Faisal Tehrani's Blog, page 22

November 15, 2010

Fenomena Haji


بسم اللَّه الرحمن الرحيم
والحمدلله رب العالمين و صلي الله علي سيدنا محمد المصطفي و آله الطيبين و صحبه المنتجبين

Ka'abah sebagai kunci perpaduan, kemuliaan dan simbol tauhid dan kerohanian, dalam musim Haji ia menjadi tuan rumah kepada hati-hati pendamba dan penaruh harapan yang datang dari serata alam semesta menyahut panggilan Tuhan Yang Maha Agung. Umat Islam hari ini mampu menggambarkan utuhnya keluasan, aneka ragam diri dan kedalaman iman yang menguasai pengikut agama yang lurus ini. Mereka dapat menyaksikan sendiri betapa besarnya modal yang dilaburkan dari penjuru-penjuru dunia dan mereka tahu ia tidak ada tolok bandingnya.

Perkenalan untuk sekian kalinya ini dapat membantu kita umat Islam mengenal tempatnya sendiri di dalam dunia hari ini dan esok seterusnya kita maju ke arah itu.

Gelombang kebangkitan Islam yang luas dalam dunia hari ini adalah jelas yang menjanjikan hari esok yang cerah untuk umat Islam. Tiga dekad lalu kemenangan revolusi Islam Iran dan pembentukan Republik Islam Iran, kebangkitan yang penuh dengan kekuatan ini telah bermula. Umat kita yang besar telah maju tanpa berhenti, segala sekatan di pangkal jalan telah disingkirkan dan kubu-kubu pertahanan telah dibebaskan. Musuh yang angkuh merintis jalan-jalan yang lebih rumit dan usaha yang tidak berbaloi menghadapi Islam juga menjadi sebab banyak kemajuan yang dicapai. Penyebarkan Islamfobia di kalangan kuasa angkuh dunia cukup untuk dirumuskan sebagai usaha mewujudkan perselisihan dan mencetuskan ketaksuban di kalangan firqah-firqah Islam. Usaha mereka mencanang pembohongan Syiah terhadap Sunni, dan Sunni terhadap Syiah, memecah belahkan negara-negara Islam dan berusaha meruncingkan perselisihan dengan perseteruan serta persengketaan yang tiada penghujungnya. Mereka mengerahkan badan-badan perisikan dan mata-mata untuk menyuntik kerosakan dan kenistaan di kalangan golongan muda menunjukkan tindak balas cemas mereka menghadapi gerak langkah kebangkitan umat Islam menuju kemuliaan dan kemerdekaan.

Hari ini tidak seperti tiga puluh tahun yang lalu, regim Zionis bukan lagi raksaksa yang pantang kekalahan. Berbeza dengan dua dekad lalu, Amerika dan barat bukan lagi pemutus keputusan mutlak di Timur Tengah. Tidak sama seperti sepuluh tahun yang lalu teknologi nuklear dan teknologi canggih yang lain bukanlah angan-angan yang mustahil dicapai oleh umat Islam serantau. Hari ini bangsa Palestin adalah pahlawan kebangkitan perjuangan, bangsa Lubnan bersendirian merapuhkan wayang Zionis yang mempersonakan dan memenangi peperangan 33 hari. Bangsa Iran pula memegang panji dan berada di barisan hadapan menuju ke segala puncak.

Hari ini keangkuhan Amerika yang mendabik dada sebagai komandan di rantau Islam dan pelindung hakiki regim Zionis terjebak dalam kubangan mereka sendiri di Afghanistan, mereka telah melakukan segala onar jenayah kepada warga Iraq. Sedang musibah bencana banjir menimpa Pakistan, Amerika terus dibenci. Hari ini medan pertempuran melawan Islam dalam dua kurun lalu dengan segala zalimnya menjajah dan mengambil hasil bumi negara-negara Islam. Semangat kebangkitan umat Islam kelihatan luntur namun dari sudut yang lain pergerakan kabangkitan Islam sedang maju dan berakar umbi dalam menghadapi mereka.

Situasi ini mempunyai harapan serta mengandungi kabar gembira, hendaklah kita bangsa-bangsa Islam selalu lebih yakin bergerak ke arah masa depan yang diimpikan. Dari sudut yang lain sentiasa menjaga pengajaran dan tauladannya. Amanat umum ini tidak syak lagi, disandang oleh para agamawan, pemimpin politik, cendiakawan dan para pemuda lebih dari orang lain serta menuntut mereka berjuang bersungguh-sungguh lebih melangkah ke depan. Al-Quran menyeru kita dengan penuh perasaan dan hidup dengabn menyatakan: «كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ)). "Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan di kalangan manusia (agar) kalian menyeru kepada yang ma'ruf (kebaikan) dan mencegah yang munkar (kejahatan) serta beriman kepada Allah." (Q.S. Aal Imran: 110)

Oleh itu kewajiban besar adalah menyeru ke arah kebaikan, meninggalkan kejahatan dan teguh beriman kepada Allah. Tidak ada kebaikan Ma'aruf yang lebih teratas lagi selain menyelamatkan bangsa-bangsa dari cengkaman kuasa syaitan yang angkuh dan bergantung kepada setiap kemungkaran mustakbirin. Hari ini membantu bangsa Palestin, golongan yang terpencil dan terkepung di Gaza, bersimpati dan menyertai bangsa Afghanistan, Pakistan, Iraq dan Kashmir, berjuang menentang tindakan Amerika dan regim Zionis, menjaga perpaduan muslimin dan memerangi tangan-tangan kotor dan lidah-lidah sewaan yang cuba menjahanamkan perpaduan ini. Memperluaskan kesedaran dan perasaan bertanggungjawab di kalangan para pemuda Islam dalam lingkungan agama Islam merupaka kewajipan besar yang dipikul oleh golongan elit umat ini.

Fenomena Haji ini menyediakan latar yang membantu menunjukkan perlaksanaan tanggungjawab dan menyeru kita menggandakan usaha dan inspirasi.

Wassalamu'alaikum Warahmatullah
Sayed Ali Husaini Khamenei
1 Zulhijjah al-Haram 1431
17 Aban 1389
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 15, 2010 19:31

'Haji' Tidak Ada Gunanya Jika...

Orang itu, yang menamakan Salman Rushdie sebagai - profound writer - pernah mengatakan buku - Haji - oleh as-Syahid Dr Ali Syariati menggugah rasanya. Kata orang itu: kupasan pemikir Ali Shariati mengenai ibadah Haji sewajarnya mendorong kita ke arah amal dan perjuangan.

Untuk pembaca yang asing dengan Ali Syariati, beliaulah yang mempesonakan sang eksistensialis primer, filsuf Perancis bernama Jean-Paul Sartre. Kata Sartre, 'Saya tidak punya agama tetapi jika saya ingin beragama saya akan menganut agama (Islam seperti) Syariati.

Berikut ialah fragmen 'Haji' oleh Dr Ali Syariati yang begitu berhubungan dengan ibadah yang penuh dramatik (sedang berlangsung) saat ini:

The fact that Imam Hussein left Mecca for Karbala where he was martyred before completing his Hajj (pilgrimage) duties taught us a more important lesson than Shahadat (martyrdom).

Hajj was a duty that all his ancestors struggled for. Blood was shed to vitalize this tradition. He did not finish the ceremonies and decided to leave and become a Shaheed!

He did not complete his Hajj in order to teach the Hajj makers those who pray and have faith in Ibrahim's tradition, that if there is no Imamat and there is not true leadership, if there is no goal, if "Hussein" is not there and "Yazid" is there, making Tawaf (Circumambulating) around the house of Allah is equal to making Tawaf around the idol-house. The people who continued their Tawaf while he went to Karbala were no better than those who were circumambulating around the green palace of Muawiyah.

"Hajj", the tradition of the idol-fighter Ibrahim, in "God's house" or the "house of the people"-what is the difference? What is happening this year? A warm whirlpool of people are busy circumambulating. All the faces are eager with interest. All the hearts are burning with love. All the people are answering Allah's invitation. The love of faith, the glory of Islam, the fear of God and punishment of the day of judgment and the desire for worship are pushing the chosen people of the community to circumambulate around the Kaaba.

Among these faces were: the companions of the Prophet (PBUH), some very early Muslims, the heroes of the Jihads, the conquerors of the lands of the unbelievers, those who destroyed the houses of idols on the earth, whose who lived by the Quran and followed the tradition and spiritual leaders. They were all discarding all worldly matters. Fully in love with God, they saw paradise dancing in front of their eyes, houris twinkling at their righteous faces and angels calling upon them from the sky. While Gabriel had his wings under their feet, they were busy circumambulating!

Who is the man who so decisively and angrily comes out of the crowded whirlpool of Muslims and leaves behind the city of "holiness, security and love"? Now that all the Muslims are facing toward the Kaaba, where is he going? Why does he not turn around to see this moving circle where people are cirumambulating the house of Ibrahim to the music of Nimrod and running between Safa and Marwa as a show of their useless efforts. From Arafat, which is the beginning of history, the stage of the first visit of Adam and Eve on earth, they are taken to Mashar in the darkness. In this land of consciousness where these slaves of ignorance should not be, they are asked to sleep all night and by dawn they are moved like the flock of a beast to the land of Mina. The three evils of trinity are located here. As a joke with Ibrahim and a trick to Allah, they throw a few tiny pebbles to the well made-up faces of the three Gods whom they have been worshipping all their lives. They kill the sheep as a symbol of their miserable fate.

They are like beasts and these three gods, taking advantage of the meat, skin mild and wool of this animal, have come to power and decorated their table! These poor people have always been sacrificed upon the demand of these gods and their red blood is shed and poured into the vessels of the green palace, the Zarar Mosque, and the commonwealth of Croesus. At the end, to show their obedience to these gods they should shave their heads!

Oppressors use ignorance as their tools. These are the conservative people whose hands lie soaked in the blood of facts. In the "absence of these people", in any generation and at anytime there will be ground for "man's martyrdom". Evil is hiding itself behind the masks of holiness and righteousness. These are the same Hajj performers who whispered by the idols and sacrificed Ismail in front of Nimrod with their own hands. Then they celebrated the day of "human sacrifice" or "the sacrifice of the Ismail of their time." They turn their backs to the Kaaba and face Qibla of their miserable life, saying to themselves "the hell with this world", let's work for the "paradise of the hereafter"! Feeling happy with the joy of the life after death, they are sound asleep on the warm ashes of the master's kitchen floor and enjoy the left overs of the plunderer's table!
Imam Sadiq cicit Saidina Husin ada menyebut, "Tidak ada tempat yang lebih dicintai Allah di muka bumi ini selain tempat di antara Safa dan Marwah. Sebab di sana, setiap orang yang sombong dan angkuh akan tunduk." Menurut Haji Abdul Hadi Awang, Imam Jaafar as-Sadiq adalah sarjana mujtahid, kaya dengan ilmu, warak dan zuhud yang tidak melampau pandangannya (klik sini).
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 15, 2010 05:06

November 13, 2010

Musim Menuai Zafaran (Saffron)























Zafaran adalah sejenis rempah ratus dari stigma bunga Zafaran (Crocus sativus), dari spesis keluarga Iridaceae. Bunga zafaran ada tiga stigma. Iran menguasai 94 peratus (peringkat dunia) pasaran Zafaran. Lain-lain pengeluar ialah Sepanyol, India, Greece, Azerbaijan, Maghribi dan Itali. Selain untuk menyedapkan masakan, ia juga dianggap ramuan terbaik untuk kesihatan, perubatan, alat solek, masakan, minyak wangi, dan bahan pewarna. Zafaran kaya dengan vitamin B2, hydrocloric acid dan Riboflavin.

Dalam kitab Tibbul Imama A'li, Saidina Ali menyatakan:

"Sesiapa yang mengambil sebahagian Zafaran tulen dan Su'dun satu bahagian dicampurkan dengan 'asal (madu), diminum sebanyak dua misqal (dua sudu) pada setiap hari, maka dia dikagumi tentang ingatannya sehingga dituduh melakukan sihir."

Di dalam mazhab Jafari, khasiat Zafaran adalah terlalu banyak sehingga melangkaui fikiran manusia. Tidak keterlaluan saya katakan kerana keintiman mazhab Jafari dengan ahlul bait maka rahsia Zafaran dalam perubatan menjadi warisan mereka yang harus kita gali dan kita kongsi.

Oleh kerana sekarang adalah musim menuai Zafaran di Mashad, Iran; maka inilah saya tampilkan foto-foto dari ladangnya.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 13, 2010 21:35

November 12, 2010

November 11, 2010

Sepatu Presiden



Tahukah anda Presiden Ahmadinejad pernah menyertai perang Iran-Iraq? Beliau bertugas sebagai mekanik ketika itu.

* Seorang teman saya mengeluh, 'Bilalah gamaknya kita dapat seorang pemimpin yang bukan dari kalangan bangsawan dan kelas atasan supaya dia benar-benar memahami apa yang harus kita lalui setiap hari?'
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 11, 2010 17:49

November 10, 2010

Pidato Ecumenicalisme Obama di Jakarta: Racun Disangka Ubat

Oleh Dr Faisal Tehrani

Saat Obama dilantik menjadi Presiden Amerika Syarikat dua tahun lepas ia telah berusaha membawa nada yang berbeza berbanding Presiden sebelumnya. Jika Bush memilih untuk bertempur dengan kekuatan, Obama bermain dalam wilayah yang lebih mencabar. Wilayah yang jika anda tidak kuat dan nekad, anda akan menjadi seorang Frodo Baggins. Keberadaan buku pertama Bush "Decision Points", yang antara lain memperakukan rencana menyerang Iran kelihatan tidak dapat menenggelamkan gempa dan letusan kemunculan Obama di negeri penuh memori buatnya, Indonesia.

10 November lalu di tengah gempa dan letusan Merapi, Obama datang ke Indonesia. Sebagai Presiden yang memukau dengan kemahiran berpidato, dia dengan nada romantisisme yang kuat dalam ucapannya di Universitas Indonesia, mengingatkan betapa Islam dan barat pernah berselisih dan tidak harus terus bertengkar.

Menurut Obama, tidak banyak pilihan atau ubat yang ada. Obama sang bomoh pun memberi jampi dan cadangan rawatannya.

Ecumenicalisme.

Apakah kita mesti percaya kepada bomoh ini? Kelihatannya, seperti tidak ada pilihan lain. Kerana berdasarkan latar belakang, sejarah peribadi dan memori silam yang dihimbau, Obama adalah seorang terpercaya. Benar dia seorang Kristian, tetapi dia bukan berkulit putih. Lagi, hubungannya dengan Islam adalah kuat meski bersimpang siur. Bapanya Muslim. Bapa tirinya dari rumpun sebelah sini. Keluarganya di Kenya masih Islam. Juga dia memenuhi ciri-ciri seorang orientalis budiman kerana dia pernah bermain layang-layang, berlarian di sawah padi, boleh menyebut Insya-Allah serta memberi salam, menyusuri denai-denai di sebalik suara azan dan dia dengan ikhlas melontarkan, 'Indonesia adalah sebahagian dari diriku.' Tautan hatinya dengan Islam begitu kukuh. Mengapa pula kita tidak percaya seorang bomoh yang pernah ada pengalaman hidup dalam kalangan kita, malah sangat akrab dengan kita. Pujuk rayunya juga meyakinkan. Tentu dia berbeza daripada Bush. Dia adalah seorang terpercaya. Malah memiliki citra sempurna.

Justeru saat obama menawarkan Ecumenicalisme sebagai ubat, Muslim yang memang sedia sakit lekas-lekas mahu percaya.

Nanti dulu.

Benarkah ia ubat yang berkesan untuk kita. Apakah ubat yang ditawarkannya itu cocok? Ecumenicalisme mungkin ubat yang berkesan untuk umat Kristian. Akan tetapi, ia mungkin adalah racun buat umat Islam.

Umat Kristian ditimpa masalah yang hampir sama seperti umat Islam. Perpecahan. Malah perpecahan yang jauh lebih besar dari apa yang dialami oleh umat Islam. Hari ini, di Amerika Utara sahaja ada 1,500 kumpulan Kristian yang setiap satunya mengamal 'unique blend of beliefs and practices'. Setiap dari mereka mendakwa mereka lebih benar dari satunya.

Sejarah skisme gereja telah berlanjut terlalu lama. Ia malah membenihkan ecclesiastical dalam agama tersebut. Saat gerakan gereja membawa haluan sendiri, jalur yang mereka tempuhi sama sekali berbeza dan menjarak besar. Ambil sahaja perpecahan yang berlaku antara Roman Catholic dan Eastern Orthodox. Atau antara Roman Catholic Church dan Anglican Communion.

Selain skisme yang melibatkan 'internal theological conflicts' gereja juga berpecah dalam persoalan yang melibatkan moral. Akan tetapi hal-hal moral adalah hal-hal yang tidak begitu sengit dan berisiko berbanding hal melibatkan teologi. Abad ke 19 misalnya menyaksikan betapa perhambaan masih berleluasa di Amerika syarikat. Kita melihat bagaimana gereja di Amerika berpecah menjadi kem pro-slavery dan anti-slavery. Akan tetapi apabila perhambaan dihapuskan dengan kejayaan kempen Abraham Lincoln, gereja di selatan Amerika yang kebanyakannya pro perhambaan (dengan pengecualian Southern Baptist Convention yang masih rasis) 'bersatu' hati dengan gereja-gereja di utara. Atau, di saat ini kita melihat kebanyakan denominasi Kristian sedang berpecah dan berseteru dalam hal yang menyinggung hak asasi khususnya untuk kaum gay dan lesbian. Akan tetapi seperti mana dalam isu perhambaan, apabila pergeseran pilihan seksual ini mereda satu hari nanti, pasti akan ada satu konsensus yang akan membolehkan gereja-gereja ini bersatu.

Untuk mengurangkan pertembungan 'internal theological conflicts' dalam kalangan umat Kristian, pemuka-pemuka Kristian mencadangkan beberapa strategi demi mengurangkan perbalahan. Sejenis ubat telah dipreskripsikan:

Ecumenicalisme.

Pertama: Mengurangkan pergeseran mazhab dalam Kristian dengan membolehkan clergy dan parishioners menyeberang ke gereja-gejera lain. Paderi dari gereja A misalnya dibenarkan bersyarah di gereja B selagi tidak menyentuh hal-hal teologi yang diperselisihkan.

Kedua: Dialog ecumenical untuk merapatkan jurang pergeseran mazhab.

Ketiga: Paderi mazhab atau denominasi tertentu sanggup melupakan perbezaan sesama mereka dan bekerjasama dalam isu-isu yang melibatkan moral. Antara program yang ditawarkan di bawah strategi ini ialah kerjasama untuk mengurangkan akses pengguguran kandungan, mencegah euthanasia, mengehadkan atau membasmi hak-hak gay dan lesbian, menentang perkahwinan sejenis, dan lain-lain lagi.

Keempat: Menggalakkan 'inter-faith marriages' demi menjayakan kerjasama antara denominasi. Pasangan berbeza mazhab yang dapat hidup rukun atas nama cinta akan menjadi contoh besar dalam masyarakat Kristian.

Strategi ecumenicalisme ini terlihat sekali imbas berjaya di Amerika Utara untuk berdepan dengan kepesatan pengaruh sekular dalam masyarakat.

Strategi ecumenicalisme pertama terlihat pada penggalan ucapan Presiden Amerika tersebut: As a child of a different race coming from a distant country, I found this spirit in the greeting that I received upon moving here: Selamat Datang. As a Christian visiting a mosque on this visit, I found it in the words of a leader who was asked about my visit and said, "Muslims are also allowed in churches. We are all God's followers.

Strategi ecumenicalisme kedua dapat dikesani pada bahagian ucapan beliau: That spark of the divine lies within each of us. We cannot give in to doubt or cynicism or despair. The stories of Indonesia and America tell us that history is on the side of human progress; that unity is more powerful than division; and that the people of this world can live together in peace. May our two nations work together, with faith and determination, to share these truths with all mankind.

Strategi ecumenicalisme ketiga dan keempat dengan jelas dipromosikan oleh Presiden Obama sambil 'inclusive philosophy' yakni Pancasila dijaja sebagai sarung 'ubat' yang berkesan: E pluribus unum – out of many, one. Bhinneka Tunggal Ika – unity in diversity. We are two nations, which have travelled different paths. Yet our nations show that hundreds of millions who hold different beliefs can be united in freedom under one flag. And we are now building on that shared humanity – through the young people who will study in each other's schools; through the entrepreneurs forging ties that can lead to prosperity; and through our embrace of fundamental democratic values and human aspirations. Islam flourishes, but so do other faiths. Development is strengthened by an emerging democracy. Ancient traditions endure, even as a rising power is on the move.

Meski gerakan ecumenicalisme tampak beroleh kejayaan di barat, masih terdapat gerakan yang lebih kuat menentang gerakan ecumenicalisme ini. Selain persen penganut Kristian yang jatuh mendadak kerana ramainya yang mengisytiharkan diri tidak beragama, ecumenicalisme dilihat sebagai satu doktrin baharu yang berniat untuk memusnah dan meruntuhkan 'the belief in Absolute Authority coming from God' selain menjuarakan 'the relative authority of man'. Bukan sedikit denominasi Kristian yang melihat ecumenicalisme sebagai satu agama baharu yang mengancam semua agama lain.

Selain itu ecumenicalisme memerlukan 'religious authority in order to function'. Maka keberlangsungan ecumenicalisme diragui. Denominasi dan gereja yang pelbagai itu masing-masing tidak memiliki orde atau ketua yang berpengaruh. Hatta Paus sendiri dilihat rapuh di tengah-tengah skandal seks para paderi.

Di sinilah munculnya pertanyaan, apakah ubat Kristian boleh digunakan untuk meredakan pertembungan Islam dan barat (baca Kristian dan sekular)?

Sukar kerana barat yang dimaksudkan bukan sahaja barat yang Kristian (ingat mereka juga berpecah) tetapi juga barat yang sekular. Kehadiran dan preskripsi bomoh Obama itu hanya melanjutkan siri perang kebudayaan. Yakni pemaksaan supaya kita menerima rawatan yang mereka usulkan.

Ecumenicalisme tidak akan menjadi ubat yang berjaya untuk mendamaikan Islam dan barat. Sebahagian besar umat Islam (sambil mengenepikan kumpulan sekular dan liberal dalam Islam) masih berpegang kepada prinsip dan rukun iman, Absolute Authority iaitu Allah. Juga Obama, ataupun Amerika tidak dilihat sebagai 'religious authority' barat. Malahan umat Islam sendiri sebahagian besarnya tidak mempunyai autoriti. Ini berbeza dengan minoriti syiah yang masih mengekalkan sistem marja dan taklid di samping doktrin Wilayatul Faqih yang masih berkembang pemikiran dan perbahasannya. Obama menyedari hal ini, kerana itulah beliau sendiri pernah menjaja strategi ecumenicalisme yang sama ketika berkunjung ke Mesir kerana beliau melihat 'Azhar holds such authority'.

Barat mesti memperakukan Islam dan barat (baca: sekular-Kristian) adalah dua dunia berbeza. Tidak ada satu kesatuan dapat dicapai. Adalah mustahil mendamaikan dua cara pandang yang berbeza. Tambahan pula sejarah yang ada tidak mewajarkan. Islam mahupun Timur tidak melupakan pengalaman kolonialisme barat. Pengalaman buruk yang dialami di pelbagai negara umat Islam angkara Amerika Syarikat (termasuk di Vietnam, Hiroshima dan Nagasaki) tidak akan mempertautkan luka yang telah menjadi daging busuk. Poin-poin permukaan tidak dapat dijadikan paku penguat struktur binaan yang sedia lemah.

Akan tetapi satu kesepakatan dalam persoalan moral mungkin boleh dicapai. Persoalan moral yang menjadi duri dalam daging di mata umat Islam ialah keberpihakan barat (sebahagian besar Kristian dan sekular) kepada regim tidak bermoral zionis. Hanya dengan mencabut duri ini rasa hormat Islam akan berbenih dan soal perdamaian menjadi waras untuk dibincangkan. Senarai pembetulan masih panjang. Penindasan ekonomi. Perhambaan moden menerusi kapitalisme. Diktatorisme kebudayaan. Imperialisme pemikiran. Banyak lagi. Mungkin setelah itu umat Islam dan timur (baca: the oppressed) bersedia menyambut hangat wakil barat yang ikhlas. Pokoknya: Berhenti Dulu Menjadi The Oppressor.

Siapakah yang akan menjadi perawat dan tukang cabut duri yang telah disebutkan di atas? Siapakah yang akan memerdekakan seluruh umat manusia?

Bukan Obama pastinya.

Kesatuan itu, atau kesatuan apa pun tidak akan menjadi kenyataan dalam waktu terdekat. Ia adalah milik penyelamat akhir. Rahsia kesatuan dalam kepelbagaian - Bhinneka Tunggal Ika - hanya dipunyai oleh seorang. Seseorang yang bakal memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kemakmuran.

Yang dimaksudkan ialah Imam Mahdi. Sosok yang Nabi Isa a.s akan berdiri solat di belakangnya.

* Sumber pidato Obama di sini.

** Entri ini sekadar sebuah respon pantas.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 10, 2010 21:01

Puan Obama Bukan Indonesia Sahaja Ada Wanita Pertama

Ke hadapan Puan Obama,

Adalah kelu dan kaku lidah saya melihat foto-foto Puan beramah-tamah dan bermesra-mesraan dengan Wanita Pertama Indonesia, Ibu Ani Yudhoyono. Kunjungan Puan ke Jakarta di tengah-tengah letupan Merapi membuatkan saya berfikir sejenak, 'apa lagi yang aku tak ada!' Saya harus mengakui saya menulis emel ini kepada Puan dengan rasa geram dan sarat sebak di dada. Argh i emosi tau! Mendidih dan menyirap darah saya melihat foto-foto Puan dengan Ibu Ani Yudhoyono. Sampai hati Puan berduet dengan Ibu Ani seraya mengenakan busana yang agung dan mewah.

Tolonglah Puan! Tolonglah! Tolongggggggg...jangan memandang rendah kepada kami.

Kami pun ada Wanita Pertama juga!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 10, 2010 16:29

Apa Kata 'tuhan Google' Tentang Israel?

Anda boleh mencuba sendiri. Hasilnya sama!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 10, 2010 07:25

November 9, 2010

Maher Zain Masuk Syurga, Sami Yusuf Ke Neraka

Pintu kamar saya diketuk lewat petang kelmarin. Jarang pelajar menjengah saya senja-senja begini. Dua orang pelajar masuk. Saya berhenti menulis dan menatap wajah mereka.

"Bagaimana saya boleh tolong saudara berdua?"

Salah seorang sedikit tersipu-sipu tetapi memberanikan diri bertanya, "Dr minat Maher Zain?"

Saya tidak menjangkakan soalan ini sebetulnya. Saya berfikir sejenak kemudian menjawab, "Saya boleh layan lagu-lagunya."

Kemudian ada satu soalan yang diajukan lagi. "Is Maher Zain syiah Dr?"

Saya rasa macam mahu beri penampar dek soalan tersebut tetapi saya masih waras, saya pun menjawab, "I think he is Sunni. But does it really matter? (lihat sini)"

Seorang yang lain mencelah, "Saya sukalah dia Dr. Berbakat dan kacak."

Mata saya bundar. Sah-sah makan penampar budak ini.

"Dulu saya suka Sami Yusuf. Tapi sejak ada Maher Zain saya sudah beralih arah."

Pelajar yang bertanyakan saya apakah Maher Zain itu syiah tadi bertanya lagi soalan yang cetek. "Sami Yusuf, is he syiah Dr? He is Azerbaijani isnt he?"

Saya layankan juga soalan dangkal itu, "From what I know, Sami Yusuf is a British citizen. His parents are Azeris from Iran. If i am not mistaken he himself is a Tehrani by origin and birth. Yes, almost all Azeris are Shia. Sami Yusuf still keeps his Iranian citizenship along with his British citizenship. He also sings most songs in Farsi but since they are not sold in Arabic speaking countries so nobody knows about it. Sami Yusuf is syiah, but not Imamiyah. He is Sufi Syiah. Dah kenapa tanya soalan-soalan ini?"

Seorang pelajar bersuara, "Kami bertengkar tadi. Ada ustaz di tempat saya kata kalau dengar muzik Maher Zain okay. Sebab dia masuk syurga. Sami Yusuf tak bagus. Dia akan ke neraka."

Saya terkesima lama. Saya menarik nafas panjang. "Sami Yusuf and Maher Zain represent the new generation of hope and positive outlook on life in general. Sami Yusuf has given more money to Islamic charity than what most of us can earn in this whole life (lihat sini). Ask Allah if he's going to hell. I can't answer that. I am no one divine."

Sayup-sayup kedengaran azan maghrib berkumandang.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 09, 2010 18:51

Saat Ali Khamenei Murka


Siapakah yang dimurkai oleh Imam Ali Khamenei dalam foto yang dirakam pada 6 Jun 2010? Foto langka ini dirakam dalam satu konferens mengenang Imam Khomeini tahun ini. Turut terlihat dalam gambar tetapi sedikit terlindung ialah Hujjatul Islam Hassan Khomeini (cucu Imam Khomeini), Ayatullah Ali Akbar Hashemi Rafsanjani, dan Menteri Dalam Negeri Iran, Mostafa Mohammed Najjar.

Ada pelbagai cerita di sebalik kemurkaan tersebut. Akan tetapi ramai yang percaya, ia sangat berkait dengan 'sekumpulan elitis dalam lingkaran politik dalaman Iran' yang mencegah Hujjatul Islam Khomeini dari berucap di makam datuknya pada hari 6 Jun 2010 tersebut. Hujattul Islam Khomeini diketahui merupakan simpatisan kepada kumpulan pembangkang Iran termasuklah Mir Hossein Musavi dan Mehdi Karoubi. Apa yang dikatakan berlaku ialah Mostafa Mohammed Najjar (seorang penyokong Dr Ahmadinejad yang tegar) dan pendokongnya menghalang Hujjatul Islam Khomeini dari berucap.

Ayatullah Ali Khamenei kurang berpuas hati kerana ada kalangan yang 'memandai-mandai' menegah Khomeini dari berucap. Maka itulah foto sang supreme leader reprimanding orang bawahannya dirakamkan.

Media barat melihat kejadian ini sebagai satu petanda bahawa Imam Ali Khamenei sendiri gagal mengawal orang kanannya sehinggakan usaha mensudutkan tokoh-tokoh tertentu menajdi berleluasa (seperti yang terjadi kepada Khomeini tersebut). Akan tetapi, jika dilihat dengan mudah, ia menunjukkan bahawa Imam Ali Khamenei tidaklah pengekang kuasa yang sering digambarkan. Hatta pengkritiknya sendiri jika dihalang beliau akan mempertahankan. Selagi ia dalam ruang dan wilayah yang diizinkan.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 09, 2010 00:11

Faisal Tehrani's Blog

Faisal Tehrani
Faisal Tehrani isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Faisal Tehrani's blog with rss.