Reffi Dhinar's Blog, page 14
October 10, 2020
Podcast: Mindset Yang Harus Dimiliki Penulis Buku
Menerbitkan sebuah buku adalah impian kebanyakan penulis. Contohnya saya yang di awal menyeriusi dunia menulis artikel lepas, tetap ingin memiliki buku dengan nama saya tertera di sampulnya. Makanya, selain sibuk menjadi content writer dan blogger, saya tetap rajin menulis novel tiap tahun.
Dan menerbitkan buku itu butuh kesabaran serta kekuatan mental yang bagus. Bagaimana kita bekerjasama dengan editor dan penerbit juga wajib diperhatikan. Attitude yang baik harus dimiliki seorang penulis.
Melalui podcast yang sumbernya dari artikel blog ini jugalah saya ingin mengajak teman-teman penulis mau mengubah mindset buruknya. Apa sajakah itu? Klik di sini untuk mendengarkan di browser atau di aplikasi Anchor. Atau dengarkan podcast Kata Reffi di Spotify, Apple podcast, dan Google Podcast dengan nama akun 'Reffi_d'.
October 9, 2020
Ketahui Cara Optimasi Blog Lewat Twitter
Twitter adalah media sosial yang paling sering saya gunakan. Sebagai seorang bloger, mengaktifkan medsos untuk promosi tulisan tentunya menjadi keharusan. Ternyata masih banyak yang harus saya pelajari soal memanfaatkan Twitter ini. Jika tahu strategi optimasinya, tentu akan berpengaruh baik untuk blog dan personal branding.
Hal Buruk yang Muncul di Twitter
Sebagai pengguna sejak tahun 2009, saya jadi tahu perkembangan Twitter. Jujur saja, saya membuat akun Twitter memang untuk curhat terselubung. Kadang juga saya membuat kalimat-kalimat galau tanpa khawatir ada yang kepo karena sebagian besar teman menggunakan Facebook. Sempat tidak terlalu aktif karena sibuk kerja, ketika makin serius di dunia blog, saya kenal dengan profesi buzzer di Twitter.
Dan ada beberapa hal yang saya cermati bisa menjadi keburukan jika terus ditulis di Twitter lalu menjadi kebiasaan.
· Doyan Membuat Ujaran KebencianJari manusia itu lemas, ringan sekali untuk mengetik kata-kata menyakitkan dan bernada kebencian di akun yang postingannya tidak disuka. Kadang saya gatal ingin berkomentar, beberapa kali juga terpancing emosi. Ya namanya bukan manusia sempurna, hehe.
Biasanya ujaran penuh kebencian ini dialami akun-akun sosok terkenal, instansi publik, hingga akun personal yang tweetnya kontroversial sekaligus viral. Mudah sekali menyatakan jijik pada unggahan seseorang, misalnya hingga si pemilik akun yang kontennya dibagikan mendapat banyak haters. Jujur saja, membaca banyak tweet seperti ini cukup menguras emosi.
Twitter bahkan memberlakukan kebijakan khusus untuk mengontrol ujaran kebencian yang bertebaran di platformnya. Seperti yang dilansir di situs Tech Crunch, sejak pertengahan tahun 2019, Twitter telah memperingatkan sekitar 60 ribuan akun yang terdeteksi melakukan pelanggaran soal ujaran kebencian. Wah sangat tinggi sekali.
· Terlalu Mengumbar Masalah Pribadi
Menggunakan media sosial berarti harus siap untuk menghargai perbedaan yang ada di halaman maya kita. Meskipun kita berteman baik dengan seseorang di dunia nyata, belum tentu kita cocok dengan pilihan politiknya yang sering diumbar di medsos. Kunci kontrol ada di diri kita. Makanya saya pun mulai berpikir untuk tidak terlalu mengumbar masalah pribadi.
Masalah pribadi yang diunggah di medsos dalam wacana healing atau katarsis agar tidak menumpuk menjadi racun emosi, ada yang wajar dan ada yang tidak enak dibaca. Standar orang memang berbeda-beda. Jujur saja saya sendiri risih kalau membaca unggahan penuh kalimat kasar ke bekas tempat kerja, membicarakan keburukan pasangan, sampai menyebar foto kawan yang membuat jengkel. Sebisa mungkin saya tidak ingin membagikan hal yang berpotensi mempermalukan orang lain.
Bagi pengguna Twitter pasti tidak asing dengan tweet yang diawali dengan kalimat ini, “Twitter, please do your magic.”Setelah pembukaan tersebut, biasanya akan diikuti sebuah narasi meminta bantuan atau donasi. Tweet ini dapat mendulang banyak share, retweet, dan like. Uang donasi pun lebih cepat terkumpul.
Tetapi ternyata tak sedikit yang membuat tweet tentang permintaan donasi dengan tujuan menipu. Karena menemukan hal-hal seperti itu, saya jadi waswas sendiri dan memilih untuk berdonasi di platform yang lebih kredibel.
Saya harap kita bisa menghindari beberapa kebiasaan buruk di Twitter. Dari sebuah media untuk menampung cuitan sehari-hari, saya juga menemukan banyak akun bermanfaat. Beruntung saya bisa mengikuti kelas Twitter Optimization for Blogger yang diselenggarakan atas prakarsa IIDN dan Indosat Ooredoo.
Di kelas ini saya jadi tahu apa saja yang harus mulai saya pelajari dan lakukan agar Twitter bisa teroptimasi. Selain itu, dalam rangka usaha menghindari kebiasaan buruk yang saya sebut di atas, perlu juga lebih fokus pada strategi memaksimalkan Twitter untuk membangun personal branding seperti yang diajarkan oleh Mbak Kartika Putri Mentari, seorang Social Media Enthusiast sekaligus Campaign Operation Manager di HIIP Indonesia.
Mbak Kartika Putri Mentari, pemateriPersiapan Optimasi Twitter
Saat mengikuti materi yang disampaikan oleh Mbak Kartika, saya berkata dalam hati, “Wah ada yang sudah kulakukan dan ada yang belum kupraktikkan nih supaya artikelku lebih bagus engagementnya.” Apalagi Twitter termasuk dalam jajaran lima besar medsos yang paling banyak digunakan. Kesempatan meningkatkan engagement tentunya menjadi peluang yang sangat bagus.
Data dari materi kelasKetika membuat thread, kita seharusnya memikirkan betul konsep yang akan dibuat. Saya setuju dengan apa yang disampaikan Mbak Kartika mengenai apa saja yang harus disiapkan sebelum ngetweet.
1. Rencanakan branding seperti apa yang ingin kita bangun.
2. Siapa audiens yang ingin kita buat tertarik dengan tulisan kita.
3. Rajin membagikan link blog.
Setelah merenung, saya jadi tahu jika branding yang ingin saya bangun adalah sebagai seorang Wordpreneur. Karena mencintai bahasa asing serta suka menulis fiksi serta nonfiksi sama besarnya, saya tidak ingin membatasi diri akan menulis genre apa. Maka saya amati analisis demografi pembaca blog.
Rupanya sebagian besar pembaca blog wordholic.com dan moviereffi.com itu berasal dari kalangan milenial di range usia 18-35 tahun. Untuk gaya bahasa, saya suka dengan gaya ceria, kadang ceplas-ceplos, dan kadang sedikit komedi. Selain itu saya selingi ngetweet dalam Bahasa Inggris karena mutual di Twitter itu juga banyak yang berasal dari negara lain.
Rancangan Optimasi Twitter agar Mendukung Branding dan Performa BlogBelajar saja tanpa praktik tidak akan membuat kemampuan kita terasah. Oleh sebab itu, cara terbaik untuk menerapkan apa yang diajarkan Mbak Kartika adalah langsung mengaplikasikan beberapa tips untuk meningkatkan performa blog lewat optimasi Twitter.
1. Thread menarik lalu arahkan ke blog
Banyak ide yang sering muncul di kepala. Makanya kadang ketika malas menulis di blog, maka akan saya susun saja dalam tweet pendek-pendek yang tersusun menjadi sebuah thread. Salah satu blog saya isinya mengulas soal film dan serial (kebanyakan drakor). Metode membuat thread ini sangat menarik untuk diseriusi.
Thread tentang teori drakorThe King Eternal Monarch
Kalau tertarik dengan sebuah film atau drakor, saya tak segan untuk melakukan riset fakta cerita sampai ke penulis skenarionya. Seperti yang saya lakukan ketika mengikuti drama The King Eternal Monarch beberapa bulan lalu. Tweet ini mendapat sambutan yang cukup baik karena plot dan alurnya memang terkait dengan time-traveling serta sains.
Banyak penonton yang merasa terbantu dengan analisis yang saya buat. Hanya saja waktu itu saya belum mengaitkan link blog moviereffi.com di threadnya. Nanti jika hendak membuat ulasan drakor atau film, saya akan menyusun thread opini untuk menarik lebih banyak calon pembaca blog.
2. Menyusun thread ala microblog
Saat ini sedang booming tren membuat microblog di Instagram. Dengan template sederhana yang bisa kita buat di Canva, tips-tips bermanfaat mendapat respons yang baik dari follower. Kebetulan saya mengembangkan kelas menulis di platform Wordholic Class. Di akun IG @wordholic_class saya dan tim sering merencanakan konten tips menulis atau wawasan literasi dengan desain gambar menarik.
Menyusun thread dengan gambarSesuai dengan apa kata Mbak Kartika jika saat ngetweet dan membuat thread, visual menarik juga membantu menarik minat pembaca. Maka sudah mulai saya susun thread dengan unggahan gambar ala microblog. Selain untuk berbagi, hal ini sangat bagus untuk membangun personal branding saya sebagai seorang Wordpreneur.
3. Jangan lupakan hashtag
Hashtag sangat membantu agar tweet yang kita buat bisa diperhatikan lebih banyak orang meskipun belum follow. Ini sudah saya rasakan sendiri. Setelah sering membuatthread terkait analisis atau opini tentang drakor, saya mendapatkan banyak follower baru yang juga sama sukanya.
Hashtag ini bagus untuk mengecek trenSaya pun sengaja menulis tweet sesekali dalam Bahasa Inggris agar mendapat lebih banyak kawan mancanegara. Rasanya asyik sekali ketika sedang menyukai sebuah topik lalu ada teman yang bisa diajak berdiskusi.
4. Maksimalkan fungsi Retweet, Quote Tweet, dan Like
Jangan lupakan teman. Bloger itu hidup dalam komunitas. Setelah memiliki teman sesama bloger di Twitter, saya juga suka sekali meretweet, menekan tombol Like, dan membuat Quote tweet di tulisan yang menarik perhatian. Tulisan bermanfaat dari kawan sesama bloger juga perlu dibaca lebih banyak orang.
Contoh ketika quote tweet yang inspiratifMenekan tombol Like atau Bookmark akan membantu saya untuk kembali membaca tweet dari kawan sesama bloger yang sangat relate dengan diri atau hal baru yang ingin saya pelajari. Twitter tidak hanya untuk membangun branding, tetapi juga alat belajar. Sesekali lakukan juga blogwalking jika ada waktu luang.
Yang namanya menggunakan Twitter, pasti tak lepas dari internet. Ketika mengikuti kelas webinar kolaborasi IIDN dan Indosat Ooredoo ini, saya jadi tahu produk-produk menarik yang sangat membantu jika kita ingin ngeblog atau berbisnis.
Salah satu produk yang saya suka adalah IMPreneur dari Indosat Ooredoo. Saat ini saya juga mulai membangun platform kelas menulis Wordholic Class. Aktivitas daring sangat banyak dilakukan seperti upload konten di Instagram, membangun jejaring di Twitter, atau menyusun desain untuk konten microblog. Semuanya butuh internet.
Fitur yang ditawarkan oleh IMPreneur Indosat Ooredoo ini antara lain:
Kuota besar yang mencapai 320 gb Bisa membagikan kuota sampai 25 orang yang tergabung dalam tim Bisa sharing kuota telepon dan internet Membantu pebisnis untuk berkolaborasi dan mengembangkan lini usahanyaKarena tim Wordholic Class baru dua orang yaitu saya dan satu orang lagi, saya bisa memilih paket berlangganan IMPreneur Indosat Ooredoo sesuai kebutuhan. Paket berlangganannya terbagi menjadi dua kategori yakni Pro dan Fit. Untuk tim dan lini bisnis yang masih kecil seperti Wordholic Class, saya bisa memilih yang paket Fit nih. Jika timnya sudah makin berkembang, saya bisa melakukan upgrade ke paket Pro. Kalau dihitung-hitung sih jauh lebih hemat dan harga berlangganannya lumayan terjangkau.
Sebagai bloger saya juga semakin terbantu dengan IMPreneur ini. Kuota besar bisa saya gunakan untuk mengedit desain visual untuk blog, mencari sumber referensi untuk artikel, sampai membuat kelas daring. Kelas menulis daring Wordholic Class fokus pada menulis artikel blog dan kini mulai merambah ke fiksi.
Lebih senangnya lagi setelah melihat apa saja benefit yang didapat jika berlangganan paket Impreneur adalah ada kuota utama dan kuota khusus untuk akses aplikasi-aplikasi yang sering saya pakai untuk membuat konten dan membangun branding. Soal kekuatan sinyal juga tidak perlu diragukan lagi. Saat ini Indosat Ooredoo sudah banyak membangun jaringan internet di berbagai kota di Indonesia.
Inilah rangkuman apa saja yang saya dapat di kelas optimasi Twitter. Semoga rencana meningkatkan kualitas ngetweet yang saya rencanakan, bisa terlaksana dengan baik. Yang paling penting adalah komitmen, semangat pantang menyerah, dan hasrat untuk terus belajar. Terima kasih IIDN dan Indosat Ooredoo!
Referensi Artikel:
September 27, 2020
[Podcast] Belajar Menjadi Anak Kecil
September 24, 2020
Novel Terbaruku La Venganza
La Venganza adalah novel terbaru yang terbit setelah perjalanan lumayan panjang. Saya mengikuti tantangan menulis Gocengllenge dari AT Press Solo pada 2019 dan alhamdulillah berhasil masuk 5 besar. Sebuah prestasi terbaru karena untuk pertama kali saya menulis novel tanpa unsur romance. Di sini saya menjadikan tema disfungsi keluarga yang menjadi benang merah utama cerita.
Sebagai penulis yang menyukai genre thriller dan suspense di drakor, film, atau buku, saya akhirnya tahu jika menulis di genre tersebut bukanlah hal mudah. Saya wajib memperhatikan tiap detail cerita agar tidak sampai terjadi plot hole. Emosi tiap bab harus terjaga agar tetap menegangkan atau menimbulkan penasaran. Demi membangun emosi, saya sampai rewatch drakor Voice. Walaupun tegang, saya menyukai tokoh villain yang diperankan Kim Jae Wook di sana.
(Baca Juga: 5 Drama Korea Thriller Keren di Viu)
Mendobrak Zona Nyaman
Novel ini adalah salah satu cara saya untuk keluar dari zona nyaman dark romance. Saat proses menulis tentu saja di tiap minggunya, saya banyak menemukan tantangan. Menjadikan tokoh Mikhaila Deswita yang sangat biasa sebagai tokoh utama, tanpa skill investigasi ala detektif, adalah salah satu tantangan yang saya coba.
Cerita ini bermula dari kematian seorang pengusaha muda bernama Riko Anggara secara mendadak. Pria tersebut dibunuh. Karena kematian kakaknya, Mikha akhirnya harus kembali ke rumah ayahnya yang juga seorang pengusaha terkenal. Hubungan Mikha dan ayahnya sangatlah buruk karena sifat ayahnya yang dominan serta cenderung kejam. Mario Anggara, ayah Mikha, adalah pengusaha yang tak segan melukai musuh bisnisnya jika diperlukan.
Mikha makin penasaran dengan dalang pembunuh Riko setelah membaca cerbung berjudul La Venganza di aplikasi Fingstory. Cerita itu ditulis oleh penulis misterius bernama Agatha Rey. Alurnya sangat mirip dengan masa kecil Riko dan Mikha sampai soal kematian tokoh yang digambarkan mirip Riko. Dari situlah ia berniat kuat untuk membongkar niat si pelaku. Apakah penulis favoritnya juga terlibat dan sengaja ingin memancing rasa penasaran Mikha? Sebuah ketidaknyamanan yang bagi saya menarik untuk dijadikan novel. Inilah plot utama La Venganza.
Proses Belajar
Setelah naskah dinyatakan masuk 5 besar dan bisa diterbitkan gratis, proses editing menjadi fase berikutnya. Banyak sekali yang harus saya perbaiki agar nuansa thriller bisa lebih baik. Lalu di tahun 2020 buku ini terbit. Versi Wattpad dan cetak pun banyak perbedaan. Saya sangat puas terlepas adegan thrillernya belum terlalu kental, tetapi respons pembaca cukup membuat semangat. Link salah satu review di IG bisa klik di sini.
La Venganza juga bisa dibaca di Cabaca, salah satu platform digital yang saya incar. Senang sekali karena semesta bekerja dengan cara yang menarik. Oya, judul La Venganza ini diambil dari bahasa Spanyol yang berarti dendam. Saya suka membaca berita tentang kartel narkoba di Meksiko dan menonton film action. Judul ini terdengar catchy. Dan novel ini juga pernah diliput di salah satu harian lokal, Harian Disway.
Lewat La Venganza, saya belajar banyak hal baru. Bahkan banyak pengalaman menarik yang saya peroleh. Kalian bisa membelinya di penerbit AT Press Solo atau baca satu bab baru yang tayang tiap hari Minggu di Cabaca.
September 23, 2020
My First Book : Triangle's Destiny
Vanda"Tiap sel otak dan saraf tubuh kita membutuhkan cinta agar semuanya bekerja dengan semestinya. Lihat saja orang-orang yang kekurangan cinta, baik dari keluarga atau lingkungannya, pasti mereka akan tumbuh menjadi orang-orang yang dingin, apatis, dan tidak memiliki aura menyenangkan untuk didekati,"
Langit"Kamu bisa keras kepala menutupi hati kamu, tapi kamu tidak bisa mencegah orang lain untuk menyayangi dan mendekati kamu secara tulus. Kalau kamu bisa, berarti kamu telah berubah menjadi Tuhan,"
Navta"Kamu yang memutuskan untuk pergi ke tempat ini. Kamu sudah harus siap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi nanti,"
Sinopsis singkat:
Vanda Terestria, gadis cantik yang sedang berkuliah di jurusan Sastra Jepang, memiliki masa lalu yang rumit dengan Navta. Vanda dan Navta adalah sepasang kekasih saat mereka masih duduk di bangku SMU, namun terpisah setelah Navta pindah ke Australia. Hubungan mereka terputus hingga datanglah sosok Langit yang begitu gencar mendekati Vanda. Tak disangka, tiba-tiba Navta kembali ke tanah air dan menemui Vanda. Hubungan cintanya dengan Vanda tidak bisa dilanjutkan karena Navta sedang dalam sebuah pencarian. Sementara itu rupanya Langit juga memiliki misi terselubung saat mendekati Vanda. Navta yang mengetahui rahasia Langit, berusaha mencegah Vanda agar tidak terjebak. Rahasia itu mengikatkan mereka bertiga dalam takdir yang tak terduga. Sebuah rahasia yang telah ada sejak orang tua mereka masih muda.
Jika tertarik, silahkan pesan melalui SMS dengan format berikut,TRIANGLE'S#Nama Lengkap#Alamat Lengkap#Jumlah# kirim saja ke 0878 260000 53, atau hubungi penerbit via inbox FB https://www.facebook.com/agpressindo?...
Testimoni pembaca,
"Ceritanya nggak mudah tertebak, walau ada beberapa detil yang mungkin perlu ditambah, tapi alurnya asyik dan lumayan bikin penasaran. Bikin lagi sekuelnya "
(Ira Nucy- Japanese Interpreter, Surabaya) ""Plotnya unik, dan salah satu novel yang bisa bikin aku jatuh cinta sama tokoh cowoknya, aku naksir Navta. Tokoh juga digambarkan dengan baik," (Hanna A. Santoso, graphic designer, penulis terpilih kumcer Ototo wa Koibito, Penerbit DIVA Press)
Pemuda Matahari- (Sebuah Kisah Yang Terselip di Antara Kisah Cinta Lainnya)
Read My Story About
MY LOVE #2
Genre : Kumpulan Cerpen
Penulis : Boneka Lilin et Boliners
Editor & Layout : Boneka Lilin
Design Cover : BoLin
Penerbit : Harfeey
ISBN : 978-602-1200-01-8
Tebal : Hlm, 14, 8 x 21 cm (A5)
Harga : Rp40.000,- (Harga Kontributor Rp34.000,- setiap pembelian bukunya)
CP Order : 081904162092
Sinopsis
You're simply amazing. And I just couldn't imagine my life without you. I wanna be the last one you love.
***
Kontributor:
Boneka Lilin, Waritsah Assilmi, Irpan Ilmi, Anggar Nilasari, Diah Amelia Risky, Hanifah Permatasari, Ismawati, Alzenni Manda, Mahardika, Mutia Rafif, Mery Eldiandra, Tiara Putri, Silviana Maya, Redisha, Utami Pratiwi, Airis Ahluma, Nunik Susilo Rini, Diyah Hardiyati Khasanah, Rela Sabtiana, Kasiyati, Eny Lestari, Bunga Aprilla Maharani, Dessy Purbandari
Bisu. Menjadi gagu adalah salah satu ‘keistimewaan’ yang kumiliki. Aku tak sengaja bertemu dengannya sekali lagi. Tubuhnya ceking dengan kulit kuning bersih. Mata sipitnya dihiasi dengan kacamata minus- sederhana saja penampilannya. Tiap kali berpapasan dengan asisten dosen cerdas itu, aku akan kehilangan kemampuan berpikirku dan lidahku kelu serta gagu.“Ayo dong disapa, Div. Jangan Cuma bengong kaya gitu,” Lia menyenggol tubuhku yang sedang berdiri kaku di samping laboratorium bahasa.Setelah sepersekian detik menahan nafas, akhirnya ia berlalu juga, dan akupun bisa menghirup oksigen dengan lega,”Nggak bisa. Aku malu.”Lia mengacak rambut sebahuku dengan gemas,”Lihat. Kamu sampai kehilangan kemampuan bicara tiap kali berpapasan dengan Kak Fendi. Mau sampai kapan kamu naksir dia diam-diam? Apa kamu nunggu sampai itik bertelur anak ayam?”Aku hanya mengedikkan bahu tanda acuh. Sebelum aku melangkah lagi, aku sengaja menoleh ke belakang. Aih, punggung tegap itu membuatku berdebar. Sungguh aku ingin sekali sesekali bisa bersandar di punggungnya dan mendengarkan suara serak merdu itu menjelaskan teori Pengantar Akuntansi.“PDKT yang sungguh-sungguh dong. Masa kamu mau keduluan si Tika, lihat tuh dia selalu rajin nempel sama Kak Fendi,” sergah Lia sedikit keki melihat sosok cantik Tika menyapa Kak Fendi dengan genit.Kak Fendi memang memiliki sikap ramah. Masalahnya, aku tak punya keberanian seperti Tika atau gadis-gadis lain yang berani mendekati Kak Fendi. Bagiku ia bagai matahari yang membuat hangat orang-orang di sekitarnya, sementara aku hanyalah seseorang yang mungkin namanya saja tidak ia ingat dan hanya berani melihatnya dari sudut gelap dan teduh.***“Udah denger kabar terbaru? Kak Fendi berhasil menjadi mahasiswa teladan tahun ini, dan dua minggu lagi ia akan mengikuti pertukaran mahasiswa selama satu tahun di Australia,” celoteh Lia.Dua minggu lagi? Kenapa secepat ini? Lalu mengapa aku menjadi segelisah ini? Bukannya aku hanya mengaguminya saja? Mengapa setengah hatiku berharap tidak ingin melihatnya pergi?“Kamu harus gerak cepat,” ujar Lia seraya menatap mataku serius.“Serius buat apa?” tanyaku.“Kamu harus dekati Kak Fendi dan utarakan perasaanmu.”“Whaat? Aku ini cewek. Dan lagi aku ini nggak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan cewek-cewek itu,” aku memekik pelan sembari melirik Tika yang berpakaian modis dan segar serta beberapa gadis manis dan percaya diri lainnya yang juga menyukai Kak Fendi.“Hei, kan ada aku di sini. Cukup turuti dan lakukan semua wejangan yang kuberikan. Reputasiku sebagai mak comblang sudah sangat teruji. Masa aku nggak bisa nyomblangin sobatku sendiri,” Dan inilah jadinya diriku sekarang. Sesuai dengan arahan Lia, kacamata minusku telah berganti soft lens warna cokelat, jins gombrongku berganti skinny jeans, dan kemeja kebesaranku berganti blus yang cenderung feminin. Seketika penampilan jadulku berganti menjadi sedikit lebih modern. Tapi masalahnya, mulutku masih tak bisa kupaksa bicara. Tetap saja pribadiku yang gagu ini, tak mampu menyapa orang yang kukagumi walau hanya sepatah kata.Memalukan. Saat aku bnar-benar berpapasan dan mampu memanggil namanya, mulutku justru tak mau bersahabat. Saraf bicaraku mengunci, enggan membuka. Kak Fendi hanya memandangku heran. Bahkan Tika dan beberapa teman lainnya memandangku aneh karena aku hanya menyapa lalu bisu seketika. Lia memanggil namaku, namun aku terlanjur pias dan malu.“Kenapa kamu malah lari?” sembur Lia tak sabar.“Aku malu. Penampilanku sekarang ini bukanlah gayaku sebenarnya. Memang banyak yang memuji perubahan penampilanku, tapi ini membuatku tidak nyaman. Sorry, Lia,” aku berusaha menahan tangis. Memang aku justru merasa tidak nyaman ketika menjadi perhatian orang lain. Aku masih nyaman berdiam di sudut gelap.Lia menunjukkan raut wajah penuh penyesalan. Aku tahu ini bukan salahnya. Aku tak tahu bagaimana caranya menonjolkan diri. Aku takut akan ada sikap penolakan atau menjadi terlalu salah tingkah tingkah di hadapan Kak Fendi. Jika memang aku hanya sekedar kagum, mengapa aku bisa segelisah ini? Apakah perasaanku ini sudah naik satu tingkat menjadi cinta? Ah, tidak mungkin begitu.“Aku ingin sendiri Li, maaf ya.” Hanya itu yang bisa kukatakan pada Lia. Lia bisa memaklumi dan meninggalkanku sendirian di gazebo dekat taman kampus.Sudah beberapa hari aku berganti penampilan. Namun hasilnya tetap saja, aku masih merasa minder. Sementara waktu keberangkatan Kak Fendi semakin dekat, dan aku mungkin hanya akan menjadi penggemar rahasianya. Kejadian tadi membuatku semakin malu untuk bertemu dengan Kak Fendi lagi.“Diva, boleh aku duduk di sini?” sebuah suara yang sering kurindukan membuyarkan lamunanku. Aku mengangguk mempersilahkan.Kak Fendi menunjukkan buku catatan warna pink padaku. Itu buku catatan yang berisikan karya puisiku dan hilang seminggu yang lalu.“Sudah lama ingin kukembalikan, aku tak sengaja menemukannya di meja kelas, tapi rasanya aku malu untuk sekedar menyapa,” tukasnya dengan senyum penuh arti.Aku membuka buku catatan itu, ada sebuah memo kecil terselip di dalamnya. Isinya membuatku tertegun dan berbunga-bunga.“Sudah lama aku mengamatimu. Kamu selalu tampak cantik di mataku. Buku catatan ini sebenarnya ingin kujadikan alat agar bisa ngobrol sama kamu. Emm, kamu bisa tunggu kepulanganku?” tanyanya penuh harap.Aku tersenyum. Jawaban itu sudah tampak jelas di mataku. Ya, baru kumengerti, rupanya ini yang dinamakan rindu.
September 22, 2020
Semua Jadi Bencana Ketika Menjadi Angka
Angka adalah sebuah hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita. Saya yang mulanya berpikir jika bisa hidup baik-baik saja tanpa dikejar ‘angka’, ternyata tanpa sadar berjalan di jalur yang sama dengan kebanyakan orang. Angka itu bisa berupa penghasilan, usia, sampai jumlah follower di media sosial. Ketika tersadar, saya mengerem laju kecerobohan ini lalu merenungi diri sendiri. Wah, hampir saja kebablasan nih.
Meskipun telah menyadari bahaya dari terlalu mendewakan angka, masih saja kadang saya terpapar hasrat untuk mengejar sesuatu karena iming-iming ‘angka’. Padahal saya selalu membanggakan diri sebagai seorang yang kreatif dan tidak hanya mengutamakan jebakan angka. Kenyataannya diam-diam, ada bibit kecil yang bersembunyi jauh di pojokan hati dan kepala, sayup-sayup ia berbisik, “Ah dasar munafik. Beneran kamu nggak peduli sama angka?”
Ambisi Ingin Sekeren Orang Lain
Jebakan pertama yang paling sering saya lalukan adalah ambisi ingin sekeren orang lain. Masalahnya, teman-teman keren itu bertebaran di setiap medsos yang saya punya. Ada teman penulis yang sukses menggali nominal lumayan di sebuah aplikasi novel, ada yang berhasil memenangkan kompetisi menulis dengan total hadiah mengejutkan, bahkan ada juga yang berhasil menerbitkan buku di penerbit mayor berkali-kali meskipun negara masih lesu karena pandemi. Saya ingin menjadi mereka sampai lupa mengasihani diri sendiri.
Kambuh lagi hasrat untuk menulis banyak hal dalam waktu bersamaan. Tiap hari yang saya pikirkan adalah cerita apa yang kira-kira menarik untuk ditulis di platform, buku, atau dijadikan ebook. Pikiran sedikit teralihkan ketika saya sedang di kantor, begitu jam kerja selesai, saya akan kembali ke lingkaran pemikiran tak henti. Saya tak mengistirahatkan otak. Badan mulai protes karena fokus saya hanya pada bagaimana cara mendulang angka.
“Bagaimana caranya bisa keren kaya kamu, Kak? Bagaimana cara manajemen waktu untuk tetap menulis sambil sibuk kerja?” Sebuah pertanyaan masuk ke salah satu medsos dan saya dibuat terhenyak.
Orang lain melihat saya begitu produktif. Ada juga yang begitu terang-terangan mengatakan jika apa yang saya capai adalah impian mereka selama ini. Ketika saya sedang sibuk mendaftar kekerenan orang lain dan berusaha untuk mengikuti jejak mereka, ada orang-orang yang melihat saya mencintai apa yang saya kerjakan. Lucu sekali. Kemana seorang Reffi yang sangat menikmati apa yang ditulis bukan karena patokan angka?
Itulah cara-cara Tuhan menegur saya untuk lebih menyayangi diri sendiri. Boleh saja mengagumi keberhasilan orang lain tetapi tidak seharusnya membuat saya bersikap terlalu keras pada diri sendiri. Tiap orang punya passion berbeda. Saya tak mungkin menjadi semuanya. Maka saya amati hal-hal apa yang benar-benar menarik minat lalu mulai serius belajar.
Jebakan Uang
Benar, saya memang ingin sekali mendapat lebih banyak pundi-pundi rezeki lewat tulisan. Namun karena pandemi yang masih belum berakhir, klien yang semula rutin memberikan job menulis, lalu mendadak cuti. Saya tak mendapat job menulis konten. Kemudian banyak invoice yang tertahan berbulan-bulan karena kondisi klien juga terpukul pandemi. Saya pun mulai membuka situs freelancer lagi. Saya ingin mencari job menulis sebanyak mungkin.
Lalu alarm itu menyala. Saya ingat jika masih ada pekerjaan utama yang memberikan stabilitas. Berapapun nominal yang saya hasilkan dari menulis, saya merasa sangat istimewa. Tidak sebanding dengan gaji bulanan pastinya, tetapi cukup untuk menambah puni tabungan. Apalagi setelah Papa pensiun, kadang saya dibutuhkan untuk membantu keluarga.
Berkarya untuk mendapatkan sebuah ‘angka’ memang bukan dosa, tetapi perlu diperhatikan juga bagaimana kesehatan mental kita dalam melakukannya. Jangan salahkan postingan bahagia orang lain jika kita merasa insecure. Perhatikan lagi apa yang ada di dalam hati dan benak kita, mengejar angka membabibuta hanyalah tindakan sia-sia.
September 17, 2020
Insight Bergizi TedX Jalan Tunjungan: World Strategist
Saya adalah pecinta video Ted Talk. Maka ketika tahu jika ada komunitas resmi TedX yang menjadi penyelenggara event Ted Talk seperti di video-video yang saya suka saat berselancar di Youtube ada di Surabaya, wajar saja jika saya berminat mengikuti acaranya langsung. Sejak medio akhir 2018 sampai 2019 ada beberapa acara TedX Jalan Tunjungan yang saya ikuti, tetapi karena pandemi Covid 19 menyerang Indonesia, maka semua acara TedX pun dijalankan secara daring.
Mengikuti webinar, mengajar atau belajar, sampai sekadar kopdar melalui aplikasi Zoom dan Google Meet adalah sebuah bentuk kenormalan baru (new normal) yang dilakukan selama masa pandemi. TedX Jalan Tunjungan pun melakukan inovasi yang sama. Di acara Xplore mereka kali ini tidak diselenggarakan secara tatap muka langsung melainkan melalui Zoom. Tema yang diangkat di acara pre-event 21 Agustus dan eventnya pada 22 Agustus 2020 lalu bertajuk World Strategist. Dua kata yang sering saya dengar dan baca, hanya saja maknanya belum sepenuhnya saya cerna
[image error] .
Beruntungnya, setelah menjawab beberapa pertanyaan di form pendaftaran event, saya terpilih sebagai salah satu penerima event scholarship sehingga bisa mengikuti acara utama secara gratis. Dalam pre-event, peserta diajak untuk latihan membuat konsep event. Kami dibagi dalam beberapa kelompok kecil dengan tema tertentu lalu merancang konsep sebuah acara, serunya waktu diskusi pun sangat terbatas. Inilah esensi cara membuat strategi paling dasar. Strategi untuk memecahkan masalah tak hanya butuh satu kepala pintar, sinergi bersama tim yang solid dan kompeten adalah kunci utamanya.
Dua Pembicara yang Membuka Kebuntuan Soal Masalah Dunia
Dalam event utama pada 22 Agustus, saya menyerap banyak ilmu bergizi dari video dua pembicara yang membahas isu berbeda. Fiona Terry membicarakan isu yang dihadapi organisasi kemanusiaan sedangkan Dambisa Moyo mengangkat topik yang bersilangan erat dengan Emerging Country. Saya baru tahu jika istilah emerging country atau negara udaya adalah sebuah negara yang tidak lagi negara berkembang namun setingkat di bawah negara maju. Indonesia sendiri kini digolongkan sebagai negara udaya pada MIKTA.
Fiona Terry membicarakan masalah organisasi kemanusiaan yang mendapat hambatan karena kurangnya undang-undang untuk melindungi kegiatan mereka, terutama dari campur tangan politik. Contoh kasus yang disebutkan ada di Somalia. Ketika organisasi kemanusiaan memberikan bantuan untuk Somalia, ternyata tak semua rakyatnya menerima sesuai dengan apa yang disumbangkan. Bantuan telah dipergunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Kejadian di Afghanistan juga tak kalah sedih. Negara yang luluh-lantak akibat perang sipil dan kekacauan lokal tersebut juga menjadi tujuan banyak badan kemanusiaan untuk mendapat bantuan. Nyatanya, bantuan kemanusiaan dipergunakan sebagai alat untuk memenangkan hati rakyat. Ada unsur politis yang tidak tulus.
Menurut Fiona, seharusnya organisasi kemanusiaan haruslah netral. Ia mempertanyakan bantuan yang diberikan memang berada di tangan yang sesuai. Jika ada undang-undang yang mengatur kode etik selama bertugas, mungkin saja kejadian-kejadian menyedihkan di Somalia dan Afghanistan tidak akan terungkit. Saya sangat suka sesi ini. Selama ini saya kira jika organisasi kemanusiaan mudah mendapat akses ke negara-negara yang sedang berkonflik, ternyata tantangannya juga sangat beragam.
Saya jadi ingat kasus ledakan Beirut bulan lalu. Ketika banyak orang membuka link donasi, penduduk Beirut mengingatkan untuk lebih waspada sebelum berdonasi. Lebih baik jika menyalurkan dana ke organisasi internasional daripada badan yang dibentuk pemerintahnya karena sering banyak kasus korupsi dana bantuan yang membuat hasilnya tidak tersalurkan pada rakyat. Fakta yang cukup mengejutkan, bukan?
Belajar Dari Cina Sebagai Negara Udaya
Kata pepatah, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Kini sepertinya bukan menjadi isapan jempol belaka. Dambisa Moyo, salah seorang pakar ekonomi terkemuka, menyampaikan pendapatnya bagaimana seharusnya negara-negara di dunia mau belajar dari perkembangan pesat ekonomi Cina. Ia juga menjelaskan perbedaan sistem liberalisme dan komunisme dalam ekonomi.
Dulunya inovasi dan pencapaian Amerika Serikat menjadi contoh banyak negara. Private capitalism dan juga demokrasi dianggap sangat penting. Lalu Dambisa memberikan contoh, “Bagaimana kita akan berpikir soal demokrasi jika kita hidup dengan gaji di bawah standar dengan tanggungan yang berat? Kita akan lebih berpikir tentang bagaimana cara bertahan hidup daripada berpikir soal voting untuk pemilu.”
[image error]
Cina dengan sistem kapitalisme publiknya yang berlawanan dengan sistem private capitalism ala Amerika, sukses membangun kemakmuran rakyatnya. Ada hajat-hajat hidup yang dikontrol oleh negara sehingga pemerataan kemakmuran bisa dicapai. Kita seharusnya belajar, bahwa untuk masa depan bukan soal teknologi dan inovasi saja yang seharusnya diperhatikan sebuah negara tetapi juga bagaimana negara itu berperan aktif dalam menyelesaikan masalah di dunia. Dan juga bagaimana infrastuktur dibangun untuk membantu rakyat di negaranya.
Acara berikutnya juga tak kalah seru. Bulan depan akan ada event TedX Jalan Tunjungan Countdown: Zero Carbon World. Masuk ke website TedX Jalan Tunjungan
Saya mendapat event scholarship juga nih, yuk kita bertukar ide di eventnya bulan depan :)
September 9, 2020
Perempuan dan Standar Nilai dari Pernikahan
“S2 dulu atau menikah dulu?”
Salah satu iklan produk kecantikan dengan jargon tersebut pernah populer beberapa tahun lalu, mungkin kurang mirip tetapi sepertinya begitu. Seorang gadis cantik diberi pilihan apakah ia akan melanjutkan pendidikan atau memilih menikah? Meskipun iklan tersebut disampaikan dengan nuansa ceria, sesungguhnya saya merasa tertohok ketika mendengarkannya.
Bukankah iklan tersebut sedang menyindir? Perempuan diberikan pilihan semacam itu—terutama perempuan di tengah masyarakat kita—untuk menilaidirinya. Baru lulus kuliah S1, akan terdengar pilihan mau menikah langsung atau bekerja beberapa tahun. Kalau sudah bekerja, ditanya mau kapan menikahnya. Saat berencana melanjutkan pendidikan magister, pasti perempuan akan mendapat komentar, “Jangan sekolah tinggi-tinggi, nanti sulit dapat jodoh. Laki-laki tidak suka perempuan yang terlalu pintar, nanti minder.”
Hidup selama dua dekade lebih sebagai perempuan, saya sudah hapal dan kenyang dengan cerita-cerita dari rekan-rekan sesama perempuan yang juga mendapat pertanyaan serupa. Mau seberapa majunya zaman, hidup di desa dan di kota, masih saja banyak yang menilai kualitas perempuan dari pernikahan, seolah kalau sudah menikah maka hidupnya telah sempurna.
Pernikahan adalah sebuah fase hidup dan saya sangat setuju jika pernikahan adalah sebuah hal yang sakral. Tetapi glorifikasi pernikahan sebagai sebuah tujuan kebahagiaan perempuan dan mengenyampingkan pendidikan di tingkatan kedua, membuat tekanan sosial terhadap perempuan ini lebih meningkat.
Bukan berarti laki-laki tidak mengalaminya, tetapi betapa banyak perempuan yang sering mengeluh atau galau di media sosial tentang dirinya yang belum menikah di usia yang dianggap sudah matang. Meskipun pekerjaan dan status pendidikan perempuan tersebut berkualitas, jika belum menikah maka akan dicap sebagai perawan tua. Kegalauan di media sosial ini menjadi salah satu indikator betapa sempitnya pilihan hidup perempuan.
Bahaya Kampanye Menikah Muda
Perempuan seharusnya juga mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, bukannya terjebak dalam sebuah ikatan pernikahan atas dasar gengsi keluarga atau tetangga. Saat ini bertebaran kampanye menikah muda demi mengekang hawa nafsu anak muda dan juga menegakkan syariat Islam lewat pernikahan.
Memang benar, menikah adalah salah satu cara untuk memperoleh karunia dari Allah SWT, akan tetapi perlu ditilik lagi apakah menikah muda itu sesuai dengan kondisi realita sosial yang tersaji di tengah-tengah masyarakat? Pada kenyataannya, masih banyak praktik pernikahan anak, yakni perempuan di bawah usia 18 tahun, dinikahkan begitu saja tanpa memberikan pendidikan psikologis yang tepat, pengetahuan tentang kesehatan alat reproduksi yang cukup, termasuk bagaimana mengatur kondisi keuangan pribadi.
Embel-embel menikah muda akan mampu mengekang hawa nafsu jika tidak dibersamai dengan pemahaman tentang bahaya pernikahan dini dan efek jangka panjangnya bagi perempuan remaja yang belum siap, malah akan memicu banyak permasalahan yang lebih rumit. Korbannya pun lagi-lagi perempuan.
Menurut Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian PPPA, Lenny N Rosalin, pernikahan anak akan memiliki dampak terhadap gagalnya seorang anak perempuan memperoleh pendidikan yang layak, risiko kesehatan ketika mengandung dan melahirkan, permasalahan ekonomi dan segudang permasalahan kompleks yang akan mengikuti.
Hasil riset dari Susenas pada tahun 2013 menyatakan bahwa perempuan yang menyandang status pernah kawin pada usia 20-24 tahun mencapai 24%. Memang prosentase tersebut terus menurun secara perlahan hingga tahun 2016, tetapi masih dalam kisaran angka yang cukup tinggi. Selain itu dari hasil survei tersebut juga ditemukan jika perempuan pada usia 20-24 tahun yang pernah melakukan pernikahan usia anak, cenderung memiliki pendidikan lebih rendah dibanding dengan perempuan yang menikah di atas 18 tahun.
Oleh sebab itu, sudah saatnya gerakan menikah muda ini dihentikan dan diganti dengan pemberian wawasan bagaimana seharusnya perempuan berhak mengenyam pendidkan lebih tinggi dan juga bagaimana hubungan antara keluarga serta institusi pendidikan dalam memberikan pendidikan seks yang cukup.
Akan lebih baik jika perempuan diarahkan untuk menikah minimal usia 22 tahun, di saat ia telah lulus kuliah dan usianya sudah cukup dewasa untuk memahami tanggung jawab dalam rumah tangga. Sudah bukan saatnya lagi anak perempuan dianggap sebagai komoditi atau dianggap manusia kelas dua yang tujuan hidupnya hanya untuk pernikahan.
Pilihan Perempuan Sebagai Manusia
Beranjak ke fenomena berikutnya terlepas dari masalah pernikahan dini yang masih menjadi kebiasaan beberapa masyarakat, pernikahan seolah menjadikan perempuan tidak bisa memilih hal lain di luar itu. Saat ada seseorang yang memutuskan untuk mengejar karir atau berusaha meraih pendidikan setinggi mungkin, ada saja cibiran yang datang. Beda halnya jika seorang laki-laki yang tak kunjung menikah karena berusaha mencapai cita-citanya. Sebagian orang mampu memaklumi ketika laki-laki sukses masih betah melajang.
Perempuan memiliki pilihan. Sebagai manusia yang juga diciptakan Tuhan sebagai makhluk paling sempurna, sudah saatnya perempuan tak lagi dipaksa untuk memilih pernikahan sebagai standar pasti. Memperbanyak keturunan bukanlah hal yang ideal jika hanya dijadikan sebagai sebuah tradisi. Perempuan bisa menikah di usia berapapun, sesuai dengan kehendak mereka.
“Bagaimana kalau perempuan sampai ada yang memilih untuk tidak mau menikah dan hanya sibuk dengan pekerjaannya? Bukankah ia akan kesepian?” Pertanyaan semacam ini juga sering diterima oleh para perempuan karir yang masih lajang.
Faktanya, laki-laki dan perempuan yang menikah tidak selalu mendapat kebahagiaan seperti di dongeng pangeran dan putri. Perempuan akan menikah dan bahagia selamanya, hanya menjadi isapan jempol jika tidak diimbangi dengan kerjasama dan pengertian yang baik antara suami dan istri.
Sesuai dengan data di Lokadata pada bulan Agustus 2019, tingkat perceraian menunjukkan peningkatan. Menurut hasil data yang dikumpulkan oleh Dirjen Peradilan Agama Mahkamah Agung, sekitar 44,6% perceraian disebabkan oleh pertengkaran. Lalu disusul 28,2% perpisahan karena masalah ekonomi, sedangkan 18,2% dikarenakan meninggalkan pasangan dengan berbagai alasan.
Menikah bisa membuat bahagia, bisa juga tidak. Nilai kebahagiaan seseorang bisa saja dari pekerjaan dan karya yang dibuat dan bagaimana seseorang mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan masyarakat.
Dari hasil data tersebut, bisa disimpulkan jika pernikahan, baik yang menikah atas keputusan sendiri atau dijodohkan, tidak selalu memberikan hidup bahagia. Bukan berarti kita sebaiknya menghindari pernikahan, tetapi perlu diketahui juga jika pernikahan bukanlah cara utama untuk mendapat kesenangan. Menikah bisa membuat bahagia, bisa juga tidak. Nilai kebahagiaan seseorang bisa saja dari pekerjaan dan karya yang dibuat dan bagaimana seseorang mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan masyarakat. Jikalau ingin menikah pun, perempuan harus mempertimbangkan dengan sadar dan mendiskusikan hal-hal penting sedetail mungkin dengan calon suami. Kerjasama yang baik, komunikasi terbuka, dan sikap saling menghargai adalah kunci agar rumah tangga mampu melewati rintangan. Cinta saja tidak cukup.
Dukungan Pemberdayaan Perempuan
Dukungan terhadap pemberdayaan perempuan tak bisa hanya bergantung pada pemerintah saja. Butuh sinergi yang kuat dari keluarga hingga ruang lingkup karir perempuan agar diskriminasi terhadap perempuan bisa semakin dikurangi.
Yang pertama adalah pemerintah bisa melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat yang nantinya diteruskan hingga lingkup desa untuk mengedukasi pentingnya pendidikan untuk perempuan. Ibu Sri Mulyani selaku Menkeu yang juga dianggap sebagai contoh figur sukses seorang ibu rumah tangga, juga dapat berkarir dengan baik, menyebutkan jika penyerapan tenaga kerja perempuan di sektor informal mencapai 30%. Rendahnya pendidikan dan kurangnya kecakapan, membuat perempuan digaji lebih rendah dari laki-laki.
Dengan bantuan organisasi kecil atau komunitas yang ditunjuk di desa-desa, berikan informasi untuk anak-anak dan remaja perempuan, didampingi dengan kedua orang tua, bagaimana cara mendapatkan beasiswa pendidikan. Adapun bagi yang ingin bekerja, berikan penyuluhan terkait keterampilan dan juga sertifikasi resmi yang dapat membantu kemampuan perempuan dihargai lebih profesional.
Kedua, dari segi pendidikan, guru juga harus rajin melakukan dialog atau pendekatan secara rutin dnegan pihak orang tua yang terbatas akses informasinya mengenai manajemen keuangan (financial literacy) dan juga pendidikan seks untuk anak-anak perempuan yang akan memasuki usia pubertas. Pernikahan bukanlah jalan satu-satunya untuk melepas anak perempuan seolah kelahirannya menjadi beban. Pendidikan agama yang positif—tidak hanya merujuk pada dalil pernikahan—juga sangat penting untuk ditanamkan. Berikan cerita-cerita inspiratif dari para tokoh perempuan baik di Indonesia maupun mancanegara yang sukses meraih cita-cita.
Ketiga, instansi dan juga industri yang menerima tenaga kerja perempuan juga perlu menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif bagi perempuan yang menjadi ibu. Tak hanya pemberian cuti hamil yang lebih panjang, misalnya 6 bulan agar bayi mendapat ASI eksklusif, sediakan juga ruang khusus untuk perempuan memompa ASI. Bisa juga beberapa perusahaan di satu komplek industri bersepakat untuk membangun tempat penitipan anak usia dini. Seorang ibu tunggal pun akan terbantu dengan adanya fasilitas ini ketika tidak ada seseorang yang bisa dipercaya untuk menjaga buah hatinya.
Dalam dunia profesional, perempuan juga harus mendapat kesempatan yang layak dalam peningkatan karir dan gaji. Selama kecakapan seorang staf perempuan itu mumpuni dan kredibel, sudah sewajarnya jika ia diberi kesempatan untuk naik level.
Yang terakhir adalah perlunya kesadaran dari sesama perempuan. Sudah bukan zamannya lagi, perempuan karir merasa lebih tinggi dari ibu rumah tangga. Begitu pula sebaliknya, perempuan yang telah menikah di usia dua puluhan dan bahagia dengan keluarganya, tidak perlu mencibir seorang ibu yang masih berkarir. Tinggalkan perdebatan tidak penting yang berpotensi membuat saling iri dan saling membenci. Perempuan seharusnya bersinergi untuk meningkatkan kepercayaan diri dan bakat mereka.
Laki-laki tidak perlu cemas dengan tingkat pendidikan dan kecerdasan perempuan. Perempuan cerdas pasti akan lebih berdaya dalam mendidik anak dan mendukung pasangan. Bagi perempuan yang tidak menjadikan pernikahan sebagai prioritas utama juga tetaplah perempuan yang wajib dihormati. Perempuan bisa menjadi apa saja dan memilih akan seperti apa masa depannya nanti.
Referensi:
· Perkawinan Anak: Sebuah Ikatan Sakral Pemadam Api Harapan (https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1685/perkawinan-anak-sebuah-ikatan-sakral-pemadam-api-harapan)
· Sri Mulyani Bicara Tentang Pilihan Wanita: Karir atau Ibu Rumah Tangga? (https://finance.detik.com/wawancara-khusus/d-3480351/sri-mulyani-bicara-tentang-pilihan-wanita-karir-atau-ibu-rumah-tangga)
· Pertengkaran dan masalah ekonomi: penyebab utama perceraian (https://lokadata.id/artikel/tingkat-perceraian-lebih-tinggi-dari-perkawinan)
· Women need to stop choosing career or family – and take the third way instead (https://www.telegraph.co.uk/women/business/women-need-stop-choosing-career-family-take-third-way-instead/)
September 1, 2020
Cara Mencari Kerja Dengan Cepat Via Online
Sekarang jika ingin mencari pekerjaan, tak perlu lagi mencari info lowongannya di surat kabar. Internet menjadi solusinya. Kamu juga tidak perlu bingung, bagaimana sih cara melamar kerja lewat internet atau gimana sih cara yang baik untuk mencari lowongan kerja via online? Yuk langsung saja kita bahas cara-caranya!
1. Gunakan Media Sosial
Cara pertama yang sebaiknya kamu coba adalah dengan menggunakan situs media sosial yang kamu miliki. Apakah lebih mudah? Apakah akan berhasil? Berhasil atau tidak yang paling penting adalah kamu ada usaha untuk mencari lowongan kerja. Tenang saja, saat ini media sosial sudah sangat dikenal di Indonesia.
Selain di website atau aplikasi pencari kerja, biasanya perusahaan juga mencari karyawan dan membuka lowongan kerja lewat media sosial seperti Facebook dan juga Instagram. Bisa dengan cara kamu follow akun lowongan kerja atau komunitas dan grup lowongan kerja di Facebook.

Di Instagram pun kamu bisa juga menggunakan hashtag loker, lowongan kerja, job vacancy atau yang terkait dengan lowongan kerja. Melalui media sosial, kamu juga bisa sharing dengan teman kamu di akun sosmed. Tapi ingat, jika kamu mencari lowongan kerja via online menggunakan media sosial, jangan mudah tergiur dengan gaji yang besar apalagi jika jenis pekerjaannya hanya hal sepele. Bisa jadi itu adalah penipuan. Sebaiknya cari tahu juga tentang perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan, alamat dan profil yang lain supaya kamu juga lebih percaya dan yakin.
2. Pakai Aplikasi Lowongan Kerja
Jika cara yang pertama sudah kamu lakukan dan belum juga berhasil atau masih kurang ampuh menurut kamu, cobalah menggunakan aplikasi lowongan kerja yang terpercaya seperti Mamikos. Selain lebih mudah, aplikasi lowongan kerja juga biasanya lebih dapat dipercaya dan sudah dilengkapi dengan kualifikasi, alamat, gaji yang ditawarkan serta ada tombol untuk daftar, apply atau kirim lamaran.

Kelebihan lainnya dari aplikasi lowongan kerja adalah info lowongan kerjanya lebih beragam, mulai dari lowongan kerja freelance, lowongan kerja untuk lulusan SMU, dan berdasarkan bidang yang sedang kamu cari. Jadi, aplikasi lowongan kerja ini menawarkan kemudahan kepada kita untuk mencari lowongan kerja via online yang lebih cepat dan efisien.
3. Subscribe Situs Lowongan Kerja
Kamu juga bisa cara satu ini untuk mendapatkan lowongan kerja via online dengan udah dan cepat. Saat mengunjungi situs lowongan kerja biasanya ada tombol subscribe kemudian meminta alamat email.

Jadi nanti jika ada update terbaru seputar lowongan kerja, kamu akan langsung mendapatkan pemberitahuan dari situs yang sudah di subscribe. Cara ini juga cukup efisien sambil kamu menyiapkan cv dan protofolio untuk melamar kerja nanti.
4. Cari Situs yang Terpercaya
Cara mencari lowongan kerja via online selanjutnya adalah dengan mencari loker di situs–situs yang sudah terkenal dan terpercaya. Dengan begini kamu memperkecil kemungkinan untuk ditipu, karena sekarang ini ada banyak penipuan iklan kerja yang ujung-ujungnya hanya meminta uang dan merugikan.

Cobalah untuk mencari situs lowongan kerja dari tingkat popularitas, dari iklan di media sosial, TV atau di media yang lainnya. Nah, kamu juga harus berhati-hati jika muncul situs yang kurang terkenal karena rata-rata info yang diberikan adalah palsu.
Kelebihan lain dari situs terpercaya adalah info yang diberikan rata-rata sudah pasti akurat dan lebih lengkap. Jika ada keluhan atau mungkin kamu kurang paham cara melamar kerja, di situs biasanya ada kolom komentar atau cara-cara memasukkan lamaran. Cukup mudah dan cepat!
Jooble Menjadi Salah Satu Solusi Penyedia Lowongan Kerja
[image error]Jooble – situs penelusuran lowongan kerja. Berusia 13 tahun, Jooble telah tersedia di 71 negara dengan 24 bahasa.
Jooble merupakan mesin telurus khusus lowongan kerja dengan pengguna 2 juta setiap harinya, sama dengan mesin telusur seperti Google atau Yandex. Jooble tidak menyimpan semua informasi di dalam basis datanya sendiri. Jooble cuma bisa mencari informasi dan itu adalah hal yang jooble melakukan memang lebih bagus daripada lainnya.
Jooble juga adalah mesin telusur dengan perbedaan kecil : mesin ini mengkhususkan diri dalam pencarian lowongan kerja. Pencarian dilakukan di antara semua portal dengan pekerjaan di Indonesia. Mesin telusur Jooble mencari posting lowongan kerja di segenap situs lowongan kerja utama di Indonesia.
Jooble menyaring pos yang sama secara otomatis, sehingga lowongan yang serupa dari berbagai situs kerja diperlihatkan sebagai satu posting saja. Sambil menelusuri, silakan perhatikan panel filter kami yang di layar kiri. Panel ini akan membantu menyaring hasil yang tidak diperlukan dari penelusuran lowongan kerja.
Dengan Jooble, temukan lowongan kerja yang kamu impikan !!!



