Rhein Fathia's Blog, page 3
August 26, 2020
Persiapan Kuliah ke Eropa
Kali ini mau nulis agak berfaedah meski tetap dari pengalaman pribadi dan masih ada bumbu curhat. Setelah setahun kuliah di Praha, baru niat nulis serius tentang persiapan kuliah ke sini. Hahaha. Gampang atau susah persiapan kuliah ke Eropa? Hmm.. Persiapannya lebih gampang daripada kuliah benerannya kok. Ini beberapa tips sederhana untuk persiapan.

Cari Jurusan dan Kampus
Eropa punya banyak kampus dan jurusan yang bisa dipilih. Dari jurusan umum seperti manajemen sampai spesifik seperti tourism. Pertama-tama kita perlu bertanya ke diri sendiri, mau belajar apa nih supaya punya skill yang bermanfaat untuk masa depan? Mahasiswa Indonesia di luar nagreg ada 2 tipe; a) yang cari jurusan berdasarkan beasiswa yang tersedia, b) yang cari jurusan sesuai minat. Karena nggak semua jurusan bisa difasilitasi beasiswa. Kalau nemu yang sesuai minat dan ada beasiswa, ya Alhamdulillah.
Setelah dapet ilham pengen kuliah di jurusan apa, mulai deh cari kampusnya. Ubek-ubek aja di google semua kampus di Eropa yang menyediakan jurusan tersebut karena seringkali tiap kampus punya jurusan dengan spesifikasi berbeda apalagi untuk jenjang master dan PhD. Contohnya di Praha ada Charles University yang punya jurusan Master in Economics and Finance, padahal saya nggak terlalu minat di ekonomi. Saya cuma pengen tau spesifik urusan duit. Maka saya pilih University of Economic Prague yang punya jurusan Master in Finance and Accounting. Ngelotok deh mulai dari belajar debit-kredit sampai forex. Tiap jurusan di sebuah kampus biasanya ada program pertukaran pelajar dengan kampus di negara lain. Jadi udah mah kuliah di luar negeri, bisa dapet kesempatan kuliah di luar negeri yang lain lagi. Hahaha...
Selain cek jurusan dan kampus, cari info juga apa mereka punya kelas bahasa Inggris atau hanya bahasa lokal. Saya sendiri ambil kelas internasional karena belajar bahasa Ceko sungguh tidak mudah. Kalau kamu mau ambil kelas bahasa lokal dan belajar bahasa dulu di tahun pertama, tentu memungkinkan. Kalau udah bikin daftar jurusan dan kampus yang jadi incaran, kita ke tahap berikutnya.
Cari Beasiswa
Saya nggak punya banyak info tentang beasiswa. Hehehe... Informasi beasiswa itu bertebaran dan kalian bisa cari. Ada beasiswa dari Indonesia, negara tujuan, kampus tujuan, atau foundation independen. Kenapa saya nggak pakai beasiswa? Karena saya nggak suka bersaing dengan banyak pelamar. Bersaing di tes masuk kuliah saja udah menguras energi. Hahaha...
Cari Back-Up Finansial
Kalau bapak kamu bukan sultan dan nggak pakai beasiswa, terus gimana bayar kuliahnya? Tentu saja dengan kerja keras bagai kuda dan menabung, wahai sodara. Apply beasiswa itu hasilnya 2: dapat atau tidak. Kalau kerja dan nabung itu hasilnya 1: pasti dapat. Selain menabung, saya juga cari informasi tentang peluang kerja di negara-negara Eropa. Sektor apa yang banyak lowongan, berapa batasan jam kerja untuk pelajar, gaji, tingkat pengangguran di negara tersebut, kira-kira sejalan dengan jurusan kuliah atau tidak (ini bagus untuk di CV kalau ada niat berkarir di Eropa), cek juga apa ada lowongan asisten di kampus. Jangan lupa perhitungkan biaya hidup dan asuransi.
Di sini saya kuliah jurusan finance accounting dan kerja sebagai asisten akuntan. Salah satu keuntungan nggak pakai beasiswa adalah ngga ada 'utang' timbal balik, lebih bebas menentukan langkah karir selanjutnya. Meski untuk dapat kerjaan tetep perlu bersaing juga sih.
Cari Negara dan Kota
Udah ada daftar jurusan dan kampus, punya daftar beasiswa incaran atau cukup tabungan, tentunya pilihan jadi lebih mengerucut. Selanjutnya kita pilih negara dan kota deh. Cek biaya hidup, tipikal kota ramai atau sepi, bahasa sehari-hari (meski bisa bahasa Inggris, European masih menggunakan bahasa lokal untuk sehari-hari), suhu di tiap musim, kondisi transportasi umum, kriminalitas, berita rasisme, tempat rekreasi, akses belanja online, hmm.. apalagi ya. Sebelum kuliah di Praha, setahun sebelumnya saya sempat keliling Eropa hampir 2 bulan. Jadi punya kesempatan cek banyak lokasi secara langsung sambil mikir, "Kira-kira bakal betah nggak ya tinggal di sini bertahun-tahun? Sanggup adaptasi nggak, ya?"
Cek Persyaratan
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk persiapan kuliah ke Eropa? Setidaknya setahun. Mirip seperti di Indonesia, rata-rata perkuliahan dimulai sekitar bulan September (di sini disebutnya Winter/Fall Semester). Kampus biasanya mulai buka informasi pendaftaran sekitar Desember, pengumuman kalian diterima/tidak sekitar Mei-Juni. Kalau ada kampus yang buka penerimaan mahasiswa baru tiap semester, tentu jadwalnya beda lagi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a) Baca website jurusan dan kampus dengan detail. Kalau ada yang nggak paham, kontak email international student representative mereka. Tanya hal spesifik karena kalau tanya hal umum yang udah ada di website, mereka akan kasih link untuk dibaca.
b) Persiapkan dokumen yang diperlukan. Kalau diminta kirim dokumen dari Indonesia (ijazah, transkrip, dll) kirim yang fotokopi legalisir (JANGAN YANG ASLI! *iya, saya masih nemu case gini*).
c) Perhatikan timeline deadline. Kapan harus pendaftaran, kapan kirim dokumen, kapan tes masuk (kalau ada, nggak semua kampus ada tes masuk), kalau keterima kapan harus apply visa, kapan bayar semesteran, dll.
d) Belajar. Yang perlu GMAT, GRE, iBT, IELTS, TOEFL, atau tes spesifik dari kampusnya, jangan lupa belajar. Saingan kita dari banyak negara.
Jangan Malas
Gini ya teman-teman, sekarang zaman praktis, tapi plis jangan jadi kaum rebahan. Bahkan kalau bapak kamu sultan yang bisa bayar kuliah di mana pun, tetap banyak persiapan yang harus kita lakukan secara mandiri. Jujur, ilfil banget kalau udah ada yang nanya 'bisa bantuin proses daftarnya, nggak?'. Nggak bisa. Kalian harus rajin. Rajin cari info, tanya-tanya, cek-ricek, dll. Banyak informasi di website kampus yang bisa digali atau ke teman-teman PPI. Jadi kaum rebahannya dijadwal aja seminggu sekali.
Konon kalau mau buka bisnis, kata kuncinya adalah lokasi-lokasi-lokasi. Nah kalau mau kuliah ke luar negeri, kata kuncinya adalah informasi-informasi-informasi. Tips di atas nggak harus berurutan kok. Kalian bisa cari negara dulu, beasiswa dulu, baru jurusan, atau dari tahapan mana aja karena yang terpenting adalah: Langkah pertama. ;)
Love is real, real is love. -John Lennon-
July 11, 2020
Menjadi Pendengar yang Baik
Lalu tamu bulanan datang tak lupa menggandeng pusing, kram, dan perasaan melankolis. Kalau sudah begini, pikiran jadi kemana-mana. The best time to be vulnerable and overthinking that would bring worry and anxiety. Karena sudah pernah mengalami kondisi ini berkali-kali, setidaknya saya tahu 'pertolongan pertama untuk diri sendiri'. Mudah saja, cukup menjadi pendengar yang baik bagi diri sendiri. Berbekal pengalaman menjadi pendengar yang baik bagi banyak orang, biasanya saya membuat percakapan absurd dan jujur.

"Are you okay?""No, I'm not okay.""Would you tell me what makes you not okay or what do you want?""I want someone ask me 'how was your day?'""Okay. How was your day?""Capek, kesel, pusing, overwhelmed, ..." (lanjut kukulutus ke diri sendiri)."Hmm.. I know, I understand. Terus selanjutnya kamu mau gimana lagi?""I want to complain about my life.""Sure, I'll listen."Then, I'll complain about lot of things. "I can't go home, I feel lonely, I miss my family and friends, why am I always shopping while I stressed that made me broke and give more stress? Why I don't have romance life like other uwu couple? I always tried to be good listener when other has problem or angry or tired, tapi kenapa pas aku gloomy gini ga terjadi sebaliknya? Am I that annoyying when I become clingy? Why this people work so slow? etc.. etc... etc..."Kemudian setelah capek komplain, saya akan bertanya lagi, "What makes you happy and blessed in your life?"Tentu jawabannya lebih banyak dari komplain saya tadi.
"Gimana perasaan kamu sekarang?"
"I still want to cry without reason."
"Of course you're allowed to."
Lalu saya akan berurai air mata dengan pikiran berkecamuk, perasaan insecure, mengasihani masa lalu, mengkhawatirkan masa depan."There... there... what can I do to make you feel better?"Karena yang bertanya saya sendiri, tentu harus dijawab dan dilakukan oleh diri sendiri juga. Hahaha... Kadang saya bilang pengen luluran, baca buku, jalan-jalan ke taman, atau nulis random kayak gini.
Apa bedanya dengan introspeksi? Entahlah, saya merasa kata tersebut terlalu judgmental. Bayangkan ketika perasaan sedang kalut, lelah, banyak masalah, lalu ada yang bilang, "Kamu sebaiknya introspeksi." -_- Sebisa mungkin saya menghindari kata tersebut saat mendengarkan orang lain, pun ke diri sendiri.
Sambil mendengar semua uneg-uneg dan kalau tidak ada tanggung jawab yang urgent, saya akan membiarkan diri sendiri bergelung di balik selimut dalam 1-2 hari. Being honest and vulnerable usually give me clear view about lot of thing. Hal-hal yang biasanya hanya ada dalam harapan, asumsi atau imajinasi. Sometimes it bring more worry, but it much better if I understand something real.
It's important to be a good listener to yourself. Sometimes you listen to something you didn't want to know. Most of the time it didn't solve your problem. But you will embrace yourself, it will make you feel better because there's someone accept who you are. And it should be yourself first.
Love is real, real is love. -John Lennon-
July 4, 2020
Bekal, Feminisme, dan Gengsi
Pihak kontra, yang selanjutnya mengusung alasan feminisme, berpendapat bahwa tidak seharusnya seorang istri membuat bekal untuk suami. Harus ada kesetaraan pekerjaan, harusnya bikin bekal itu dibayar, cooking considered as work, yang membuat saya cengo. Dan ketawa.
Saya bukan penggemar isu feminisme apalagi mendalami topik gender equality. Karena bagi saya dalam sebuah hubungan ya common sense aja, dude. Kalau seseorang punya satu potensi, misalnya ibu saya jago ngatur duit, kemudian bapak saya jago desain interior. Ya Ibu ngatur semua budgeting dan pengeluaran keluarga. Lalu kalau urusan beli atau dekor rumah, Bapak yang akan handle dan membuat rumah senyaman mungkin. Masing-masing tentu boleh memberi saran, tapi tetap ada satu orang yang bertanggung jawab. Ibu jaraaang banget masak. Plus saya juga ga terlalu suka kalau Ibu masak karena suka jadi cerewet dan nyuruh ini itu, hahaha. Tapi toh Bapak juga ngga menuntut hal tersebut. Minta tolong aja ke bibi. So, in relationship context, I prefer to use common sense.
Urusan umum seperti tanggung jawab pekerjaan rumah, pendidikan, mandiri, support yourself, saya dan adik-adik (cewe cowo) juga punya hak dan kewajiban setara. Dan seperti Bapak Ibu, masing-masing dari kami punya potensi yang bisa saling melengkapi. For me, it's not about gender equality, but human equity. Relationship need fairness, not sameness. Memangnya kalau nanti kita tua, sakit-sakitan, bau tanah, lalu pasangan atau keluarga akan merawat, nyuapin, nyebokin, lalu kita harus berfikir those things considered as work and should be paid. Iya kalau kita tajir melintir. Kalau jadi jelata miskin gimana?
Beberapa orang pernah menyangka saya pendukung feminisme (yang mana saya ga paham dan ga mencari tau juga) hanya karena saya sekolah, bekerja, mandiri, belum nikah, berani speak up, dan membuat keputusan hidup tanpa direcoki oleh Bapak (yang dalam konsep patriarki dianggap sebagai penanggung jawab dan pengendali hidup anak perempuan). Saya paham, nggak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia, masih banyak ketidakadilan untuk perempuan. Namun bukan berarti sebagai perempuan harus membenci laki-laki atau relationship.
Tentu, sebagai perempuan kita wajib mandiri, pintar, tangguh, punya kendali atas hidup. Kemudian kalau kita berkoar "Cari lelaki yang nggak gengsi ketika wanitanya lebih sukses", bukankah akan sangat manis ketika kita pun bisa jadi perempuan sukses yang nggak gengsi untuk bersikap supportif dan peduli pada pria yang kita sayang? Bahkan, kisah cinta paling romantis menjadi pembuka menyebarnya Islam. Ketika Khadijah ra memeluk Rasulullah Saw yang gemetaran setelah bertemu Jibril, kemudian menjadi pemeluk Islam pertama dan mendukung perjuangan Rasulullah Saw. Kurang sukses apa coba Khadiah ra ini?
Beberapa problem yang menimpa perempuan, memang perlu diperjuangkan. Namun kalau urusan bekal, apalagi yang dibuat dengan senang hati, sepertinya terlalu sepele untuk dipandang sebagai alasan perjuangan feminisnme.

Love is real, real is love. -John Lennon-
June 23, 2020
Triple The Trouble

Bicara tentang usia, saya dan teman sempat membahas tentang angka saat kami melakukan perjalanan ulang tahun minggu lalu. Terkait dengan stigma wanita usia kepala 3 yang menurut kultur asia sudah seharusnya mencapai ini dan itu atau dianggap tua. Dia bilang, "Every age is good. And if I can choose in which age I can live for long time, I will choose this age. I don't wanna go back to my twenties. I like myself more now." Saya setuju. Hidup saya sampai akhir usia 29 masih terlalu complicated. Seru, penuh resiko, banyak petualangan, pelajaran, random, dan saya labil. Bagian labil ini yang saya nggak mau ulangi, capek. Kan udah tua. :))
What's so special with on my 33? A lot! Saya makin mengenal diri sendiri. Ternyata saya bisa masak (akhirnya). Ternyata saya punya kemampuan mencintai dengan tulus pada banyak hal (termasuk diri sendiri). Ternyata saya tangguh (meski tampilan tetep kayak bocah manja). Kemudian, saya lebih taktis dan terencana dalam hidup. Dari semua hal random yang terjadi, ada banyak investasi tak kasat mata pada diri sendiri yang bisa menjadi backup untuk survive. Saya juga makin sering mencoba banyak hal baru yang kadang beresiko dengan alasan, "Let's try this. I don't care, I'm old." Yang spesial dan paling saya syukuri tentunya keberadaan support system.
Mau ngapain di rentang usia 33 sampai 44? Banyak lah. Judul blog sepertinya sudah mewakili dalam arti saya excited untuk mencoba lebih banyak hal baru yang menantang. Plus, semoga keinginan pas usia 44 udah punya anak nggak meleset. Hahaha...
Tahun ini merayakan ulang tahun dengan jalan-jalan ke kota sebelah; Karlovy Vary. Memilih kuliah di Rep. Ceko ini bisa dibilang salah satu keputusan hidup paling menyenangkan. Selain kualitas pendidikan, juga karena negaranya indah. Nggak hanya Praha, kota-kota lain juga cantik! Impian saya supaya bisa berpetualang antar kastil layaknya Princess terpenuhi (receh banget emang cita-cita saya ini). Saya mau pamer foto-foto dulu ya.








Happy Birthday to me. I wish I can always feel grateful in life. Meski saat ini jauh dari keluarga dan sahabat, saya bersyukur mereka selalu ada.

Love is real, real is love. -John Lennon-
May 30, 2020
Hari Ini Tenang Sekali

Kalau dipikir-pikir, nggak nyangka juga dua semester sudah terlewati. Situasinya tidak sesuai bayangan saya tentang kuliah di Eropa yang akan diisi dengan banyak jalan-jalan schyantik dan instagram penuh postingan ala luar negeri. Untuk yang mau kuliah ke Eropa, ketahuilah bahwasanya sussyyyaaahhh. Tugasnya banyak, mikirnya susah, jangan dipikir bikin makalah bisa copy-paste dari internet karena sudah pasti nggak akan lulus (beberapa teman sekelas sudah mengalami ini), ujian lisan dengan topik random yang bikin nervous, ujian tulis yang soal-soalnya twist banget dari soal latihan, ditambah sambil kerja. Sungguh, beberapa kali saya pengen pulang. Sempat kepikiran, untuk apa juga kuliah toh saya nggak cari gelar, ini S2 yang kedua, saya nggak cari karier karena ujung-ujungnya akan mengurus bisnis, saya juga nggak punya beban beasiswa atau duit orangtua karena semua biaya saya tanggung sendiri. Ini kenapa saya memilih jalur hidup yang menyulitkan diri sendiri??
Tapi di balik kerempongan itu semua, tentu banyak yang dipelajari. Tentang bagaimana menyelesaikan masalah, membuat strategi dengan teman, bernegosiasi dengan bos agar saya tetap bisa kuliah meski kerja (di tim, saya satu-satunya pelajar yang dapat kerja full-time, pelajar lain hanya boleh part-time), mengatur waktu yang terbatas untuk mengerjakan tugas (tetap kurang tidur meski weekend). Tentunya saya nggak bisa bertahan tanpa support system. Bapak-Ibu nggak pernah menuntut nilai bagus, yang penting saya hepi di sini. Geng Trio miliarder tempat share keluhan dan meme receh. Terutama Ramayadi, yang berhasil membuat saya lulus semua mata kuliah dan selalu menenangkan kalau saya panik menghadapi ujian. He surely a genius bestie. :D
Masih belum tahu apa yang akan saya lakukan untuk mengisi kekosongan waktu selama 3 bulan ke depan. Pastinya saya akan baca buku (perpustakaan di sini sungguh surga!), saya akan coba mengunjungi semua museum di Praha, mungkin saya akan mencoba menulis lagi, atau ikut beberapa kursus untuk upgrade skill. Iya, saya bukan kaum rebahan karena nggak bisa diam.
Praha, 30 Mei 2020
Love is real, real is love. -John Lennon-
December 30, 2019
Dekade

Wah, ternyata hidup saya lumayan seru ya. Secara angka; 3 novel, 4 kampus, 1 skripsi, 1 tesis, 6 kantor, 1 pacar (beneran), dan banyak negara (males ngitung). Kalau pas dijalani sih banyak cengengnya. Ngga apa-apa lah, namanya juga wanita. Kalau lagi cengeng drama, dikasih eskrim juga nanti ketawa.
"Life is unpredictable. Not everything is in our control. As long as you're with the right people, you can handle anything." ~Brooklyn Nine-Nine.
Love is real, real is love. -John Lennon-
November 23, 2019
You'll be Missed, Mele

He came to our house years ago and made us fell in love effortlessly. He was an active cat and love to play, so we never really made him stay at home. He always came at day, played with us, asked for food, and when we're going to sleep, he will just went out. Maybe played with other cats in neighborhood or tried to catch mice. He hated being trapped. Sometimes he gave us his hunting prey as gift; mice, lizard, or cockroach.
Some said that cat is smart animal and they saw human as other creature at the same level with them. So yeah, as he became our family member, sometimes we had hard time. When he was in badmood because Mom accidentally stepped on his tail, or when he was angry and scratched me because I postponed his lunch (he need diet, he was too fat back then), or when he was just go away from home because we're all too busy with work and didn't pay attention to him.



I loved to talked to him, about anything. I know we communicate in different way, but I felt he could understand while I sad or stressed. Just hugged him made me feel less-stress. My family feel the same way about him too. He was a neutral zone while other family member were having problems.
Cat has nine life, they said. Well, we know he survived from many nearly-dead moment. But not today. He was gone forever. Rest in peace, Buddy. Sleep well, Sweetheart. Thank you for all the memories, thank you for being with us for years, thank you for survived so many times so we can spend more time, thank you for teach us to have a soft heart, thank you for teach us to love in different perspective.
We love you, Mele.
22.11.19

Love is real, real is love. -John Lennon-
November 14, 2019
Ada Sedih Ada Senang
Beberapa hal tidak berjalan sesuai keinginan.

Nilai UTS tidak terlalu memuaskan. Kuliah di jurusan yang banting setir dari studi sebelumnya membuat saya menyadari harus belajar lebih ekstra (kalau belajar fisika lagi ya nggak mau juga sih). Persiapan UTS sudah dari jauh-jauh hari, ke perpustakaan untuk belajar bahkan saat long weekend, mengerjakan latihan soal, tanya jawab dengan teman, begadang itu sudah pasti, dll. Hasilnya masih tidak sesuai harapan. Ada banyak excuses berbisik di telinga; teman yang lain juga nilainya ga bagus-bagus amat, mungkin kamu nervous karena menghadapi ujian dunia akademis lagi setelah sekian tahun, waktu 30 menit kadang bikin otak blank, dsb dsb. But no, I could do better. I should study harder and do better next time.
Saya masih belum dapat kerja part-time. Untuk hal ini, saya agak nekad karena hanya fokus mencari karir di bidang bisnis atau finance & accounting, dimana saya minim pengalaman. Alasannya tentu agar bisa mengaplikasikan langsung apa yang dipelajari di kampus di dunia kerja. Saya sudah menyambangi jobfair, mengirim lamaran entah ke berapa perusahaan, sempat dapat respon dan lolos sekian tahap wawancara, tapi di akhir masih gagal juga. Sedih? Tentu. Apalagi saya perlu sepatu baru (LOL). Etapi beneran, winter hujan terus dan bakal ada salju, sepatu keds yang udah licin sol-nya bakal bikin susah kalau saya harus lari-lari ngejar tram tiap pagi berangkat ke kampus (kebiasaan injury time).




September 24, 2019
Sudah Sampai di Praha
Setelah hampir setahun penuh drama dan persiapan di Indonesia, kali ini berlanjut dengan segala urusan di Ceko. Hari pertama mengurus segala birokrasi kampus, urusan kartu mahasiswa, kartu transportasi, kartu sim hp, dan segala macam jenis kartu lain agar mempermudah akses selama tinggal di sini. Masih efek jetleg, saya sudah tidur lelap meski hari masih sore. Keesokan harinya kembali mengurus birokrasi imigrasi yang mana saya hanya bengong karena para petugasnya berbahasa Ceko (lol), tapi untungnya beres juga. Hari selanjutnya hingga sisa minggu adalah orientasi kampus yang sangat berfaedah. Mulai dari pengenalan sistem online kampus, perkenalan budaya Ceko, sampai seminar hak-kewajiban para pelajar Internasional yang sangat membantu bagi mahasiswa sering-hilang-arah-dan-gaptek seperti saya. Lucunya sih karena saya satu-satunya siswa berjilbab, sering jadi incaran fotografer yang bertugas sebagai dokumentator acara kampus. Saya jadi malu #plak

Teman sekelas oke-oke. Kerasa banget mereka emang kuliah untuk belajar, kompetitif, rajin baca, kalau diskusi kelas atau pas ngerjain tugas pada aktif, nggak pelit ilmu mau ngajarin atau share informasi. Kan saya jadi kebawa rajin ya. "Hey, there's no class tomorrow. Let's book study room and discuss homework." atau "I'm going to library to study. You want to join?" << Kalimat-kalimat kayak gini udah nggak asing dan untuk manusia lemot kayak saya, bagaikan angin segar diajakin belajar jadi bisa lebih paham sama pelajaran. Maklum nih, saya kuliah di jurusan yang beda dengan background sebelumnya dan bukan bahasa Indonesia pula. LOL.

Cukup cerita tentang hal akademis. Tinggal di Praha apalagi Ceko kayaknya nggak afdol kalau nggak jalan-jalan, yekan? Padatnya kuliah membuat saya mengatur waktu, setidaknya perlu 1 hari full untuk traveling dalam seminggu. Maka baru 2 minggu di Praha, saya sudah mengunjungi 2 kota lain yang ternyata nggak kalah indah; Liberec dan Cesky Krumlov. Mumpung belum winter dan masih ada matahari jadi bagus untuk foto-foto. Selain itu, saya juga sempat menemani pasangan Indonesia yang sedang berkunjung ke Praha untuk jalan-jalan. Ala-ala tour guide gitulah. Akhirnya ada yang bisa diajak ngobrol bahasa Indonesia. Hahaha...


Dua minggu ini menyenangkan. Negara baru, rumah baru, sekolah baru, teman-teman baru. Banyak orang baik yang saya temui dan selalu bersedia membantu. Semesta memang baik dan semoga saya pun bisa selalu membalasnya dengan menjadi orang baik. :)
Love is real, real is love. -John Lennon-
August 6, 2019
Ibu Negara
Itu pesan sahabat saya, Angie (ibu 2 anak), yang saya tanggapi dengan canda, "Ibu negara apaan? Negara api?"
Sebelumnya, saya tidak pernah menganggap sosok Ibu Negara sebagai seseorang yang memiliki peranan penting secara lingkup nasional. Mengingat semua ibu negara yang pernah ada di negeri ini tidak lebih dari perempuan produk patriarki (enggak saya banget). Saya justru lebih mengagumi perempuan yang menjadi direktur BUMN atau menteri karena terlihat nyata bagaimana mereka berkontribusi.
Waktu SD saya pernah membaca buku punya ortu yang judulnya "100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia" karangan Michael Hart (ini buku legend yang sampe sekarang juga masih ada). Satu sosok yang berkesan adalah Ratu Isabella dengan segala cerita saat dia mengelola Spanyol. Namun apalah kisah ratu tahun 1400an kayaknya nggak ngefek-ngefek amat ke anak SD. Setelahnya, nggak banyak cerita tentang perempuan yang berkesan bagi saya. Sampai sekitar tahun lalu saya mulai kepo dengan Michelle Obama (justru setelah Obama lengser).
Dari youtube, saya suka dengan speech-speech yang dia berikan, bagaimana dia berinteraksi dengan masyarakat, ceramah dan pidato yang dia sampaikan, kontribusi yang dia kerjakan, dsb dsb. Namun tentu saya masih nggak terlalu terkesan karena (sorry to say) it's youtube and media always overrated about almost everything.
Awal tahun ini saya membeli buku Becoming karangan Michelle Obama dan membacanya. And yes... dia adalah sosok Ibu Negara yang paling memenuhi ekspektasi saya. Buku ini merupakan biografi yang dia tulis dan tentang kisah hidupnya dari kecil hingga selesainya masa jabatan Barrack Obama sebagai presiden AS.

Sebagai penulis, saya bisa menerka karakter seseorang dari hasil tulisan mereka (saya yakin semua penulis punya sense ini). Dari teknik tulisan buku Becoming, saya amaze dengan sosok Michelle Obama. Dia menulis dengan runut, jelas, sederhana, good story-telling, dan mudah dimengerti. Saya bisa membayangkan bagaimana kondisi White House, interaksi keluarga Obama di sana, atau ikut merasakan kegalauan ketika Obama harus meninggalkan rapat penting karena anak sakit, juga ikut menangis saat membaca bagian ayah Michelle meninggal. The way she wrote this book told us about her character.
Michelle Obama adalah emak-emak pada umumnya. Dia yang cemas saat menunggu kelahiran anak pertama, yang protektif banget sama anak-anaknya, yang mengalami fase kegalauan antara ibu bekerja atau ibu di rumah, yang kadang masih merasa "I feel I'm the only one who fight for this family", yang kalau suaminya pulang kerja masih pengen curhat dan berkeluh kesah tentang apa-apa yang menjadi kekhawatirannya.
Michelle menjalani fase hidup layaknya perempuan dan masyarakat kelas-pekerja pada umumnya. Dia bukan dari keluarga kaya, punya hutang student loan bahkan masih mencicil setelah lama lulus kuliah, mengalami rasa minder dan diskriminasi sebagai perempuan dan kulit hitam, pernah dibully di sekolah, suka manja dan menye-menye sama kakak laki-lakinya, dan mengalami love-life yang naik turun.
Buku ini menjabarkan bahwa Michelle Obama adalah manusia biasa yang sangat related dengan masyarakat kebanyakan di AS bahkan di dunia. So, what's made her worth to be a First Lady?
Yang bisa saya simpulkan dari buku ini, the way she responded to every problems she faces, which made her worthy to become an inspirational First Lady. Dia rajin dan hobi belajar, bahkan saya suka banget dengan motto "Books before Boys" yang dia kampanyekan untuk para perempuan muda. Di salah satu pidatonya, dia sangat ambisius untuk mendapat nilai straight A's untuk setiap mata pelajaran. Dia sangat peduli akan pendidikan dan kesehatan, dia paham bagaimana mengelola disiplin keluarga (bahkan aturan untuk Barrack Obama), dia pintar dalam mengelola sumber daya yang dia miliki, dia tahu waktu dan situasi yang tepat untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
Jadi First Lady itu nggak digaji. Selain fasilitas rumah dinas, segala urusan rumah tangga mereka bayar sendiri. Namun Michelle Obama yang sejak awal sangat peduli terhadap pendidikan dan kesehatan, tidak tinggal diam dengan statusnya sebagai Ibu Negara. Dia menggalakkan berkebun di halaman rumah (white house) untuk menghasilkan makanan sehat, tampil di acara sesame street untuk mengajarkan anak-anak pentingnya sarapan, mewujudkan adanya Obama Care agar masyarakat bisa mendapat akses kesehatan gratis, berkunjung ke sekolah-sekolah dan memotivasi siswa betapa pentingnya pendidikan, berdiskusi dengan istri-istri tentara tentang masalah yang mereka hadapi dan mencari solusi bareng-bareng, dia juga selalu mengenakan pakaian dari desainer muda dan lokal yang sedang bertumbuh. Dia melakukan semua itu tanpa dibayar. Tentu, dia mendapat fasilitas layaknya First Family dan dia paham cara mengelola fasilitas yang ia miliki sebagai Ibu Negara untuk aktif dalam hal-hal positif yang bisa memberi dampak bermanfaat bagi masyarakat luas.
What she choose, how she decide and use her power, what decision she made, the way she speak up and show her empathy, all of them made her a memorable First Lady. She's a woman who knows how show her full self. She knows how to stand out without overshadowing others and how to blend in but not fade away.
Hal lain yang saya pelajari dari buku Becoming ini adalah makna cinta. Michelle sangat sangat sangat mencintai keluarganya. Dia rela kecapekan hanya supaya bisa pulang ke rumah tepat waktu dan bisa makan malam dengan anak-anaknya, dia rela melepaskan pekerjaannya demi mendukung kampanye Barrack Obama, dia rela menjadi Ibu Negara yang sibuk kesana kemari demi berguna bagi masyarakat, dia menjadi pendengar yang baik bagi suaminya yang menanggung segala problem kenegaraan yang harus dihadapi. Namun dia juga paling tahu cara mencintai dirinya sendiri dan membuat prioritas untuk kebahagiannya tanpa perlu bergantung pada orang lain.
Melalui buku ini, Michelle Obama menginspirasi saya untuk menjadi Ibu Negara Api sosok perempuan tangguh dan lembut, berani dan penuh empati, cerdas dan rendah hati.
Love is real, real is love. -John Lennon-