggalkan pesan suara melalui aplikasi Anchor jika ada pertanyaan atau saran.
June 26, 2020
Bertahan Saat Pandemi Covid 19

Sejak awal Maret tahun ini, banyak sekali berita sedih sekaligus berita yang kadang bahagia dari mereka yang sedang berjuang di garis depan melawan pandemi dan berita kesembuhan. Secara fisik mungkin saya terlihat baik-baik saja, tetapi jauh di dalam sini ada kecemasan yang sempat membuat saya sulit tidur. Bertahan saat pandemi Covid 19 menjadi wacana utama bagi kebanyakan orang.
Ditambah lagi dengan makin meningkatnya jumlah kasus di Jawa Timur, kini menjadi provinsi dengan jumlah kasus positif paling tinggi di Indonesia. Jumlah kasus positif menjadi 10.901 orang. Pandemi Covid 19 telah mengubah peta Indonesia yang cantik menjadi merah karena sebaran virus. Berbagai cara telah diupayakan untuk meminimalisir persebaran seperti covid test Surabaya yang diselenggarakan oleh pemerintah kota hingga pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Inilah yang saya lakukan agar tetap bertahan saat pandemi Covid 19.
· Mengubah Kegiatan Menjadi Daring
Banyak yang tidak masalah ketika PSBB mulai berlaku dan juga tidak bisa lagi jalan-jalan ke tempat yang biasa dikunjungi di akhir pekan. Pelaku bisnis di masa pandemi Covid 19 juga mulai banyak yang mulai berekspansi di platformdigital. Saya pun akhirnya mengubah sistem kelas menulis Wordholic Class menjadi sistem daring.

Padahal di awal membuat kelas ini setahun lalu, saya memang fokus pada kelas tatap muka dan melakukannya di coworking space. Sebagai seorang pribadi ekstrovert, hal ini cukup menguras energi saya. Bertemu tatap muka adalah salah satu cara untuk mengisi daya. Untunglah kemajuan teknologi cukup membantu. Aktivitas menulis tetap berjalan dan dengan aplikasi Zoom atau Google Meet, saya bisa mengadakan kelas daring dengan teman-teman luar Jatim.
· Belajar Hal Baru
Demi menjaga keamanan diri dan bertahan hidup saat pandemi Covid 19, saya terpaksa membatalkan tiket ke Singapura dan Vietnam. Sedih? Sudah pasti. Perjalanan ini sudah saya rencanakan sejak tahu 2019 ketika saya melancong ke Kuala Lumpur bersama sahabat. Harapan kami pupus ketika tahu maskapai membatalkan semua tiket perjalanan dan mengganti dengan tiket untuk tahun depan.

Untuk mengurangi rasa sedih itu, saya menemukan keasyikan baru yaitu belajar di rumah selama pandemi covid 19. Sebelum pandemi saya sangat senang mengukuti workshop pengembangan diri, menulis, dan social media marketing. Kini sistem belajar pun bisa saya lakukan lewat platform belajar daring. Untuk sesi interaktif bisa saya temukan via Zoom dan Live IG. Bahkan lewat Live IG, saya bisa belajar banyak tentang kesehatan mental. Tinggal di rumah saja jadi tidak terlalu membosankan. Informasi tentang covid test dan bagaimana cara menjaga diri agar tidak tertular juga digalakkan lewat berbagai media belajar.
· Melakukan Hobi untuk Menjaga Kewarasan
Ketika melihat banyak kawan-kawan pekerja lainnya yang mulai bekerja dari rumah atau WFH (work from home), saya mulai bertambah khawatir. Kebijakan perusahaan saya tidak mewajibkan karyawannya untuk bekerja dari rumah. Tiap kali berangkat dari tempat kos ke kantor, pikiran saya mulai bercabang ke mana-mana apalagi jika harus bertugas ke bank. Bank adalah tempat yang saya takuti selain ke mal, pasar, dan rumah sakit.
Alhamdulillah, dengan mematuhi protokol kesehatan dan membatasi jalan-jalan yang tidak perlu, saya masih diberi kesehatan hingga kini. Untuk menjaga kewarasan maka saya membaca buku, menulis, dan nonton drakor. Jika memang di antara kalian masih ada yang penasaran dengan kondisi tubuh, bisa juga lakukan covid test untuk mendapat hasil yang akurat.
(Baca Juga: Ketakutan dalam Menulis).

Setelah pulang dari kantor, saya membersihkan diri lalu duduk manis menonton film atau drakor. Sesekali saya selingi dengan menonton variety show lucu dan menonton video musik. Apa yang membuat saya senang akan saya lakukan selama itu aman. Kalau malas melakukan apa-apa, saya matikan gawai lalu merebahkan rubuh sambil menatap langit-langit kamar. Mengucap syukur, memperhatikan napas, lalu pejamkan mata dengan doa agar diri dan keluarga selalu berada dalam perlindungan-Nya.
· Menjaga Kesehatan Fisik
Olahraga menjadi menu wajib untuk bisa terus sehat selama pandemi covid 19. Sebelum pandemi pun saya rajin berolahraga dan kini selain berolahraga saya jadi menambah bacaan tentang kesehatan. Sambil memantau perkembangan kasus di Indonesia, saya juga sering mampir ke situs kesehatan seperti www.halodoc.com.

Informasi tentang cara menjaga kesehatan sampai jenis penyakit dipaparkan cukup lengkap di Halodoc. Klik saja kategori Kesehatan dan lihat susunan nama penyakit secara abjad. Wawasan ini penting agar saya tidak termakan isu hoaks terkait Covid 19 dan penyakit lainnya.
Lewat Halodoc, kita dapat berkonsultasi tentang masalah kesehatan kepada dokter berpengalamansecara daring. Dan yang sangat membantu adalah penjelasan tentang macam-macam obat serta aplikasi untuk memesan obat tanpa harus pergi ke apotek. Obat dapat diantar ke rumah lewat aplikasi Halodoc.
Tiap orang pasti punya cara berbeda untuk bertahan saat pandemi Covid 19. Yang paling utama adalah jaga kesehatan fisik, jangan egois, dan kurangi membaca berita negatif agar kesehatan mental tetap telindungi. Terus berdoa agar akhir pandemi covid 19 di Indonesia segera tiba.
June 23, 2020
Tak Kalah Penting, Inilah 5 Peralatan Kesehatan yang Harus Disiapkan untuk Melindungi Buah Hati

Sebagian besar orang tua masih belum sepenuhnya memberi perhatian ekstra untuk menyiapkan kotak P3K bagi si kecil. Kesadaran baru akan muncul agar persiapan perlengkapan kesehatan tersedia malah ketika si buah hati mereka sakit. Padahal, selain mempersiapkan kebutuhan seperti pakaian, perlengkapan tidur, perlengkapan mandi, dan perlengkapan bepergian, orang tua juga harus menyiapkan perlengkapan kesehatan.
Peralatan kesehatan yang baik dapat menjadi pertolongan pertama jika si kecil membutuhkan. Nah, apa saja sih sebenarnya yang perlu ada di kotak P3K si kecil? Berikut ulasannya!

Thermometer digital menjadi salah satu peranti yang wajib dimiliki. Pasalnya, bayi atau batita sering tiba-tiba demam. Untuk mengukur suhunya, orang tua memerlukan termometer digital. Kenapa harus memilih termometer digital? Seperti namanya, jenis termometer ini sudah dilengkapi dengan mode digital sehingga pembacaan hasil ukuran akan lebih mudah jika dibandingkan dengan jenis termometer air raksa karena muncul di display. Anda bisa temukan produk termometer digital di berbagai marketplaceyang ada di Indonesia, Indotrading.com salah satunya!
2. Obat Demam

Obat demam yang telah dikonsultasikan ke dokter, wajib distok oleh para orang tua. Pasalnya, si kecil akan sering demam, apalagi setelah ia diimunisasi. Nah, untuk menurunkan demamnya, Anda bisa memanfaatkan obat demam yang ada di rumah. Tapi ingat, dosis dan pemakaiannya harus sesuai dengan anjuran dokter ya!
3. Krim Serbaguna

Salah satu masalah yang kerap kali dialami oleh bayi adalah gatal dan ruam yang diakibatkan oleh pemakaian popok. Nah, untuk mengatasinya, benda yang perlu dipersiapkan orang tua adalah krim serbaguna yang bisa mengatasi gatal, ruam, biang keringat, gigitan nyamuk sampai dengan luka bekas cakaran.
4. Sedotan Ingus

Saat bayi terserang batuk pilek, pasti Anda tak tega melihatnya. Saat terkena batuk atau pilek, bayi jadi sulit bernapas, hidung tersumbat, bersin-bersin, batuk terus-menerus, sulit tidur sehingga membuatnya menjadi rewel. Maka, jika Anda ingin meredakan hidung tersumbat pada bayi, gunakan alat sedotan ingus khusus bayi yang banyak dijual di pasaran.
5. Diffuser

Selain menggunakan sedotan ingus, untuk redakan pilek si kecil, Anda bisa menggunakan diffuser. Alat ini berfungsi untuk menyemprotkan cairan atau minyak esensial dari aroma terapi udara yang dihirup bayi lebih segar. Anda dapat menyemprotkan minyak atsiri yang memiliki kandungan senyawa organik dan sifat anti mikroba sehingga sangat bagus untuk melindungi si kecil yang rentan terhadap batuk dan pilek.
Itulah beberapa peralatan esensial untuk mengisi kotak P3K si kecil. Ingat ya, selain mempersiapkan perawatan tubuhnya, kesehatannya juga patut menjadi perhatian utama dari setiap orang tua!
June 22, 2020
5 Peralatan yang Dibutuhkan untuk Membuat Studio Rekaman Sendiri

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi serta internet yang semakin canggih, banyak tren baru yang bermunculan di dunia maya. Salah satunya adalah tren mengover lagu dan video musik melalui YouTube dan situs berbagi video yang lainnya. Tak hanya untuk menggaet banyak subscribers, kover lagu juga bisa menjadi salah satu pijakan awal kamu untuk bisa jadi penyanyi komersil lho!
Apabila kamu tertarik untuk menekuni hobi menyanyi, tak ada salahnya untuk membagikan talentamu melalui kover lagu yang diunggah di platform video streaming. Nah, untuk menunjang karir bermusikmu, suara merdu saja tak cukup untuk memikat hati netizen, dibutuhkan mutu rekaman yang juga oke. Oleh karena itu, merekam suara di studio rekaman bisa jadi solusi untuk meningkatkan kualitas agar semakin unggul.
Tidak sedikit yang masih pergi ke studio rekaman profesional hingga terpaksa harus merogoh kocek agak dalam untuk tiap kali rekaman. Padahal, kamu juga bisa membangun studio rekaman sendiri agar bisa menekan biaya. Ya, banyak yang mengira jika membuat studio rekaman membutuhkan budget yang mahal. Sebenarnya kamu bisa membangun studio rekaman sendiri dengan mengandalkan alat-alat sederhana berikut ini, lho!

Peralatan tempur pertama yang wajib kamu punya adalah komputer atau laptop dengan spek yang memadai. Komputer dibutuhkan untuk menerima suara atau musik yang kita rekam. Selain itu, komputer juga digunakan pada saat tahap mixingdan mastering oleh software perekaman. Nah, untuk melakukan kinerja tersebut, kecepatan prosesor dan kapasitas memori komputer perlu yang memadai, agar tidak sering ngadat selama proses rekaman berlangsung.
2. Digital Audio Workspace
Jika kamu penasaran mengenai software apa yang digunakan selama proses rekaman, jawabannya adalah Digital Audio Workspace atau yang disingkat DAW. DAW ini sangat andal untuk merekam, mengedit, mixing, dan mastering beberapa track yang direkam menjadi satu lagu yang utuh dan siap diperdengarkan kepada khalayak.
3. Audio Interface

Audio Interface merujuk pada beberapa alat yang digunakan untuk menghubungkan komputer dengan alat-alat musik dan mikrofon. Prinsip kerja Audio Interface ini mirip dengan sound card, namun dengan kualitas suara yang diproduksi menjadi lebih dahsyat dibandingkan dengan sound card onboard bawaan dari komputer. Perangkat ini dapat berupa kabel konektor, sound card, amplifier, dan lain sebagainya.
4. Mikrofon

Mikrofon juga termasuk alat utama yang digunakan untuk sebuah rekaman. Alat ini berfungsi untuk merekam sinyal audio baik berupa vokal maupun suara yang dihasilkan alat musik, atau apapun yang menjadi sumber suara.
5. Studio monitor atau speaker

Studio monitor adalah jenis speaker yang berfungsi untuk mendengarkan hasil mixing dan editing sebelum akhirnya dibuat master. Alat ini menghasilkan suara dengan respon frekuensi yang flat. Artinya, hasil rekaman yang terdengar sama persis dengan suara digital yang tersimpan.
June 15, 2020
Ketakutan dalam Menulis

Cukup lama juga saya tidak menulis tentang hal yang menggelitik opini saya. Kali ini kepala dan tangan saya tidak sabar untuk menuliskan tentang ketakutan dalam menulis. Saya bahkan sempat berhenti tidak menulis sama sekali selama seminggu, hanya membaca buku dan nonton drakor, lalu bersantai. Yang saya cari adalah apa penyebab ketakutan dalam menulis yang mendadak muncul tanpa permisi itu?
Jika ada teman-teman pembaca yang mungkin rajin menyambangi blog ini atau membaca buku saya, bisa jadi berpikir jika ada saja ide tulisan di kepala saya. Sering sekali komentar di kolom media sosial kurang lebih seperti ini.
“Wah, Kak, bagaimana ide menulisnya tidak pernah habis?”
“Kreatif sekali bisa menulis fiksi dan nonfiksi.”
“Kak, ajari saya menulis.”
Ya, saya memang membuat kelas menulis artikel sejak setahun sekali dengan nama Wordholic Class. Apa yang saya pelajari belumlah banyak dan ketakutan dalam menulis ini tidak berhubungan dengan kurangnya ide atau tentang kelas menulis yang saya ampu.
Karya yang Biasa-biasa Saja
Ketika membaca karya-karya saya yang telah terbit—baik yang lolos lomba atau seleksi—ada perasaan karya tersebut tidak sebagus yang saya inginkan. Ketakutan dalam menulis yang lumayan sering menyambangi ini ternyata mencapai pikiran saya. Dulu saya pikir, ketakutan seperti ini hanya akan berlangsung sementara dan tidak akan mengganggu produktivitas berkarya.
Nyatanya saya salah.
Untuk pertama kalinya di tahun ini, saya takut untuk menulis novel. Naskah-naskah yang berhasil diterbitkan dari seleksi perlombaan pun tak membuat mendung di hati saya pergi. Membaca review, feedback, dukungan, tidak membuat semangat menulis saya menguat. Melihat karya kawan-kawan lain mendapat atensi luar biasa dan juga memiliki ide penceritaan unik yang membuat mereka istimewa, membuat saya bahagia. Bahagia karena mereka berkarya dnegan fantastis, lalu merenungi karya sendiri yang seperti naskah kacangan.

Apakah cerita yang saya buat ini tidak berguna? Bagaimana caranya agar rasa percaya diri ini meningkat?
Dua pertanyaan tersebut terus bergantian di dalam otak. Saya menulis artikel dan bekerja di kantor juga, bayangkan saja betapa susah menghalau pikiran yang ngelantur ini agar tidak merusak mood tiap harinya. Lalu muncul perasaan cemas akan kemampuan menulis yang begitu-begitu saja.
My head is fulfilled with the anxiety, fear, and worry. Ini bukanlah hal yang enak. Saya meraaskan jika hal ini dibiarkan maka alarm bahaya akan segera mendekat. Saya pun berusaha menyibukkan pikiran dengan hobi selain menulis agar tidak sampai tertekan terus-menerus.
Ketakutan dalam menulis lainnya adalah kontradiksi dari hal yang pertama. Jika awalnya takut jika naskah-naskah saya kurang bagus, bagian kedua itu adalah takut jika otak benar-benar berhenti untuk mencari ide. Menulis fiksi yang seharusnya menjadi kegiatan paling menyenangkan, kin menjadi sumber kekhawatiran.
Tidak ada satupun buku motivasi dan pengembangan diri yang dapat menolong saya agar tidak terlalu banyak berpikir. Dialog hangat dengan keluarga dan teman hanya mengalihkan emosi sementara, ketika saya sendiri di dalam kamar, maka cemas itu kembali hadir. Sampai akhirnya saya mencapai satu kesimpulan.

“Tidak ada yang bisa menolong diri, selain diri kita sendiri.”
Entah karena apa, di dalam satu momen merenung yang cukup menyenangkan di dalam kamar kos, mendadak muncul imajinasi begini. “Kok kebahagiaanku sekarang bergantung sama tulisan sih? Lama-lama jadi toxic nih.”
Saya sadar dengan kesalahan terbesar yang membuat pikiran-pikiran buruk soal menulis tak bisa hilang dalam beberapa minggu ini. Kesalahan tersebut adalah meletakkan ekspektasi terlalu tinggi pada hal yang disukai. Saya suka menulis dan saya sangat suka berbagi ilmu tulisan, namun ekspektasi untuk begini dan begitu membuat proses berkarya mulai menjadi beban.
Ketika saya ingin mendapatkan hal yang lebih dari menulis dan ada rasa ingin segera mengakhiri proses, bencana itu dimulai. Untung cahaya kebenaran itu datang sendiri setelah saya lama merenungkan soal ini. Ketika saya membaca buku Choose Wonder Over Worry karya Amber Rae, saya seolah menemukan jawabannya. Lucu sekali, pada akhirnya saya mendapat pencerahan dari buku (alhamdulillah Allah mendengar semua keluh kesah saya, hehehe).
Saya terlalu mendengarkan rasa cemas tentang keberhasilan. Saya terlalu khawatir jika diri ini tidak bisa sesukses kawan penulis lainnya. Saya cemas jika tulisan-tulisan dan buku yang saya buat bukanlah karya yang pantas dibanggakan. Dari membaca buku itu, saya tahu jika rasa ingin tahu saya yang biasanya besar mulai digeser dengan pikiran cemas meluap-luap yang bersumber dari rasa takut.
Belajar Bukan Hanya Soal Meniti Kesuksesan
Setelah mengurai dan menemukan inti masalah ketakutan dalam menulis yang saya alami, kini saya mulai bisa menulis lebih santai lagi. Tenggat waktu dari klien bisa saya kerjakan dengan baik sembari memperbaiki naskah yang akan saya ajukan lagi. Terlalu memikirkan soal kecemasan membuat saya lupa jika ada satu buku nonfiksi saya yang lolos penerbit mayor dalam bentuk digital. Hmm, saya kurang bersyukur. Proyek menulis artikel dan juga kelas menulis Wordholic Class mulai berjalan lagi. Saya dapat menulis fiksi untuk bersenang-senang dengan imajinasi lagi.

Ketika tulisan ini akhirnya selesai, saya tak lagi terbangun tengah malam lalu menatap langit-langit dengan kalimat berputar di kepala. Saya tersenyum pada diri sendiri, meminta maaf karena membebani hati dengan ekspektasi dan kekhawatiran. Ketakutan dalam menulis ini menunjukkan jika saya memang manusia biasa. Bisa jadi nanti saya akan merasa cemas akan hal lain namun saya tahu Tuhan akan menunjukkan jawaban jika saya bertanya. Jawaban itu seringkali ada di dalam diri kita.
June 5, 2020
Kelas Masyarakat Jepang di Zaman Feodal

Di postingan ini saya masukkan ke kategori Travel & Food karena Jepang adalah negara yang juga ingin saya kunjungi. Mempelajari bahasa ini sejak kuliah hingga menjadikan bahasa Jepang sebagai bagian profesi, membuat saya juga tertarik untuk belajar sejarahnya. Kali ini saya akan mengajak pembaca untuk jalan-jalan ke zaman feodal.
Jepang adalah negara yang memakai sistem monarki. Masyarakat Jepang sangat mencintai kaisarnya dan juga menjunjung tinggi budaya tradisionalnya. Untuk pemerintahannya dipimpin Perdana Menteri.
Kelas Masyarakat Jepang Zaman Feodal
Pada zaman feodal, masyarakat Jepang terbagi dalam beberapa kelas sosial. Kelas sosial ini membuat cara hidup yang sangat jauh antara bangsawan dan juga rakyat jelata. Kelas sosial masyarakat Jepang di zaman feodal ini dipengaruhi aliran neo konfusianisme yang juga dipegang oleh masyarakat Korea dan Cina.
· Anggota Keluarga Kerajaan
Di puncak tertinggi kelas masyarakat Jepang, tentu saja adalah Kaisar dan anggota keluarga kerajaan. Kaisar beserta Permaisuri dan nantinya pangeran yang dilahirkan akan digelari Pangeran Mahkota atau Putra Mahkota. Anak laki-laki menjadi sangat penting sebagai penerus tahta.
Selain keluarga inti, para kerabat kerajaan juga dianggap mempunyai status sosial yang tinggi. Kaisar ditahbiskan sebagai titisan dewa, oleh sebab itu titah Kaisar sangat dipegang teguh oleh seluruh rakyat. Coba baca sejarah pasukan Jepang di saat Perang Dunia yang rela mengorbankan nyawa demi memenuhi amanat Kaisar, tujuannya untuk melindungi harga diri bangsa sampai titik darah penghabisan. Bahkan kita bisa melihatnya hingga zaman modern. Masyarakat Jepang sangat taat aturan dan tertib.
· Kaum Bangsawan
Kaum bangsawan terbagi lagi menjadi beberapa strata yaitu shogun, daimyo, samurai dan ronin. Golongan shogun ini pada umumnya mempunyai kekuatan militer di kerajaan. Para pejabat tinggi yang berasal dari kaum shogun biasanya ditunjuk langsung oleh Kaisar.
Daimyo juga biasa disebut sebagai tuan tanah. Untuk melindungi areanya, Daimyo akan menyewa jasa dari kaum samurai.Biasanya daimyo berkuasa karena wilayah tanah yang dimiliki bisa tersebar di banyak daerah. Di zaman feodal, daimyo ditakuti oleh rakyat biasa.
Ronin adalah golongan terendah di masyarakat bangsawan. Ronin tidak memiliki majikan yang dilindungi seperti para samurai. Bisnis yang dijalankan berupa jasa perlindungan dan lainnya. Seorang samurai akan menjadi ronin jika tidak lagi memiliki majikan untuk dilayani serta dilindungi atau jika memang melepaskan diri.

Sumber: wikipedia
Berikutnya memasuki kaum rakyat jelata. Petani termasuk masyarakat biasa tetapi kedudukanya lebih tinggi (termasuk juga para peternak). Keluhan petani di masa feodal umumnya terkait tuntutan pajak yang tinggi. Semasa kepemimpinan Tokugawa Iemitsu, para petani tidak diperkenankan makan beras dari padi yang ditanam. Hasil panen yang dikerjakan petani, harus diserahkan kepada daimyo yang berkuasa, sedangkan petani hanya dapat menunggu kebaikan hati dari daimyo untuk diberi beras.
· Pengrajin
Masyarakat pengrajin ini terkenal dengan kecakapannya dalam membuat perkakas dan kerajinan tangan.Perlengkapan semacam alat makan, peralatan masak, pakaian, kerajinan dari kayu, keramik dan lainnya bisa dihasilkan dengan indah. Namun walau piawai dalam menciptakan barang bermanfaat dan bernilai seni, para pengrajin dianggap tidak sepenting petani.
Bisa jadi dari posisi petani yang bertugas untuk menghasilkan bahan pangan, maka daimyo menganggap posisinya lebih tinggi dari pengrajin. Sebagian besar para pengrajin dan keluarganya memilih hidup terpisah dari para samurai serta tersebar di berbagai kota. Sementara itu samurai akan tinggal di istana atau puri daimyo karena tugas utamanya melindungi kaum bangsawan.

· Pedagang
Pedagang posisinya berada di bagian terbawah dalam struktur masyarakat feodal Jepang. Meskipun pedagang menjual barang atau memiliki toko yang menjual kebutuhan, pada masa itu mereka dianggap sebagai orang-orang yang mengambil keuntungan pribadi.
Karena tindakan curang beberapa pedagang yang mengambil selisih harga terlalu jauh dari harga beli, banyak orang merasa dirugikan. Tindakan dari pedagang yang curang lainnya adalah membeli barang dengan harga semurah mungkin dari para buruh kemudian dijual ke para petani atau pengrajin dengan harga tinggi.
Para pedagang tinggal terpisah dari kaum lainnya. Bagi pedagang besar sekelas saudagar juga memiliki peraturan tak tertulis untuk tidak terlalu menjalin hubungan akrab dengan sesama pedagang. Urusan antar pebisnis hanya murni urusan pekerjaan. Pedagang yang berpengaruh biasanya memiliki koneksi dengan para pejabat dan berpengaruh pada hubungan politik.
Sisi suram dari zaman feodal adalah terdapat golongan masyarakat yang tidak termasuk di struktur masyarakat di atas, mereka disebut eta. Di masa itu kaum eta tidak dianggap sebagai manusia yang berhak dihargai atau diajak berkomunikasi. Masyarakat yang termasuk kaum etadianggap memiliki pekerjaan tidak terhormat seperti pembunuh bayaran, budak, dan tukang jagal hewan.
Inilahsejarah singkat kelas masyarakat Jepang di zaman feodal. Tentunya di masa modern ini struktur tersebut sudah tidak digunakan, hanya keluarga kerajaan tetap menjadi orang-orang yang paling dihormati di negaranya.
Sumber utama:
https://www.ushistory.org/civ/10c.asp
(Artikel dengan tema serupa pernah saya tulis di website Solusik, dan di blog ini sudah saya ubah kalimatnya sehingga tidak terdeteksi plagiat)