Eva Sri Rahayu's Blog, page 4
May 6, 2017
Digital Financial Literacy For Children: Metode Seru Belajar Keuangan Untuk Anak
[image error]
Saya termasuk bocah yang tumbuh di pedesaan. Tahun-tahun zaman itu, belum banyak toko mainan di daerah yang saya tinggali. Sehingga hasrat belanja saya belum membumbung. Paling banter hanya ketika lebaran saja saya jajan agak banyak. Karena tertanam dalam pikiran saya bahwa hanya di waktu itulah boleh membeli apa saja. Sehari-hari saya jadi agak terobsesi menabung untuk lebaran. Sayangnya, obsesi itu punah setelah saya pindah ke kota Bandung. Seperti melihat gemerlap cahaya ibu kota, saya pun waktu itu langsung silau oleh banyaknya toko buku dan toko-toko mainan yang mudah diakses dari rumah. Sehingga saya tak lagi ingin menyimpan uang untuk dibelanjakan setahun sekali, tapi tiap kali saya “menginginkan” sesuatu. Untungnya, saya enggak akan merengek minta pada orang tua saat ingin memiliki buku atau mainan. Pasalnya, sedari kecil, saya dibiasakan keluarga untuk membeli sendiri barang-barang yang saya inginkan. Kepengin buku, boneka barbie, atau mainan? Nabunglah dulu sampai uangnya cukup. Saya jadi terbiasa tak jajan apa pun di sekolah selama berhari-hari. Moment yang terus terputar dalam kenangan saya soal keuangan adalah ketika kakak tertua saya dengan wajah serius mengatakan, “Keadaan keuangan keluarga kita enggak baik. Eva sama Evi harus ngerti. Kalau mau apa-apa nabung sendiri.” Kira-kira begitulah kalimatnya kakak yang disampaikan dalam bahasa Sunda dengan ekspresi super serius. Metode kakak saya berhasil membangunkan rasa heroik saya sebagai anak.
Beda lagi saat saya telah menjadi orang tua. Metode kakak saya ternyata enggak berhasil saya terapkan ke anak sendiri. Banyak faktor yang menggaggalkannya. Kadang karena anaknya yang enggak sabar menabung, sering juga karena tahu-tahu barangnya dibelikan neneknya. Maklum ya kalau ke cucu tuh suka manjain. Kalau saya sendiri, urusan mainan atau buku sih bisa saya tahan, tapi buat urusan kuota… saya enggak bisa ngerem. Sebagai generasi digital, anak saya memang sudah fasih bergawai ria. Dari urusan belajar, main game, ngevlog, sampai nonton kartun. Saya jadi pusing gimana metode yang tepat ngajarin anak mengelola keuangan.
Digital Financial Literacy For Children: Metode Seru Belajar Keuangan Untuk Anak
Metode ngajarin anak dengan menakut-nakuti atau mengintimidasi memang sudah ketinggalan zaman dan tidak efektif. Saya jadi keingetan buku anak Totochan, dalam buku itu diceritakan metode belajar mulai dari apa yang disukai. Kalau anak-anak masa kini begitu menggemari gawai, berarti anak-anak bisa belajar dengan memanfaatkan gawai. Fenomena ini rupanya ditangkap oleh Citi Indonesia (Citi Foundation). Bekerja sama dengan Prestasi Junior Indonesia (PJI) sebagai mitra pelaksana, Citi Indonesia yang lebih dikenal dengan sebutan Citibank menggelar “Digital Financial Literacy For Children“, yaitu program belajar mengelola keuangan untuk anak sekolah dasar. Program yang menerapkan strategi atau cara mendidik anak di era digital ini menyusur siswa-siswi kelas 3, 4, dan 5.
[image error]
Anak-anak SDPN Sabang Bandung sedang mengikuti program “Digital Financial Literacy for Children“
Program ini memilih edukasi pada anak-anak agar anak-anak mendapat pemahaman mengenai pengelolaan keuangan sedini mungkin. Tujuannya untuk mendorong para siswa agar mengerti literasi digital terkait dengan industri keuangan, terutama perbankan. Kalau kata Mr. Robert Gardiner dari PJI sih diharapkan mereka nantinya bisa jadi duta keuangan buat keluarganya dengan menyampaikan bermacam-macam informasi dari ruang kelas pada anggota keluarga dan menerapkannya dalam keseharian.
Ada enggak sih yang mikir kayak gini, “Kayaknya anak sekecil itu belum waktunya deh dikasih edukasi soal keuangan. Entar ajalah ngedidik anak soal keuangannya kalau anak udah gede.” Mungkin memang sih ya uang jajan anak saat ini enggak gede, kebayang kita sebagai orang dewasa, ngelola uang segitu mah gampang. Tapi buat anak kan uang jajannya itu besar. Selain itu, kalau anak enggak dikasih pengertian soal keuangan sejak dini, kemungkinan anak bakalan ngegampangin saat menginginkan sesuatu. Karena dipikirnya barang-barang yang diinginkannya enggak butuh uang untuk membelinya. Apalagi mainan anak sekarang mahal-mahal. Ya bukan persoalan diajak prihatin atau mikirin keuangan keluarga juga. Tapi biar anak setidaknya mengerti cara mengelola uang secara sederhana dan mengelola keinginannya memiliki sesuatu. Saya jadi teringat sama kata-kata Mbak Novita Tandry, seorang psikolog anak, intinya begini: Lebih sulit meluruskan pemahaman anak yang terlanjur salah saat sudah berusia 9 tahun ke atas. Jadi belajar mengelola keuangan buat anak-anak itu memang penting.
[image error]
Program “Digital Financial Literacy for Children” ini sudah dimulai sejak Agustus 2016, dan untuk periode kali ini berakhir pada Juli 2017. Programnya menjangkau 2.244 siswa yang terdiri dari 7 SD di 4 kota besar Indonesia. Selain Bandung, tiga kota lainnya yaitu Jakarta, Tangerang, dan Surabaya. Untuk teknis pemilihan sekolahnya, Citi Indonesia meminta rekomendasi dari Dinas Pendidikan. Di Bandung sendiri, terpilih SDPN Sabang yang berlokasi di Jalan Sabang No. 2 Cihapit, Bandung Wetan. Acaranya dilaksanakan tanggal 18 April 2017 lalu.
Awalnya saya pikir bakalan ribet banget ngasih edukasi anak-anak soal keuangan. Ekspektasinya berdasarkan pengalaman pribadi sih ya
May 4, 2017
[Ask Author] Dini Fitria Penulis Novel Islah Cinta
[image error]
Proses kreatif menulis novel selalu seperti perjalanan panjang melewati terowongan. Kadang kala cahaya di ujungnya tidak tampak sama sekali. Ketika penulis menyerah, maka kata-katanya tak akan sampai pada para pembaca di luar terowongan sana. Namun, pengalaman batin penulis tentu berbeda-beda. Ada pula yang merasa proses kreatif menulis novel ibarat sedang bersenang-senang di taman bermain, atau menjadi detektif yang menyatukan teka-teka. Saya selalu penasaran dengan perjalanan penulisan seseorang. Termasuk pada Mbak Dini Fitria, penulis novel Islah Cinta. Senangnya, Mbak Dini ini orangnya ramah banget. Permintaan saya untuk wawancara disambut terbuka
April 30, 2017
Memaknai Arti “Kebersamaan” Sesungguhnya
[image error]
“Kids need their mom present, not your present (Anak lebih membutuhkan kehadiran ibunya, bukan pemberian hadiah).” –Novita Tandry
Terus terang, ketika pertama kali saya mengetahui tengah mengandung Rasi, perasaan saya campur aduk. Antara terharu, takut, dan belum siap. Waktu itu bukan kali pertama saya mengandung. Setahun sebelumnya, saya pernah keguguran saat usia kandungan tiga bulan. Sehingga saya takut hal itu terjadi lagi. Alhamdulillah Rasi lahir ke dunia dengan sangat menggemaskan.
Karena waktu itu saya masih berstatus mahasiswa, beberapa bulan setelah melahirkan, saya kembali aktif di kampus untuk menyelesaikan skripsi. Belum lagi diwisuda, saya diterima kerja di sebuah stasiun radio. Maka setiap hari, sebelum berangkat kerja dan sepulang kerja, saya selalu mengurus anak dulu. Saya tidak ingin Rasi merasa kehilangan sosok ibunya. Namun, karier saya sebagai pekerja kantoran tidak berumur panjang. Ibu saya mulai kelelahan mengurus Rasi, maklum karena usia, sehingga saya akhirnya berhenti kerja. Saya memilih menjadi freelancer saja supaya bisa lebih banyak di rumah. Pikir saya, palingan sesekali saja ke luar rumah kalau ada pekerjaan yang memang mengharuskan.
[image error]
Ternyata oh ternyata, menjadi freelancer pun menuntut banyak waktu. Manajemen waktu yang kurang baik membuat kehadiran saya hanya sebatas ‘hadir’, ada di rumah, tapi seringkali jiwa dan hati saya tak di sana.
Waktu Berkualitas Bersama Anak
Meskipun ada di rumah, waktu berkualitas dalam sehari bisa dibagi beberapa waktu. Pertama, sebelum anak berangkat sekolah. Biasanya waktu memandikan anak dan sarapan menjadi waktu yang menyenangkan, karena tidak ada gawai di antara kami. Rasi yang senang bercerita akan berbicara apa saja. Sebisa mungkin saya akan memberi respon excited. Kalau saya merespon seadanya, dia akan protes. Begini misalnya, “Mamah kok gitu ngomongnya? Kalau ngobrol sama Mama Pi suka semangat.” Fyi, Mama Pi itu sebutan buat kembaran saya Evi. Rasi suka memperhatikan saat saya ngobrol dengan kembaran. Makanya dia suka membandingkannya. Anaknya memang kritis.
Kedua, saat makan siang dan makan malam. Waktu-waktu ini sambil makan, kami akan bertukar cerita dengan seru. Kemudian, sebelum tidur, saya akan membacakan buku. Baik itu buku dongeng, ensiklopedia anak, maupun buku cerita dan komik. Kadang kalau bosan dengan buku-bukunya, dia akan meminta saya mengarangkan cerita sendiri.
[image error]
Ekspresi Rasi tiap makan Lotte Choco Pie
Di luar itu, premium bonding moment kami adalah saat membuat prakarya. Rasi senang membuat origami. Seringkali dia mengajari saya origami yang rumit-rumit. Meskipun saya tidak tertarik pada origami, biasanya saya ikuti sampai setengah jalan. Selebihnya menyerah karena saking rumitnya. Acara membuat prakarya ini akan diakhiri dengan makan camilan bersama. Saya pilih Lotte Choco Pie yang soft cake dan marshmallow-nya dilapisi cokelat premium. Rasi suka sekali pada cokelat soalnya. Sebulan sekali saya menjadwalkan bertamasya ke mana saja. Tidak harus yang jauh-jauh, kadang cukup ke taman dekat rumah. Senang kalau dia lagi jalan-jalan gitu, jadi cepat lapar. Pasti saya sediakan camilan untuk perjalanan. Tentu Lotte Choco Pie siap sedia di tas.
[image error]
Rasi dan Lotte Choco Pie favoritnya
Nyatanya, waktu-waktu itu tidak cukup untuk Rasi. Kadang pula, saat pekerjaan saya menumpuk, ada waktu berkualitas yang terpungkas. Sehingga meskipun saya ada di sampingnya, pikiran saya melayang-layang pada pekerjaan. Anak-anak memang makhluk paling peka, ketika hal itu terjadi, Rasi akan mengatakan, “Mama kayaknya lagi mikirin kerjaan ya?”
Memaknai Arti “Kebersamaan“ Sesungguhnya di Blogger Gathering With Lotte Choco Pie
Kita tentunya sepakat, tak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua yang baik. Sekolah kehidupan saat menjalaninyalah tempat pembelajaran terbaik. Namun, bagi kita yang masih memiliki orangtua, kita patut bersyukur karena dapat berkonsultasi dan didampingi dalam mengasuh buah hati. Di luar itu, kini teknologi informasi telah memberi banyak artikel untuk belajar dari para pakar ataupun psikolog. Juga telah banyak acara-acara sharing parenting diadakan banyak kalangan. Salah satunya acara “Blogger gathering with Lotte Choco Pie” bersama Kumpulan Emak Blogger (KEB) tanggal 22 April 2017 kemarin. Acara ini bermaksud makin mendekatkan hubungan ibu dan anak, bertajuk “Together, More”. Karenanya, yang diundang bukan hanya para ibu, tapi sepaket dengan anaknya. Makanya disediakan area bermain dan pojok kreatif bagi anak. Sayangnya karena Rasi sekolah, saya tidak bisa mengajaknya. Izinkan saya berbagi pengetahuan dan rasa haru yang saya dapat dari acara itu.
[image error]
Pojok kreasi untuk anak
Sedari subuh saya bersiap-siap menuju Jakarta. Sesuai perkiraan, jalanan macet karena long weekend. Bahkan kendaraan menuju Bandung seperti jalan di tempat. Untunglah saya datang tepat waktu. Sempat tertegun melihat venue yang ditata sedemikian cantik. Bunga-bunga segar bertengger manis di atas meja, melebur dengan Lotte Choco Pie yang bikin kepengin menggigitnya saat itu juga.
[image error]
Berpose di meja yang tertata cantik
Acara kemudian dibuka oleh mbak-mbak awet muda Mak Mira dengan interaktif. Setelah sambutan dari Mr. Hiroaki Ishiguro yang merupakan President Director of Lotte Indonesia, Mak Mira menghadirkan tiga narasumber, yaitu Mbak Oci C. Maharani dari Lotte Choco Pie, Carissa Putri sebagai Brand Ambasador Lotte Choco Pie, dan psikolog anak Mbak Novita Tandry.
[image error]
Mak Mira Sahid sang MC seru
Ketika Carissa menceritakan bagaimana ia membagi waktu untuk keluarga dan pekerjaan sebagai public figure, saya merasa… kalau kata Mak Mira sih “ditampar”. Carissa yang sibuknya luar biasa saja bisa. Kok saya yang bukan siapa-siapa, keteteran terus.
[image error]
Sesi yang paling berkesan buat saya adalah sharing Mbak Novita. Ini saya sampe nangis-nangis
April 23, 2017
Pengalaman Laser Pertama di Karadenta Clinic
[image error]
Muka saya sudah berjerawat sejak umur 12 tahun. Bahkan ada fase di mana jerawat yang tumbuh adalah jerawat batu. Besar dan bernanah. Waktu itu saya yang belum paham bagaimana merawat muka, sering memencet-mencet jerawat sehingga berefek meninggalkan bekas. Setelah besar, saya sering juga berganti-ganti kosmetik. Selain itu pola hidup saya pun enggak sehat, kayak keseringan bergadang. Efek negatifnya adalah pori-pori muka saya menjadi besar. Kalau memakai fondation-nya kurang rapi, kelihatan banget deh jadinya titik-titik porinya. Kadang bikin gak pede kalau foto close up gitu
April 19, 2017
[Review] Novel Islah Cinta: Mencari Hakikat Cinta di India
[image error]
Ada tiga kesulitan menulis novel bernuansa Islami menurut saya. Pertama, membutuhkan riset yang matang. Karena berhubungan dengan agama, tidak boleh ada satu kandungan atau ajaran yang melenceng dari agama Islam. Kedua, bagaimana meramu pesan moral tanpa penyampaian yang menggurui. Ketiga, membuat karakter yang manusiawi namun tetap mencerminkan perilaku ke-Islamannya atau minimal tidak mencemarkan agama. Buat saya ketiga hal itu merupakan kunci penulisan novel Islami. Maka ketika saya mendapat novel Islah Cinta, saya penasaran dan menduga-duga, akan seperti apakah tulisan Mbak Dini Fitria ini.
Saya mengenal Mbak Dini Fitria sebagai presenter acara Jazirah Islam beberapa tahun lalu, dan penulis novel seri Scapa Per Amore. Namun baru kali ini saya berkesempatan membaca karyanya.
[image error]
Penulis Islah Cinta: Mbak Dini Fitria (sumber gambar google)
DATA BUKU
Judul: Islah Cinta
Penulis: Dini Fitria
Penerbit: Falcon Publishing
Tebal: 307 Halaman
Cetakan: I, 2017
ULASAN ISLAH CINTA
Novel Islah Cinta menceritakan tentang Diva, seorang presenter acara Oase Ramadhan. Diva dengan rekannya, Jay, bertugas meliput Islam di India. Tujuan liputan tersebut adalah untuk mengangkat Islam yang rahmatan lil alamin yaitu Islam yang penuh cinta, membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh semesta. Berbagai masalah muncul sejak Diva sampai ke India. Salah satu yang menohoknya adalah penggantian guide akibat tour guide lama mendapat musibah. Bencana pula bagi Diva, karena penggantinya adalah sang mantan yang menorehkan luka dalam di hatinya. Sementara Diva tengah dekat dengan Maher yang ditemuinya di liputan sebelumnya di negara lain. Apakah Diva mendapat bahan liputan yang memberinya pencerahan? Apakah Diva mendapat jawaban hakikat cinta di India? Lalu ke mana hati Diva dilabuhkan?
Pertemuan yang tak pernah kuharapkan itu telah membuat kacau pikiran dan perasaanku. Bagaimana bisa aku menemukan kaidah Islam yang penuh cinta di tengah kebencian yang makin menyeruak dengan munculnya wajah dan luka lama? –Halaman 11
Cerita dibuka dengan cuplikan berita mengenai teror bom yang dilakukan teroris. Menyentil tentang isu Islam sebagai agama yang dituduh penebar teror. Saya seperti menemukan triger mengapa acara Oase Ramadhan yang dipresenteri Diva mengambil topik Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Maju ke bab pertama, konflik baru muncul dengan kehadiran Andrean, mantan Diva yang telah menikah. Di sini, Mbak Dini sudah langsung memancing emosi pembaca. Lika-liku masa lalu Diva dan Andrea memang menjadi konflik yang mengaduk-aduk perasaan, pembaca turut larut ke dalam dinamika hati Diva. Seolah dibawa mengalir ke air terjun yang deras, kemudian mengambang di sungai, lalu merasakan pasang surut ombak di lautan.
Aku ingat semuanya seolah baru saja kualami kemarin. Rasanya seperti memasuki sebuah tabula waktu yang membawaku ke angkasa, lalu menjatuhkan tubuhku begitu saja ke tanah kemudian membusuk seiring musim. –Halaman 26
Sebagian besar latar tempat di Islah Cinta adalah India. Merupakan salah satu bagian terbaik dari novel ini. Islah Cinta bukan termasuk novel bertema jalan-jalan kemudian menemukan cinta dalam perantuan. Lebih dari itu, latar tempat diangkat sangat menyatu dengan cerita dan memiliki alasan fundamental. Pemilihan India sama sekali tak mubazir atau sekadar gaya-gayaan mengangkat latar luar negeri. Apalagi dieksplorasi dengan baik. Pembaca diajak mengenal jejak-jejak sejarah Islam di India, hingga perkembangan Islam saat ini. Mbak Dini dapat dengan baik mendeskripsikan tempat hingga pembaca dapat melihat jelas dalam benaknya. Simak deskripsi berikut ini:
Dari lantai atas minaret di sisi sebelah kiri pintu timur ini aku bisa melihat ke arah dua sisi, ke arah depan mimbar yang berhadapan lurus dengan tempatku berdiri, juga ke arah luar masjid. Aku bisa melihat dengan jelas pemandangan kawasan jama masjid di sela-sela lilitan kabel-kabel listrik yang berselang seling tak beraturan. Jalanan begitu padat, tidak hanya dipenuhi kendaraan tetapi juga gerombolan manusia yang menyemut hampir di semua sudut jalan. Kedai-kedai dengan beraneka rupa barang pun berserakan menawarkan kebutuhan sandang pangan. –Halaman 47
Banyak pengetahuan mengenai kebudayaan India yang bisa diambil dari Islah cinta. Mbak Fitria menceritakan kulturnya, makanan khasnya, karakter penduduknya, sampai kebudayaannya. Termasuk ke dalamnya bagaimana perilaku umat yang gandrung melakukan ziarah ke makam. Menariknya, meskipun banyak menggunakan sempalan bahasa asing dan mengenalkan istilah-istilah asing, pembaca tak akan menemukan catatan kaki. Semua hal berbau asing itu dijelaskan dalam narasi dan dialog. Satu teknik yang sulit diterapkan. Mbak Dini sukses menggunakan teknik ini.
Musik itu namanya qawwali, musik sufi muslim tradisional yang berakar dari Persia dan populer di Asia Selatan. Tujuannya tak jauh beda dengan whirling dervishes, tarian Turki, yang berupaya berhubungan langsung dengan illahi dan mencapai ekstase spiritual. –Halaman 16
Misalnya bahwa India yang memiliki keberagaman suku, agama, dan budaya dapat lebur dalam satu bingkai ‘toleransi’. Bagi saya yang jarang menonton film dan membaca buku India juga hanya tahu Taj Mahal, banyak informasi yang bisa saya dapat dari novel ini.
India memberiku sebuah perspektif yang berbeda dalam memandang sebuah perbedaan. Negeri hindustan yang mayoritas warganya Hindu ini tidaklah memproklamirkan dirinya sebagai negara Hindu. Bahkan memberi tempat untuk agama lain tinggal dan beribadah sesuai dengan kepercayaan mereka. Di sinilah aku merasakan bagaimana sebuah toleransi itu bukan sekadar label yang diagung-agungkan, tetapi ruh yang dihidupkan di dalam setiap hati manusianya. –Halaman 204
Saya terkesan membaca sejarah Islam di India dalam novel ini. Teknik penyampaian informasinya pun tidak bertumpuk dan membuat pusing. Informasi dibagi-bagi dari beberapa sumber. Tour guide, saat liputan, hingga orang-orang yang ditemui Diva selama perjalanan. Sebagian dinarasikan, sebagian dalam dialog, dengan pembagian yang proporsional. Tampak bahwa Mbak Dini telah melakukan riset yang matang. Kalau melihat latar belakang Mbak Dini sebagai presenter acara Islam, saya yakin pengetahuan yang dibagi dalam novel ini juga hasil riset turun ke lapangan.
Cinta dan agama adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Islam adalah agama yang lahir dari zat yang penuh cinta untuk disebarkan ke seluruh penjuru dunia, karena Tuhan menciptakan manusia tidak hanya dari satu jenis dan suku saja. –Halaman 78
Tokoh sentral dalam Islah Cinta ada empat orang, yaitu Diva, Andrean, Jay, dan Maher. Keempatnya digambarkan dengan manusiawi. Memiliki kekurangan yang cukup banyak, tapi tetap berhasil mendapat simpati pembaca. Misalnya Diva yang mudah terpancing emosi dan bisa melakukan kesalahan besar, sifat itu tak lantas membuat saya sebal padanya. Tapi justru maklum dan related. Meskipun saya tak memiliki tokoh favorit. Diva pun diperlihatkan sebagai perempuan mandiri, terbukti dengan cara kerjanya yang profesional sebagai seorang presenter. Mbak Dini luwes menjelaskan suka duka presenter yang bertugas liputan di luar negeri. Secara tidak langsung, Mbak Dini sedang membagi pengalaman pribadinya sebagai presenter. Kemudian, pemilihan karakter saingan cinta Diva yang digambarkan hampir sempurna justru menambah empati saya. Senang rasanya kembali menemukan novel yang tidak memasang antagonis dengan sifat buruk. Justru ketika saingan protagonis ini sepadan, konflik cinta menjadi gereget. Perang batin tokoh utamanya menjadi hidup.
Masa muda itu tidak pernah bisa diulang jadi gunakan untuk benar-benar mencari cinta sejatimu yang nanti bisa kau banggakan dan kenang hingga tua. –Halaman 149
Novel ini menggunakan tata bahasa yang renyah. Mudah dicerna, namun kaya kosakata, dan memiliki diksi indah. Kalimat-kalimat puitis ditebar dalam porsi yang pas. Banyak kalimat yang quotable juga. Seperti petikan-petikan berikut ini:
Jika kekuatan cinta sudah menyentuh kalbu, semua manusia akan berubah menjadi pujangga. –Halaman 185
Cinta adalah udara yang terus berembus meski kau tak pernah memilikinya. –Halaman 150
Manusia tidak akan bisa bahagia tanpa adanya cinta. Cinta itu ibarat garam. Cinta itu ibarat bintang. Cinta itu juga yang akan selalu meremajakan hasrat, setua apa pun kita nanti. –Halaman 230
Dalam cinta tidak cukup hanya hasrat tapi juga pengorbanan dan rasa maaf. Tugas cinta itu adalah memberi dan membahagiakan tanpa perlu berharap dengan hitungan yang sama. –Halaman 292-293
Islah Cinta kaya akan konflik. Banyak topik diangkat tanpa tumpang tindih. Tentu sorotan utamanya adalah kehidupan umat Islam di India yang mayoritasnya beragama Hindu lewat pencarian hakikat cinta Diva. Jangan membayangkan isu-isu dan ajaran Islam dijejalkan ke benak pembaca dengan cara menggurui. Penyampaian pesan Islah Cinta begitu halus. Pembaca diajak bertualang dalam benak Diva yang penuh pertanyaan-pertanyaan. Di mana jawabannya selalu tak disimpulkan begitu saja, tetapi mengajak pembaca ikut menyusun konklusinya sesuai dengan proses pikir masing-masing. Begitu pula dengan hakikat cinta yang dicari Diva. Islah Cinta menanamkan perspektif tanpa melabeli bahwa persepktifnya paling benar.
Jika kita sudah memahami rasa cinta terhadap Tuhan kita tidak akan kesusahan menyayangi sesama. –Halaman 78
Selesai membaca novel ini, saya puas, karena tiga kesulitan menulis novel Islami dapat dilewati oleh Mbak Dini. 4 Bintang untuk buku ini. Saya rekomendasikan novel Islah Cinta bagi kamu yang ingin mengetahui seperti apakah wajah Islam di India.
If you can survive in India, you can survive in any part of the world. –Halaman 167


March 10, 2017
Nonton Serial dan Baca Komik Online Tanpa Buffering Dengan Andromax L
[image error]
Akhir-akhir ini ada dua hal yang bikin saya seneng sekaligus baper. Nonton serial drama dan baca komik online. Cara cari inspirasi, belajar kehidupan, sekaligus menghibur diri. Dua kegiatan tadi sama-sama saya nikmati di smartphone. Alesannya simpel aja. Soalnya bisa nonton atau baca di mana pun dan kapan pun. Sambil olahraga, nyambi nungguin gorengan mateng, nungguin antrean, atau sambil nyetrika baju. Enggak diribetin sama mesti bawa-bawa DVD sama TV. Abis gimana lagi, saya enggak punya senter pengecil Doraemon sih. Untungnya ya teknologi terkini memungkinkan kita nonton dan baca di gawai.
Porsi terbanyak nonton biasanya di malam hari sebelum tidur, ceritanya sih biar cepet ngantuk, efeknya malah jungkir balik. Boro-boro tidur pules, yang ada bablas nonton sampai pagi. Belum lagi jetlag bapernya bikin kebawa-bawa drama dalam kehidupan sehari-hari
February 28, 2017
Sempurnakan ‘Aku Cantik Indonesia’ Dengan Sariayu Color Trend Inspirasi Gili Lombok 2017
[image error]
Sempurnakan ‘Aku Cantik Indonesia’ Dengan Sariayu Color Trend Inspirasi Gili Lombok 2017 – Saya punya muka yang sensitif, karena itu selain saat bepergian, saya selalu membiarkan muka saya polos dari makeup. Biasanya itu pun dipulas memakai warna eyeshadow coklat atau oranye tipis dan lipstik oranye juga biar enggak kentara. Sebenernya ceritanya bukan bermaksud ‘makeup no makeup‘, tapi emang enggak pede aja kalau pakai warna mentereng. Sayangnya, kadang warnanya enggak sesuai sama baju yang saya pakai. Saya pikir mesti sekali-sekali saya berani mendobrak dinding rasa enggak pede itu dengan berani mengeksplorasi warna.
Momen itu pas banget kedatangannya dengan undangan launching product Sariayu Color Trend Inspirasi Gili Lombok 2017, tanggal 25 Februari lalu. Saya pun berangkat dengan semangat ke Leon – Jakarta Selatan, dengan mengenakan dresscode baju berwarna hijau yang beraroma budaya. Ada sekitar 80 beauty blogger yang diundang ke perhelatan tersebut. Kami langsung disambut oleh fotografer yang mengambil foto kami dengan antusias di photobooth cantik yang disediakan Sariayu.
[image error]
Antrean beauty athusiast di depan photobooth Sariayu
Selain menu utama memperkenalkan produk baru Trend Warna Sariayu 2017, di acara itu Sariayu juga menghadirkan dua brand ambassador tahun ini, yaitu Tika Bravani dan Brenda. Keduanya terpilih karena sesuai dengan kriteria Sariayu, yaitu cantik luar dalam. Menurut saya sendiri, Tika ini memang punya wajah khas yang sangat Indonesia sekali. Cocok bangetlah sebagai brand ambassador Sariayu dengan tema tahun ini: Aku Cantik Indonesia. Ibu Wulan Tilaar sempat menjelaskan Gili – Lombok menjadi inspirasi Sariayu karena keindahan alam dan budayanya. Lombok ini memang salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas buat sektor wisata bahari. Luar biasanya, Sariayu ini bekerja sama dengan Kementrian Pariwisata lewat program Wonderful Indonesia, jadinya tren warna 2017 ini sekaligus buat mempromosikan pariwisata Indonesia. Karena inspirasinya dari Indonesia, udah pasti dong tren warna terbaru ini sesuai dengan warna kulit dan karakter wajah wanita Indonesia.
[image error]
Warna Kain Tenun Lombok Dalam Makeup
Tren warna Sariayu Gili Lombok 2017 ini terdiri dari empat produk, yaitu liquid lipstick, liquid eyeshadow, eyeshadow palette, dan two way cake. Kamu bakalan menemukan warna-warna khas kain tenun Lombok. Mulai dari warna cerah seperti pink, oranye, hingga ungu dengan sentuhan keemasan. Sampai warna gelap seperti biru tua, coklat, dan hitam. Warna-warnanya cakep-cakep deh.
[image error]
Selain warna-warna baru, produk tren 2017 ini juga punya kandungan istimewa, yaitu ekstrak tanaman Flamboyan, Amethys powder, vitamin E, dan tabir surya. Fungsinya buat merawat kulit kelopak mata dan bibir, sekaligus melindungi dari iritasi dan pengaruh buruk sinar matahari. Lengkap banget ya. Buat saya yang jarang care merawat kulit kelopak mata, jadi berasa lega gitu.
Duo Lip Color
Lipstik tren Gili Lombok ini punya tipe duo lip color karena tiap item-nya memiliki dua pilihan glossy dan matte. Jadi enggak usah beli lagi glossy terpisah. Kalau saya pribadi sih lebih suka matte, cuman dalam mood dan keadaan tertentu aja pakai yang glossy. Duo lip color ini punya enam warna pilihan, ada pink, oranye, sampai ungu. Warnanya langsung bikin saya jatuh hati. Kalau biasanya saya selalu pakai lipstik dengan paduan dua sampai tiga warna buat menghasilkan satu warna yang saya sukai, kali ini cukup satu warna asli si lipstiknya. Terutama nih warna pink dan oranyenya. Enggak mentereng dan nge-blend sama warna bibir saya. Dan saya juga suka banget wewangian yang menguar dari lipstiknya.
[image error]
Memakai duo lip color tipe GL-02 matte
Liquid Eyeshadow
Liquid eyeshadow ini punya dua warna dalam satu stik, cocok buat kamu yang suka memadumadankan warna. Koleksi warnanya sendiri ada 12. Mulai dari warna cerah kuning emas, hingga oranye bernuasa keemasan. Ada juga warna dark seperti coklat hingga hitam. Di tempat acara saya sempat mencoba warna gelap dan warna paduan hijau muda-tua. Karena belum pernah pakai liquid eyeshadow, saya minta tolong dipakein Mbak dari Sariayu yang cekatan membantu. Tapi pas di rumah saya coba sendiri, ternyata cara pakainya gampang. Cukup diratakan pakai tangan. Karena bentuknya cairan, jadi cepet menyatu dengan kulit. Kerasa lembut dan gak gak bikin kering.
[image error]
Memakai liquid eyeshadow tipe GL-05
Eyeshadow Kit
Ada delapan pilihan warna natural dalam eyeshadow kit. Semuanya berwarna lembut, termasuk pinknya. Saya suka semua warnanya, terutama si coklat yang bakalan paling sering saya pakai.
Two Way Cake
Saat tahu two way cake Sariayu ini mengandung paduan ekstrak bunga Gardenia yang berperan sebagai antioksidan, dan vitamin E yang membantu melindungi kulit dari tanda-tanda penuaan dini sekaligus antipolusi, saya bersorak senang. Maklumlah ya, sebagai yang sudah berumur thirty something, saya mesti merawat muka dari tanda-tanda penuaan. Two way cake ini juga punya SPF 15 buat melindungi wajah dari pengaruh buruk sinar matahari.
[image error]
Saya dan kembaran memakai riasan Trend Warna Sariayu 2017 Inspirasi Gili Lombok dengan pilihan warna beda
Saya memilih two way cake berwarna natural dari tiga pilihan warna yaitu light, natural, dan dark. Soalnya warna itu yang paling sesuai di wajah saya. Pas diusapin di wajah, kerasa deh teksturnya yang lembut. Soalnya two way cake Sariayu ini memakai teknologi micronization technology yang ngasilin micronized powder. Sekali usap aja bedaknya udah menempel sempurna. Senengnya, bedaknya tahan lama, bikin wajah saya enggak mengkilap.
Ramah di Kulit Sensitif dan Halal
Seperti yang saya sempet ceritain tadi, kulit saya ini sensitif banget. Setelah percobaan pertama di acara, saya yang tergoda banget kepengin nyoba-nyoba warna-warna lain dari Seri Trend Warna Sariayu Gili Lombok ini bereksplorasi di rumah. Ternyata memang cocok di kulit sensitif saya. Soalnya sepulang acara dan keterusan pakai di hari-hari setelahnya, enggak ada tanda-tanda kulit saya alergi. Kulit muka enggak gatel dan tetep adem ayem. Memang seri terbaru Sariayu ini terbuat dari bahan-bahan alami yang aman di kulit. Plus, kita bisa tenang pakainya karena sudah bersertifikasi halal.
[image error]
Eksplorasi Seri Trend Warna Sariayu 2017 Inspirasi Gili Lombok memakai duo lip color GL-05, liquid eyeshadow GL-05 dan GL-06, dan two way cake natural-02.
So, kamu siap dong ngadepin tantangan explore your liquid beauty memakai seri Trend Warna Sariayu 2017 Inspirasi Gili Lombok. Sempurnakan cantikmu, lalu katakan dengan bangga: Aku Cantik Indonesia.


February 21, 2017
[Blog Tour] Review + Giveaway Novel Carlos: Persahabatan Lintas Perbedaan
[image error]
Kisah persahabatan antara manusia dengan hewan ini menarik perhatian saya, karena saya sendiri mengalaminya. Bersahabat dengan kucing. Yang menggelitik kemudian adalah bagaimana penulis mengeksekusinya.
Sebelum membahas lebih jauh tentang novel Carlos, mari kita kupas dulu tentang penulisnya.
[image error]
Kenalan Dengan Erin Cipta
Erin Cipta, ibu dua anak gadis kelahiran Cilacap, 16 April 1979. Tinggal di desa, bertani, dan mengelola perpustakaan umum di lingkungannya. Kesehariannya mengurus anak dan kucing-kucing piaraan sambil menulis. Hindarilah memintanya bernyanyi, demi kesehatan telinga Anda. Namun jangan sungkan untuk minta dibuatkan mendoan dan teh sereh jika Anda berkunjung ke rumahnya. Dengan senang hati ia kan membuatkannya.
Alumni Kampus Fiksi ankatan 14 ini kadang menulis untuk media massa, baik di Indonesia maupun di Taiwan. Tentu pula, lebih sering di sosial media. Jika sedang sangat santai, ia akan menulis di storial.co dan blognya.
Bisa dikunjungi di Desa Karangjati, Kec. Sampang, Kab. Cilacap. Atau melalui akun media sosial yang dimilikinya. FB: Erin Cipta, Twitter: @erin_cipta, IG: @erincipta, dan Email: erincipta@gmail.com.
Mengenal Lebih Jauh Erin Cipta Di Sesi Wawancara
Seperti biasa, saya selalu kepengin nanya-nanya sama penulis novel yang saya review bukunya. Berikut wawancaranya:
Selama proses menulis Carlos, apakah ada kesulitan yang sempat membuat ingin menyerah?
Ketika mencoba menambah jumlah halaman agar memenuhi kouta minimal yang disyaratkan penerbit, aku tak pernah berhasil dengan baik. Dari 3x percobaan, 3x pula naskah ditolak karena jelek sekali. Cerita melebar dan lepas dari rel.
Naskah baru diterima justru ketika kembali ke awal yang hanya berjumlah 102 halaman saja. Itulah mengapa novel ini jadinya tipis sekali
Mau novel Carlos bertanda tangan Mbak Erin Cipta dari Penerbit Diva Press? Mau dong ngikutin kisah sahabat sejati Ye Feng dan anjingnya yang bernama Carlos yang menggetarkan hati.
2. Apa impian Mbak Erin dalam dunia penulisan?
Aku ingin melihat buku yang kutulis diterjemahkan dalam bahasa asing
3. Ceritakan pengalaman pahit dan paling luar biasa sebagai penulis.
Pengalaman menulisku selalu menyenangkan. Bahkan ketika ditolak atau dikritik pedas pun, aku masih bisa bersenang-senang
[Blog Tour] Giveaway Novel Carlos: Persahabatan Lintas Perbedaan
[image error]
Mau novel Carlos bertanda tangan Mbak Erin Cipta dari Penerbit Diva Press? Mau dong ngikutin kisah sahabat sejati Ye Feng dan anjingnya yang bernama Carlos yang menggetarkan hati.
Cara ikutannya gampang kok:
1. Follow akun twitter @erin_cipta dan @evasrirahayu
2. Twit info giveaway ini dengan tagar #GACarlos dan mention akun twitter saya dan Mbak Erin.
3. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun twitter dan goodreads kamu.
Ceritakan kisahmu yang paling berkesan dengan binatang peliharaanmu
4. Giveaway ini berlangsung dari tanggal sampai 22– 28 Februari 2017. Pemenang akan dipilih sendiri oleh penulisnya dan diumumkan tanggal 1 Maret jam 8 malam di akun twitter saya @evasrirahayu
5. Ada satu novel Carlos bertanda tangan penulis sebagai hadiah
Ditunggu partisipasinya
February 15, 2017
Review Novel Distance Blues Karya Agustine W
[image error]
Pernah ngalamin long distance relationship? Gimana rasanya? Berat sih… tapi ada sisi romantisnya juga kan. Lalu bagaimana kalau seandainya sudah didera hubungan jarak jauh, salah satunya ternyata kena gangguan psikologis? Novel ini memiliki konflik seperti itu. Premisnya promising banget untuk racikan sebuah novel romantis yang menggetarkan.
Simpan dulu rasa penasaranmu tentang ulasan novel Distance Blues, kita kenalan dulu dengan penulisnya.
[image error]
Kenalan Dengan Agustine
Agustine W. lahir di Kediri, Jawa Timur, tanggal 8 Juni. Karya-karyanya yang pernah dipublikasikan masuk dalam antologi Crazy Writing (2013), Curhatku untuk Semesta (2013), My Life as Blogger (2013) dan Ground Zero: A Crime Behind the Shadow (2014). Selain itu, cerpen duet “Lelakiku, Wanitaku” bersama sahabat, Altami N. D, berhasil menyabet posisi ke-2 nasional dalam ajang “Kompetisi Internasional Dialog Muda” tahun 2014 untuk wilayah Indonesia (diselenggarakan di Indonesia, Guatemala, dan Kenya) oleh organisasi non-pemerintah peduli kesehatan reproduksi anak muda dan HIV/AIDS (pamflet, GWL Muda, dan Hivos) Jakarta.
Bisa dihubungi di surel lioluby@gmail.com dan akun Twitter @agustine_w
Mengenal Lebih Jauh Agustine di Sesi Wawancara
1. Kenapa mengambil tema OCD? Ada kisah pribadi yang melatarinyakah?
Topik OCD itu tema psikologi, latar belakang pendidikanku. Meskipun sekarang nggak menekuni psikologi lagi, aku masih tertarik dengan dunia psikologi. Sekaligus pengen berbagi topik2 psikologi yang mungkin belum dipahami atau dianggap tabu atau dipukul rata dianggap sebagai aib/gangguan jiwa dan sejenisnya, padahal gangguan psikologis itu banyak banget jenisnya. Ya, walau sederhana, semoga bisa menginspirasi pembaca di luar sana.
Selain itu, aku pernah ngalamin kayak Elmi tapi sekarang ragu benarkah aku OCD atau nggak? Soalnya juga kayak Elmi, self-diagnosis gitu, terus konsul sama dosen cuma sekali. Jadi, nggak ada diagnosis sahih yang mengarah ke situ. Tapi gejala yang aku alami bener-bener udah mengganggu sekali. Akhirnya ya berupaya gimana caranya bisa mengendalikan diri. Salah satu cara yang menurutku lumayan ampuh yakni menanamkan kata-kata all is well dari film 3 Idiots di hati dan pikiran. Dari sini aku percaya, apa yang kita pikirkan baik, semuanya akan perlahan membaik. Tuhan mengikuti prasangka hamba-Nya, bukan?
Nah, bedanya aku dan Elmi di sini, Elmi beruntung punya Dirga, bahkan ada Rasyad. Hahaha. Dua tokoh ini fiksi, pun karakter ayah, ibu, Ersa, dan semuanya juga fiksi. Jadi, mencampurkan beberapa persen kisah nyata dengan imajinasi.
2. Riset seperti apa yang dilakukan Titin untuk menulis novel ini? Ada kesulitan ketika melakukannya?
Riset OCD-nya selain ke diri sendiri juga ke dosen dan sempet ngobrak-ngabrik kardus berisi literatur OCD yang sempat dipakai pas zaman kuliah. Hahahaha…
Tantangannya sih, begini… gangguan psikologis itu bisa beda gejala satu orang dengan orang lain sekalipun ‘judul’ gangguannya sama. Jadi, bisa jadi di Elmi gejala yang menonjol adalah terkait ibadah, tapi orang lain mengalami gejala menonjol misalnya yang bahkan nerima uang dari orang lain aja takutnya minta ampun. Takut karena tangan orang lain penuh bakteri. Atau yang semua benda di sekitarnya kudu rapi dan simetris, dll
Jadi, dari situ aku nanya ke dosen (di sini adalah senior ketika kuliah) sama artikel di internet plus bahan pas kuliah itu. Berusaha ‘menerjemahkan’ teori ke bahasa yang lebih dipahami (semoga niat ini tersampaikan :)).
3. Kenapa ya Titin nyiptain tokoh Rasyad yang keturunan Arab?
Awalnya tuh gara-gara kepincut sama aktor India di serial drama Jodha Akbar, si kakak sepupunya Jodha, Jamal. Ini orangnya, Vicky Batra.
Nah, kenapa ‘membelok’ ke Arab? Karena serta merta kepikiran di Indonesia (terutama yang sering aku temui) itu keturunan Arab, bukan India. Jadilah, aku bikin itu Rasyad orang keturunan Arab tapi fisiknya nggak beda jauh dari si Jamal. Anggaplah mereka 11-12 lah walaupun beda asal muasal